BAB+6GEL
-
Upload
riska-rismawati -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of BAB+6GEL
-
7/31/2019 BAB+6GEL
1/21
BAB VI
GEL
6.1. Definsi
Gel adalah sediaan bermassa
lembek, berupa suspensi yang dibuat
dari zarah kecil senyawaan organik atau
makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling
terserap oleh cairan (Formularium
Nasional, 1979).
Gel adalah sediaan dasar berupa
lembekan sistem dispersi. Terdiri dari
partikel anorganik submikroskopis atau
organik makromolekul yang tersuspensi
atau terbungkus dan terbacam dalam
cairan, yang bercorak dari transparan
atau transluen hingga buram opak(Depkes RI, 1985) atau gel dapat pula
diartikan berupa sediaan setengah padat
yang terdiri dari partikel anorganik kecil
atau molekul organik besar yang
tersuspensi dalam cairan (Ansel, 1989).
Gel juga dapat dirumuskan
sebagai sistem dispersi, yang minimal
terdiri dari dua fase, sebuah fase padat
dan sebuah fase cair (liogel) atau sebuah
fase padat dan fase gas ( serogel )
(Voigt, 1995). Fase yang terdispersi
dapat mengandung partikel padat
( contoh: platelet clay), makromolekul
(contoh: gelatin), atau molekul
surfaktan (contoh : sabun) ( Everett,
1994).
Gel bersifat transparan, lunak,
lembut, mudah dioleskan dan tidak
meninggalkan lapisan berminyak pada
permukaan kulit. Gel juga memiliki
sifat kekakuan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling menganyam dari
fase terdispers yang mengurung dan
berikatan dengan medium pendispersi
(Ansel, 1989). Sediaan gel harus
disimpan dalam wadah tertutup karena
kandungan airnya sangat mudah
menguap.
6.2. Penggolongan
Menurut sifat alami dari senyawa
kimia dari perancah, gel dapat
dibedakan menjadi :
Gel valensi primer
Gaya ikatan yang bekerja adalah
gaya valensi primer. Oleh karena
itu keseluruhan gel yang terbentuk
tampak sebagai molekul tunggal
yang besar. Wakil gel dari valensi
primer ini antara lain adalah karet
dan elastomer lainnya.
Gel valensi sekunder
-
7/31/2019 BAB+6GEL
2/21
Pada gel valensi sekunder yang
berfungsi sebagai gaya perajut dari
struktur perancah adalah gaya
valensi sekunder khususnya gaya
Van Der Waals dan jembatan
hidrogen. Gel salap maupun gel
hidrofil, seperti salap dari turunan
selulosa, tragakan, pati dan
sebagainya, maupun gel dari basis
hidrokarbon dari basis lipoid
merupakan gel valensi sekunder
(voigt, 1995).
Berdasarkan sifatnya, gel dapat
digolongkan menjadi :
1. Gel bersifat hidrofobik
Gel jenis ini disebut juga oleogels
yaitu formulasi gel yang terdiri dari
basis paraffin liquid dengan
polyethylene atau minyak serta
penyabunan dengan silika,
aluminium atau zink.
2. Gel bersifat hidrofilik
Gel jenis ini disebut hydrogels yaitu
formulasi gel yang terdiri dari air,
gliserol atau propilen glikol dansebagai gelling agent digunakan
tragakan, pati, derivat selulosa,
polimer karboksivinil dan
magnesium-aluminium silikat
(British Pharmacopoeia, 1999).
Berdasarkan sistem fase yang
terbentuk, gel dapat digolongkan
menjadi (Ansel, 1999):
1. Gel sistem fasa tunggal atau
disebut juga gel satu fasa, yaitu
masa gel yang terdiri dari
makromolekul seragam, tersebar
merata ke seluruh cairan
sedemikian rupa sehingga tidak
lagi tampak batas yang jelas antara
molekul yang terdispersi dengan
cairan, sering juga disebut sebagai
lendiran. Gel ini dibuat dengan
menyebarkan makromolekulnya ke
seluruh cairan sampai tidak terlihat
ada batas diantaranya. Contohnya
gel alumunium hidroksida, gel
alumunium fosfat.
2. Gel sistem fase rangkap, yaitu
masa gel yang terdiri dari
gumpalan partikel kecil yang
terpisah, sering disebut sebagai
lumeran, magma, atau susu. Gel
jenis ini terdiri dari kelompok-
kelompok partikel kecil yangberbeda, dan disebut juga sistem
dua fasa contohnya : bentonit
magma, magma bismuth.
