Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

34
BAB VIII MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM) A. Latar Belakang Munculnya SCM Munculnya SCM dilatar belakangi oleh 2 hal pokok, yaitu: 1. Praktek manajemen logistik tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif 2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen. Konteks produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen dalam pengertian manajemen produksi

description

Supply Chain Management (SCM) adalah suatu metode penciptaan produk untuk disampaikan pada pengguna akhir, dimana di dalamnya tercakup berbagai komponen, yaitu: the supplier of raw materials, the manufacturing units, warehouses, transporters, retailers, and finally selling..Manfaat penerapan konsep SCM dalam perusahaan yaitu: kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar

Transcript of Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

Page 1: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

BAB VIII

MANAJEMEN RANTAI PASOK

(SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

A. Latar Belakang Munculnya SCM

Munculnya SCM dilatar belakangi oleh 2 hal pokok, yaitu:

1. Praktek manajemen logistik tradisional yang bersifat adversarial pada era

modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan

keunggulan kompetitif

2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang

semakin ketat

Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global

seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan

untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci

sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi

yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan

dalam iklim persaingan. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya

diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen.

Konteks produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen

dalam pengertian manajemen produksi dan operasi adalah kombinasi produk

barang dan jasa. Industri manufaktur tidak akan dapat bersaing apabila

produk yang ditawarkan murni hanya barang, dan industri jasa juga tidak

memiliki daya tarik apabila yang ditawarkan kepada konsumen murni berupa

layanan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan produk terbaik kepada

konsumen meliputi kombinasi di antara keduanya, yaitu barang dan jasa

dalam porsi masing-masing yang ideal menurut perusahaan. Menyajikan

produk dalam arti luas tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang bagi

sistem produksi operasi yang harus dijalankan perusahaan. Mulai dari

mengidentifikasi selera konsumen sampai dengan mengupayakan seluruh

Page 2: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

kebutuhan input dari pemasok untuk memproduksi dan mendistribusikan

produk tersebut sesuai dengan selera konsumen yang dibidik.

Pada dasarnya konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk

yang memiliki manfaat pada tingkat harga yang dapat diterima. Untuk

mewujudkan keinginan konsumen tersebut maka setiap perusahaan berusaha

secara optimal untuk menggunakan seluruh asset dan kemampuan yang

dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi

upaya ini tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda di setiap

perusahaan termasuk para pesaingnya. Untuk dapat menawarkan produk

yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus

berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas

produk maupun standar yang sudah ditetapkan.

Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui

optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses

produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi

yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply

Chain Management (SCM). SCM sesungguhnya bukan merupakan suatu

konsep yang baru. Menurut Jebarus (2001) SCM merupakan pengembangan

lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan

konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut

proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada

konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah

dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme

informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan.

SCM merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang

mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola

baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadual produksi, dan logistik

Gambar 8.1 memberikan ilustrasi sebuah Supply Chain (SC) yang

sederhana. Sebuah SC akan memiliki komponen-komponen yang biasanya

disebut channel. Semua chanel bekerja untuk memenuhi kebutuhan

konsumen akhir.

VIII-2

Page 3: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

Gambar 8.1. Supply Chain yang disederhanakan

Pada kenyataannya struktur SC jauh lebih kompleks dari gambar 8.1.

Berbagai kemungkinan di lapangan bisa terjadi, antara lain:

1. Sebuah pemasok mungkin sekaligus adalah industri manufaktur, dengan

kata lain sebuah SC bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur

dalam satu rantai hulu ke hilir

2. SC tidak selalu merupakan rantai lurus

3. Sebuah industri manufaktur bisa memiliki ratusan bahkan ribuan pemasok

4. Produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin

didistribusikan oleh beberapa pusat distribusi yang melayani ratusan

bahkan ribuan distributor, retailer, pedagang kecil, dan sebagainya.

Setiap chanel dalam SC akan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling

mendukung. Secara keseluruhan aktivitas-aktivitas tersebut meliputi

perancangan produk, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan,

distribusi/transportasi, penyimpanan/pergudangan, dukungan pelayanan

kepada pelanggan, proses pembayaran, dan sebagainya. Pada tingkatan yang

lebih strategis ada aktivitas-aktivitas seperti pemilihan pemasok, penentuan

lokasi pabrik, gudang, pusat distribusi, dan sebagainya.

