bab2.pdf

57
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Terkait 2.1.1. Konsep Perawat 1. Perawat Dan Keperawatan Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan suatu pendidikan dasar perawatan dan diberi wewenang oleh pemerintah serta memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan penuh tanggung jawab (Poniman dalam majalah Bina Diknakes, 1999). Perawat profesional adalah seseorang yang mengenal dan mengerti kebutuhan dasar manusia yang sakit maupun yang sehat dan mengetahui bagaimana kebutuhan ini terpenuhi (Poniman dalam majalah Bina Diknakes, 1999). Menurut International Council of Nurses, Keperawatan adalah fungsi yang unik membantu individu yang sakit atau sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan atau penyembuhan (meninggal dengan damai), hingga individu dapat merawat kesehatannya sendiri apabila memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan (Nasrul Effendi, 1998; 7). Sedangkan menurut hasil Lokakarya Keperawatan (1983), keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan di bidang

Transcript of bab2.pdf

Page 1: bab2.pdf

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Terkait

2.1.1. Konsep Perawat

1. Perawat Dan Keperawatan

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan suatu

pendidikan dasar perawatan dan diberi wewenang oleh

pemerintah serta memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan

keperawatan yang bermutu dan penuh tanggung jawab (Poniman

dalam majalah Bina Diknakes, 1999).

Perawat profesional adalah seseorang yang mengenal dan

mengerti kebutuhan dasar manusia yang sakit maupun yang sehat

dan mengetahui bagaimana kebutuhan ini terpenuhi (Poniman

dalam majalah Bina Diknakes, 1999).

Menurut International Council of Nurses, Keperawatan

adalah fungsi yang unik membantu individu yang sakit atau

sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan

kesehatan atau penyembuhan (meninggal dengan damai), hingga

individu dapat merawat kesehatannya sendiri apabila memiliki

kekuatan, kemauan dan pengetahuan (Nasrul Effendi, 1998; 7).

Sedangkan menurut hasil Lokakarya Keperawatan (1983),

keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan di bidang

Page 2: bab2.pdf

2

kesehatan yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan

kepada individu, keluarga, guyuban dan masyarakat baik yang

sakit maupun yang sehat, sejak lahir sampai meninggal.

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh

perawat kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

yang mempunyai masalah kesehatan (Nasrul Effendi, 1998; 7).

2. Peran Dan Fungsi Perawat

Perawat kontemporer menuntut perawat yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang. Pada

waktu lampau peran perawat inti adalah memberikan perawatan

dan kenyamanan bagi klien karena mereka menjalankan fungsi

perawatan spesifik, namun hal ini telah berubah, peran perawat

menjadi lebih luas dengan penekanan pada peningkatan

kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien

secara komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi

dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan,

pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi

klien, manajer kasus, rehabilitator, pembuat kenyamanan,

komunikator dan pendidik.

1) Pemberi Perawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat

membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui

proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar

Page 3: bab2.pdf

3

sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun keterampilan

tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal

yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan

asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik,

meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual

dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien

dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan

tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang

minimal.

2) Pembuat Keputusan Klinik

Untuk memberi perawatan yang efektif, perawat

menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses

keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan,

baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan,

dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun tindakan dengan

menetapkan pendekatan terbaik bagi tiap klien. Perawat

membuat keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan

klien dan keluarga. Dalam situasi seperti ini, perawat bekerja

sama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan

profesional lainnya (Kelling dan Ramos, 1995).

3) Pelindung Dan Advokat Klien

Sebagai pelindung perawat membantu

mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan

Page 4: bab2.pdf

4

mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak

diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan.

Memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat

dan memberikan imunisasi melawan penyakit di komunitas

merupakan contoh dari perawat sebagai pelindung.

Dalam menjalankan perannya sebagai advokat,

perawat melindungi hak pasien sebagai manusia dan secara

hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya

bila dibutuhkan. Sebagai contoh perawat memberikan

informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk

memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Perawat juga

melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum

dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin

membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak

klien.

4) Manajer Kasus

Sebagai manajer kasus, perawat mengkoordinasi

aktivitas anggota tim kesehatan lain, misalnya ahli gizi dan

ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan

perawatan pada klien. Selain itu juga perawat juga mengatur

waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat kerjanya.

Berkembangnya model praktik memberikan perawat

Page 5: bab2.pdf

5

kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin

ditempuhnya. Adanya berbagai tempat kerja, perawat dapat

memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan

atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan

manajer (Manthhey, 1990). Sebagai manajer perawat

mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab

asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.

5) Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu

kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan

atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.

Seringkali pasien mengalami gangguan fisik dan emosi yang

mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu

beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.

Rentang aktivitas rehabilitatif dan restoratif mulai dari

mengajar klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai

membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang

berkaitan dengan penyakit kronis.

6) Pemberi Kenyamanan

Peran sebagai pemberi kenyamanan, membantu klien

sebagai seorang manusia, merupakan peran tradisional dan

historis dalam keperawatan dan telah berkembang sebagai

sesuatu peran yang penting dimana perawat melakukan peran

Page 6: bab2.pdf

6

baru. Karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada

manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka

memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali

memberikan kekuatan bagi klien untuk mencapai

kesembuhannya. Selama melakukan tindakan keperawatan,

perawat dapat memberikan kenyamanan dengan

mendemonstrasikan perawatan kepada klien sebagai individu

yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Sebagai

pemberi kenyamanan, perawat sebaiknya membantu klien

untuk mencapai tujuan yang therapeutik bukan memenuhi

ketergantungan emosi dan fisiknya.

7) Komunikator

Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari

seluruh peran perawat yang lain. Keperawatan mencakup

komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat

dan profesi keperawatan yang lainnya, sumber informasi dan

komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan

keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan

perlindungan bagi klien dari ancaman kesehatannya,

mengkoordinasi dan mengatur asuhan keperawatan,

membantu klien dalam rehabilitasi, memberikan kenyamanan

atau mengajarkan sesuatu kepada klien tidak mungkin

dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi

Page 7: bab2.pdf

7

merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi

kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.

8) Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien

tentang konsep dan data-data tentang kesehatan,

mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,

menilai apakah klien memahami hal-hal yang telah dijelaskan

dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Beberapa

topik mungkin dapat diajarkan tanpa direncanakan terlebih

dahulu dan dilakukan secara informal, misalnya pada saat

perawat berespon terhadap pertanyaan yang mengacu pada

isu-isu kesehatan dalam pembicaraan sehari-hari. Aktivitas

pendidikan yang lain mungkin perlu direncanakan dan

disusun secara formal, misalnya ketika perawat mengajarkan

cara menyuntikkan insulin secara mandiri pada klien yang

menderita diabetes. Perawat menggunakan metode

pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya

keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.

9) Peran Karier

Sejumlah peran dan fungsi dibebankan kepada

perawat di berbagai lingkungan kerja. Berkarier, merupakan

kebalikan dari semuanya dimana perawat ditempatkan

Page 8: bab2.pdf

8

diposisi jabatan tertentu. Karena kesempatan bekerja bagi

perawat meningkat, perkembangan perawat sebagai profesi

dan meningkatnya perhatian pada keahlian dalam bidang

pekerjaan, maka profesi perawat menawarkan peran

tambahan dan kesempatan berkarier lebih luas. Contoh dari

peran berkarier meliputi peran mendidik dan perawat ahli,

seperti perawat spesialis klinis, perawat pelaksana, perawat

maternitas, anestesi, pengelola dan peneliti. Peran tambahan

non-klinik meliputi manajer, perawat penanggung jawab

pengembangan kualitas dan konsultan produksi.

