BAB_I_dan_2

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut Undang – Undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari sese dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain !akna kesehatan jiwa memp sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan "ara berhubungan dengan orang lain #edangkan menurut $N$ keperawatan merupakan satu bidang spesia praktik keperawatan yang menerapkan teoriperilaku manusiasebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri se"ara teraupetik sebagai kiatnya %ari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera se"ara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasa konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian diri &ndikator mengenai keadaa mental'psikologis'jiwa yang minimal adalah indi(idu tidak merasa tertekan ) #ujono *iyaldi + eguh -urwanto, .//9 halaman 1 0 !enurut 2 , sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental d serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun ke"a"atan ) menurut 2 0 #ementara data yang ditemukan oleh penulis di *umah #akit %uren #awit 4akarta di belimbing pada bulan No(ember ./1. sampai !ei ./13, penderita gangguan jiwa ber 359 orang, dengan penderita 2alusinasi .3 orang, penderita isolasi sosial penderita -erilaku Kekerasan 6/ orang, %episit -erawatan %iri ./ orang, %iri *endah 5 orang )#umber 7 *umah #akit Khusus %uren #awit 4akarta imur *uang 8elimbing 0 4ika seorang indi(idu tidak mempunyai "iri sehat jiwa maka indi(idu tersebut meng sakit jiwa dan membutuhkan perawatan jiwa merawat dan menyehatkan jiwa kem Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan di sendiri se"ara teraupetik dalam mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental kl dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada ) &yus osep, .//5 0 $dapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi7 peran perawat promotif a meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan'menurunkan angka kesakitan dengan "ara memberikan penyuluhan tentang kesehatan fisik'men"egah usaha bunuh diri kesehat peran perawat pre(entif adalah mengidentifikasi perilaku khusus dan menghindari

description

gffyj,kl

Transcript of BAB_I_dan_2

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar BelakangKesehatan jiwa menurut Undang Undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut ANA keperawatan merupakan satu bidang spesialistik praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusiasebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara teraupetik sebagai kiatnya.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian diri. Indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah individu tidak merasa tertekan atau depresi. ( Sujono Riyaldi & Teguh Purwanto, 2009 halaman 1 ).Menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. ( menurut WHO ).Sementara data yang ditemukan oleh penulis di Rumah Sakit Duren Sawit Jakarta di Ruang belimbing pada bulan November 2012 sampai Mei 2013, penderita gangguan jiwa berjumlah 379 orang, dengan penderita Halusinasi 253 orang, penderita isolasi sosial 35 orang, penderita Perilaku Kekerasan 60 orang, Depisit Perawatan Diri 20 orang, penderita Harga Diri Rendah 7 orang. (Sumber : Rumah Sakit Khusus Duren Sawit Jakarta Timur Ruang Belimbing ).Jika seorang individu tidak mempunyai ciri sehat jiwa maka individu tersebut mengalami sakit jiwa dan membutuhkan perawatan jiwa merawat dan menyehatkan jiwa kembali. Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental klien, dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada ( Iyus Yosep, 2007 ). Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi: peran perawat promotif adalah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/menurunkan angka kesakitan dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan fisik/mencegah usaha bunuh diri kesehatan, peran perawat preventif adalah mengidentifikasi perilaku khusus dan menghindari kegagalan peran, peran perawat kuratif adalah menyediakan lingkungan yang kondusif, memecahkan masalah, merawat kesehatan fisik/mencegah usaha bunuh diri melalui terapi psikoterapi dan terapi medik, peran perawat rehabilitatif adalah dengan mengikutsertakan klien dalam kelompok, mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan dan melatih ketrampilan klien sehingga isolasi sosial dapat terkontrol dengan baik.Melihat data diatas, penulis tertarik dan berminat untuk membahas kasus Asuhan Keperawatan pada Tn.R dangan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Belimbing Rumah Sakit Khusus Duren Sawit Jakarta Timur.B.Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumUntuk mengetahui secara nyata dan lebih mendalam tentang asuhan Keperawatan pada klien Tn.R dengan masalah utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

2. Tujuan KhususDiharapkan penulis mampu :a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.b. Merumuskan masalah keperawatan dan pohon masalah pada klien Tn.R Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.c. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.g. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus serta faktor pendukung penghambat , dan mencari alternatif pemecahan masalah pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.h. Mendokumentasikan semua kegiatankeperawatan secara narasi pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran.