VIII-3

Page 4: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

Praktek tradisional, semua aktivitas tersebut dilakukan tanpa atau

dengan sedikit koordinasi. Istilah cross fungsional team misalnya tidak

banyak diaplikasikan dalam manajemen SC tradisional. Pola hubungan

manajemen logistik tradisional masih bersifat adversarial, dalam arti pola

hubungannya masih mementingkan pihak-pihak secara individual tidak

mengacu pada kinerja keseluruhan pihak yang menjadi pembentuk sebuah

SC, contohnya antara lain:

Hubungan antara pemasok dengan perusahaan yang disuplainya hanya

terbatas pada transaksi jual beli. Pola-pola negosiasi hanya mementingkan

pihak-pihak secara individual. Pemasok ingin secepatnya memindahkan atau

menjual produknya secepat dan sebanyak mungkin dengan harga yang tinggi,

sementara perusahaan yang disuplainya menginginkan harga yang murah dan

pengiriman yang cepat dan tepat.

B. Perubahan Lingkungan Bisnis

Lingkungan Bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut

semakin lama semakin cepat. Akselerasi perubahan ini disebabkan

berkembangnya secara cepat faktor-faktor penting, antara lain:

1. Tuntutan konsumen yang semakin kritis. Konsumen menjadi semakin

rumit dan terlalu banyak menuntut. Mereka menuntut harga murah, mutu

tinggi untuk setiap produk yang ditawarkan, penyerahan tepat waktu, dan

sesuai dengan selera mereka.

2. Infrastruktur telekomunikasi, informasi, transportasi, dan perbankan yang

semakin canggih memungkinkan berkembangnya model baru dalam

aliran material/produk.

3. Daur hidup produk. Daur hidup produk sangat pendek seiring dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar.

4. Kesadaran konsumen akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan

dalam kehidupan, menuntut industri manufaktur memasukkan konsep-

konsep ramah lingkungan mulai dari proses perancangan produk, proses

produksi maupun proses distribusinya.

VIII-4

Page 5: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

5. Globalisasi dan perubahan peta ekonomi dunia ke arah meningkatnya

kemampuan ekonomi negara-negara dunia ketiga, telah menciptakan

banyak paradigma baru dalam dunia bisnis, dan salah satu paradigma

penting adalah meningkatnya persaingan antara produk jasa di pasaran.

C. Definisi Supply Chain Management

Dengan latar belakang praktek manajemen logistik tradisional dan

perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat tersebut di atas, Supply

Chain Management (SCM) merupakan salah satu konsep dalam rangka

merespon persoalan tersebut.

Supply Chain Management (SCM) menekankan pada pola terpadu

menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga

pada konsumen akhir. Dalam konsep SCM ingin diperlihatkan bahwa

rangkaian aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu

kesatuan tanpa sekat yang besar. Mekanisme informasi antara berbagai

komponen tersebut berlangsung secara transparan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Supply Chain Management

(SCM) adalah suatu konsep yang menyangkut pola pendistribusian produk

yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara

tradisional. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal

produksi, dan logistik.

Ada pula yang mengatakan bahwa Supply Chain Management (SCM)

adalah suatu metode penciptaan produk untuk disampaikan pada pengguna

akhir, dimana di dalamnya tercakup berbagai komponen, yaitu: the supplier

of raw materials, the manufacturing units, warehouses, transporters,

retailers, and finally selling.

Dari 2 definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus utama

dari SCM adalah sinkronisasi proses untuk kepuasan pelanggan. Semua

supply chain pada hakekatnya memperebutkan pelanggan dari produk atau

jasa yang ditawarkan. Semua pihak yang berada dalam satu rantai supply

chain harus bekerja sama satu dengan lainnya semaksimal mungkin untuk

VIII-5

Page 6: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

meningkatkan pelayanan dengan harga murah, berkualitas, dan tepat

pengirimannya.

Persaingan dalam konteks SCM adalah persaingan antar rantai, bukan

antar individu perusahaan. Kelemahan praktek tradisional yang bersifat

adversarial adalah terfokusnya ukuran keberhasilan dan aktivitas pada

bagian-bagian kecil dari supply chain yang justru sering berlawanan dengan

tujuan akhir untuk meningkatkan pelayanan pada pelanggan atau konsumen

akhir.

