bab4 dan5

download bab4 dan5

of 30

Transcript of bab4 dan5

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    1/30

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Industri mebel kayu Sinar Harapan merupakan indusrti rumahan

    yang memproduksi furniture-furniture seperti lemari, meja, kursi, kitchen

    set, rak, kusen dan lain-lain. Industri rumahan ini terletak di wilayah

    Karang Paci Kecamatan Sungai Kunjang. Industri mebel kayu Sinar

    Harapan dimiliki oleh keluarga Haji Hasan dan telah berdiri sejak tahun

    1992 dengan jumlah karyawan awal sebanyak 4 orang. Seiring

    berjalannya waktu, usaha meubel melakukan ekspansi barang produksi

    hingga ke luar kota seperti Tenggarong dan Bontang sampai mampu

    memberdayakan warga sekitar untuk menjadi pekerja sehingga jumlah

    pekerja berjumlah 32 orang.

    Pada dasarnya, pembuatan mebel dari kayu melalui lima proses

    utama, yaitu proses penggergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses

    penyiapan komponen, proses perakitan dan pembentukkan ( bending ) dan

    proses akhir (finishing) . Kelima proses pembuatan meubel tersebut sangat

    berhubungan dengan antropometri tubuh dalam sikap saat bekerja

    sehingga sikap kerja tubuh yang salah dalam bekerja dapat menimbukan

    kelelahan kerja. Misalnya sikap kerja berdiri ketika menyerut kayu dengan

    ketam mekanik yang membutuhkan penekanan. Sikap kerja tubuh berdiri

    dengan menggunakan penekanan harus sesuai tinggi siku pekerja ke

    meja kerja sesuai dengan kaidah antropometri.

    55

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    2/30

    Kebisingan sangat tinggi ditemukan pada beberapa alat produksi

    seperti mesin gergaji dan mesin serut kayu. Menurut wawancara dan

    observasi yang dilakukan, pekerja tidak menggunakan APD (Alat

    pelindung Diri) berupa ear plug atau ear muff padahal pekerja merasa

    bahwa kebisingan yang ditimbulkan alat produksi berpengaruh terhadap

    konsentrasi mereka dalam bekerja. Warga sekitar juga sebenarnya

    merasa terganggu dengan bising tersebut, namun mereka sudah terbiasa

    dengan suara tersebut. Dilihat dari kondisi perlatan atau mesin-mesin

    produksi dapat dikatakan kurang baik karena kondisi mesin sudah

    berumur lebih dari 5 tahun.

    Kondisi industri mebel terletak di pinggir jalan di dalam gang.

    Tempat bekerja didirikan di bangunan yang terbuat dari kayu dan sangat

    terbuka sehingga sirkulasi udara cukup baik dan sinar matahari dapat

    langsung masuk ke dalam ruangan karena tidak ada pohon-pohon di

    sekitar tempat kerja sehingga tidak dapat manahan sinar matahari yang

    masuk ke tempat kerja. Hal ini akan dirasa sangat baik apabila pagi hari

    karena pekerja dapat menerima matahari yang sehat secara langsung

    namun akan berpengaruh secara signifikan terhadap tubuh pada siang

    hari karena panas matahari. Hal ini didukung dengan atap bangunan yangterbuat dari bahan seng dan tidak mempunyai plafon. Keadaan tersebut

    akan sangat berpengaruh terhadap kondisi suhu tubuh pekerja sehingga

    dapat mempengaruhi kelelahan pekerja karena evaporasi keringat yang

    keluar karena panas matahari.

    56

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    3/30

    2. Karakteristik Responden

    Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis

    kelamin responden, kelompok umur responden dan lama bekerja

    atau masa kerja responden.

    a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

    Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pekerja

    mebel Sinar Harapan ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Pekerja Mebel Sinar Harapan Tahun 2011

    No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase(%)1 Laki-laki 26 81,252 Perempuan 6 18,75

    Jumlah 32 100Sumber : Data primer

    Berdasarkan dari tabel distribusi di atas diketahui bahwa dari

    32 sampel responden dengan proporsi jenis kelamin laki-laki

    sebanyak 26 responden atau dengan persentase 81,25%

    sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak

    6 responden atau 18,75%.

    b. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur

    Karakteristik responden berdasarkan umur pekerja mebel

    Sinar Harapan ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

    57

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    4/30

    Tabel 4.2Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pekerja Mebel Sinar Harapan Samarinda Tahun 2011

    No. Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Presentase(%)1 25-30 10 31,252 31-36 9 28,13 37-42 10 31,254 43-48 3 9,4

