BAB+6GEL

download BAB+6GEL

of 21

Transcript of BAB+6GEL

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    1/21

    BAB VI

    GEL

    6.1. Definsi

    Gel adalah sediaan bermassa

    lembek, berupa suspensi yang dibuat

    dari zarah kecil senyawaan organik atau

    makromolekul senyawa organik,

    masing-masing terbungkus dan saling

    terserap oleh cairan (Formularium

    Nasional, 1979).

    Gel adalah sediaan dasar berupa

    lembekan sistem dispersi. Terdiri dari

    partikel anorganik submikroskopis atau

    organik makromolekul yang tersuspensi

    atau terbungkus dan terbacam dalam

    cairan, yang bercorak dari transparan

    atau transluen hingga buram opak(Depkes RI, 1985) atau gel dapat pula

    diartikan berupa sediaan setengah padat

    yang terdiri dari partikel anorganik kecil

    atau molekul organik besar yang

    tersuspensi dalam cairan (Ansel, 1989).

    Gel juga dapat dirumuskan

    sebagai sistem dispersi, yang minimal

    terdiri dari dua fase, sebuah fase padat

    dan sebuah fase cair (liogel) atau sebuah

    fase padat dan fase gas ( serogel )

    (Voigt, 1995). Fase yang terdispersi

    dapat mengandung partikel padat

    ( contoh: platelet clay), makromolekul

    (contoh: gelatin), atau molekul

    surfaktan (contoh : sabun) ( Everett,

    1994).

    Gel bersifat transparan, lunak,

    lembut, mudah dioleskan dan tidak

    meninggalkan lapisan berminyak pada

    permukaan kulit. Gel juga memiliki

    sifat kekakuan yang disebabkan oleh

    jaringan yang saling menganyam dari

    fase terdispers yang mengurung dan

    berikatan dengan medium pendispersi

    (Ansel, 1989). Sediaan gel harus

    disimpan dalam wadah tertutup karena

    kandungan airnya sangat mudah

    menguap.

    6.2. Penggolongan

    Menurut sifat alami dari senyawa

    kimia dari perancah, gel dapat

    dibedakan menjadi :

    Gel valensi primer

    Gaya ikatan yang bekerja adalah

    gaya valensi primer. Oleh karena

    itu keseluruhan gel yang terbentuk

    tampak sebagai molekul tunggal

    yang besar. Wakil gel dari valensi

    primer ini antara lain adalah karet

    dan elastomer lainnya.

    Gel valensi sekunder

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    2/21

    Pada gel valensi sekunder yang

    berfungsi sebagai gaya perajut dari

    struktur perancah adalah gaya

    valensi sekunder khususnya gaya

    Van Der Waals dan jembatan

    hidrogen. Gel salap maupun gel

    hidrofil, seperti salap dari turunan

    selulosa, tragakan, pati dan

    sebagainya, maupun gel dari basis

    hidrokarbon dari basis lipoid

    merupakan gel valensi sekunder

    (voigt, 1995).

    Berdasarkan sifatnya, gel dapat

    digolongkan menjadi :

    1. Gel bersifat hidrofobik

    Gel jenis ini disebut juga oleogels

    yaitu formulasi gel yang terdiri dari

    basis paraffin liquid dengan

    polyethylene atau minyak serta

    penyabunan dengan silika,

    aluminium atau zink.

    2. Gel bersifat hidrofilik

    Gel jenis ini disebut hydrogels yaitu

    formulasi gel yang terdiri dari air,

    gliserol atau propilen glikol dansebagai gelling agent digunakan

    tragakan, pati, derivat selulosa,

    polimer karboksivinil dan

    magnesium-aluminium silikat

    (British Pharmacopoeia, 1999).

    Berdasarkan sistem fase yang

    terbentuk, gel dapat digolongkan

    menjadi (Ansel, 1999):

    1. Gel sistem fasa tunggal atau

    disebut juga gel satu fasa, yaitu

    masa gel yang terdiri dari

    makromolekul seragam, tersebar

    merata ke seluruh cairan

    sedemikian rupa sehingga tidak

    lagi tampak batas yang jelas antara

    molekul yang terdispersi dengan

    cairan, sering juga disebut sebagai

    lendiran. Gel ini dibuat dengan

    menyebarkan makromolekulnya ke

    seluruh cairan sampai tidak terlihat

    ada batas diantaranya. Contohnya

    gel alumunium hidroksida, gel

    alumunium fosfat.

    2. Gel sistem fase rangkap, yaitu

    masa gel yang terdiri dari

    gumpalan partikel kecil yang

    terpisah, sering disebut sebagai

    lumeran, magma, atau susu. Gel

    jenis ini terdiri dari kelompok-

    kelompok partikel kecil yangberbeda, dan disebut juga sistem

    dua fasa contohnya : bentonit

    magma, magma bismuth.

    Berdasarkan sifat fasa

    koloidnya gel digolongkan menjadi :

    134

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    3/21

    1. Gel anorganik, contoh :

    bentonit magma

    2. Gel organik, pembentuk gel

    berupa polimer

    Berdasarkan sifat pelarutnya, gel

    dibagi menjadi :

    Hidrogel (pelarut air).

    Hidrogel pada umumnya terbentuk

    oleh molekul polimer hidrofilik yang

    saling sambung silang melalui ikatan

    kimia atau gaya kohesi seperti

    interaksi ionik, ikatan hidrogen atau

    interaksi hidrofobik. Hidrogel

    mempunyai biokompatibilitas yang

    tinggi sebab hidrogel mempunyai

    tegangan permukaan yang rendah

    dengan cairan biologi dan jaringan

    sehingga meminimalkan kekuatan

    adsorbsi protein dan adhesi sel;

    hidrogel menstimulasi sifat

    hidrodinamik dari gel biological, sel

    dan jaringan dengan berbagai cara;

    hidrogel bersifat lembut/lunak,

    elastis sehingga meminimalkan

    iritasi karena friksi atau mekanikpada jaringan sekitarnya.