Berdasarkan sifat fasa
koloidnya gel digolongkan menjadi :
134
-
7/31/2019 BAB+6GEL
3/21
1. Gel anorganik, contoh :
bentonit magma
2. Gel organik, pembentuk gel
berupa polimer
Berdasarkan sifat pelarutnya, gel
dibagi menjadi :
Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk
oleh molekul polimer hidrofilik yang
saling sambung silang melalui ikatan
kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau
interaksi hidrofobik. Hidrogel
mempunyai biokompatibilitas yang
tinggi sebab hidrogel mempunyai
tegangan permukaan yang rendah
dengan cairan biologi dan jaringan
sehingga meminimalkan kekuatan
adsorbsi protein dan adhesi sel;
hidrogel menstimulasi sifat
hidrodinamik dari gel biological, sel
dan jaringan dengan berbagai cara;
hidrogel bersifat lembut/lunak,
elastis sehingga meminimalkan
iritasi karena friksi atau mekanikpada jaringan sekitarnya.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki
kekuatan mekanik dan kekerasan
yang rendah setelah mengembang.
Contoh : bentonit magma, gelatin
2. Organogel
(pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu
polietilen dengan BM rendah yang
terlarut dalam minyak mineral dan
didinginkan secara shock cooled),
dan dispersi logam stearat dalam
minyak.
Xerogel.
Gel yang telah padat dengan
konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel
sering dihasilkan oleh evaporasi
pelarut, sehingga sisa sisa
kerangka gel yang tertinggal.
Kondisi ini dapat dikembalikan
pada keadaan semula dengan
penambahan agen yang
mengimbibisi, dan
mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan
ribbons dan acacia tears, dan
sellulosa kering dan polystyrene.
Berdasarkan bentuk struktur
pembentuknya gel dibagi:
Kumparan acakHeliks
Batang
Bangunan kartu
Beberapa keunggulan gel antara:
a. Mempunyai aliran tiksotropik
dan pseudoplastik, yaitu gel
135
-
7/31/2019 BAB+6GEL
4/21
berbentuk padat apabila disimpan
akan segera mencair bila dikocok.
b. Konsentrasi pembentuk gel yang
dibutuhkan untuk membentuk massa
gel hanya sedikit.
c. Viskositas gel tidak mengalami
perubahan yang berarti pada
penyimpanan dengan temperatur
kamar (Lieberman, 1989).
d. Untuk hidrogel : mempunyai
efek pendinginan pada kulit saat
digunakan; penampilan sediaan yang
jernih dan elegan; pada pemakaian
di kulit setelah kering meninggalkan
film tembus pandang, elastis, daya
lekat tinggi yang tidak menyumbat
pori sehingga pernapasan pori tidak
terganggu; mudah dicuci dengan air;
pelepasan obatnya baik; kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel :
1. Untuk
hidrogel :
harusmenggunakan
zat aktif yang
larut di dalam
air sehingga
diperlukan
penggunaan
peningkat
kelarutan
seperti
surfaktan
agar gel
tetap jernih
pada
berbagai
perubahan
temperatur,
tetapi gel
tersebut
sangat
mudah
dicuci atau
hilang
ketika
berkeringat,
kandungan
surfaktan
yang tinggi
dapat
menyebabka
n iritasi dan
harga lebih
mahal.2. Penggunaan
emolien
golongan
ester harus
diminimalka
n atau
dihilangkan
136
-
7/31/2019 BAB+6GEL
5/21
untuk
mencapai
kejernihan
yang tinggi.
3. Untuk
hidroalkoholi
k : gel dengan
kandungan
alkohol yang
tinggi dapat
menyebabkan
pedih pada
wajah dan
mata,
penampilan
yang buruk
pada kulit
bila terkena
pemaparan
cahaya
matahari,
alkohol akan
menguap
dengan cepat
danmeninggalka
n film yang
berpori atau
pecah-pecah
sehingga
tidak semua
area tertutupi
atau kontak
dengan zat
aktif.
Kegunaan Gel: (Lachman,1989:
Pharmaceuitical Dosage System.
Dysperse system. Volume 2,)
1. Gel merupakan suatu sistem
yang dapat diterima untuk
pemberian oral, dalam bentuk
sediaan yang tepat, atau sebagai
kulit kapsul yang dibuat dari
gelatin dan untuk bentuk sediaan
obat long acting yang
diinjeksikan secara intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan
sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet, bahan pelindung
koloid pada suspensi, bahan
pengental pada sediaan cairan oral,
dan basis suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah
digunakan dalam berbagai produk
kosmetik, termasuk pada shampo,
parfum, pasta gigi, dan kulit dansediaan perawatan rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat
yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan ke dalam
lubang tubuh atau mata (gel steril)
(FI IV, hal 8)
137
-
7/31/2019 BAB+6GEL
6/21
6.3. Sifat / Karakteristik Gel
Beberapa sifat dan karakteristik
gel antara lain:
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk
sediaan farmasi dan kosmetik ialah
inert, aman dan tidak bereaksi
dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus
dapat memberikan bentuk padatan
yang baik selama penyimpanan tapi
dapat rusak segera ketika sediaan
diberikan kekuatan atau daya yang
disebabkan oleh pengocokan dalam
botol, pemerasan tube, atau selama
penggunaan topikal.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan
dengan tujuan penggunaan sediaan
yang diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel
yang konsentrasinya sangat tinggi
atau BM besar dapat menghasilkan
gel yang sulit untuk dikeluarkan atau
digunakan).
