BAB X - Web viewSpesifikasi teknis. 1. Bentuk Marka Jalan : Marka memanjang. Terdiri dari garis...
Transcript of BAB X - Web viewSpesifikasi teknis. 1. Bentuk Marka Jalan : Marka memanjang. Terdiri dari garis...
SISTEM TRANSPORTASI
FASILITAS TETAP ARSU-ARUS : KENDARAAN, ORANG BEPERGIAN,DAN SEBAGAINYA
LINGKUNGAN ALAMIAH
MASUKAN KELUARAN
- Orang bepergian- Muatan- Pekerja- Tanah- Bahan bakar- dsb
- Orang bepergian- Muatan- Pekerja- Produk sisa- dsb
BAB VII
EFEK LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN
Kompetensi Umum : Mahasiswa akan dapat menjelaskan efek lalu lintas terhadap lingkungan
Kompetensi Khusus : 1. Mahasiswa akan dapat menyebutkan hubungan transportasi dengan lingkungannya 2. Mahasiswa akan dapat menyebutkan pengaruh lalu lintas terhadap lingkungan
Dalam beberapa tahun belakngan ini semakin terbukti bahwa banyak kegiatan produktif
manusia mempunyai pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengaruh ini harus
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kegiatan tersebut secara menyeluruh. Salah satu
kegiatan produktif tadi adalah transportasi. Walaupun pengaruh transportasi terhadap lingkungan
alamiah terutama dikaitkan dengan penggunaan sumberdaya alam yang langka yang termasuk
bagian dari biaya transportasi.
Gambar 7.1 Sistem transportasi dengan lingkungannya
Pergerakan lalu lintas mempunyai pengaruh terhadap lingkungan di sekitar jalan, yaitu :
1. Dampak kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Sebagian besar suara dari sistem
transportasi tidak kita kehendaki, terutama karena sangat mungkin mengganggu manusia atau
kegiatan lainnya, dan dalam beberapa kasus mungkin dapat mengakibatkan kecelakaan pada
manusia atau makhluk hidup lainnya. Masalah kebisingan suara dan getaran yang terjadi di
SUMBER
JALUR GERAK(YANG MELEMAHKAN KEBISINGAN)
PENERIMA
Kebisingan dipancarkan
Kebisingan mencapai penerima
pusat-pusat kota, perumahan, rumah sakit, tempat ibadah dapat menimbulkan
ketidaktenangan masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa keadaan kebisingan ini diperlukan,
seperti suara lonceng kereta api pada saat melintasi perlintasan dengan jalan raya sangat
berguna untuk memperingatkan para pemakai jalan.
Dalam pertimbangan mengenai kebisingan transport ini, perlu diperhatikan tiga unsure
penting. Pertama adalah sumber kebisingan. Kedua adalah penerima kebisingan. Ketiga
adalah jalur dimana kebisingan ditransmisikan dari sumber ke penerima. Karakteristik dari
masing-masing unsure ini dapat menentukan tingkat kebisingan atau sejauh mana suara dapat
mengganggu bahkan menimbulkan bahaya pada saat ia sampai ke penerima. Ketiga unsur
diperlihakan dalam gambar berikut ini.
Gambar 7.2 Transmisi kebisingan dari pengirim ke penerima
Berikut ini adalah tingkat kebisingan di luar (eksterior) di daerah pemukiman dari yang
bisa diterima sampai yang tidak bisa diterima sesuai batas pendengaran manusia yang
direkomendasikan oleh U.S Department of Housing and Urban Development.
Tingkat kebisingan umum (dBA)
Tidak dapat diterima
Melebihi 80 dBA, 60 menit dalam 24 jam
Melebihi 75 dBA, 8 jam dalam 24 jam
Dapat dipilih atau tidak - biasanya tidak dapat diterima
Melebihi 65 dBA, 8 jam dalam 24 jam
Suara-suara kuat yang berulang-ulang pada lokasi
Dapat dipilih atau tidak – biasanya dapat diterima
Tidak melebihi 65 dBA, lebih dari 8 jam dalam 24 jam
Dapat diterima
Tidak melebihi 45 dBA, lebih dari 30 menit dalam 24 jam
2. Polusi udara akibat gas buangan dari kendaraan bermotor.
Bentuk yang paling berbahaya dan sukar untuk ditangani ialah pengotoran udara oleh
berbagai partikel dan gas. Semua bentuk transportasi mengakibatkan polusi, kendaraan yang
menggunakan mesin dengan pembakaran di dalam (atau terkadang di luar) merupakan penyebab
polusi yang paling besar, terutama di daerah yang padat dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan. Termasuk di sini adalah kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya dan pesawat
udara. Ketika hasil pembakaran (asap) ini dari kendaraan-kendaraan ini bergabung dengan
polusi dari sumber-sumber lainnya (yang tetap), konsentrasi total polusi akan dapat
membahayakan kesehatan manusia.