C.Ruang LingkupRuang lingkup penulisan Makalah ilmiah ini penulis hanya membahas asuhan keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran di ruang Belimbing Rumah Sakit Khusu Duren sawit Jakarta Timur dari tanggal 16 18 Mei 2013.

D.Metode PenulisanDalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu suatu metode yang menggambarkan situasi masalah melalui wawancara, observasi, data dari catatan keperawatan dan catatan medik serta perawat ruangan melalui proses keperawatan yaitu ; pengumpulan bahan bacaan, mempelajari dan memahami buku-buku dan sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan didalam makalah ini, mengadakan observasi untuk melakukan pengamatan dan memberi asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dokumentasi yaitu penulis dalam melengkapi data merujuk dari catatan keperawatan dan medik klien.

E.Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima bab, yaitu ;1. BAB I Pendahuluan meliputi : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.2. BAB II Tinjauan Teori meliputi : tinjauan teori, terdiri dari konsep dasar yang meliputi definisi, psikodinamika (etiologi, proses terjadinya halusinasi, jenis-jenis halusinasi, komplikasi), rentang respon, dan asuhan keperawatan (pengkajian, pohon masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi).3. BAB III Tinjauan Kasus meliputi : tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.4. BAB IV Pembahasan meliputi : pembahasan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.5. BAB V Penutup meliputi : terdiri dari kesimpulan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan saran.6. Daftar Pustaka.7. Lampiran.

BAB II TINJAUAN TEORI

A.Pengertian Halusinasi adalah gangguan persepsi yang dapat timbul pada klien skizofrenia, psikosa, pada sindroma otak organik, epilepsi, nerosa histerik, intokasi atropin, atau kecubung dan zat halusinogenik.( Trimelia, 2011 hal.2 )Halusinasi adalah tergantungnya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus ( Varcarolis, 2006 ).Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar. Halusinasi merupakan distori persepsi yang muncul dari berbagai indera. (Stuart & Laraia, 2005 ).Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan persepsi sensori halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasipalsu berupa suara, penglihatan, pengecapan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu perubahan persepsi sensori bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpaadanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan ( pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapan ). (Nita Fitria, 2010 hal. 51-52 ).

B.Pikodinamika1. Etiologi Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi atau keadaan yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi dapat terjadi karena gangguan otak akibat kerusakan pada otak, keracunan dan pengaruh lingkungan sosial budaya yang berbeda dapat menimbulkan persepsi berbeda.

a. Predisposisi 1. Faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan adanya stres yang berlebihan, tubuh seseorang yang menghasilkan zat halusinogenik neurokimia ( struktur dan fungsi otak ) yang dapat menimbulkan timbulnya halusinasi.2. Hubungan psikologis yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.3. Faktor sosiokultural berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseoarang merasa disinngkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan ayang membesarkannya.4. Faktor perkembangan jika tugas perkembangan mengalami hambatan dalam hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.5. Faktor genetik, gen yang brpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor PresipitasiFaktor presipitas yaitu stimulus yang di persepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan seperti, partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

2.Proses Terjadinya HalusinasiTahapan halusinasi, karakteristik, dan perilaku yang ditampilkan terbagi atas empat tahap/fase :

a. Tahap I ( Non-Psikotik )Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.Karakteristik : Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan. Mencoba berfokus pada pikiran dan menghilangkan kecemasan. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.

