BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan...

27
5 BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabies a. DefinisinSkabies Skabiesnmerupakan salah satu penyakitnkulit menular yang disebabkannoleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungaunSarcoptes scabiei varnhominis (Merlinae, 2015). b. Etiologin Sarcoptes scabiei varnhominis merupakan parasitnobligat pada manusia (Lacarrubba, 2018). 1. Klasifikasi Sarcoptesnscabiei : Kingdomn : Animalian Phylum : Arthropodan Kelasn : Arachnidan Sub kelasn : Acarin Ordon : Acarinan Familin : Sarcoptidaen Super familin : Sarcoptesn Spesiesn : S. Scabiein (Al-Mayah, 2018)

Transcript of BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan...

Page 1: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

5

BABn2

TINJAUANnPUSTAKA

2.1nSkabies

a. DefinisinSkabies

Skabiesnmerupakan salah satu penyakitnkulit menular yang

disebabkannoleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungaunSarcoptes

scabiei varnhominis (Merlinae, 2015).

b. Etiologin

Sarcoptes scabiei varnhominis merupakan parasitnobligat pada

manusia (Lacarrubba, 2018).

1. Klasifikasi Sarcoptesnscabiei :

Kingdomn : Animalian

Phylum : Arthropodan

Kelasn : Arachnidan

Sub kelasn : Acarin

Ordon : Acarinan

Familin : Sarcoptidaen

Super familin : Sarcoptesn

Spesiesn : S. Scabiein

(Al-Mayah, 2018)

Page 2: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

6

2. Morfologi Sarcoptesnscabiei :

Sarcoptes scabiei merupakanntungau berukuran kecil yang

berwarna putihnkeabu-abuan, punggungnya cembung, bagian perutnya

rata ataunbulat pipih, dan tidak mempunyai mata. Badannya

berupankapitulum anterodorsal yangnmempunyai empat pasang kaki

dengannsegmen pendek, 2 pasang kakindepan sebagai alat untuk

melekatndan 2 lainnya merupakan kakinbelakang. Sarcoptes scabiei

jantannberukuran 200-240 mikronnxn150-200 mikron, pada kakin1 dan

2 terdapat ambulakraln(sucker dan claws), kaki 3 bulu cambukn(long

bristle), dan kaki 4nambulakral (sucker). Sedangkan ukurannSarcoptes

scabiei betina 330-450nmikron x 250-350 mikron, pada kaki 1 dan 2

terdapat ambulakraln(bell shape sucker dan claws), kaki 3 dan 4nbulu

cambuk (long bristle) (Cassel, 2018).

Gambar 2.1

Sarcoptes scabiei betina stadium dewasa pengamatan melalui

mikroskop tanpa pengecatan dengan :

a) Kaki 1 & 2 ambulakral ( bell shape sucker & claws) b) kaki 3 & 4

bulu cambuk (long bristle)

a

b

Page 3: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

7

Gambar 2.2

Sarcoptes scabiei jantan stadium dewasa pengamatan melalui mikroskop tanpa

pengecetan dengan:

a) Kaki 1 & 2 ambulakral ( sucker & claws ) b) kaki 3 bulu cambuk (long

bristle ) c) kaki 4 ambulakral ( sucker )

3. Siklus hidupn& Patogenesis :

Sarcoptes scabiei jantan dan betinanberkopulasi ke dalam

terowongan (canaliculus), tungaunjantan kemudian mati. Tungau betina

yang sudah dibuahindapat bertahan hidup sebulan lamanyandengan

menggali terowongan dannmeletakkan telur-telurnya yangnberbentuk

oval dengan panjangn0,10-0,15 mm (2-4 butir telur diletakkanntiap

harinya hingga mencapai 40-50 butir telur) ke lapisan epidermis sampai

perbatasan stratumncorneum dan stratumngranulosum. Telur akan

menetas dalam waktun3 hingga 5 hari dan berubahnmenjadi larva yang

memiliki 3 pasangnkaki. Setelah 2 hingga 3nhari berlangsung, larva

yang telah bergantinkulit berubah menjadi nimfan(jantan atau betina)

dengan 4 pasang kaki.nSeluruh siklus hidup Sarcoptes scabieinmulai

dari telur sampai dewasanmemerlukan waktu 8 hingga 12 harindengan

4 stadium, yaituntelur-larva-nimfa-dewasa.