5. Gel dapat terbentuk melaluipenurunan temperatur, tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi satelah
pemanasan hingga suhu tertentu.
Contoh polimer seperti MC, HPMC
dapat terlarut hanya pada air yang
dingin yang akan membentuk
larutan yang kental dan pada
peningkatan suhu larutan tersebut
akan membentuk gel.
Fenomena pembentukan
gel atau pemisahan fase yang
disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation
Menurut buku Disperse
System, beberapa Sifat dan
karakteristik lain dari gel adalah:
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena
komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga
terjadi pertambahan volume.
Pelarut akan berpenetrasi diantara
matriks gel dan terjadi interaksi
antara pelarut dengan gel.
Pengembangan gel kurang
sempurna bila terjadi ikatan silang
antar polimer di dalam matriks gel
yang dapat menyebabkan kelarutan
komponen gel berkurang.
2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibatadanya kontraksi di dalam massa
gel. Cairan yang terjerat akan
keluar dan berada di atas
permukaan gel. Pada waktu
pembentukan gel terjadi tekanan
yang elastis, sehingga terbentuk
massa gel yang tegar. Mekanisme
138
-
7/31/2019 BAB+6GEL
7/21
terjadinya kontraksi berhubungan
dengan fase relaksasi akibat adanya
tekanan elastis pada saat
terbentuknya gel. Adanya perubahan
pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antar matriks
berubah, sehingga memungkinkan
cairan bergerak menuju permukaan.
Sineresis dapat terjadi pada hidrogel
maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur
gel. Gel dapat terbentuk melalui
penurunan temperatur tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah
pemanasan hingga suhu tertentu.
Polimer separti MC, HPMC, terlarut
hanya pada air yang dingin
membentuk larutan yang kental.
Pada peningkatan suhu larutan
tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan
fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit.Konsentrasi elektrolit yang sangat
tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ion berkompetisi
secara efektif dengan koloid
terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang
tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan
meningkatkan rigiditas gel dan
mengurangi waktu untuk
menyusun diri sesudah pemberian
tekanan geser. Gel Na-alginat akan
segera mengeras dengan adanya
sejumlah konsentrasi ion kalsium
yang disebabkan karena terjadinya
pengendapan parsial dari alginat
sebagai kalsium alginat yang tidak
larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan
karakteristik dari gel gelatin agar
dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol
menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan
konsentrasi pembentuk gel. Bentuk
struktur gel resisten terhadap
perubahan atau deformasi dan
mempunyai aliran viskoelastik.
Struktur gel dapat bermacam-
macam tergantung dari komponen
pembentuk gel.6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling
agent) dan dispersi padatan yang
terflokulasi memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang khas, dan
menunjukkan jalan aliran non
Newton yang dikarakterisasi oleh
139
-
7/31/2019 BAB+6GEL
8/21
penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam formulasi suatu gel antara lain:
1. Penampilan gel : transparan atau
berbentuk suspensi partikel koloid
yang terdispersi, dimana dengan
jumlah pelarut yang cukup banyak
membentuk gel koloid yang
mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi
dengan mencampur obat yang
bersifat kationik pada kombinasi zat
aktif, pengawet atau surfaktan
dengan pembentuk gel yang bersifat
anionik (terjadi inaktivasi atau
pengendapan zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus
bersifat inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain
dalam formulasi.
4. Penggunaan polisakarida
memerlukan penambahan pengawet
sebab polisakarida bersifat rentanterhadap mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang
tepat, sehingga saat disimpan
bersifat solid tapi sifat soliditas
tersebut mudah diubah dengan
pengocokan sehingga mudah
dioleskan saat penggunaan topikal.
6. Pemilihan komponen dalam
formula yang tidak banyak
menimbulkan perubahan viskositas
saat disimpan di bawah temperatur
yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai
gelling agents harus tepat sebab
saat penyimpanan dapat terjadi
penurunan konsentrasi polimer
yang dapat menimbulkan syneresis
(air mengambang diatas permukaan
gel)
8. Pelarut yang digunakan tidak
bersifat melarutkan gel, sebab bila
daya adhesi antar pelarut dan gel
lebih besar dari daya kohesi antar
gel maka sistem gel akan rusak.
6. 4. Komponen Gel
6.4.1. Gelling Agents
Sejumlah polimer digunakan
dalam pembentukan struktur berbentuk
jaringan yang merupakan bagian
penting dari sistem gel. Termasukdalam kelompok ini adalah gum alam,
turunan selulosa, dan karbomer.
Kebanyakan dari sistem tersebut
berfungsi dalam media air, selain itu
ada yang membentuk gel dalam cairan
nonpolar. Beberapa partikel padat
koloidal dapat berperilaku sebagai
140
-
7/31/2019 BAB+6GEL
9/21
pembentuk gel karena terjadinya
flokulasi partikel. Konsentrasi yang
tinggi dari beberapa surfaktan nonionik
dapat digunakan untuk menghasilkan
gel yang jernih di dalam sistem yang
mengandung sampai 15% minyak
mineral.