Kenyataannya sampai sekarang kadar polusi yang dikatakan membahayakan tidak dapat
ditentukan secara jelas, meskipun penyelidikan untuk itu masuh terus dilakukan. Walaupun
demikian, kebutuhan untuk memperbaiki kualitas udara di suatu pusat kegiatan cukup nyata.
Untuk itu telah dijalankan berbagai program yang mengharuskan teknologi transportasi
mengurangi emisi polusi kendaraan dengan bantuan alat yang disebut alat pengontrol emisi.
Program lainnya ialah dengan dengan mengurangi jumlah gerakan kendaraan pada suatu tempat
tertentu.
3. Lahan dan estetika
Dengan terjadinya urbanisasi di banyak negara, maka kebutuhan untuk mengembangkan
kapasitas transportasi perkotaan akan sangat mendesak. Pengembangan tersebut biasanya akan
membutuhkan tambahan lahan, dan biasanya berbentuk jalan bebas hambatan ataupun lintas
angkutan cepat.
Lahan untuk transport harus tersedia sebagai jalur kontinu dengan lebar minimum
tertentu, dan untuk prasarana berkapasitas tinggi di daerah perkotaan biasanya perlu dihindarkan
dari arus lalu lintas yang memotong, sehingga perlu mempertinggi atau memperendah elevasi
jalur tadi pada lokasi-lokasi tertentu. Ini mengakibatkan timbulnya hambatan untuk menyeberang
di sarana transportasi baru, kecuali pada tempat-tempat tertentu. Hambatan itu juga akan
mengganggu kehidupan bertetangga/bermasyarakat. Juga banyak rumah dan keluarga yang harus
dipindahkan, yang menimbulkan masalah sosial dan ekonomi tersendiri. Karena alasan-alasan di
atas, maka dewasa ini setiap pembangunan prasarana transportasi baru harus dipertimbangkan
secara integral dengan daerah di sekitarnya.
4. Getaran
Getaran dari sumber transportasi ternyata merupakan masalah yang terbatas. Tidak dapat
dipungkiri bahwa getaran terjadi pada jalan-jalan arteri utama dari transportasi darat, di mana
kendaraan-kendaraan berat beroperasi secara berdekatan dengan bangunan-bangunan yang
menampung kegiatan manusia yang sangat sensitif terhadap getaran. Yang paling utama ialah
lintas kereta api bawah tanah, di mana getaran dapat menimbulkan masalah bagi bangunan-
bangunan di sekitarnya, terutama bangunan yang pondasinya berhubungan langsung dengan
terowongan. Tetapi juga telah diamati bahwa pada jarak lebih jauh dari 50 ft yang memisahkan
struktur bangunan dari terowongan, getaran ini tidak sampai mengganggu kegiatan manusia.
Walaupun kendaraan jalan dibatasi getarannya dengan adanya ban karet tidak seperti roda baja
kereta api, namun getaran bisa saja tetap menimbulkan masalah pada daerah sekitar jalan utama
dimana kendaraan mengalami getaran naik turun. Walaupun maslah getaran ini jarang dapat
memaksakan pemindahan suatu rute transport ataupun pemindahan suatu pusat kegiatan yang
sensitif terhadap getaran (misal laboratorium) namun ia harus tetap diperhitungkan sebagai
sumber masalah yang potensial dalam setiap perencanaan sarana transportasi yang baru.
Contoh Soal ;
1. Apakah pengaruh lalu lintas terhadap lingkungan !
Jawab : pengaruh lalu lintas terhadap lingkungan meliputi : pengaruh akibat suara/kebisingan,
polusi udara akibat gas buangan, getaran akibat beban kendaraan dan muatan lalu
lintas, lahan dan estetika.
BAB VIII
ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APILL)
Kompetensi Umum : Mahasiswa akan dapat menjelaskan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)
Kompetensi Khusus : 1. Mahasiswa akan dapat menyebutkan jenis-jenis APILL2. Mahasiswa akan dapat menyebutkan fungsi APILL3. Mahasiswa akan dapat menyebutkan bentuk dan ukuran APILL4. Mahasiswa akan dapat menyebutkan kekuatan hukum dan penyelenggaraan
(perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan) APILL5. Mahasiswa akan dapat menyebutkan Penempatan APILL
A. Pengertian : perangkat peralatan teknik yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur
lalu lintas orang atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. Alat pemberi isyarat
lalu lintas berlaku bagi lalu lintas sesuai arah lalu lintas yang bersangkutan.