Tungau betina pada penderita berjumlah 10-15nekor, namun

kemampuannya dalamnbertelur mencapai 40-50 butir dalam sepanjang

hidupnya.nTungau betina hidup padansuhu kamar 21⁰C dengan

a

b

c

Page 4: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

8

kelembabannyang relatif, yaitu 40-80 % selama 7nsampai 14 hari.

Setelah terjadinya invasi yang pertamankali dari tungau ini, diperlukan

waktu 4-6 minggununtuk timbulnya reaksi hipersensitivitas yang

menyebabkannrasa gatal-gatal padanpenderitanya. Pada beberapa hari

pertamansetelah timbulnya reaksi,nantibodi dan sel sistem

imunnspesifik belum memberikan tanda-tandanrespon. Namun,

terjadilah perlawanan oleh sistem imunnnon-spesifik yang disebut

sebagai reaksininflamasi. Adanya reaksininflamasi ini memberikan

tanda-tanda seperti kemerahan pada kulit,nnyeri, panas, dan

adanyanpembengkakan. Hal tersebut disebabkannkarena lepasnya

mediator-mediator inflamasinseperti histamin dan triptamin. Hal inilah

yangnmenyebabkan timbulnya reaksi gatal-gatal pada penderita.

Adanyanmolekul prostaglandin dan kinin juga berperan dalam

peningkatan permeabilitas, mengalirkan plasma,ndan protein plasmanya

untuk melewatinendothel sehingga timbul reaksi berupanpanas dan

kemerahan pada kulit penderita. Rasa gatal disebabkan karenanadanya

skibala (feses tungau) pada terowongan.n

Tungau ini menyerang padanbagian kulit yang tipis dan lembab,

sepertindaerah lipatan ketiak (axillananterior), fleksor

siku,npergelanganntangannbagiannvolar,nselanjarintangan(interdigital),

punggungntangan, telapak tangan,nareola mammae pada wanita,

umbilikus,nabdomen bagian bawah, punggung,ngenitalia eksterna

padanlaki-laki (penis), gluteus,nlutut, dan telapaknkaki bayi. Sensitisasi

terhadapnekskret dan sekret dari tungau yangnmenimbulkan rasa gatal

Page 5: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

9

akan memerlukannwaktu sekitar satu bulan setelahninfestasi. Reaksi

gatal-gatal yangndiberikannini akan semakin parah jika

penderitandalamnkeadaannberkeringat. Adanya reaksi dari tungau

skabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E),

eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie, 2017).

4. Cara penularan :

Skabies bisa ditularkan secaranlangsung (kontak antarankulit

dengan kulit)nmisalnya berjabatntangan, tidur bersama, dannmelalui

hubungannseksual. Penularan secarantidak langsung (melalui benda)

melalui pakaian,nhanduk, selimut, spreinyang dipakainbersama-sama

secara bergantian (Marjorie, 2013).

c. Epidemiologin:

Skabies adalah penyakit endemiknyang menyebar diseluruh dunia.

Menurut World Health Organization,nprevalensi skabiesndiseluruh dunia

sekitar 300 juta kasusntiap tahunnya. Banyaknfaktor yang

menunjangnberkembangnya penyakit kulit skabiesnini, antara lain

personal hygiene yang kurangnbaik, sanitasi yang buruk,

kepadatannpenduduk (Merlinae, 2015).

d. Gambarannklinis

Ada 4 tandankardinal yang dialami penderitanpenyakit skabies :

1. Pruritus nocturnal,nyaitu gatal-gatal yang dialaminpenderita terutama

pada malamnhari.

2. Penyakit kulit skabiesnmenyerang manusia secaranberkelompok.

Page 6: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

10

3. Adanya terowongann(canaliculus) yang berbentukngaris lurus atau

berkelok-keloknsepanjang 1 cm, adanyanpapul, vesikelnpada ujung

terowongan,ndan berwarna putih keabu-abuan. Padankasus yangnsudah

terjadi infeksi sekuder,nlesi ditemukan polimorf (pustula,nekskoriasi)

4. Adanya satu atau lebihnstadium hidup dari Sarcoptesnscabiei.

(Handoko, 2010).

e. Bentuk-BentuknKlinis Skabies :

1. Skabies pada orangnbersih (scabies in thenclean)

Gejala yang timbul minimalndan terowongan sulit untuknditemukan.

Tungau akan hilang dengannsendirinya dengan mandinberulang.

Gambar 2.3

Skabies pada orang bersih

2. Skabies pada bayindan anak-anak

Gejala yang timbul tidak khasnoleh karena hampir mengenainseluruh

tubuh yang kulitnya relatifntipis.