Berikut ini adalah beberapa
contoh gelling agent :
A. Polimer (gel organik)
a. Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik
(bermuatan negatif dalam larutan
atau dispersi dalam air), meskipun
dalam jumlah kecil ada yang
bermuatan netral, seperti guar
gum. Karena komponen yang
membangun struktur kimianya,
maka natural gum mudah terurai
secara mikrobiologi dan
menunjang pertumbuhan mikroba.
Oleh karena itu, sistem cair yang
mengandung gum harus
mengandung pengawet dengan
konsentrasi yang cukup. Pengawetyang bersifat kationik
inkompatibel dengan gum yang
bersifat anionik sehingga
penggunaannya harus dihindari.
Beberapa contoh gum alam :
i. Natrium alginat
Merupakan polisakarida, terdiri
dari berbagai proporsi asam D-
mannuronik dan asam L-
guluronik yang didapatkan dari
rumput laut coklat dalam
bentuk garam monovalen dan
divalen. Natrium alginat 1,5-
2% digunakan sebagai
lubrikan, dan 5-10% digunakan
sebagai pembawa.
Garam kalsium dapat
ditambahkan untuk meningkat
kan viskositas dan kebanyakan
formulasi mengandung gliserol
sebagai pendispersi.
Tersedia dalam beberapa
grade sesuai dengan
viskositas yang
terstandardisasi yang
merupakan kelebihan natrium
alginat dibandingkan dengan
tragakan.
ii. Karagenan
Hidrokoloid yang diekstrak
dari beberapa alga merahyang merupakan suatu
campuran tidak tetap dari
natrium, kalium, amonium,
kalsium, dan ester-ester
magnesium sulfat dari
polimer galaktosa, dan 3,6-
anhidrogalaktosa.
141
-
7/31/2019 BAB+6GEL
10/21
Jenis kopolimer utama ialah
kappa, iota, dan lambda
karagenan. Fraksi kappa dan
iota membentuk gel yang
reversibel terhadap pengaruh
panas. Semua karagenan
adalah anionik. Gel kappa
yang cenderung getas,
merupakan gel yang terkuat
dengan keberadaan ion K. Gel
iota bersifat elastis dan tetap
jernih dengan keberadaan ion
K.
iii. Tragakan
Menurut NF, didefinisikan
sebagai ekstrak gum kering
dari Astragalus gummifer
Labillardie, atau spesies Asia
dari Astragalus. Material
kompleks yang sebagian besar
tersusun atas asam
polisakarida yang terdiri dari
kalsium, magnesium, dan
kalium. Sisanya adalah
polisakarida netral,tragakantin. Gum ini
mengembang di dalam air.
Digunakan sebanyak 2-3%
sebagai lubrikan, dan 5%
sebagai pembawa. Tragakan
kurang begitu populer karena
mempunyai viskositas yang
bervariasi. Viskositas akan
menurun dengan cepat di luar
range pH 4,5-7, rentan
terhadap degradasi oleh
mikroba. Formula yang
mengandung alkohol dan/
atau gliserol dan/atau volatile
oil untuk mendispersikan
gum dan mencegah
pengentalan ketika
penambahan air.
iv. Pektin
Polisakarida yang diekstrak
dari kulit sebelah dalam buah
citrus yang banyak digunakan
dalam makanan. Merupakan
gelling agent untuk produk
yang bersifat asam dan
digunakan bersama gliserol
sebagai pendispersi dan
humektan. Gel yang
dihasilkan harus disimpan
dalam wadah yang tertutup
rapat karena air dapat
menguap secara cepatsehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya
proses sineresis. Gel
terbentuk pada pH asam
dalam larutan air yang
mengandung kalsium dan
142
-
7/31/2019 BAB+6GEL
11/21
kemungkinan zat lain yang
befungsi menghidrasi gum.
b. Derivat selulosa
Selulosa murni tidak
larut dalam air karena sifat
kristalinitas yang tinggi.
Substitusi dengan gugus hidroksi
menurunkan kristalinitas dengan
menurunkan pengaturan rantai
polimer dan ikatan hidrogen
antar rantai.
Derivat selulosa yang
sering digunakan adalah MC,
HEMC, HPMC, EHEC, HEC,
dan HPC.
Sifat fisik dari selulosa
ditentukan oleh jenis dan gugus
substitusi. HPMC merupakan
derivat selulosa yang sering
digunakan.
Derivat selulosa rentan
terhadap degradasi enzimatik
sehingga harus icegah adanya
kontak dengan sumber selulosa.Sterilisasi sediaan atau
penambahan pengawet dapat
mencegah penurunan viskositas
yang diakibatkan oleh
depolimerisasi oleh enzim yang
dihasilkan dari mikroorganisme.
Misalnya : MC, Na CMC, HEC,
HPC. Derivat ini sering di
gunakan karena menghasilkan
gel yang bersifat netral,
viskositas stabil, resisten
terhadap pertumbuhan mikroba,
gel yang jernih, dan
menghasilkan film yang kuat
pada kulit ketika kering.