    Jumlah 32 100Sumber : Data primer

    Berdasarkan dari tabel distribusi di atas diketahui bahwa dari

    32 sampel responden dengan proporsi terbanyak adalah pada

    umur 25-30 tahun dan 37-42 tahun, yaitu sebanyak 10 orang

    pekerja atau sebanyak 31,25% dari total sampel dan proporsi umur

    terkecil adalah 43-48 tahun yaitu sebanyak 3 orang pekerja dengan

    persentase 9,4% dari total sampel responden yang diteliti.

    c. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

    Masa kerja atau lamanya waktu kerja dari responden atau

    pekerja mebel Sinar Harapan Samarinda dapat dilihat pada tabel

    berikut ini :

    Tabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pekerja

    Mebel Sinar Harapan Samarinda Tahun 2011

    No. Masa KerjaResponden (Tahun) FrekuensiPresentase

    (%)1 1-3 5 15,62 4-6 10 31,33 7-9 7 21,94 10-12 7 21,95 13-16 3 9,4

    Jumlah 32 100Sumber : Data primer

    58

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    5/30

    Berdasarkan dari tabel distribusi di atas, dapat diketahui

    bahwa masa kerja responden terlama adalah masa kerja 4-6 tahun

    dengan frekuensi sebanyak 10 orang pekerja dan dengan

    persentase 31,3%. Masa kerja dengan frekuensi terendah yaitu

    pada 13-16 tahun dengan frekuensi sebanyak 3 orang pekerja.

    3. Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk

    memperoleh gambaran dari tiap-tiap variabel yang digunakan dalam

    penelitian dan data yang dianalisis merupakan data yang berasal dari

    hasil dan distribusi setiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian

    ini adalah kebisingan, iklim kerja, sikap kerja dan kelelahan kerja.

    a. Kebisingan

    Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki karena

    tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat

    menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan

    manusia.

    Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan dengan

    satuan dBA di Mebel Sinar Harapan dengan menggunakan alatSound Level meter di dapatkan hasil sebagai berikut :

    59

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    6/30

    Tabel 4.4Hasil Pengukuran Kebisingan Dengan Menggunakan Sound Level

    Meter di Mebel Sinar Harapan Karang Paci Tahun 2011

    No Lokasi Sumber TKTerpajanNilaiKebisingan

    (dBA)

    NAB(85 dBA) Keterangan

    1 PemotongankayuGergajimesin Pekerja 98 >85 dBA

    TidakNormal

    2 PemotongankayuGergajimesin Pekerja 97 >85 dBA

    TidakNormal

    3 PemotongankayuGergajimesin Pekerja 99 >85 dBA

    TidakNormal

    4 Produksi Ketammekanik Pekerja 92 >85 dBATidak

    Normal

    5 Produksi Ketammekanik Pekerja 90 >85 dBATidak

    Normal

    6 Produksi Ketammekanik Pekerja 89 >85 dBATidak

    Normal

    7 Pengamplasan Ketammekanik Pekerja 82

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    7/30

    b. Iklim Kerja

    Iklim kerja merupakan kombinasi dari suhu udara,

    kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi

    lingkungan.

    Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja menggunakan alat

    Questemp 32 o dengan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola

    (ISBB) di Mebel Sinar Harapan pada 3 titik pengukuran dengan

    menggunakan alat pengukur ISBB didapatkan hasil sebagai

    berikut :

    Tabel 4.5Hasil Pengukuran Iklim Kerja dengan menggunakan Indeks SuhuBasah dan Bola di Mebel Sinar Harapan Karang Paci Tahun 2011

    No LokasiWaktupengukuran

    DB(oC)

    WB(oC)

    GB(oC)

    WBGT(oC)

    Kec.Angin(m/s)

    RH(%) Ket.

    1. BagianPemotonganKayu

    11.10 32,7 26,9 36,5 28 0,91 86 < NAB

    2. BagianProduksi 11.40 34,1 28,2 39,9 32,2 0,57 62 > NAB

    3. BagianPengamplasan

    12.25 32,8 27 34,4 31,1 0,92 72 > NAB

    Sumber : Data primer (pengukuran)

    Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran iklim kerja

    dengan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) pada

    Mebel Sinar Harapan mengalami keadaan tidak normal atau di

    atas Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan oleh

    Kep.Menaker No.51 Tahun 1999 tentang iklim kerja ISBB yaitu

    dengan 75% waktu kerja dan 25% istirahat dan beban kerja

    61

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    8/30

    sedang sebesar 28 oC. Titik pengukuran dengan hasil ISBB

    tertinggi pada bagian Produksi adalah 32,2 oC dengan.

