BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan...
Transcript of BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan...
5
BABn2
TINJAUANnPUSTAKA
2.1nSkabies
a. DefinisinSkabies
Skabiesnmerupakan salah satu penyakitnkulit menular yang
disebabkannoleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungaunSarcoptes
scabiei varnhominis (Merlinae, 2015).
b. Etiologin
Sarcoptes scabiei varnhominis merupakan parasitnobligat pada
manusia (Lacarrubba, 2018).
1. Klasifikasi Sarcoptesnscabiei :
Kingdomn : Animalian
Phylum : Arthropodan
Kelasn : Arachnidan
Sub kelasn : Acarin
Ordon : Acarinan
Familin : Sarcoptidaen
Super familin : Sarcoptesn
Spesiesn : S. Scabiein
(Al-Mayah, 2018)
6
2. Morfologi Sarcoptesnscabiei :
Sarcoptes scabiei merupakanntungau berukuran kecil yang
berwarna putihnkeabu-abuan, punggungnya cembung, bagian perutnya
rata ataunbulat pipih, dan tidak mempunyai mata. Badannya
berupankapitulum anterodorsal yangnmempunyai empat pasang kaki
dengannsegmen pendek, 2 pasang kakindepan sebagai alat untuk
melekatndan 2 lainnya merupakan kakinbelakang. Sarcoptes scabiei
jantannberukuran 200-240 mikronnxn150-200 mikron, pada kakin1 dan
2 terdapat ambulakraln(sucker dan claws), kaki 3 bulu cambukn(long
bristle), dan kaki 4nambulakral (sucker). Sedangkan ukurannSarcoptes
scabiei betina 330-450nmikron x 250-350 mikron, pada kaki 1 dan 2
terdapat ambulakraln(bell shape sucker dan claws), kaki 3 dan 4nbulu
cambuk (long bristle) (Cassel, 2018).
Gambar 2.1
Sarcoptes scabiei betina stadium dewasa pengamatan melalui
mikroskop tanpa pengecatan dengan :
a) Kaki 1 & 2 ambulakral ( bell shape sucker & claws) b) kaki 3 & 4
bulu cambuk (long bristle)
a
b
7
Gambar 2.2
Sarcoptes scabiei jantan stadium dewasa pengamatan melalui mikroskop tanpa
pengecetan dengan:
a) Kaki 1 & 2 ambulakral ( sucker & claws ) b) kaki 3 bulu cambuk (long
bristle ) c) kaki 4 ambulakral ( sucker )
3. Siklus hidupn& Patogenesis :
Sarcoptes scabiei jantan dan betinanberkopulasi ke dalam
terowongan (canaliculus), tungaunjantan kemudian mati. Tungau betina
yang sudah dibuahindapat bertahan hidup sebulan lamanyandengan
menggali terowongan dannmeletakkan telur-telurnya yangnberbentuk
oval dengan panjangn0,10-0,15 mm (2-4 butir telur diletakkanntiap
harinya hingga mencapai 40-50 butir telur) ke lapisan epidermis sampai
perbatasan stratumncorneum dan stratumngranulosum. Telur akan
menetas dalam waktun3 hingga 5 hari dan berubahnmenjadi larva yang
memiliki 3 pasangnkaki. Setelah 2 hingga 3nhari berlangsung, larva
yang telah bergantinkulit berubah menjadi nimfan(jantan atau betina)
dengan 4 pasang kaki.nSeluruh siklus hidup Sarcoptes scabieinmulai
dari telur sampai dewasanmemerlukan waktu 8 hingga 12 harindengan
4 stadium, yaituntelur-larva-nimfa-dewasa.
Tungau betina pada penderita berjumlah 10-15nekor, namun
kemampuannya dalamnbertelur mencapai 40-50 butir dalam sepanjang
hidupnya.nTungau betina hidup padansuhu kamar 21⁰C dengan
a
b
c
8
kelembabannyang relatif, yaitu 40-80 % selama 7nsampai 14 hari.