    Kekurangan hidrogel yaitu memiliki

    kekuatan mekanik dan kekerasan

    yang rendah setelah mengembang.

    Contoh : bentonit magma, gelatin

    2. Organogel

    (pelarut bukan air/pelarut organik).

    Contoh : plastibase (suatu

    polietilen dengan BM rendah yang

    terlarut dalam minyak mineral dan

    didinginkan secara shock cooled),

    dan dispersi logam stearat dalam

    minyak.

    Xerogel.

    Gel yang telah padat dengan

    konsentrasi pelarut yang rendah

    diketahui sebagai xerogel. Xerogel

    sering dihasilkan oleh evaporasi

    pelarut, sehingga sisa sisa

    kerangka gel yang tertinggal.

    Kondisi ini dapat dikembalikan

    pada keadaan semula dengan

    penambahan agen yang

    mengimbibisi, dan

    mengembangkan matriks gel.

    Contoh : gelatin kering, tragakan

    ribbons dan acacia tears, dan

    sellulosa kering dan polystyrene.

    Berdasarkan bentuk struktur

    pembentuknya gel dibagi:

    Kumparan acakHeliks

    Batang

    Bangunan kartu

    Beberapa keunggulan gel antara:

    a. Mempunyai aliran tiksotropik

    dan pseudoplastik, yaitu gel

    135

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    4/21

    berbentuk padat apabila disimpan

    akan segera mencair bila dikocok.

    b. Konsentrasi pembentuk gel yang

    dibutuhkan untuk membentuk massa

    gel hanya sedikit.

    c. Viskositas gel tidak mengalami

    perubahan yang berarti pada

    penyimpanan dengan temperatur

    kamar (Lieberman, 1989).

    d. Untuk hidrogel : mempunyai

    efek pendinginan pada kulit saat

    digunakan; penampilan sediaan yang

    jernih dan elegan; pada pemakaian

    di kulit setelah kering meninggalkan

    film tembus pandang, elastis, daya

    lekat tinggi yang tidak menyumbat

    pori sehingga pernapasan pori tidak

    terganggu; mudah dicuci dengan air;

    pelepasan obatnya baik; kemampuan

    penyebarannya pada kulit baik.

    Kekurangan sediaan gel :

    1. Untuk

    hidrogel :

    harusmenggunakan

    zat aktif yang

    larut di dalam

    air sehingga

    diperlukan

    penggunaan

    peningkat

    kelarutan

    seperti

    surfaktan

    agar gel

    tetap jernih

    pada

    berbagai

    perubahan

    temperatur,

    tetapi gel

    tersebut

    sangat

    mudah

    dicuci atau

    hilang

    ketika

    berkeringat,

    kandungan

    surfaktan

    yang tinggi

    dapat

    menyebabka

    n iritasi dan

    harga lebih

    mahal.2. Penggunaan

    emolien

    golongan

    ester harus

    diminimalka

    n atau

    dihilangkan

    136

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    5/21

    untuk

    mencapai

    kejernihan

    yang tinggi.

    3. Untuk

    hidroalkoholi

    k : gel dengan

    kandungan

    alkohol yang

    tinggi dapat

    menyebabkan

    pedih pada

    wajah dan

    mata,

    penampilan

    yang buruk

    pada kulit

    bila terkena

    pemaparan

    cahaya

    matahari,

    alkohol akan

    menguap

    dengan cepat

    danmeninggalka

    n film yang

    berpori atau

    pecah-pecah

    sehingga

    tidak semua

    area tertutupi

    atau kontak

    dengan zat

    aktif.

    Kegunaan Gel: (Lachman,1989:

    Pharmaceuitical Dosage System.

    Dysperse system. Volume 2,)

    1. Gel merupakan suatu sistem

    yang dapat diterima untuk

    pemberian oral, dalam bentuk

    sediaan yang tepat, atau sebagai

    kulit kapsul yang dibuat dari

    gelatin dan untuk bentuk sediaan

    obat long acting yang

    diinjeksikan secara intramuskular.

    2. Gelling agent biasa digunakan

    sebagai bahan pengikat pada

    granulasi tablet, bahan pelindung

    koloid pada suspensi, bahan

    pengental pada sediaan cairan oral,

    dan basis suppositoria.

    3. Untuk kosmetik, gel telah

    digunakan dalam berbagai produk

    kosmetik, termasuk pada shampo,

    parfum, pasta gigi, dan kulit dansediaan perawatan rambut.

    4. Gel dapat digunakan untuk obat

    yang diberikan secara topikal (non

    streril) atau dimasukkan ke dalam

    lubang tubuh atau mata (gel steril)

    (FI IV, hal 8)

    137

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    6/21

    6.3. Sifat / Karakteristik Gel

    Beberapa sifat dan karakteristik

    gel antara lain:

    1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk

    sediaan farmasi dan kosmetik ialah

    inert, aman dan tidak bereaksi

    dengan komponen lain

    2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus

    dapat memberikan bentuk padatan

    yang baik selama penyimpanan tapi

    dapat rusak segera ketika sediaan

    diberikan kekuatan atau daya yang

    disebabkan oleh pengocokan dalam

    botol, pemerasan tube, atau selama

    penggunaan topikal.

    3. Karakteristik gel harus disesuaikan

    dengan tujuan penggunaan sediaan

    yang diharapkan.