    Kelembaban 62% dan kecepatan angin sebesar 0,57 dominan

    utara. Sedangkan titik pengukuran dengan hasil terendah dan di

    bawah NAB atau dalam keadaan normal adalah pada titik

    pengukuran pada bagian pemotongan kayu yaitu 28 oC dengan

    kelembaban yang sama yaitu 68% dan kecepatan angin 0,19

    dominan utara.

    b. Sikap Kerja

    Berikut adalah hasil observasi sikap kerja pekerja saat

    bekerja dengan kriteria sikap duduk, sikap berdiri dan sikap

    mengangkat :

    Tabel 4.6Hasil Observasi Sikap Kerja Saat Bekerja Pekerja Mebel

    Sinar Harapan Karang Paci Tahun 2011

    No Sikap Kerja

    Hasil Observasi

    JumlahErgonomis Tidak Ergonomis

    Frekuensi Persentase(%) FrekuensiPersentase

    (%)1 Duduk 0 0 11 34,3 112 Berdiri 2 6,25 10 31,25 12

    3 Mengangkat 0 0 9 28,12 9Total 2 6,25 30 93,75 32

    Sumber : Data primer

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sikap kerja saat

    duduk dan mengangkat pada semua pekerja bekerja dengan

    tidak sesuai kaidah antropometris dengan jumlah frekuensi

    pekerja dengan sikap kerja duduk 11 orang tidak ergonomis

    62

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    9/30

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    10/30

    Berdasarkan dari tabel 4.7 di atas diketahui bahwa 75%

    dengan frekuensi 24 responden merupakan ketegori KKS

    (Kelelahan Kerja Sedang). Sedangkan dalam kategori KKR

    (Kelelahan Kerja Ringan) sebanyak 8 responden dan

    persentase sebesar 25%.

    4. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat ini digunakan untuk mencari hubungan variabel

    bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini adalah mencari hubungan

    antara kebisingan, iklim kerja dan sikap tubuh saat bekerja terhadap

    kelelahan kerja pada pekerja mebel Sinar Harapan Karang Paci

    Samarinda.

    a. Hubungan Kebisingan Terhadap Kelelahan Kerja

    Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari

    molekul-molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain

    secara terkoordinasi sehingga menimbulkan gelombang dan

    meneruskan energi serta sebagian dipantulkan kembali.

    Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki karena

    tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapatmenimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan

    manusia (Salim, 2002).

    Berikut adalah analisisis hubungan antara kebisingan yang

    terjadi di Mebel Sinar Harapan dengan tingkat kelelahan kerja

    pekerja Mebel Sinar Harapan.

    64

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    11/30

    Tabel 4.8Hubungan Kebisingan Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja

    Mebel Sinar Harapan Karang PaciSamarinda Tahun 2011

    No Kebisingan

    Kelelahan KerjaTotal

    P ValueSedang Ringan

    n % n % N %1 Tidak Normal 22 91,7 5 62,5 27 84,4

    0,035 2 Normal 2 8,3 3 37,5 5 15,6

    Total 2 100 30 100 32 100Sumber : Data primer terolah

    Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan Pekerja yang terpapar

    kebisingan tidak normal (di atas NAB = >85 dBA) dengan

    Kelelahan Kerja Sedang (KKS) adalah sebanyak 22 responden

    yang diteliti dengan persentase 91,7% sedangkan pekerja yang

    terpapar kebisingan normal atau di bawah NAB adalah adalah

    sebanyak 2 responden dengan persentse 8,3% pada pekerja

    yang mengalami Kelelahan Kerja Sedang (KKS) .Dari hasil uji chi square dengan = 0,05 diperoleh nilai p =

    0,035 < , maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

    hubungan yang bermakna antara keadaan kebisingan dengan

    Kelelahan kerja pada pekerja Mebel Sinar Harapan Karang Paci.

    b. Hubungan Iklim Kerja Terhadap Kelelahan Kerja

    Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban

    udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari

    keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh

    tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan, 2007).

    65

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    12/30

    Analisis hubungan antara iklim kerja ISBB dengan kelelahan

    kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Koperasi TKBM

    Samudera Pelabuhan Samarinda.

    Tabel 4.9Hubungan Iklim Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja

    Mebel Sinar Harapan Karang PaciSamarinda Tahun 2011

    No Iklim Kerja

    Kelelahan KerjaTotal

    P ValueSedang Ringann % n % N %

    1 Tidak Normal 17 73,9 6 75 23 71,9 1,000 2 Normal 7 29,2 2 25 9 28,1

    Total 24 100 8 100 32 100 Sumber : Data primer terolah

    Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan pekerja yang terpapar

    dengan iklim ISBB tidak normal (di atas NAB) dengan Kelelahan

    Kerja Sedang (KKS) adalah sebanyak 17 responden yang diteliti

    dengan persentase 73,9% sedangkan pekerja yang terpapar iklim

    kerja ISBB normal atau di bawah NAB adalah adalah sebanyak 7

    responden dengan persentse 29,2% pada pekerja yang

    mengalami Kelelahan Kerja Sedang (KKS) .

