BABBBABABIIIIIIIII ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8492/3/T1_612007021_BAB II… ·...
Transcript of BABBBABABIIIIIIIII ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8492/3/T1_612007021_BAB II… ·...
26
BABBABBABBAB IIIIIIIIIIII
PERANCANGANPERANCANGANPERANCANGANPERANCANGAN PENGUATPENGUATPENGUATPENGUAT KELASKELASKELASKELAS DDDD
TANPATANPATANPATANPA TAPISTAPISTAPISTAPIS LCLCLCLC PADAPADAPADAPADA BAGIANBAGIANBAGIANBAGIANKELUARANKELUARANKELUARANKELUARAN
DENGANDENGANDENGANDENGANMODULASIMODULASIMODULASIMODULASI TIGATIGATIGATIGA ARASARASARASARAS
Pada bab III penulis akan menjelaskan perancangan dari penguat kelas D tanpa
tapis LC dengan menerapkan modulasi dengan tiga aras keluaran. Uraian perancangan
penguat kelas D tanpa tapis LC meliputi perancangan tiap bagian yang meliputi
perancangan loop filter ( ) pada bagian modulator dan perancangan pengkuantisasi
yang terdiri dari rangkaian komparator dan D-FlipFlop (DFF), switching logic serta
tingkat daya dengan MOSFET seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Perancangan
tiap-tiap bagian akan mengacu kepada spesifikasi yang antara lain adalah,
1. Berdaya keluaran maksimum 20 Watt pada beban 4 Ohm.
2. Mempunyai efisiensi > 85%.
3. Mempunyai THD < 0.5%.
4. S/N > 97 dB.
5. Kepekaan penguat: 0.1 V/W pada beban 4 ohm.
6. Mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada frekuensi 20 – 20 kHz
dengan toleransi ± 0.5 dB.
Gambar 3.1. Blok Diagram Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC dengan Menggunakan
Modulasi Tiga Aras Keluaran [14].
27
Pada perancangan loop filter ( ), pertama akan dirancang terlebih dahulu
fungsi alihragam derau (noise transfer function ). akan dirancang
sebagai tapis lolos atas agar derau pada pita frekuensi audio ditekan. Orde dari tapis
akan menentukan SNR dari keluaran penguat. Orde dari tapis akan ditentukan mengacu
kepada persamaan (2.10) sehingga mendapatkan SNR sesuai spesifikasi yang
diharapkan yaitu lebih besar dari 97dB. Setelah didapatkan , tapis dapat
dicari menurut persamaan (2.7). Untuk mendapatkan fungsi tanggapan frekuensi dari
dan akan digunakan bantuan perangkat lunak MATLAB. Dari
yang didapat dapat pula dicari signal transfer function ( ), akan
menentukan bentuk dari tanggapan frekuensi penguat secara keseluruhan. Diharapkan
penguat mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada 20 – 20 kHz dengan toleransi
0.5 dB.
Tapis akan dirancang menggunakan persamaan (2.11) sesuai dengan tapis
yang telah dirancang sebelumnya. Kemudian tapis ini akan direalisasikan ke
dalam perangkat keras menggunakan rangkaian RC-Opamp.
Selanjutnya bagian switching logic dan tingkat daya dengan MOSFET akan
dirancang sesuai dengan peraturan pensaklaran seperti yang telah dijelaskan pada bab II
dengan masukan adalah isyarat dan yang akan menghasilkan beda potensial
yang dirasakan oleh penyuara sebagai isyarat .
Penggunaan besarnya catu daya yang digunakan dan jenis MOSFET yang
dipakai pada bagian penguat jembatan penuh dengan MOSFET akan mempengaruhi
besarnya daya keluaran maksimum yang dapat dicapai oleh penguat dan efisiensi pada
penguat yang dirancang.
Penjelasan perancangan yang akan dijelaskan pada bab III ini akan dibagi
menjadi dua tahapan. Yang pertama, pada subbab 3.1 akan dijelaskan mengenai
perancangan loop filter pada penyandi dengan noise-shaping coding yang meliputi
perancangan dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB untuk mencari fungsi
tanggapan frekuensi dan , kemudian akan dilanjutkan realisasi dari tapis
ke dalam perangkat keras dengan RC-Opamp. Selanjutnya, pada subbab 3.2 akan
dibahas perancangan bagian pengkuantisasi yang meliputi komparator dan DFF,
switching logic dan pre-drive serta penguat jembatan penuh (full bridge) dengan
MOSFET.