D. Integrated Supply Chain

Semua perusahaan memerlukan sesuatu yang sangat ekonomis guna

melakukan kegiatan memproduksi untuk memperoleh keuntungan. Untuk

mencapai keinginan tersebut, kelancaran arus material yang diperlukan pasti

melibatkan lebih dari satu rantai pasokan. Faktor kritis dalam rantai pasokan

yang efisien adalah pembelian, karena tugas pembeliaan untuk menyeleksi

pemasok (berikut materialnya) dan kemudian membangun hubungan yang

saling menguntungkan. Tanpa pemasok yang baik dan tanpa pembelian yang

memadai, rantai pasokan tidak akan memiliki peran untuk kondisi pasar pada

masa seperti sekarang ini.

SCM diperlukan oleh perusahaan yang sudah mengarah pada

pengelolaan dengan sistem just in time, karena konsep just in time sangat

menekankan ketepatan waktu kedatangan material dari pemasok sampai ke

tangan konsumen sesuai dengan yang ditetapkan. Artinya, kedisiplinan dan

komitmen seluruh mata rantai harus benar-benar dilaksanakan, karena sistem

just in time tidak menekankan pada persediaan atau zero inventory. Sehingga

apabila terjadi penyimpangan pada salah satu mata rantai saja, maka akan

mengganggu pasokan material secara keseluruhan dan menghambat

kelancaran tugas dari mata rantai yang lain, karena tidak adanya persediaan.

Untuk kondisi di Indonesia sistem just in time akan berhasil kalau mata rantai

terkait berada dalam satu cluster.

VIII-6

Page 7: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

Bagi perusahaan yang masih mementingkan persediaan karena

karakteristik material (misalnya faktor musiman) atau sebagai langkah

antisipatif untuk menyiasati lingkungan industri yang tidak stabil, SCM juga

diperlukan. Peran SCM untuk jenis perusahaan ini adalah menekan biaya

persediaan, karena persediaan yang tidak optimal akan menimbulkan dampak

biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya backorder (apabila terjadi

stockout).

Baik perusahaan yang menerapkan sistem just in time maupun yang

masih mementingkan persediaan, SCM yang dilaksankan akan lebih optimal

apabila diterapkan secara terintegrasi oleh seluruh mata rantai pasokan yang

terkait.

Menerapkan konsep SCM secara menyeluruh dan terintegrasi tentu

bukan merupakan hal yang mudah dilakukan perusahaan. Kesulitan akan

banyak dialami dalam kaitan dengan lingkungan eksternal yaitu hubungan

dengan supplier dan distributor serta konsumen akhir. Hal ini dapat terjadi

karena lingkungan eksternal relatif berada di luar kendali perusahaan,

sehingga perlu upaya kedua belah pihak untuk mencapai komitmen menjadi

mata rantai yang saling berkoordinasi untuk menyalurkan seluruh kebutuhan

material sesuai yang dibutuhkan.

Sekilas konsep SCM memiliki kesamaan dengan manajemen logistik,

karena keduanya mengelola arus barang dan jasa melalui pembelian,

pergerakan, penyimpanan, adminitrasi, dan penyaluran barang. Selain itu

baik SCM maupun manajemen logistik juga memiliki kesamaan dalam hal

peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan barang. Perbedaan

SCM dengan manajemen logistik terletak pada orientasinya. SCM

mengusahakan hubungan dan koordinasi antar proses dari perusahaan-

perusahaan lain dalam business pipelines, mulai dari suppliers sampai

kepada pelanggan juga mengutamakan arus barang antar perusahaan, sejak

paling hulu sampai paling hilir. Sedangkan manajemen logistik berorientasi

pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana tunggal

VIII-7

Page 8: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

arus barang dan informasi di seluruh perusahaan, jadi lebih terfokus pada

pengelolaan termasuk arus barang dalam perusahaan.

Dalam perkembangannya, SCM telah banyak mengalami evolusi

yang dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut (Indrajit dkk,

2002):

1. Tahap 1, dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan ketidak-saling-

tergantungan fungsi produksi dan fungsi logistik. Mereka menjalankan

program-program sendiri yang terlepas satu sama lain (in-complete

isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya memikirkan

bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah

ditetapkan, dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan

inventory dan penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya

persediaan yaitu biaya simpan.