B. Lokasi penempatan APILL harus mempertimbangkan :
a. Kondisi jalan dan lingkungan
b. Kondisi lalu lintas
c. Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban,dan kelancaran lalu lintas
C. Jenis APILL :
a. Lampu 3 warna, untuk mengatur kendaraan
Terdiri dari warna : merah, kuning, hijau.
b. Lampu 2 warna, untuk mengatur kendaraan dan atau pejalan kaki
Terdiri dari warna : merah, kuning.
c. Lampu 1 warna, untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan
Hanya warna kuning atau merah saja.
Ketiga jenis APILL tersebut dipasang dalam posisi vertikal maupun horisontal.
D. Fungsi APILL
Lampu 3 warna :
a. Warna hijau menyala setelah warna merah padam mengisyaratkan kendaraan harus
berjalan.
b. Warna kuning menyala setelah lampu warna hijau padam mengisyaratkan bagi
kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti bersiap untuk berhenti atau berjalan
dengan aman bagi kendaraan yang sudah dekat dengan batas berhenti.
c. Warna merah menyala setelah lampu kuning padam mengisyaratkan kendaraan harus
berhenti sebelum batas berhenti.
d. Lampu hijau berupa tanda panah menyala, artinya kendaraan harus berjalan ke arah
yang ditunjuk oleh tanda panah tersebut.
e. Lampu warna merah berupa tanda panah menyala, artinya kendaraan ke arah yang
ditunjuk oleh tanda panah tersebut harus berhenti.
f. Bila lampu 3 warna mengalami kerusakan, maka lampu warna kuning menyla
berkedip secara otomatis, artinya kendaraan harus berhati-hati.
Lampu 2 warna :
a. Lampu 2 warna menyala secara bergantian, berfungsi :
Mengatur lalu lintas pada tempat penyeberangan pejalan kaki
Mengatur lalu lintas kendaraan pada jalan tol atau tempat-tempat tertentu lainnya.
b. Lampu 2 warna pada tempat penyeberangan pejalan kaki dapat dilengkapi isyarat
suara dan memiliki simbul :
Berbentuk orang berdiri, untuk lampu merah, apabila menyala mengisyaratkan
pejalan kaki dilarang memasuki jalur lalu lintas.
Berbentuk orang berjalan untuk lampu hijau, apabila menyala mengisyaratkan
pejalan kaki dapat menyeberang.
Apabila lampu warna hijau berbentuk orang berjalan menyala berkedip
mengisyaratkan agar pejalan kaki yang berada di jalur lalu lintas harus segera
mendekati seberang jalan yang terdekat pejalan kaki yang belum berada di jalur
lalu lintas dilarang memasuki jalur lalu lintas.
Lampu 1 warna :
a. Terdiri dari 1 lampu yang menyala berkedip atau 2 lampu yang menyala bergantian
b. Lampu 1 warna yang berwarna kuning dipasang pada jarak lalu lintas apabila menyala
mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati.
c. Lampu 1 warna yang berwarna merah dipasang pada persilangan sebidang dengan
jalan kereta api apabila menyala mengisyaratkan pengemudi harus berhenti.
d. Lampu 1 warna dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu
yang menunjuk arah datangnya kereta api.
E. Bentuk dan Ukuran APILL
a. Berbentuk bulat dengan diameter 20 cm – 30 cm.
b. Daya lampu 60 watt – 100 watt.
F. Kekuatan Hukum dan Penyelenggaraan (perencanaan, pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan) APILL
Bersifat perintah dan atau larangan.
Ketetapan dan pengaturannya berdasarkan :
1. Keputusan direktur jenderal atau pejabat yang ditunjuk untuk jalan nasional dan jalan tol,
kecuali jalan nasional di Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kodya DT II.
2. Perda tingkat I untuk jalan propinsi, kecuali jalan propinsi di Kabupaten DT II dan Kodya
DT II.
3. Perda tingkat II untuk jalan Kabupaten/Kodya dan jalan nasional dan propinsi yang telah
diserahkan kepada DT II.
Mempunyai kekuatan hukum setelah 30 hari sejak tanggal pemasangan.
Tanggal pemasangan APILL harus diumumkan kepada pemakai jalan oleh instansi yang
berwenang melalui : media cetak, media elektronik, atau media lain
Pencabutan APILL juga harus diinformasikan kepada pemakai jalan.