    4. Penggunaan bahan pembentuk gel

    yang konsentrasinya sangat tinggi

    atau BM besar dapat menghasilkan

    gel yang sulit untuk dikeluarkan atau

    digunakan).

    5. Gel dapat terbentuk melaluipenurunan temperatur, tapi dapat

    juga pembentukan gel terjadi satelah

    pemanasan hingga suhu tertentu.

    Contoh polimer seperti MC, HPMC

    dapat terlarut hanya pada air yang

    dingin yang akan membentuk

    larutan yang kental dan pada

    peningkatan suhu larutan tersebut

    akan membentuk gel.

    Fenomena pembentukan

    gel atau pemisahan fase yang

    disebabkan oleh pemanasan

    disebut thermogelation

    Menurut buku Disperse

    System, beberapa Sifat dan

    karakteristik lain dari gel adalah:

    1. Swelling

    Gel dapat mengembang karena

    komponen pembentuk gel dapat

    mengabsorbsi larutan sehingga

    terjadi pertambahan volume.

    Pelarut akan berpenetrasi diantara

    matriks gel dan terjadi interaksi

    antara pelarut dengan gel.

    Pengembangan gel kurang

    sempurna bila terjadi ikatan silang

    antar polimer di dalam matriks gel

    yang dapat menyebabkan kelarutan

    komponen gel berkurang.

    2. Sineresis.

    Suatu proses yang terjadi akibatadanya kontraksi di dalam massa

    gel. Cairan yang terjerat akan

    keluar dan berada di atas

    permukaan gel. Pada waktu

    pembentukan gel terjadi tekanan

    yang elastis, sehingga terbentuk

    massa gel yang tegar. Mekanisme

    138

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    7/21

    terjadinya kontraksi berhubungan

    dengan fase relaksasi akibat adanya

    tekanan elastis pada saat

    terbentuknya gel. Adanya perubahan

    pada ketegaran gel akan

    mengakibatkan jarak antar matriks

    berubah, sehingga memungkinkan

    cairan bergerak menuju permukaan.

    Sineresis dapat terjadi pada hidrogel

    maupun organogel.

    3. Efek suhu

    Efek suhu mempengaruhi struktur

    gel. Gel dapat terbentuk melalui

    penurunan temperatur tapi dapat

    juga pembentukan gel terjadi setelah

    pemanasan hingga suhu tertentu.

    Polimer separti MC, HPMC, terlarut

    hanya pada air yang dingin

    membentuk larutan yang kental.

    Pada peningkatan suhu larutan

    tersebut membentuk gel. Fenomena

    pembentukan gel atau pemisahan

    fase yang disebabkan oleh

    pemanasan disebut thermogelation.

    4. Efek elektrolit.Konsentrasi elektrolit yang sangat

    tinggi akan berpengaruh pada gel

    hidrofilik dimana ion berkompetisi

    secara efektif dengan koloid

    terhadap pelarut yang ada dan koloid

    digaramkan (melarut). Gel yang

    tidak terlalu hidrofilik dengan

    konsentrasi elektrolit kecil akan

    meningkatkan rigiditas gel dan

    mengurangi waktu untuk

    menyusun diri sesudah pemberian

    tekanan geser. Gel Na-alginat akan

    segera mengeras dengan adanya

    sejumlah konsentrasi ion kalsium

    yang disebabkan karena terjadinya

    pengendapan parsial dari alginat

    sebagai kalsium alginat yang tidak

    larut.

    5. Elastisitas dan rigiditas

    Sifat ini merupakan

    karakteristik dari gel gelatin agar

    dan nitroselulosa, selama

    transformasi dari bentuk sol

    menjadi gel terjadi peningkatan

    elastisitas dengan peningkatan

    konsentrasi pembentuk gel. Bentuk

    struktur gel resisten terhadap

    perubahan atau deformasi dan

    mempunyai aliran viskoelastik.

    Struktur gel dapat bermacam-

    macam tergantung dari komponen

    pembentuk gel.6. Rheologi

    Larutan pembentuk gel (gelling

    agent) dan dispersi padatan yang

    terflokulasi memberikan sifat aliran

    pseudoplastis yang khas, dan

    menunjukkan jalan aliran non

    Newton yang dikarakterisasi oleh

    139

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    8/21

    penurunan viskositas dan

    peningkatan laju aliran.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan

    dalam formulasi suatu gel antara lain:

    1. Penampilan gel : transparan atau

    berbentuk suspensi partikel koloid

    yang terdispersi, dimana dengan

    jumlah pelarut yang cukup banyak

    membentuk gel koloid yang

    mempunyai struktur tiga dimensi.

    2. Inkompatibilitas dapat terjadi

    dengan mencampur obat yang

    bersifat kationik pada kombinasi zat

    aktif, pengawet atau surfaktan

    dengan pembentuk gel yang bersifat

    anionik (terjadi inaktivasi atau

    pengendapan zat kationik tersebut).

    3. Gelling agents yang dipilih harus

    bersifat inert, aman dan tidak

    bereaksi dengan komponen lain

    dalam formulasi.

    4. Penggunaan polisakarida

    memerlukan penambahan pengawet

    sebab polisakarida bersifat rentanterhadap mikroba.

    5. Viskositas sediaan gel yang

    tepat, sehingga saat disimpan

    bersifat solid tapi sifat soliditas

    tersebut mudah diubah dengan

    pengocokan sehingga mudah

    dioleskan saat penggunaan topikal.

    6. Pemilihan komponen dalam

    formula yang tidak banyak

    menimbulkan perubahan viskositas

    saat disimpan di bawah temperatur

    yang tidak terkontrol.