2. Tahap 2, dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya

integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu

di antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi

dengan inventory control dan functional integration yang lain.

3. Tahap 3, dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan atas semua

fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).

4. Tahap 4, dalam tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari suplly

chain integration, yaitu integrasi total dalam konsep perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan (manajemen) yang telah dicapai dalam

tahap 3 dan diteruskan ke upstreams yaitu suppliers dan downsterams

sampai ke pelanggan.

Evolusi SCM yang telah mencapai tahap keempat tersebut

menunjukkan suatu integrasi yang menyeluruh di antara seluruh komponen

terkait sehingga menuntut adanya transparansi arus informasi. Strategi

kemitraan dapat digunakan untuk mewujudkan kelancaran arus pasokan

material dari pemasok sampai distributor hingga ke tangan konsumen.

Dengan startegi kemitraan maka perlu mengembangkan komunikasi di

VIII-8

Page 9: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

antara semua pihak terkait, sehingga komunikasi arus informasi maupun data

yang dibutuhkan akan lebih lancar.

E. Manfaat SCM

Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan

memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan,

meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang

semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.

1. Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan target

utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan

perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini

tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk

menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas

dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.

2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan

menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan

pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan

perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.

3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada

konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur

distribusi.

4. Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan

semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun

keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan

penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam

pelaksanaan SCM.

5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang

setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan

laba perusahaan.

VIII-9

Page 10: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

6. Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari

segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan

tumbuh lebih kuat.

Keenam manfaat yang sudah dijelaskan seperti tersebut di atas

merupakan manfaat tidak langsung. Secara umum, manfaat langsung dari

penerapan SCM bagi perusahaan adalah :

1. SCM secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi

dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan

pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam

fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya yang dimilki

dalam sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk memberikan

nilai pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan

perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik.

2. SCM berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang

dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau

konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan

berperan. Melalui pelaksanaan SCM, pemasaran dapat mengidentifikasi

produk dengan karakteristik yang diminati konsumen. Selanjutnya fungsi

ini harus mampu mengidentifikasi seluruh atribut produk yang

diharapkan konsumen tersebut dan mengkomunikasikan kepada

perancang produk. Apabila seleksi rancangan produk sudah dilakukan

dan dilakukan pengujian maka produk dapat diproduksi. Sehingga SCM

akan berperan dalam memberikan manfaat seperti point 1 tersebut.

Ditinjau dari segi ongkos, masing-masing fungsi di atas berkaitan

dengan ongkos, yaitu:

1. Fungsi pertama berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik, yakni ongkos

material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi,

dan sebagainya.

2. Fungsi kedua berkaitan dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan

produk, serta biaya-biaya akibat terpenuhinya aspirasi konsumen oleh

produk yang disediakan oleh rantai supply chain. Ongkos-ongkos ini bisa

VIII-10

Page 11: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

berupa ongkos markdown, yakni penurunan harga produk yang tidak laku

dengan harga normal, atau ongkos kekurangan supply yang dinamakan

dengan stockout cost.

F. Prinsip-prinsip SCM

Prinsip terpenting yang harus diperhatikan dalam sinkronisasi

aktivitas-aktivitas sebuah supply chain adalah menciptakan hasil yang lebih

besar, tidak hanya bagi tiap anggota rantai tetapi bagi keseluruhan sistem.

Kesuksesan implementasi dari prinsip ini membutuhkan perubahan-

perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya kegagalan

biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan

langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-

komponen supply chain yang kompleks ke arah yang sama.

Anderson, Britt & Frave (1997) memberikan 7 prinsip SCM untuk

membantu para manajer dalam merumuskan strategi pelaksanaan SCM,

yaitu:

1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.

2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang

berbeda.

3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam

perencanaan kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan

ramalan yang konsisten dan alokasi sumber daya yang optimal.

4. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan

percepat konversinya di sepanjang rantai supply.

5. Kelola sumber-sumber supply secara strategis untuk mengurangi ongkos

kepemilikan dari material maupun jasa.

6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai supply yang

mendukung pengambilan keputusan berhirarki serta berikan gambaran

yang jelas dari aliran produk, jasa, maupun informasi.