    Dari hasil uji chi square dengan = 0,05 diperoleh nilai p =

    1,000 > , maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

    tidak ada hubungan yang bermakna antara keadaan kebisingan

    dengan Kelelahan kerja pada pekerja Mebel Sinar Harapan

    Karang Paci.

    66

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    13/30

    c. Hubungan Sikap Kerja Fisik Terhadap Kelelahan Kerja

    Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang

    ergonomis, perlu adanya sarana kerja seperti tempat duduk dan

    meja kerja, mesin-mesin yang ukurannya sesuai dengan ukuran

    antropometri orang Indonesia pada umumnya (Nurmianto, 2003).

    Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik

    adalah yang memeberikan rasa nyaman, aman, sehat dan

    selamat dalam bekerja.

    Hasil analisis hubungan antara sikap tubuh saat bekerja

    terhadap kelelahan kerja pada pekerja Mebel Sinar Harapan

    Karang Paci Samarinda adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.10Hubungan Sikap Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja

    Mebel Sinar Harapan Sungai KunjangSamarinda Tahun 2011

    NoSikap TubuhSaat Bekerja

    Kelelahan KerjaTotal

    P ValueSedang Ringan

    n % n % N %

    1 TidakErgonomis 22 91,7 8 100 30 93,8 0,017 2 Ergonomis 2 8,3 0 0 2 6,2

    Total 24 100 8 100 32 100

    Sumber : Data primer terolah

    Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan pekerja yang bekerja

    dengan sikap kerja yang tidak ergonomis atau tidak sesuai

    dengan kaidah antropometris pada sikap duduk, sikap berdiri dan

    sikap mengangkat terhadap Kelelahan Kerja Sedang (KKS)

    adalah sebanyak 22 responden yang diteliti dengan persentase

    67

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    14/30

    91,7% sedangkan pekerja yang bekerja secara ergonomis

    adalah sebanyak 2 responden dengan persentse 8,3% pada

    pekerja yang mengalami Kelelahan Kerja Sedang (KKS) .

    Hasil dari uji chi square dengan = 0,05 diperoleh bahwa

    nilai p = 0,017 < , maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

    yang bermakna antara sikap kerja terhadap kelelahan kerja pada

    pekerja Mebel Sinar Harapan Karang Paci Samarinda.

    B. Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan serta analisis data

    yang telah dilakukan maka pembahasan dari hasil yang telah

    didapatkan adalah sebagai berikut :

    1. Kebisingan Terhadap Kelelahan Kerja Pekerja Mebel

    Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena

    tidak sesuai konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan

    gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Bunyi

    yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yangbergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan

    molekul-molekul udara disekitarnya sehingga molekul-molekul

    udara ikut bergetar (Sasongko, 2000).

    68

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    15/30

    Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep.

    51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisik Di Tempat Kerja, NAB

    kebisingan yang diperkenankan di Indonesia adalah 85 dB

    (Sumamur, 1996).

    Penelitian kebisingan dalam penelitian ini adalah lingkungan

    fisik dengan sumber bising yang berasal dari alat-alat produksi

    pada mebel Sinar Harapan. Alat-alat produksi yang dimaksud

    seperti ketam mekanik dan gergaji mekanik. Kebisingan yang

    ditimbukan oleh alat-alat produksi tersebut dapat mengganggu

    pekerja sehingga pekerja mengalami gangguan konsentrasi dan

    menyebabkan stres atau kelelahan umum. Menurut Nurmianto

    (2003) kelelahan umum merupakan konsep dimana beberapa

    kondisi bergabung ke dalam sejumlah kelelahan lain yang sama

    rumitnya dalam mendefinisikan secara tepat stress, kebosanan,

    depresi dan lain-lain.

    Berdasarkan hasil uji analisis chi square pada tabel 4.8

    dapat dilihat nilai p = 0,035 (lebih kecil dari = 0,05) yang artinya

    hipotesis penelitian diterima atau ada hubungan antara kebisingan

    terhadap kelelahan kerja pada pekerja mebel Sinar HarapanKarang Paci Samarinda. Adanya hubungan antara kebisingan

    terhadap kelelahan kerja dapat dilihat dari hasil pengukuran

    kebisingan terhadap sumber bising di lingkungan kerja Mebel Sinar

    Harapan.