G. Penempatan APILL :
Di persimpangan, ditempatkan pada sisi jalur lalu lintas menghadap arah lalu lintas.
Di persimpangan sebidang dengan jalan kereta api, ditempatkan pada sisi kiri jalur lali
lintas menghadap arah lalu lintas.
Di tempat penyeberangan pejalan kaki, ditempatkan pada sisi kiri atau kanan jalur lalu
lintas menghadap kearah pejalan kaki, dilengkapi dengan tombol permintaan untuk
menyeberang.
Harus dapat dilihat dengan jelas oleh pengemudi dan pejalan kaki.
Tinggi lampu paling bawah minimal 300 cm dari permukaan jalan, jika APILL
ditempatkan pada persimpangan di sisi jalur lalu lintas.
Tinggi lampu paling bawah minimal 550 cm dari permukaan jalan, jika APILL
ditempatkan diatas permukaan jalan.
H. Pembinaan dan pengawasan APILL
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh direktur jenderal. Pembinaan meliputi :
Penentuan persyaratan APILL
Penentuan petunjuk teknis APILL, mencakup penetapan pedoman, prosedur, dan tata cara
penyelenggaraan APILL.
Pemberian bimbingan teknis
Pengawasan teknis meliputi :
Kegiatan pemantauan dan penilaian penyelenggaraan APILL serta saran teknis.
Contoh Soal :
1. Jelaskan pengertian APILL !
Jawab : Pengertian dari APILL adalah perangkat peralatan teknik yang menggunakan isyarat
lampu untuk mengatur lalu lintas orang atau kendaraan di persimpangan atau pada
ruas jalan. Alat pemberi isyarat lalu lintas berlaku bagi lalu lintas sesuai arah lalu
lintas yang bersangkutan.
BAB IX
PEDESTRIAN DAN KENDARAAN TAK BERMOTOR
Kompetensi Umum : Mahasiswa akan dapat menjelaskan pedestrian dan kendaraan tak bermotor
Kompetensi Khusus : 1. Mahasiswa akan dapat menyebutkan definisi pedestrian2. Mahasiswa akan dapat menyebutkan definisi kendaraan tak bermotor
A. Pedestrian
Banyaknya pedestrian (pejalan kaki) disekitar jalan, terutama didaerah perkotaan
berpengaruh terhadap pergerakan lalu lintas di suatu ruas jalan. Pengaruh ini meliputi jumlah
faktor fisik, faktor mental, serta emosinya. Pejalan kaki yang banyak dengan
ketidaktertibannya dalam menyeberang atau berjalan dilajur lalu lintas sangat mengganggu
pengemudi dalam menjalankan kendaraannya.
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah (PP) No.43 Tahun 1993, pemerintah
memberikan keistimewaan kepada pejalan kaki. Hal ini ditetapkan pemerintah dengan alas
an pejalan kaki sangat potensial sebagai salah satu penyebab kecelakaan. Pejalan kaki
memiliki keistimewaan karena sebagai pemakai jalan menghadapi resiko tinggi dalam suatu
tabrakan.
Kebutuhan pejalan kaki terutama di daerah perkotaan merupakan suatu bagian yang
terpadu dalam system transportasi jalan. Untuk itu perlu ada pemisahan dengan kendaraan
bermotor. Fasilitas untuk pejalan kaki agar terlindung dari kendaraan bermotor adalah
trotoar.
B. Kendaraan tak bermotor
Kendaraan tak bermotor meliputi : sepeda, becak, delman, dan sejenisnya yang tak
bermesin. Penggunaan kendaraan tak bermotor di kota-kota besar sudah sangat dibatasi,
karena mengakibatkan kemacetan dan mengurangi kapasitas jalan. Kendaraan tak bermotor
pergerakannya lambat dan jangkauannya terbatas.
Kendaraan tak bermotor tersebut direncanakan baik bentuk maupun kualitas
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan tersebut. Ukuran, kekuatan serta
kemampuan berjalan suatu kendaraan tak bermotor merupakan faktor-faktor utama
karakteristik suatu kendaraan tak bermotor, karena pengaruhnya sangat besar dalam
perancangan, pengawasan dan peraturan lalu lintas.
Contoh Soal :
1. Jelaskan definisi pedestrian !
Jawab : Pedestrian adalah pejalan kaki yang menggunakan fasilitas trotoar sebagai tempat
untuk melakukan aktifitas perjalanan.