Setelah terjadinya invasi yang pertamankali dari tungau ini, diperlukan
waktu 4-6 minggununtuk timbulnya reaksi hipersensitivitas yang
menyebabkannrasa gatal-gatal padanpenderitanya. Pada beberapa hari
pertamansetelah timbulnya reaksi,nantibodi dan sel sistem
imunnspesifik belum memberikan tanda-tandanrespon. Namun,
terjadilah perlawanan oleh sistem imunnnon-spesifik yang disebut
sebagai reaksininflamasi. Adanya reaksininflamasi ini memberikan
tanda-tanda seperti kemerahan pada kulit,nnyeri, panas, dan
adanyanpembengkakan. Hal tersebut disebabkannkarena lepasnya
mediator-mediator inflamasinseperti histamin dan triptamin. Hal inilah
yangnmenyebabkan timbulnya reaksi gatal-gatal pada penderita.
Adanyanmolekul prostaglandin dan kinin juga berperan dalam
peningkatan permeabilitas, mengalirkan plasma,ndan protein plasmanya
untuk melewatinendothel sehingga timbul reaksi berupanpanas dan
kemerahan pada kulit penderita. Rasa gatal disebabkan karenanadanya
skibala (feses tungau) pada terowongan.n
Tungau ini menyerang padanbagian kulit yang tipis dan lembab,
sepertindaerah lipatan ketiak (axillananterior), fleksor
siku,npergelanganntangannbagiannvolar,nselanjarintangan(interdigital),
punggungntangan, telapak tangan,nareola mammae pada wanita,
umbilikus,nabdomen bagian bawah, punggung,ngenitalia eksterna
padanlaki-laki (penis), gluteus,nlutut, dan telapaknkaki bayi. Sensitisasi
terhadapnekskret dan sekret dari tungau yangnmenimbulkan rasa gatal
9
akan memerlukannwaktu sekitar satu bulan setelahninfestasi. Reaksi
gatal-gatal yangndiberikannini akan semakin parah jika
penderitandalamnkeadaannberkeringat. Adanya reaksi dari tungau
skabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E),
eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie, 2017).
4. Cara penularan :
Skabies bisa ditularkan secaranlangsung (kontak antarankulit
dengan kulit)nmisalnya berjabatntangan, tidur bersama, dannmelalui
hubungannseksual. Penularan secarantidak langsung (melalui benda)
melalui pakaian,nhanduk, selimut, spreinyang dipakainbersama-sama
secara bergantian (Marjorie, 2013).
c. Epidemiologin:
Skabies adalah penyakit endemiknyang menyebar diseluruh dunia.
Menurut World Health Organization,nprevalensi skabiesndiseluruh dunia
sekitar 300 juta kasusntiap tahunnya. Banyaknfaktor yang
menunjangnberkembangnya penyakit kulit skabiesnini, antara lain
personal hygiene yang kurangnbaik, sanitasi yang buruk,
kepadatannpenduduk (Merlinae, 2015).
d. Gambarannklinis
Ada 4 tandankardinal yang dialami penderitanpenyakit skabies :
1. Pruritus nocturnal,nyaitu gatal-gatal yang dialaminpenderita terutama
pada malamnhari.
2. Penyakit kulit skabiesnmenyerang manusia secaranberkelompok.
10
3. Adanya terowongann(canaliculus) yang berbentukngaris lurus atau
berkelok-keloknsepanjang 1 cm, adanyanpapul, vesikelnpada ujung
terowongan,ndan berwarna putih keabu-abuan. Padankasus yangnsudah
terjadi infeksi sekuder,nlesi ditemukan polimorf (pustula,nekskoriasi)
4. Adanya satu atau lebihnstadium hidup dari Sarcoptesnscabiei.
(Handoko, 2010).
e. Bentuk-BentuknKlinis Skabies :
1. Skabies pada orangnbersih (scabies in thenclean)
Gejala yang timbul minimalndan terowongan sulit untuknditemukan.
Tungau akan hilang dengannsendirinya dengan mandinberulang.
Gambar 2.3
Skabies pada orang bersih
2. Skabies pada bayindan anak-anak
Gejala yang timbul tidak khasnoleh karena hampir mengenainseluruh
tubuh yang kulitnya relatifntipis.
Gambar 2.4
Skabies pada bayi dan anak-anak
11
3. SkabiesnImpetiginisata
Adalah penyakit kulit skabiesnyang disertai dengan infeksinsekunder
(biasanya gejalanprimer menjadi tidaknjelas) yaitu adanya pustul,
folikulitis,nfurunkel.