28
3.1.3.1.3.1.3.1. PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan LoopLoopLoopLoop FilterFilterFilterFilter padapadapadapada TeknikTeknikTeknikTeknik PenyandianPenyandianPenyandianPenyandian Noise-ShapingNoise-ShapingNoise-ShapingNoise-Shaping
CodingCodingCodingCoding
Perancangan tapis dimulai dari tapis seperti yang telah dijelaskan
pada subbab 2.1.2.2. Pada perancangan tapis harus dirancang terlebih dahulu
fungsi alihragam derau (noise transfer function ). akan menentukan
bentuk spektral derau kuantisasi yang muncul pada keluaran penguat pada daerah stop-
band. Bentuk spektral derau kuantisasi secara keseluruhan akan mengikuti bentuk dari
tanggapan [13].
Derau kuantisasi akan dibentuk dengan menekan derau pada pita frekuensi audio
dan meloloskan frekuensi tinggi yang tidak direproduksi oleh penyuara dan didengar
telinga. Oleh karena itu, akan dirancang sebagai tapis lolos tinggi dengan
frekuensi penggal di atas frekuensi audio.
Pada spesifikasi, SNR yang diharapkan dari penguat adalah 97dB. Dari
persamaan 2.10 dapat dicari orde dari tapis NTF yang akan dirancang agar memenuhi
spesifikasi yang diharapkan. Persamaan 2.10 ditulis lagi seperti di bawah ini,
.
Pada persamaan 2.10, merupakan jumlah bit. Keluaran dari pengkuantisasi
akan menghasilkan tiga aras kuantisasi sehingga dan didapatkan nilai .
Frekuensi pencuplikan yang akan dirancang adalah sebesar 1 MHz sehingga
menghasilkan dan didapatkan nilai . Pada perhitungan untuk
persamaan 2.10 diasumsikan tegangan keluaran pada penyuara adalah 1 V.
Setelah didapatkan nilai untuk , dan , akan dicari nilai dari orde tapis yaitu
yang sesuai sehingga dihasilkan SNR yang memenuhi spesifikasi. Orde tapis yang
dipilih adalah . Untuk tapis orde 5 akan dihasilkan SNR sebesar 125,6 dB. Nilai
ini memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan yaitu SNR > 97 dB.
Pada perancangan, NTF akan didesain sebagai tapis lolos tinggi orde 5 dengan
frekuensi penggal 40 kHz (> 20 kHz). Tanggapan frekuensi dari tapis dipilih tanggapan
Butterworth karena tanggapan Butterworth mudah untuk direalisasikan (dilihat dari
bentuk fungsi pindahnya yang sederhana).
29
Untuk mendapatkan tanggapan frekuensi dari akan digunakan bantuan
perangkat lunak MATLAB dengan souce code sebagai berikut,
%Deklarasi orde dari tapis yang dirancang = 5orde = 5;%Deklarasi frekuensi cutoff dari tapis yang dirancangwedge = 40E3 * 2 * pi;%Tanggapan frekuensi diperoleh dengan menggunakan fungsi butter pada MATLAB.%Argumen dari fungsi butter yaitu orde tapis, frekuensi cutoff tapis, jenis lolos tapisdan%jenis tapis apakah digital atau analog (‘s’ menunjukkan tapis analog)[Nntf, Dntf] = butter(5, wedge, 'high' ,'s');%menampilkan transfer function untuk NTFfisplay('tf NTF');tf(Nntf, Dntf)%menampilkan gambar tanggapan frekuensi NTFfigure; bode(Nntf, Dntf); title('NTF');%menghitung denumerator (D) dan numerator (N) untuk tapis W(s)D = Nntf;N = Dntf - Nntf;%menampilkan transfer function untuk W(s)display('tf W');tf(N, D)%menampilkan letak kutub dan nol dari tapis W(s)figure; zplane(Nntf, Dntf);%menampilkan gambar tanggapan frekuensi W^(-1)(s)figure; bode(D, N); title('W inverse');
Dari hasil yang didapatkan, tanggapan dari yang dirancang adalah
sebagai berikut,
......................................................................................................................................(3.1)
Dari hasil simulasi MATLAB didapatkan gambar tanggapan frekuensi seperti
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
30
103
104
105
106
107
0
90
180
270
360
450
Phas
e (d
eg)
NTF
Frequency (rad/sec)
-400
-350
-300
-250
-200
-150
-100
-50
0
Mag
nitu
de (d
B)
System: sysFrequency (rad/sec): 2.54e+005Magnitude (dB): -2.9
Gambar 3.2. Gambar Tanggapan Frekuensi dari Hasil Simulasi MATLAB.