2. Jelaskan definisi kendaraan tak bermotor !
Jawab : Kendaraan tak bermotor adalah jenis kendaraan yang meliputi : sepeda, becak,
delman, dan sejenisnya yang tak bermesin.
BAB X
RAMBU LALU LINTAS
Kompetensi Umum : Mahasiswa akan dapat menjelaskan rambu lalu lintas
Kompetensi Khusus : 1. Mahasiswa akan dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi rencana pemasangan
rambu2. Mahasiswa akan dapat menyebutkan syarat penempatan rambu3. Mahasiswa akan dapat menyebutkan penggolongan rambu
A. Problema lalu lintas :
Tidak sebandingnya laju pertambahan kendaraan dan pertambahan panjang jalan rata-rata per
tahun (4,5 : 1)
Ketidakdisiplinnya pemakai jalan dalam mentaati peraturan lalu lintas (pelanggaran terhadap
rambu dan marka)
Kekurangpahaman dari sebagian pengemudi kendaraan akan arti dan makna dari rambu dan
marka
Kurang diterapkannya sanksi yang cukup memakai dari para pelanggar peraturan lalu lintas
Masalah lingkungan di sekitar jalan, seperti : trotoar dipakai untuk kegiatan berdagang.
B. Pengertian :
Merupakan bagian dari jalan yang berfungsi untuk mengatur kelancaran arus lalu lintas.
Mengandung peraturan, peringatan, larangan, dan petunjuk bagi semua pemakai jalan.
Mencegah terjadinya kecelakaan.
Sebagai informasi yang diperlukan bagi pemakai jalan.
Memudahkan pemakai jalan untuk mencapai tujuan.
Jelas, terang, tegas, singkat dan mudah dimengerti oleh lapisan masyarakat.
C. Persyaratan Rambu :
Harus dapat memberikan indikasi yang jelas.
Mempunyai pesan yang jelas dan terang, serta mudah dimengerti oleh semua lapisan
masyarakat.
Bila berupa tulisan, harus singkat dan tegas.
Tahan terhadap cuaca dan tidak mudah rusak.
Jenis, ukuran, bentuk, dan warna rambu sesuai standar yang berlaku.
D. Faktor yang Mempengaruhi Rencana Pemasangan Rambu :
Kriteria berdasarkan atas keadaan jalan, atau berbahayanya/tidak bagi keselamatan lalu
lintas.
Berdasarkan atas penggunaan jalan.
Berdasarkan atas pengaturan lalu lintas yang dikehendaki.
E. Syarat Penempatan Rambu :
Rambu harus diletakkan di tempat yang sesuai dan tepat.
Rambu harus dapat dilihat dengan mudah dan jelas oleh pengemudi kendaraan, dan
pandangan ke rambu tidak boleh tertutup benda/pohon.
Rambu tidak boleh merintangi lalu lintas kendaraan pada jalan kendaraan, dan sesedikit
mungkin merintangi para pejalan kaki.
Sedapat mungkin di tempatkan di sisi kiri jalan, dan harus diulangi penempatannya di atas
atau di kanan jalan.
F. Cara Penempatan Rambu Peringatan Suatu Bahaya :
Jumlah rambu peringatan tidak boleh ditambah jika tidak perlu.
Rambu harus diletakkan pada jarak sedemikian dari tempat bahaya, sehingga mempunyai
daya guna yang sebesar-besarnya pada siang dan malam hari dengan memperhatikan
kecepatan rencana.
Jarak anatara rambu dan tempat berbahaya boleh dinyatakan pada papan tambahan, bila jarak
tersebut tak dapat diduga oleh pengemudi, dan panjang daerah berbahaya dapat dituliskan
pula pada papan tambahan.
Rambu peringatan dapat diulangi dengan menyatakan jarak ke tempat berbahaya tersebut.
G. Cara Penempatan Rambu Larangan dan Rambu Peringatan :
1. Rambu Prioritas
a. Rambu Prioritas (STOP, YIELD) ditempatkan pada jalan yang lebih sempit pada suatu
pertemuan jalan.
b. Rambu STOP menyatakan kepada pengemudi bahwa pada pertemuan jalan dimana
rambu ditempatkan, ia harus berhenti sebelum memasuki pertemuan itu dan memberi
jalan pada kendaraan yang berada pada jalan yang sedang didekatinya.
c. Rambu YIELD menyatakan kepada pengemudi bahwa pada pertemuan jalan dimana
rambu ditempatkan, ia harus memberi kesempatan kepada kendaraan yang berada pada
jalan yang sedang didekatinya.