    7. Konsentrasi polimer sebagai

    gelling agents harus tepat sebab

    saat penyimpanan dapat terjadi

    penurunan konsentrasi polimer

    yang dapat menimbulkan syneresis

    (air mengambang diatas permukaan

    gel)

    8. Pelarut yang digunakan tidak

    bersifat melarutkan gel, sebab bila

    daya adhesi antar pelarut dan gel

    lebih besar dari daya kohesi antar

    gel maka sistem gel akan rusak.

    6. 4. Komponen Gel

    6.4.1. Gelling Agents

    Sejumlah polimer digunakan

    dalam pembentukan struktur berbentuk

    jaringan yang merupakan bagian

    penting dari sistem gel. Termasukdalam kelompok ini adalah gum alam,

    turunan selulosa, dan karbomer.

    Kebanyakan dari sistem tersebut

    berfungsi dalam media air, selain itu

    ada yang membentuk gel dalam cairan

    nonpolar. Beberapa partikel padat

    koloidal dapat berperilaku sebagai

    140

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    9/21

    pembentuk gel karena terjadinya

    flokulasi partikel. Konsentrasi yang

    tinggi dari beberapa surfaktan nonionik

    dapat digunakan untuk menghasilkan

    gel yang jernih di dalam sistem yang

    mengandung sampai 15% minyak

    mineral.

    Berikut ini adalah beberapa

    contoh gelling agent :

    A. Polimer (gel organik)

    a. Gum alam (natural gums)

    Umumnya bersifat anionik

    (bermuatan negatif dalam larutan

    atau dispersi dalam air), meskipun

    dalam jumlah kecil ada yang

    bermuatan netral, seperti guar

    gum. Karena komponen yang

    membangun struktur kimianya,

    maka natural gum mudah terurai

    secara mikrobiologi dan

    menunjang pertumbuhan mikroba.

    Oleh karena itu, sistem cair yang

    mengandung gum harus

    mengandung pengawet dengan

    konsentrasi yang cukup. Pengawetyang bersifat kationik

    inkompatibel dengan gum yang

    bersifat anionik sehingga

    penggunaannya harus dihindari.

    Beberapa contoh gum alam :

    i. Natrium alginat

    Merupakan polisakarida, terdiri

    dari berbagai proporsi asam D-

    mannuronik dan asam L-

    guluronik yang didapatkan dari

    rumput laut coklat dalam

    bentuk garam monovalen dan

    divalen. Natrium alginat 1,5-

    2% digunakan sebagai

    lubrikan, dan 5-10% digunakan

    sebagai pembawa.

    Garam kalsium dapat

    ditambahkan untuk meningkat

    kan viskositas dan kebanyakan

    formulasi mengandung gliserol

    sebagai pendispersi.

    Tersedia dalam beberapa

    grade sesuai dengan

    viskositas yang

    terstandardisasi yang

    merupakan kelebihan natrium

    alginat dibandingkan dengan

    tragakan.

    ii. Karagenan

    Hidrokoloid yang diekstrak

    dari beberapa alga merahyang merupakan suatu

    campuran tidak tetap dari

    natrium, kalium, amonium,

    kalsium, dan ester-ester

    magnesium sulfat dari

    polimer galaktosa, dan 3,6-

    anhidrogalaktosa.

    141

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    10/21

    Jenis kopolimer utama ialah

    kappa, iota, dan lambda

    karagenan. Fraksi kappa dan

    iota membentuk gel yang

    reversibel terhadap pengaruh

    panas. Semua karagenan

    adalah anionik. Gel kappa

    yang cenderung getas,

    merupakan gel yang terkuat

    dengan keberadaan ion K. Gel

    iota bersifat elastis dan tetap

    jernih dengan keberadaan ion

    K.

    iii. Tragakan

    Menurut NF, didefinisikan

    sebagai ekstrak gum kering

    dari Astragalus gummifer

    Labillardie, atau spesies Asia

    dari Astragalus. Material

    kompleks yang sebagian besar

    tersusun atas asam

    polisakarida yang terdiri dari

    kalsium, magnesium, dan

    kalium. Sisanya adalah

    polisakarida netral,tragakantin. Gum ini

    mengembang di dalam air.

    Digunakan sebanyak 2-3%

    sebagai lubrikan, dan 5%

    sebagai pembawa. Tragakan

    kurang begitu populer karena

    mempunyai viskositas yang

    bervariasi. Viskositas akan

    menurun dengan cepat di luar

    range pH 4,5-7, rentan

    terhadap degradasi oleh

    mikroba. Formula yang

    mengandung alkohol dan/

    atau gliserol dan/atau volatile

    oil untuk mendispersikan

    gum dan mencegah

    pengentalan ketika

    penambahan air.

    iv. Pektin

    Polisakarida yang diekstrak

    dari kulit sebelah dalam buah

    citrus yang banyak digunakan

    dalam makanan. Merupakan

    gelling agent untuk produk

    yang bersifat asam dan

    digunakan bersama gliserol

    sebagai pendispersi dan

    humektan. Gel yang

    dihasilkan harus disimpan

    dalam wadah yang tertutup

    rapat karena air dapat

    menguap secara cepatsehingga meningkatkan

    kemungkinan terjadinya

    proses sineresis. Gel

    terbentuk pada pH asam

    dalam larutan air yang

    mengandung kalsium dan

    142

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    11/21

    kemungkinan zat lain yang

    befungsi menghidrasi gum.

    b. Derivat selulosa

    Selulosa murni tidak

    larut dalam air karena sifat

    kristalinitas yang tinggi.

    Substitusi dengan gugus hidroksi

    menurunkan kristalinitas dengan

    menurunkan pengaturan rantai

    polimer dan ikatan hidrogen

    antar rantai.

    Derivat selulosa yang

    sering digunakan adalah MC,

    HEMC, HPMC, EHEC, HEC,

    dan HPC.