Setelah didapatkan tanggapan dari , akan dicari tanggapan dari tapis
. Dari persamaan 2.7 didapatkan hubungan dari dan sebagai berikut,
.
Dengan memasukkan tanggapan yang didapat ke dalam persamaan di
atas akan didapatkan tanggapan frekuensi dari tapis sebagai berikut,
..............................(3.2)
Gambar 3.3 akan memperlihatkan letak kutub dan nol dari tapis . Syarat
agar modulator/penyandi yang dibuat stabil adalah nol dari tapis harus ada di
sebelah kiri sumbu imajiner [13]. Hal ini dikarenakan kestabilan dari modulator
ditentukan oleh kutub dari yang harus selalu berada di sebelah kiri sumbu
imajiner dan tapis yang didapatkan dari akan mempunyai nol yang
merupakan kutub dari .
31
-3 -2 -1 0 1 2
x 105
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
x 105
5
Real Part
Imag
inar
y P
art
Gambar 3.3. Hasil Simulasi MATLAB Letak Kutub dan Nol tapis .
Tapis ini kemudian akan direalisasikan ke dalam rangkaian menggunakan
state-variable filter. Pada perancangan, penulis menggunakan bentuk observer
canonical [9] dengan modifikasi agar fungsi pindah dapat direalisasikan ke dalam untai
analog. Berikut ini adalah blok diagram dari bentuk observer canonical dari tapis yang
dirancang.
Gambar 3.4. Blok Diagram dari Tapis Orde 5 yang Akan Dirancang dalam Bentuk
Observer Canonical.
Fungsi pindah dari blok diagram pada Gambar 3.4 adalah,
......................................(3.3)
32
dan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan state-variable sebagai berikut,
……………………...(3.4)
Mengacu pada persamaan 2.11 akan didapatkan matriks , dan sebagai
berikut,
,
,
.
merupakan koefisien untuk masing-masing integrator (1/s). Jika fungsi
pindah pada persamaan 3.2 dibandingkan dengan fungsi pindah tapis pada
persamaan 3.3, maka bisa didapatkan nilai untuk koefien dan sebagai
berikut,
, ,
, ,
, ,
, ,
, .
Setelah didapatkan nilai-nilai koefisien tersebut, tapis ini akan
direalisasikan ke dalam untai RC-Opamp mengacu pada blok diagram pada Gambar 3.4.
Pada Gambar 3.5 diperlihatkan contoh hubungan dari bentuk observer canonical dengan
rangkaian RC-Opamp.
33
Gambar 3.5. Hubungan Bentuk Observer Canonical dengan Rangkaian RC-Opamp.
Berlaku hubungan .
Dari hubungan blok pada Gambar 3.5 maka rangkaian RC-Opamp yang
mempresentasikan tapis dapat dilihat pada Gambar 3.6.
-Y ( (OUT-) - (OUT+) )
R (Isyarat Audio)
-E
81000
1k
8100
-5V
5V
+
OPAMP5-5V
5V
+
OPAMP5
1nF
1nF 100pF
1nF
-5V
+
OPAMP5
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V-5V
5V
+
OPAMP5-5V
5V
+
OPAMP5
100pF
10k
10k
13000
1300
1000
83000
8300
1k
10k
10k
10k
10k
10k 10k
1000
3300
33000
10k10k
5V
Gambar 3.6. Rangkaian dari Tapis yang Dirancang.
