BAB_I1

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin semarak komunikasi bisnis lintas budaya tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Di samping itu, kesempatan masuknya kegiatan bisnis dari satu Negara ke Negara yang lain semakin terbuka, sehingga komunikasi bisnis lintas budaya menjadi pokok bahasan yang semakin menarik. Dalam bab ini dibahas tentang berbagai yang berkaitan dengan komunikasi bisnis lintas budaya, yang meliputi bahasan tentang pengertian komunikasi bisnis lintas budaya dan arti pentingnya bagi para pelaku bisnis, baik bisnis yang berskala nasional maupun internasional. Di samping itu, mengingat komunikasi bisnis lintas budaya ini berhubungan dengan daerah maupun Negara lain yang memilikibudaya, bahasam adat-istiadat, nilai-nilai, dan kepercayaan yang berbeda-beda, dibahas pula apa hambatan atau kendala yang muncul dalm komunikasi bisnis lintas budaya tersebut. Apabila telah ditemukan apa yang terjadi kendala dalam komunikasibisnis lintas budaya, perlu dicarikan bagaimana solusinya. Bagaimana meningkatkan keterampilan komunikasi bisnis lintas budaya juga menjadi salah satu factor penting yang perlu mendapat perhatian para manajemen puncak suatu perusahaan. 1

description

nnn

Transcript of BAB_I1

Page 1: BAB_I1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSemakin semarak komunikasi bisnis lintas budaya tidak lepas dari semakin

pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Di samping itu,

kesempatan masuknya kegiatan bisnis dari satu Negara ke Negara yang lain semakin

terbuka, sehingga komunikasi bisnis lintas budaya menjadi pokok bahasan yang

semakin menarik.

Dalam bab ini dibahas tentang berbagai yang berkaitan dengan komunikasi

bisnis lintas budaya, yang meliputi bahasan tentang pengertian komunikasi bisnis

lintas budaya dan arti pentingnya bagi para pelaku bisnis, baik bisnis yang berskala

nasional maupun internasional.

Di samping itu, mengingat komunikasi bisnis lintas budaya ini berhubungan

dengan daerah maupun Negara lain yang memilikibudaya, bahasam adat-istiadat,

nilai-nilai, dan kepercayaan yang berbeda-beda, dibahas pula apa hambatan atau

kendala yang muncul dalm komunikasi bisnis lintas budaya tersebut.

Apabila telah ditemukan apa yang terjadi kendala dalam komunikasibisnis

lintas budaya, perlu dicarikan bagaimana solusinya. Bagaimana meningkatkan

keterampilan komunikasi bisnis lintas budaya juga menjadi salah satu factor penting

yang perlu mendapat perhatian para manajemen puncak suatu perusahaan.

1.2 Rumusan MasalahA. Bagaimana Era Bisnis Global (Budaya organisasi, tantangan global)?

B. Apa Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya?

C. Bagaimana Cara Memahami Parbedaan Budaya?

D. Bagaimana Cara Berkomunikasi dengan Budaya Asing?

1

Page 2: BAB_I1

1.3 Tujuan Untuk mengetahui Era Bisnis Global (Budaya organisasi, tantangan global) Untuk mengetahui Pengertian Bisnis Komunikasi Lintas Budaya. Untuk mengetahui Cara Memahami Perbedaan Budaya. Untuk mengetahui cara Berkomunikasi dengan Budaya Asing.

BAB II2

Page 3: BAB_I1

PEMBAHASAN

2.1 ERA BISNIS GLOBAL (BUDAYA ORGANISASI,

TANTANGAN GLOBAL)Berbisnis dalam era globalisasi merupakan salah satu usaha manusia dalam

memperoleh barang dan menawarkan jasa. Pada umumnya dunia bisnis sangat erat

kaitanya dengan pemahaman seseorang tentang ilmu ekonomi, yang erat kaitanya

dengan aktivitas produksi, pmebelian maupun pertukaran barang dan jasa yang

melibatkan orang atau perusahaan. Berbisnis lebih menekankan pada sebuah cara

sedangakan pembisnis adalah orang yang melakukan aktivitas itu sendiri.

Terkadang kebiasaan masyarakat kita bisnis sangat di identikan dengan sebuah

keberadaan perusahaan dalam faham-faham yang berlandaskan ilmu ekonomi. Orang

yang berada atau yang memegang penuh kekuasaan dalam sebuah perusahaan tentu

memiliki andil yang sangat besar dalam mengembankan sebuah bisnisnya. Berbisnis

dalam era globalisasi tentunya memiliki banyak trobosan yang hadir dalam peluang,

tantangan, ancaman dan kelebihan dalam perjalanannya. Era global yang mulai kaya

akan informasi dan kemajuan teknologi membuat banyak model bisnis berkembang

pesat dengan cepat. Perkembangan ini tentu saja mengakibatkan banyak perubahan

yang segnifikan dalam dunia bisnis.

Era Globalisasi dewasa ini banyak mempengaruhi perubahan pada pasar

Global dan merembet ke dunia bisnis dalam sekala mikro. Globalisasi dan

perkembangan teknologi mendorong terjadinya sebuah sleksi dan eliminasi teradap

model bisnis yang berkembang bahkan yang suda maju sekalipun. Globalisasi dalam

dunia binis tida ubanya ibarat sebuah sleksi alamiah yang tidak bisa dihindari.

