Bab

83
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Candi Borobudur a. Sejarah Candi Borobudur Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke- 9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma. Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha. Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha. Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15. Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena

Transcript of Bab

Page 1: Bab

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.     Candi Borobudura.      Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.

Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha.

Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.

Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.

Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.

Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram

Page 2: Bab

Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Nama Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di atas, dengan demikian Borobudur berarti Biara di atas bukit. Sementara menurut sumber lain berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara sumber lainnya mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat.  Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

      Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.      Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat

membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.

      Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.

      Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.Setiap tingkatan memiliki relief-relief yang akan terbaca secara runtut berjalan searah

jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracarita Ramayana, ada pula relief-relief cerita jātaka. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Seorang budhis asal India bernama Atisha, pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini. Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut “The Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.

b.      Pembangunan Candi Borobudur

Page 3: Bab

Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Arsitektur yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati, dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddis Tantra Vajrayana. Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.

Sebelum dipugar, Candi Borobudur hanya berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan. Pemugaran selanjutnya oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, setelah itu periode selanjutnya dilakukan pada 1907-1911 oleh Theodorus van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke Sri Langka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai landasan falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan NJ. Krom, yakni tentang ajaran Buddha Dharma dengan aliran Mahayana-Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan aliran Tantrayana-Vajrayana.

Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawanya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur.

c.       Peta Candi BorobudurCandi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta.

Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia.

Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.

Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur

Page 4: Bab

berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.

Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha lainnya.

  Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.

Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya seperti Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.

d.      Materi Candi BorobudurCandi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di

Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jika rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.

Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.

e.       Misteri seputar Candi BorobudurSampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya

Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal

Page 5: Bab

sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek apakah yang dipergunakan?. Gambar relief, apakah batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? masih banyak lagi misteri yang belum terungkap secara ilmiah, terutama tentang ruang yang ditemukan pada stupa induk candi dan patung Budha, di pusat atau zenith candi dalam stupa terbesar, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibuddha yang tidak sempurna yang hingga kini masih menjadi misteri.

Kronologis Penemuan dan pemugaran Borobudur :      1814 – Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar

adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

      1873 – monografi pertama tentang candi diterbitkan.      1900 – pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan

candi Borobudur.      1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.      1926 – Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisismalaise dan

Perang Dunia II.      1956 – pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke

Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.      1963 – pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi

berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.      1968 – pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk

menyelamatkan Borobudur.      1971 – pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai

Prof.Ir.Roosseno.      1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara

dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.

      10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984

      21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.

      1991 – Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

2.2.     Monumen Yogya KembaliMonumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara

Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belpengguna dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.

Page 6: Bab

Hal ini dapat dippenggunang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah khususnya Belpengguna dan merupakan tonggak sejarah yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.

Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.

Monumen Yogya Kembali terletak di Jalan Lingkar Utara, dusun Jongkang, desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Didirikan di atas lahan seluas 49.920 m2. lokasi ini ditetapkan oleh Sri Paduka Hamengku Buwono IX dengan alternative diantaranya terletak digaris poros antara gunung Merapi - Monumen Yogya Kembali - Tugu Pal Putih - Kraton - Panggung Krapyak - Laut Selatan, yang merupakan “Sumbu Imajiner” yang pada kenyataannya sampai sekarang masih dihormati oleh masyarakat Yogyakarta, dan menurut kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan kemakmuran di tempat ini sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara Belpengguna kearah utara, usaha kesinambungan tata kota kegiatan dan keserasian Daerah Yogyakarta.

1.      Taman Dan SekitarnyaBila pengunjung masuk Monumen Jogja Kembali melalui Pintu Timur dapat diamati koleksi

antara lain :      Replika Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo

Pambudi, tanggal 29 juni 1994.      Meriam PSU - S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L - 60 kaliber 40 mm. Meriam

ini sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo, Jawa Timur tanggal 28 April 1996.

      Replika Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus pada tanggal 29 juli 1996.

      Meriam PSU - S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.      Logo/lambang.      Daftar nama - nama Pahlawan.

2.      Koleksi Hall Lantai SatuLantai pertama terdiri dari :

      Ruang Pengelola atau Ruang Bagian Umum      Ruang Perpustakaan       Ruang Serbaguna      Ruang Bagian Operasional      Ruang Souvenir

Page 7: Bab

Hall lantai 1 ini dipamerkan koleksi antara lain :      Patung Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.      Panil foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.      Patung foto Imam Bonjol ( 1722 - 1864 ).      Meriam Jugo M - 48.      Dokar Tentara Pelajar.      Patung Nyi Ageng Serang.      Meriam PSU akan Bofors.      Patung Teungku Umar ( 1854 - 1899 ).      Patung Tjut Nya dien ( 1850 - 1908 ).      Meriam PSU Ourlikon Kal. 20 mm.      Meriam Jugo M-48 kal. 76 mm.      Panil Dinding foto kegiatan Tentara Pelajar.      Dinding Ruang Serbaguna.

3.      Koleksi MuseumRuang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ”Seputar Pelaksanaan

Serangan Umum 1 Maret 1949“.      Evokatif Dapur Umum      Evokatif Palang Merah Indonesia      Peta Timbul Route Konsolidasi Kompenggunan WK III      Peta Timbul Pembagian Wilayah Wehrkreis III      Alat Cetak Proef      Unit Caraka      Seperangkat Meja Kursi Tamu      Peta Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949      Potret Diri Para Kompenggunan Sub Wehrkreis III      Seperangkat Meja Kursi      Vitrin Sudut      Dinding Ruang Museum Sebelah Utara      Meja Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX      Meja Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII      Bagan Susunan Pemerintahan

Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ”Yogya Sebagai Ibukota Negara republik Indonesia“.

      Patung Dada Ir. Soekarno      Patung Dada drs. Moh. Hatta      Teks Proklamasi      Foto Dokumen kegiatan Presiden dan Wakil Presiden di Yogyakarta      Tempat Tidur Presiden Soekarno      Foto Dokumen kegiatan Presiden Bersama keluarga dan Wakil Presiden di Yogyakarta      Patung Dada Ki Hadjar Diwantara      Patung Dada Kyai Haji Mas Mansyur

Page 8: Bab

      Peta Timbul Wilayah RIS      Meja dan Kursi Tamu Wakil Presiden Moh. Hatta      Potret Diri Tokoh Pimpinan Republik Indonesia      Kursi Kerja Komite Nasional Indonesia daerah      Foto Dokumen Kegiatan KNID dan KNIP

4.      Koleksi Relief Dan DioramaKoleksi Relief :

      Relief 01, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta

      Relief 02, Gema Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta 05 September 1945      Relief 03, Petrempuran Kota Baru, 07 Oktober 1945 di Butai Kotabaru Yogyakarta      Relief 04, Kongres Pemuda di Balai Mataram Yogyakarta, 10 November 1945      Relief 05, Pemilihan Panglima Besar TKR di Yogyakarta, 12 November 1945      Relief 06, Serangan Udara Sekutu di Kota Yogyakarta, 27 November 1945      Relief 07, Yogyakarta Menjadi Ibukota Republik Indonesia, 04 Januari 1946      Relief 08, berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada di Yogyakarta, 03 maret 1946      Relief 09, Pengawalan dan Pengangkutan Tawanan Jepang di Yogyakarta, 28 April 1946      Relief 10, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Yang Pertama di Yogyakarta, 17

Agustus 1946      Relief 11, Hari Ulang Tahun Pertama Angkatan Perang REpublik Indonesia di Yogyakarta,

05 Oktober 1946      Relief 12, Peringatan 6 Bulan Berdirinya Militer Akademi di Yogyakarta, 06 Oktober 1946      Relief 13, Perjanjian Linggar Jati, 15 November 1947      Relief 14, Pelantikan Pucuk Pimpinan TNI, 28 juni 1947      Relief 15, Persiapan Serangan Balas Angkatan Udara Republic Indonesia, 29 Juli 1947      Relief 16, Kapal Selam yang Petama di Indonesia, Juli 1947      Relief 17, Notulen Kaliurang, 13 Januari 1948      Relief 18, Penpenggunatanganan Perjanjian Renvile, 17 Januari 1948      Relief 19, Pasukan Hijrah Tiba di Yogyakarta, Februari 1948      Relief 20, Bantuan Obat-obatan dari Mesir, 05 Maret 1948      Relief 21, Pemberantasan Buta Huruf di Yogyakarta, April 1948      Relief 22, Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun, Tanggal 18 s/d 30 September 1948      Relief 23, Panglima Besar Jendral Soederman Menyusun Surat Perintah Kilat, 19 Desember

1948      Relief 24, Perlawana TNI dan Polisi Negara di Desa Janti, Yogyakarta, 19 Desember 1948      Relief 25, Serangan Balas Terhadap Kedudukan Tentara Belpengguna di Kota Yogyakarta,

29 Desember 1948      Relief 26, Markas Besar Komando Jawa di Desa Boro, Kabupaten Kulon Progo, Januari

1949      Relief 27, penghancuran Jembatan kalipentung, Februari 1949      Relief 28,29,30,31, Serangan Umum 01 Maret 1949 di Yogyakarta      Relief 32, Jendral mayor Meiyer Mengancam Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 03 Maret

1949      Relief 33, Penghadangan Konvoi Tentara Belpengguna di Desa serut, Prambanan, 15 Maret

1949      Relief 34, Penarikan Mundur Tentara Belpengguna dari Kota Yogyakata, 29 Juni 1949

Page 9: Bab

      Relief 35,36, TNI, Polisi, Gerilyawan Masuk Kota Yogyakarta, 29 Juni 1949      Relief 37, Pimpinan Negara Kembali ke Ibu Kota Yogyakarta, 06 Juli 1949.      Relief 38, Panglima Besar Soederman tiba di Yogyakarta, 10 Juli 1949      Relief 39, Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta, 19 Juli 1949      Relief 40, Presiden Soekarno Kembali ke Jakarta, 28 Desember 1949.

Koleksi Diorama :      Diorama 1, Penyerbuan Rakyat Belpengguna Terhadap Lapangan Terbang Maguwo, 19

Desember 1948      Diorama 2, Panglima Besar Soederman Melapor Kepada Presiden RI untuk Memimpin

Perang Gerilya, 19 Desember 1948      Diorama 3, Presiden dan Wakil Presiden dan Para Pimpinan lainnya Diasingkan ke

Sumatera, 22 Desember 1948      Diorama 4, Perlawanan Rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia Terhadap Belpengguna,

23 Desember 1948      Diorama 5, Konsolidasi dan Pembentukan sector Pertahanan di Ngoto, 23 dan 26 Desember

1948      Diorama 6, Serangan Umum 1 Maret 1949      Diorama 7, Penpenggunatanganan Roem-Roijen Statement, 29 Juni 1949      Diorama 8, Penarikan Tentara Belpengguna dari Yogyakarta, 17 Agustus 1949.