VIII-11

Page 12: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

7. Adopsi pengukuran kinerja untuk sebuah supply chain secara

keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada

konsumen akhir.

G. Persyaratan Penerapan SCM

Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai mata

rantai, SCM menuntut beberapa persyaratan yang tidak hanya terkait dengan

material, tetapi juga informasi. Syarat utama dari penerapan SCM tentunya

dukungan manajemen. Manajemen semua level dari strategis sampai

operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan,

pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.

Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang

melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum

membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para

pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi

pemasok. Sebagi catatan, melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok

yang ‘bermain’ dalam pasar yang monopoli tentunya sulit dan tidak bisa

dilaksanakan, sehingga yang perlu dilakukan untuk kondisi ini adalah

membangun kemitraan dalam suatu kesepakatan.

Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat

diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria

dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok,

keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh indikator dari

setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002):

1. Keadaan umum pemasok

a. Ukuran atau kapasitas produksi

b. Kondisi finansial

c. Kondisi operasional

d. Fasilitas riset dan desain

e. Lokasi geografis

f. Hubungan dagang antar industri

VIII-12

Page 13: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

2. Keadaan pelayanan

a. Waktu penyerahan material

b. Kondisi kedatangan material

c. Kuantitas pemesanan yang ditolak

d. Penanganan keluhan dari pembeli

e. Bantuan teknik yang diberikan

f. Informasi harga yang diberikan

3. Keadaan material

a. Kualitas material

b. Keseragaman material

c. Jaminan dari pemasok

d. Keadaan pengepakan (pembungkusan)

Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan)

yang terbesar diberikan pada kriteria keadaan material, karena keadaan

material akan mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan operasi khususnya

kualitas produk. Selanjutnya dilakukan penilaian untuk setiap indikator dan

dihitung total skor-nya.

Syarat berikutnya adalah pemilihan distributor sebagai perantara

produk perusahaan sampai ke tangan konsumen akhir. Intensitas saluran

distribusi yang ideal bagi suatu perusahaan adalah bagaimana menyajikan

jenis produk secara luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen

(Sitaniapessy, 2001). Penggunaan distributor yang terlalu sedkit dapat

membatasi penyebaran jenis produk dalam aktivitas pemasaran. Sebaliknya,

penggunaan distributor yang terlalu banyak dapat mengganggu brand image

dalam posisinya berkompetisi. Satu kunci yang penting dalam mengelola

saluran distribusi adalah menentukan berapa banyak saluran distribusi yang

dikembangkan serta membentuk suatu pola kemitraan yang menunjang

pemasaran suatu produk dalam area pemasaran tertentu.

Model penghematan usaha oleh distributor dapat digambarkan

sebagai berikut (Kotler, 1997):

VIII-13

Page 14: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

Error: Reference source not foundprodusen distributor konsumen

Gambar 8.2. Model penghematan usaha oleh distributor

Satu lagi persyaratan yang penting dalam penerapan SCM adalah

transparansi arus informasi. Untuk dapt mendukung arus informasi yang

transparan dari seluruh mata rantai yang terlibat dalam SCM diperlukan

komitmen (dapat dicapai melalui kemitraan dan kesepakatan) disertai dengan

ketersediaan database.

Konsep database yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya

kumpulan data yang dikelola dan dikendalikan secara terpusat, melainkan

data tersebut harus memenuhi lima kriteria sebagai berikut :

1. Ketersediaan, kapanpun diperlukan harus tersedia disertai dengan

kemudahan akses.

2. Kemampuan dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait

3. Kemampuan data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif

4. Jumlah data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan

data yang harus menyesuaikan jumlah data)

5. Konsistensi dan validitas data

H. Strategi Dasar SCM

Strategi yang paling mendasar dalam SCM berkaitan erat dengan

konfigurasi fisik maupun manajemennya. Dalam rancangan struktur supply

chain, mulai dari konfigurasi jaringan antar chanel sampai pada konfigurasi

fasilitas di dalam sebuah chanel tidak bisa dilepaskan dari karakteristik

produk maupun jasa yang dihasilkan oleh sebuah supply chain.