Rangkaian tapis yang telah dirancang ini kemudian akan disimulasikan
dengan menggunakan perangkat lunak Circuit Maker untuk dilihat tanggapan frekuensi
dan nya. Rangkaian untuk melihat hasil simulasi dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
34
1nF 100pF
1nF
5V
-5V
+
LF353
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
10kHz
V36-100m/100mV
-5V
5V
+
OPAMP5-5V
5V
+
OPAMP5
100pF
1nF
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
10k
10k
13000
1300
1000
83000
8300
1k
10k
10k
10k
10k
10k
10k
1000
3300
33000
10k
8100
1k
10k
81000
A
B
Gambar 3.7. Rangkaian untuk Mensimulasikan Tanggapan Frekuensi dan
. Kursor A menunjukkan tanggapan frekuensi (s) sedangkan kursor B
menunjukkan tanggapan frekuensi .
Hasil dari simulasi untuk dan dapat dilihat pada Gambar 3.8.
35
1.000 Hz 100.0 Hz 10.00kHz 1.000MHz 100.0MHz
50.00 dB 0.000 dB-50.00 dB-100.0 dB-150.0 dB
A: c6_2B: u18b_7
1.000 Hz 100.0 Hz 10.00kHz 1.000MHz 100.0MHz
0.000kDeg-0.500kDeg-1.000kDeg-1.500kDeg-2.000kDeg
A: c6_2B: u18b_7
Measurement Cursors1 u18b_7 X: 39.224k Y: -3.5393
Gambar 3.8. Hasil simulasi tanggapan dan dengan menggunakan
perangkat lunak Circuit Maker (garis biru merupakan tanggapan dan garis
merah merupakan tanggapan ).
Dapat dilihat dari hasil simulasi rangkaian sesuai dengan yang
diharapkan mempunyai tanggapan lolos tinggi Butterworth dengan frekuensi penggal
ada di sekitar 40kHz. Sedangkan yang merupakan signal transfer function
mempunyai penguatan yang rata pada rentang frekuensi audio yaitu (20Hz – 20kHz).
Setelah dirancang tapis kemudian akan dirancang tapis yang akan
dihitung berdasarkan dari perancangan tapis . Tapis dalam bentuk state
variabledapat dilihat pada persamaan 2.11. Pada tapis akan ditambahkan satu buah
keluaran yaitu isyarat yang memenuhi persamaan 2.12.
Dengan memasukkan nilai dari matriks , dan dari tapis yang telah
dihitung sebelumnya akan didapatkan keluaran dari isyarat z adalah,
,
. ................................................................................................(3.5)
Tapis G(s) merupakan tapis yang ditambah dengan satu buah keluaran
isyarat ( ) yang memenuhi persamaan (3.5). blok diagaram keseluruhan tapis
dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan realisasi rangkaian RC-Opamp tapis dapat
dilihat pada Gambar 3.10. Opamp yang digunakan untuk implementasi ini adalah
LF353. LF353 mempunyai nilai GBW yang cukup besar yaitu 4 MHz.
36
Gambar 3.9. Diagram Kotak Tapis .
-E
Z10k
-Y ( (OUT-) - (OUT+) )
R (Isyarat Audio)
10k
+
OPAMP5
5V
-5V
81000
81000
1k
8100
-5V
5V
+
OPAMP5-5V
5V
+
OPAMP5
1nF
1nF 100pF
1nF
5V
-5V
+
LF353
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
+
OPAMP5
5V
-5V
10kHz
V36-100m/100mV
-5V
5V
+
OPAMP5-5V
5V
+
OPAMP5
100pF
10k
10k
13000
1300
1000
83000
8300
1k
10k
10k
10k
10k
10k 10k
1000
3300
33000
10k10k
Gambar 3.10. Rangkaian Keseluruhan dari Tapis dengan Menggunakan RC-
.
3.2.3.2.3.2.3.2. PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan BagianBagianBagianBagian PengkuantisasiPengkuantisasiPengkuantisasiPengkuantisasi
Bagian pengkuantisasi akan mengkuantisasi isyarat keluaran dari tapis
yaitu isyarat dan sesuai dengan syarat kuantisasi yang telah ditentukan seperti telah
disebutkan dalam bab 2.1.3. Penguat yang dibuat akan mempunyai tiga aras kuantisasi
agar menghasilkan tiga aras keluaran seperti yang diharapkan. Pengkuantisasi yang
dirancang akan mempunyai aras kuantisasi . Angka 1 disini
37
mempresentasikan tegangan catu daya positif yang digunakan yaitu Vdd, -1 sebagai
tegangan catu daya negatif yang digunakan yaitu -Vdd dan 0 sebagai tegangan 0V.