Misalnya MC, Na CMC, HPMC
c. Polimer sintetis (Karbomer =
karbopol)
Sebagai pengental sediaan
dan produk kosmetik. Karbomer
merupakan gelling agent yang
kuat, membentuk gel pada
konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam
media air, yang diperdagangkan
dalam bentuk asam bebasnya,
pertama-tama dibersihkan dulu,
setelah udara yang terperangkap
keluar semua, gel akan terbentuk
dengan cara netralisasi dengan
basa yang sesuai.
Viskositas dispersikarbomer dapat menurun dengan
adanya ion-ion. Merupakan
gelling agent yang kuat, maka
hanya diperlukan dalam
konsentrasi kecil.
Karbopol merupakan
salah satu kelompok dari polimer
143
-
7/31/2019 BAB+6GEL
12/21
karboksivinil yang dicampurkan
dengan allyl sukrosa. Bersifat
koloidal hidrofilik yang
membentuk massa mengental yang
lebih baik darigelling agentalam.
Diperoleh dari sintesa asam akrilat
yang mengandung tidak kurang
dari 56-68% gugus asam
karboksilat, serta memiliki bobot
molekul tinggi. Untuk gel lubrikan
diperlukan 0,3-1%. Untuk gel
sediaan farmasi diperlukan
sebanyak 0,5-2%. Proses
pembuatannya dilakukan dengan
menaburkan karbopol kedalam air
disertai dengan pengadukan yang
kuat. Karbopol terdispersi dalam
air membentuk larutan asam keruh
yang dinetralkan oleh basa kuat
seperti NaOH, amina
(trietanolamin), atau oleh basa
anorganik lemah (amonium
hidroksida) dengan tujuan untuk
meningkatkan konsistensi dan
menghilangkan kekeruhan. Untukmenambah kestabilan gel
karbopol, dapat ditambahkan
alkohol, gliserol, propilenglikol,
atau zat pengkelat. Adanya ion-ion
Na+, Ca2+, Al3+, dapat
menyebabkan penggumpalan atau
koagulasi. Struktur kimia karbopol
diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Karbopol
Ada beberapa jenis
karbopol antara lain karbopol
934 (pH 5,5 11), karbopol 940
(pH 4,5 11), dan karbopol 941
(3,5 - 11). Berdasarkan
penelitian, diantara ketiga jenis
karbopol tersebut yang paling
stabil adalah karbopol 940.
Karbopol jenis ini merupakan
campuran resin akrilik larut air ,
yang mempunyai sifat
membentuk kekentalan sempurna
meskipun konsentrasi yang
digunakan kecil dengan
penetralan menggunakan basa
yang cukup, larut dalam air dan
alkohol, bersifat tiksotropik,
membentuk sediaan yangtransparan dan bekerja efektif
pada rentang pH yang luas.
Pembuatannya dengan cara
mendispersikan serbuk di atas air
panas atau dingin atau dalam
pelarut organik sambil diaduk
untuk mencegah terbentuknya
144
-
7/31/2019 BAB+6GEL
13/21
gumpalan. Setelah itu,
pengadukkan dilanjutkan sampai
terbentuk larutan dengan
viskositas yang rendah sambil
menambahkan zat penetral (Wade,
1994).
B. Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel
hidrofobik likuid, akan dihasilkan
gel yang lembut, mudah tersebar,
dan membentuk lapisan/film yang
tahan air pada permukaan kulit.
Untuk membentuk gel, polimer
harus didispersikan dalam minyak
pada suhu tinggi (di atas 800C)
kemudian langsung didinginkan
dengan cepat untuk mengendapkan
kristal yang merupakan
pembentukan matriks.
C. Koloid padat terdispersi
Mikrokristalin selulosa dapat
berfungsi sebagai gellant dengan
cara pembentukan jaringan karenagaya tarik-menarik antar partikel
seperti ikatan hidrogen. Konsentrasi
rendah dibutuhkan untuk cairan
nonpolar. Untuk cairan polar
diperlukan konsentrasi yang lebih
besar untuk membentuk gel, karena
adanya kompetisi dengan medium
yang melemahkan interaksi antar
partikel tersebut.
D. Surfaktan
Gel yang jernih dapat
dihasilkan oleh kombinasi antara
minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20-40%)
dari surfaktan anionik. Kombinasi
tersebut membentuk mikroemulsi.
Karakteristik gel yang terbentuk
dapat bervariasi dengan cara meng-
adjust proporsi dan konsentrasi dari
komposisinya. Bentuk komersial
yang paling banyak untuk jenis gel
ini adalah produk pembersih
rambut.
E. Gellants lain
Banyak wax yang digunakan
sebagai gellants untuk media
nonpolar seperti beeswax, carnauba
wax, setil ester wax.
F. Polivinil alkohol
Untuk membuat gel yangdapat mengering secara cepat. Film
yang terbentuk sangat kuat dan
plastis sehingga memberikan
kontak yang baik antara obat dan
kulit. Tersedia dalam beberapa
grade yang berbeda dalam
viskositas dan angka penyabunan.