Dalam SCM karakteristik produk ini dibedakan ke dalam 2 jenis yang

didasarkan pada berbagai aspek antara lain, siklus hidupnya, jumlah

variasinya, stabilitas permintaannya, kesalahan ramalan, tingkat markdown,

dan sebagainya. Kedua jenis tersebut adalah sebagai berikut:

VIII-14

Page 15: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

1. Produk fungsional, biasanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasar, seperti garam, gula, sabun, minyak goreng, buku tulis,

ballpoint, dan sebagainya.

2. Produk inovatif, yaitu produk yang permintaannya biasanya sangat tidak

stabil dan sulit diramalkan. Produk inovatif ini biasanya muncul sebagai

respon atas perubahan pasar yang cepat atau sebagai akibat dari

kemampuan teknologi dan inovasi yang bagus. Contoh dari produk

inovatif ini adalah komputer yang perubahan rancangannya sudah dalam

hitungan minggu atau bahkan hari. Ini merupakan contoh produk inovatif

yang dipacu oleh kemampuan perusahaan melakukan inovasi (innovation

driven). Contoh lain adalah pakaian yang modelnya cepat berubah dan ini

lebih dipacu oleh kebutuhan pasar yang mengisyaratkan perubahan

model (market driven).

Untuk lebih jelasnya pembagian produk sesuai dengan

karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 8.1.

Tabel 8.1. Produk fungsional vs invovatifKarakteristik Fungsional Inovatif

Siklus hidup > 2 tahun < 2 tahunVariasi produk 10 – 20 per kategori Jutaan per kategoriVariabilitas permintaan tinggi rendahKesalahan peramalan 10 % 40 % - 100 % Tingkat markdown 0 % 10 % - 25 %Margin keuntungan Rendah TinggiLead time 6 bln – 1 thn 1 hari – 2 mingguAspirasi konsumen Harga murah cepat

Pernyataan kedua produk berdasarkan karakteristik di atas mengindikasikan

kebutuhan akan penanganan yang berbeda, baik dalam aktivitas fisik maupun

VIII-15

Page 16: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

dalam mediasi pasar sebuah supply chain sehingga diperlukan strategi yang

tepat untuk masing-masing produk, seperti ditunjukkan pada tabel 8.2.

Tabel 8.2. Strategi yang tepat berdasarkan jenis produkStrategi Produk

Fungsional InovatifLean Tepat Tidak tepatAgile Tidak tepat Tepat

Strategi Lean Supply Chain adalah strategi efisiensi yang

membutuhkan dukungan struktur supply chain yang ramping dan terintegrasi

dengan baik. Pada produk fungsional, fungsi mediasi pasar lebih jarang dan

lebih mudah dilakukan karena siklus hidup produknya panjang atau selera

konsumen yang tidak banyak berubah. Dengan demikian ongkos-ongkos

mediasi pasar akan merupakan fokus utama, sehingga strategi yang tepat

untuk produk-produk fungsional adalah efisiensi.

Fokus utama dalam mengelola Lean Supply Chain adalah menekan

ongkos-ongkos fisik disepanjang supply chain yang terdiri dari ongkos-

ongkos material, produksi, distribusi, penyimpanan dan sebagainya. Dalam

lean supply chain koordinasi yang baik antar chanel dalam rantai supply

sangat diperlukan, termasuk di dalamnya koordinasi untuk manangani

dampak variabilitas dan ketidakpastian permintaan maupun supply.

Untuk produk inovatif, keunggulan kompetitif produk terletak pada

kemampuan supply chain untuk merespon kebutuhan pasar yang cepat

berubah. Kunci keberhasilan di sini adalah yang dinamakan agility. Agility

untuk suatu supply chain harus mempunyai kemampuan kecepatan dalam

merespon kebutuhan pasar secara bersama-sama sebagai suatu team.

Kecepatan ini harus dimiliki semua pihak yang berada dalam suatu supply

chain.

Distributor yang handal tidak dapat menjamin keunggulan

berkompetisi apabila perusahaan yang mensuplai produk-produk yang

didistribusikannya tidak mampu secara cepat merespon perubahan yang

disyaratkan oleh pasar. Dengan demikian hubungan antar perusahaan

VIII-16

Page 17: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

merupakan faktor kritis dalam menciptakan agility suatu supply chain.

Strategi supply chain yang menekankan pada agility tentunya memerlukan

pola pikir yang berbeda dengan pola pikir untuk strategi supply chain yang

mendasarkan pada efisiensi.