3

Page 4: BAB_I1

Sebagai dampak globalisasi dan perkembangan teknologi, kondisi pasar saat

ini banyak mengalami perubahan yang mendasar. Berikut adala perbuhan-perubahan

yang terjadi akibat dampak dari globalisasi dan perkembangan teknologi pada sebuah

bisinis di era Global :

1. Kekuasaan sudah berada ditangan konsumen

2. Batasan wilayah bukan menjadi sebuah maslah yang berarti

3. Sekala Produksi yang besar (Kuantitas produksi) bukanlah menjadi sebuah

keharusan mutlak

4. Peniruan dan pengusaan teknologi sangat cepat

5. Persaingan semakin ketat dalam hal kualitas dan kuantitas barang

6. Semakin meningkatnya kepekaan konsumen terhadap harga dan nilai.

Kesimpulan : Berbisnis dalam era globalisasi merupakan sebuah keharusan yang akan

menjadi tolak ukur bagi para pelaku bisnis, jika untuk memulai bisnis harusalh faham

tentang seluk beluk teori ekonomi bisnis yang sangat erat kaitanya dengan cara dan

strategi marketing di Era global. Banyak pebisnis yang gagal karena mereka kurang

memahami bisnis yang mereka jalani dan belum siap dalammenghadapai persaingan

dan perkembang teknologi di era ini. Perencanaan bisnis yang di susun secara cermat,

tepat dan akurat akan membantu dalam mengatasi masalah di era global karena

sejatinya rencana sangat erat kaitanya dengan isi dan substansi dari bisnis yang anda

geluti.

4

Page 5: BAB_I1

BUDAYA ORGANISASI ERA GLOBAL

Solusi Teoritis

Budaya organisasi unggul dapat ditumbuhkan dengan menata elemen-

elemennya. Elemen-elemen ini saling terkait satu dengan yang lainnya dan tidak

boleh bertabrakan satu dengan yang lainnya secara tidak harmonis. Ibarat

membangun istana, para perencana harus mempertimbangkan kondisi estetik dan

fisik bangunan-bangunan di sekitarnya. Dalam melakukan transformasi nilai-nilai,

elemen-elemen ini harus ditata kembali, diperiksa sejauh mana manfaat dan

konsistennya untuk memiliki penafsiran yang sama diantara seluruh pelaku dalam

organisasi.

Selanjutnya membangun budaya organisasi unggul ini hendaknya dilakukan

dengan membangun dan memperhatikan kembali elemen-elemen budaya organisasi

sebagai berikut :

1.      Memperhatikan Sejarah Organisasi

Setiap organisasi mempunyai sejarah, dan sejarah tidak dapat dihapus begitu saja

seperti tentara menghapus jejak di tanah. Sejarah manusia dibentuk oleh sejarah

bangsanya yang terbentuk selama ratusan tahun. Demikian pula dalam perusahaan

atau institusi perusahaan. Sejarah adalah salah satu kekuatan sebuah organisasi.

2.      Membangun Nilai-nilai Dasar dan Keyakinan.

Nilai-nilai dasar (values) dan keyakinan (beliefs) adalah fondasi dari sebuah

identitas organisasi. Nilai-nilai adalah sesuatu yang memaknai jati diri seorang

anggota organisasi dalam keadaan apapun juga (suka maupun duka). Sedangkan

keyakinan adalah sesuatu yang dipercayai bersama (a shared vision).

3.      Membangun Simbol-simbol yang Kasat Mata

Nilai-nilai dan keyakinan di atas adalah sesuatu yang bersifat sulit difahami oleh

orang awam dan bersifat intangibles. Oleh karena itu nilai-nilai itu perlu

diterjemahkan kedalam nilai-nilai yang kasat mata (simbol). Simbol-simbol ini dapat

berbentuk logo, nama perusahaan, cara berpakaian karyawan dan sebagainya.

Peremajaan kembali simbol-simbol secara periodic juga diperlukan untuk

memaknai kembali keberadaan perusahaan dan pasarnya.

5

Page 6: BAB_I1

4.      Menciptakan Tag Line

Banyak pula organisasi yang menggunakan bentuk bahasa seperti slogan, moto,

filosofi, bahasa percakapan, dan bentuk-bentuk lainnya untuk memberikan arti

tertentu kepada karyawannya. Bentuk-bentuk ini digali oleh para pemimpin

organisasi sebagai pemimpin spiritual perusahaan.

5.      Menciptakan Ritual dan Seremoni

Budaya organisasi unggul dapat dikembangkan melalui serangkaian acara-acara

tertentu (ritual dan seremoni). Yang dimaksud dengan ritual adalah sebuah kegiatan

yang ekspresif dan dilaksanakan secara berkala dan konsisten, . Acara-acara di

disain dengan memberikan bobot manfaat kepada anggota organisasi sebab pada

acara itu akan hadir segala lapisan posisi di perusahaan. Terdapat empat macam

ritual yang dapat dikembangkan, yaitu Pertama, Ritual Penerimaan, untuk

memberikan orientasi kepada anggota baru perusahaan atau organisasi. Kedua,

Ritual Penguatan, untuk mengingatkan para karyawan bahwa mereka telah melewati

suatu masa tertentu, dan menduduki posisi yang agak senior di perusahaan. Ketiga,

Ritual Pembaruan, untuk meningkatkan kemampuan seseorang melalui pelatihan

berjenjang yang kompetitif dan berjangka waktu cukup lama. Keempat, Ritual

Integrasi, untuk menciptakan iklim dan perasaan kebersamaan diantara para

karyawan, dan menimbulkan komitmen terhadap organisasi.

6

Page 7: BAB_I1

Solusi Empirik

Definisi budaya organisasi unggul sesuai dengan konsep “Toyota Way”,

dimana yang diterima dalam suatu kelompok tertentu adalah berdasarkan penemuan

atau pengembangan dalam proses pembelajaran, yang selanjutnya mampu digunakan

untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, dan selanjutnya

diajarkan kepada anggota kelompok baru sebagai cara yang benar serta diyakini,

dirasakan serta menjadi pola pikir dalam bertindak.

Menurut Fujio Cho dalam buku Toyota Way (2001), bahwa sejak dari

pendiri Toyota hingga sekarang, seluruh anggota telah dan selalu mentaati prinsip-

prinsip dasar untuk berkontribusi kepada masyarakat dan lingkungan dengan

menjalankan proses produksi yang menghasilkan produk berkualitas dan pelayanan

yang prima. Kegiatan bisnis Toyota selalu didasarkan kepada nilai dan keyakinan

tersebut yang disepakati bersama dan menjadi Budaya Toyota. Toyota Way

mengilustrasikan sebagai “iceberg” yang menggambarkan puncak gunung es,

dimana yang nampak dipermukaan hanya salah satu aspek dari budaya Toyota,

sementara yang lain dibawah permukaan yang merupakan budaya Toyota yang

sebenarnya.