10) Perawat Pendidik

Perawat pendidik bekerja terutama di sekolah

keperawatan, departemen pengembangan staf dari suatu

lembaga perawatan kesehatan dan departemen pendidikan

klien. Perawat pendidik secara umum memiliki latar belakang

pengalaman klinis yang memberikan mereka keahlian klinis

dan pengetahuan teoritis. Seorang pendidik di Fakultas

Keperawatan menyiapkan peserta didiknya untuk berfungsi

sebagai perawat. Staf Fakultas Keperawatan bertanggung

jawab terhadap pendidikan terkini dalam melaksanakan teori

keperawatan dan keterampilan khusus di laboratorium atau di

klinik. Perawat pendidik di Fakultas Keperawatan biasanya

Page 9: bab2.pdf

9

dituntut memiliki ijazah dari pendidikan keperawatan. Selain

itu mereka secara umum memiliki spesialisasi klinis lanjutan.

Perawat pendidik di departemen pengembangan staf

dari institusi kesehatan tertentu memberikan program

pendidikan bagi perawat yang bekerja di institusinya.

Program ini meliputi orientasi beberapa karyawan baru,

kursus asuhan keperawatan kritis dan instruksi mengenai alat-

alat atau prosedur baru.

Fokus utama dari perawat pendidik dalam departemen

pendidikan klien adalah mengajarkan klien yang sakit atau

tidak mampu dan keluarganya untuk melakukan perawatan

mandiri di rumah. Akan tetapi pada sebagian besar lembaga

pemberi perawatan kesehatan, perawatannya tidak dipisahkan

sendiri. Oleh sebab itu perawat biasanya menggabungkan

pendidikan dalam rencana perawatan klien.

11) Perawat Pelaksana Tindak Lanjut

Perawat pelaksana tingkat lanjut (Advance Practice

Nurse)/ APN merupakan perawat yang memiliki latar

belakang pendidikan tingkat master, memiliki pendidikan

tambahan dalam farmakologi dan pengkajian fisik dan

memiliki ijazah dan keahlian di bidang praktik tertentu

(ANA, 1995). Seorang APN biasanya bekerja di perawatan

akut, restoratif dan lembaga pemberi perawatan kesehatan di

Page 10: bab2.pdf

10

komunitas. Selain itu APN spesialisasi dalam bidang

manajemen penyakit tertentu misalnya kanker, diabetes atau

kardiovaskuler atau penyakit paru atau dalam bidang khusus

lainnya misalnya pediatric atau gerontology. Fungsi dari

APN adalah sebagai pelaksana klinis, pendidik, manajer

kasus, konsultan dan peneliti dalam bidang praktiknya untuk

merencanakan atau meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan klien dan keluarga.

2.1.2. Model Praktek Keperawatan Profesional

Standar praktik keperawatan profesional merupakan pedoman

bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan asuhan keperawatan

melalui pendekatan proses keperawatan. Standar praktik tersebut

dilaksanakan oleh perawat generalis maupun spesialis di seluruh

tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas maupun

tatanan pelayanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000).

Standar praktik keperawatan profesional di Indonesia telah

dijabarkan oleh PPNI (2000). Standar tersebut juga mengacu pada

tahapan dalam proses keperawatan, terdiri dari 5 standar :

1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan

3. Perencanaan

Page 11: bab2.pdf

11

4. Implementasi

5. Evaluasi

Standar I : Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

Kriteria proses:

1. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang

(pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium, dan mempelajari catatan klien

lainnya).

2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim

kesehatan, rekam medis atau catatan lain.

3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :

a. status kesehatan klien saat ini

b. status kesehatan klien masa lalu

c. status fisiologis-psikologis-sosial-spiritual

d. respon terhadap terapi

e. harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f. resiko-resiko tinggi masalah

Page 12: bab2.pdf

12

Standar II : Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa

keperawatan.

Kriteria proses:

1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi

masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan

2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari : masalah (P),

penyebab (E), dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari maalah

dan penyebab (PE).

3. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas

kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan

4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisis diagnosis

berdasarkan data terbaru.

Standar III : Perencanaan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria proses:

1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan

rencana tindakan keperawatan

2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan

Page 13: bab2.pdf

13

3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien

4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standar IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

dalam rencana asuhan keperawatan.

Kriteria proses:

1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan

2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan

status kesehatan klien

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

kesehatan klien

4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan di

bawah tanggung jawabnya

5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien

untuk mencapai tujuan kesehatan

6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan

fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu klien

memodifikasi lingkungan yang digunakannya.

Page 14: bab2.pdf

14

8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien

Standar V : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam

pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.

Kriteria proses:

1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

komprehensif, tepat waktu dan terus menerus

2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan ke arah pencapaian tujuan

3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan

klien

4. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan

5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi

perencanaan.

Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori

kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Henderson, terdiri

atas 14 kebutuhan dasar manusia :

1. Memenuhi kebutuhan oksigen

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit

Page 15: bab2.pdf

15

3. Memenuhi kebutuhan eliminasi

4. Memenuhi kebutuhan keamanan

5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik

6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani

8. Memenuhi kebutuhan spiritual

9. Memenuhi kebutuhan emosional

10. Memenuhi kebutuhan komunikasi

11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membentuk proses

penyembuhan

13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan dan penyuluhan

14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi

2.1.3. Model Praktik Keperawatan

1. Model Kasus

Model kasus merupakan model pemberian asuhan yang

pertama digunakan. Sampai perang dunia ke dua model tersebut

merupakan model asuhan keperawatan yang paling banyak

digunakan. Pada model ini satu perawat akan memberikan

asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam

satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat

tergantung pada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah.

Page 16: bab2.pdf

16

Dengan model ini menuntut seluruh tenaga perawat mempunyai

fasilitas profesional dan membutuhkan tenaga perawat yang

banyak. Model ini sangat sesuai digunakan di ruang perawatan

intensif misalnya ICU, ICCU, Hemodialisa, dsb.

2. Model Fungsional

Model fungsional dikembangkan setelah perang dunia ke

dua, dimana jumlah pendidikan keperawatan meningkat dan

banyak lulusan bekerja di rumah sakit dari berbagai jenis

program pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan tenaga

keperawatan dapat dimaksimalkan maka muncul ide untuk

mengembangkan model fungsional dalam pelayanan asuhan

keperawatan.

Metode fungsional merupakan metode penugasan dalam

memberikan asuhan keperawatan didasarkan atas tugas-tugas

spesifik kepada perawat (Gillies, 1996). Prioritas pertama yang

dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik kurang

menekankan kebutuhan secara holistik. Metode ini digunakan

akibat kurangnya perawat profesional, setiap perawat melakukan

kegiatan yang sama dengan berulang. Metode ini efisien dalam

menyelesaikan tugas-tugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien

tidak mendapat kepuasan dari asuhan keperawatan yang

diberikan.