Bagian pengkuantisasi akan mengkuantisasi isyarat ke aras terdekat dengan
aras kuantisasi yang ada bergantung pada isyarat . Sesuai dengan contoh yang
diberikan pada bab 2.1.3.
Jika dijabarkan, maka hubungan antara isyarat , dan keluaran adalah
sebagai berikut,
.
Tabel keluaran untuk bagian pengkuantisasi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Tabel Kondisi Masukan dan Keluaran Bagian Pengkuantisasi.
KondisiKondisiKondisiKondisi
masukanmasukanmasukanmasukan
KondisiKondisiKondisiKondisi
keluarankeluarankeluarankeluarane> 0, z> 0 (y(y(y(y ==== +1)+1)+1)+1)e< 0, z< 0 (y(y(y(y ==== -1)-1)-1)-1)ez< 0 (y(y(y(y ==== 0)0)0)0)
Bagian pengkuantisasi yang akan dirancang ini akan terdiri dari blok komparator
dan DFF, blok switching logic dan pre-drive serta blok tingkat daya dengan MOSFET.
Blok diagram bagian pengkuantisasi dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Diagram Kotak Bagian Pengkuantisasi.
38
Bagian komparator dan DFF digunakan sebagai rangkaian hold dan sample
untuk isyarat dan . Bagian switching logic dan pre-drive digunakan untuk mengatur
kondisi tiap MOSFET pada bagian tingkat daya selain itu, juga untuk memberikan
dead-time agar tidak terjadi kondisi shoot-through current pada MOSFET (hal ini akan
dijelaskan lebih lanjut pada perancangan switching logic). Yang terakhir adalah bagian
tingkat daya dengan MOSFET yang digunakan untuk menguatkan daya dari isyarat
hasil modulasi agar isyarat keluaran dapat mengemudikan penyuara. Bagian tingkat
daya akan diwujudkan dengan topologi H-bridge.
3.2.1.3.2.1.3.2.1.3.2.1. PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan KomparatorKomparatorKomparatorKomparator dandandandan DFFDFFDFFDFF
Rangkaian bagian komparator dan DFF yang dirancang dapat dilihat pada
Gambar 3.12.
LM319
LM319-
CD4013
CD4013
'
'
CLOCK400kHz
-5/5V
z
eD
CP Q_Q
D
CP Q_Qz
e
-5V
5V
+
+
5V
-5V
Gambar 3.12. Rangkaian Komparator dan DFF yang Dirancang.
Bagian komparator akan melakukan proses komparasi untuk isyarat e dan z
terhadap tegangan referensi 0 sehingga didapatkan keluaran dari komparator bernilai 0
atau 1. Kemudian DFF akan digunakan untuk melakukan sample dan hold dari isyarat
keluaran e dan z yang telah dikomparator.
Pada perancangan, bagian komparator akan diwujudkan dengan komponen
LM319 yang merupakan IC komparator. Alasan dari pemilihan komponen ini adalah
LM319 mempunyai slew-rate yang tinggi yaitu 187,5 V/us. Dan untuk DFF akan
digunakan IC DFF yaitu 4013.
39
Isyarat pulsa kotak sebagai isyarat clock untuk DFF akan direalisasikan dengan
menggunakan komponen XR2206. Isyarat pulsa kotak akan dibuat dengan frekuensi
sebesar 400kHz (memenuhi syarat frekuensi sampling yang digunakan yaitu minimal 20
kali dari frekuensi isyarat audio yaitu 20kHz). Digunakan komponen XR2206 karena
XR2206 merupakan IC monolithic function generator yang dapat menghasilkan
gelombang sinus, kotak dan segitiga yang mempunyai kestabilan serta akurasi yang
tinggi. Gambar 3.14 menunjukkan rangkaian dari XR2206 yang akan dibuat.
Gambar 3.13.Rangkaian Penghasil Gelombang Kotak dengan Menggunakan Komponen
XR2206.
Frekuensi dari rangkaian Gambar 3.13 dapat dicari dengan persamaan sebagai
berikut [17],
Agar didapatkan , maka akan dipilih nilai untuk komponen
dan .