Rambu-rambu tersebut ditempatkan pada pertemuan jalan, sebaris dengan garis dimana
kendaraan harus berhenti atau garis yang tidak oleh dilewati sewaktu memberi kesempatan.
2. Rambu Larangan dan Perintah (AMAR)
a. Rambu-rambu ini diletakkan sedekat mungkin pada titik dimana kewajiban pembatasan
atau larangan.
b. Bila perlu rambu boleh diletakkan pada jarak yang layak sebelum titik dimana kewajiban
pembatasan atau larangan itu berlaku, dan suatu papan tambahan dapat ditempatkan di
bawah rambu yang dipasang.
Cara Penempatan Rambu Petunjuk :
1. Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan
Rambu ini ditempatkan pada jarak sedemikian dari pertemuan jalan, hingga berdaya guna
sebesar-besarnya pada siang dan malam hari, dengan memperhatikan kecepatan kendaraan
dan dipasang sebelum rambu petunjuk jurusan.
2. Rambu Petunjuk Jurusan
Rambu ini boleh memuat beberapa tempat yang disusun dari atas ke bawah, dan jika jaraknya
dinyatakan maka angka jarak dituliskan dibelakang nama tempat. Rambu ini dipasang pada
daerah bangunan (pertemuan jalan).
3. Rambu Penegasan
Rambu ini digunakan untuk menegaskan jurusan suatu jalan apabila dipandang perlu, dan
memuat nama sesuatu atau beberapa tempat dengan menyatakan jaraknya, dan dipasang pada
jalan keluar dari suatu bangunan besar.
c. Penggolongan Rambu
1. Rambu Peringatan (jumlah : 68)
Warna dasar kuning dengan garis tepi dan simbol/tulisan hitam.
Berbentuk bujur sangkar yang dipasang dengan salah satu diagonalnya mendatar untuk
rambu yang berupa simbol, dan bentuk empat persegi yang berupa tulisan.
Berfungsi memperingatkan pemakai jalan terhadap suatu bahaya di jalan, dan
memberitahukan sifat bahaya tersebut.
Rambu yang berupa simbol ekspresi informasinya tetap dan dibuat dalam bentuk standar.
Rambu yang berupa tulisan ekspresi informasinya berkarakter dan ukuranya bervariasi.
2. Rambu Larangan (jumlah : 44)
Pada umumnya berbentuk bulat/lingkaran, satu berbentuk segidelapan, satu segitiga sama sisi
dan satu berbentuk empat persegi panjang yang bersilang.
Warna putih dan merah, dengan kombinasi hitam.
Pesan larangan yang dimaksud dibuat dengan huruf, angka atau simbol yang berwarna hitam,
putih atau merah yang mempunyai arti yang jelas bagi para pemakai jalan.
3. Rambu Perintah (jumlah : 22)
Berbentuk bulat/lingkaran.
Warna dasar biru dengan kombinasi putih.
Perintah yang dimaksud dibuat dengan simbol, angka maupun huruf berwarna putih, dan
mengandung arti yang jelas bagi para pemakai jalan.
Catatan : Rambu larangan dan rambu perintah harus didukung oleh sanksi hokum sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan bagi yang melanggar dikenakan sanksi sesuai dengan jenis
pelanggarannya (sesuai UU No.14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan).
4. Rambu Petunjuk (jumlah : 63)
Pada umumnya berbentuk empat persegi panjang.
Warna dasar biru, hijau dan coklat.
Pesan/petunjuk yang disampaikan dapat berupa huruf, angka atau simbol yang berwarna
putih, hitam ataupun merah yang punya arti jelas bagi pemakai jalan.
Rambu petunjuk dibagi menjadi :
a. Rambu pendahulu petunjuk jurusan
b. Rambu jurusan
c. Rambu penegasan
d. Rambu penunjuk tempat
e. Rambu yang menginformasikan tersedianya fasilitas yang mungkin dibutuhkan oleh
pemakai jalan.
Contoh Soal :
1. Jelaskan pengertian dari Rambu lalu lintas !
Jawab : Rambu lalu lintas adalah :
Merupakan bagian dari jalan yang berfungsi untuk mengatur kelancaran arus lalu lintas.
Mengandung peraturan, peringatan, larangan, dan petunjuk bagi semua pemakai jalan.
Mencegah terjadinya kecelakaan.
Sebagai informasi yang diperlukan bagi pemakai jalan.
Memudahkan pemakai jalan untuk mencapai tujuan.
Jelas, terang, tegas, singkat dan mudah dimengerti oleh lapisan masyarakat.