Yang terlihat dipermukaan adalah what we see, hal ini merupakan simbol

dan perilaku yang sering dilihat oleh tamu atau konsultan jika berkunjung ke pabrik

Toyota, antara lain : baju seragam, struktur organisasi, tata letak, kebersihan, logo,

visi dan misi yang tertulis, TPS tools (andon, kanban, just in time, visual board),

TPM. Sedangkan yang di bawah permukaan adalah what they say, yang merupakan

norma dan nilai yang diwujudkan dari rasa hormat kepada sesama, peningkatan yang

berkesinambungan, proses yang baik akan menghasil produk yang bagus, kualitas,

mengutamakan pelanggan, bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

Yang terakhir dan merupakan prinsip dasar dari semuanya adalah what they deeply

believe and act on, Toyota mempunyai tanggung jawab yang luas terhadap people,

masyarakat, dan satisfy keinginan pelanggan. Ini prinsip dasar yang telah dimiliki

Toyota sejak pendiri perusahaan hingga sekarang.

Beberapa perusahaan otomotif di Amerika sudah mencoba untuk

menerapkan budaya organisasi Toyota, melalui rekrutmen Manager Toyota atau

menggunakan konsultan, namun banyak yang belum berhasil

mengimplementasikannya. Hal ini diduga yang dipelajari oleh perusahaan pesaing

7

Page 8: BAB_I1

dan perusahaan lain hanya yang berada di permukaan “gunung es”, yaitu apa yang

hanya dapat dilihat, sedangkan budaya yang hidup, diyakini dan dijalankan oleh

karyawan Toyota tidak mudah untuk dilihat dan ditiru (Norms, Values and

underlying assumptions). Adapun budaya Toyota dimaksud adalah sbb:

a.      Budaya Inovasi, Kaizen (continoues improvement) dan Partisipasi seluruh

Karyawan

Sakichi Toyoda (Toyota generasi 1), penemu mesin tenun, mempunyai visi,

yaitu bagaimana membuat proses penenunan menjadi efisien dan simple sehingga

ibu-ibu pekerja tidak kesulitan membuat kain yang berkualitas dan efisien. Visi dari

pendiri inilah yang diyakini dan diwarisi oleh seluruh karyawan Toyota hingga saat

ini. Inovasi akan menghasilkan lompatan teknologi yang jauh melebihi pesaing,

namun membutuhkan waktu, sumber daya yang handal dan biaya yang tidak murah.

Kaizen, adalah budaya untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan. Setiap

tahun ribuan inovasi, adaptasi, penyempurnaan metode kerja berlangsung terus

menerus, sehingga perusahaan selalu maju ke depan secara konstan dan melibatkan

seluruh karyawan untuk berpartisipasi. Toyota memiliki team untuk melakukan

Kaizen dan problem solving, antara lain: (1) Quality Circle Team; (2) Working

committee team; (3) Group leader team; (4) Department team; (5) Plant team; (6)

Continent company team; (7) Worldwide company team.

b.      Budaya kualitas tenaga, kualitas proses, kualitas hasil dan Layanan Purna Jual

Prima

Toyota fokus “Building Quality People” yang akan menghasilkan Quality proses

dan produk serta layanan yang prima. Budaya Quality diawali dengan proses

rekrutmen dan seleksi yang berkualitas, training (class dan on job training), job

rotasi dan pengembangan kemampuan kualitas sumber daya manusia yang

berjenjang dan berkelanjutan. Untuk kelancaran implementasi budaya tersebut di

atas, maka masing-masing level akan dibekali pendidikan sesuai tugas dan tanggung

jawabnya, mulai dari tim member, team leader, manager dan general manager.

8

Page 9: BAB_I1

c.       Budaya “Orientasi pada proses (vs hasil)”

Semua perusahaan selalu berusaha menghasilkan produk yang berkualitas

dengan menggunakan proses produksi yang benar dan teruji, serta mencegah adanya

produk yang jelek dan proses produksi yang buruk. Toyota tidak bisa menerima

apabila produk yang dihasilkan bagus tetapi proses produksi buruk, meskipun hal ini

bisa diterima oleh perusahaan lain (orientasi hasil), karena hal tersebut terjadi karena

faktor keberuntungan. Toyota lebih memilih produk yang masih kurang bagus tetapi

melalui proses produksi yang benar dan teruji karena hal ini disebabkan oleh

kemungkinan kesalahan manusia dan proses bersifat berulang sehingga menjadi titik

awal untuk dilakukan proses perbaikan (proses Kaizen) dengan menggunakan

konsep PDCA (Plan Do Check Action).

d.      Budaya “Clean and Safe Workplace (5S)

5S (clean and safe) merupakan budaya yang paling mendasar dan wajib bagi

karyawan Toyota dan bukan hanya di produksi area tetapi juga di bagian

pergudangan, kantor dan semua area di Toyota. Program 5S merupakan standar awal

untuk melakukan “problem solving” , juga akan meningkatkan produktifitas,

kualitas dan keselamatan kerja.

e.       Budaya “Genba (Go to floor)”

Genba adalah kebiasaan managemen Toyota untuk selalu turun ke lapangan

untuk mengamati dan mendapatkan fakta yang sebenarnya. Problem solving yang

efektif, cepat dan tepat sasaran sebaiknya dilakukan pada sumber masalahnya

dengan melibatkan karyawan (operator, group leader) yang bersangkutan. Genba

juga menjadi sarana komunikasi dua arah yang efektif antara manajemen dan

karyawan secara langsung, sehingga akan terbina hubungan yang harmonis.