    69

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    16/30

    Pengukuran kebisingan ditentukan di 9 titik pengukuran dan

    didapatkan hasil pengukuran di atas nilai ambang batas

    berdasarkan Kep.Menaker Tahun 1999 No.51 tentang kebisingan

    sebanyak 6 titik pengukuran. Berdasarkan tabel 4.4, hasil

    pengukuran pada 3 bagian pengamplasan menunjukkan hasil yang

    normal atau Di bawah NAB. Hasil terendah adalah 82 dBA dan

    terttinggi adalah 84 dBA dimana keduanya masih di bawah NAB

    yang ditentukan pemerintah mengenai keibisingan.

    Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang

    signifikan antara kebisingan dan kelelahan kerja, dapat dipengaruhi

    karena beberapa faktor, salah satunya adalah keadaan sumber

    bising atau alat-alat produksi yang tidak terawat dan berusia lebih

    dari 5 tahun. Mesin mekanis akan aus dalam kurun waktu beberapa

    tahun jika digunakan terus menerus tanpa perawatan. Keadaan

    tersebut akan mempengaruhi suara yang dihasilkan oleh mesin

    mekanis. Faktor lain penyebab kelelahan pekerja adalah kondisi

    pekerja yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

    sehingga keterpaparan bising oleh pekerja tidak dapat

    diminimalisir. Keadaan tersebut akan mempengaruhi konsentrasipekerja atau psikologi pekerja. Menurut Sugeng Budiono, dkk

    (2003) faktor psikologi mempunyai peran besar dalam

    mempengaruhi kelelahan. Karena penyakit dan kelelahan itu dapat

    timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan,

    akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja.

    70

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    17/30

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    18/30

    dapat dikarenakan oleh nilai intensitas kebisingan yang tinggi yaitu

    87-105 dBA. Dalam suatu kegiatan industri, paparan dan resiko

    bahaya yang ada di tempat kerja tidak selalu dapat dihindari

    (Budiono, 2003). Oleh karena itu diperlukan lingkungan kerja yang

    nyaman agar tenaga kerja terhindar dari kelelahan kerja. Keadaan

    nyaman kerja dalam hal pencegahan kebisingan dapat berupa

    perawatan alat-alat produksi dan pengisolasian alat-alat produksi

    agar suara bising tidak mengganggu pekerja.

    2. Iklim Kerja Terhadap Kelelahan Kerja

    Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,

    kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat

    pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari

    pekerjaannya (Ramdan, 2007).

    Dalam penelitian ini, penelitian mengukur iklim panas sesuai

    dengan keadaan iklim Indonesia yaitu tropis. Peneliti mengukur

    keadaan lingkungan iklim kerja panas dan dihubungkan dengan

    kondisi tubuh pekerja yang terpapar panas sesuai dengan beban

    kerja yang diterima oleh pekerja mebel. Menurut Sumamur (1996),

    panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang

    secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil

    samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan ke

    lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan

    pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran

    72

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    19/30

    panas dari tubuh kelingkungan sekitar melalui kulit dengan cara

    konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.

    Hasil chi square berdasar analisis yang telah disajikan pada

    hasil tabel 4.8 dengan p = 1,000 (lebih besar dari = 0,05) yang

    aritinya bahwa hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan

    antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja Mebel

    Sinar Harapan Sungai Kunjang Samarinda.

    Pengukuran iklim kerja ISBB yang dilakukan pada lokasi kerja

    mebel adalah 2 titik dari 3 titik pengukuran di atas NAB atau lebih

    dari atau samadengan 28 oC dan 1 titik di bawah NAB atau kurang

    dari 28 oC. Standarisasi penentuan nilai ambang batas berdasarkan

    Kep.Menaker Tahun 1999 No.51 Tentang Iklim Kerja ISBB.

    Berdasarkan tabel 4.5, dari 1 titik pengukuran dengan hasil normal

    adalah pada lokasi atau bagian pemotongan kayu berjumlah 9

    responden atau dengan persentase 28,1. Sedangkan 23 responden

    terpapar iklim kerja di atas NAB yaitu yang bekerja pada 2 titik di

    bagian produksi dan pengamplasan.

    Dalam keadaan iklim kerja normal, 2 responden mengalami

    keadaan ringan dalam hal kelelahan kerja (22,2%) dan 7

    responden dengan kelelahan kerja sedang (77,8%). Sedangkan

    pada iklim kerja di atas NAB atau tidak normal sebanyak 17

    responden mengalami kelelahan kerja sedang dengan persentase

    73,9%.