Page 17: bab2.pdf

17

3. Metode Tim

Pada tahun 1950 mulai dikembangkan metode tim, model

tim merupakan model asuhan keperawatan dimana perawat

profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok klien

melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Dalam metode tim

asuhan keperawatan dilakukan oleh sekelompok staf perawatan

yang terdiri perawat profesional bertanggung jawab mengkaji,

merencanakan dan mendelegasikan sebagian pekerjaannya

kepada anggota, mengevaluasi dan merevisi asuhan keperawatan.

Pada dasarnya didalam model ini mengandung dua

konsep utama yaitu kepemimpinan yang harus dimiliki ketua tim

dan komunikasi efektif melalui laporan, pre dan post conference

atau pembahasan sebelum dan sesudah penugasan.

Uraian tugas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

a. Kepala ruangan

a) Menetapkan kinerja staf

b) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan

keperawatan

c) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk

mengembangkan kepemimpinan

d) Mengorientasikan tenaga keperawatan tentang fungsi

model tim.

Page 18: bab2.pdf

18

e) Menjadi narasumber bagi ketua tim

f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui

riset keperawatan.

g) Menciptakan iklim terbuka dengan semua staf.

h) Mengevaluasi kinerja staff.

b. Ketua Tim.

a) Mengkaji dan menetapkan rencana keperawatan

b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medik.

c) Membagi tugas yag harus dilaksanakan oleh setiap

anggota tim dan memberikan bimbingan melalui pre dan

post conference.

d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses maupun

hasil.

c. Anggota tim

a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun.

b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan

yang telah diberikan berdasarkan respon pasien.

c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk

meningkatkan asuhan keperawatan.

d) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim.

Page 19: bab2.pdf

19

4. Metode Primer/Utama

Metode primer adalah metode pemberian asuhan

keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang bertanggung

jawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa pasien,

sejak klien dirawat sampai klien pulang. Ketika primer tidak

hadir perawat asosiet melaksanakan asuhan sesuai rencana.

Kelebihan : menjamin asuhan berkualitas dan holistik,

kinerja fungsi, kepuasan klien dan keluarga tinggi pelayanan

bersifat holistik, konsisten dan kontinyu akuntabilitas perawat

primer tinggi.

5. Metode Modul

Penugasan keperawatan modular merupakan variasi dari

tugas utama yang dapat digunakan dimana anggota staf

keperawatan terdiri perawat profesional dan tenaga bantuan

(Gillies, 1996), metode modul kombinasi asuhan tim dan primer,

sebagai tim perawat profesional dan non profesional dan bila

dilihat dari masing-masing tenaga keperawatan bertanggung

jawab bagi perawat pasien dari mulai masuk sampai keluar

merupakan keperawatan primer. Dalam bentuk tugas modular,

menugaskan 2-3 tim perawat bertanggung jawab atas 8-9 pasien.

Metode ini dapat digunakan bila jumlah perawat primer

terbatas dan dapat menggunakan berbagai kategori perawat.

Page 20: bab2.pdf

20

Kelima metode penugasan diatas sulit diterapkan di RS di

Indonesia karena keterbatasan jumlah dan kualifikasi tenaga

keperawatan yang tersedia dan keadaan keuangan institusi

kesehatan. Oleh sebab itu ada Model Praktek Keperawatan

Profesional (MPKP) yang dikembangkan oleh Sitorus (1996).

Pada MPKP ini metode digunakan berisi metode keperawatan

primer dan metode tim yang disebut modifikasi primer.

Perilaku penerapan metode ini didasarkan beberapa alasan :

a. Metode keperawatan tidak digunakan secara murni karena

perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan

S1 Keperawatan atau setara.

b. Metode tim tidak digunakan secara murni karena metode tim

ini bertanggung jawab kepada asuhan keperawatan klien

secara profesional pada berbagai tim.

c. Melalui kombinasi kedua metode ini diharapkan terdapat

kontinuitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan

keperawatan terdapat pada perawat primer. Disamping itu

karena saat ini pendidikan perawat di RS mayoritas lulusan

SPK mereka mendapat hubungan perawat primer.

Page 21: bab2.pdf

21

2.1.4. Standar Pelayanan Keperawatan

Standar 1. Falsafah dan Tujuan

Pelayanan keperawatan dikelola dan diorganisasi agar dapat

memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai

dengan standar yang ditetapkan.

Kriteria:

1. Dokumen tertulis yang memuat tujuan pelayanan keperawatan

harus mencerminkan peran rumah sakit, dan arus menjadi acuan

pelayanan keperawatan serta diketahui oleh semua unit lain.

Dokumen ini harus selalu tersedia untuk semua petugas

pelayanan keperawatan.

2. Setiap unit perawatan dapat mengembangkan sendiri tujuan

khusus pelayanan keperawatan

3. Dokumen ini harus disempurnakan paling sedikit setiap tiga

tahun. Pengertian: penyempurnaan dapat dilakukan dalam hal:

a. Adanya perubahan peran rumah sakit, pelayanan yang baru

atau perluasan/ pengurangan pelayanan.

b. Perubahan pola pemberian asuhan.

c. Perubahan pola ketenagaan.

d. Perubahan praktek profesi.

Page 22: bab2.pdf

22

4. Bagan struktur organisasi harus memperlihatkan secara jelas

garis komando, tanggung jawab, kewenangan serta hubungan

kerja dalam pelayanan keperawatan dan hubungan dengan tim

lain.

5. Uraian tugas terbaru yang tertulis harus diberikan kepada setiap

petugas paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan petugas yang

bersangkutan.

b. Garis kewenangan.

c. Fungsi dan tanggung jawab.

d. Frekuensi dan jenis penilaian kemampuan staf.

e. Masa kerja dan kondisi pelayanan.

6. Bagan organisasi dan pembagian tugas harus ditinjau kembali

paling sedikit setiap tiga tahun untuk disempurnakan apabila:

a. Pola ketenagaan berubah.

b. Pelayanan keperawatan diatur kembali.

c. Peranan rumah sakit berubah.

d. Pelayanan ditambah atau dihilangkan.

7. Pertemuan berkala staf keperawatan diadakan paling sedikit

setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan

penyediaan pelayanan keperawatan. Hasil pertemuan harus

direkam dan disimpan dengan baik.

Page 23: bab2.pdf

23

8. Bila rumah sakit menyediakan kesempatan bagi peserta didik dan

sekolah perawat maka harus ada perjanjian tertulis dengan

instituasi pendidikan yang meliputi tanggung jawab terhadap

orientasi, supervisi dan evaluasi peserta didik.

9. Kepala keperawatan bertanggung jawab atas pelayanan

pengelolaan dan asuhan keperawatan dengan memperhatikan:

a. Mengikutsertakan perawat penanggung jawab ruangan dan

supervisor.

b. Laporan biaya pengeluaran dikomunikasikan kepada staf

keperawatan secara berkala dalam tahun anggaran.

10. Daftar penilaian konduite kepegawaian dijaga kerahasiaannya

dan tersedia bagi pegawai yang bersangkutan.

Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan

Pendekatan sistematik digunakan untuk memberikan asuhan

keperawatan yang berorientasi kepada kebutuhan pasien.

Kriteria:

1. Asuhan keperawatan mencerminkan standar praktek keperawatan

yang berlaku dan ditujukan pada pasien atau keluarganya, yang

mencakup asuhan keperawatan dasar, penugasan pasien atau

keperawatan terpadu.

2. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan

keperawatan.

Page 24: bab2.pdf

24

3. Rencana asuhan keperawatan disusun setelah diadakan

pengkajian terhadap pasien dan setelah konsultasi dengan

pasien/keluarga atau orang yang terkait.