9

Page 10: BAB_I1

Berbagai upaya yang dikembangkan perusahaan Toyota secara

berkesinambungan telah membuktikan bahwa budaya organisasi perlu ditumbuhkan

sejak awal dan terinspirasi oleh para pendiri perusahaan yang selanjutnya diteruskan

oleh para eksekutif perusahaan. Budaya ini disepakati dan dijalankan dalam

keseharian operasi mulai jenjang terbawah sampai tertinggi. Sebagai ilustrasi terlihat

bahwa kinerja keuangan Toyota secara keseluruhan terus meningkat apabila

dibandingkan industri otomotif yang lainnya. Data menunjukkan bahwa Toyota

berhasil menekan angka kegagalan produksi sampai yang terkecil disbanding

industri otomotif lainnya, dan berada di bawah angka rata-rata industri. Selain itu

Toyota juga berhasil menekan waktu kerja per kendaraan dan mempertahankan

relative stabil dibandingkan perusahaan otomotif lainnya yang cukup berfluktuasi.

Kondisi tersebut merupakan bukti bahwa budaya organisasi di Toyota terbukti

memang unggul, dan bisa diimplementasikan tidak hanya di Jepang, namun

diseluruh pabrik Toyota di berbagai Negara.

TANTANGAN BISNIS ERA GLOBALISASI

1. Tantangan dari faktor mikro dan makro

2. Tantangan ekonomi global :

Pergeseran informasi ekonomi

Dampak populasi tua yang semakin membesar

Tekanan tingkat kualitas dan pelayanan konsumen

Peningkatan daya saing pekerja.

10

Page 11: BAB_I1

2.2 PENGERTIAN KOMUNILASI BISNIS LINTAS BUDAYABagi para pelaku bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu daerah,

wilayah, atau Negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan

organisasi bisnis. Secara sederhana, komunikasi bisnis lintas budaya adalah

komunikasi yang digunakan dalam dunia bisanis baik komunikasi verbal maupun

nonverbal dengan memperhatikan fackor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah,

atau Negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya

budaya aing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di

berbagai daerah dalam wilayah suatu Negara

Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat kaya dengan aneka macam

budaya merupakan salh satu contoh yang sangat berharga bagi para pelaku bisnis

dalam menerapkan komunikasi bisnis lintas budaya. Sebagaimana diketahui, setiap

daerah yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh

daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain,

bagaimana seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka memanfaatkan

waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau

mempercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka,

bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.

Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau

ke negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi

sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di

suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang

dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Sebai contoh, seorang pelaku bisnis inini

memasarkan produk baru ke negara lain pada saat musim salju. Produk apa saja yang

sebaiknya dipasarkan pada saat musim seperti itu? Pemahaman yang baik terhadap

bagaimana masyarakat suatu negara bersikap dan berperilaku dalam kehidupan atupan

sehari-hari mereka di musim-musim tertentu sangatlah diperlukan, apalagi bagi para

pelaku bisnis.

Pada umumnya masyarakat, masyarakat di suatu negara yang memiliki musim

salju akan mempersiapkan berbagai kebutuhan hidupnya sesuai dengan cuaca yang

sangat dingin dengan suhu di bawah nol derajat. Pada saat musim salju tiba, mereka

memerlukan berbagai macam produk yang sesui dengan musimnya, misalnya produk

jaket, sweter, alat penghangat ruangan, sepatu untuk salju, sarung tangan untuk salju,

11

Page 12: BAB_I1

dan sejenisnya. Oleh karena produk-produk tersebut sangat dibutuhkan oleh

masyarakatr, wajar apabila harganya pada saat musim salju relative mahal,

sebaliknya, harga di luar musim salju cenderung murah kerena dijual dengan harga

diskon atau obral.

1. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas budaya Sudah saatnya para pengambil keputusan, khususnya manajemen puncak,

mengantisipasi era pelanggan bebas dan globalisasi sejak dini. Era yang ditandai

dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk teknologi komunikasi

ini, menyebabkan pertukaran informasi dari suatu Negara ke Negara lain semakin

leluasa, sehingga seoalah dunia ini tidak terikat dengan sekat-sekat yamg membatasi

wilayah suatu Negara.

Tanpa harus mengamati secara jeli, orang awam pun mengetahui bahwa sudah

lama Indonesia memasuki era globalisasi. Contoh seserhananya adalah masuknya

sejumlah produk dan jasa luar negeri yang dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen

di tanah air, seperti makanan cepat saji, minuman ringan, mainan anak-anak, pakaian,

perlengkapan komunikasi, computer personal, produk elektronik (audio visual), dan

pekerja asing dalam berbagai bidang keahliannya.

Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasin perusahaan-

perusahaan besar mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya,

perusahaan-perusahaan besar beroperasi di tanah air baik di bidang manufaktur,

eksplorasi, maupun, jasa, menggunakan beberapa konsultan asing untuk membantu

mengembangkan perusahaan mereka. Begitu pula sebaliknya, perusahaan-perusahaan

besar di tanah air juga ada yang membangun bisnisnya ke berbagai Negara.

Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis

lintas budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di

antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang

atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melaui tulisan (termasuk

komunikasi lewat internet) maupun lisan (bertatap muka langsung)

12

Page 13: BAB_I1

Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakan ekonomi di berbagai

kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin

penting. Saat ini ada beberapa pola kerja sama ekonomidi berbagai kawasan dunia

seperti kawasan ASEAN (AFTA/ASEAN Free Tade Area), kawasn Asia Pasifik

(APEC) kawasan Amerika Utara (NAFTA/ North American Free Trade Area),

kawasan Kanada (CFTA/Canada Free Trade Area), kawasan Eropa Tengah

(CEFTA/Central European Free Trade Agreement), kawasan Eropa (EFTA/European

Free Trade Area), dan kawasan Amerika Latin (LAFTA/Latin American Free Trade

Association).

Pendek kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional

masuk ke wilayah suatu Negara dan didorong dengan semakin pesatnya

perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saai itulah kebutuhan

akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.

13

Page 14: BAB_I1

2.3 MEMAHAMI PERBEDAAN BUDAYASetiap orang hidup, tumbuh, dan berkembang dalam suatu kelompok-

kelompok tertentu, baik yang berkaitan dengan kelompok keagamaan, profesi, dan

bisnis. Mereka masing-masing menerapkan suatu aturan maupun, perilaku yang

sesuai dengan budayanya. Contoh sederhananya adalah penanpilan, cara berpakaian,

bertemu, berjalan, dan berbicara di antara kelompok masing-masing akan berbeda.

