Bace Makalah Jati Putih

13
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan kritis pada saat ini sangatlah luas dengan kondisi sangat memprihatinkan, masalah semak belukar, rumput ilalang yang tinggi ataupun gundulnya lahan menjadi kesulitan untuk dijadikan lahan produktif. Perlu sentuhan dari berbagai pihak yang peduli, sehingga lahan tersebut menjadi produktif dan dapat menjadi saluran berkah bagi banyak orang, khususnya petani penggarap setempat. POTENSI yang sangat besar terkandung dilahan kritis tersebut, dan itu dapat menjadi sebuah sumber pendapatan bagi banyak orang. Tanpa adanya uluran tangan kesadaran dari pihak yang peduli, potensi itu tidak akan muncul bahkan akan terkubur sangat dalam, seiring dengan semakin bertambahnya perjalanan waktu. Tanah, udara, air, api, tumbuhan, binatang serta semua yang terkandung di bumi ini adalah di peruntukan untuk kebutuhan hidup makhluk Tuhan yang bernama MANUSIA. Hubungan yang Terbentuk dari rasa saling membutuhkan dan berakibat pada keuntungan secara bersama menjadi dasar kebersamaan yang terlahir dari ungkapan hati “PEDULI”. Yang lemah membutuhkan yang kuat, yang kuat membutuhkan yang lemah, yang kecil membutuhkan yang besar, yang besar membutuhkan yang kecil, dan lain sebagainya. Adapun Nilai ekonomi yang timbul hasil dari hubungan kebersamaan tersebut adalah dampak positip dari

description

yes

Transcript of Bace Makalah Jati Putih

Page 1: Bace Makalah Jati Putih

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan kritis pada saat ini sangatlah luas dengan  kondisi sangat memprihatinkan, masalah

semak belukar, rumput ilalang yang tinggi ataupun gundulnya lahan menjadi kesulitan untuk

dijadikan lahan produktif. Perlu sentuhan dari berbagai pihak yang peduli, sehingga lahan

tersebut menjadi produktif dan dapat menjadi saluran berkah bagi banyak orang, khususnya

petani penggarap setempat.

POTENSI yang sangat besar terkandung dilahan kritis tersebut, dan itu dapat menjadi sebuah

sumber pendapatan bagi banyak orang. Tanpa adanya  uluran tangan kesadaran dari pihak

yang peduli, potensi itu tidak akan muncul bahkan  akan terkubur sangat dalam, seiring

dengan semakin bertambahnya perjalanan waktu.

Tanah, udara, air, api, tumbuhan, binatang serta semua yang terkandung di bumi ini adalah di

peruntukan untuk kebutuhan hidup makhluk Tuhan yang bernama MANUSIA. Hubungan

yang Terbentuk dari rasa saling membutuhkan dan berakibat pada keuntungan secara

bersama menjadi dasar kebersamaan yang terlahir  dari ungkapan hati “PEDULI”. Yang

lemah membutuhkan yang kuat, yang kuat membutuhkan yang lemah, yang kecil

membutuhkan yang besar,  yang besar membutuhkan yang kecil, dan lain sebagainya.

Adapun Nilai ekonomi yang timbul hasil dari  hubungan kebersamaan tersebut adalah

dampak positip dari kepedulian. Besar atau kecilnya nilai ekonomi yang didapat tergantung

pada seberapa besar keikhlasan ataupun keseriusan dari kepedulian itu.

Seiring bertambahnya waktu dan semakin berkurangnya keseimbangan bumi beserta alam

lingkungan ini, sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan manusia, sadar ataupun tidak sadar

kegiatan-kegiatan manusia menyebabkan perubahan keseimbangan bumi dan merusak alam

lingkungan, seperti penipisan lapisan Atmosfir Bumi yang memicu pemanasan Global

(Global Warming), pencemaran udara, air dan tanah, menimbulkan berbagai macam bencana

terjadi, keterbatasan ketersediaan kebutuhan manusia yang ada di alam, kesulitan memenuhi

kebutuhan hidup, bahkan menimbulkan karakter-karakter moral calon generasi penerus yang

jauh dari kecintaan akan alam lingkungan ini.

Page 2: Bace Makalah Jati Putih

BAB II

MORFOLOGI DAN ANATOMI

A. MORFOLOGI

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Fabales

Famili : Fabaceae

Sub Famili : Mimosoidae

Marga : Paraserianthes

Jenis : Paraserianthes falcataria

Sinonim : Albizia moluccana Miq. Albizia falcataBacker; Albizia falcataria (L.)

Fosberg.

Nama lokal/daerah : Sengon (umum), jeungjing (Sunda), sengon laut (Jawa), sika

(Maluku), tedehu pute (Sulawesi), bae, wahogon (Irja).

Deskripsi

botani

1. Batang

Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas

cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter

pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai, jarang, selalu hijau.