4. Skabies nodularn(nodular scabies)
Timbul pada masa-masanaktif tungau di daerah skrotum, penisnmaupun
tempat lainnya. Lesinyang timbul berupa nodulnberukuran 3-5
milimeter dan berwarnankemerahan.
Gambar 2.5
Skabies nodular (nodular scabies)
5. Skabies krustosan( Norwegian Scabies, Crusted Scabies)
Bentuk skabies yang sangat jarang dijumpai.nLesi yangntimbul berupa
krusta.
Gambar 2.6
Skabies krustosa ( Norwegian Scabies, Crusted Scabies)
6. Skabies yang termasuknSTD (Sexual TransmittednDisease)
Penyakit yang ditularkannmelalui kontak seksual.nGejala klinis yang
timbul biasanya berupa papulndi sekitar area genetalianeksterna.
12
7. Skabies hewan (AnimalnTransmitted Scabies)
Beberapa jenis skabies padanhewan juga bisa menularinmanusia
(terutama peternak). Gejala yangnditimbulkan biasanya ringanndan
bersifat self limitingndisease karenanmanusia bukan merupakanntempat
hidupnya.
Gambar 2.7
Skabies hewan (Animal Transmitted Scabies)
8. Skabies inncognito
Skabies yang ditimbulkannoleh penggunaan obat-obatanntopikal
kortikosteroid ataunsistemik.
Gambar 2.8
Skabies incognito
9. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed Ridden)
Skabies yangnditemukan pada orang tua ataunpasien dengan penyakit
kronis yang diderita yang secaranterpaksa harus terbaring ditempat
tidur dalam jangka waktunyang lama (Korycińska, 2015).
13
Gambar 2.9
Skabies terbaring di tempat tidur (Bed Ridden)
f. Komplikasin
Komplikasinpada penderita skabiesnseringkali terjadinakibat
garukan sehingganmemperparah lesi dan membentuknerosi, ekskoriasi,
pustula, maupun krusta bahkannlikenifikasi danneksematisasi. Lesi
juganbisa terlihat hanya sepertinbercak hiperpigmentasi. Pada daerah
dengan iklimntropis, skabies seringkalinndisertai dengan adanya
infeksinsekunder oleh bakteri Streptococcusnaureus dan
Staphylococcusnpyogenes . Infeksi sekunder olehnsalah satu ataunkedua
bakteri tersebut menyebabkannpyelonephritis. Infeksi sekunder yang
dialami anaknkecil bisa menyebkan terjadinyanglomerulonephitis (Currie,
2017).
g. Diagnosisn
Tungau skabiesnbiasanya ditemukan dinujung terowongan.
Diagnosis dapat ditegakkanndengan menemukan tungau skabies betina,
baik padanstadium telur,nlarva, nimfa, maupunnstadium dewasa
menggunakannmikroskop.MenurutnClinicalnMicrobiology Reviews
(Korycińska, 2015), yaitu:
14
1. Kerokan kulitn(Scraping)
Teteskan sejumlah minyaknimersi pada pisau yangnakan
digunakan dan diatas terowongannyang masih utuh. Kemudiannkerok
sebanyak 6-7 kalinmenggunakannskalpelnuntuk mengangkatnpuncak
papul, kemudian letakkan diatasngelas objek lalu ditetesi KOHn10%
dan diamati dibawahnmikroskop dengannintensitas cahayanrendah.
Positif jika ditemukanntungau pada stadium telur,nlarva,
nimfa,ndewasa,natau skibala.
2. Dermatoscopyn
Metode ini menggunakan epiluminescenenmikroskop resolusi
tinggi dengannvideodermatoscopy. Penegakanndiagnosis melalui
pengamatann“jett-with contrail”. Kelemahanndari pemeriksaan
Dermatosopynadalah cenderung lebihnmahal dan sulitndilakukan pada
bayi.
3. Apusan kulitn(Skin Swab Technique)
Pemeriksaan dapat dilakukanndengan membersihkanndaerah
kulit menggunakannlarutan eter kemudian melekatkannselotip pada
permukaan kulit tersebut danndengan cepat selotipndiangkat lalu
dilekatkan padangelas objek untuk selanjutnya dilakukannpemeriksaan
dibawah mikroskop.
4. Test TintanBurrow (Burrow ink test)
Pemeriksaan ini dilakukannmenggunakan tinta cina.nLesi
(papula) dilapisi tinta cinanmenggunakan pena dan dibiarkannselama
kurang lebih 20 hinggan30 menit lalunbersihkan menggunakan alkohol.