4. Rencana asuhan keperawatan meliputi:

a. Kebutuhan pasien.

b. Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.

c. Rincian asuhan keperawatan yang harus diberikan. Termasuk

asuhan keperawatan tertentu, penyuluhan kesehatan dan

persiapan pemulangan pasien atau rujukan.

5. Catatan asuhan keperawatan dibuat dan digabungkan ke dalam

rekam medis, meliputi:

a. Pengkajian asuhan keperawatan.

b. Rencana asuhan keperawatan.

c. Rincian asuhan keperawatan yang telah diberikan.

d. Hasil dan perubahan penting pada kesehatannya.

e. Perubahan dalam rencana asuhan keperawatan sesuai dengan

hasil evaluasi tentang kemajuan pasien.

f. Ringkasan asuhan keperawatan pasien saat pulang (pindah,

meninggal).

6. Staf keperawatan senantiasa harus menghormati hak keleluasaan

pribadi, martabat dan kerahasiaan pasien.

7. Staf keperawatan berpartisipasi pada berbagai pertemuan tentang

asuhan pasien.

Page 25: bab2.pdf

25

8. Penelitian keperawatan.

9. Bila penelitian keperawatan dilakukan, hak asasi pasien harus

dilindungi sesuai dengan pedoman yang berlaku dengan

menjunjung tinggi etika profesi.

Standar 3. Staf dan Pimpinan

Pelayanan keperawatan dikelola untuk mencapai tujuan pelayanan.

Kriteria:

1. Pelayanan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat yang

mempunyai kualifikasi manajer.

2. Kepala keperawatan mempunyai kewenangan atau bertanggung

jawab bagi berfungsinya pelayanan keperawatan; sebagai

anggota pimpinan harus aktif menghadiri rapat pimpinan.

3. Apabila kepala keperawatan berhalangan harus ada seorang

perawat pengganti yang cakap yang dapat diserahi tanggung

jawab dan kewenangan.

4. Setiap perawat harus mempunyai izin praktek perawat yang

masih berlaku dan berkualifikasi profesional sesuai jabatan yang

didudukinya.

5. Jumlah dan jenis tenaga keperawatan disesuaikan dengan

kebutuhan pasien. Pengertian:

a. Perawat terdaftar ditunjuk sebagai penanggung jawab setiap

unit.

Page 26: bab2.pdf

26

b. Selama periode 24 jam jumlah perawat harus tersedia untuk

menjamin pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan

tujuan.

c. Perawat terdatar dengan pendidikan dan pelatihan tambahan

atau dengan pengalaman tertentu harus tersedia pada tiap

tugas jaga.

6. Pencatatan dan statistik dipelihara untuk kepentingan pelayanan

keperawatan dan mencakup beberapa hal:

a. Jumlah kualifikasi dan pengalaman dan pelbagai kategori staf

keperawatan.

b. Absensi staf dan penugasan/giliran jaga.

c. Jam keperawatan yang sesuai kebutuhan pasien.

7. Apabila ada program pendidikan/pelatihan, harus tersedia cukup

perawat yang mempunyai keahlian sebagai guru perawat yang

mampu memberi bimbingan kepada siswa dalam memperoleh

pengalaman belajar klinik.

8. Sistem penilaian kepada staf keperawatan harus didokumentasi

berdasarkan pada uraian tugas staf dan dapat mengidentifikasi

keunggulan dalam penampilan dan keperluan peningkatan karier.

Pengertian:

Metode penilaian kepada staf dapat bervariasi dan dapat berkisar

dari evaluasi supervisor sampai evaluasi mandiri dan masukan

dari rekan sekerja.

Page 27: bab2.pdf

27

9. Staf keperawatan dilibatkan dalam upaya penilaian pelayanan

keperawatan.

Standar 4. Fasilitas dan Pengelolaan

Fasilitas dan peralatan harus memadai untuk pencapaian tujuan

pelayanan keperawatan.

Kriteria:

1. Tersedianya tempat dan peralatan yang sesuai untuk

melaksanakan tugas.

2. Bila digunakan peralatan khusus, peralatan tersebut dijalankan

oleh staf yang telah mendapatkan pelatihan.

Standar 5. Kebijakan dan Prosedur

Adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang sesuai dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan yang

konsisten dengan tujuan pelayanan keperawatan.

Kriteria:

1. Kepala keperawatan bertanggung jawab terhadap perumusan dan

pelaksanaan kebijakan dan prosedur keperawatan.

2. Staf keperawatan yang aktif terlibat dalam asuhan langsung

kepada pasien harus diikutsertakan dalam perumusan kebijakan

dan prosedur keperawatan.

Page 28: bab2.pdf

28

3. Ada bukti bahwa staf keperawatan bertindak berdasarkan

ketentuan hukum yang mengatur standar praktek keperawatan

dan berpedoman pada etika profesi yang berlaku.

4. Ada kebijakan mengenai ruang lingkup dan batasan tanggng

jawab serta kegiatan staf keperawatan.

Pengertian:

Sebagai contoh kebijakan ialah penyuntikan/pengobatan

intravena, pemberian darah dan produk darah, menerima pesan

melalui telepon, pemberian informasi kepada mass media dan

polisi, pencatatan dan pelaporan, pelakanaan prosedur kerja.

5. Tersedianya pedoman praktek keperawatan yang meliputi:

a. Prinsip-prinsip yang mendasari prosedur.

b. Garis besar prosedur.

c. Kemungkinan perawat menyesuaikan prosedur terhadap

kebutuhan pasien.

6. Kebijakan dan prosedur keperawatan harus konsisten dengan

kebijakan dan prosedur dan pelayanan-pelayanan lain dalam

rumah sakit.

Pengertian:

Dalam perumusan kebijakan maka perhatian harus juga diberikan

pada praktek dibidang lain yang berkaitan seperti: kesehatan

kerja pengamanan terhadap kebakaran, pengamanan terhadap

radiasi, penyimpanan rekam medis, gizi, rekayasa biomedik.

Page 29: bab2.pdf

29

7. Semua kebijakan dan prosedur harus tertulis dan diberi tanggal,

dapat mudah diperoleh, digunakan sebagai acuan/rujukan, dan

harus disempurnakan paling sedikit setiap tiga tahun.

8. Harus ada petunjuk dan informasi kepada staf tentang kebijakan

dan prosedur yang berlaku serta hal-hal yang perlu diatur yang

menyangkut semua kegiatan.

9. Staf keperawatan berpartisipasi pada perencanaan, pengambilan

keputusan, dan perumusan kebijakan rumah sakit. Keperawatan

harus terwakili pada pertemuan antar unit mengenai perencanaan

dan perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan

pasien serta kegiatan-kegiatan keperawatan.

10. Tersedianya sistem bagi dokumentasi kecelakaan, kesalahan dan

keluhan pasien serta catatan mengenai tindakan yang diambil

untuk mengidentifikasi dan mengatasi sebab dari masalah

tersebut.

Pengertian:

Pencatatan harus disimpan dan harus dicantumkan kepada siapa

rujukan dilakukan dan tindakan yang telah diambil untuk

mengatasi penyebab setiap masalah keperawatan.

Page 30: bab2.pdf

30

Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan

Harus ada program pengembangan dan pendidikan

berkesinambungan agar setiap keperawatan dapat meningkatkan

kemampuan profesionalnya.