5.      Garbha Graha          Unit Bendera Pusaka      Unit Relief Simbolik      Unit Kata Mutiara ( Pesan Pelaku Pejuang )

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belpengguna dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Hal ini dapat dippenggunang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah khususnya Belpengguna dan merupakan tonggak sejarah yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.

Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan

Page 10: Bab

berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.

2.3.     Museum Dirgantaraa.      Sejarah Museum Dirgantara Mandala

Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara jepang yang digunakan oleh angkatan udara Indonesia Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan dari Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Hal tersebut telah lama dituangkan dalam Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Udara No. 491, tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumen dan Museum Angkatan Udara. Setelah mengalami proses yang lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat diwujudkan dan organisasinya berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah Menteri Panglima Angkatan Udara di Jakarta. Berdasarkan Instruksi Menteri/ Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum, maka Museum Angkatan Udara mulai berkembang dengan pesat. Berkat perhatian yang besar, baik dari Panglima Angkatan Udara maupun Panglima Komando Wilayah Udara V (Pang Kowilu V), pada tanggal 4 April 1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin.

Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949 mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/ Taruna Akademi Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/11/IV/1978, museum yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang berlokasi di Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu tidak dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar dijangkau oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu, Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto. Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.

Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/05/IV/1984, tanggal 11 April 1984. Dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan gedung yang sudah direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara

Page 11: Bab

Mandala itu berada di Pangkalan Udara Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU, Jakarta.

Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang adalah bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman Jepang digunakan untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang.

Koleksi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah, antara lain :

      Koleksi peninggalan para pahlawan udara,         Diorama,      Pesawat miniatur,      Pesawat terbang dari negara-negara Blok Barat dan Timur,      Senjata api,      Senjata tajam,      Mesin pesawat,      Bom atau roket,      Patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.

Jadi, Musiaum dirgantara adalah salah satu museum yang ada di Indonesia yang banyak menyimpan pesawat dan halikopter. Museum ini terletak di Desa Wonocatur Kecamatan Bangun Papan Kabupaten Bantul Propinsi Jawa Tengah.Museum ini dibangun pada tanggal 04 april 1969, oleh Menpangau Rusmin Nuryadin. Fungsi museum ini yaitu :

      Sebagai perintis, pejuang dan penerus TNI AU.      Menjadi sumber inspirasi pendidikan dan regenerasi bagi generasi   mendatang warisan

perjuangan 1945.      Memupuk nilai kedirgantaraan sebagai sarana pendidikan.

Museum Dirgantara ini dikelola oleh TNI/Kepada museum yaitu Drs. Sudarno.Adapun jenis pesawat yang ada di museum Dirgantara sebagai berikut :

      Pesawat Wel I RI-X      Pesawat Dakota RI – 001 Indonesia Air Word      Pesawat Dakota RI – 009 Yogyakarta, Yr 4      Pesawat M – 439      Pesawat Stupa 01      Pesawat Auri      Pesawat J-701/DH 175      Pesawat B-26 INVADER      Pesawat M-265      Pesawat A-9946      Pesawat ST-1419      Pesawat T-33-A-IOT BIRD

2.4.     Candi Prambanana.      Sejarah Candi Prambanan

Candi prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa   (tengah), Candi Brahma   (selatan), Candi

Page 12: Bab

Wisnu(utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa   adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi   (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda   adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).

Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief ceritaRamayana   , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.

Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.

Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candiLoro Jonggrang   berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi

Page 13: Bab

yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.

Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.

b.      Peta Susunan Candi Prambanan

   Candi Sudut   Candi Kelir   Ramayana   Kresnayana   Roro Jongrang

2.5.     Universitas Gadjah Mada

Page 14: Bab

a.      Sejarah Universitas Gadjah MadaUniversitas Gadjah Mada (bahasa Inggris: Gadjah Mada University), disingkat UGM,

merupakan universitas negeri tertua di Indonesia, terletak di Yogyakarta. Didirikan pada19 Desember 1949, Gadjah Mada merupakan universitas pertama yang didirikan setelah Indonesia merdeka.

Pada saat didirikan, Universitas Gadjah Mada hanya memiliki enam fakultas, sekarang memiliki 18 Fakultas dan satu Sekolah Pascasarjana (dahulu bernama Program Pascasarjana), dan lebih dari 100 Program Studi untuk S-2,S-3, dan Spesialis. Universitas Gadjah Mada berlokasi di Kampus Bulaksumur Yogyakarta. Sebagian besar fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada terdiri atas beberapa jurusan/bagian dan atau program studi. Kegiatan Universitas Gadjah Mada dituangkan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Ditilik dari sejarahnya, Universitas Gadjah Mada merupakan penggabungan dan pendirian kembali dari berbagai balai pendidikan, sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada diYogyakarta, Klaten dan Surakarta.

Nama Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan. Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada tanggal 3 Maret 1946 oleh Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenario, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran dan Dr. Soeharto.

Sejak 4 Januari 1946 Soekarno dan Hatta memindahkan ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran antara pejuang kemerdekaan dan Sekutu sertaNICA di Jakarta dan Bandung, maka Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.

Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946) yang kesemuanya berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.

Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula dipindahkan ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso. Salah seorang yang berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr. M. Sardjito yang kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang pertama. Kehidupan kampus di Klaten semakin ramai dengan berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada awal 1948.

Pada awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul Kementerian Dalam Negeri untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Departemen Penerangan. Akademi ini awalnya dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Sayangnya akademi ini tidak berumur panjang, setelah pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini ditinggalkan para mahasiswanya yang ikut menumpas pemberontakan sehingga akademi ini ditutup.

Selanjutnya pada 1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli Hukum diSurakarta, sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman. Bersamaan dengan itu Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, yaitu Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H. di

Page 15: Bab

Surakarta merencanakan mendirikan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Demi efisiensi, Panitia mengusulkan penggabungan Balai Pendidikan Ahli Hukum ke dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1948.

Serangan Belanda ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam rangka Agresi Militer Belanda II melumpuhkan semua kegiatan belajar mengajar di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta dan semua perguruan tinggi tersebut terpaksa ditutup dan para mahasiswa ikut berjuang.

Setelah serangan Belanda, wilayah Republik Indonesia menjadi semakin sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949, diadakan rapat Panitia Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah pendirian perguruan kembali di wilayah republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta. Disepakati Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito akan berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat itu adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersedia meminjamkan ruangan keraton dan beberapa gedung di sekitarnya.

Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh Presiden Soekarno. Pada upacara pembukaan diadakan sebuah renungan bagi para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto.

Tanggal 2 November 1949, Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik serta Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ikut diresmikan.

Tanggal 3 Desember 1949 dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta dengan pimpinan Prof. Drs. Notonagoro, S.H.. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo.

Akhirnya tanggal 19 Desember 1949, lahirlah Universitas Gadjah Mada dengan enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949, keenam fakultas tersebut adalah:

      Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti);

      Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu Hayat;

      Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan;      Fakultas Kedokteran Hewan;      Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi

dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi;

      Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.

Sebagai Rektor yang pertama (Presiden) ditetapkan Prof. Dr. M. Sardjito. Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Dewan Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, seorang wakil ketua dan anggota.

Page 16: Bab

b.      PerkembanganTahun 1952 Fakultas Hukum, Sosial dan Politik ditambah dengan bagian ekonomi

sehingga menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik HESP). Pada bulan September 1952  Fakultas Pertanian ditambah dengan Bagian Kehutanan, sehingga menjadi Fakultas Pertanian dan Kehutanan.

Sejak September 1955, beberapa fakultas dimekarkan menjadi fakultas-fakultas baru, antara lain:

      Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi.

      Bagian Bakaloreat Biologi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas Biologi.

      Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik dipecah menjadi tiga fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sosial dan Politik.

      Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat dipecah menjadi tiga fakultas, yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakulas Filsafat.

      Tingkat pengajaran Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu Alam pada Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.

      Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai dua bagian yaitu Bagian Pendidikan dan Bagian Pendidikan Jasmani.

      Fakultas Kedokteran Hewan diuubah namanya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.

      Pada tahun 1960 Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dipisahkan menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.

Pada tahun 1962 Bagian Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu Pendidikan ditingkatkan menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Fakultas ini diserahkan pada Departemen Olah Raga pada tahun 1963 dan menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga (STO).

Untuk memberikan pendidikan umum yang kuat bagi semua Fakultas, didirikan pula Fakultas Umum, dan digabungkan dengan Fakultas Filsafat menjadi Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1961 Fakultas Filsafat dibubarkan dan pada tahun 1962 Fakultas Umum juga dibubarkan. Sebagai penggantinya tahun 1963 didirikan Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus untuk melaksanakan tugas yang semula menjadi tugas gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Namun pada tanggal 18 Agustus 1967 Fakultas Filsafat didirikan kembali dan pada tahun 1969 Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus dimasukkan dalam Fakultas Filsafat sebagai Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah Agama.

Pada tahun 1963 Bagian Kehutanan Fakultas Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Kehutanan, seksi teknologi dan seksi kultur teknik menjadi Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun itu pula Jurusan Geografi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan ditingkatkan menjadi Fakultas Geografi.

Jurusan Psikologi pada FIP menjadi Bagian Psikologi yang kemudian pada tanggal 8 Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi.

Pada tahun 1969 Fakultas yang ke-18 lahir yaitu Fakultas Peternakan yang merupakan peningkatan Bagian Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.

Semenjak tahun 1983 Universitas Gadjah Mada memiliki 18 Fakultas Program Sarjana, dua Fakulas Program Diploma (Fakultas Non Gelar Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi) dan satu Fakultas Pascasarjana (Magister dan Doktor). Awal tahun 1992 terjadi penyederhanaan jumlah fakultas, Fakultas Pascasarjana diubah menjadi Program Pascasarjana,

Page 17: Bab

sedangkan Fakultas Non Gelar Ekonomi diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi diintegrasikan ke Fakultas Teknik.

c.       FakultasBerikut ini adalah fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan yang ada di UGM. Jurusan

adalah level terendah dari struktur organisasi. Di bawah jurusan, terdapat program-program studi dalam berbagai jenjang.