145
-
7/31/2019 BAB+6GEL
14/21
G. Clays (gel anorganik)
Digunakan sebanyak 7-20%
sebagai basis. Mempunyai pH 9
sehingga tidak cocok digunakan
pada kulit. Viskositas dapat
menurun dengan adanya basa.
Magnesium oksida sering
ditambahkan untuk meningkatkan
viskositas.
Bentonit harus disterilkan
terlebih dahulu untuk penggunaan
pada luka terbuka. Bentonit dapat
digunakan pada konsentrasi 5-20%.
Contohnya : Bentonit, veegum,
laponite
6.4.2. Bahan tambahana. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel
resisten terhadap serangan mikroba,
tetapi semua gel mengandung
banyak air sehingga membutuhkan
pengawet sebagai antimikroba.
Dalam pemilihan pengawet harus
memperhatikan inkompatibilitasnya
dengan gelling agent.
Beberapa contoh pengawet
yang biasa digunakan dengan gelling
agent :
Tragakan : metil hidroksi
benzoat 0,2 % w/v dgn propil
hidroksi benzoat 0,05 % w/v
Na alginate : metil
hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v,
atau klorokresol 0,1 % w/v atau
asam benzoat 0,2 % w/v
Pektin : asam benzoat
0,2 % w/v atau metil hidroksi
benzoat 0,12 % w/v atau
klorokresol 0,1-0,2 % w/v
Starch glyserin: metil
hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v
atau asam benzoat 0,2 % w/v
Metil Celulose : fenil
merkuri nitrat 0,001 % w/v atau
benzalkonium klorida 0,02% w/v
Na CMC : metil
hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn
propil hidroksi benzoat 0,02 %
w/v
Polivinil alkohol : klorheksidin
asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya
pengawet dibutuhkan oleh sediaan
yang mengandung air. Biasanya
digunkan pelarut air yang
mengandung metilparaben 0,075%
dan propilparaben 0,025% sebagai
pengawet.
b. Penambahan Humektan
Bertujuan untuk mencegah
kehilangan air sehingga dapat
menjaga kelembaban gel dan
146
-
7/31/2019 BAB+6GEL
15/21
berguna untuk memperlicin serta
mencegah pecahnya gel atau
terjadinya kerak sisa gel setelah
komponen lain menguap..
Contohnya gliserol, propilenglikol
dan sorbitol dengan konsentrasi 10-
20 %
c. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah
reaksi basis dan zat yang sensitive
terhadap logam berat. Contohnya
EDTA
d. Peningkat penetrasi
(Enhancer)
Zat peningkat penetrasi adalah
komponen kimia yang berinteraksi
dengan lipid dari stratum corneun
untuk meningkatkan penetrasi obat
tersebut sehingga dapat menembus
barier stratum corneum dengan
memodifikasi sifat penghalang
kulit sehingga kulit lebih
permeabel terhadap obat. Syarat zat
peningkat penetrasi adalah tidak
bereaksi secara farmakologi, tidak
toksik, tidak mengiritasi, tidak
menyebabkan alergi, kerjanya
cepat dan waktunya bisa
diramalkan, dan stabil secara kimia
dan fisika, tidak berasa, serta tidak
berbau. Golongan zat yang dapat
meningkatkan penetrasi obat pada
sediaan topikal itu adalah
hidrokarbon, alkohol (seperti
etanol, undecanol, propandiol,
benzil alkohol); keton dan
derivatnya (seperti derivat
dioksolan, keton siklik); eter
(seperti polisorbat); asam
karboksilat (seperti asam oleat,
asam risinoleat, asam laurat); ester
asam karboksilat dan asam
sulfonat (khususnya jika isopropanol
sebagai komponen alkoholnya,
seperti isopropil miristat, isopropilpalmitat, isopropil oleat);
dimetilsulfoksida dan derivatnya;
serta amida turunan urea (seperti
dimetilformamida) dan turunan
laktam (seperti azone) (Chien, 1992;
Hardgraft, 1992).
e. Zat pewarna dan
pewangi
Zat ini digunakan untukmenutupi bau dan penampilan yang
kurang menarik dari sediaan, ini
diperlukan untuk menambah daya
tarik dari sediaan gel tersebut.