Gambar 2.4

Skabies pada bayi dan anak-anak

Page 7: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

11

3. SkabiesnImpetiginisata

Adalah penyakit kulit skabiesnyang disertai dengan infeksinsekunder

(biasanya gejalanprimer menjadi tidaknjelas) yaitu adanya pustul,

folikulitis,nfurunkel.

4. Skabies nodularn(nodular scabies)

Timbul pada masa-masanaktif tungau di daerah skrotum, penisnmaupun

tempat lainnya. Lesinyang timbul berupa nodulnberukuran 3-5

milimeter dan berwarnankemerahan.

Gambar 2.5

Skabies nodular (nodular scabies)

5. Skabies krustosan( Norwegian Scabies, Crusted Scabies)

Bentuk skabies yang sangat jarang dijumpai.nLesi yangntimbul berupa

krusta.

Gambar 2.6

Skabies krustosa ( Norwegian Scabies, Crusted Scabies)

6. Skabies yang termasuknSTD (Sexual TransmittednDisease)

Penyakit yang ditularkannmelalui kontak seksual.nGejala klinis yang

timbul biasanya berupa papulndi sekitar area genetalianeksterna.

Page 8: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

12

7. Skabies hewan (AnimalnTransmitted Scabies)

Beberapa jenis skabies padanhewan juga bisa menularinmanusia

(terutama peternak). Gejala yangnditimbulkan biasanya ringanndan

bersifat self limitingndisease karenanmanusia bukan merupakanntempat

hidupnya.

Gambar 2.7

Skabies hewan (Animal Transmitted Scabies)

8. Skabies inncognito

Skabies yang ditimbulkannoleh penggunaan obat-obatanntopikal

kortikosteroid ataunsistemik.

Gambar 2.8

Skabies incognito

9. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed Ridden)

Skabies yangnditemukan pada orang tua ataunpasien dengan penyakit

kronis yang diderita yang secaranterpaksa harus terbaring ditempat

tidur dalam jangka waktunyang lama (Korycińska, 2015).

Page 9: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

13

Gambar 2.9

Skabies terbaring di tempat tidur (Bed Ridden)

f. Komplikasin

Komplikasinpada penderita skabiesnseringkali terjadinakibat

garukan sehingganmemperparah lesi dan membentuknerosi, ekskoriasi,

pustula, maupun krusta bahkannlikenifikasi danneksematisasi. Lesi

juganbisa terlihat hanya sepertinbercak hiperpigmentasi. Pada daerah

dengan iklimntropis, skabies seringkalinndisertai dengan adanya

infeksinsekunder oleh bakteri Streptococcusnaureus dan

Staphylococcusnpyogenes . Infeksi sekunder olehnsalah satu ataunkedua

bakteri tersebut menyebabkannpyelonephritis. Infeksi sekunder yang

dialami anaknkecil bisa menyebkan terjadinyanglomerulonephitis (Currie,

2017).

g. Diagnosisn

Tungau skabiesnbiasanya ditemukan dinujung terowongan.

Diagnosis dapat ditegakkanndengan menemukan tungau skabies betina,

baik padanstadium telur,nlarva, nimfa, maupunnstadium dewasa

menggunakannmikroskop.MenurutnClinicalnMicrobiology Reviews

(Korycińska, 2015), yaitu:

Page 10: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

14

1. Kerokan kulitn(Scraping)

Teteskan sejumlah minyaknimersi pada pisau yangnakan

digunakan dan diatas terowongannyang masih utuh. Kemudiannkerok

sebanyak 6-7 kalinmenggunakannskalpelnuntuk mengangkatnpuncak

papul, kemudian letakkan diatasngelas objek lalu ditetesi KOHn10%

dan diamati dibawahnmikroskop dengannintensitas cahayanrendah.

Positif jika ditemukanntungau pada stadium telur,nlarva,

nimfa,ndewasa,natau skibala.

2. Dermatoscopyn

Metode ini menggunakan epiluminescenenmikroskop resolusi

tinggi dengannvideodermatoscopy. Penegakanndiagnosis melalui

pengamatann“jett-with contrail”. Kelemahanndari pemeriksaan

Dermatosopynadalah cenderung lebihnmahal dan sulitndilakukan pada

bayi.

3. Apusan kulitn(Skin Swab Technique)

Pemeriksaan dapat dilakukanndengan membersihkanndaerah

kulit menggunakannlarutan eter kemudian melekatkannselotip pada

permukaan kulit tersebut danndengan cepat selotipndiangkat lalu

dilekatkan padangelas objek untuk selanjutnya dilakukannpemeriksaan

dibawah mikroskop.