3.2.2.3.2.2.3.2.2.3.2.2. PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan SwitchingSwitchingSwitchingSwitching LogicLogicLogicLogic dandandandan Pre-DrivePre-DrivePre-DrivePre-Drive
40
Bagian switching logic digunakan untuk mengatur kondisi MOSFET pada
bagian tingkat daya. Bagian MOSFET pada bagian tingkat daya akan diwujudkan dalam
topologi H-bridge yang akan dibahas pada bab 3.3. Pada Tabel 1.1 pada bab 2.2.2 dapat
dilihat kondisi tiap MOSFET beserta keluarannya. Jika digabungkan dengan Tabel I
akan didapatkan kondisi-kondisi untuk tiap nilai dan beserta kondisi tiap MOSFET
beserta keluarannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini dengan MOSFET
M1 ~ M4 mengacu pada Gambar 2.17.
Tabel 3.2. Kondisi Isyarat , dan Kondisi Tiap MOSFET Beserta Keluarannya.
Kondisi isyarat
e dan z
Kondisi
keluaran
Kondisi tiap MOSFET
M1 M2 M3 M4
e> 0, z> 0 y = +1 On Off Off On
e< 0, z< 0 y = -1 Off On On Off
ez< 0 y = 0 Off On Off On
3.2.2.1.3.2.2.1.3.2.2.1.3.2.2.1. SwitchingSwitchingSwitchingSwitching LogicLogicLogicLogic
Rangkaian switching logic dirancang untuk mengatur kondisi M1~M4 agar
sesuai dengan isyarat dan sesuai dengan Tabel III selain itu juga untuk menyediakan
dead-time bagi MOSFET pada bagian tingkat daya.
Pada konfigurasi H- seperti Gambar 3.14, ketika M1 ‘on’, maka M2 akan
‘off’ demikian juga sebaliknya. Saat peralihan dari ‘on’ ke ‘off’, M1 dan M2 ada pada
kondisi ‘on’ pada saat yang sama pada durasi waktu yang sangat singkat.Hal ini akan
membuat jalur dari Vdd menuju -Vdd dengan resistansi yang sangat kecil karena
MOSFET mempunyai resistansi yang sangat kecil antara drain dan source-nya ketika
MOSFET ‘on’. Sebagai akibatnya mengalir arus yang besar (shoot-through current)
melewati M1 dan M2. Hal ini akan menyebabkan MOSFET menjadi panas sehingga
ada daya yang terbuang atau bahkan MOSFET dapat menjadi rusak.
41
Gambar 3.14. Bentuk Gelombang pada MOSFET M1 dan M2.
Untuk mencegah terjadinya kondisi shoot-through ini gate-driver harus dapat
memaksa M1 benar-benar ‘off’ sebelum M2 ‘on’ demikian sebaliknya. Interval waktu
dimana kedua MOSFET dalam kondisi ‘off’ dinamakan dead time. Bentuk
gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Dead-time (biru muda) pada Bagian Keluaran MOSFET.
Rangkaian switching logic dibuat berdasarkan referensi [14]. Rangkaian dapat
dilihat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Rangkaian Switching Logic [14].
42
Pada Gambar 3.16, dua buah gerbang logika NOT (dalam kotak warna merah)
bertujuan untuk memberikan dead-time. Gerbang logika NOT pada rangkaian switching
logic yang digunakan untuk menghasilkan dead-time adalah CD4069 yang mempunyai
waktu transisi keluaran baik dari logika ‘high’ ke ‘low’ ataupun ‘low’ ke ‘high’ sebesar
35ns. Sehingga akan dicapai dead-time sekitar 35ns.
Ada empat kondisi dari dan yang mengendalikan keluaran dari rangkaian
switching logic seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Tabel Logika Keluaran Switching Logic.
Kondisi masukanKondisi keluaran
1N 1P 2N 2P
e’ = ‘1’, z’ = ‘0’
atau
e’ = ‘0’, z’ = ‘1’
‘1’ ‘1’ ‘1’ ‘1’
e’ = ‘0’, z’ = ‘0’ ‘1’ ‘1’ ‘0’ ‘0’
e’ = ‘1’, z’ = ‘1’ ‘0’ ‘0’ ‘1’ ‘1’
1P akan dihubungkan kepada gate dari M1, 1N dihubungkan ke M2, 2N
dihubungkan ke M4, 2P dihubungkan ke M3.