Perilaku yang muncul: Tersenyum atau tertawa sendiri Menggerakan bibir tanpa suara. Pergerakan mata yang cepat. Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.

b. Tahap II ( Non-Psikotik )Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipati.Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut. Mulai kehilangan kontrol. Menarik diri dari orang lain.

Perilaku yang muncul : Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Perhatian terhadap lingkungan menurun. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun.

c. Tahap III ( Psikotik )Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.Karakteristik : Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya. Isi halusinasi menjadi atraktif. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.

Perilaku yang muncul : Klien menuruti perintah halusinasinya. Sulit berhubungan dengan orang lain. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat.

d. Tahap IV (Psikotik )Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.Karakteristik : Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol. Tidak dapat berhubungan nyata dengan orang lain di lingkungan.Perilaku uang muncul : Resiko tinggi mencederai. Agitasi/kataton. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada.

3.Komplikasia. Munculnya perilaku untuk menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang mengakibatkan dari persepsi sensori palsu, tanpa adanya stimulus exsternal.b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dari orang lain, karena tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.c. Klien tidak memperlihatkan perl;indungan diri seperti kebersihan diri dan nutrisi.4.Jenis jenis HalusinasiAdapun jenis jenis halusinasi yaitu ;a. Halusinasi pendengaran ( auditory )Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu ( kadang kadang hal yang berbahaya ).Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat kamit, dan ada gerakan tangan.

b. Halusinasi penglihatan ( visual )Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau yang menakutkan Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.

c. Halusinasi penciuman ( olfactory ) Tercium bau busuk, amis dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine atau fases atau bau harum seperti parfum.Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.

d. Halusinasi pengecapan ( gustatory )Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, mulut seperti rasa darah, urine dan fases. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah dan muntah.

e. Halusinasi perabaan ( taktil ) Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada yang mengerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, mengaruk garuk atau meraba raba permukaan kulit, terlihat menggerak gerakan badan, seperti merasakan sesuatu rabaan.

f. Halusinasi simestik Merasakan fungsi tubuh, seperi darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuh melayang di atas permukaan bumi.Perilaku yang muncung adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

C.Rentang ResponMenurut Stuart dan Sundeen, 1998, dikutif Nita Fitria, 2009 hal.6Respon AdaptifRespon maladaptif

Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sesuai Hubungan sosial harmonis Pikiran kadang menyimpang Ilusi Reaksi emosional berkurang/berlebihan Perilaku ganjil Menarik diri

Gangguan prose pikir/delusi/waham Ketidakmampuan untuk mengalami emosi Ketidakteraturan Isolasi sosial halusinasi

Keterangan :1. Pikiran logisIde yang berjalan secara logis dan koheren2. Persepsi akuratProses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian ( attention ) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya.3. Emosi konsistenManifestasi perasaan yang konsisten atau efek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.4. Perilaku sesuaiPerilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma norma sosial dan budaya umum yang berlaku.5. Hubungan sosialHubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok, dalam bentuk kerja sama.6. IlusiPersepsi atau pengamatan yang menyimpang.7. Emosi berlebihanManifestasi perasaan atau efek keluar berlebihan atau kurang.8. Perilaku ganjilPerilaku individu berupa tindakannyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma sosial atau budaya umum yang berlaku.9. DelusiKeyakinan seseorang yang salah berdasarkan kesimpulan yang keliru tentang kenyataan luar dan dengan kokoh dipertahankan dari pada mempertengkarkannya serta bukti atau kenyataan yang nyata terhadap kebalikannya.

10. HalusinasiKeadaan dimana individu mengalami perubahan sensori atau kesan yang salah terhadap stimulus baik secara internal maupun eksternal.11. Isolasi sosialMenghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.12. Menarik diriPercobaan untuk menarik interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.13. Pikiran kadangManifestasi dari persepsiempuls eksternal melalui menyimpang alat panca indra yang memproduksi gambaran se3nsorikpada area tertentu diotak kemudia di interprestasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.