      Fakultas Biologi      Fakultas Ekonomika dan Bisnis      Jurusan Ilmu Ekonomi      Jurusan Manajemen      Jurusan Akuntansi      Fakultas Farmasi      Fakultas Filsafat      Fakultas Geografi      Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan      Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh      Jurusan Pembangunan Wilayah      Fakultas Hukum      Fakultas Ilmu Budaya      Jurusan Antropologi      Jurusan Arkeologi      Jurusan Sastra Asia Barat      Jurusan Ilmu Sejarah      Jurusan Sastra Indonesia      Jurusan Sastra Inggris      Jurusan Sastra Jepang      Jurusan Bahasa Korea      Jurusan Sastra Nusantara      Jurusan Sastra Prancis      Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik      Jurusan Politik dan Pemerintahan      Jurusan Hubungan Internasional      Jurusan Komunikasi      Jurusan Sosiologi      Jurusan Sosiatri      Fakultas Kedokteran      Fakultas Kedokteran Gigi      Fakultas Kedokteran Hewan      Fakultas Kehutanan      Jurusan Manajemen Hutan      Jurusan Budidaya Hutan      Jurusan Teknologi Hasil Hutan      Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan      Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)      Jurusan Fisika      Jurusan Kimia

Page 18: Bab

      Jurusan Matematika      Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika      Fakultas Pertanian      Jurusan Budidaya Pertanian      Jurusan Perlindungan Tanaman      Jurusan Tanah      Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian      Jurusan Perikanan      Jurusan Mikrobiologi Pertanian      Fakultas Peternakan      Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak      Jurusan Produksi Ternak      Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan      Jurusan Teknologi Hasil Ternak      Fakultas Psikologi      Fakultas Teknik      Jurusan Arsitektur      Jurusan Teknik Fisika      Jurusan Perencanaan Wilayah dan Tata Kota      Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi      Jurusan Teknik Geologi      Jurusan Teknik Geodesi Geomatika      Jurusan Teknik Mesin      Jurusan Teknik Industri      Jurusan Teknik Kimia      Jurusan Teknik Sipil

      Fakultas Teknologi Pertanian      Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian      Jurusan Teknik Pertanian      Jurusan Teknologi Industri Pertanian

d.      RektorRektor UGM adalah Pimpinan Eksekutif tertinggi Universitas Gadjah Mada yang

dipilih oleh Senat Universitas dalam suatu sidang Senat beranggotakan para Guru Besar dan wakil-wakil Fakultas di lingkungan UGM. Calon-calon yang ada ditetapkan dan dipilih berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dan disetujui oleh Majelis Wali Amanat yang merupakan lembaga legislatif UGM setelah UGM resmi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN)).

Sejak berdiri 19 Desember 1949, UGM telah mempunyai 12 orang Rektor. Pimpinan Universitas pertama Prof. Dr. M. Sardjito (1949-1961)yang berasal dari Fakultas KedokteranUGM belum menyandang sebutan Rektor, melainkan Presiden Universiteit. Rektor yang menjabat saat ini adalah Prof. Soedjarwadi dari Fakultas Teknik, dan sebelumnya menjabat sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik.

Nama-nama para rektor sejak 1949 sampai sekarang[1] adalah:      Prof. Dr. M. Sardjito (1949-1961)      Prof. Dr. Ir. Herman Johannes (1961-1966)

Page 19: Bab

      Drg. M. Nazir Alwi (1966-1967)      Drs. Soepojo Padmodipoetro, MA (1967-1968)      Prof. Dr. Soeroso H. Prawirohardjo, MA (1968-1973)      Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, MA (1973-1981)      Prof. Dr. Teuku Jacob, MS, DS (1981-1986)      Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH,ML (1986-1990)      Prof. Dr. Ir. Mohammad Adnan (1990-1994)      Prof. Dr. Soekanto H. Reksohadiprodjo, M.Com (1994-1998)      Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA (1998-2003)      Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA (2004-2007)      Prof. Ir. Soedjarwadi, M.Eng., Ph.D. (2007-...)

e.       Aktivitas MahasiswaGelanggang Mahasiswa UGM adalah pusat kegiatan untuk para mahasiswa

diYogyakarta. Hanya saja karena letaknya berdekatan dengan Kampus UGM maka akhirnya identik dengan pusat kegiatan bagi mahasiswa UGM saja. Gelanggang Mahasiswa UGM dibangun tahun 1970-an dan sempat menjadi sentra pergerakan bagi para aktivis tahun 1970-an ketika Dewan Mahasiswa UGM dan Dewan Mahasiswa se-Yogyakarta masih berkantor di gedung tersebut. Dari sejak berdiri hingga sekarang, Gelanggang Mahasiswa UGM telah menghasilkan belasan ribu aktivis kegiatan kemahasiswaan.

Antara 1980 hingga 1990, Gelanggang Mahasiswa dipergunakan oleh sekretariat organ-organ eks Dewan Mahasiswa yang kini berdiri sendiri-sendiri dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit-unit Olahraga, Kesenian dan berbagai unit khusus Dewan Mahasiswa tetap eksis menggunakan berbagai fasilitas di gedung tersebut. Termasuk juga Unit Kerohanian Islam Jamaah Shalahuddin UGM yang setiap bulan Ramadhan menyulap gedung tersebut menjadi Masjid Kampus dan Unit Kerohanian Kristen (UKK) sebagai wadah bagi mahasiswa yang beragama Kristen.

Setelah tahun 1990, Senat Mahasiswa UGM meneruskan tradisi Dewan Mahasiswa UGM dan berkantor di gedung tersebut dengan menggunakan ruang eks Koperasi Mahasiswa di sisi barat gedung tersebut, bertetangga dengan ruang Unit Kegiatan Pencinta Alam MAPAGAMAdan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Majalah Balairung

Pada tanggal 31 Maret 1991 resmi berdiri sebuah kegiatan mahasiswa yang baru yaituUKM FOTOGRAFI, Unit yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan UFO dan mempunyai ruang di sebelah timur kantin Cafetaria dan bertetangga dengan UKM PRAMUKA. UKM PRAMUKA sendiri merupakan salah satu unit kegiatan pramuka tingkat universitas yang tertua di Indonesia, berdiri sejak 1981, dan banyak menjadi contoh bagi unit-unit pramuka tingkat universitas lainnya. Pada tahun 2004 dibentuk pula sebuah UKM pertama yang bergerak di penelitian dan pengkajian yang dinamakan Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPI Interdisipliner) yang menaungi kegiatan ilmiah bagi para mahasiswa di lingkup UGM.

Senat Mahasiswa UGM adalah lembaga sentral kemahasiswaan yang dibentuk pada tahun 1990 dengan semangat penyelenggaraan pemerintahan ala mahasiswa (Student Government). Dalam konteks ini Senat Mahasiswa adalah salah satu organ dari Badan Keluarga Mahasiswa UGM, dan berfungsi sebagai lembaga legislatif dengan kepengurusan kolektif.

Untuk pertama kalinya Senat Mahasiswa UGM dibentuk pada tahun 1990. Saat itu, anggota Senat Mahasiswa termasuk Pengurus terdiri dari 54 orang, masing-masing dua orang dari tiap-tiap fakultas dan 14 orang mewakili Unit Kegiatan Mahasiswa. Sejarah pembentukan

Page 20: Bab

Senat Mahasiswa UGM ini cukup menarik untuk diikuti dan merupakan bagian dari sejarah Gerakan Mahasiswa UGM Pasca NKK/BKK.

Kepengurusan Senat Mahasiswa UGM pada tahun 1990 terdiri dari Seorang Ketua Umum, Seorang Sekretaris Jenderal, Lima Ketua Komisi dan Lima Wakil Ketua Komisi. Presidium SM UGM terdiri dari Ketua Umum, Sekjen, dan Lima Ketua Komisi.

Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Senat Mahasiswa UGM (BP SMUGM) yang berfungsi sebagai lembaga eksekutif. Kepengurusannya ditunjuk dan dipilih dari sebagian anggota Senat Mahasiswa UGM. Pada generasi/Angkatan II istilah BP SMUGM diganti menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa UGM.

2.6.     Taman Pintara.      Latar Belakang Taman Pintar

Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era tanpa batas.‘Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.’

Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk Pembangunan “Taman Pintar”.

Disebut “Taman Pintar”, karena di kawasan ini nantinya para siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah dan sekaligus berekreasi.

Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan teknologi sendiri.

Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.

Relokasi area mulai dilakukan pada tahun 2004, dilanjutkan dengan tahapan pembangunan Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo.

Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang Soedibyo dan Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan Gedung Memorabilia.Dengan selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

b.      Logo Taman PintarMerupakan penyederhanaan bentuk dari FIREWORKS (Kembang Api)

Page 21: Bab

Maknanya:      Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi dan imajinasi.      Dalam Bahasa Jawa, kembang api menggambarkan mlethik = pintar = padhang mak byaar

= pintar.      Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan, menghibur, sesuai dengan Visi

Taman Pintar sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan kreasi sains dalam suasana yang menyenangkan.

      Gambar logo yang muncul ke luar mengandung makna outward looking, selalu melihat ke luar untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan di luar dirinya.

      Gambar logo tampak seperti matahari mengandung makna menyinari sepanjang masa. Jari jemari kembang api melambangkan keselarasan antara intelegensi dansocial life, diharapkan pengguna Taman Pintar mempunyai IQ, SQ, dan EQ.

      Efek perspektif adalah simbolisasi “sesuatu yang tinggi”, cita-cita, pengharapan bahwa Taman Pintar akan membantu generasi muda Indonesia, khususnya Yogyakarta dalam meraih cita-citanya. Miring ke kanan sebagai visualisasi pergerakan ke arah yang lebih baik.

      Warna gabungan hijau – biru melambangkan pertumbuhan tak terbatas.

c.       Maskot Taman Pintar

Maskot Taman Pintar adalah burung hantu bernama Tepi.Burung Hantu adalah spesies burung yang banyak melakukan aktivitas di malam hari dengan kepekaan yang dimilikinya ia mempelajari alam sekitar dengan merasakan semua kejadian alam yang ada di sekelilingnya.

Maknanya:      Nama TEPI merupakan akronim dari Taman Pintar.      Burung Hantu sebagai lambang ilmu pengetahuan mampu mewakili fungsi Taman Pintar

sebagai wahana apresiasi, ekspresi dan kreasi sains bagi para pelajar di Kota Yogyakarta.      Sayap yang mengepak terbuka, simbol untuk menyambut semua pelajar untuk berproses di

Taman Pintar.      Mata yang membelalak lebar mencerminkan semangat untuk belajar yang tidak mengenal

lelah.      Blangkon sebagai identitas lokal Taman Pintar yang berada di Kota Yogyakarta      Tas sebagai salah satu atribut yang identik dengan pelajar .      Model eksekusi dengan ilustrasi menampilkan kesan muda, dinamis serta penuh fantasi.