BAB XI
MARKA JALAN
Kompetensi Umum : Mahasiswa akan dapat menjelaskan marka jalan
Kompetensi Khusus : 1. Mahasiswa akan dapat menyebutkan spesifikasi teknis marka jalan
2. Mahasiswa akan dapat menyebutkan syarat penempatan dan pemasangan marka
A. Marka : suatu tanda diatas permukaan jalan dan atau bahu jalan yang terdiri dari garis
memanjang dan melintang, termasuk symbol, huruf, angka atau tanda lain, kecuali rambu dan
isyarat.
B. Fungsi : - mengatur, mengarahkan dan menyalurkan lalu lintas kendaraan atau untuk
memperingatkan dan menuntun pemakai jalan.
-dipergunakan secara sendirian ataupun bersama dengan rambu atau isyarat lain dengan
maksud menjelaskan arti rambu atau isyarat lain tersebut.
C. Spesifikasi teknis
1. Bentuk Marka Jalan :
Marka memanjang
Terdiri dari garis memanjang kearah gerak lalu lintas yang berupa garis penuh dan atau
garis putus-putus.
Garis penuh berarti bahwa kendaraan dilarang melintasi garis tersebut.
Garis putus-putus tidak berarti melarang, tetapi digunakan untuk membatasi jalur
kendaraan, dengan maksud mengarahkan menyalurkan lalu lintas kendaraan.
Marka melintang
Terdiri dari garis melintang atau memotong satu atau beberapa jalur lalu lintas yang dapat
berupa garis penuh dan atau garis putus-putus, atau dua garis putus-putus berdampingan yang
menyatakan suatu batas yang tidak boleh dilampaui kendaraan sewaktu memberi jalan.
Marka lain
Berupa : panah garis sejajar atau garis serong ataupun tulisan.
Digunakan untuk mengulangi petunjuk yang diberikan oleh rambu atau untuk
menyampaikan pemberitahuan kepada pengemudi yang tidek dapat disampaikan dengan
sempurna oleh rambu.
Marka tersebut digunakan khususnya untuk menyatakan tempat larangan parker bagi
mobil, bis dan untuk menyatakan praseleksi sebelum persimpangan.
Jika tertera symbol panah pada jalan jalur-jalur lalu lintas, pengemudi harus
menempatkan kendaraannya pada jalur yang dipilih.
Garis-garis serong sejajar yang terdiri dari garis utuh bermakna bahwa kendaraan tidak
boleh memasuki daerah tersebut.
Garis zig-zag pada pinggir jalan kendaraan bermakna bahwa parkir pada pinggir jalan
yang ber zig-zag tersebut dilarang.
2. Warna Marka Jalan :
Marka memanjang
Warna kuning : garis penuh yang menggunakan warna kuning bermakna melarang
pengemudi dalam keadaan bagaimanapun menjalankan kendaraannya melewati garis
kuning tersebut.
Warna putih : garis penuh dengan warna putih berarti melarang, akan tetapi dalam
keadaan luar biasa atau terpaksa pengemudi diizinkan untuk melewati garis putih
tersebut.
Marka memanjang yang berbentuk garis putus-putus menggunakan warna putih.
Marka melintang
Semua marka melintang menggunakan warna putih.
Marka lain
Warna putih digunakan untuk marka lain.
3. Ukuran Marka Jalan :
Marka memanjang
Lebar garis utuh atau garis putus-putus paling sedikit 10 cm dan jarak garis yang
berdampingan antara 0,1 m sampai 0,15 m.
Garis putus-putus terdiri dari garis-garis yang sama panjang, dipisahkan oleh celah-celah
yang seragam, yang panjangnya ditentukan dengan memperhitungkan kecepatan
kendaraan yang diizinkan.
Diluar daerah bangunan panjang garis putus-putus antara 2 meter dan 10 meter,
perbandingan panjang garis dan celahnya = 3 : 5.
Di daerah bangunan, panjang garis dan celahnya harus lebih kecil dari panjang garis dan
celah diluar bangunan.
Marka melintang
Marka melintang harus lebih besar dari marka memanjang, karena terbatasnya sudut
penglihatan pengemudi terhadap tanda-tanda dijalan.
o Pada garis berhenti (garis penuh) :
- lebar minimum garis berhenti adalah 0,20 meter dan maksimum 0,60 meter, dan
yang dianjurkan 0,30 meter.
- Jika digunakan bersama-sama dengan tanda STOP maka garis-garis berhenti
harus ditempatkan sedemikian sehingga pengemudi yang berhenti dibelakang
garis tersebut dapat melihat dengan jelas lalu lintas pada cabang lain
dipersimpangan itu.