4. Test TintanBurrow (Burrow ink test)

Pemeriksaan ini dilakukannmenggunakan tinta cina.nLesi

(papula) dilapisi tinta cinanmenggunakan pena dan dibiarkannselama

kurang lebih 20 hinggan30 menit lalunbersihkan menggunakan alkohol.

Page 11: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

15

Pemeriksaan ininpositif jika tinta cinanmasuk dalam terowongan pada

permukaannkulit dan membentukngaris khas berupanzig-zag.

h. Pencegahan penyakitnskabies

Penyakit skabies yang merupakannpenyakit yang erat kaitannya

dengan kebersihan dan lingkungannyang kurang bersih dapatndilakukan

pencegahan melaluinbeberapa cara (Griana, 2013) :

1. Mandi teraturnmenggunakan sabun.

2. Mencuci perlengkapan pribadi (pakaian, spreinsarung bantal, selimut,

dan lain-lain)nsecara teratur minimal dilakukanndua kali dalam

seminggu.

3. Menjemur kasur dan bantalnminimal dilakukan dua minggunsekali.

4. Menghindari pemakaian handuk,npakaian, atau perlengkapannpribadi

lainnya secaranbergantian.

5. Hindari kontak secara langsung maupun melalui benda-benda yang

dimiliki oleh orang yang dicurigai terkena infeksi skabies.

6. Selalu menjaga dan merawat kebersihan kamar, rumah, lingkungan, dan

pastikan ruangan dengan ventilasi yang cukup.

i. Pengobatan penyakitnskabies

1. Permetrinn5% krim.

Obat ini diaplikasikan sekali kemudianndihapus setelah 10 jam.

Bila belum sembuh, pemakaian diulanginsetelah satu minggu. Obat ini

tidak dianjurkan untuk bayinyang berusia di bawah umurn12 bulan.

Page 12: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

16

2. Ivermectin 1% lotion.

Obat ini penggunaannya efektif seperti permetrin 5 % krim.

Penggunaan obat dihindari untuk ibu hamil dan anak-anak dengan berat

badan < 15 kg.

3. Krotamiton 10%nkrim atau lotio.

Merupakan obat pilihan utama.nObat ini mempunyai dua efek,

yaitu sebagai anti skabiesndan anti gatal. Penggunaan harus dihindari

padanarea sekitar mata, mulut, dannuretra.

4. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% salepnatau krim.

Penggunaan salep tidak boleh kurangndari 3 hari (tidak efektif

pada stadiumntelur), obat berbau,nmengotori pakaian, tanpa atau

disertai iritasi.nObat boleh digunakan pada bayinyang berusia kurang

dari 2 tahun.

5. Emulsi benzil-benzoasn(20-25%).

Penggunaan efektif untuk semuanstadium. Diberikan setiap

malam selaman3 hari. Kekurangannya adalah obat sulitndidapatkan,

seringkali memberi efekniritasi, atau kulit terasansemakin gatal setelah

pemakaian namun aman digunakan selama masa kehamilan (Salavastru,

2017).

j. Prognosisn

Pemilihan dan cara penggunaan obat yangntepat, memperhatikan

syarat-syarat pengobatan dengannbenar, dan menghilangkannfaktor

predisposisi dapat memberantasnpenyakit dan memberikan prognosis yang

baikn (Setyowatie, 2018).

Page 13: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

17

2.2 Pengetahuann

a. Definisinpengetahuan

Pengetahuan adalah hasil darinpenginderaan manusiaoatau hasil

tahuoseseorang terhadap objekmmelalui indera yangodimilikinya

(Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yangnpenting untuk membentuk

tindakan seseorang. Terdapat 6 tingkatannpengetahuan (Notoatmodjo,

2010):

1. Tahu (Know)n

Tahu diartikan sebagaitmengingatnsuatu materityang telah

dipelajariisebelumnya. Tahu termasukndalam dalam kegiatan recall.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai kemampuannmenjelaskan,

menggambarkan, & menginterpretasikan objek dengan baik dan benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk mengetahuinmateri yang

telah dipelajari.

4. Analisis (Analysis)

Analisisndiartikannsebagainkemampuanndalamnmenjabarkano

materi.