    Sifat fisik dari selulosa

    ditentukan oleh jenis dan gugus

    substitusi. HPMC merupakan

    derivat selulosa yang sering

    digunakan.

    Derivat selulosa rentan

    terhadap degradasi enzimatik

    sehingga harus icegah adanya

    kontak dengan sumber selulosa.Sterilisasi sediaan atau

    penambahan pengawet dapat

    mencegah penurunan viskositas

    yang diakibatkan oleh

    depolimerisasi oleh enzim yang

    dihasilkan dari mikroorganisme.

    Misalnya : MC, Na CMC, HEC,

    HPC. Derivat ini sering di

    gunakan karena menghasilkan

    gel yang bersifat netral,

    viskositas stabil, resisten

    terhadap pertumbuhan mikroba,

    gel yang jernih, dan

    menghasilkan film yang kuat

    pada kulit ketika kering.

    Misalnya MC, Na CMC, HPMC

    c. Polimer sintetis (Karbomer =

    karbopol)

    Sebagai pengental sediaan

    dan produk kosmetik. Karbomer

    merupakan gelling agent yang

    kuat, membentuk gel pada

    konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam

    media air, yang diperdagangkan

    dalam bentuk asam bebasnya,

    pertama-tama dibersihkan dulu,

    setelah udara yang terperangkap

    keluar semua, gel akan terbentuk

    dengan cara netralisasi dengan

    basa yang sesuai.

    Viskositas dispersikarbomer dapat menurun dengan

    adanya ion-ion. Merupakan

    gelling agent yang kuat, maka

    hanya diperlukan dalam

    konsentrasi kecil.

    Karbopol merupakan

    salah satu kelompok dari polimer

    143

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    12/21

    karboksivinil yang dicampurkan

    dengan allyl sukrosa. Bersifat

    koloidal hidrofilik yang

    membentuk massa mengental yang

    lebih baik darigelling agentalam.

    Diperoleh dari sintesa asam akrilat

    yang mengandung tidak kurang

    dari 56-68% gugus asam

    karboksilat, serta memiliki bobot

    molekul tinggi. Untuk gel lubrikan

    diperlukan 0,3-1%. Untuk gel

    sediaan farmasi diperlukan

    sebanyak 0,5-2%. Proses

    pembuatannya dilakukan dengan

    menaburkan karbopol kedalam air

    disertai dengan pengadukan yang

    kuat. Karbopol terdispersi dalam

    air membentuk larutan asam keruh

    yang dinetralkan oleh basa kuat

    seperti NaOH, amina

    (trietanolamin), atau oleh basa

    anorganik lemah (amonium

    hidroksida) dengan tujuan untuk

    meningkatkan konsistensi dan

    menghilangkan kekeruhan. Untukmenambah kestabilan gel

    karbopol, dapat ditambahkan

    alkohol, gliserol, propilenglikol,

    atau zat pengkelat. Adanya ion-ion

    Na+, Ca2+, Al3+, dapat

    menyebabkan penggumpalan atau

    koagulasi. Struktur kimia karbopol

    diperlihatkan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Struktur Karbopol

    Ada beberapa jenis

    karbopol antara lain karbopol

    934 (pH 5,5 11), karbopol 940

    (pH 4,5 11), dan karbopol 941

    (3,5 - 11). Berdasarkan

    penelitian, diantara ketiga jenis

    karbopol tersebut yang paling

    stabil adalah karbopol 940.

    Karbopol jenis ini merupakan

    campuran resin akrilik larut air ,

    yang mempunyai sifat

    membentuk kekentalan sempurna

    meskipun konsentrasi yang

    digunakan kecil dengan

    penetralan menggunakan basa

    yang cukup, larut dalam air dan

    alkohol, bersifat tiksotropik,

    membentuk sediaan yangtransparan dan bekerja efektif

    pada rentang pH yang luas.

    Pembuatannya dengan cara

    mendispersikan serbuk di atas air

    panas atau dingin atau dalam

    pelarut organik sambil diaduk

    untuk mencegah terbentuknya

    144

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    13/21

    gumpalan. Setelah itu,

    pengadukkan dilanjutkan sampai

    terbentuk larutan dengan

    viskositas yang rendah sambil

    menambahkan zat penetral (Wade,

    1994).

    B. Polietilen (gelling oil)

    Digunakan dalam gel

    hidrofobik likuid, akan dihasilkan

    gel yang lembut, mudah tersebar,

    dan membentuk lapisan/film yang

    tahan air pada permukaan kulit.

    Untuk membentuk gel, polimer

    harus didispersikan dalam minyak

    pada suhu tinggi (di atas 800C)

    kemudian langsung didinginkan

    dengan cepat untuk mengendapkan

    kristal yang merupakan

    pembentukan matriks.

    C. Koloid padat terdispersi

    Mikrokristalin selulosa dapat

    berfungsi sebagai gellant dengan

    cara pembentukan jaringan karenagaya tarik-menarik antar partikel

    seperti ikatan hidrogen. Konsentrasi

    rendah dibutuhkan untuk cairan

    nonpolar. Untuk cairan polar

    diperlukan konsentrasi yang lebih

    besar untuk membentuk gel, karena

    adanya kompetisi dengan medium

    yang melemahkan interaksi antar

    partikel tersebut.

    D. Surfaktan

    Gel yang jernih dapat

    dihasilkan oleh kombinasi antara

    minyak mineral, air, dan

    konsentrasi yang tinggi (20-40%)

    dari surfaktan anionik. Kombinasi

    tersebut membentuk mikroemulsi.