- Garis berhenti dapat dilengkapi dengan garis memanjang, dan dapat pula dengan
tulisan STOP pada jalan yang berjarak antara 2 meter sampai 25 meter dari garis
berhenti.
o Pada garis batas pemberi kesempatan jalan (garis putus-putus) :
- lebar garis minimum garis ini 0,20 meter dan lebar maksimum 0,60 meter dan
untuk dua garis, maka jarak antara dua garis tersebut paling sedikit 0.30 meter.
- Garis ini dapat dilengkapi dengan symbol segitiga yang digambarkan
dipermukaan jalan (titik puncak ke arah pengemudi alas-alas segitiga berukuran
sedikitnya 1 meter, dengan tinggi 3 x alasnya) yang berjarak antara 2 meter
sampai 25 meter dari garis batas dan dapat dilengkapi pula dengan garis
memanjang.
o Pada marka penyeberangan :
- celah diantara garis-garis paling sedikit harus sama dengan lebar garisnya dan
tidak lebih dari 2 x lebar garisnya.
- Lebar minimum tempat penyeberangan dianjurkan 2,5 meter di jalan-jalan dengan
batas kecepatan 60 km/jam dan 4,0 meter di jalan-jalan dengan batas kecepatan
lebih tinggi.
Marka lainnya
Tanda berupa panah dipermukaan jalan :
- untuk memisahkan jalur kendaraan yang mendekati persimpangan jalan.
- Digunakan pada jalan satu jurusan/arah, dengan panjang panah lebih besar atau
sama dengan 2,0 meter dan dapat dilengkapi dengan tanda berupa kata-kata
dijalan.
D. Penempatan dan Pemasangan Marka
- Marka jalan harus dibuat dari jalan yang tidak licin dan tidak boleh menonjol
lebih dari 6 milimeter diatas permukaan jalan.
- Bila menggunakan paku atau yang serupa tidak boleh menonjol lebih dari 1,5 cm
(atau lebih dari 2,5 cm bila paku itu tergabung dalam alat pemantul cahaya
(reflector).
Tanda Jalur Lalulintas :
Di luar Daerah Bangunan
- pada jalan dua jurusan yang mempunyai 2 jalur, garis tengah jalan harus
dinyatakan dengan garis putus-putus, dan garis utuh hanya digunakan dalam
keadaan khusus pada tempat-tempat yang dianggap perlu.
- Pada jalan tiga jalur, ketentuan umum dalam keadaan normal jalur tersebut
dinyatakan dengan garis putus-putus, dan dalam keadaan khusus atau untuk
menjamin keamanan lalilintas dapat digunakan garis utuh atau garis putus-putus
berdampingan dengan garis utuh.
- Pada jalan yang lebih dari tiga jalur, kedua jurusan lalulintas tersebut harus
dipisah oleh satu atau dua garis utuh, kecuali dalam hal arah lalulintas dijalur
tengah dapat berbalik, harus ditandai dengan garis putus-putus.
- Jalur-jalur lalulintas harus ditandai dengan garis putus-putus.
Di dalam Daerah Bangunan
- didaerah bangunan, ketentuan seperti diluar bangunan berlaku terhadap jalan dua
jurusan dan terhadap jalan satu jurusan dengan paling sedikit 2 jalur lalulintas.
- Jalur-jalur lalulintas harus ditandai pada tempat-tempat yang lebar jalannya
berkurang karena batas jalan, pulau, atau pulau pengarah lalulintas.
- Didekat persimpangan besar dengan lebar jalan yang untuk dua atau lebih baris
kendaraan, maka jalur harus ditandai dengan garis putus-putus atau garis penuh
dan dilengkapi dengan tanda panah.
Tanda Untuk Keadaan Khusus
- Penggunaan garis utuh dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan lalulintas
dan dilakukan pada persimpangan jalan dengan mengganti garis putus-putus
menjadi garis penuh dengan panjang sekitar 30 meter.
- Garis utuh digunakan pada tikungan jalan yang tajam atau pada puncak bukit
(dengan jarak pandangan terbatas) dimana dipandang perlu untuk melarang
penggunaan bagian jalan kendaraan yang khusus disediakan untuk lalulintas dari
depan.
- Garis utuh juga digunakan untuk menandai batas tepi jalan dan atau untuk
memperlihatkan adanya rintangan didekatnya, yang dapat digunakan bersama-
sama dengan paku, kancing, atau alat pemantul cahaya.
- Pada persimpangan tertentu perlu diperlihatkan garis petunjuk untuk kendaraan
yang akan membelok (kekiri).