Page 14: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

18

5. Sintesis (Synthetis)

Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuannuntuk

menghubungkannbeberapa bagian kendalam suatuobentuknkeseluruhan

yang baru/membentuknsuatu susunan yang barundari susunan

sebelumnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatunkemampuanountuk

melakukanpjustifikasinterhadap suatu materi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhinpengetahuan

1. Usia

Usia berhubungan dengan kematangan. Usia mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula dayatangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingannyang diberikan kepada orang

lain mengenai suatu hal untuk dipahami. Semakin tinggintingkat

pengetahuan seseorang akan semakin mudahnseseorang menerima

informasi.

3. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan

dengan cara mengulang-ulang kembali pengetahuan yang didapatkan

dalam memecahkan masalah yang telah dihadapi masa lalu.

Page 15: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

19

4. Pekerjaan

Pekerjaan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

5. Media massa atau sumberninformasi

Sebagai sarana komunikasi,oberbagainbentuk mediammassa

mempunyainpengaruhlbesarndalamkpembentukannopinijdan

kepercayaan orang.

6. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yangnberada disekitar

individu. Lingkungan dapatnmenjadi faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

c. Pengukuran tingkat pengetahuann

Pengukuran pengetahuan dapatodilakukan melalui wawancara/.

Pengukuran pengetahuannsecara umum dibagimmenjadi 2 jenis (Arikunto,

2010) yaitu :

1) Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif ndilakukan melalui pertanyaan

essay yangmm elibatkan faktornsubjektifmdari penilai sehinggannilai

yang didapatkan berbeda darinwaktu ke waktu.

2) Pertanyaan objektif

Pengukuran tingkat pengetahuan dengan pertanyaannobjektif

diberikan melalui pilihannganda (multiple choice),kbetulnsalah, dan

pertanyaanmmenjodohkan sehingganpenilai dapat memberikan nilai

secara pasti.

Page 16: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

20

Pengukuran tingkat pengetahuanndikategorikan menjadi 2 (Arikunto,

2010) yaitu:

1) Pengetahuan baik, bila responden menjawabn50%-100% dengan benar

dari total jawabannpertanyaan.

2) Pengetahuan kurang, bilanresponden menjawabn<50% dari total

jawabannpertanyaan.

2.3 Perilakun

a. Definisi Perilaku

Perilaku adalah suatunaktivitas yang dilakukanndan dapat

diamatinsecara langsungnmaupun tidak langsung (Notoatmodjo S, 2017).

b. Faktor yang mempengaruhinperilaku

Konsep dari LawrenceGreen, dikutipnoleh (Notoatmodjo S, 2017)

bahwa perilaku dipengaruhimoleh 3mfaktor, yaitu :

1) Faktor predisposisi yaitunfaktor-faktor yang mencakupnpengetahuan,

sikap, usia, status pekerjaan dari seseorangmterhadapnsuatu

rangsangan ataumstimulus yang didapatkan.

2) Faktor pemungkinnadalah faktor-faktor yang mencakup

ketersediannsarana prasarana/fasilitas kesehatan sebagai

penunjangmterjadinya perilaku padanorang tersebut.

3) Faktor penguat yaitunfaktor sikap dannperilakumtokoh

masyarakat/tokoh agama.nFaktor penguat merupakannsikap atau

perilaku seseorangnyang membuat orang lainnmenirukanmapa yang

merekamlakukan.

Page 17: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

21

c. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah respon seseorangnterhadap stimulus atau

objekmyang berkaitanndenganmsakit dan penyakit,nsistem pelayanan

kesehatan,mmakanan, minuman, dan lingkungan.

Perilaku kesehatan di klasifikasikan menjadi 3 (Notoatmodjo S, 2017)

kelompok :

1) Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitanmdengan upaya

ataumkegiatan seseorang untuknmempertahankan kesehatannya.

2) Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakitmmencakup responsnseseorang, persepsi,npengetahuan,

pengobatan terhadap sakitndan penyakit.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)n

Perilaku peran sakit dapat dilihat darinsegimsosiologi. Orang sakit

(pasien)mmempunyai peran yang mencakupnhak (right)

danmkewajiban (obligation) sebagai orang yang sakit. Hak dan

kewajiban tersebut harusndiketahuimoleh orangnsakit itu sendiri

maupun orangmlain,nselanjutnyamdisebut sebagainperilaku peran

orangmsakit (the sick role)n

2.4 Perilaku Hidup Bersihndan Sehat (PHBS)

a. PHBS secara umumn

1. Pengertian

Perilaku Hidup Bersih dan Sehatm(PHBS)nadalah

upayanmemberikan pengalamannbelajar/ menciptakan kondisi

Page 18: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

22

seseorang,keluarga,ataunmasyarakatnmelaluinprosesnkomunikasi,mem-

berikanninformasinatau melakukan edukasi gunanmeningkatkan

pengetahuan, sikap,ndan perilakunsebagai upaya membantu masyarakat

dalam mengenali dannmengatasi masalahnyansendiri agar dapat

menerapkan cara-caranhidupnsehatndalam rangkanmenjaga,

memelihara,ndan meningkatkannkesehatan (Dinkes Lumajang, 2013).