15
Pemeriksaan ininpositif jika tinta cinanmasuk dalam terowongan pada
permukaannkulit dan membentukngaris khas berupanzig-zag.
h. Pencegahan penyakitnskabies
Penyakit skabies yang merupakannpenyakit yang erat kaitannya
dengan kebersihan dan lingkungannyang kurang bersih dapatndilakukan
pencegahan melaluinbeberapa cara (Griana, 2013) :
1. Mandi teraturnmenggunakan sabun.
2. Mencuci perlengkapan pribadi (pakaian, spreinsarung bantal, selimut,
dan lain-lain)nsecara teratur minimal dilakukanndua kali dalam
seminggu.
3. Menjemur kasur dan bantalnminimal dilakukan dua minggunsekali.
4. Menghindari pemakaian handuk,npakaian, atau perlengkapannpribadi
lainnya secaranbergantian.
5. Hindari kontak secara langsung maupun melalui benda-benda yang
dimiliki oleh orang yang dicurigai terkena infeksi skabies.
6. Selalu menjaga dan merawat kebersihan kamar, rumah, lingkungan, dan
pastikan ruangan dengan ventilasi yang cukup.
i. Pengobatan penyakitnskabies
1. Permetrinn5% krim.
Obat ini diaplikasikan sekali kemudianndihapus setelah 10 jam.
Bila belum sembuh, pemakaian diulanginsetelah satu minggu. Obat ini
tidak dianjurkan untuk bayinyang berusia di bawah umurn12 bulan.
16
2. Ivermectin 1% lotion.
Obat ini penggunaannya efektif seperti permetrin 5 % krim.
Penggunaan obat dihindari untuk ibu hamil dan anak-anak dengan berat
badan < 15 kg.
3. Krotamiton 10%nkrim atau lotio.
Merupakan obat pilihan utama.nObat ini mempunyai dua efek,
yaitu sebagai anti skabiesndan anti gatal. Penggunaan harus dihindari
padanarea sekitar mata, mulut, dannuretra.
4. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% salepnatau krim.
Penggunaan salep tidak boleh kurangndari 3 hari (tidak efektif
pada stadiumntelur), obat berbau,nmengotori pakaian, tanpa atau
disertai iritasi.nObat boleh digunakan pada bayinyang berusia kurang
dari 2 tahun.
5. Emulsi benzil-benzoasn(20-25%).
Penggunaan efektif untuk semuanstadium. Diberikan setiap
malam selaman3 hari. Kekurangannya adalah obat sulitndidapatkan,
seringkali memberi efekniritasi, atau kulit terasansemakin gatal setelah
pemakaian namun aman digunakan selama masa kehamilan (Salavastru,
2017).
j. Prognosisn
Pemilihan dan cara penggunaan obat yangntepat, memperhatikan
syarat-syarat pengobatan dengannbenar, dan menghilangkannfaktor
predisposisi dapat memberantasnpenyakit dan memberikan prognosis yang
baikn (Setyowatie, 2018).
17
2.2 Pengetahuann
a. Definisinpengetahuan
Pengetahuan adalah hasil darinpenginderaan manusiaoatau hasil
tahuoseseorang terhadap objekmmelalui indera yangodimilikinya
(Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yangnpenting untuk membentuk
tindakan seseorang. Terdapat 6 tingkatannpengetahuan (Notoatmodjo,
2010):
1. Tahu (Know)n
Tahu diartikan sebagaitmengingatnsuatu materityang telah
dipelajariisebelumnya. Tahu termasukndalam dalam kegiatan recall.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuannmenjelaskan,
menggambarkan, & menginterpretasikan objek dengan baik dan benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk mengetahuinmateri yang
telah dipelajari.
4. Analisis (Analysis)
Analisisndiartikannsebagainkemampuanndalamnmenjabarkano
materi.
18
5. Sintesis (Synthetis)
Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuannuntuk
menghubungkannbeberapa bagian kendalam suatuobentuknkeseluruhan
yang baru/membentuknsuatu susunan yang barundari susunan
sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatunkemampuanountuk
melakukanpjustifikasinterhadap suatu materi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhinpengetahuan
1. Usia
Usia berhubungan dengan kematangan. Usia mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula dayatangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingannyang diberikan kepada orang
lain mengenai suatu hal untuk dipahami. Semakin tinggintingkat
pengetahuan seseorang akan semakin mudahnseseorang menerima
informasi.
3. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan
dengan cara mengulang-ulang kembali pengetahuan yang didapatkan
dalam memecahkan masalah yang telah dihadapi masa lalu.
19
4. Pekerjaan
Pekerjaan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
5. Media massa atau sumberninformasi
Sebagai sarana komunikasi,oberbagainbentuk mediammassa
mempunyainpengaruhlbesarndalamkpembentukannopinijdan
kepercayaan orang.
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yangnberada disekitar
individu. Lingkungan dapatnmenjadi faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
c. Pengukuran tingkat pengetahuann
Pengukuran pengetahuan dapatodilakukan melalui wawancara/.
Pengukuran pengetahuannsecara umum dibagimmenjadi 2 jenis (Arikunto,
2010) yaitu :
1) Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif ndilakukan melalui pertanyaan
essay yangmm elibatkan faktornsubjektifmdari penilai sehinggannilai
yang didapatkan berbeda darinwaktu ke waktu.
2) Pertanyaan objektif
Pengukuran tingkat pengetahuan dengan pertanyaannobjektif
diberikan melalui pilihannganda (multiple choice),kbetulnsalah, dan
pertanyaanmmenjodohkan sehingganpenilai dapat memberikan nilai
secara pasti.
20
Pengukuran tingkat pengetahuanndikategorikan menjadi 2 (Arikunto,
2010) yaitu:
1) Pengetahuan baik, bila responden menjawabn50%-100% dengan benar
dari total jawabannpertanyaan.
2) Pengetahuan kurang, bilanresponden menjawabn<50% dari total
jawabannpertanyaan.
2.3 Perilakun
a. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatunaktivitas yang dilakukanndan dapat
diamatinsecara langsungnmaupun tidak langsung (Notoatmodjo S, 2017).
b. Faktor yang mempengaruhinperilaku
Konsep dari LawrenceGreen, dikutipnoleh (Notoatmodjo S, 2017)
bahwa perilaku dipengaruhimoleh 3mfaktor, yaitu :
1) Faktor predisposisi yaitunfaktor-faktor yang mencakupnpengetahuan,
sikap, usia, status pekerjaan dari seseorangmterhadapnsuatu
rangsangan ataumstimulus yang didapatkan.
2) Faktor pemungkinnadalah faktor-faktor yang mencakup
ketersediannsarana prasarana/fasilitas kesehatan sebagai
penunjangmterjadinya perilaku padanorang tersebut.
3) Faktor penguat yaitunfaktor sikap dannperilakumtokoh
masyarakat/tokoh agama.nFaktor penguat merupakannsikap atau
perilaku seseorangnyang membuat orang lainnmenirukanmapa yang
merekamlakukan.
21
c. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorangnterhadap stimulus atau
objekmyang berkaitanndenganmsakit dan penyakit,nsistem pelayanan
kesehatan,mmakanan, minuman, dan lingkungan.
Perilaku kesehatan di klasifikasikan menjadi 3 (Notoatmodjo S, 2017)
kelompok :
1) Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitanmdengan upaya
ataumkegiatan seseorang untuknmempertahankan kesehatannya.
2) Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakitmmencakup responsnseseorang, persepsi,npengetahuan,
pengobatan terhadap sakitndan penyakit.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)n
Perilaku peran sakit dapat dilihat darinsegimsosiologi. Orang sakit
(pasien)mmempunyai peran yang mencakupnhak (right)
danmkewajiban (obligation) sebagai orang yang sakit. Hak dan
kewajiban tersebut harusndiketahuimoleh orangnsakit itu sendiri
maupun orangmlain,nselanjutnyamdisebut sebagainperilaku peran
orangmsakit (the sick role)n
2.4 Perilaku Hidup Bersihndan Sehat (PHBS)
a. PHBS secara umumn
1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehatm(PHBS)nadalah
upayanmemberikan pengalamannbelajar/ menciptakan kondisi
22
seseorang,keluarga,ataunmasyarakatnmelaluinprosesnkomunikasi,mem-
berikanninformasinatau melakukan edukasi gunanmeningkatkan
pengetahuan, sikap,ndan perilakunsebagai upaya membantu masyarakat
dalam mengenali dannmengatasi masalahnyansendiri agar dapat
menerapkan cara-caranhidupnsehatndalam rangkanmenjaga,
memelihara,ndan meningkatkannkesehatan (Dinkes Lumajang, 2013).