Cobalah anda amati masing-masing kelompok yang ada di lingkungan anda sendiri,

dalam hal berpakaianm bertemu, berjalan, dan berbicara.

1) Definisi Budaya

Budaya dapat didefinisikan bermacam-macam benrgantung pada sudut

pandang setiap ahli. Berikut ini adalah beberapa dfinisi tentang budaya.

Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, budaya diartikan sebagai sekumpulan

pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.. pengalaman hidup

masyarakat tentu sangatlah penting banyak dan variatif, termasuk di dalamnya

bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masayarakat itu sendiri.

Menurut Hofsdtede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas ikiran

yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.

Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman kolektif yang

menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah lahir, di

dunia ini. Sebagai contoh, di Jepang ketika seorang bayi baru lahir, untuk

beberapa tahun awal bayi si bayi tidur di kamar orang tuanya. Sedangkan di

Inggris dan Amerika, bayi yang baru lahir ditempatkan di kamar yang berbeda

beberapa minggu atau bulan kemudian.

Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas symbol-simbol,

kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.

Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi yang serupa

tentang bagaimana seseorang berpikir, berperilaku, dan berkomunikasi, serta

cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi-asum sitersebut. Beberapa

budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang berbeda-beda dan

terpisah, tetapi ada juga yang memiliki kecenderungan homogeny. Kelompok

berbeda (distinct group) yang ada dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat

dikatakan sebagai subbudaya (subculture). Indonesia adlah sebuah contoh Negara

14

Page 15: BAB_I1

yang memiliki subudaya yang sangat beragam baik etnis maupun agama. Hal ini

berbeda dengan Jepang yang hanya memiliki beberapa subbudaya dan cenderung

bersifat homogen.

Menurut Murphy dan Hilldebrandt, budaya adalahdiartikans ebagai tipikal

karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga

mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu kelompok

juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda

dengan lainnya.

Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan,

standar, pengetahuan, moral, hokum, dan perilaku yang disampaikan oleh

individu-individu dan masyarakat, serta menentukan bagaimana seseorang

bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Budaya suatu

masyarakat disampaikan dari generasi ke generasi dan aspek-aspek seperti bahasa,

kepercayaan/keyakina, adat, dan hokum, akan saling berkaitan dan membentuk

pandangan masyarakat akan otoritas, moral, dan etika, pada akhirnya budaya akan

bermanifestasi ke dalam bagaimana seseorang menjalankan bisnis, menegsiasikan

kontrak atau menangani hubungan bisnis potensial.

Berdasarkan beberapa penrtian budaya tersebut, ada beberapahal penting yang

perlu diperhatikan, antara lain bahwa budayamencakup sekumpulan pengalaman

hidup, pemrograman kolektif, system sharing, dan tipikal karakteristik perilaku suatu

individu yang ada dalam suatu masyarakat, termasuk dalam tentang bagaimana

system nilai, norma, symbol-simbol dan kepercayaan atau keyakinan mereka masing-

masing.

2) Komponen Budaya Budaya mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, terutama yang

berkaitan dengan dimensi hubungang antarmanusia, meskipun bentuk dari setiap

komponen budaya dapat berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lain.

Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, setiap elemen tergabung oleh beberapa

komponen utamanya, yaitu: nilai-nilai baik (baik atau buruk, diterima atau

ditolak), norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), simol-simbol(warna logo suatu

perusahaan), bahasa, dan pengetahuan.

15

Page 16: BAB_I1

Menurut Mitchel, komponen budaya mencakup antara lain: bahasa,

kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan

organisasi social.

Sementara itu menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu

budaya material, lembaga social, system kepercayaan, astetika, dan bahasa.

Budaya material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian , yaitu

teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan

untuk mengubah atau membentuk material menjadi duatu produk yang dapat

berguna bagi masyarakat pada umumnya. Penduduk di Negara-negara yang sudah

maju mempunyai tingkat teknologi tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, dan

Jerman, akan lebih mudah mengadopsi teknologi baru daripada penduduk di

Negara dengan tingkat teknologi yang rendah.

Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai sauatu cara orang menggunakan

segala kemampuannya untuk menghasilkan suatu yang bermanfaat bagi dirinya

maupun orang lain. Termasuk di dalamnya adalah segala bentuk kegiatan yang

menghasilkan barang dan jasa, ditribusi, konsumsi,cara pertukaran, dan

penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi.

Organisasi social (social institution) dan pendidikan adalah suatu lembaga

yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain,

mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan

yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya.

Kedudukan pria dan wanita dalm suatu masyarakat, keluarga, kelas social, dan

kelompok umur dapat ditafsirkan secara berbeda/berlainan dalam setiap budaya.

Pada masa lalu dalam masyarakat tertentu, kaum wanita cenderung memiliki

posisi yang relative lemah daripada pria. Dalam hal menuntut pendidikan, kaum

wanita mendapat perlakuan yang diskriminatif. Mereka dianggap tidakperlu

bersekolah hingga jenjang yang tinggi, karena nantinya juga akan menjadi ibu

rumah tangga. Namun, kini anggapan seperti itu sudah tidah berlaku lagi. Pria dan

wanita memiliki kedudukan yang seimbang dalam meniti karier masing-masing.

16

Page 17: BAB_I1

System kepercayaan atau keyakinan (belief system) yang dianut oleh suatu

masyarakat akan berpengaruh terhadap system nilai yang ada di masyarakat

tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga akan mempengaruhi

kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka memandang hidup dan

kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi, dan cara bagaimana mereka

membeli suatu produk. Bahkan jenis pakaian yang dikenakan, jenis makanan yang

dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap harinya, sebenarnya juga tidak lepas

dari pengaruh yang kuat atas keyakinan atau kepercayaan yang dianut seseorang.