Page 22: Bab

      Warna coklat melambangkan kehangatan dari proses apresiasi dan ekspresi sains di Taman Pintar

2.7.     Malioboroa.      Sejarah Malioboro

Jika dirunut dari sejarahnya, pada awalnya Malioboro memang dibangun perlahan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Cikal bakalnya dari kawasan Pecinan di kawasan ini, yang muncul sejak Sultan Hamengku Buwono I mengangkat kapiten seorang Cina, Tan Jin Sing, pada tahun 1755. Nama Jawanya, Setjodingrat, dan tinggal di ndalem Setjodingratan (kini terletak di sebelah timur Kantor Pos Besar). Sejak sekitar tahun 1916, kawasan Malioboro sebelah selatan dikenal sebagai pemukiman Pecinan, yang ditandai dengan rumah-rumah toko yang menjual barang-barang kelontong,a emas dan pakaian.

Kawasan ini kian ramai setelah Kraton membangun Pasar Gedhe (kini Pasar Beringharjo), yang beroperasi sejak 1926. Kawasan Pecinan mulai meluas ke utara, sampai ke Stasiun Tugu (dibangun pada 1887) dan Grand Hotel de Yogya (berdiri pada 1911, kini Hotel Garuda). Malioboro menjadi penghubung titik stasiun sampai Benteng Rusternburg (kini Vredeburg) dan Kraton. Rumah toko menjadi pemandangan lumrah di sepanjang jalan ini (h 6). Karena itu, secara kultural, ruang Malioboro merupakan gabungan dua kultur dominan, yakni Jawa dan Cina.

b.      Objek Bersejarah      Stasiun Tugu

Stasiun kereta api yg menjadi stasiun utama di Yogya terletak di ujung Malioboro, saat ini merupakan stasiun kereta terbesar di Indonesia. Mulai dioperasikan pada 2 Mei 1887 ini, pada awalnya hanya digunakan sebagai stasiun transit kereta pengangkut hasil bumi hingga pada 1 Februari 1905 digunakan juga sebagai stasiun transit penumpang.

      Benteng VredeburgDulunya bernama Benteng Rustenburg dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas

tanah milik Keraton. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk melindungi Residen Belanda yg bertempat tinggal di dalam areal tersebut. Sejak dibangun, gedung ini telah digunakan sebagai : benteng pertahanan 1760 – 1830, tangsi Belanda dan Jepang 1830 – 1945, markas tentara RI 1945 – 1977. Tahun 1985 gedung ini dijadikan Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum pada th 1987 dan pada 1992 berganti nama menjadi Museum Benteng Yogyakarta.

      Monumen Serangan Umum Satu Maret 1949Catatan sejarah yg menjadi kontroversial karena para pelaku sejarahnya mempunyai versi

masing – masing dalam mengungkapkan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Monumennya dibangun di ujung Jl Ahmad Yani di samping depan dari Vredeburg.

      Gedung AgungBerdiri tepat di seberang Benteng Vredeburg, gedung ini dulunya merupakan kediaman

Residen Belanda dan pada masa Soekarno dijadikan sebagai Istana Presiden RI semasa Yogyakarta menjadi ibukota negara RI 1946 – 1949.Disamping gedung-gedung tersebut, di atas kawasan Malioboro dan sekitarnya terdapat banyak bangunan-bangunan bersejarah lainnya yg masih berdiri kokoh seperti: Gedung Bank Indonesia, Pasar Bringhardjo, Gedung BNI, Keraton Yogya, gedung Pos & Giro dll

Page 23: Bab

Masih meneruskan tulisan saya sebelumnya tentang malioboro dalam Segaris jalan dalam kota, Malioboro untuk sekedar menggugah memori lama yang pernah tinggal di jogja namun kini telah berpindah ruang hidupnya dan untuk yang belum ke jogja supaya bisa semakin tergiur untuk mampir di kota budaya ini tentu saja tak ketinggalan untuk mereka yang masih bertahan di jogja supaya bisa mengenal malioboro tidak hanya sebagai “pasar” cindramata tapi juga ada sejarah dan budaya serta keragaman di wilayah kraton ini.

Page 24: Bab

BAB 3PENUTUP

3.1.     KesimpulanDari uraian pembahasan karya tulis ini, penulis mengambil kesimpulan yaitu:

      Museum adalah suatu tempat menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah agar tidak hilang dan rusak sehingga dapat dinikmati berbagai generasi. Diharapkan mereka dapat mengetahui sejarah dan dapat menghargai hasil yang telah dicapai generasi terdahulu sehingga mereka dapat mengambil hikmah dari sejarah itu sendiri.

      Museum berfungsi untuk menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah yang patut mendapat perhatian umum.

      Museum merupakan sarana yang efektif untuk mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan.

3.2.     Saran-Saran      Dengan mengenal benda-benda bersejarah, tanamkanlah dalam diri kita jiwa dan semangat

kepahlawanan,      Lestarikan dan peliharalah peninggalan-peninggalan sejarah agar tidak sampai hilang

dan rusak,      Binalah persatuan dan kesatuan bangsa agar peristiwa masa lalu tidak kembali,      Teruskanlah perjuangan para pahlawan dengan membangun Bangsa Indonesia lebih maju.

Demikian saran-saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Page 25: Bab

DAFTAR PUSTAKA

http://aryachronicle.blogspot.com/2009/08/prambanan-proyek-1000-candi.htmlDr. Soekmono, Candi Borobudur - Pusaka Budaya Umat Manusia, Jakarta: Pustaka Jaya (1978)http://www.indonesia-tourism.com/central-java/klaten/legd3.htmhttp://www.klaten.go.id/pariwisata.shtmlhttp://www.google.co.id/http://www.yahoo.com/http://www.bintangku.blogspot.com/…………..1999. Panduan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Yogyakarta : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.………….. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Munajat, Ade, dkk. 2003. Pengantar Sejarah Tentara Nasional Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.Odih, Enjang, dan Sukadi. 2000. Sejarah Nasional dan Umum SLTP/MTs Kelas III.Jakarta : Ganesa.Poesponegoro, Marwapati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka.

BAB IIISI LAPORAN

2.1       Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel reliefdan aslinya terdapat 504 arca Buddha.Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari

Page 26: Bab

bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati TrisuciWaisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan

Sejarah Pembangunan

Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di

Borobudur pada masa jayanya Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan

siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya.Waktu pembangunannya

diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup

Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan

abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun

waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan

wangsa Syailendra di Jawa Tengah,yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya.

Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan

benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun

825.Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa

kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut

agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti

Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.] Pada

kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu.

Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama

Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang

dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur

dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir

bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur

Page 27: Bab

diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum

dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi.Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi.Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya.

Nama Borobudur

Stupa Borobudur dengan jajaran perbukitan Menoreh. Selama berabad-abad bangunan

suci ini sempat terlupakan.Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala

disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada

semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara,

misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula

nama Borobudur tidak jelas,meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di

Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah

Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen

bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan

nama yang sama persis.Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk

mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur

adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candimemang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro purba".Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kataSambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologirakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara

Page 28: Bab

dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.

2.2       Monumen Jogja Kembali (MONJALI)

Monumen Jogja Kembali (Monjali) adalah salah satu dari sekian banyak museum

di Jogja. Monjali terletak di Jln Lingkar Utara, Yogyakarta. Lebih tepatnya terletak di

persimpangan antara Jln. Lingkar Utama, Jln. Plagan Tentara Pelajar dan Jln Monjali.

Jika anda menggunakan perangkat GPS silahkan cek koordinat ini S7°46’47.1″

E110°22’32.1″ atau anda bisa menghubungi (0274) 868225 untuk info lebih lanjut.

Monjali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 yang ditandai dengan peletakan batu

pertama dan upacara adat penanaman kepala kerbau oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.Bangunan Monjali sendiri

berbentuk kerucut dengan luas sekitar 5 hektar yang terdiri dari 3 lantai.

Lantai pertama terdapat 4 museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah seperti

senjata, mesin ketik, telepon dan sebagainya. Di lantai ini pula terdapat perpustakaan

yang kebanyakan berisi buku-buku ensiklopedia. Selain itu terdapat pula ruang

pemandu dan, ruang pengelola dan ruang serba guna.  bagian luar lantaterdapat pula

kolam yang mengelilingi bangunan utama Monjali.

Di lantai kedua terdapat ruang diorama yang mengisahkan perjuangan bangsa

Indonesia ketika Belanda menghianati perjanjian Reville hingga terjadilah peristiwa

yang sangat bersejarah yaitu Serangan Umum 1 Maret. Di sekeliling bagian luar lantai 2

terdapat pula relief yang kurang lebih menceritakan hal yang sama dengan diorama di

dalam. Setidaknya terdapat sekitar 40 relief yang diukir di sekeliling tembok lantai 2

bagian luar.

Lantai ketiga adalah lantai khusus yang dibuat untuk  mengenang dan mendoakan para

pahlawan yang gugur dan ruang tersebut dinamakan dengan ruang Garbha Graha. Di

ruang ini terdapat pahatan yang berukuran besar yang di pahat di dinding ruang. Di

tengah ruang terdapat tiang bendera temapt dimana bendera Merah Putih berkibar. Di

sisi lain juga terdapat ukiran dari tulisan man presiden Suharto.

Page 29: Bab

Di luar bangungan utama Monjali terdapat sekitar 422 nama Pahalawan yang terukir

yang merupakan Pahlawan yang gugur selama Clash Kedua terhitung dari tanggal 19

Desember 1948 – 29 Juni 1949. Selain itu terdapat pula replika pesawat Cureng yang

merupakan sumbangan dari TNI Angkatan Udara.

2.3       Museum Pesawat Dirgantara Mandala

Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan

Kabupaten Sleman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto

Yogyakarta. Museum ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa

Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain

terdapat diorama

juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa

perjuangan. Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara jepang yang

digunakan oleh angkatan udara Indonesia

Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan

dari Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan

dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Hal tersebut telah lama dituangkan

dalam Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Udara No. 491, tanggal 6 Agustus 1960

tentang Dokumen dan Museum Angkatan Udara. Setelah mengalami proses yang

lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat diwujudkan dan organisasinya

berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah Menteri Panglima

Angkatan Udara di Jakarta. Berdasarkan Instruksi Menteri/ Panglima Angkatan Udara

Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang

sejarah, budaya, dan museum, maka Museum Angkatan Udara mulai berkembang

dengan pesat. Berkat perhatian yang besar, baik dari Panglima Angkatan Udara

maupun Panglima Komando Wilayah Udara V (Pang Kowilu V), pada tanggal 4 April

1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas Komando Udara V, di Jalan

Tanah Abang Bukit Jakarta, diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana

Roesmin Noerjadin.

Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949

Page 30: Bab

mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat

kegiatan TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/

Taruna Akademi Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor

Kep/11/IV/1978, museum yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian

dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf

TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang berlokasi di

Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi menjadi

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan

dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu tidak

dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar

dijangkau oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu, Pimpinan TNI AU memutuskan

untuk memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto.

Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat

TNI AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU

Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya

rehabilitasi gedung itu.

2.4       Malioboro

Malioboro membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal denganMalioboro.Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan tersebut.Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitasPersada Studi Klub ( PSK ) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga

Page 31: Bab

sekitar tahun 1990.

Surga CinderamataMenikmati pengalaman berbelanja, berburu cinderamata khas Jogja, wisatawan bisa berjalan kaki sepanjang bahu jalan yang berkoridor ( arcade ). Di sini akan ditemui banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu ( gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya ) juga blangkon ( topi khas Jawa / Jogja ) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain. Sepanjang arcade, wisatawan selain bisa berbelanja dengan tenang dalam kondisi cerah maupun hujan, juga bisa menikmati pengalaman belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Jika beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separuhnya.

Jangan lupa untuk menyisakan sedikit tenaga. Masih ada pasar tradisional yang harus dikunjungi. Di tempat yang dikenal dengan Pasar Beringharjo, selain wisatawan bisa menjumpai barang - barang sejenis yang dijual di sepanjang arcade, pasar ini menyediakan beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Selain produk lokal Jogja, juga tersedia produk daerah tetangga seperti batik Pekalongan atau batik Solo. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang - barang unik dengan harga yang lebih murah.Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisatawan.

Page 32: Bab

Benteng Vredeburg dan Gedung AgungDi penghujung jalan "karangan bunga" ini, wisatawan dapat mampir sebentar di Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan Kraton. Seperti lazimnya setiap benteng, tempat yang dibangun tahun 1765 ini berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli.

Sedangkan Gedung Agung yang terletak di depannya pernah menjadi tempat kediaman Kepala Administrasi Kolonial Belanda sejak tahun 1946 hingga 1949. Selain itu sempat menjadi Istana Negara pada masa kepresidenan Soekarno ketika Ibukota Negara dipindahkan ke Yogyakarta.

Lesehan MalioboroSaat matahari mulai terbenam, ketika lampu - lampu jalan dan pertokoan mulai dinyalakan yang menambah indahnya suasana Malioboro, satu persatu lapak lesehan mulai digelar. Makanan khas Jogja seperti gudeg atau pecel lele bisa dinikmati disini selain masakan oriental ataupunsea food serta masakan Padang. Serta hiburan lagu-lagu hits atau tembang kenangan oleh para pengamen jalanan ketika bersantap.

Bagi para wisatawan yang ingin mencicipi masakan di sepanjang jalan Malioboro, mintalah daftar harga dan pastikan pada penjual, untuk menghindari naiknya harga secara tidak wajar.

Mengunjungi Yogyakarta yang dikenal dengan "Museum Hidup Kebudayaan Jawa", terasa kurang lengkap tanpa mampir ke jalan yang telah banyak menyimpan berbagai cerita sejarah perjuangan Bangsa Indonesia serta dipenuhi dengan beraneka cinderamata. Surga bagi penikmat sejarah dan pemburu cinderamata.

Page 33: Bab

2.5      Kebun Binatang Gembira LokaJogjakarta sebagai kota pariwisata memiliki obyek wisata yang bervariasi. Selain obyek

wisata alam, seni budaya, candi, belanja, kuliner dan lain-lain, Anda juga bisa menemukan sebuah

tempat rekreasi keluarga yaitu kebun binatang Gembira Loka. Tempat ini sangat cocok untuk

mengisi liburan dan memperkenalkan anak-anak dengan berbagai macam satwa. Selain itu Anda

dapat menikmati berbagai arena permainan  air seperti naik perahu boat, perahu senggol, perahu

kayuh, dan  sekuter air. Anda juga dapat mencoba wahana lainnya sirkuit ATV, cross cycle circuit,

taman labirin, pertunjukan satwa terampil, atraksi gajah, gajah tunggang, dan onta tunggang.

Fasilitas pun lengkap dengan adanya mushola, toilet, tempat istirahat, parker, P3K, polisatwa,

kantin, gerai souvenir, laboratorium alam, budi daya ternak hingga hot spot area.

Kebun Raya dan kebun binatang Gembira Loka ini dibangun atas ide Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada tahun 1933 yang menginginkan sebuah tempat hiburan. Gembira Loka sendiri berarti tempat bersenang-senang. Pada awalnya kebun  tersebut dinamakan Kebun Rojo (kebunnya raja). Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan Ir. Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Ir. Karsten kemudian memilih lokasi di sebelah barat sungai Winongo, sebuah tempat yang dianggap paling ideal untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut. Namun ketika Perang Dunia II dan pendudukan Jepang, pembangunan Kebun Rojo terhenti. Pada tahun 1949  atau setelah selesainya Perang Dunia II, saat proses pemindahan ibukota negara

dari Yogyakarta kembali ke Jakarta,  tercetus ide yang dipelopori oleh Januismadi dan Hadi, SH

untuk memberikan kenang-kenangan kepada masyarakat Yogyakarta berupa sebuah tempat

hiburan dari pemerintah pusat. Namun  ide tersebut belum terlaksana hingga tahun 1953.

Pembangunan benar-benar terlaksana setelah berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta

(sesuai akta notaris RM. Wiranto No. 11 tanggal 10 September 1953) yang diketuai oleh Sri Paduka

KGPAA Paku Alam VIII. Peletakan batu pertama di lakukan pada tahun 1955 oleh Sri Paku Alam

VIII. Pada tahun itu juga Gembira Loka dinyatakan mandiri. Tahun 1959, KGPAA Paku Alam VIII

Page 34: Bab

menunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pembangunan kebun rojo ini. Tirtowinoto adalah sosok

yang memiliki kecintaan terhadap alam dan minat yang besar terhadap perkembangan Gembira

Loka ini.

Koleksi satwa yang ada di Gembira loka awalnya hanya beberapa hewan seperti macan tutul yang

berhasil ditangkap penduduk karena mengganggu desa dan sebagian berasal dari lereng merapi

yang hutannya terbakar akibat awan panas. Tahun 1978 ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin

lengkap jumlah  pengunjung Gembira Loka mampu mencapai 1,5 juta orang. Setiap tahunnya ada

tambahan satwa. Sudah beberapa kali binatang gajah melahirkan anaknya, juga binatang langka

komodo telah menetaskan telurnya. Berikut beberapa koleksi dari Kebun Binatang Gembira loka : 

         Mamalia (Beruang Madu, Gajah Asia, Harimau Sumatera, Kuda Nil, Orangutan, Bekantan, Simpanse, Lutung Merah, Tapir, Rusa Tutul, Rusa Jawa, Kijang, Kuda, Harimau Putih, Sapi Bali, Tapir, Unta, Wallaby, Zebra, Banteng dll)

         Burung (Elang Bido, Kakatua, Elang Bondol, Julang Mas, Merak Hijau, Nuri, Bangau Tong-tong, Pelikan, Angsa, dll)

          Reptilia ( aneka jenis ular, aneka jenis buaya, Biawak Naga, Biawak Pohon, Chameleon, Kaiman Kerdil, Kepala Ceri, Kura-Kura  Leopard,  Kura-Kura Radiata, Kura-Kura Sulkata, kura-Kura Terapin, Monitor Pohon, Soa Layar Ambon, Viper Gabon,  Viper Wagleri,dll)

         Amfibia (Katak Badut Africa, Katak Bibir Putih, Katak Pacman, Katak Pesek, Katak Tanduk, Katak Tomat, dll)

         Ikan (Arapaima Raksasa, Ikan Discus, Ikan Niasa, Ikan Red Devil, Patin Albino, Piranha, dll)

         Tumbuhan (Pohon Beringin, Jambu Monyet, Kelapa Sawit, Kesambi, Matoa, Pohon Kayu Putih, Randu Alas, Secang dll).

Selain berbagai jenis binatang yang berasal  dari belahan dunia lain maupun asli Indonesia seperti

yang telah disebutkan di atas, koleksi semakin lengkap dengan hadirnya komodo yang merupakan

satwa langka yang hanya ada di Indonesia, tepatnya di Pulau Komodo. Kadal purba ini bisa

bertahan hidup dan tidak ikut punah seperti spesies-spesies dinosaurus yang lain, saat meteor

menghantam bumi di Yucatan Peninsula jutaan tahun lalu. Sangat menggembirakan karena komodo

yang terdapat di Gembira Loka ini telah beberapa kali menetaskan telurnya.

Di Gembira Loka ini, selain untuk memperkenalkan anak dengan dunia satwa juga untuk bermain-

main lebih dekat dengan satwa. Pertunjukan Satwa terampil bisa Anda saksikan setiap hari Senin-

Jumat (jam 11.00, 13.00), Sabtu ( 11.00, 12.00, 13.00, 14.00), dan Minggu (jam 10.00, 11.00, 12.00,

13.00, 14.00, 15.00). Atraksi gajah pada setiap hari Minggu dan hari libur, Gajah Tunggang setiap

hari jam 09.00-16.00 WIB, dan Onta Tunggang   yang juga ada setiap hari mulai jam 09.00 – 16.00.

Anda pun bisa menyaksikan saat pemberian makan satwa-satwa tersebut antara lain simpanse

(diberi makan pada jam 11.00 WIB), harimau ( diberi makan jam 11.30 WIB) , dan ular (diberi makan

jam 12.00 WIB).