2. Daun

Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8

– 15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-

kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan

dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Page 3: Bace Makalah Jati Putih

3. Akar

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya

tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya

berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon

menjadi subur.

4. Bunga

Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna

putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga

jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.

5. Buah

Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 –

12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda

berwarna hijau dan jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat

kehitaman,agak keras, dan berlilin

6. Benih

Pipih, lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah benih 40.000

butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir 16 – 26 gram.

Kegunaan

Merupakan kayu serba guna untuk konstruksi ringan,

kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat musik,

pulp. Daun sebagai pakan ayam dan kambing. Di Ambon kulit batang digunakan

untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti sabun. Ditanam sebagai pohon

pelindung, tanaman hias, reboisasi dan penghijauan.

B. ANATOMI

Nama botanis: (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), syn. Albizia falcata Backer,

famili Mimosaceae. Nama daerah :Albizia, bae, bai, jeungjing, jeungjing laut,

jing laut, rare, salawaku, salawaku merah, salawaku putih, salawoku, sekat,

sengon laut, sengon sabrang, sika, sika bot, sikas, tawa sela, wai, wahagom,

wiekkie.Nama lain : Batai (Malaysia Barat, Sabah, Philipina, Inggris, Amerika

Page 4: Bace Makalah Jati Putih

Serikat, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman); kayu machis (Sarawak);

puah (Brunei). Penyebaran : Seluruh Jawa, Maluku, Irian Jaya.

Ciri umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti daging)

warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Teksturnya agak kasar dan

merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin

atau licin dan agak mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut

lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon termasuk kelas

awet IV/V dan kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan

mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan

5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak

semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang

berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin.

(Martawijaya dan Kartasujana, 1977).

Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan

rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lain

Page 5: Bace Makalah Jati Putih

BAB III

PEMBAHASAN

A. KEBUTUHAN KAYU

Kebutuhan kayu untuk pasar global pada tahun 2001 saja mengalami kekurangan yang

semakin meningkat tajam sementara pada saat yang bersamaan terjadi proses penyempitan

kawasan hutan. Kenyataan tersebut telah membuka pasar yang lebar bagi siapapun yang

melakukan investasi dalam bidang perkayuan ini. Kawasan hutan tropis mengalami

kerusakan yang cukup parah. Penebangan tanpa diimbangi dengan upaya regenerasi serius

menjadi penyebab utama masalah ini. Kerusakan hutan di kawasan tropis meningkatkan suhu

bumi dan menipiskan kadar oksigen bumi. Kenyataan tersebut telah ikut mendorong

organisasi international perkayuan (ITTO) untuk ikut serta menentukan masa depan

perdagangan kayu tropis. Organisasi ITTO (International Tropical Timber Organization)

telah mengumumkan beberapa langkah untuk melindungi hutan tropis yang telah

dilaksanakan mulai tahun 2002. Menjelang abad yang mendatang, ITTO menggunakan syarat

bahwa kayu-kayu tropis tidak boleh diekspor kecuali kayu tersebut merupakan hasil

pengolahan. Oleh karena itu sangat diperlukan program pembudidayaan kayu secara

komersial untuk menghasilkan kayu bermutu dengan nilai yang lebih tinggi.

B. SEKILAS TENTANG GMELINA (JATI PUTIH)

Nama botani : Gmelina arborea Roxb.

Famili : Verbenaceae.

Nama daerah : Gmelina, Gamalina, Jati Putih, Jati Bodas.

Gmelina terdiri dari 33 jenis tersebar dari Pakistan dan India, Srilanka, Asia Tenggara sampai

Australia. Ada 12 jenis di Asia Tenggara.

Gmelina adalah jenis yang paling dikenal terutama di Asia Tenggara untuk penanaman pohon

fast growing.

Pada umur 5 tahun tinggi pohon Gmelina dapat mencapai 30 m, diameter 30 cm, pada usia

tua diameter bisa mencapai 140 cm, bentuk batang silindris, tidak berbanir, tajuk membulat.

Kayu teras berwarna abu-abu muda keputih-putihan atau kekuning-kuningan

Berat jenis Gmelina adalah 0,41; kelas kuat III dan keawetan gmelina termasuk kelas awet V.

Page 6: Bace Makalah Jati Putih

Kayu Gmelina dipakai untuk berbagai keperluan khususnya untuk bahan kontruksi,

pertukangan, packing, furniture, pulp dan venir. Selain itu juga untuk flooring, alat musik,

korek api, partikel board dan bahan bodi kendaraan

Silvikultur:

Gmelina dapat tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau yang basah maupun kering,

yaitu pada tipe curah hujan A sampai D. Jenis ini tumbuh pada tanah yang agak liat dan kurus

dengan ketinggian sampai 1000 m dpl. Permudaan dilakukan secara buatan dengan bibit yang

berasal dari penyemaian biji. Jarak tanam 2 x 2 m atau 3 x 3 m.