    73

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    20/30

    Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

    antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja mebel

    dapat dikarenakan oleh beberapa hal yaitu keadaan lingkungan

    dan aklimatisasi dari pekerja itu sendiri. Menurut Sumamur (1996),

    orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim

    tropis yang suhunya sekitar 29-30 OC dengan kelembaban sekitar

    85 95 %. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses

    penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu

    pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu

    bekerja tanpa pengaruh tekanan panas.

    Berdasarkan teori di atas menunjukkan bahwa ada

    hubungan antara aklimatisasi dan masa kerja dari responden yang

    mengakibatkan tidak ada hubungan positif antara iklim kerja dan

    kelelahan kerja pada pekera mebel. Dari data primer yang

    diperoleh menunjukkan masa kerja responden yang paling lama

    adalah 13-16 tahun dengan distribusi masa kerja yang paling

    banyak adalah masa kerja 4-6 tahun sebanyak 31,3%. Masa kerja

    yang lama mempengaruhi keadaan tubuh responden terhadap

    tekanan panas, sehingga mengakibatkan responden mampubertahan terhadap paparan tekanan panas.

    Keadaan lingkungan sekitar juga mempengaruhi terhadap

    hasil analisis ini. Kelembaban udara sekitar 86% dikarenakan lokasi

    yang dekat yang lembab serta kecepatan angin 0,91 m/s

    mempengaruhi tubuh manusia untuk dapat beraklimatisasi

    74

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    21/30

    terhadap tekanan panas. Hal ini juga didukung oleh teori

    (Sumamur, 1996) yang menjelaskan bahwa tubuh manusia akan

    mudah beraklimatisasi selain karena lamanya waktu terpapar juga

    karena keadaan lingkungan sekitar yaitu dengan batas kelembaban

    85-90%.

    Hasil analisis pengukuran iklim kerja menunjukkan 9

    responden (28,1%) berada pada bagian kerja dengan keadaan

    iklim kerja ISBB normal atau dibawah NAB yang ditentukan oleh

    pemerintah dengan masa kerja 75% kerja dan beban kerja ringan

    yaitu 28 oC. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui

    bahwa responden dengan iklim kerja normal berada di tempat yang

    teduh dan tidak terpapar langsung oleh sinar matahari. Hasil

    pengukuran kelembaban pada bagian pemotongan kayu adalah

    86% dimana kelembaban tersebut sudah cukup untuk aklimatisasi

    tubuh manusia terutama orang Indonesia.

    Pada bagian pemotongan kayu, lokasi berada di paling

    dalam dari rumah produksi mebel. lokasi tersebut tidak terkena

    sinar matahari secara langsung karena terletak di bagian belakang

    yang tertutup rumah tetangga dan pohon-pohon yang ada dibelakang rumah. Menurut gurumuda, pada saat siang hari pohon-

    pohon melakukan proses fotosintesis, dimana zat klorofil dari daun

    di pohon tersebut akan membantu proses pengubahan

    Karbondioksida (CO 2) menjadi Oksigen (O 2). Dalam proses

    fotosintesis tersebut juga pohon menghasilkan uap air yang

    75

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    22/30

    mengakibatkan udara terasa lebih segar. Hal tersebut

    mempengaruhi kecepatan aliran udara di sekitar lingkungan

    pelabuhan yang mencapai 0,91 m/s. Kecepatan aliran udara 0,91

    m/s dapat membantu proses aklimatisasi dari tubuh seseorang

    agar dapat bertahan dalam paparan panas.

    Terdapat 2 lokasi penelitian yang terpapar iklim kerja ISBB di

    atas NAB atau tidak normal yaitu bagian produksi dan

    pengamplasan. Pada bagian produksi nilai ISBB adalah sebesar

    32,2 oC dan bagian pengamplasan sebesar 31,1 oC. Nilai

    pengukuran di atas NAB yang ditentukan dipengaruhi oleh keadaan

    lingkungan yang memang terkena panas matahari secara

    langsung. Bagian produksi terdapat di tengah rumah mebel dan

    bagian pengamplasan terletak di bagian luar mebel. Kondisi

    lingkungan di bagian depan mebel memang tidak ada penahan

    seperti pohon atau bangunan yang menghalangi matahari masuk

    ke rumah mebel sehingga panas matahari mempengaruhi hasil

    pengukuran iklim kerja ISBB. Hal lain yang mempengaruhi adalah

    atap rumah mebel yang terbuat dari seng, sehingga panas radiasi

    matahari yang diserap oleh seng mempengaruhi tubuh pekerja.Keadaan tersebut dipengaruhi juga oleh sirkulasi udara yang

    masuk ke dalam tempat kerja dikarenakan tempat kerja yang tida

    memiliki dinding sehingga angin dapat mudah masuk ke tempat

    kerja. Angin atau sirkulasi udara yang masuk ke tempat kerja juga

    mempengaruhi aklimatisasi pekerja dalam menyesuaikan panas

    76

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    23/30

    ruangan sehingga dapat meminimalisir kelelahan kerja karena

    paparan panas lingkungan yang tinggi.

    Penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Atik Muftia

    (Universitas Negeri Semarang) yang berjudul Hubungan Antara

    Faktor Fisik dengan Kelelahan Kerja Karyawan Produksi Bagian

    Selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang dimana salah satu

    faktor fisiknya adalah iklim kerja uga menunjukkan hasil tidak ada

    hubungan antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja pada

    karyawan. Hasil analisis data p = 0,569 > , yang artinya tidak

    berhubungan antara iklim kerja terhadap kelelahan kerja. Hal

    tersebut juga dikarenakan aklimatisasi karyawan produksi bagian

    selektor di PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang.

    Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ika Pulung (FKM

    Unair) yang meneliti tentang perbedaan efek fisiologis pada

    pengerajin manik desa Plumpogambang sebelum dan sesudah

    bekerja di lingkungan kerja panas menunjukkan adanya hubungan

    perbedaan iklim kerja ISBB terhadap kelelahan kerja.

    Menurut Evelyn (2002), denyut jantung dapat berubah

    karena meningkatnya Cardiac Output (curahan jantung) yangdiperlukan otot yang sedang bekerja dan karena penambahan

    strain pada aliran darah karena terpapar panas. Pada saat bekerja

    terjadi peningkatan metabolisme sel sel otot sehingga aliran darah

    meningkat untuk memindahkan zat zat makanan dari darah yang

    dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin

    77

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    24/30

    meningkat metabolisme otot sehingga curah jantung akan

    meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui

    peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan

    meningkatkan frekwensi denyut jantung yang akan meningkatkan

    denyut nadi pada akhirnya. Selain itu iklim kerja yang panas juga

    meningkatkan kinerja jantung untuk untuk mengalirkan darah ke

    kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam rangka

    mempertahankan suhu tubuh.

    Berdasarkan teori tersebut memperkuat penelitian Ika

    Palung bahwa ada perbedaan hasil pengukuran kelelahan kerja

    karena paparan panas sebelum dan sesudah bekerja.

    3. Sikap Tubuh Saat Bekerja Terhadap Kelelahan Kerja

    Ilmu yang berhubungan langsung dengan sikap tebuh saat

    bekerja adalah ergonomi dan antropometri. Antropometri

    merupakan suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh

    manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk

    tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh

    digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerjayang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut

    (Budiono, 2003). Sedangkan Ergonomi merupakan bagian dari ilmu

    faal (fisiologi, sebagai penerapan dari ilmu-ilmu biologis tentang

    manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi

    untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari

    78

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    25/30

    manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur

    dengan efisiensi dan produktivitas kerja (Ramdan, 2007).

    Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomis,

    perlu adanya sarana kerja seperti tempat duduk dan meja kerja,

    mesin-mesin yang ukurannya sesuai dengan ukuran antropometri

    orang Indonesia pada umumnya (Nurmianto, 2003).

    Hasil analisis chi square pada tabel 4.10 nilai p = 0,017 (lebih

    kecil dari = 0,05) yang artinya bahwa hipotesis penelitian diterima

    yaitu ada hubungan antara sikap kerja tubuh saat bekerja terhadap

    kelelahan kerja pada pekerja Mebel Sinar Harapan Karang Paci

    Samarinda.

    Penilaian sikap kerja dilakukan peneliti melalui observasi

    langsung pada pekerja. Pada penentuan sikap kerja dimana ada

    tiga parameter sikap kerja yaitu sikap kerja mengangkat, berdiri dan

    duduk. Setiap parameter ditentukan berdasarkan responden yang

    biasa melakukan pekerjaan dengan salah sikap kerja tersebut.

    Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti membagi responden

    berdasarkan sikap kerja yang biasa diakukan oleh responden.

    Pada sekap kerja duduk 11 responden (34,38%), sikap berdiri 12responden (37,5%) dan sikap kerja mengangkat sebanyak 9

    responden (28,12%).

    Berdasarkan hasil observasi sikap kerja, yang melakukan

    sikap kerja tidak ergonomis sebanyak 30 responden (93,%). Hasil

    tersebut berdasarkan observasi pekerja yang melakukan pekerjaan

    79

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    26/30

    tidak sesuai dengan kaidah antropometri yang ditentukan oleh

    peneliti. Observasi yang dilakukan terdapat 2 responden yang

    melakukan sikap kerja ergonomis yaitu sikap kerja berdiri dengan

    menggunakan penekanan.