2. Tujuan

Tujuan PHBS adalah meningkatkannpengetahuan,

kemauan,nkesadaran, meningkatkan peran aktif masyarakat untuk

hidupnsehatndalam upayanmewujudkannderajat hidupnyang optimal

(Dinkes Lumajang, 2013).

3. Tatanan PHBS

Terdapat 6 tatanan PHBSn(Perilaku Hidup Besih dan Sehat),

diantaranya (Dinkes Lumajang, 2013) :

1) Indikator tatanan RumahnTangga

2) Indikator tatanan tempatnkerja

3) Indikator Tatanan TempatnUmum (TTU)

4) Indikator TatanannSekolah

5) Indikator TatanannSarana Kesehatan

6) Indikator TatanannPondok Pesantren

a. PHBS di pondok pesantrenn

1. Pengertian

PHBS (Perilaku Hidup Bersihndan Sehat) di Pondok Pesantren

adalah suatu upaya untuknmembudayakan perilakunhidup bersih dan

Page 19: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

23

sehatnmasyarakat, khususnya dinkawasan pondok pesantren (Dinkes

Lumajang, 2013).

2. Tujuan

Tujuan adanya PHBS dinkawasan Pondok Pesantren untuk

meningkatkan pengetahuan,nperubahannsikap dan perilakunpara

santri, pengurus dannpengajarndi pesantrennkhususnya terhadap

programnKesehatannLingkunganndan GayanHidup Sehat (Dinkes

Lumajang, 2013).

3. Sasaran

Sasaran PHBS dinpesantrennmeliputi (Dinkes Lumajang, 2013) :

a) Sasaran primer : Para santri dannpengunjungnpesantren

b) Sasaran sekunder : Pengelola/pengurus,nPembina/pengajar

c) Sasaran Tersier : Bupati/walikota,nKetua DPRD,

Departemen Agama, nLSM/LSOM

4. Indikator

a) Personal Hygiene

b) Penggunaan airnbersih

c) Kebersihanntempat wudhu

d) Penggunakan jambannsehat

e) Kebersihannasrama

f) Kepadatannpenghuni asrama

g) Kebersihan ruangnbelajar

h) Kebersihannhalaman

i) Adanya kader Poskestren/santrinhusada

Page 20: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

24

j) Adanya kader poskestrennterlatih

k) Kegiatan kadernPoskestren

l) Bak penampungannair bebas jentik

m) Penggunaan garamnberyodium

n) Makanan bergizinseimbang

o) Pemanfaatan sarananpelayanan kesehatan

p) Gaya hidup tidaknmerokok

q) Gaya hidup sadarnAIDS

r) Peserta JPKM atau asuransinkesehatan lainnya

2.5 Pondok Pesantren

a. Pengertian

Menurut asal katanya pondok pesantrennberasalndari kata pondok

dan pesantren. Pondok berasalndarinbahasa arab “funduq” yangnartinya

tempat tinggal atau asrama dannpesantren berasalndari kata “santri”

yangnmendapatnawalannpendannakhirannannyangnberartintempatntinggal

nyanparansantrinyangnmencari ilmunagama (Sudiyo, 2016).

Pondok pesantren adalahnsuatunlembaga pendidikannislam tertua

di Indonesia. Sistem pendidikannyang diajarkan di pondoknpesantren

berfokuskan padanpendidikan islam (Andi, 2018).

b. Jenis-Jenis pondoknpesantren

Jenis-jenis Pondok Pesantrennyang dibedakannberdasarkan

kurikulumnya,nsistem pengajarannya,nmaupun kelasnya (Arif, 2013)

adalah sebagai berikut :

Page 21: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

25

1) Berdasarkan kurikulum

a) PesantrennTradisional

Pesantren tradisional merupakannpesantren yang menggunakan

sistem pengajarannnon-klasikal.nDasar utama yang diterapkan pada

pesantren ini adalahnpenguasaan Al-Quran dannmemperdalam

bahasanArabsebagai alatnuntuknmemperdalam buku-bukuntentang

fiqh (hukum Islam),nusulnfiqhn(pengetahuannmengenai sumber-

sumber dan sistem jurisprudensiinIslam), hadistn(sastranArab), tafsir

tauhidn(teologi Islam),ntarikhn(sejarah Islam),ntasawuf, dannakhlaq

(etika Islam).

b) Pesantren Modern

Pengajaran pendidikan menggunakan sistem pengajaran klasikal

(pengajaran dengan ilmu-ilmu dasar dan ilmu-ilmu umum).