    Karakteristik gel yang terbentuk

    dapat bervariasi dengan cara meng-

    adjust proporsi dan konsentrasi dari

    komposisinya. Bentuk komersial

    yang paling banyak untuk jenis gel

    ini adalah produk pembersih

    rambut.

    E. Gellants lain

    Banyak wax yang digunakan

    sebagai gellants untuk media

    nonpolar seperti beeswax, carnauba

    wax, setil ester wax.

    F. Polivinil alkohol

    Untuk membuat gel yangdapat mengering secara cepat. Film

    yang terbentuk sangat kuat dan

    plastis sehingga memberikan

    kontak yang baik antara obat dan

    kulit. Tersedia dalam beberapa

    grade yang berbeda dalam

    viskositas dan angka penyabunan.

    145

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    14/21

    G. Clays (gel anorganik)

    Digunakan sebanyak 7-20%

    sebagai basis. Mempunyai pH 9

    sehingga tidak cocok digunakan

    pada kulit. Viskositas dapat

    menurun dengan adanya basa.

    Magnesium oksida sering

    ditambahkan untuk meningkatkan

    viskositas.

    Bentonit harus disterilkan

    terlebih dahulu untuk penggunaan

    pada luka terbuka. Bentonit dapat

    digunakan pada konsentrasi 5-20%.

    Contohnya : Bentonit, veegum,

    laponite

    6.4.2. Bahan tambahana. Pengawet

    Meskipun beberapa basis gel

    resisten terhadap serangan mikroba,

    tetapi semua gel mengandung

    banyak air sehingga membutuhkan

    pengawet sebagai antimikroba.

    Dalam pemilihan pengawet harus

    memperhatikan inkompatibilitasnya

    dengan gelling agent.

    Beberapa contoh pengawet

    yang biasa digunakan dengan gelling

    agent :

    Tragakan : metil hidroksi

    benzoat 0,2 % w/v dgn propil

    hidroksi benzoat 0,05 % w/v

    Na alginate : metil

    hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v,

    atau klorokresol 0,1 % w/v atau

    asam benzoat 0,2 % w/v

    Pektin : asam benzoat

    0,2 % w/v atau metil hidroksi

    benzoat 0,12 % w/v atau

    klorokresol 0,1-0,2 % w/v

    Starch glyserin: metil

    hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v

    atau asam benzoat 0,2 % w/v

    Metil Celulose : fenil

    merkuri nitrat 0,001 % w/v atau

    benzalkonium klorida 0,02% w/v

    Na CMC : metil

    hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn

    propil hidroksi benzoat 0,02 %

    w/v

    Polivinil alkohol : klorheksidin

    asetat 0,02 % w/v

    Pada umumnya

    pengawet dibutuhkan oleh sediaan

    yang mengandung air. Biasanya

    digunkan pelarut air yang

    mengandung metilparaben 0,075%

    dan propilparaben 0,025% sebagai

    pengawet.

    b. Penambahan Humektan

    Bertujuan untuk mencegah

    kehilangan air sehingga dapat

    menjaga kelembaban gel dan

    146

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    15/21

    berguna untuk memperlicin serta

    mencegah pecahnya gel atau

    terjadinya kerak sisa gel setelah

    komponen lain menguap..

    Contohnya gliserol, propilenglikol

    dan sorbitol dengan konsentrasi 10-

    20 %

    c. Chelating agent

    Bertujuan untuk mencegah

    reaksi basis dan zat yang sensitive

    terhadap logam berat. Contohnya

    EDTA

    d. Peningkat penetrasi

    (Enhancer)

    Zat peningkat penetrasi adalah

    komponen kimia yang berinteraksi

    dengan lipid dari stratum corneun

    untuk meningkatkan penetrasi obat

    tersebut sehingga dapat menembus

    barier stratum corneum dengan

    memodifikasi sifat penghalang

    kulit sehingga kulit lebih

    permeabel terhadap obat. Syarat zat

    peningkat penetrasi adalah tidak

    bereaksi secara farmakologi, tidak

    toksik, tidak mengiritasi, tidak

    menyebabkan alergi, kerjanya

    cepat dan waktunya bisa

    diramalkan, dan stabil secara kimia

    dan fisika, tidak berasa, serta tidak

    berbau. Golongan zat yang dapat

    meningkatkan penetrasi obat pada

    sediaan topikal itu adalah

    hidrokarbon, alkohol (seperti

    etanol, undecanol, propandiol,

    benzil alkohol); keton dan

    derivatnya (seperti derivat

    dioksolan, keton siklik); eter

    (seperti polisorbat); asam

    karboksilat (seperti asam oleat,

    asam risinoleat, asam laurat); ester

    asam karboksilat dan asam

    sulfonat (khususnya jika isopropanol

    sebagai komponen alkoholnya,

    seperti isopropil miristat, isopropilpalmitat, isopropil oleat);

    dimetilsulfoksida dan derivatnya;

    serta amida turunan urea (seperti

    dimetilformamida) dan turunan

    laktam (seperti azone) (Chien, 1992;

    Hardgraft, 1992).

    e. Zat pewarna dan

    pewangi

    Zat ini digunakan untukmenutupi bau dan penampilan yang

    kurang menarik dari sediaan, ini

    diperlukan untuk menambah daya

    tarik dari sediaan gel tersebut.