Page 35: Bab

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Setelah kita mengikuti widya wisata ke Jakarta kami mendapat kesimpulan sebagai berikut :

1.       Di Obyek yang kami kunjungi dapat menambah wawasan pengetahuan kami.

2.       Dengan berwisata ke Obyek wisata tersebut diatas kita dapat melihat sejarah bangsa.

3.       Dapat memberikan kegembiraan dan menghilangkan kesempatan kami.

3.2   Saran

 Adapun saran yang biasa kami sampaikan adalah :

1.       Pelaksanaan Study Tour hendaknya direncanakan secara matang.

2.       Pelaksanaan Study Tour lebih baik diupayakan pada musim kemarau.

3.       Aktivitas guru bidang study yang berkait sangat diharapkan bimbinganya ditempat obyek wisata.

4.       Sebaiknya dilokasi yang mengandung sejarah lebih lama daripada waktu dilokasi hiburan.

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. A.    Latar Belakang

            Sejarah adalah serangkaian kejadian-kejadian yang didalamnya terkandung ruang atau

   

Page 36: Bab

masa dan waktu.Mengetahui sejarah bangsa atau suku lain adalah suatu yang wajib begitu juga pemahaman sejarah.Yakni dengan memahami dengan cara Study tour ke tempat-tempat yang berhubungan sejarah.Yogyakarta merupakan tempat yang biasa terbilang penting bagi masyarakat Yogyakarta khususnya.

 

1. B.     Perumusan Masalah

i. Bagaimana sejarah berdirinya candi Borobudur ?

ii. Apasaja yang di tampilkan di Monumen Yogya kembali ?

iii. Bagaimana keadaan sekitar Keraton Yogyakarta ?

iv. Bagaimana sejarah berdirinya candi prambanan ?

v. Kenapa Malioboro menjadi tempat istimewa bagi wisatawan ?

 

1. C.    Tujuan dan Manfaat

i. Melatih siswa mengembangkan tugas secara kelompok.

ii. Melatih siswa untuk memberikan penilaian secara rinci pada masing-masing objek wisata.

iii. Menumbuhkan rasa gotong royong.

iv. Memperluas wawasan dan sejarah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 37: Bab

 

 

 

BAB II

OBJEK WISATA DAN URAIAN

 

1. A.    Sejarah Candi Borobudur   

Sejarah mencatat Borobudur adalah candi terbesar yang pernah dibangun untuk penghormatan terhadap sang Budha. Bayangkan saja bangunannya mencapai 14.000 m persegi dengan ketinggian hingga 35,29 m. Sebuah prasasti Cri Kahuluan yang berasal dari abad IX (824 Masehi) yang diteliti oleh Prof Dr J.G. Casparis, mengungkap silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut berkuasa pada masa itu, yakni Raja Indra, Putranya Samaratungga. Kemudian, putrinya yang bernama Samaratungga Pramodawardhani.

Pada masa Raja Samaratungga inilah mulainya dibangun candi yang bernama: Bhumisan-Bharabudhara, yang diduga berarti timbunan tanah, bukit atau tingkat-tingkat bangunan yang diidentikan dengan sebutan vihara kamulan Bhumisambharabudhara, yang mempunyai arti sebuah vihara nenek moyang dan Dinasti Syailendra di daerah perbukitan.

Letak candi ini memang diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat. Sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau, serta disebelah barat ada Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000 m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti umumnya bangunan candi, Bororbudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, badan dan atas. Bangunan kaki disebut Kamadhatu yang menceritakan tentang kesadaran yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat hawa nafsu, materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat hawa nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang kosong. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kekosongan.

Beberapa Penafsiran Nama Borobudur

Para ahli menafsirkan nama Borobudur berdasarkan literatur-literatur yang ada, diantaranya dari:

1. 1.      Kitab Negara Kertagama

Naskah dari tahun 1365 Masehi yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran Wajardha. Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah Candi Borobudur.

 

Page 38: Bab

1. 2.      Sir Thomas Stamford Raffles

Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang artinya kuno. Tetapi bila dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman kuno”, Budha, dengan demikian Borobudur berarti sang Budha yang Agung, bisa juga Kerana “Bhara” yang artinya banyak, maka Borobudur dapat juga berarti “Budha yang banyak”.

1. 3.      Poerbatjaraka

Boro berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berarti “Biara Budur”.

1. 4.      De Casparis

Bhumi Sambhara Budhara adalah Borobudur, hal ini dapat diterangkan sebagai akibat dari gejala umum dalam bahasa sehari-hari untuk menyingkat serta menyederhanakan ucapan.

1. 5.      Drs. Soedirman

Borobudur berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa Sansekerta “Vihara” yang berarti kompleks candi dan “Budur” dalam bahasa Bali beduhur yang artinya di atas. Jadi Borobudur berarti asrama atau vihara dan kelompok candi yang terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit.

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Struktur Candi Borobudur

 

Penemuan Kembali Candi Borobudur

Pada abad ke 18 Borobudur pernah disebut dalam salah satu kronik Jawa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga disebut dalam naskah lain yang menceritakan seorang Pangeran Yogya yang mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur. Terus pada tahun 1814 di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raffles mengadakan penyelidikan, kemudian dilanjutkan oleh H. C Cornelius seorang perwira zeni pada tahun 1915 dan dilanjutkan oleh Residen Kedu C. L Hartman sampai kelihatan stupa induknya kemudian pada tahun 1885 Ijzerman mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa di belakang batu kaki candi ada lagi kaki candi lain yang ternyata dihiasi dengan pahatan-pahatan relief. Pada pahatan-pahatan tersebut menggambarkan teks

 

   

Page 39: Bab

karmawibangga yaitu teks Budhis yang melukiskan hal-hal yang baik dan buruk, masalah hukum sebab-akibat dari perbuatan manusia.

Penyelamatan Candi Borobudur

1. 1.      Pemugaran Pertama (Van ERP tahun 1907-1911)

Pada tahun 1907 diadakan pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp dan dilaksanakan selama 4 tahun dengan biaya sekitar 100.000 gulden dan sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan. Van ERP melakukan kegiatan diantaranya memperbaiki sistem drainase, saluran-saluran pada bukit dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan.Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya aksi pengrusakan (secara sengaja) yang dilakukan oleh wisatawan asing, kemudian pada tahun 1929 dibentuk panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan relief-reliefnya, panitia ini menyimpulkan ada 3 macam kerusakan yang disebabkan oleh:

1. korosi (disebabkan oleh pengaruh iklim),

2. kerja mekanis (disebabkan olah tangan manusia atau kekuatan lain) dan

3. kekuatan tekanan (disebabkan oleh tekanan batu-batunya, termasuk di antaranya tekanan dari

jutaan manusia yang mengunjunginya).

 2.    Pemugaran Kedua (Tahun 1973-1983)Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur yang yang dibantu oleh UNESCO. Kemudian ditahun 1969 pemugaran Candi Borobudur dimasukan dalam program Repelita, dan pada tanggal 10 Agustus 1973 dimulai kembali pemugaran Candi Borobudur sampai dengan tahun 1975.Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun, dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai penandatanganan prasasti.Ø  Arti Candi BorobudurCandi Borobudur, disamping sebagai lambang tertinggi bagi Agama Buddha Mahayana, stupa Borubudur juga merupakan replika dari kosmologi atau alam semesta, sesuai filsafat Mahayana. Stupa Borubudur Borubudur terdiri dari tiga-dhatu (dhatu disini berarti alam atau loka, Tri-loka berarati Tiga Alam) yaitu: Kama-dhatu, Rupa-dhatu, dan Arupa Dhatu.

Fungsi Candi Borobudur

1. Tempat menyimpan relik atau disebut Dhatugarba

2. Tempat sembahyang bagi umat Budha

3. Merupakan lambing suci bagi umat Budha.

Page 40: Bab

4. Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.

Stupa ada dua macam stupa yaitu :

1. Stupa Induk

Berukuran lebih besar dari stupa–stupa yang lain dan terletak di puncak sebagai mahkota dari seluruh monumen banguna candi Borobudur.

1. Stupa Berlubang

Terdapat pada teras bundar I,II dan III dimana di dalamnya ada 72 buah stupa berlubang.

Relief

Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang dipakai untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Di Eropa, ukiran pada kuil kuno Parthenon juga masih bisa dilihat sampai sekarang sebagai peninggalan sejarah Yunani.

Relief ini bisa merupakan ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari panel relief yang lain, membentuk suatu seri cerita atau ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief ini yang dipakai untuk menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.

Taman Wisata Borobudur

Manohara, Pusat Study Borobudur terletak 200 meter dari Candi Borobudur. Manohara diperuntukkan para wisatawan sebagai tempat singgah sambil menikmati Candi Borobudur. Dilengkapi fasilitas perpustakaan dan berbagai literatur mengenai Candi Borobudur dan juga didukung berbagai informasi dari Kantor Balai Penelitian Purbakala.

Pusat study ini dapat menampung wisatawan yang ingin menginap. Dan juga sangat strategis bagi mereka yang ingin menikmati Candi Borobudur di pagi hari saat matahari terbit. Sunrise tour dimulai dari Manohara di pagi hari, dan tiket masuk dapat diambil di reception. Kamar dengan fasilitas AC dan tersedia koneksi internet Wi-Fi di area loby. Bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata desa di sekitarnya, dapat dengan bersepeda atau jalan kaki. 

Manohara, juga menyediakan restaurant dengan desain bangunan khas Jawa “joglo” dengan pemandangan Candi Borobudur. Restaurant ini menyajikan menu Indonesia dan terbuka untuk para tamu yang menginap maupun untuk umum. Manohara, Pusat study Borobudur, dilengkapi juga dengan fasilitas ruang pertemuan dan konferensi (MICE).

 

 

Gambar 2. Borobudur dilihat dari pelataran sudut barat laut

 

 

Page 41: Bab

Gambar 3. Salah satu ukiran Karmawibhangga

di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)

 

 

1. B.     Sejarah Monumen Yogya Kembali

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikotamadya Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.

Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belpengguna dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Hal ini dapat dipergunakan sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah khususnya Bel pengguna dan merupakan tonggak sejarah yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

 

Ø  Lokasi monumen Yogya kembaliMuseum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kotaYogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.

Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2).

Memasuki area monumen yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota Jogja ini, pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan timur pengunjung bisa melihat dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun menuju pelataran depan kaki gunung Monumen. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya.

Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat jalan menuju bangunan utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang terdiri dari empat

Page 42: Bab

ruang museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI. Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih tersimpan rapi di sana. Di samping itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini berfungsi sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau pesta pernikahan.

Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. Sejumlah peristiwa sejarah seperti perjuangan fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya Presiden dan Wakil Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara Keamanan Rakyat tergambar di relief tersebut. Sedangkan di dalam bangunan, berisi 10 diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.

Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.

Selama ini perjuangan bangsa hanya bisa didengar melalui guru-guru sejarah di sekolah, atau cerita seorang kakek pada cucunya. Monumen Yogya Kembali memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Melihat berbagai diorama, relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang kemerdekaan. Satu tempat yang akan memuaskan segala keingin tahuan tentang perjalanan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.

Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.

Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.