Kriteria:

1. Program pengembangan staf dikoordinasi oleh seorang perawat

terdaftar.

Pengertian:

a. Bila sudah ditunjuk seorang koordinator purna waktu

diharapkan orang tersebut memiliki kualifikasi pengajar atau

sedang mengikuti pendidikan untuk kualifikasi tersebut.

b. Bila perlu, maka tenaga pendidik yang cukup harus

disediakan untuk membantu program dalam memenuhi

kebutuhan terus menerus dari staf perawatan.

c. Bila tidak terdapat tenaga koordinator purna waktu maka

peranan koordinator dapat digabungkan dalam uraian tugas

dari jabatan lain.

d. Bila unit pengembangan staf melayani semua pegawai rumah

sakit dan kepala unitnya bukan seorang perawat, maka harus

dilibatkan perawat yang mampu, dalam program

pengembangan staf keperawatan.

2. Tujuan progaram orientasi dan pelatihan harus mengacu pada

efektivitas program pelayanan.

Page 31: bab2.pdf

31

3. Tersedianya program orientasi bagi semua staf keperawatan

yang baru dan bagi semua perawat yang baru ditempatkan

dalam bidang khusus, meliputi:

a. Informasi antara pelayanan keperawatan dengan rumah

sakit.

b. Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja di

rumah sakit dan pelayanan keperawatan.

c. Penjelasan mengenai metode penugasan asuhan

keperawatan dan metode praktek keperawatan.

d. Prosedur penilaian terhadap staf keperawatan.

e. Penjelasan mengenai tugas dan fungsi khusus, garis

kewenangan dan ruang lingkup tanggung jawab.

f. Cara untuk mendapatkan bahan/sumber yang tepat.

g. Identifikasi kebutuhan belajar bagi tiap individu.

h. Petunjuk mengenai prosedur pengamanan yang harus

diikuti.

i. Pelatihan mengenai pertolongan hidup dasar (Basic Life

Support).

4. Program pengembangan staf memberikan pelatihan kerja bagi

semua kategori staf keperawatan.

Pengertian:

Pada rumah sakit yang lebih kecil, koordinator harus

menjalin hubungan dengan institusi-institusi lain agar

Page 32: bab2.pdf

32

mendapat bimbingan dan sumber daya yang dibutuhkan

untuk membantu program pendidikan dan pelatihan.

5. Program pendidikan dan pelatihan meliputi:

a.Kesempatan bagi staf untuk mengembangkan,

mempertahankan dan meningkatkan keterampilan.

b. Pemanfaatan tenaga profesional dan sumber daya lain.

c.Menunjang dan mendorong penyelidikan dan penelitian

keperawatan.

d. Memberi informasi tentang perkembangan mutakhir

dalam praktek keperawatan.

e.Memberi informasi mengenai kemungkinan pendidikan

yang dapat disponsori oleh instansi lain.

f. Memberi orientasi pada lingkup kerja klinik yang baru.

g. Memperbaiki kekurangan pengetahuan yang telah

diidentifikasi dalam program pengendalian mutu.

6. Program pengembangan staf membantu atau menunjang para

staf untuk berpartisipasi baik dalam kegiatan profesional

maupun program pendidikan keperawatan maupun

pendidikan umum di luar rumah sakit.

7. Pencatatan kehadiran staf dalam program pengembangan

harus disimpan dengan baik.

Page 33: bab2.pdf

33

Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

Pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan

yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam

program pengendalian mutu di rumah sakit.

Kriteria:

1. Adanya rencana tertulis dalam program pengendalian mutu

keperawatan.

2. Program pengendalian mutu keperawatan meliputi:

a. Pelayanan keperwatan terhadap standar yang telah

ditetapkan.

b. Penampilan kerja semua tenaga perawat.

c. Proses dan hasil pelayanan keperawatan.

d. Tersedianya dan pendayagunaan sumber daya dari rumah

sakit.

3. Perawat terdaftar ditugaskan untuk mengkoordinasi program

ini.

4. Kegiatan pengendalian mutu meliputi hal-hal:

a. Pemantauan: pengumpulan informasi secara rutin tentang

pemberian pelayanan yang penting.

b. Pengkajian: pengkajian secara periodik tentang informasi

tersebut di atas untuk mengidentifikasi masalah penting

dalam pemberian pelayanan dan kemungkinan untuk

mengatasinya.

Page 34: bab2.pdf

34

c. Tindakan: bila dan kemungkinan untuk mengatasi telah

diketahui maka tindakan harus diambil.

d. Evaluasi: keefektifan tindakan yang diambil harus

dievaluasi untuk dimanfaatkan dalam jangka panjang.

e. Umpan balik: hasil kegiatan dikomunikasikan kepada staf

secara teratur.

5. Daftar hadir dan risalah pertemuan disimpan, yang secara

teliti mencerminkan transaksi, kesimpulan, rekomendasi,

tindakan yang diambil, dan hasil tindakan tersebut, sebagai

hasil dari kegiatan-kegiatan pengendalian mutu.

6. Staf keperawatan di setiap unit menerima laporan tentang

hasil yang diperoleh melalui program pengendalian mutu

dalam unit dan berpartisipasi dalam perumusan rencana

untuk mengidentifikasi dan mengatasi kekurangan-

kekurangan yang ada.

7. Efektivitas program pengendalian mutu dan dinilai dan

dievaluasi secara teratur.

2.1.5. Tujuan Standar Keperawatan

Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989) adalah

1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan

termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Asuhan

Page 35: bab2.pdf

35

keperawatan yang diberikan oleh perawat bersifat mendasar

terhadap peningkatan kualitas hidup pasiennya.

2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan

apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam

standar, maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak perlu

dapat dihindarkan. Hal ini berarti perawat akan menghemat biaya

baik bagi perawat maupun bagi pasien. Dengan adanya standar,

maka permasalahan pasien akan cepat ditemukan dan teratasi

sehingga hari perawatan pasien akan semakin pendek dan akan

mengurangi biaya perawatan bagi pasien.

3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas

dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik

standar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang

wajib dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan,

sehingga perawat akan dapat menghindarkan kesalahan dan

kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan.

Pada pasal 53 ayat 2 dan 4 UU kesehatan No : 23 tahun

1992 dijelaskan bahwa “Tenaga kesehatan (perawat dan bidan)

dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi

standar profesi dan menghormati hak pasien.”

Dari penjelasan tersebut, bahwa standar keperawatan mempunyai

standar hukum, barang siapa melanggar atau lalai akan menerima

sanksi pada pasal 82 85.

Page 36: bab2.pdf

36

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat

Efektivitas pelaksanaan asuhan keperawatan melalui perilaku

penerapan proses keperawatan tergantung kinerja perawat. Untuk

memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan

perawat yang kompeten secara intelektual, tekhnikal dan

interpersonal (Wilkinson, 1996 & Taylor, Lillis & Le Mone, 1997),

kreatif dan mampu beradaptasi (Wilkinson, 1999) dan menerapkan

prinsip-prinsip etik (Taylor, Lillis & Le Mone, 1999). Sedangkan

menurut Ilyas (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

diantaranya adalah: karakteristik individu, organisasi dan keluarga.

Berikut akan dijelaskan faktor-faktor tersebut.