2. Tujuan
Tujuan PHBS adalah meningkatkannpengetahuan,
kemauan,nkesadaran, meningkatkan peran aktif masyarakat untuk
hidupnsehatndalam upayanmewujudkannderajat hidupnyang optimal
(Dinkes Lumajang, 2013).
3. Tatanan PHBS
Terdapat 6 tatanan PHBSn(Perilaku Hidup Besih dan Sehat),
diantaranya (Dinkes Lumajang, 2013) :
1) Indikator tatanan RumahnTangga
2) Indikator tatanan tempatnkerja
3) Indikator Tatanan TempatnUmum (TTU)
4) Indikator TatanannSekolah
5) Indikator TatanannSarana Kesehatan
6) Indikator TatanannPondok Pesantren
a. PHBS di pondok pesantrenn
1. Pengertian
PHBS (Perilaku Hidup Bersihndan Sehat) di Pondok Pesantren
adalah suatu upaya untuknmembudayakan perilakunhidup bersih dan
23
sehatnmasyarakat, khususnya dinkawasan pondok pesantren (Dinkes
Lumajang, 2013).
2. Tujuan
Tujuan adanya PHBS dinkawasan Pondok Pesantren untuk
meningkatkan pengetahuan,nperubahannsikap dan perilakunpara
santri, pengurus dannpengajarndi pesantrennkhususnya terhadap
programnKesehatannLingkunganndan GayanHidup Sehat (Dinkes
Lumajang, 2013).
3. Sasaran
Sasaran PHBS dinpesantrennmeliputi (Dinkes Lumajang, 2013) :
a) Sasaran primer : Para santri dannpengunjungnpesantren
b) Sasaran sekunder : Pengelola/pengurus,nPembina/pengajar
c) Sasaran Tersier : Bupati/walikota,nKetua DPRD,
Departemen Agama, nLSM/LSOM
4. Indikator
a) Personal Hygiene
b) Penggunaan airnbersih
c) Kebersihanntempat wudhu
d) Penggunakan jambannsehat
e) Kebersihannasrama
f) Kepadatannpenghuni asrama
g) Kebersihan ruangnbelajar
h) Kebersihannhalaman
i) Adanya kader Poskestren/santrinhusada
24
j) Adanya kader poskestrennterlatih
k) Kegiatan kadernPoskestren
l) Bak penampungannair bebas jentik
m) Penggunaan garamnberyodium
n) Makanan bergizinseimbang
o) Pemanfaatan sarananpelayanan kesehatan
p) Gaya hidup tidaknmerokok
q) Gaya hidup sadarnAIDS
r) Peserta JPKM atau asuransinkesehatan lainnya
2.5 Pondok Pesantren
a. Pengertian
Menurut asal katanya pondok pesantrennberasalndari kata pondok
dan pesantren. Pondok berasalndarinbahasa arab “funduq” yangnartinya
tempat tinggal atau asrama dannpesantren berasalndari kata “santri”
yangnmendapatnawalannpendannakhirannannyangnberartintempatntinggal
nyanparansantrinyangnmencari ilmunagama (Sudiyo, 2016).
Pondok pesantren adalahnsuatunlembaga pendidikannislam tertua
di Indonesia. Sistem pendidikannyang diajarkan di pondoknpesantren
berfokuskan padanpendidikan islam (Andi, 2018).
b. Jenis-Jenis pondoknpesantren
Jenis-jenis Pondok Pesantrennyang dibedakannberdasarkan
kurikulumnya,nsistem pengajarannya,nmaupun kelasnya (Arif, 2013)
adalah sebagai berikut :
25
1) Berdasarkan kurikulum
a) PesantrennTradisional
Pesantren tradisional merupakannpesantren yang menggunakan
sistem pengajarannnon-klasikal.nDasar utama yang diterapkan pada
pesantren ini adalahnpenguasaan Al-Quran dannmemperdalam
bahasanArabsebagai alatnuntuknmemperdalam buku-bukuntentang
fiqh (hukum Islam),nusulnfiqhn(pengetahuannmengenai sumber-
sumber dan sistem jurisprudensiinIslam), hadistn(sastranArab), tafsir
tauhidn(teologi Islam),ntarikhn(sejarah Islam),ntasawuf, dannakhlaq
(etika Islam).
b) Pesantren Modern
Pengajaran pendidikan menggunakan sistem pengajaran klasikal
(pengajaran dengan ilmu-ilmu dasar dan ilmu-ilmu umum).