Monumen Yogya Kembali terletak di Jalan Lingkar Utara, dusun Jongkang, desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Didirikan di atas lahan seluas 49.920 . Lokasi ini ditetapkan oleh Sri Paduka Hamengku Buwono IX dengan alternative diantaranya terletak digaris poros antara gunung Merapi – Monumen Yogya Kembali – Tugu Pal Putih – Kraton – Panggung Krapyak – Laut Selatan, yang merupakan “Sumbu Imajiner” yang pada kenyataannya sampai sekarang masih dihormati oleh masyarakat Yogyakarta, dan menurut kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan kemakmuran di tempat ini sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara Belpengguna kearah utara, usaha kesinambungan tata kota kegiatan

Page 43: Bab

dan keserasian Daerah Yogyakarta.

 

1. Taman Dan Sekitarnya

Bila pengunjung masuk Monumen Jogja Kembali melalui Pintu Timur dapat diamati koleksi antara lain :

§ Replika Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo Pambudi,

tanggal 29 juni 1994.

§ Meriam PSU – S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L – 60 kaliber 40 mm. Meriam ini

sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo, Jawa Timur

tanggal 28 April 1996.

§ Replika Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus

pada tanggal 29 juli 1996.

§ Meriam PSU – S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.

§ Logo/lambang.

§ Daftar nama – nama Pahlawan.

 

1. Koleksi Hall Lantai Satu

Lantai pertama terdiri dari :

Ruang Pengelola atau Ruang Bagian Umum

Ruang Perpustakaan 

Ruang Serbaguna

Ruang Bagian Operasional

Ruang Souvenir

Hall lantai 1 ini dipamerkan koleksi antara lain :

§ Patung Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.

§ Panil foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.

§ Patung foto Imam Bonjol ( 1722 – 1864 ).

§ Meriam Jugo M – 48.

§ Dokar Tentara Pelajar.

§ Patung Nyi Ageng Serang.

Page 44: Bab

§ Meriam PSU akan Bofors.

§ Patung Teungku Umar ( 1854 – 1899 ).

§ Patung Tjut Nya dien ( 1850 – 1908 ).

§ Meriam PSU Ourlikon Kal. 20 mm.

§ Meriam Jugo M-48 kal. 76 mm.

§ Panil Dinding foto kegiatan Tentara Pelajar.

§ Dinding Ruang Serbaguna.

1. Koleksi Museum

Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ”Seputar Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949 “.

§ Evokatif Dapur Umum

§ Evokatif Palang Merah Indonesia

§ Peta Timbul Route Konsolidasi Kompenggunan WK III

§ Peta Timbul Pembagian Wilayah Wehrkreis III

§ Alat Cetak Proef

§ Unit Caraka

§ Seperangkat Meja Kursi Tamu

§ Peta Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949

§ Potret Diri Para Kompenggunan Sub Wehrkreis III

§ Seperangkat Meja Kursi

§ Vitrin Sudut

§ Dinding Ruang Museum Sebelah Utara

§ Meja Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX

§ Meja Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII

§ Bagan Susunan Pemerintahan

 

Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ” Yogya Sebagai Ibukota Negara republik Indonesia “.

§ Patung Dada Ir. Soekarno

§ Patung Dada drs. Moh. Hatta

Page 45: Bab

§ Teks Proklamasi

§ Foto Dokumen kegiatan Presiden dan Wakil Presiden di Yogyakarta

§ Tempat Tidur Presiden Soekarno

§ Foto Dokumen kegiatan Presiden Bersama keluarga dan Wakil Presiden di Yogyakarta

§ Patung Dada Ki Hadjar Diwantara

§ Patung Dada Kyai Haji Mas Mansyur

§ Peta Timbul Wilayah RIS

§ Meja dan Kursi Tamu Wakil Presiden Moh. Hatta

§ Potret Diri Tokoh Pimpinan Republik Indonesia

§ Kursi Kerja Komite Nasional Indonesia daerah

§ Foto Dokumen Kegiatan KNID dan KNIP

 

 

 

 

1. Koleksi Relief Dan Diorama

  Koleksi Relief :

§ Relief 01, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan

Timur No. 56 Jakarta

§ Relief 02, Gema Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta 05 September 1945

§ Relief 03, Petrempuran Kota Baru, 07 Oktober 1945 di Butai Kotabaru Yogyakarta

§ Relief 04, Kongres Pemuda di Balai Mataram Yogyakarta, 10 November 1945

§ Relief 05, Pemilihan Panglima Besar TKR di Yogyakarta, 12 November 1945

§ Relief 06, Serangan Udara Sekutu di Kota Yogyakarta, 27 November 1945

§ Relief 07, Yogyakarta Menjadi Ibukota Republik Indonesia, 04 Januari 1946

§ Relief 08, berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada di Yogyakarta, 03 maret 1946

§ Relief 09, Pengawalan dan Pengangkutan Tawanan Jepang di Yogyakarta, 28 April 1946

§ Relief 10, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Yang Pertama di Yogyakarta, 17

Agustus 1946

§ Relief 11, Hari Ulang Tahun Pertama Angkatan Perang REpublik Indonesia di Yogyakarta, 05

Page 46: Bab

Oktober 1946

§ Relief 12, Peringatan 6 Bulan Berdirinya Militer Akademi di Yogyakarta, 06 Oktober 1946

§ Relief 13, Perjanjian Linggar Jati, 15 November 1947

§ Relief 14, Pelantikan Pucuk Pimpinan TNI, 28 juni 1947

§ Relief 15, Persiapan Serangan Balas Angkatan Udara Republic Indonesia, 29 Juli 1947

§ Relief 16, Kapal Selam yang Petama di Indonesia, Juli 1947

§ Relief 17, Notulen Kaliurang, 13 Januari 1948

§ Relief 18, Penpenggunatanganan Perjanjian Renvile, 17 Januari 1948

§ Relief 19, Pasukan Hijrah Tiba di Yogyakarta, Februari 1948

§ Relief 20, Bantuan Obat-obatan dari Mesir, 05 Maret 1948

§ Relief 21, Pemberantasan Buta Huruf di Yogyakarta, April 1948

§ Relief 22, Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun, Tanggal 18 s/d 30 September 1948

§ Relief 23, Panglima Besar Jendral Soederman Menyusun Surat Perintah Kilat, 19 Desember

1948

§ Relief 24, Perlawana TNI dan Polisi Negara di Desa Janti, Yogyakarta, 19 Desember 1948

§ Relief 25, Serangan Balas Terhadap Kedudukan Tentara Belpengguna di Kota Yogyakarta, 29

Desember 1948

§ Relief 26, Markas Besar Komando Jawa di Desa Boro, Kabupaten Kulon Progo, Januari 1949

§ Relief 27, penghancuran Jembatan kalipentung, Februari 1949

§ Relief 28,29,30,31, Serangan Umum 01 Maret 1949 di Yogyakarta

§ Relief 32, Jendral mayor Meiyer Mengancam Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 03 Maret 1949

§ Relief 33, Penghadangan Konvoi Tentara Belpengguna di Desa serut, Prambanan, 15 Maret

1949

§ Relief 34, Penarikan Mundur Tentara Belpengguna dari Kota Yogyakata, 29 Juni 1949

§ Relief 35,36, TNI, Polisi, Gerilyawan Masuk Kota Yogyakarta, 29 Juni 1949

§ Relief 37, Pimpinan Negara Kembali ke Ibu Kota Yogyakarta, 06 Juli 1949.

§ Relief 38, Panglima Besar Soederman tiba di Yogyakarta, 10 Juli 1949

§ Relief 39, Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta, 19 Juli 1949

§ Relief 40, Presiden Soekarno Kembali ke Jakarta, 28 Desember 1949.

 

Page 47: Bab

Koleksi Diorama :

§ Diorama 1, Penyerbuan Rakyat Belpengguna Terhadap Lapangan Terbang Maguwo, 19

Desember 1948

§ Diorama 2, Panglima Besar Soederman Melapor Kepada Presiden RI untuk Memimpin Perang

Gerilya, 19 Desember 1948

§ Diorama 3, Presiden dan Wakil Presiden dan Para Pimpinan lainnya Diasingkan ke Sumatera,

22 Desember 1948

§ Diorama 4, Perlawanan Rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia Terhadap Belpengguna,

23 Desember 1948

§ Diorama 5, Konsolidasi dan Pembentukan sector Pertahanan di Ngoto, 23 dan 26 Desember

1948

§ Diorama 6, Serangan Umum 1 Maret 1949

§ Diorama 7, Penpenggunatanganan Roem-Roijen Statement, 29 Juni 1949

§ Diorama 8, Penarikan Tentara Belpengguna dari Yogyakarta, 17 Agustus 1949.

 

5. Garbha Graha    

§ Unit Bendera Pusaka

§ Unit Relief Simbolik

§ Unit Kata Mutiara ( Pesan Pelaku Pejuang )

 

 

Gambar 4. Rana di pintu masuk museum

 

Gambar 5. Monumen Yogya Kembali

 

1. C.    Keraton Yogyakarta

Penamaan

Keraton atau Kraton, berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Sedang arti lebih luas, diuraikan secara sederhana, bahwa seluruh struktur dan bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa yang essensial, yakni Sangkan

Page 48: Bab

Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).

Garis besarnya, wilayah Kraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik, sehingga bisa dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya manusia dari tempat tinggi ke alam fana, dan sebaliknya sebagai proses kembalinya manusia ke sisi Dumadi (Tuhan dalam pandangan Jawa). Sedangkan Kraton sebagai jasmani dengan raja sebagai lambang jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani.

Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan wanita. Sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambang manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi). Secara sederhana, Tugu perlambangan Lingga (laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni (perempuan). Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.

Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing

Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.

Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.

Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.

Setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi diberi wilayah Yogyakarta. Untuk menjalankan pemerintahannya, Pangeran Mangkubumi membangun sebuah istana pada tahun 1755 di wilayah Hutan Beringan. Tanah ini dinilai cukup baik karena diapit dua sungai, sehingga terlindung dari kemungkinan banjir. Raja pertama di Kesultanan Yogyakarta adalah Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I).

 

Makna Tata Ruang Kraton Yogyakarta

Page 49: Bab

Setelah diguncang gempa tahun 1867, Kraton mengalami kerusakan berat. Pada masa HB VII tahun 1889, bangunan tersebut dipugar. Meski tata letaknya masih dipertahankan, namun bentuk bangunan diubah seperti yang terlihat sekarang

Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus, ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti).

Tatanan Kraton sama seperti Kraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Kraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam), berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan. Tatanan spasial Kraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.