1. Karakteristik Individu

a. Umur

Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan atau

maturitas, dalam arti semakin meningkat umur seseorang

akan meningkat pula kedewasaan secara teknis dan

psikologis, serta semakin mampu melaksanakan tugasnya

(Siagian, 1999). Pernyataan yang sama disampaikan oleh

Davis dan Newstorm (1996) semakin bertambah umur maka

akan semakin meningkat kepuasan kerja dan semakin

berprestasi. Pernyataan tersebut diperjelas oleh Wursanto

(2003) pegawai mempunyai produktivitas tinggi antara umur

20-45 tahun. Pernyataan tersebur berbeda dengan pendapat

Page 37: bab2.pdf

37

Robbin (1996) bahwa kemampuan seseorang akan merosot

dengan meningkatnya umur, sehingga umur muda merupakan

umur yang paling optimal untuk pengembangan kemampuan,

hal tersebut lebih dijelaskan oleh Mappiare (1983) efisiensi

fisik manusia mencapai puncaknya dalam umur sekitar 23-27

tahun, setelah itu kemampuan fisik individu secara fisik

mulai menurun pelan-pelan sampai umur 40-45 tahun.

Berdasarkan pernyataan dari para ahli tersebut dapat

disimpulkan secara fisik umur muda akan lebih optimal untuk

menjalankan suatu pekerjaan, tetapi secara psikologi belum

mempunyai kematangan, kedewasaan. Sehingga umur dapat

berhubungan positif atau negatif terhadap kinerja tergantung

dari jenis pekerjaannya.

b. Jenis Kelamin

Tenaga perawat sebagian besar perempuan, menurut

Robbin (1996) tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.

Pernyataan yang sama disampaikan oleh Quin (1974 dalam

Robbin, 1996) tidak ada perbedaan yang bermakna dalam

produktivitas pekerjaan.

Breenhalgh, Vanhaven dan Kyngas (1998)

mengemukakan bahwa perawat perempuan lebih caring

dalam indicator accesible, membangun hubungan saling

Page 38: bab2.pdf

38

percaya dengan pasien dan memberikan rasa nyaman

dibandingkan dengan laki-laki.

c. Pengalaman

Pengalaman kerja adalah keseluruhan pelajaran yang

diperoleh dari seorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami

selama perjalanan kerjanya (Wursanto, 2003). Pengalaman

kerja mempengaruhi pegawai menjalankan fungsinya sehari-

hari, semakin lama seseorang bekerja makin terampil dan

berpengalaman melaksanakan pekerjaanya (Siagian, 1999).

Pernyataan tersebut terbukti dalam hasil penelitian yang

dilakukan oleh Farida (2001) bahwa perawat yang bekerja

lebih dari 8 tahun kinerjanya lebih baik dibandingkan perawat

yang pengalaman kerjanya kurang dari 8 tahun.

d. Status Perkawinan

Status perkawinan mempengaruhi hubungan dengan

kinerja pegawai. Pegawai yang sudah menikah lebih loyal

dengan pekerjaan dibandingkan pegawai dengan status

bujangan (Robbin, 2001). Status perkawinan memberikan

tingkat kepuasan lebih tinggi dan berpengaruh terhadap

keinginan tidak berpindah pekerjaan (Siagian, 1999).

Menurut hasil penelitian Farida (2001) proporsi perawat

dengan status perkawinan kawin melaksanakan proses

Page 39: bab2.pdf

39

keperawatan lebih baik (65,3%) dibanding perawat status

belum kawin (61%).

e. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kualitas

asuhan keperawatan, semakin tinggi tingkat pendidikan

perawat semakin tinggi kemampuan melaksanakan asuhan

keperawatan (Alfaro, le Feure, 1998 dan Daly, Seedy &

Jacson, 2000). Dengan pendidikan yang tinggi akan

meningkatkan kemampuan intelektual, interpersonal dan

tekhnikal yang dibutuhkan perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan (Wilkinson, 1996 dan Taylor, Lillis &

Le Mone, 1997). Asuhan keperawatan merupakan suatu

metoda penyelesaian masalah pasien melalui bantuan perawat

yang mempunyai kemampuan berfikir kritis dalam

menganalisis tanda dan gejala yang ditemukan dari seorang

pasien untuk dibuat suatu perencanaan penyelesaian masalah

secara tepat. Kemampuan berfikir kritis dan menganalisa

tersebut akan diperoleh melalui pendidikan tinggi

keperawatan.

Berdasarkan SK Menkes 1239 tahun 2001 tentang

Registrasi dan Praktik Perawat yang menyebutkan bahwa

tenaga perawat profesional tingkat pemula berpendidikan D

III keperawatan. Husin dalam Ali (2002) mengemukakan

Page 40: bab2.pdf

40

bahwa pendidikan keperawatan yang semula bersifat

kejuruan berubah menjadi pendidikan tinggi baik itu D III

keperawatan maupun S1 keperawatan.

2. Organisasi

Faktor organisasi yang mempengaruhi kinerja perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan meliputi:

pengembangan karir, pendapatan (Ilyas, 2001), sumber daya,

kebijakan organisasi (Robbin, 1998) dan iklim kerja (Gibson,

Ivancevich dan Donelly, 1996).

a. Pengembangan karir

Pengembangan karir adalah perencanaan dan

implementasi rencana dan dapat dipandang sebagai proses

kehidupan yang meliputi individu dan lingkungan dimana

individu tersebut berada (Angeline, 1995 dalam Marqus &

Huston, 2000). Perkembangan karir perawat merupakan

jaminan terhadap masa depan pekerjaan perawat. Tidak

mungkin seseorang dapat bekerja dengan tenang apabila tidak

ada jaminan bagi dirinya untuk dapat berkembang sebagai

perawat profesional.

b. Pendapatan/Gaji

Evaluasi kinerja sering digunakan sebagai alat untuk

menentukan pendapatan dan memperbaiki kinerja pegawai.

Pendapatan atau gaji sangat penting bagi seorang pegawai,

Page 41: bab2.pdf

41

karena pendapatan atau gaji yang layak akan memenuhi

kebutuhan fisik atau materinya, memberikan rangsangan

kerja pegawai dan mengurangi turn over (perpindahan kerja).

c. Sumber Daya

Sumber daya adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh

organisasi yang mencakup sarana dan prasarana, pegawai,

pekerjaan, uang, waktu dan sebagainya. Menurut Robbin

(1998) sumber daya sangat berpengaruh pada perilaku

kelompok. Tingkat kinerja suatu kelompok sangat bergantung

pada sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing

kelompok. Sumber daya berpengaruh terhadap kualitas

asuhan keperawatan.

d. Kebijakan Organisasi

Kebijakan organisasi merupakan aturan tertulis yang

dibuat oleh organisasi dan diberlakukan untuk seluruh

pegawai. Kebijakan yang dibuat oleh organisasi membentuk

iklim kerja sesuai dengan tujuan organisasi (Robbin, 1998).

Bila kebijakan sesuai maka pegawai akan bekerja pada

lingkungan yang kondusif. Kebijakan organisasi yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan: penjadwalan dinas

atau rotasi, metode asuhan keperawatan (Billies, 1994),

pengembangan karir (Marquis dan Huston), menggunakan

Page 42: bab2.pdf

42

standar asuhan keperawatan, dokumentasi asuhan

keperawatan (Taylor, Lillis dan Le Mone, 1997).

e. Struktur organisasi

Suatu struktur organisasi menetapkan suatu tugas

dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.