2) Berdasarkan kelas-kelasnya

a) Pesantren kecil

Pesantren kecil adalahnpesantren dengan jumlah santri <

1000 dan pengaruhnyanterbatas padantingkatan kabupaten.

b) Pesantren menengah

Pesantren menengah adalah pesantren dengannjjumlah antara

1000-2000.

c) Pesantren besar

Pesantren besar adalahnpesantren yang dapat mempengaruhi

dan menarik santri-santri di nseluruh Indonesia.

Page 22: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

26

2.6 Profil Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang

Pondok Pesantren bahrul Maghfiroh Malang beralamat di Jl. Joyo

agung No 2, Desa Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Pondok

Pesantren Bahrul Maghfiroh didirikan pada tahun 1997 yang memiliki visi

misi untuk mendidik santri agar menjadi manusia muslim selaku kader-kader

ulama dan mubaligh yang berjiwa, ikhlas, tabah, tangguh, mandiri dalam

mengamalkan ajaran islam secara utuh dan dinamis serta siap bertugas

melayani dan mengasuh masyarakat. Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh

mengajarkan pendidikan islam dan ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu dasar

sehingga termasuk dalam Pondok Pesantren modern jika dilihat dari

pembagian pondok berdasarkan kurikulumnya. Pondok Pesantren Bahrul

Maghfiroh Malang memiliki 600 santriwan dengan tingkat pendidikan mulai

dari TK, SD, SMP, SMK, Madrasah Al-Qur’an, dan Madrasah Diniyah.

Sebanyak 400 santri tinggal menetap (santri mukim) di pondok pesantren,

santri tersebut terdiri dari 201 santri SMP dan 199 santri SMA dan 80 santri

baik SMP atau SMA digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi, diketahui Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh

memiliki 20 unit kamar tidur dengan jumlah penghuni sebanyak 10-30 santri.

Pengurus Pondok Pesantren kurang lebih berjumlah 20 orang. Lingkungan

fisik pondok pesantren terdiri dari 16 gedung yaitu :

1. Gedung 1 : Gedung SMA PP Bahrul Maghfiroh Malang.

2. Gedung 2 : Gedung SMP (2 lantai).

Page 23: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

27

3. Gedung 3 : Gedung asrama Al- Karim (2 lantai).

4. Gedung 4 : Gedung asrama Al-Fattah (2 lantai).

5. Gedung 5 : Gedung perpustakaan.

6. Gedung 6 : Kantor Pusat Pondok.

7. Gedung 7 : Kantor Unit Pendidikan Diniyah.

8. Gedung 8 : Pusat Bisnis (BM Market, BM Kantin).

9. Gedung 10 : Aula besar.

10. Gedung 11 : Masjid BM.

11. Gedung 12 : Studio Broadcasting.

12. Gedung 12 : Koperasi Syariah BMT.

13. Gedung 13 : RSS (Rumah Sehat Santri).

14. Gedung 14 : Makam Keluarga Pengasuh.

15. Gedung 15 : Gedung Pusat Layanan.

16. Gedung 16 : Gedung TK dan SD Bahrul Maghfiroh.

2.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku dengan Kejadian Skabies

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku.

Perilaku berdasarkan pengetahuan bertahan lebih lama jika dibandingkan

dengan perilaku tanpa landasan pengetahuan yang baik. Pengetahuan adalah

domain yang paling penting dalam pembentukan perilaku (Merlinae, 2015).

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor:

Page 24: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

28

1. Faktori nternal

a) Usia

Usia berhubungan dengan tingkat kematangan, semakin

bertambah usia semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap

terhadap sesuatu sehingga semakin banyak mendapatkan informasi dan

menambah pengetahuan yang dimiliki

b) Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan atau pengajaran yang diberikan

seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah seseorang

dalam menerima informasi sehingga semakin bertambah pengetahuan

yang dimilikinya.

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan cara memperoleh pengetahuan dengan

mengulang-ulang informasi yang didapatkan dalam memecahkan suatu

masalah yang dihadapi.

d) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu cara memperoleh pengalaman

dan pengetahuan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung.