    147

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    16/21

    6.5. Formulasi Gel

    Formula Umum/standar dari gel

    adalah sebagai berikut:

    R/ Zat aktif

    Basis gel

    Zat tambahan

    6.5.1. Contoh Formula Basis Gel

    1. R/ Ichtimol 2 g

    Tragakan 5 g

    Alkohol 10 mL

    Gliserol 2 g

    Air hingga 100 g

    Metoda pembuatan:

    1. Disiapkan

    untuk 60 g sebagai antisipasi

    kehilangan dalam proses

    2. Botol ditara

    dan siapkan mucilago tragakan

    dengan 33 mL air

    3. Ichtimol,

    gliserol dan 10 mL air dicampurkan,

    kemudian tambahkan mucilage

    tragakan, lalu diaduk/dikocok4. Berat diadjust

    dengan air, kemudian dikocok

    kembali, lalu dimasukkan ke dalam

    wadah

    Pembuatan mucilage tragakan :

    1. Pembawa

    disiapkan

    2. Botol

    bermulut lebar dikalibrasi,

    dikeringkan di dalam oven

    kemudian dinginkan

    3. Alkohol

    dimasukkan kemudian tambahkan

    tragakan (jangan terbalik karena

    akan mengakibatakan terjadinya

    pengentalan) kemudian dilakukan

    pengocokkan untuk mencampurkan

    4. Ditungkan

    kedalam wadah yang berisi

    pembawa, lalu ditutup dan dikocok

    segera

    5. Volume

    digenapkan, lalu dicampurkan dan

    dimasukkan kedalam wadah untuk

    penyimpanan

    2. R/ Na-alginat 7 g

    Gliserol 7 g

    Metil hidroksi benzoate 0,2 g

    Ca-glukonat 0,05 g

    Air hingga 100 g

    Catatan : basis ini harus disimpan

    semalam sebelum digunakan

    Metoda pembuatan :

    1. Na-alginat

    dibasahkan dengan gliserol

    dalam mortir

    148

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    17/21

    2. Pengawet dan

    Ca-glukonat dilarutkan ke dalam

    80 mL air dengan bantuan

    pemanasan, lalu dinginkan

    hingga 60C dan diaduk atau

    distirer cepat

    3. Campuran

    Na-lginat-gliserol ditambahkan

    ke dalam vorteks dengan jumlah

    sedikit, lalu diaduk lebih lanjut

    hingga homogen, kemudian

    dimasukkan ke dalam wadah

    3. Gel minyak mineral

    R/ Polietilen 10 %

    Minyak mineral 90 %

    Cara pembuatan ;

    Dicampurkan dan aduk atau kocok.

    Campuran dipanaskan hingga 90C

    campur hingga homogen, lalu

    dinginkan dengan cepat melalui

    pengadukan.

    4. Gel efedrin sulfat

    R/ Efedrin sulfat 10 g

    Tragakan 10 g

    Metil salisilat 0,1 g

    Eucalyptol 1 mL

    Minyak pine needle 0,1 mL

    Gliserin 150 g

    Air 830 mL

    Cara pembuatan :

    Efedrin sulfat dilarutkan ke dalam

    air dan ditambahkan gliserin,

    tragakan, kemudian komponen

    lainnya. Campurkan dengan baik

    dan simpan dalam wadah tertutup

    baik selama 1 minggu dengan

    pengadukan.

    5. Clear gel

    R/ Minyak mineral 10 %

    Polioksietilen oleil eter 20,7%

    Polioksietilen fatty gliserida 10,3%

    Propilen glikol 8,6 %

    Sorbitol 6,9 %

    Air 43,5 %

    Cara pembuatan :

    Semua komponen dipanaskan

    kecuali air hingga 90C, kemudian

    air dipanaskan secara terpisah

    hingga 85C. Air dicampurkan ke

    dalam komponen lain tersebut

    dengan pengadukan, lalu dinginkan

    hingga 60C

    6. Gel zinc

    oksida

    R/ Karbomer 934 P 0,8 %

    NaOH (larutan 10 %) 3,2 %

    ZnO 20 %

    149

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    18/21

    Air 76 %

    Cara pembuatan :

    Karbomer didispersikan ke dalam

    air, kemudian ditambahakan NaOH

    dengan pengadukan yang lambat

    untuk menghindari penyerapan

    /penjerapan udara. Kemudian

    tambahkan ZnO dan campurkan

    hingga homogen.

    7. Gel sun Screening

    R/ Etanol 53 %

    Karbomer 940 1 %

    Gliseril-p-amino benzoat 3 %

    Monoisopropanolamin 0,09 %

    Air 52,91 %

    Cara pembuatan :

    Karbomer 940 didispersikan ke

    dalam alcohol dan giseril-p-amino

    benzoat dilarutkan ke dalm larutan.

    Secara perlahan isopropanolamin

    ditambahkan. Kemudian secara

    perlahan-lahan ditambahkan air dandikocok dengan seksama untuk

    menghindari penyerapan udara,

    larutan akan jernih dan terbentuk

    gel.

    8. Gel hidroksi peroksida

    R/ Poloksamer F-127 25 %

    Hidrogen peroksida

    (larutan 30 %) 10 %

    Air murni 65 %

    Cara pembuatan :

    Air dipanakan hingga 40-50F dan

    disimpan pada wadah

    pencampuran. Poloksamer F-127

    ditambahkan secara perlahan

    dengan pengadukan yang baik

    kemudian pengadukan dilakukankembali hingga larutan terbentuk.

    Temperatur dijaga pada suhu 50F.

    Tambahkan larutan hydrogen

    peroksida dingin secara perlahan

    dengan pengadukan yang baik.

    Lalu pindahkan ke dalam wadah

    dan disimpan dalam temperaturruangan hingga cairan menjadi gel

    yang jernih.

    9.Basis Clear Jelly

    R/ Na-alginat 3 g

    Metil paraben 0,2 g

    Natrium heksametafosfat 5 g

    Gliserin 10 g

    Air murni 100 g

    Cara pembuatan :

    150

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    19/21

    Metil paraben dilarutkan ke dalam

    gliserin dengan penambahan panas.