2) Berdasarkan kelas-kelasnya
a) Pesantren kecil
Pesantren kecil adalahnpesantren dengan jumlah santri <
1000 dan pengaruhnyanterbatas padantingkatan kabupaten.
b) Pesantren menengah
Pesantren menengah adalah pesantren dengannjjumlah antara
1000-2000.
c) Pesantren besar
Pesantren besar adalahnpesantren yang dapat mempengaruhi
dan menarik santri-santri di nseluruh Indonesia.
26
2.6 Profil Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang
Pondok Pesantren bahrul Maghfiroh Malang beralamat di Jl. Joyo
agung No 2, Desa Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Pondok
Pesantren Bahrul Maghfiroh didirikan pada tahun 1997 yang memiliki visi
misi untuk mendidik santri agar menjadi manusia muslim selaku kader-kader
ulama dan mubaligh yang berjiwa, ikhlas, tabah, tangguh, mandiri dalam
mengamalkan ajaran islam secara utuh dan dinamis serta siap bertugas
melayani dan mengasuh masyarakat. Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh
mengajarkan pendidikan islam dan ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu dasar
sehingga termasuk dalam Pondok Pesantren modern jika dilihat dari
pembagian pondok berdasarkan kurikulumnya. Pondok Pesantren Bahrul
Maghfiroh Malang memiliki 600 santriwan dengan tingkat pendidikan mulai
dari TK, SD, SMP, SMK, Madrasah Al-Qur’an, dan Madrasah Diniyah.
Sebanyak 400 santri tinggal menetap (santri mukim) di pondok pesantren,
santri tersebut terdiri dari 201 santri SMP dan 199 santri SMA dan 80 santri
baik SMP atau SMA digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi, diketahui Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh
memiliki 20 unit kamar tidur dengan jumlah penghuni sebanyak 10-30 santri.
Pengurus Pondok Pesantren kurang lebih berjumlah 20 orang. Lingkungan
fisik pondok pesantren terdiri dari 16 gedung yaitu :
1. Gedung 1 : Gedung SMA PP Bahrul Maghfiroh Malang.
2. Gedung 2 : Gedung SMP (2 lantai).
27
3. Gedung 3 : Gedung asrama Al- Karim (2 lantai).
4. Gedung 4 : Gedung asrama Al-Fattah (2 lantai).
5. Gedung 5 : Gedung perpustakaan.
6. Gedung 6 : Kantor Pusat Pondok.
7. Gedung 7 : Kantor Unit Pendidikan Diniyah.
8. Gedung 8 : Pusat Bisnis (BM Market, BM Kantin).
9. Gedung 10 : Aula besar.
10. Gedung 11 : Masjid BM.
11. Gedung 12 : Studio Broadcasting.
12. Gedung 12 : Koperasi Syariah BMT.
13. Gedung 13 : RSS (Rumah Sehat Santri).
14. Gedung 14 : Makam Keluarga Pengasuh.
15. Gedung 15 : Gedung Pusat Layanan.
16. Gedung 16 : Gedung TK dan SD Bahrul Maghfiroh.
2.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku dengan Kejadian Skabies
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku.
Perilaku berdasarkan pengetahuan bertahan lebih lama jika dibandingkan
dengan perilaku tanpa landasan pengetahuan yang baik. Pengetahuan adalah
domain yang paling penting dalam pembentukan perilaku (Merlinae, 2015).
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor:
28
1. Faktori nternal
a) Usia
Usia berhubungan dengan tingkat kematangan, semakin
bertambah usia semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap
terhadap sesuatu sehingga semakin banyak mendapatkan informasi dan
menambah pengetahuan yang dimiliki
b) Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan atau pengajaran yang diberikan
seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah seseorang
dalam menerima informasi sehingga semakin bertambah pengetahuan
yang dimilikinya.
c) Pengalaman
Pengalaman merupakan cara memperoleh pengetahuan dengan
mengulang-ulang informasi yang didapatkan dalam memecahkan suatu
masalah yang dihadapi.
d) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu cara memperoleh pengalaman
dan pengetahuan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung.