I. Tantangan Penerapan SCM

Meskipun SCM memiliki banyak manfaat dalam menjalankan sistem

produksi dan operasi di perusahaan, tetapi ada beberapa tantangan yang

harus dihadapi dan disikapi oleh perusahaan apabila akan menerapkannya.

Tantangan yang pertama berasal dari lingkungan makro dan juga lingkungan

eksternal. Misalnya saja trend perekonomian global yang menunjukkan

adanya kecenderungan inflasi, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena persaingan di tingkat global memang sangat meningkat. Selain itu

juga kecenderungan perilaku konsumen yang menunjukkan sikap terlalu

rumit dan banyak menuntut. Faktor eksternal lain adalah perkembangan

teknologi. Perkembangan teknologi yang terkait dengan teknologi informasi

sedapat mungkin diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan

SCM sehingga dapat mengelola informasi yang bergerak sangat cepat untuk

menanggapi perpindahan produk. Sehingga sangat perlu bagi perusahaan

yang menerapkan SCM untuk memiliki peralatan fungsional seperti

(Watanabe, 2001):

1. Demand management / forecasting

2. Advanced planning and scheduling

3. Transportation management

4. Distribution and deployment

5. Production planning

6. Available to promise

7. Supply Chain Modeler

8. Optimizer (Linier programming, non linier programming, heuristic, dan

genetic algorithm)

VIII-17

Page 18: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

Selain tantangan-tantangan tersebut, tantangan yang juga sering

dihadapi khususnya negara berkembang adalah masalah infrastruktur

termasuk birokrasi yang rumit. Masalah ini akan memberikan dampak yang

signifikan terhadap tantangan SCM yang lain, yaitu teknologi informasi.

Di sisi lain, ada juga tantangan yang dapat digolongkan dalam

lingkungan mikro atau di lingkungan perusahaan itu termasuk

stakeholdernya. Mengingat sebuah rantai supply chain terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang dilakukan oleh beberapa perusahaan, maka pengelolaannya

tidak mudah. Kompleksitas permasalahan meningkat dengan cepat begitu

pertimbangan-pertimbangan aliran produk dan informasi dilihat dalam

lingkungan keseluruhan supply chain dari ujung hulu ke ujung hilir. Karena

kompleksnya permasalahan pengelolaan tersebut, banyak sekali tantangan

yang bisa mengakibatkan kegagalan pengelolaan sebuah supply chain.

Lee & Bilington (1992) mendeskripsikan 14 tantangan yang harus

diperhatikan dalam SCM, yaitu:

1. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik, setiap chanel

menentukan ukuran sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk

membuat ‘joint matrics’ yang mengukur kinerja rantai secara

keseluruhan.

2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran

terhadap kelambatan respon dalam pelayanan, dan sebagainya.

3. Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat.

4. Sistem informasi tidak efisien.

5. Dampak ketidakpastian diabaikan.

6. Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-faktor ketidakpastian tidak

diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, kadang-

kadang terlalu statis dan generik.

7. Diskriminasi terhadap internal customer. Prioritasnya rendah, service

levelnya tidak terukur, sistem insentifnya tidak tepat.

8. Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi, dan pengiriman tidak bagus.

VIII-18

Page 19: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

9. Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap, tidak ada

pertimbangan efek persediaan dan waktu respon.

10. Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat.

11. Ada kendala komunikasi antar organisasi.

12. Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep

supply chain.

13. Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah.

14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal

saja, tidak bisa membedakan antara ‘immediate customers’ dengan ‘end

customers’.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus

melakukan perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal

perusahaan tersebut, baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen

dengan mata rantai lain di lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting

dalam mengatasi tantangan untuk penerapan SCM adalah mengelola

informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan

keputusan di wilayah penerapan SCM.