C.    NILAI EKONOMI

Budidaya Gmelina akan memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan apabila

dikerjakan secara serius dan benar. Perkiraan dari penjualan dari pola tanam 3x3m atau 1100

pohon/ha, berumur 5 tahun rata-rata terendah sebanyak 550 m3 per ha. Prediksi harga kayu

Gmelina pada 5 tahun mendatang Rp1,2 juta/m3. Dengan harga jual Rp 1,2 juta per m3 dan

produksi 550 m3, maka omset dari penanaman Gmelina mencapai Rp. 600 juta per ha. Saat

ini harga per m3 Gmelina berdiameter 25 cm Rp. 850.000,- , kalau seandainya saja harga

jualnya tak terkerek naik pun, hasil Investasi nya masih sangat menguntungkan.

Informasi Harga kayu Gmelina per kubik pada tahun 2012 :

1.    Diameter       30-39 cm, Rp. 1.000.000,-

2.    Diameter       40-49 cm, Rp. 1.100.000,-

3.    Diameter         > 50 cm, Rp. 1.200.000,-

Harga ini diprediksi akan mengalami kenaikan seiring dengan tingkat kebutuhan/permintaan

yang semakin bertambah tiap tahunnya, sedangkan persediaan kayu Gmelina semakin lama

semakin terbatas. Dalam 1 Ha lahan dapat ditanam 1100 batang bibit Gmelina dengan jarak

tanam 3x3 m, dan dapat ditanam 2500 batang bibit Gmelina jika ditanam dengan jarak tanam

2x2 m.

D. HIDUP LAGI, EKSPOR KAYU JATI PUTIH

Kendari, Tribun – Pengusaha di Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali menjajaki ekspor kayu

jati putih (gemelina arborea) ke Jepang setelah terhenti selama hampir 10 tahun.

Page 7: Bace Makalah Jati Putih

“Pada 1998 hingga 2002 ekspor kayu jati pernah kami lakukan namun terhenti karena

ketersediaan bahan baku lokal terbatas,” kata salah seorang eksportir kayu jati  Ilham Tahir di

Kendari, Kamis (15/10).

Menurut Ilham, prospek ekspor kayu jati cukup besar namun karena ketersediaan bahan baku

pada waktu itu yang terbatas,  kegiatan ekspor pun hanya dilakukan pada waktu tertentu.

Namun, belakangan ini tanaman kayu jati putih yang dikembangkan masyarakat di sejumlah

daerah di Sultra rata-rata sudah mulai berproduksi namun terkendala pada masalah

pemasaran. “Dengan peluang ini, kami akan kembali berupaya untuk kegiatan ekspor dengan

harapan ketersediaan bahan baku mencukupi,” katanya dikutip Antara.

Di Jepang, bahan baku kayu jati putih tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan industri

perabot rumah tangga yang menghasilkna berbagai produk cinderamata bernilai jual karena

serat dan warna kayu  bila sudah diolah hasilnya cukup bagus. Bahkan, pengusaha di Jepang

menjadikan produk kayu jati putih untuk menghiasi bagian atas (langit-langit) rumah, hotel,

dan restoran mewah.

“Meskipun dari segi kualitas kayu itu masuk dalam kategori  sebagai kayu kelas bawah,

namun karena proses pengolahannya dengan menggunakan teknologi maju, harga jual

dipasaran tetap bersaing dengan produk kayu kualitas tinggi,” katanya.

Ilham yang juga sabagai tokoh masyarakat yang merintis usaha pengembangan dan

penyediaan bibit kayu jati putih pada era 1997 itu mengatakan, luas areal tanaman kayu jati

milik petani yang siap diproduksi saat ini mencapai ribuan hektare.

“Kalau harga kayu jati putih pada 2000-an hanya berkisar antara Rp 5 juta per ha, dengan

permintaan pasar mancanegara saat ini harganya bisa mencapai Rp 50-Rp100 juta per

hektare, tergantung pada diameter kayu tersebut,” katanya.(tb)

(sumber : Tribun Timur)

Page 8: Bace Makalah Jati Putih

DAFTAR PUSTAKA

Martawijaya. A, I. Kartasujana. 1977.

Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No.

41. LPHH, Bogor.

Praptoyo,H.,2005. Studi

Perbandingan Metode Sampling Bor Riap dengan Disk untuk Pengukuran Proporsi dan

Dimensi Serat Kayu Sengon Salomon (Paraserianthes falcataria, (L.)

Nielsen) J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.3 • No. 2 • 2005

Page 9: Bace Makalah Jati Putih

MAKALAH

MIKROBOLOGI PERTANIAN

(Habitat Jati Putih)