Estetika (aesthetic) berkaitan dangan seni, dongeng, hikayat, music, drama,

dan tri-tarian. Niliai-nilai estetika ditunjukkan masyarakat dalam berbagai pweran

tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai

sasaran secara efektif. Sebagai contoh sederhana, di kalangan masyarakat Barat

bahwa ada yang beranggapan bahwa angka 13 (tiga belas) adalah angka yang

membawa kesialan atau ketidak beruntungan. Oleh karena itu, sering kali

dijumpai bahwa penomoran untuk perumahan atau kamar-kamar hotel, angka !#

dilewati atau diganti nomor 14 A yang seharusnya no 13. Contoh lain nomor 4

(empat) yang bagi orang Jepang diartikan sebagai symbol kematian. Oleh

karenanya, orang jepang tidak mau menggunakan nomor 4 yang dalam bahasa

Jepang nya shi.

Komponen budaya yang lainnya adalah bahasa (language). Bahasa adalah

cara yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui symbol-

simbol tertentu kepada orang lain. Bahasa juga merupakan salah satu komponen

budaya yang paling sulit dipahami. Meskipun demikian, bahasa sangatlah penting

untuk dipelajari dan dipahami dengan benar, sehingga melalui bahasa orang dapat

memperoleh empati dan simpati dari orang lain. Untuk dapat memahami bahasa

asing secara baik dan benar diperlukan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang

cukup.

17

Page 18: BAB_I1

3) Tingakatan Budaya Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan

budaya, yaitu: formal, informal, dan teknis. Masing-masing tingkatan budaya

tersebut dapat dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut

a. Formal

Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau

kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun-temurun dari

suatu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu bersifat formsl/resmi. Dalam

dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu budaya

tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan

terstruktur dari dulu hingga sekarang. Sebagai contoh, sebuah kalimat

sebaiknya terdiri dari, subyek, predikat, dan objek. Contoh yang lain, ketika

seorang tamu masuk ke ruan pimpinan atau lainnya, maka pada umumnya ia

akan mengetok pintu atau mengucapkan salam, baru dipersilahkan masuk rang

kantor. Contoh berikutnya, pada umumnya kendaraan di Indonesia selalu

menggunakan lajur jalan sebelah kiri (kecuali kalau mau mendahului dapat

menggunakan lajur jalan sebelah kanan), sedangkan di AS digunakan lajur

jalan sebelah kanan. Dimensi waktu di ukur dengan satuan tahun, bulan,

minggu, hari, jam, menit, dan detik juga termasuk bagian dari budaya tingkat

formal.

b. Informal

Tingkatan berikutnya adalah informal. Pada tingkatan ini, budaya lebih

banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya

melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (pakaian), dan dilakukan, tanpa

diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan. Sebagai contoh, mengapa

seseorang bersedia dipanggil dengan nama julukan bukan nama aslinya. Hal

itu dilakukan karena itu dilakukan karena ia tahu bahwa teman-temannya bisa

memanggil namanya dengan nama julukan tersebut. Contoh lain, terdapat

undangan rapat yang akan dimulai jam 08.00, tetapi dalam praktiknya rapat

baru dimulai jam 08.30 hingga jam 09.00 (lebih dikenal sebagai jam karet

alias molor). Mengapa hal itu terjadi? Berdasarkan pengalaman sebelumnya,

para peserta rapat tidak pernah dating tepat waktu atau molor. Contoh lain, di

masyarakat, mengapa setiap hajatan (pernikahan atau sunatan) selalu ditandai

18

Page 19: BAB_I1

dengan janur kuning? Jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut sdering kali

sulit ditemukan secara logika , karena apa yang dilakukan didasarkan pada apa

yang dilihat dari orang-orang sebelumnya atau dari generasi-generasi

sebelumnya, sehingga hanya mengikuti tradisi terdahulu.

c. Teknis

Tingkatan berikutnya dalah teknis (technical). Pada tingkatan ini,

bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpeting. Terdapat suatu

penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak

boleh dilakukan . pada tingkatan formal, pembelajaran dalam budaya

mencakup pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan teknis,

aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat. Matematika adalah salah

satu contoh yang logis, sehingga suatu kegiatan tertentu dapat diprediksi

waktunya secara tepat, seperti kapan suatu kegiatan peluncuran roket bisa

dimulai. Pembelajaran secara teknis memiliki ketergantungan sangat tinggi

pada orang yang mampu memberikan alasan-alasan yang logis bagi suatu

tindakan tertentu.

4) Mengenal Perbedaan Budaya Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan selalu berhubungan dengan orang

lain yang memiliki latar belakan budaya dan bahasa yang berbeda. Di samping itu,

orang juga berbeda dalam hal suku, agama, ras/etnis, pendidikan, usia, pekerjaan,

status, dan jenis kelamin. Perbedaan sebagai macam latar belakang budaya yang

akan mempengaruhi cara seseorang mengirim, menerima, dan menafsirkan pesan-

pesan kepada orang lain.

Dalam era globalisasi ketika banyak perusahaan asing yang melakukan

kegiatan bisnis di Indonesia, diperlukan pemahman yang baik dan benar tehadap

budaya dalam suatu Negara. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindai

kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Perbedaan budaya dapat dilihat dari nilai social, peran, dan status, kebiasaan

pengambilan keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang/jarak, konteks

budaya, bahasa tubuh, hokum, perilaku etis, dan perbedaan budaya perusahaan.

19

Page 20: BAB_I1

a. Nilai-nilai Sosial

Secara umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat

mengatasi berbagai masalah, kemyataanya yang diperoleh dari usahanya sendiri

merupakan sinyal superioritas, dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada

yang tidak bekerja keras. Mereka juga benci terhadap kemiskinan dan menghargai

kerja keraas. Di Indonesia, khususnya orang-orang yang tinggal di daerah

pedesaan masih memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, sementara ada

kecenderungan bahwa nilai-nilai gotong-royong mulai memudar di daerah

perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualis.

b. Peran dan Status

Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa

berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara

bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di Negara-negara yang sedang

berkembang peran wanita dalam dunia bisnis masih relative lemah. Sementara itu,

di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan eropa, para wanita di dunia

sudah cukup kuat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau seorang wanita

di Negara-negara maju tersebut menduduki posisi-posisi penting dalam

perusahaan.

Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara

Negara satu dengan Negara lainnya. Kebanyakan status para eksekutif di Amerika

Serikat dilihat dari symbol-simbol yang bernuansa materialistik. Status sebagai

seorang eksekutif ditandai drngan ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal,

meja kerja eksklusif, dan sejumlah aksesori yang menarik. Sementara itu di

Perancis status seorang eksekutif dilihat dari ruang kerja di tengah-tengah suatu

area terbuka yang dikelilingi oleh pegawai-pegawai yang lebih rendah. Di

Indonesia, ststus seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang

terkesan luas dan seberapa mewah jenis kendaraan yuang digunakan.

20

Page 21: BAB_I1

c. Pengambilan Keputusan

Di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif

selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan

penting. Umumya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu keputusan pokok

atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan pada manajer yang

lebih bawah. Lain halnya dengan Amerika Latin dan Jepang, proses pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh manajer puncak umumnya berjalan lambat dan

bertele-tele.

d. Konsep waktu

Sebagian besar penduduk Negara maju sudah bahwa waktu sangatlah

berharga. Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika Serikat dan Jerman

membuat rencana bisnis secara efisien dengan memusatkan perhatian pada tugas

tertentu pada periode tertentu. Oleh karena waktu sangatlah terbatas, dalam

berkomunikasi mereka cenderung lamgsung menuju pada pokok persoalan (to the

point) dan cepat. Hal ini berbeda dengan para eksekutif dari Amerika Latin dan

Asia, yang umumnya memandang waktu relative luwes/fleksibel. Meurut mereka,

menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis lebih penting daripada sekedar dapat

menyelsaikan suatu pekerjaan.

e. Konsep Jarak Komunikasi

Sebagaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk

budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif

Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara.

Namun, bagi paraeksekutif Jerman atau Jepang, jarak komunikasi tersebut

disarankan kurang dekat. Sementara itu para eksekutif dari Negara Timur Tengah

menpunyai kecenderungan untuk melakukan pembicaraan bisnis dengan jarak

komunikasi yang relative dekat. Sebaliknya, para eksekutif Kanada menjaga jarak

agak jauh dalam melakukan pembicaraan bisnis.

21

Page 22: BAB_I1

f. Konteks Budaya

Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada

orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi

seperti Korea dan Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbabal,

tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi nonverbal. Dalam melakukan

percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan-pesan secara tidak langsung

(indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun gerakan-gerakan tubuh; dalam

konteks budaya rendah, seperti Amerika Serikat dan Jerman, orang sangat

tergantung pada komunikasi verbal bukan komunikasi nonverbal. Jadi dalam

melakukan pembicaraan mereka cenderung langsung pada persoalan atau

disampaikan secara eksplisit tanpa basa basi

g. Bahasa Tubuh

Perbedaan bahasa tubuh seringkali menjadi sumber kesalahpahaman

berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang perlu mewaspadai antara kata

yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa

maksud yang sebenarnya. Sebagai contoh, sinyal “Tidak “. Orang Amerika

Serikat dan Kanada menyatakan tidak dengan menggerakkan kepala ke kanan dan

ke kiri; orang Bulgaria dengan menganggukkan kepala ke atas dank e bawah;

sedangkan orang-orang Sisilia dengan mengangkat bahu ke atas; sementara orang

Indonesia dengan menggelengkan kepala ke kanan dank e kiri. Contoh lain,

membungkukkan badan yang banyak dilakukan oleh orang Jepang, dapat

dipandang oleh orang Amerika Serikat sebagai sikap menjilat. Senyuman yang

diartikan sebagai adanya kemajuan yang baik dalam pandangan orang Inggris,

Skandinavia, dan Jerman, dapat diartikan rasa malu atau marah oleh orang Jepang.

Bentuk bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah satu

bagian tubuh yang sanat ekspresif. Orang-orang Mediterania menggunakan mata

untuk berbagai tujuan antara lain; membelalakkan mata (menyatakan kemarahan),

mata berkedip (menyatakan persekongkolan), bulu mata bergetar (untuk

memperkuat rayuan).

22

Page 23: BAB_I1

Dalam kaitannya dengan suatu percakapan, orang Amerika Serikat

bernaggapn bahwa orang yang tidak memandang lawan bicara saat berbicara

dianggap tidak juju; sedangkan lagi orang Amerika Latin dan Asia, memandang

lawan bicara dengan agak menunduk dianggap sebagai rasa homat.

h. Perilaku social

Apa yang dianggap sopan di suatu Negara bisa jadi dianggap kurang sopan di

Negara lain. Sebagai contoh, di Negara-negara Arab memberikan suatu hadiah

kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak mengapa jika hadiah

tersebut diberikan untuk anak-anaknya. Di Jerman, memberikan bunga mawar

merah kepada wanita dianggap sebagai suatu undangan yang romantic, tetapi

menjadi tidak baik jika dikaitkan dengan hubungan bisnis dengannya.

i. Perilaku Etis

Perilaku yang etis atau tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di beberapa

Negara, perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara resmi untuk

persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal rutin.

Sementara itu, bagi Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Swedia, hal itu

bisa dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan illegal.

Orang-orang Jerman dan Anglo Saxon memandang suatu keputusan sebagai

perjanjian lisan yang akan segera dirumusakn menjadi dokumen tertulis yang

legal. Secara etis, orang terikat pada keputusan yang telah dibuat. Butir-butir

agenda yang telah disepakati bukan diulangi atau dibahas kembali bila palu telah

diletukkan. Namun, orang Jepang maupun orang Eropa Selatan secara etis masih

dapat menerima untuk meninjau kembali hal-hal yang telah disepakati

sebelumnya.

23

Page 24: BAB_I1

j. Perbedaan Budaya Perusahaan

Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu.

Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara orang berkreasi dengan

orang lain. Ia juga dapat melihat begaimana pekerja melakukan tugasnya,

bagaimana mereka menafsirkan dan bereaksi satu sama lainnya, dengan

bagaimana mereka memandang perubahan. Saat ini, banyak perusahaan di

Amerika Serikat mencoba membuat aliansi strategis dengan perusahaan asing, dan

sebagian mengalami kegagalan. Salah satu alas an kegagalannya adalah

pertentangan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Serang tidak dapat mengatasi berbagai bahasa dan budaya secara sempurna,

tetapi ia akan mudah berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang yang

memiliki budaya berbeda bila bekerja bersama-sama di dalamnya. Cara seperti itu

akan mempermudah seseorang beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.

Praktikmerupakan salah satu cara yang cukup baik untuk meningkatkan

kemampuan berkomunikasi.

24

Page 25: BAB_I1

2.4 BERKOMUNIKASI DENGAN BUDAYA ASINGa) Belajar tentang Budaya

Ketika merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki

budaya berbeda, seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah

mempelajari budayanya. Lagi pula, ketika merencanakan untuk tinggal di negara

lain, ia tentunya juga sudah mempersiapkan bahasa yang harus dikuasainya.

Di samping itu, ketika tinggal di Negara lain alangkah baiknya orang tersebut

juga sedikit banyak mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku di

Negara tersebut. Bahasa asing tentunya tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat.

Namun demikian, memulai mengenal beberapa kata bahasa asing untuk suatu

pergaulan di lingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu

dikembangkan. Kalau perlu, dalam suatu pertemuan tertentu yang bersifat

informal bisa juga diselipkan kata-kata bahasa asing yang telah dipahami.

Di samping belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang

budaya asing tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra

bisnis anda. Usahakan agar anda berkonsentrasi belajar pada masalah-masalah

yang berkaitan dengan sejarah budaya, agama, politik, nilai-nilai, dan adat istiadat.

Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan

ke suatu Negara:

Di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai tujuh

ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk

penolakan. Di Prancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali

ayunan atau gerakan.

Jangan memberi hadiah minuman-minuman beralkohol di Negara Arab.

Di Pakistan atau Negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim,

jangan heran kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta

izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap muslim wajib

sholat lima waktu.

Anda dianggap menghina tuan rumah jika anda menolak tawaran makanan,

minuman atau setiap bentuk kebaikan di Negara-negara Arab. Namun, 25

Page 26: BAB_I1

anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk tawaran tersebut.

Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara yang sopan.

Tekanan usia perusahaan anda ketika berhubungan bisnis dengan

pengusaha di Jermann Belanda, dan Swiss.

b) Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya Mempelajari apa yang dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu

sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana

mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu

diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan

dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan

mudah terbawa kepada pola generakisasi (jawa : nggebyah uyah) terhadap

perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.

Mempelajari keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan

membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang

berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.

c) Negosiasi Lintas Budaya

Apakah anda sedang mencoba membeli, menjual perusahaan, atau menyewa

kantor, negosiasi dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda merupakan

suatu bentuk ujian seberapa baik keterampilan komunikasi anda. Moran, Stahl &

Boyer International (cross-cultural training), membedakan budaya dalam dua

kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti makanan, liburan,

gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap dan nilai-nilai

yang menjadi dasar budaya tersebut.

26

Page 27: BAB_I1

Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai

pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu

ketidaksetujuan pun bervariasi. Sebagai contoh, negosiator dari Amerika Serikat

cenderung relative impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan

mereka dalam sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur

kepercayaan penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan

Jepang lebih suka pada suasana hubungan social. Jika ingin berhasil bernegosiasi

di Cina, anda sebaiknya bersikap sabar dan menguasai bagaimana hubungan

personal (pribadi) di Cina. Di kedua Negara tersebut, anda harus dapat

menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam

proses negosiasi.

Lain di Cina lain pula di Prancis. Di sana, hubungannya relative kurang

personal dan menyukai suasana yang formal dan dimulai dengan unsur

ketidakpercayaan kepada pihak lain.

Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik

pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika

mempelajari budaya partner anda sebelum bernegosiasi, anda akan lebih mudah

dapat memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes,

hormat, sabar, dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi

proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat ditemukan solosi

yang menguntungan kedua belah pihak.

BAB IIIPENUTUP

27

Page 28: BAB_I1

3.1 KesimpulanSemakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah

memberikan peluang untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berbicara dengan

bahasa dan budaya yang berbeda. Pengembangan keterampilan komunikasi bisnis

lintas budaya menjadi semakin panting artinya mengingat kecenderungan dunia bisnis

yang semakin mengglobal.

Terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu: formal, informal, dan teknis. Kendala

utama dalam berkomunikasi lintas budaya aalah perbedaan budaya dan masalah

bahasa. Perbedaan budaya sering kali menjadikan komunikasi tidak efektif.

Perbedaan budaya dapat ditunjukkan dalam nilai-nilai social, ide status, kebiasaan

pengambilan keputusan, sikap terhadap waktu, pengaturan jarak bicara, konteks

budaya, bahasa tubuh, adat istiadat, perilaku hokum dan etika.

Seseorang dapat mempelajari budaya tertentu dengan cara membaca buku-buku

dan artikel, berbicara dengan orang yang menjadi bagian dari suatu budaya,

mengunjunggi suau Negara, belajar bahasanya, belajar sejarah budaya suatu Negara,

agama, politik, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat

suatu Negara.

3.2 SaranKomunikasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan hidup bermasyarakat.

Terutama pentingnya komunikasi yang efektif ketika diantara individu memiliki

perbedaan baik itu dalam segi bahasa tingkah laku ataupun budaya. Kita harus terus

mengingat dan sadar kembali akan pandangan bangsa indonesia dalam menanggapi

keanekaragaman budaya tersebut yaitu, Binneka Tunggal Ika yang berarti walaupun

berbeda-beda tetap satu jua. Sebagai mahasiswa yang cerdas kita perlu memahami

dan mendalami lebih lanjut mengenai konsep komunikasi. Apalagi jika kita hendak

berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda kebudayaan dengan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Djoko, 2011. Komunikiasi Bisnis, Jakarta: Erlangga

28

Page 29: BAB_I1

Academia.edu.htm

29