Struktur organisasi dikatakan efektif apabila ada uraian tugas

yang jelas bagi setiap pegawai di setiap bagian dalam

menjalankan peran dan fungsinya, garis komando yang jelas

atau tidak terputus yang menggambarkan wewenang yang

jelas terentang dari pucak organisasi ke staf di bawahnya,

memperjelas siapa melapor siapa dan kesatuan komando

dimana seorang bawahan seharusnya mempunyai satu atasan

kepada siapa bertanggung jawab (Robbin, 2003).

f. Iklim Kerja

Iklim kerja adalah salah satu faktor organisasi yang ada

hubungannya dengan produktivitas. Menurut pendapat

Gibson, Ivancevich, & Donelly (1996) iklim organisasi

adalah serangkaian sifat lingkungan kerja yag dinilai

langsung atau tidak langsung oleh pegawai yang dianggap

sebagai kekuatan atau dapat mempengaruhi sejumlah

pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan menurut

Wursanto (2003) iklim kerja cenderung pada segi psikis dari

kondisi lingkungan kerja yang meliputi

Page 43: bab2.pdf

43

1) Rasa aman yang mungkin timbul pada saat menjalankan

tugas, pemutusan hubungan kerja yang sewenang-

wenang, saling curiga-mencurigai diantara pegawai

2) Adanya loyalitas antar pimpinan dan bawahan dengn

bawahan atau antar pegawai yang setingkat.

3. Keluarga

Pegawai wanita dan pria mempunyai tanggung jawab

yang berbeda terhadap keluarga. Seorang pegawai pria yang

mempunyai beban keluarga yang tinggi akan meningkatkan jam

kerjanya lebih tinggi, dibandingkan dengan pria dengan beban

keluarga yang rendah. Sebaliknya dengan pegawai wanita yang

mempunyai beban keluarga yang tinggi akan mengurangi jm

kerjanya, sedangkan bila beban keluarganya rendah, akan

meningkatkan jam kerjanya (Shye, 1991 dan Ilyas, 2002).

2.1.7. Konsep Perilaku

1. Definisi Perilaku

Menurut Sunaryo dari sudut biologis, perilaku adalah

suatu kegiatan atau aktivitas organisme bersangkutan, yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan

menurut Sri Kusmiati dan Desminiati seperti yang dikutip oleh

Sunaryo mengatakan bahwa umumnya, perilaku manusia pada

hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan

Page 44: bab2.pdf

44

lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah

mahluk hidup. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah

suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

2. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu

respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan

(stimulus) dari luar subyek tersebut. Respons ini ada dua macam,

yakni:

a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di

dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat

oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin

dan pengetahuan.

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi

secara langsung.

3. Prosedur Pembentukan Perilaku

Menurut Skinner prosedur pembentukan perilaku dalam

Operant Conditioning (jenis respons atau perilaku yang

diciptakan karena adanya kondisi tertentu) adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards

bagi perilaku yang akan dibentuk.

Page 45: bab2.pdf

45

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-

komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam

urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku

yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu

sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer

atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan

urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen

pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini

akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)

tersebut cenderung akan sering dilakukan.

4. Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku terbentuk karena adanya

kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki

lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis atau biologis

seperti O2, air, cairan elektrolit, makanan dan seks. Kebutuhan

rasa aman misalnya rasa aman terhindar dari pencurian,

penodongan, perampokan dan kejahatan lainnya. Kebutuhan

mencintai dan dicintai misalnya, mendambakan kasih sayang

atau cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman,

kekasih dan lain-lain. Kebutuhan harga diri misalnya, ingin

Page 46: bab2.pdf

46

dihargai dan menghargai orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri,

misalnya, ingin sukses dan berhasil dalam mencapai cita-cita.

2.1.8. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui

proses sensoris khususnya telinga dan mata terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Terbentuknya suatu

perilaku dimulai dengan adanya dorongan pengetahuan atau kognitif

dan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan

perilaku seseorang.

Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmojo S. (1977) yang

mengutif dari Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi

perilaku, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang

berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-

nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya.

4. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

Page 47: bab2.pdf

47

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup

enam tingkatan yaitu:

1. Tahu, merupakan tingkat penetahuan paling rendah.

2. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar objek yang diketahui.

3. Penerapan, yaitu kemampuan individu untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata.

4. Analisis, artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam

bagian – bagian kecil, tetapi masih terkait satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

sudah ada.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek.

2.1.9. Akreditasi Rumah Sakit

1. Pengertian

Akreditasi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya

adalah pengakuan kepada rumah sakit dan sarana kesehatan

lainnya yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.

Page 48: bab2.pdf

48

2. Tujuan Akreditasi

a. Tujuan umum :

Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya.

b. Tujuan Khusus :

1) Memberikan jaminan, kepuasan dan perlindungan kepada

masyarakat.

2) Memberikan pengakuan kepada rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya yang telah menerapkan standar yang

ditetapkan.

3) Menciptakan lingkungan intern rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya yang kondusif untuk penyembuhan

dan pengobatan termasuk peningkatan dan pencegahan

sesuai standar struktur, proses dan hasil.

3. Peran Akreditasi

a. Peningkatan kualitas pelayanan (QI)

b. Kegiatan pelayanan komprehensif

c. Pelayanan integratif yang meliputi struktur, proses dan out

come secara obyektif, sistematik dan berlanjut.

d. Memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan

terhadap pasien dan memecahkan masalah sehingga

pelayanan berdayaguna dan berhasil guna.

Page 49: bab2.pdf

49

4. Manfaat

a. Peningkatan Administrasi dan perencanaan

b. Peningkatan Koordinasi asuhan pasien

c. Peningkatan koordinasi pelayanan

d. Peningkatan kerjasama dalam organisasi, komitmen penuh

terhadap mutu pelayanan

e. Peningkatan komunikasi antar Staff

f. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien

g. Lingkungan yang lebih aman

h. Peningkatan sistem dan prosedur

i. Peningkatan kesadaran staff akan tanggung jawabnya

j. Peningkatan pelayanan diukur dengan Clinical Indicator

k. Kepuasan Stakeholer

5. Metode

Akreditasi RS pada dasarnya menggunakan dua metode

yang saling berkaitan dan dilaksanakan secara peiodik dan

berkesinambungan :

c. Survei pra Akreditasi

Rumah sakit menilai diri sendiri (self assessment)

menggunakan instrumen/kuesioner pra Akreditasi

Page 50: bab2.pdf

50

d. Survei Akreditasi

Survei dilakukan oleh Surveyor yang ditugaskan komisi

gabungan Akreditasi, survei ini dilakukan dilokasi rumah

sakit.

6. Keputusan Hasil Akreditasi

e. Tidak terakreditasi (gagal)

Suatu rumah sakit tidak dapat memperoleh status akreditasi

bila rumah sakit tersebut dianggap belum mampu memenuhi

standar yang ditetapkan.

f. Akreditasi bersyarat :

Status ini diberikan bila rumah sakit telah dapat memenuhi

persyaratan minimal tetapi belum cukup untuk mendapatkan

akreditasi penuh karena ada beberapa kriteria/standar yang

diberi rekomendasi khusus.

g. Akreditasi Penuh

Status akreditasi penuh diberikan untuk jangka waktu tiga

tahun

h. Akreditasi Istimewa

Untuk rumah sakit yang menunjukkan pemenuhan standar

secara istimewa selama tiga periode berturut – turut, akan

mendapatkan status akreditasi untuk masa lima tahun.