147
-
7/31/2019 BAB+6GEL
16/21
6.5. Formulasi Gel
Formula Umum/standar dari gel
adalah sebagai berikut:
R/ Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan
6.5.1. Contoh Formula Basis Gel
1. R/ Ichtimol 2 g
Tragakan 5 g
Alkohol 10 mL
Gliserol 2 g
Air hingga 100 g
Metoda pembuatan:
1. Disiapkan
untuk 60 g sebagai antisipasi
kehilangan dalam proses
2. Botol ditara
dan siapkan mucilago tragakan
dengan 33 mL air
3. Ichtimol,
gliserol dan 10 mL air dicampurkan,
kemudian tambahkan mucilage
tragakan, lalu diaduk/dikocok4. Berat diadjust
dengan air, kemudian dikocok
kembali, lalu dimasukkan ke dalam
wadah
Pembuatan mucilage tragakan :
1. Pembawa
disiapkan
2. Botol
bermulut lebar dikalibrasi,
dikeringkan di dalam oven
kemudian dinginkan
3. Alkohol
dimasukkan kemudian tambahkan
tragakan (jangan terbalik karena
akan mengakibatakan terjadinya
pengentalan) kemudian dilakukan
pengocokkan untuk mencampurkan
4. Ditungkan
kedalam wadah yang berisi
pembawa, lalu ditutup dan dikocok
segera
5. Volume
digenapkan, lalu dicampurkan dan
dimasukkan kedalam wadah untuk
penyimpanan
2. R/ Na-alginat 7 g
Gliserol 7 g
Metil hidroksi benzoate 0,2 g
Ca-glukonat 0,05 g
Air hingga 100 g
Catatan : basis ini harus disimpan
semalam sebelum digunakan
Metoda pembuatan :
1. Na-alginat
dibasahkan dengan gliserol
dalam mortir
148
-
7/31/2019 BAB+6GEL
17/21
2. Pengawet dan
Ca-glukonat dilarutkan ke dalam
80 mL air dengan bantuan
pemanasan, lalu dinginkan
hingga 60C dan diaduk atau
distirer cepat
3. Campuran
Na-lginat-gliserol ditambahkan
ke dalam vorteks dengan jumlah
sedikit, lalu diaduk lebih lanjut
hingga homogen, kemudian
dimasukkan ke dalam wadah
3. Gel minyak mineral
R/ Polietilen 10 %
Minyak mineral 90 %
Cara pembuatan ;
Dicampurkan dan aduk atau kocok.
Campuran dipanaskan hingga 90C
campur hingga homogen, lalu
dinginkan dengan cepat melalui
pengadukan.
4. Gel efedrin sulfat
R/ Efedrin sulfat 10 g
Tragakan 10 g
Metil salisilat 0,1 g
Eucalyptol 1 mL
Minyak pine needle 0,1 mL
Gliserin 150 g
Air 830 mL
Cara pembuatan :
Efedrin sulfat dilarutkan ke dalam
air dan ditambahkan gliserin,
tragakan, kemudian komponen
lainnya. Campurkan dengan baik
dan simpan dalam wadah tertutup
baik selama 1 minggu dengan
pengadukan.
5. Clear gel
R/ Minyak mineral 10 %
Polioksietilen oleil eter 20,7%
Polioksietilen fatty gliserida 10,3%
Propilen glikol 8,6 %
Sorbitol 6,9 %
Air 43,5 %
Cara pembuatan :
Semua komponen dipanaskan
kecuali air hingga 90C, kemudian
air dipanaskan secara terpisah
hingga 85C. Air dicampurkan ke
dalam komponen lain tersebut
dengan pengadukan, lalu dinginkan
hingga 60C
6. Gel zinc
oksida
R/ Karbomer 934 P 0,8 %
NaOH (larutan 10 %) 3,2 %
ZnO 20 %
149
-
7/31/2019 BAB+6GEL
18/21
Air 76 %
Cara pembuatan :
Karbomer didispersikan ke dalam
air, kemudian ditambahakan NaOH
dengan pengadukan yang lambat
untuk menghindari penyerapan
/penjerapan udara. Kemudian
tambahkan ZnO dan campurkan
hingga homogen.
7. Gel sun Screening
R/ Etanol 53 %
Karbomer 940 1 %
Gliseril-p-amino benzoat 3 %
Monoisopropanolamin 0,09 %
Air 52,91 %
Cara pembuatan :
Karbomer 940 didispersikan ke
dalam alcohol dan giseril-p-amino
benzoat dilarutkan ke dalm larutan.
Secara perlahan isopropanolamin
ditambahkan. Kemudian secara
perlahan-lahan ditambahkan air dandikocok dengan seksama untuk
menghindari penyerapan udara,
larutan akan jernih dan terbentuk
gel.
8. Gel hidroksi peroksida
R/ Poloksamer F-127 25 %
Hidrogen peroksida
(larutan 30 %) 10 %
Air murni 65 %
Cara pembuatan :
Air dipanakan hingga 40-50F dan
disimpan pada wadah
pencampuran. Poloksamer F-127
ditambahkan secara perlahan
dengan pengadukan yang baik
kemudian pengadukan dilakukankembali hingga larutan terbentuk.
Temperatur dijaga pada suhu 50F.
Tambahkan larutan hydrogen
peroksida dingin secara perlahan
dengan pengadukan yang baik.
Lalu pindahkan ke dalam wadah
dan disimpan dalam temperaturruangan hingga cairan menjadi gel
yang jernih.
9.Basis Clear Jelly
R/ Na-alginat 3 g
Metil paraben 0,2 g
Natrium heksametafosfat 5 g
Gliserin 10 g
Air murni 100 g
Cara pembuatan :
150
-
7/31/2019 BAB+6GEL
19/21
Metil paraben dilarutkan ke dalam
gliserin dengan penambahan panas.
