BABB :II: APPEEN NDDAHHUULLUUAANscholar.unand.ac.id/30903/2/BAB I.pdfsistem drainase perkotaan...

4
1 BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan industri / jasa, dan fasilitas pendukungnya yang selanjutnya mengubah lahan terbuka dan/atau lahan basah menjadi lahan terbangun. Pada daerah kota padang, saat ini lahan banyak didominasi rumah, jalan beraspal dan lahan parkir perkantoran serta tutupan lahan perkerasan yang tiap tahun meningkat . Kebutuhan akan ruang, mobilitas kota yang tinggi dan kesadaran masyarakat yang masih minim mengakibatkan berkurangnya kesempatan bagi air hujan untuk terserap ke dalam tanah. Dominasi lahan “impermeable” tersebut cenderung meningkat setiap tahun. Hal tersebut diatas membawa dampak pada rendahnya kemampuan drainase perkotaan untuk mengalirkan air ke pembuangan akhirnya yaitu ke laut atau sungai sehingga menyebabkan terjadinya daerah genangan. Menurut Peraturan menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2014, daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak berfungsinya sistem drainase yang menggangu dan/atau merugikan aktifitas masyarakat. Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumah- rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah, yang berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan lampiran I mengenai tata cara perencanaan sistem drainase perkotaan menjelaskan diperlukan perubahan pola pikir konsep drainase dari drainase konvensional menuju ke drainase ramah lingkungan atau eko-drainase. Konsep drainase konvensional (paradigma lama) adalah upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan secepatnya ke sungai terdekat. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah, harus secepatnya dibuang

Transcript of BABB :II: APPEEN NDDAHHUULLUUAANscholar.unand.ac.id/30903/2/BAB I.pdfsistem drainase perkotaan...

Page 1: BABB :II: APPEEN NDDAHHUULLUUAANscholar.unand.ac.id/30903/2/BAB I.pdfsistem drainase perkotaan menjelaskan diperlukan perubahan pola pikir konsep drainase dari drainase konvensional

1

BBAABB II:: PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan

tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan industri /

jasa, dan fasilitas pendukungnya yang selanjutnya mengubah lahan terbuka dan/atau

lahan basah menjadi lahan terbangun.

Pada daerah kota padang, saat ini lahan banyak didominasi rumah, jalan beraspal

dan lahan parkir perkantoran serta tutupan lahan perkerasan yang tiap tahun meningkat .

Kebutuhan akan ruang, mobilitas kota yang tinggi dan kesadaran masyarakat yang

masih minim mengakibatkan berkurangnya kesempatan bagi air hujan untuk terserap ke

dalam tanah. Dominasi lahan “impermeable” tersebut cenderung meningkat setiap

tahun.

Hal tersebut diatas membawa dampak pada rendahnya kemampuan drainase

perkotaan untuk mengalirkan air ke pembuangan akhirnya yaitu ke laut atau sungai

sehingga menyebabkan terjadinya daerah genangan. Menurut Peraturan menteri

Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2014, daerah genangan adalah kawasan yang

tergenang air akibat tidak berfungsinya sistem drainase yang menggangu dan/atau

merugikan aktifitas masyarakat. Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya

direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumah-

rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah belum dikembangkan).

Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi

volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah, yang berakibat

terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2014 tentang

Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan lampiran I mengenai tata cara perencanaan

sistem drainase perkotaan menjelaskan diperlukan perubahan pola pikir konsep drainase

dari drainase konvensional menuju ke drainase ramah lingkungan atau eko-drainase.

Konsep drainase konvensional (paradigma lama) adalah upaya membuang atau

mengalirkan air kelebihan secepatnya ke sungai terdekat. Dalam konsep drainase

konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah, harus secepatnya dibuang

Page 2: BABB :II: APPEEN NDDAHHUULLUUAANscholar.unand.ac.id/30903/2/BAB I.pdfsistem drainase perkotaan menjelaskan diperlukan perubahan pola pikir konsep drainase dari drainase konvensional

2

ke sungai dan seterusnya ke laut. Dampak dari konsep ini adalah kekeringan yang

terjadi di mana-mana, banjir, dan juga longsor. Dampak selanjutnya adalah kerusakan

ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro serta tanah longsor di berbagai tempat

yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kering dan musim

basah yang sangat tinggi

Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan

dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara alamiah atau

mengalirkan air ke sungai / saluran dengan tanpa melampaui kapasitas sungai / saluran

sebelumnya. Salah satu sistem drainase ramah lingkungan adalah melalui sumur

resapan. Sumur resapan yaitu sistem resapan buatan yang dapat menampung air hujan,

baik dari permukaan tanah maupun air hujan yang disalurkan melalui atap bangunan.