    Hubungan sikap kerja terhadap kelelahan kerja, terdapat

    sebanyak 22 responden (73,3%) mengalami Kelelahan Kerja

    Sedang (KKS) dengan sikap kerja tidak ergonomis. Responden

    yang mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR) sebanyak 8

    responden atau dengan persentase 26,7%.

    Berdasarkan observasi sikap kerja yang dilakukan peneliti

    dimana observasi juga dilakukan dengan menggunakan meteran

    untuk mengukur keakuratan tinggi media dengan bagian tubuh

    pekerja yang disesuaikan dengan kaidah antropometri. Responden

    yang bekerja dengan terbiasa sikap kerja berdiri, 2 responden

    menunjukkan sikap kerja berdiri yang benar. Diskripsi kerja

    responden adalah mengetam atau menyerut kayu dengan ketan

    mesin. Sikap kerja seperti ini adalah sikap kerja bediri dengan

    menggunakan penekanan. Responden berdiri tegak, pandangan

    lurus ke objek, tinggi landasan 30 cm di atas tinggi siu berdiri danmenurut wawancara dengan responden, responden bekerja selama

    45 menit dan istirahat 10 menit lalu melanjutkan pekerjaannya

    kembali.

    Responden yang bekerja dengan sikap kerja tidak

    ergonomis melakukan pekerjaan dengan tidak sesuai kategori

    80

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    27/30

    sikap kerja yang peneliti tentukan. Respoden yang bekerja dengan

    sikap duduk, 11 responden atau seluruh responden yang terbiasa

    dengan sikap duduk menunjukkan hasil observasi sikap kerja tidak

    ergonomis. Semua responden yang diteliti duduk terlalu

    membungkuk dan tidak dengan posisi tegak.

    Pada responden yang bekerja dengan sikap kerja berdiri 10

    responden dari 12 responden yang bekerja dengan posisi berdiri

    menunjukkan sikap kerja tidak ergonomis. Hal ini dikarenakan

    berdasar hasil observasi reponden tidak berdiri dengan posisi tegak

    dan terus bekerja dengan posisi berdiri lebih dari 60 menit.

    Sedangkan responden dengan sikap kerja mengangkat juga

    seluruhnya atau 9 responden bekerja dengan hasil observasi sikap

    kerja tidak ergonomis. Berdasarkan hasil observasi sikap kerja

    mengangkat oleh pekerja mebel Sinar Harapan, pekerja bekerja

    dengan posisi kerja berdiri lalu membungkuk ketika hendak

    mengangkat tidak dengan posisi berjongkok dan meneggakkan

    punggung.

    Menurut Nurmianto (2003), berat beban maksimum yang

    boleh diangkat secara manual (tanpa alat) adalah 50 kilogram, danpekerja tidak diijinkan mengangkat beban secara berulang lebih

    dari 25 kilogram selama lebih dari 4 jam sehari. Namun pada

    keadaan lapangan atau deskripsi pekerjaan pekerja dengan sikap

    kerja mengangkat melakukan aktifitas fisik dengan beban kerja 25

    kg dan berulang selama lebih dari 5 jam sehari.

    81

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    28/30

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    29/30

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    1. Ada hubungan antara kebisingan terhadap kelelahan kerja pada

    pekerja Mebel Sinar Harapan Karang Paci Samarinda. Hal ini

    didukung oleh hasil uji chi square yang diperoleh p = 0,035 (p

    0,05).

    3. Ada hubungan antara sekap tubuh saat bekerja terhadap kelelahan

    kerja pada pekerja Mebel Sinar Harapan Karang Paci Samarinda.

    Hal ini didukung oleh hasil uji chi square yang diperoleh p = 0,017

    (p < 0,05).

    B. Saran

    1. Perawatan ataupun penggantian alat-alat produksi yang

    menimbulkan suara bising sehingga intensitas desibel pada suara

    mesin dapat diminimalisir serta penggunaan ear plug pada pekerja

    yang terpapar kebisingan.

    83

  • 8/6/2019 bab4 dan5

    30/30

    2. Disediakan air minum di lokasi kerja agar ketika pekerja

    terpapar panas dan mengeluarkan keringat dengan meminum air

    putih dapat mengganti cairan tubuh yang hilang.

    3. Pekerja diajarkan cara sikap tubuh yang benar saat bekerja

    sesuai dengan sikap kerja yang sering dilakukan oleh pekerja

    tersebut dan membiasakan istirahat ketika terlalu lama bekerja

    dengan posisi kerja yang sama.

    84