J. Perkembangan-perkembangan Terbaru dalam SCM

Agar perusahaan selalu dapat memimpin dalam berkompetisi di

pasaran, cara-cara baru yang lebih inovatif perlu ditemukan atau

dikembangkan. Seiring dengan menyebarnya konsep-konsep SCM di dunia

industri baik industri manufaktur atau jasa. Konsep-konsep yang lebih

canggih yang merupakan pengembangan dari SCM bermunculan. Konsep-

konsep tersebut antara lain:

1. Just In Time (JIT), prinsip ini menekankan pada kemitraan yang erat

antara perusahaan dengan pemasoknya, dan pemasok akan memiliki

wakil di perusahaan yang disuplainya. Wakil tersebut berfungsi

menggantikan peran bagian pembelian di perusahaan pembeli. Atas nama

perusahaan pembeli, wakil tersebut akan membuat order pembelian ke

perusahaannya berdasarkan rencana produksi yang telah ditetapkan oleh

VIII-19

Page 20: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

perusahaan pembeli. Praktek ini memungkinkan kedua belah pihak untuk

merundingkan rencana-rencana produksi maupun pembelian sehingga

menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan pembeli akan lebih

mudah menegosiasikan jadwal pengiriman karena wakil tadi sewaktu-

waktu bisa ditemui di perusahaannya. Demikian pula wakil tadi akan

lebih banyak memberikan masukan tentang kemampuan perusahaannya

untuk memasok kebutuhan material atau bahan baku yang dibutuhkan

perusahaan pembeli.

2. Vendor Managed Inventory (VMI), adalah merupakan salah satu variasi

dari JIT II. Konsep ini banyak digunakan oleh para pemasok yang

mensuplai bisnis retail. Selama ini pihak retail yang berkewajiban

membuat order pembelian untuk menjaga kelangsungan persediaan dari

setiap item yang terjual. Pada VMI kebalikannya, justru pemasoklah

yang berkewajiban untuk menentukan kapan dan berapa jumlah suatu

item harus dikirim ke retailnya, berdasarkan informasi tingkat penjualan

dan ketersediaan stock yang ada di retail tersebut. Pada VMI pertukaran

informasi yang lancar sangat diperlukan. Pemasok akan mampu membuat

keputusan yang baik, apabila informasi tingkat kebutuhan maupun

tingkat persediaan yang dimiliki pihak retail bisa diakses dengan mudah.

3. Global Pipeline Management (GPM), konsep ini didasarkan pada teori

kontrol di mana aliran material atau produk akan optimal bila dikontrol

dari satu titik. Aliran material atau produk pada konsep GPM hendaknya

dikendalikan oleh satu pihak atau chanel dalam supply chain, yang lain

mengikuti dan mendukung dengan memberikan informasi yang

diperlukan.

K. Rangkuman

1. Supply Chain Management (SCM) adalah suatu konsep yang

menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan

pola-pola pendistribusian produk secara tradisional. Pola baru ini

menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik.

VIII-20

Page 21: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

2. Supply Chain Management (SCM) adalah suatu metode penciptaan

produk untuk disampaikan pada pengguna akhir, dimana di dalamnya

tercakup berbagai komponen, yaitu: the supplier of raw materials, the

manufacturing units, warehouses, transporters, retailers, and finally

selling.

3. Manfaat penerapan konsep SCM dalam perusahaan yaitu: kepuasan

pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan

asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin

besar.

4. Strategi yang paling mendasar dalam SCM berkaitan erat dengan

konfigurasi fisik maupun manajemennya. Dalam rancangan struktur

supply chain, mulai dari konfigurasi jaringan antar chanel sampai pada

konfigurasi fasilitas di dalam sebuah chanel tidak bisa dilepaskan dari

karakteristik produk maupun jasa yang dihasilkan oleh sebuah supply

chain.

5. SCM membedakan karakteristik produk ke dalam 2 jenis yang

didasarkan pada berbagai aspek antara lain, siklus hidupnya, jumlah

variasinya, stabilitas permintaannya, kesalahan ramalan, tingkat

markdown, dan sebagainya.

L. Bahan Acuan

1. Gaspersz, Vincent, 2002, Production Planning and Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21, edisi revisi, cetakan ketiga, Gramedia.

2. Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto, 2002, Konsep Manajemen Supply Chain: Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang, cetakan kedua, Grasindo.

3. Jebarus, Felix, 2001, Supply Chain Management, Usahawan no : 02 Th XXX Februari.

4. Kotler, Phillip, 1997, Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Controlling, Upper Sadle River.

VIII-21

Page 22: Bab_8 MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT-SCM)

5. Sitaniapessy, Rainier Hendrik, 2001, Mengorganisir Saluran Distribusi dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran, Usahawan no : 02 Th XXX Februari.

6. Watanabe, Ryoichi, 2001, Supply Chain Management : Konsep dan Teknologi, Usahawan no : 02 Th XXX Februari.

VIII-22