BAB_I[1]

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belimbing manis merupakan salah satu komoditi lokal, yang dikenal dengan nama Averrhoa carambola L. . Belimbing merupakan buah yang berasal dari semenanjung Malaya, namun buah ini tumbuh dengan baik di Indonesia karena memiliki wilayah agroklimat yang cocok untuk perkembangan belimbing (Sumarno, 2002). Sentra pertanian belimbing di Indonesia banyak terdapat di daerah DKI Jakarta (Jagakarsa untuk var. Si Manis), Jawa Barat (Depok untuk var. Dewi, var. Dewa), Jawa Tengah (Demak untuk var. Demak Kunir dan var. Demak Kapur), Jawa Timur (Blitar untuk var. Karangsari). Pada Tahun 2003 - 2008 perkembangan produksi belimbing di Indonesia terus mengalami peningkatan, besarnya jumlah produksi belimbing tidak disertai dengan penangan lepas panennya, sehingga masih banyak produk yang terbuang karena rusak(BPS, 2008). 1

description

pendahuluan

Transcript of BAB_I[1]

BAB I

PAGE 3

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahBelimbing manis merupakan salah satu komoditi lokal, yang dikenal dengan nama Averrhoa carambola L.. Belimbing merupakan buah yang berasal dari semenanjung Malaya, namun buah ini tumbuh dengan baik di Indonesia karena memiliki wilayah agroklimat yang cocok untuk perkembangan belimbing (Sumarno, 2002). Sentra pertanian belimbing di Indonesia banyak terdapat di daerah DKI Jakarta (Jagakarsa untuk var. Si Manis), Jawa Barat (Depok untuk var. Dewi, var. Dewa), Jawa Tengah (Demak untuk var. Demak Kunir dan var. Demak Kapur), Jawa Timur (Blitar untuk var. Karangsari). Pada Tahun 2003 - 2008 perkembangan produksi belimbing di Indonesia terus mengalami peningkatan, besarnya jumlah produksi belimbing tidak disertai dengan penangan lepas panennya, sehingga masih banyak produk yang terbuang karena rusak(BPS, 2008).

Salah satu cara penanganan lepas panen adalah dengan metode pengemasan yang bertujuan memperpanjang masa simpan. Pengemasan menjadi bagian penting dalam penanganan produk buah-buahan, sayuran, dan makanan lain. Keawetan dan konsistensi mutu suatu produk pangan, biasanya sangat dipengaruhi oleh kemasannya. Bahkan tak jarang, konsumen tertarik membeli produk yang dikemas secara baik. Untuk memperpanjang masa simpan buah yang digunakan saat ini adalah wax (lilin). Wax memiliki kerugian bagi konsumen yang mengkonsumsinya karena wax berbahaya bila dimakan sebab tubuh tidak dapat memetabolismekan wax, selain itu wax tidak aman bagi lingkungan karena bila masuk ke permukaan tanah atau air, tidak dapat diuraikan secara alami. Berbagai macam perlakuan dikembangkan untuk meningkatkan daya tarik konsumen seperti pengemasan dengan plastik dan pelapisan dengan lilin. Metode terbaru yang dikembangkan negara Barat dan Jepang pada buah ceri (Martinez-Romero, dkk , 2006) dan anggur (Serrano, dkk. 2006) untuk meningkatkan umur simpan buah adalah dengan melapisi buah dengan menggunakan gel lidah buaya. Diharapkan selama masa simpan produk tersebut menjadi lebih lama dan dapat mempertahankan kualitas buah. Lidah buaya dapat digunakan sebagai pelapis buah karena bersifat aman bagi manusia (WHO, 1999) dan bersifat sebagai pelapis yang bisa dimakan.

Kualitas gel lidah buaya juga ditentukan dari tebal tipisnya gel ketika melekat pada dinding buah serta rata atau tidaknya gel ketika diaplikasikan. Untuk memperoleh gel lidah buaya yang baik perlu adanya penambahan bahan pengisi seperti CMC dan plasticizer seperti gliserol. CMC berfungsi meningkatkan viskositas dan menstabilkan gel yang terbentuk. Gliserol berfungsi menghaluskan dan mempertipis lapisan yang terbentuk, mengurangi kerapuhan, serta meningkatkan fleksibilitas lapisan gel.Dalam penelitian ini diteliti seberapa besar pengaruh penggunaan gliserol terhadap mutu gel lidah buaya serta pengaruh penggunaan pelapis lidah buaya untuk memperpanjang umur simpan belimbing sehingga memungkinkan buah ini disimpan sampai lima belas hari pada suhu 25oC RH 75%. B. Pembatasan MasalahMasalah penelitian dibatasi pada pengaruh konsentrasi gliserol (0.5%, 1% dan 1,5%) dalam pembuatan gel lidah buaya serta masa simpan belimbing manis (Averhoa Carambola) yang dilapisi gel lidah buaya (Aloe vera) selama penyimpanan lima belas hari pada suhu 25oC RH 75%. Mutu buah diamati pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, dan 15. Mutu buah belimbing ditentukan secara organoleptik, fisika, dan kimia. Mutu organoleptik yang diuji meliputi warna, rasa dan kekerasan. Mutu fisik yang diuji meliputi warna, kekerasan, total padatan terlarut (TPT) dan rendemen. Mutu kimia yang diuji meliputi total asam, pH, kadar air dan kadar vitamin C. Mutu organoleptik meiputi pengujian mutu hedonik dan hedonik. Penyimpanan dilakukan dalam waktu 15 hari, pada suhu 25oC RH 75% dengan pengamatan pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, dan 15.

C. Perumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kualitas gel lidah buaya menggunakan konsentrasi gliserol yang berbeda? Bila ada pada perlakuan berapakah konsentrasi gliserol terbaik? 2. Apakah ada perbedaan antara masa simpan buah belimbing yang dilapis gel lidah buaya dengan yang tidak dilapis?3. Hingga umur simpan berapakah belimbing yang dilapis gel lidah buaya dapat diterima panelis? Bila ada pada umur simpan berapakah belimbing masih dapat diterima?4. Apakah ada interaksi antara penggunaan konsentrasi gliserol yang berbeda dengan waktu penyimpanan terhadap mutu belimbing?D. Kegunaan PenelitianPenelitian ini berguna bagi mahasiswa dalam menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai teknik memperpanjang masa simpan belimbing. Serta bagi institusi, sebagai kajian untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam bagi mahasiswa yang melakukan penelitian.

PAGE