Kemudian ditambahkan air ke dalm
gliserin yang hangat dengan
pengadukanm yang cepat, kemudian
Natrium heksametafosfat dilarutkan
ke dalam larutan. Lalu ditambahkan
Na-alginat dengan pengadukan cepat
yang kontinu hingga terl;arut
sempurna.
6.5.2. Prosedur Pembuatan
1. Timbang sejumlah gelling agent
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan
sesuai dengan caranya masing-
masing
3. Timbang zat aktif dan zat
tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang
sudah dikembangkan ke dalam
campuaran tersebut atau sebaliknya
sambil diaduk terus-menerus hingga
homogen tapi jangan terlalu kuat
karena akan menyerap udara
sehingga menyebabkan timbulnya
gelembung udara dalam sediaan
yang nantinya dapat mempengaruhi
pH sediaan.
5. Gel yang sudah jadi
dimasukkan ke dalam alat pengisi
gel dan diisikan ke dalam tube
sebanyak yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi
etiket dan dikemas dalam wa dah
ynag dilengkapi brosur dan etiket
Wadah Gel
1. Gel lubrikan harus dikemas
dalam tube dan harus disterilkan
2. Gel untuk penggunaan mata
dikemas dalam tube steril.
3. Gel untuk penggunaan pada
kulit dapat dikemas dalam tube
atau pot salep.
4. Wadah harus diisi cukup penuh
dan kedap udara untuk mencegah
penguapan.
6.6. EVALUASI GEL
A. Evaluasi fisik
1. Penampilan
Yang dilihat penampilan,
warna dan bau.
2. HomogenitasCaranya: oleskan sedikit gel
diatas kaca objek dan diamati
susunan partikel yang terbentuk
atau ketidak homogenan.
3. Viskositas/rheologi
151
-
7/31/2019 BAB+6GEL
20/21
Menggunakan viscometer
Stromer atau viscometer
Brookfield
4. Distribusi ukuran partikel
Prosedur :
sebarkan sejumlah gel yang
membentuk lapisan tipis pada
slide mikroskop
Lihat di bawah mikroskop
Suatu partikel tidak dapat
ditetapkan bila ukurannya
mendekati sumber cahaya
Untuk cahaya putih, suatu
mikroskop bisa dapat
mengukur partikel 0,4 0,5
m. Dengan lensa khusus dan
sinar UV, batas yang lebih
rendah dapat diperluas sampai
0,1
5. Uji Kebocoran (FI IV Hal.
1096)
6. Isi minimum (FI IV hal.997)
7. Penetapan pH (FI IV hal 1039)
8. Uji pelepasan Bahan aktif dari
sediaan gel
Prinsip : mengukur kecepatan
pelepasan bahan aktif dari
sediaan gel dengan cara
mengukur konsentrasi zat aktif
dalam cairan penerima pada
waktu-waktu tertentu
10. Uji difusi bahan aktif dari
sediaan gel
Prinsip : Menguji difusi
bahan aktif dari sediaan gel
menggunakan suatu sel difusi
dengan cara mengukur
konsentrasi bahan aktif dalam
cairan penerima pada selang
waktu tertentu)
11. Stabilitas gel (Dosage
Form, disperse system vol.2
hal 507) 1 tube
a. Yield value suatu sediaan
viskoelastis dapat ditentukan
dengan menggunakan
penetrometer. Alat ini berupa
logam kerucut atau jarum.
Dalamnya penetrasi yang
dihasilkan dilihat dari sudut
kontak dengan sediaan
diwawah suatu tekanan. Yield
value ini dapat dihitung dengan
rumus :
np
gmKSo
.
..1=
SO = yield value
m = massa kerucut
dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi
(cm)
152
-
7/31/2019 BAB+6GEL
21/21
n = konstanta material
mendekati 2
2
2
1
cos.
Cos
K =
Yield value antara 100-
1000 dines/cm2
menunjukkan kemampuan
untuk mudah tersebar.
Nilai dibawah ini
menunjukkan sediaan
terlalu lunak dan mudah
mengalir., diatas nilai ini
menunjukkan terlalu keras
dan tidak dapat tersebar.
b. Dilakukan uji dipercepat
dengan :
Agitasi atau sentrifugasi
(Mekanik):
Sediaan disentrifugasi
dengan kecepatan tinggi
(sekitar 30000 RPM).
Amati apakah terjadi
pemisahan atau tidak
(Lachman)
Manipulasi suhu:
Gel dioleskan pada kaca
objek dan dipanaskan
pada suhu 30, 40, 50, 60,
70 C. Amati dengan
bantuan indicator (seperti
sudan merah) mulai suhu
berapa terjadi pemisahan,
makin tinggi suhu bearti
makin stabil)
B. Evaluasi kimia
Identifikasi zat aktif (sesuai
dengan monografi FI
IV/kompendia lain)
Penetapan kadar zat aktif
(sesuai dengan monografi FI
IV/kompendia lain)
C. Evaluasi biologi
Uji penetapan potensi
antibiuotik(Lampiran FI IV hal 891)
153