3.2.2.2.3.2.2.2.3.2.2.2.3.2.2.2. RangkaianRangkaianRangkaianRangkaian Pre-DrivePre-DrivePre-DrivePre-Drive
Keempat buah keluaran dari switching logic akan mengendalikan kondisi tiap-
tiap MOSFET pada bagian keluaran sesuai dengan hubungan 1N, 1P, 2N dan 2P seperti
pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17. MOSFET yang Dikonfigurasikan Jembatan Penuh.
43
Ketika MOSFET dioperasikan dalam kondisi switching dibutuhkan arus yang
cukup besar untuk mengisi kapasitansi dari gate MOSFET dalam waktu yang singkat.
Oleh karenanya, masih dibutuhkan rangkaian pre-drive sebelum dihubungkan ke
MOSFET karena arus keluaran dari IC logika CMOS pada bagian switching logic yang
relatif kecil (0.5 ~ 4 mA) yang menyebabkan keluaran dari IC logika tidak dapat
dihubungkan secara langsung ke MOSFET. Oleh karena itu, dibutuhkan untai buffer
yang mampu menyuplai arus yang cukup besar kepada gateMOSFET.
Rangkaian pre-drive yang dirancang menggunakan rangkaian totem pole dengan
transistor seperti dapat dilihat pada Gambar 3.18.
outin
-5V
5V
2N3906
2N3904
Gambar 3.18. Rangkaian Totem Pole dengan Transistor Sebagai Rangkaian Pre Drive.
Pemilihan komponen transistor yang dipakai ini erat kaitannya dengan
perancangan MOSFET pada bagian tingkat daya. MOSFET mempunyai kapasitansi
pada bagian gerbangnya yang harus terisi hingga tegangan melebihi nilai threshold
( ) agar MOSFET menjadi saturasi. Ketika MOSFET dipakai untuk aplikasi
pensaklaran frekuensi tinggi, untuk menjalankan MOSFET dibutuhkan arus yang besar
untuk mengisi kapasitansi MOSFET sesuai dengan total muatan yang diperlukan untuk
mencapai kondisi saturasi dalam waktu yang singkat. Hubungan antara arus gerbang
yang dibutuhkan ( ), total muatan gerbang ( ) dan waktu transisi ( ) dapat
dilihat pada persamaan di bawah ini [14],
.
44
Frekuensi pensaklaran yang dipilih adalah sebesar 1 MHz atau mempunyai
periode 1 s. Diinginkan perubahan dari kondisi off menuju on dari MOSFET maksimal
sebesar 0.2 s, demikian pula sebaliknya. Dari perancangan bagian tingkat daya
diputuskan untuk menggunakan MOSFET tipe IRF540 dan IRF9530 dengan
pertimbangan mempunyai nilai yang cukup kecil (0.055 Ohm dan 0.3 Ohm)
dan mempunyai total muatan gerbang yang cukup kecil pula (30 nC dan 25 nC).
Untuk perhitungan dipakai yang paling besar yaitu 30 nC dan
yang diinginkan maksimum adalah 0.2 s, maka nilai harus memenuhi,
dan menghasilkan,
.
Pada rangkaian ini dipilih pasangan transistor NPN-PNP 2N3904 dan 2N3906.
Karena kedua transistor ini mempunyai arus maksimum yang dapat dilewatkan sebesar
200 mA dan nilai ini memenuhi nilai hasil perhitungan.
Untuk setiap keluaran dari switching logic 1N, 1P, 2N, 2P harus diberi untai pre-
drive dengan transistor ini sebelum masuk ke gerbang dari MOSFET pada bagian
tingkat daya.
3.2.3.3.2.3.3.2.3.3.2.3. PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan BBBBagianagianagianagian TTTTingkatingkatingkatingkat DDDDayaayaayaaya dengandengandengandengan MOSFETMOSFETMOSFETMOSFET
Bagian tingkat daya dirancang menggunakan penguat jembatan penuh (full
bridge) dengan MOSFET seperti dapat dilihat pada Gambar 2.19.b agar dapat
menghasilkan tiga aras keluaran. Pada subbab ini akan dijelaskan perancangan bagian
tingkat daya dengan full bridge MOSFET agar bagian keluaran memenuhi spesifikasi
pada bagian perancangan yang meliputi besarnya daya keluaran maksimum yang
dihasilkan sebesar 20Watt dan efisiensi yang diharapkan dari penguat > 85%.