29
2. Faktor eksternal
a) Lingkungan
Lingkungan membentuk kepribadian seseorang dalam
menyediakan informasi sehingga pengetahuan semakin banyak
didapatkan
b) Media massa/sumberi nformasi
Media massa atau sumber informasi adalah suatu objek yang
membentuk pengetahuan melalui berbagai informasi yang diberikan
(Lilis, 2017).
Pengetahuan memiliki peran yang dalam penyediaan informasi
mengenai penyebab dan pencegahan penyakit, khususnya penyakit kulit
skabies. Faktor kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor
(perilaku) saling berkaitan satu sama yang lain. Jika kognitif (pengetahuan)
kurang, mempengaruhi sikap (afektif) sehingga mempengaruhi perilaku
(psikomotor) (Dharmawan, 2016).
Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi
(pengetahuan, sikap, status pekerjaan, pendidikan), faktor pemungkin
(ketersediaan sarana prasarana dan fasilitas kesehatan), dan faktor penguat
(peran tokoh masyarakat, tokoh agama, atau petugas kesehatan)
(Notoadmojo,2017).
Tingkat pengetahuan mempengaruhi prevalensi penyakit di suatu
komunitas. Tingkat pengetahuan baik menyebabkan terbentuk perilaku yang
baik terutama dalam berperilaku hidup bersih sehingga angka kejadian
30
penyakit kulit dapat diminimalisir. Sebaliknya tingkat pengetahuan yang
kurang akan mendorong perilaku hidup tidak bersih sehingga beresiko dalam
meningkatkan prevalensi atau kejadian penyakit kulit menular, skabies salah
satunya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya pengetahuan dan
perilaku seseorang dalam permasalahan penyakit terutama penyakit kulit
menular yang diperankan sepenuhnya oleh personal hygiene, dimana
personal hygiene terbentuk dari perilaku seseorang dan perilaku dapat dinilai
dari tingkat pengetahuan yang dimiliki (Sutejo, 2017).
2.8 Penelitian yang Mendukung
2.8.1 Penelitian Sebelumnya
2.8.1.1 Jurnal studi yang berjudul “ Path Analysis on factors
Associated with the Risk of Scabies Among students at
Darussalam Islamic Boarding School “
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan pengetahuan dengan skabies (p‹0,001, n = 90).
Hasil korelasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
mempengaruhi santri dalam menjaga personal hygiene
seseorang sehingga terhindar dari permasalahan penyakit,
salah satunya penyakit kulit menular skabies. Tingkat
pengetahuan sangat penting dalam pembentukan perilaku
sebagai deteksi dalam pencegahan penyakit. Pengetahuan
merupakan faktor utama dalam membentuk perilaku hidup
sehat.Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa status
31
sosial ekonomi dan perilaku hidup sehat berpengaruh terhadap
kejadian skabies (Dharmawan, 2016).
2.8.1.2 Jurnal studi “ Gambaran Kondisi Sanitasi Lingkungan dan
Perilaku Santri terkait Penyakit Skabies ”
Hasil penelitian menunjukkan penyakit skabies
menyerang sebagian besar responden dengan presentasi 84,3%
dari 102 santri yang dijadikan sample dalam penelitian. Santri
tidak mengetahui media penularan skabies, hal ini ditunjukkan
sebagian besar responden (54,9 %) tidak bisa menyebutkan
media penularan skabies. Hal ini didukung oleh kurangnya
pengetahuan santri mengenai kejadian penyakit skabies karena
pengetahuan merupakan salah satu faktor penting terbentuknya
perilaku seseorang.
Santri pondok pesantren menunjukkan sikap yang
negatif terhadap praktik bertukar alat sholat dan mengganti
sprei. hasil penelitian menunjukkan 96,1% santri menempati
kamar asrama dalam kondisi sanitasi yang buruk. Tiap kamar
rata-rata di huni 15-20 santri bahkan ada yang 30 santri. Hal ini
menunjukkan kelembapan yang tinggi, kurangnya sanitasi, dan
kepadatan hunian merupakan faktor yang menyebabkan
tingginya prevalensi skabies (Matius, 2016).