Sumur resapan dapat berupa sumur, kolam dengan resapan, saluran berpori, saluran

resapan atau sejenisnya. Sumur resapan dimaksudkan untuk menampung air hujan dari

atap rumah yang biasanya langsung mengalir ke selokan supaya bisa meresap ke tanah

(Agus dan Anang, 2005). Sedangkan menurut buku Pedoman Teknis Sumur Resapan

TA 2007 yang dikeluarkan oleh Dit Pengelolaan Air Subdit IKA pengertian sumur

resapan adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk

menampung air hujan atau aliran permukaan agar dapat meresap ke dalam tanah.

Untuk melihat peranan sumur resapan dalam mengurangi genangan dikarenakan

meningkatnya aliran permukaan, peneliti menganalisa dampak sumur resapan terhadap

genangan, dengan lokasi studi Kawasan Khatib Sulaiman, Padang, Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada studi ini :

Kekurangan lahan untuk pengembangan saluran drainase.

Berubahnya tutupan lahan yang mengakibatkan bertambahnya aliran

permukaan

Pengembangan sistem saluran drainase ramah lingkungan salah satunya

dengan penerapan sumur resapan

Masih kurangnya peran serta masyarakat untuk ikut dalam

penanggulangan masalah yang terkait

Page 3: BABB :II: APPEEN NDDAHHUULLUUAANscholar.unand.ac.id/30903/2/BAB I.pdfsistem drainase perkotaan menjelaskan diperlukan perubahan pola pikir konsep drainase dari drainase konvensional

3

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama yaitu menambah peran serta masyarakat

dalam menerapkan teknologi sumur resapan untuk mengatasi genangan. Untuk itu

diperlukan tujuan khusus agar dapat mencapai tujuan utama tersebut yaitu :

- Mengetahui luas dan tutupan lahan daerah layanan saluran drainase di lokasi

studi

- Menganalisa pengaruh penerapan sumur resapan terhadap genangan pada

saluran drainase di lokasi studi

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai peran

penting sumur resapan dalam mengurangi dampak genangan, sehingga dapat menjadi

acuan dalam perencanaan drainase perkotaan ramah lingkungan.

1.5 Batasan Masalah

Sebagai upaya agar penelitian ini lebih tepat sasaran maka perlunya dilakukan

pembatasan masalah, adalah sebagai berikut;

a. Objek penelitian adalah drainase pada Kawasan Khatib Sulaiman Kota

Padang, serta daerah tangkapan hujannya.

b. Melakukan analisa kapasitas saluran terhadap debit banjir 5 (lima) tahun,

kemudian menggunakan ruas saluran dengan limpasan banjir terbesar

sebagai titik acuan.

c. Menggunakan data sekunder sebagai berikut:

Data curah hujan dari stasiun hujan Khatib Sulaiman

Peta catchment area drainase lokasi studi

Data pengujian tanah di lokasi studi

Foto udara sebagai informasi tutupan lahan

Profil saluran drainase pada lokasi studi

d. Menggunakan profil saluran drainase pada Kawasan Khatib Sulaiman

sebagai titik acuan genangan

Page 4: BABB :II: APPEEN NDDAHHUULLUUAANscholar.unand.ac.id/30903/2/BAB I.pdfsistem drainase perkotaan menjelaskan diperlukan perubahan pola pikir konsep drainase dari drainase konvensional

4

e. Mengetahui efisiensi pengurangan debit limpasan banjir dengan penerapan

sumur resapan

f. Air yang masuk kedalam saluran drainase hanya air hujan.