Pada spesifikasi besarnya daya keluaran maksimum yang diinginkan dari
perancangan penguat kelas D tanpa tapis LC adalah sebesar 20Watt pada beban 4 Ohm.
Pada perancangan akan digunakan dua buah catu daya sebagai catu daya tegangan
positif dan negatif (Vdd dan -Vdd). Tegangan positif maksimum yang dapat melewati
beban yaitu penyuara adalah 2Vdd dan tegangan negatif maksimum yang dapat
melewati beban adalah -2Vdd. Untuk menghitung besarnya Vdd yang digunakan
digunakan rumus daya yaitu
45
.
Dari persamaan di atas akan dihasilkan tegangan maksimum Vp yang diperlukan
sebesar 8.94 Volt.
.
hasil perhitungan tersebut adalah tegangan catu daya minimum yang
digunakan untuk menghasilkan daya maksimum pada keluaran sebesar 20Watt. Pada
perancangan akan digunakan sebesar 5V. Sehingga catu daya positif dan negatif
yang digunakan dalam penguat audio yang dibuat adalah 5V dan -5V.
Efisiensi dari penguat yang diharapkan adalah lebih besar dari 85%. Efisiensi
dari penguat dipengaruhi oleh komponen MOSFET yang dipakai. Efsiensi merupakan
perbandingan antara daya yang masuk ke dalam penyuara dibandingkan dengan daya
keluaran yang disuply oleh catu daya kepada rangkaian secara keseluruhan. Pada
rangkaian penguat kelas D ini efisiensi hanya akan dilihat pada bagian keluaran karena
rangkaian lainnya adalah rangkaian tapis dengan opamp dan rangkaian logika yang
menarik arus dari catu daya lebih sedikit (skala miliAmpere) jika dibandingkan dengan
arus dari catu daya yang ditarik oleh bagian keluaran (skala Ampere).
Disipasi daya pada MOSFET akan mengurangi efisiensi dari penguat audio
kelas D yang dibuat. Disipasi daya yang terjadi pada MOSFET akan bergantung pada
parameter . Dimana ini merupakan besarnya hambatan (Ohm) pada
drain-source MOSFET ketika MOSFET berada dalam kondisi saturasi (sedang bekerja
pada daerah triode).
Gambar 3.19. Kondisi MOSFET ketika Keluarannya adalah ’1’.
46
Gambar 3.19 memperlihatkan salah satu contoh kondisi keluaran dari full bridge
MOSFET. Jika efisiensi pada penguat kelas D ditinjau dari keluaran H-bridge saja maka
efisiensi pada penyuara adalah sebesar,
.
yang dipakai sebagai beban adalah penyuara 4 Ohm. Pada perancangan,
digunakan dua pasangan MOSFET tipe P dan tipe N yaitu IRF540 dan IRF9530. Alasan
dari pemilihan komponen ini adalah MOSFET tipe ini mempunyai yang kecil
yaitu untuk IRF540 adalah 0.055 Ohm dan untuk IRF9540 adalah 0.3 Ohm.
Dari penggunaan komponen tersebut, effisiensi hasil perhitungan adalah sebesar
91.95%. Namun, pada kondisi sebenarnya effisiensi penguat tidak dapat lebih besar dari
effisiensi hasil perhitungan, karena masih ada faktor seperti disipasi daya yang muncul
pada proses switching yang terjadi pada gate MOSFET serta disipasi daya pada
komponen-komponen lainnya yang dipakai.
3.2.4.3.2.4.3.2.4.3.2.4. GambaranGambaranGambaranGambaran PerancanganPerancanganPerancanganPerancangan PenguatPenguatPenguatPenguat KelasKelasKelasKelas DDDDKeseluruhanKeseluruhanKeseluruhanKeseluruhan
Diagram kotak perancangan penguat dapat dilihat pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20. Diagram Kotak Perancangan Penguat Kelas D Keseluruhan.
47
Pada perancangan, isyarat keluaran sebelum diumpan balik akan dilemahkan
sebesar 0,1 kali. Hal ini bertujuan agar isyarat masukan dari tapis W yaitu isyarat
masukan dikurangi isyarat keluaran tidak terpotong pada batas catu-daya (clipping).