Dari utara ke selatan area Kraton berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi).

Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.

Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan hawa sanga.

Kesakralan setiap bangunan Kraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut.

Alun-Alun, Pagelaran, dan Siti Hinggil, pada tempat ini Sultan hanya hadir tiga kali dalam setahun, yakni pada saat Pisowan Ageng Grebeg Maulud, Sawal dan Besar. Serta kesempatan yang sangat insidental yang sangat khusus misal pada saat penobatan Sultan dan Penobatan Putra Mahkota atau Pangeran Adipati Anom.

Kraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Kraton umumnya. Tetapi bila kita mendalami Kraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.

 

Page 50: Bab

 

 

 

 

 

 

Gambar 6. Keraton Yogyakarta

 

 

 

Gambar 7. Tiang Kraton Yogyakarta

 

1. D.     Sejarah Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh  raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar. Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu: Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna; Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang

       

   

   

 

Page 51: Bab

suatu “gugusan candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.

Dari uraian diatas yang menarik adalah peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.

Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Siwargrarha dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, gugusan candi yang dibangun pusatnya dipagari tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya terdapat pada candi Prambanan.Disebutkan pula candi Perwara sama dalam bentuk dan ukuran. Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing didekat pintu masuk utara dan selatan.Keterangan mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan aliran sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa Klurak dan Bogem. Dengan demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.

Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah Prambanan, kondisi ini semakin parah dengan terjadinya gempa bumi dan beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang berserakan. Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar.

Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga

Page 52: Bab

itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosokBennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atauPha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

 

 

 

Gambar 8. Candi Prambanan

 

 

Gambar 9. Struktur Candi Prambanan

 

 

1. E.     Malioboro

Inilah pasar sore Malioboro. Pasar ini terletak di sebelah utara Benteng Vredenburg di kawasan Malioboro. Lebih dari 20 pedagang menempati pasar sore sejak tahun 2000. Sebelumnya, para pedagang tersebut menggelar dagangan di depan Benteng Vredenburg dan Pemkot Jogjakarta akhirnya meminta mereka pindah ke lokasi parkir di sisi selatan Pasar Beringharjo itu. Pasar Sore

Page 53: Bab

Malioboro ini menunjukkan aktivitas sejak pukul 17.00 WIB. Mayoritas pedagang di Pasar Sore Malioboro berdagang berbagai macam jenis dan bentuk pakaian untuk semua umur, tas, sandal, sepatu, dan oleh-oleh khas Jogjakarta seperti bakpia, geplak, dan sebagainya. Menurut Ny Suwar, salah satu pedagang di sana, pasar sore selalu ramai pada saat liburan sekolah dan khususnya liburan Hari Raya Lebaran. Untuk liburan Tahun Baru banyak juga pembeli, namun keramaian umumnya hanya berlangsung 1-2 hari saja. Pada saat ramai, menurut Ny Suwar, dia bisa menjual sampai 5 kodi pakaian.

Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.

Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang atau benda khas Jogja sebagai souvenir atau oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok atau garpu perak, blangkon batik (semacan topi khas Jogja atau Jawa), kaos dengan berbagai model atau tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.

Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, Tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro.

Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, Tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penamaan jalan tersebut.

Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.

Menikmati pengalaman berbelanja, berburu cinderamata khas Jogja, wisatawan bisa berjalan kaki sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Sepanjangarcade, wisatawan selain bisa berbelanja dengan tenang dalam kondisi cerah maupun hujan, juga bisa menikmati pengalaman belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Jika beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya.

Jangan lupa untuk menyisakan sedikit tenaga. Masih ada pasar tradisional yang harus dikunjungi. Di tempat yang dikenal dengan Pasar Beringharjo, selain wisatawan bisa menjumpai barang-

Page 54: Bab

barang sejenis yang dijual di sepanjang arcade, pasar ini menyediakan beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Selain produk lokal Jogja, juga tersedia produk daerah tetangga seperti batik Pekalongan atau batik Solo. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah.

Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisatawan.

Di penghujung jalan “karangan bunga” ini, wisatawan dapat mampir sebentar di Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan Kraton. Seperti lazimnya setiap benteng, tempat yang dibangun tahun 1765 ini berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli. Dari menara paling selatan, YogYES sempat menikmati pemandangan ke Kraton Kesultanan Yogyakarta serta beberapa bangunan historis lainnya. Sedangkan Gedung Agung yang terletak di depannya pernah menjadi tempat kediaman Kepala Administrasi Kolonial Belanda sejak tahun 1946 hingga 1949. Selain itu sempat menjadi Istana Negara pada masa kepresidenan Soekarno ketika Ibukota Negara dipindahkan ke Yogyakarta.

Saat matahari mulai terbenam, ketika lampu-lampu jalan dan pertokoan mulai dinyalakan yang menambah indahnya suasana Malioboro, satu persatu lapak lesehan mulai digelar. Makanan khas Jogja seperti gudeg atau pecel lele bisa dinikmati disini selain masakan oriental ataupun sea food serta masakan Padang. Serta hiburan lagu-lagu hits atau tembang kenangan oleh para pengamen jalanan ketika bersantap. Bagi para wisatawan yang ingin mencicipi masakan di sepanjang jalan Malioboro, mintalah daftar harga dan pastikan pada penjual, untuk menghindari naiknya harga secara tidak wajar.

Mengunjungi Yogyakarta yang dikenal dengan “Museum Hidup Kebudayaan Jawa”, terasa kurang lengkap tanpa mampir ke jalan yang telah banyak menyimpan berbagai cerita sejarah perjuangan Bangsa Indonesia serta dipenuhi dengan beraneka cinderamata. Surga bagi penikmat sejarah dan pemburu cinderamata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

       

 

 

 

 

Page 55: Bab

 

Gambar 10. Suasana Pasar Malioboro

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

1. A.    Simpulan

Dari keterangan-keterangan yang kami uraikan di muka mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek wisata yang ada di Yogyakarta, maka berdasarkan hal tersebut kami dapat menarik kesimpulan bahwa:

v  Borobudur adalah candi terbesar yang pernah dibangun untuk penghormatan terhadap sang Budha. Bayangkan saja bangunannya mencapai 14.000 m persegi dengan ketinggian hingga 35,29 m. Sebuah prasasti Cri Kahuluan yang berasal dari abad IX (824 Masehi) yang diteliti oleh

Page 56: Bab

Prof Dr J.G. Casparis, mengungkap silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut berkuasa pada masa itu, yakni Raja Indra, Putranya Samaratungga. Kemudian, putrinya yang bernama Samaratungga Pramodawardhani.\

v  Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.

v  Keraton atau Kraton, berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Sedang arti lebih luas, diuraikan secara sederhana, bahwa seluruh struktur dan bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa yang essensial, yakni Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).

v  Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

v  Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.

 

 

1. B.     Saran

         – Diharapkan semua sadar bahwa kepentingan study tour para siswa,dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah kebudayaan bangsa.

         - Diharapkan ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan serta bermanfaat khususnya siswa Mts Utama dan umumnya pada pembaca.

 

1. C.    Penutup

          Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, kerjasama dan kesabaran pembimbing juga motivasi dari semua pihak sehingga penyusun berhasil menyelesaikan karya tulis yang semoga bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca semuanya. Amin…

 

 

Page 57: Bab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://blog.re.or.id/sejarah-singkat-monumen-yogya-kembali.htm

http://chapuccino.wordpress.com/2009/04/11/monumen-jogja-kembali-monjali-sejarah-

Page 58: Bab

bangsa-yang-tiada-akhir/

http://djogjakarta.blogdetik.com/hr/candi-prambanan/

http://jogjanews.com/2009/07/20/pasar-sore-malioboro-alternatif-belanja-malam-di-malioboro/

http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur

http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan

http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembali

http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur

http://www.tembi.org/keraton_yogja/

http://www.wisatamelayu.com/id/object.php?a=RExtL3NaWC9P=&nav=geo

http://www.wisatanesia.com/2010/05/kraton-yogyakarta.html

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/museum-and-monument/monjali/

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage- http:// www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/

sight/kraton/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 59: Bab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

      

 

 

 

   

Page 60: Bab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Seluruh Anggota Kelompok Bersama Guru Pembimbing*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 10. Suasana Pasar Malioboro

 

 

 

 

 

   

Page 61: Bab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

1. A.    Simpulan

Dari keterangan-keterangan yang kami uraikan di muka mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek wisata yang ada di Yogyakarta, maka berdasarkan hal tersebut kami dapat menarik kesimpulan bahwa:

v  Borobudur adalah candi terbesar yang pernah dibangun untuk penghormatan terhadap sang Budha. Bayangkan saja bangunannya mencapai 14.000 m persegi dengan ketinggian hingga 35,29 m. Sebuah prasasti Cri Kahuluan yang berasal dari abad IX (824 Masehi) yang diteliti oleh Prof Dr J.G. Casparis, mengungkap silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut berkuasa pada masa itu, yakni Raja Indra, Putranya Samaratungga. Kemudian, putrinya yang bernama Samaratungga Pramodawardhani.\

v  Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.

v  Keraton atau Kraton, berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Sedang arti lebih luas, diuraikan secara sederhana, bahwa seluruh struktur dan bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa yang essensial, yakni Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).

Page 62: Bab

v  Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

v  Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.

 

 

1. B.     Saran

         – Diharapkan semua sadar bahwa kepentingan study tour para siswa,dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah kebudayaan bangsa.

         - Diharapkan ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan serta bermanfaat khususnya siswa Mts Utama dan umumnya pada pembaca.

 

1. C.    Penutup

          Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, kerjasama dan kesabaran pembimbing juga motivasi dari semua pihak sehingga penyusun berhasil menyelesaikan karya tulis yang semoga bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca semuanya. Amin…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 63: Bab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://blog.re.or.id/sejarah-singkat-monumen-yogya-kembali.htm

http://chapuccino.wordpress.com/2009/04/11/monumen-jogja-kembali-monjali-sejarah-bangsa-yang-tiada-akhir/

http://djogjakarta.blogdetik.com/hr/candi-prambanan/

http://jogjanews.com/2009/07/20/pasar-sore-malioboro-alternatif-belanja-malam-di-malioboro/

http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur

http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan

http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembali

http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur

http://www.tembi.org/keraton_yogja/

http://www.wisatamelayu.com/id/object.php?a=RExtL3NaWC9P=&nav=geo

Page 64: Bab

http://www.wisatanesia.com/2010/05/kraton-yogyakarta.html

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/museum-and-monument/monjali/

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage- http:// www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/

sight/kraton/