Page 25: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

29

2. Faktor eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan membentuk kepribadian seseorang dalam

menyediakan informasi sehingga pengetahuan semakin banyak

didapatkan

b) Media massa/sumberi nformasi

Media massa atau sumber informasi adalah suatu objek yang

membentuk pengetahuan melalui berbagai informasi yang diberikan

(Lilis, 2017).

Pengetahuan memiliki peran yang dalam penyediaan informasi

mengenai penyebab dan pencegahan penyakit, khususnya penyakit kulit

skabies. Faktor kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor

(perilaku) saling berkaitan satu sama yang lain. Jika kognitif (pengetahuan)

kurang, mempengaruhi sikap (afektif) sehingga mempengaruhi perilaku

(psikomotor) (Dharmawan, 2016).

Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, status pekerjaan, pendidikan), faktor pemungkin

(ketersediaan sarana prasarana dan fasilitas kesehatan), dan faktor penguat

(peran tokoh masyarakat, tokoh agama, atau petugas kesehatan)

(Notoadmojo,2017).

Tingkat pengetahuan mempengaruhi prevalensi penyakit di suatu

komunitas. Tingkat pengetahuan baik menyebabkan terbentuk perilaku yang

baik terutama dalam berperilaku hidup bersih sehingga angka kejadian

Page 26: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

30

penyakit kulit dapat diminimalisir. Sebaliknya tingkat pengetahuan yang

kurang akan mendorong perilaku hidup tidak bersih sehingga beresiko dalam

meningkatkan prevalensi atau kejadian penyakit kulit menular, skabies salah

satunya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya pengetahuan dan

perilaku seseorang dalam permasalahan penyakit terutama penyakit kulit

menular yang diperankan sepenuhnya oleh personal hygiene, dimana

personal hygiene terbentuk dari perilaku seseorang dan perilaku dapat dinilai

dari tingkat pengetahuan yang dimiliki (Sutejo, 2017).

2.8 Penelitian yang Mendukung

2.8.1 Penelitian Sebelumnya

2.8.1.1 Jurnal studi yang berjudul “ Path Analysis on factors

Associated with the Risk of Scabies Among students at

Darussalam Islamic Boarding School “

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan

yang signifikan pengetahuan dengan skabies (p‹0,001, n = 90).

Hasil korelasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

mempengaruhi santri dalam menjaga personal hygiene

seseorang sehingga terhindar dari permasalahan penyakit,

salah satunya penyakit kulit menular skabies. Tingkat

pengetahuan sangat penting dalam pembentukan perilaku

sebagai deteksi dalam pencegahan penyakit. Pengetahuan

merupakan faktor utama dalam membentuk perilaku hidup

sehat.Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa status

Page 27: BABn2 TINJAUANnPUSTAKA 2.1nSkabieseprints.umm.ac.id/56769/3/BAB II.pdfskabies bisanmenyebabkan peningkatan darinIg E (Immunoglobulin E), eosinofilia,ndan reaksinhipersensitivitas (Currie,

31

sosial ekonomi dan perilaku hidup sehat berpengaruh terhadap

kejadian skabies (Dharmawan, 2016).

2.8.1.2 Jurnal studi “ Gambaran Kondisi Sanitasi Lingkungan dan

Perilaku Santri terkait Penyakit Skabies ”

Hasil penelitian menunjukkan penyakit skabies

menyerang sebagian besar responden dengan presentasi 84,3%

dari 102 santri yang dijadikan sample dalam penelitian. Santri

tidak mengetahui media penularan skabies, hal ini ditunjukkan

sebagian besar responden (54,9 %) tidak bisa menyebutkan

media penularan skabies. Hal ini didukung oleh kurangnya

pengetahuan santri mengenai kejadian penyakit skabies karena

pengetahuan merupakan salah satu faktor penting terbentuknya

perilaku seseorang.

Santri pondok pesantren menunjukkan sikap yang

negatif terhadap praktik bertukar alat sholat dan mengganti

sprei. hasil penelitian menunjukkan 96,1% santri menempati

kamar asrama dalam kondisi sanitasi yang buruk. Tiap kamar

rata-rata di huni 15-20 santri bahkan ada yang 30 santri. Hal ini

menunjukkan kelembapan yang tinggi, kurangnya sanitasi, dan

kepadatan hunian merupakan faktor yang menyebabkan

tingginya prevalensi skabies (Matius, 2016).