    Kemudian ditambahkan air ke dalm

    gliserin yang hangat dengan

    pengadukanm yang cepat, kemudian

    Natrium heksametafosfat dilarutkan

    ke dalam larutan. Lalu ditambahkan

    Na-alginat dengan pengadukan cepat

    yang kontinu hingga terl;arut

    sempurna.

    6.5.2. Prosedur Pembuatan

    1. Timbang sejumlah gelling agent

    sesuai dengan yang dibutuhkan

    2. Gelling agent dikembangkan

    sesuai dengan caranya masing-

    masing

    3. Timbang zat aktif dan zat

    tambahan lainnya

    4. Tambahkan gelling agent yang

    sudah dikembangkan ke dalam

    campuaran tersebut atau sebaliknya

    sambil diaduk terus-menerus hingga

    homogen tapi jangan terlalu kuat

    karena akan menyerap udara

    sehingga menyebabkan timbulnya

    gelembung udara dalam sediaan

    yang nantinya dapat mempengaruhi

    pH sediaan.

    5. Gel yang sudah jadi

    dimasukkan ke dalam alat pengisi

    gel dan diisikan ke dalam tube

    sebanyak yang dibutuhkan

    6. Ujung tube ditutup lalu diberi

    etiket dan dikemas dalam wa dah

    ynag dilengkapi brosur dan etiket

    Wadah Gel

    1. Gel lubrikan harus dikemas

    dalam tube dan harus disterilkan

    2. Gel untuk penggunaan mata

    dikemas dalam tube steril.

    3. Gel untuk penggunaan pada

    kulit dapat dikemas dalam tube

    atau pot salep.

    4. Wadah harus diisi cukup penuh

    dan kedap udara untuk mencegah

    penguapan.

    6.6. EVALUASI GEL

    A. Evaluasi fisik

    1. Penampilan

    Yang dilihat penampilan,

    warna dan bau.

    2. HomogenitasCaranya: oleskan sedikit gel

    diatas kaca objek dan diamati

    susunan partikel yang terbentuk

    atau ketidak homogenan.

    3. Viskositas/rheologi

    151

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    20/21

    Menggunakan viscometer

    Stromer atau viscometer

    Brookfield

    4. Distribusi ukuran partikel

    Prosedur :

    sebarkan sejumlah gel yang

    membentuk lapisan tipis pada

    slide mikroskop

    Lihat di bawah mikroskop

    Suatu partikel tidak dapat

    ditetapkan bila ukurannya

    mendekati sumber cahaya

    Untuk cahaya putih, suatu

    mikroskop bisa dapat

    mengukur partikel 0,4 0,5

    m. Dengan lensa khusus dan

    sinar UV, batas yang lebih

    rendah dapat diperluas sampai

    0,1

    5. Uji Kebocoran (FI IV Hal.

    1096)

    6. Isi minimum (FI IV hal.997)

    7. Penetapan pH (FI IV hal 1039)

    8. Uji pelepasan Bahan aktif dari

    sediaan gel

    Prinsip : mengukur kecepatan

    pelepasan bahan aktif dari

    sediaan gel dengan cara

    mengukur konsentrasi zat aktif

    dalam cairan penerima pada

    waktu-waktu tertentu

    10. Uji difusi bahan aktif dari

    sediaan gel

    Prinsip : Menguji difusi

    bahan aktif dari sediaan gel

    menggunakan suatu sel difusi

    dengan cara mengukur

    konsentrasi bahan aktif dalam

    cairan penerima pada selang

    waktu tertentu)

    11. Stabilitas gel (Dosage

    Form, disperse system vol.2

    hal 507) 1 tube

    a. Yield value suatu sediaan

    viskoelastis dapat ditentukan

    dengan menggunakan

    penetrometer. Alat ini berupa

    logam kerucut atau jarum.

    Dalamnya penetrasi yang

    dihasilkan dilihat dari sudut

    kontak dengan sediaan

    diwawah suatu tekanan. Yield

    value ini dapat dihitung dengan

    rumus :

    np

    gmKSo

    .

    ..1=

    SO = yield value

    m = massa kerucut

    dan fasa gerak (g)

    g = percepatan gravitasi

    p = dalamnya penetrasi

    (cm)

    152

  • 7/31/2019 BAB+6GEL

    21/21

    n = konstanta material

    mendekati 2

    2

    2

    1

    cos.

    Cos

    K =

    Yield value antara 100-

    1000 dines/cm2

    menunjukkan kemampuan

    untuk mudah tersebar.

    Nilai dibawah ini

    menunjukkan sediaan

    terlalu lunak dan mudah

    mengalir., diatas nilai ini

    menunjukkan terlalu keras

    dan tidak dapat tersebar.

    b. Dilakukan uji dipercepat

    dengan :

    Agitasi atau sentrifugasi

    (Mekanik):

    Sediaan disentrifugasi

    dengan kecepatan tinggi

    (sekitar 30000 RPM).

    Amati apakah terjadi

    pemisahan atau tidak

    (Lachman)

    Manipulasi suhu:

    Gel dioleskan pada kaca

    objek dan dipanaskan

    pada suhu 30, 40, 50, 60,

    70 C. Amati dengan

    bantuan indicator (seperti

    sudan merah) mulai suhu

    berapa terjadi pemisahan,

    makin tinggi suhu bearti

    makin stabil)

    B. Evaluasi kimia

    Identifikasi zat aktif (sesuai

    dengan monografi FI

    IV/kompendia lain)

    Penetapan kadar zat aktif

    (sesuai dengan monografi FI

    IV/kompendia lain)

    C. Evaluasi biologi

    Uji penetapan potensi

    antibiuotik(Lampiran FI IV hal 891)

    153