Page 51: bab2.pdf

51

7. Tahapan Pelaksanaan Akreditasi

Pentahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut :

a. Tahap I : Akreditasi 5 (lima) pelayanan disebut akreditasi

tingkat dasar.

b. Tahap II : Akreditasi 12 (dua belas) pelayanan disebut

Akreditasi tingkat lanjut.

c. Tahap III : Akreditasi 16 (enam belas) meliputi 12 (dua belas)

pelayanan ditambah 4 (empat) pelayanan terakhir yaitu

Pelayanan Intensif, Pelayanan Gizi, Pelayanan Rehabilitasi

Medik dan Pelayanan darah

8. Penilaian Kegiatan Pelayanan Keperawatan

Standar I : Falsafah dan tujuan

a. Ada falsafah dan tujuan keperawatan

b. Merupakan acuan petugas melaksanakan

kegiatan pelayanan keperawatan

Standar II : Administrasi dan pengelolaan

a. Ada struktur organisasi (UTW)

b. Perjanjian kerjasama antara RS dan Institusi

Pendidikan

c. Standar asuhan keperawatan

d. Informasi kepada pasien tentang hal – hal yang

harus diketahui.

Page 52: bab2.pdf

52

Standar III : Staf dan Pimpinan

a. Pimpinan keperawatan (jabatan struktural)

b. Pola dan standar ketenagaan

c. Perencanaan ketenagaan

d. Proses Rekruitmen dan seleksi

e. Jadwal dinas dengan klasifikasi pendidikan dan

pengalaman kerja.

f. Pendelegasikan tugas pimpinan diluar jam kerja

g. Tenaga terlatih pada unit khusus.

h. Pertemuan berkala

Standar IV : Fasilitas dan peralatan:

a. Standar peralatan

d. Perencanaan peralatan

e. Tersedia SOP penggunaan & Pemeliharaan alat

Standar V : Kebijakan dan Prosedur

a. Tersedia prosedur keperawatan, asuhan

keperawatan, ketenagaan, peralatan dan cara

penanggulangan kedaruratan.

b. Ada etik profesi, pengelolaan masalah etik

Standar VI : Pengembangan staf dan Program Pendidikan

a. Ada program pengembangan staff jangka

pendek dan jangka panjang.

b. Ada program orientasi

Page 53: bab2.pdf

53

Standar VII :Evaluasi dan Pengendalian Mutu

a. Ada program pengendalian mutu keperawatan,

pemantauan, pengkajian, tindakan, evaluasi dan

umpan balik

b. Data indikator klinik, dikumpulkan diolah dan

dianalisis.

c. Dilakukan pemantauan dan evaluasi kejadian

infeksi di ruang rawat inap terstruktur dan

teratur.

2.1.10. Hak Dan Kewajiban Pasien

Hak-hak konsumen kesehatan sesuai dengan UU

perlindungan konsumen tahun 1999 pasal 4 antara lain (Widjajarta,

2001:3 dan Pujiarto, 2004:28) :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

2. Hak memilih

3. Hak atas informasi

4. Hak didengar

5. Hak mendapatkan advokasi dan upaya perlindungan konsumen

6. Hak mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak atas pelayanan/perlakuan yang tidak diskriminatif

8. Hak otonomi, yaitu hak untuk menentukan apa yang terbaik bagi

dirinya

Page 54: bab2.pdf

54

Dalam PP no.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal

22 ayat (1) menyatakan bahwa tenaga kesehatan jenis tertentu dalam

menjalankan tugas profesinya berkewajiban untuk :

1. Menghormati hak pasien

2. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien

3. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan

tindakan yang akan dilakukan

4. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.

Kewajiban dasar pasien adalah berupa kewajiban moral dari

pasien yaitu : memelihara kesehatannya. Pada beberapa literatur

selain kewajiban tersebut pasien juga berkewajiban untuk (iskandar,

1998 : 72-73; Dirjen Yan Medik, 1997: Iib ; dan Hanafiah, 1999 :

50-51)

1. Memeriksakan diri sedini mungkin

2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang

penyakitnya kepada tenaga kesehatan

3. Melaksanakan nasehat-nasehat yang diberikan tenaga kesehatan

dalam rangka perawatan

4. Menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan

untuk menyimpan rahasia kedokteran serta kesendiriannya

(privacy)

Page 55: bab2.pdf

55

5. Memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional yang telah

diberikan oleh tenaga kesehatan

6. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah

dibuat

7. Yakin kepada tenaga kesehatan dan yakin akan sembuh. Bila

tidak yakin lagi pada kemampuan tenaga kesehatan (khususnya

dokter), dapat memutuskan kontrak terapeutik atau dokternya

sendiri yang menolak meneruskan perawatan

8. Berterus terang apabila timbul masalah (dalam hubungan tenaga

kesehatan dan rumah sakit) baik yang langsung maupun tidak

langsung.

2.2. Penelitian Terkait

Studi literatur yang menunjukkan penelitian-penelitian yang

berkaitan dengan hubungan karakteristik perawat dengan perilaku penerapan

Standar Operating Prosedure (SOP) dalam memberikan asuhan keperawatan

yaitu:

1.2.1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teti Rohmawati (2006) yang

berjudul “Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Menurut

Persepsi Perawat Pelaksana Dan Karakteristik Individu Dengan

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Ruangan Instalasi Rawat Inap

RSUD Sumedang” adalah karakteristik individu perawat pelaksana

yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pengalaman bekerja, status

Page 56: bab2.pdf

56

perkawinan dan pendidikan tidak terdapat hubungan yang signifikan

dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.

1.2.2. Penelitian yang dilakukan oleh Ellya Netty (2002) dengan judul

“Hubungan Antara Karakteristik Perawat Pelaksana, Pemahaman

Proses Keperawatan Dan Supervisi Dengan Perilaku penerapan

Proses Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSABHK”. Hasil uji Chi

Square antara variabel karakteristik perawat pelaksana dengan

perilaku penerapan proses keperawatan di ruang rawat inap

RSAHBK Jakarta, yang signifikan adalah variabel umur sedangkan

variabel lama kerja, status perkawinan, pendidikan formal dan

pendidikan tambahan tidak signifikan. Tetapi pada analisis

multivariate, untuk pendidikan formal terdapat hubungan yang

signifikan terhadap perilaku penerapan proses keperawatan.

1.2.3. Pada penelitian di RSUD Ambarawa (2001) tentang Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Standar Asuhan

Keperawatan Yang Dilakukan Oleh Perawat Pelaksana adalah

22,62% mempunyai pengetahuan yang cukup tentang standar

pelayanan keperawatan, 30,51% mempunyai keterampilan yang baik,

50,85% perawat mempunyai motivasi yang cukup sedangkan

perawat pelaksana tidak menggunakan standar asuhan keperawatan

sebanyak 59,32% dikarenakan pengawasan yang kurang dari kepala

ruangan

Page 57: bab2.pdf

57

2.3. Kerangka Teori

Skema 2.1Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat

(Sumber: Notoatmojo, 2002)

Predisposing factor (faktor predisposisi):

1. pengetahuan 2. sikap

Enabling (faktor pendukung):Sarana dan prasarana kesehatan.

Reinforcing factor (faktor pendorong):Pengembangan karier, pendapatan, kebijakan rumah sakit, keluarga.

Perilaku perilaku penerapan Standar Operating Prosedure(SOP) dalam memberikan asuhan keperawatan