BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan...

181
PEMBANGUNAN DAERAH DAN TRANSMIGRASI

Transcript of BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan...

Page 1: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

PEMBANGUNAN DAERAH DANTRANSMIGRASI

Page 2: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,
Page 3: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

BAB VIII

PEMBANGUNAN DAERAH DANTRANSMIGRASI

A. PENDAHULUAN

Pembangunan daerah adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di daerah, yang meliputi kegiatan pembangunan yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah utamanya dalam penyelenggaraan pelayanan terhadap masyarakat, serta koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di daerah baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat di daerah, oleh pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat.

Strategi pembangunan daerah yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan pada dasarnya mempunyai tiga arah. Pertama, pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemberian otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah dari perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

VIII/3

Page 4: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Kebijaksanaan dan rencana-rencana pembangunan daerah dilaksana- kan oleh pemerintah bersama masyarakat melalui berbagai sektor pembangunan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang kini telah memasuki tahun keempat Repelita VI dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap kedua (PJP II). Masing-masing daerah memiliki Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah (Repelitada), sebagai komponen integral dari Repelita nasional.

Penelaahan terhadap angka-angka indikator pembangunan yang

dilaksanakan di seluruh daerah/wilayah menunjukkan bahwa selama Repelita VI upaya-upaya pembangunan daerah telah banyak meng- hasilkan kemajuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa, terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang antara lain tercermin dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. Hasil pembangunan daerah mencakup bidang ekonomi, kesejahteraan sosial, ketersediaan prasarana, kemampuan keuangan daerah dan kelembagaan.

Kesejahteraan penduduk di seluruh daerah meningkat yang ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti kenaikan angka melek-huruf, kenaikan konsumsi per kapita, kenaikan tingkat harapan hidup dan penurunan tingkat kematian bayi. Peningkatan ini sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat dan semakin baiknya kualitas hidup masyarakat secara fisik di seluruh daerah.

Di seluruh propinsi daerah tingkat I telah terjadi perubahan struktur perekonomian yaitu semakin mengarah pada keseimbangan antara sektor-sektor pertanian, industri, dan jasa. Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari laju pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) serta PDRB per kapita secara konsisten menunjukkan peningkatan yang cukup berarti di seluruh propinsi.

VIII/4

Page 5: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Salah satu indikator pelayanan masyarakat adalah tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat, yang pembangunannya dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun oleh atau dengan peranserta masyarakat. Melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I misalnya, pada tahun 1996/97 telah dilakukan peningkatan jalan propinsi sepanjang 3.901 kilometer dan penggantian dan rehabilitasi jembatan sepanjang 10.114 meter. Melalui Bantuan Pembangunan Dati II pada tahun yang sama telah ditingkatkan jalan daerah tingkat II sepanjang 47.387 kilometer dan jembatan sepanjang 18.896 meter.

Pembangunan daerah tercermin pula dalam peningkatan

kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah diupayakan melalui peningkatan kelembagaan, serta peningkatan kemampuan dan kualitas aparatur pemerintah daerah. Dalam rangka meningkatkan kinerja kelembagaan pemerintah daerah telah dilaksanakan pula pembangunan berbagai prasarana fisik pamongpraja di daerah.

Peningkatan kemandirian daerah ditunjukkan antara lain oleh meningkatnya penerimaan daerah dari pajak-pajak daerah, bagi-hasil pajak bumi dan bangunan (PBB), dan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) lainnya sebagai akibat dari meningkatnya kegiatan perekonomian daerah. Penerimaan PBB daerah untuk seluruh daerah tingkat I meningkat dari Rp 1.909 miliar pada tahun 1995/96 menjadi Rp 2.437,6 miliar pada tahun 1996/97. PAD tingkat I secara nasional meningkat dari Rp 3.025,6 miliar pada tahun 1995/96 menjadi Rp 4.071,4 miliar pada tahun 1996/97.

VIII/5

Page 6: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Kemajuan keuangan pada daerah tingkat II, tampak pada penerimaan PAD tingkat II yang pada umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Demikian pula meningkat sumber-sumber penerimaan, penggalian dan intensifikasi pemungutan PBB, maupun bantuan pusat kepada daerah dalam bentuk Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II.

Peningkatan penerimaan daerah yang terjadi di daerah tingkat I dan daerah tingkat II ini menunjukkan semakin baiknya ketersediaan dana untuk pembangunan, antara lain karena peningkatan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola sumber pendapatan asli daerah.

Untuk membantu meningkatkan kemampuan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, sejak PJP I telah diberikan berbagai jenis bantuan pembangunan yang dilaksanakan melalui Instruksi Presiden (Inpres). Bantuan pembangun- an itu dimaksudkan untuk mendorong pemerintah daerah agar lebih mampu melaksanakan pembangunan daerah dalam bidang yang menjadi urusan rumah tangganya sendiri, mewujudkan pemerataan pembangunan antarwilayah, memperluas otonomi daerah, dan merang- sang peningkatan kemampuan keuangan daerah. Bantuan pembangun- an yang dewasa ini diberikan kepada daerah adalah Bantuan Pembangunan Dati I, Bantuan Pembangunan Dati II, Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Desa Tertinggal, Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, dan Bantuan Pembangunan Pendidikan. Dua jenis bantuan terakhir dibahas dalam bab sektor terkait.

Sejak tahun 1994/95, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I (Inpres Dati I) disempurnakan dengan mengintegrasikan beberapa komponen yang sebelumnya merupakan bantuan khusus seperti Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi (BPJP), Bantuan Reboisasi, Bantuan Perencanaan, Pemantauan dan Pengawasan, dan Bantuan

VIII/6

Page 7: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Operasi dan Pemeliharaan (OP) Pengairan. Pada tahun 1996/97, komponen bantuan dalam Inpres Dati I bertambah lagi dengan Bantuan Penataran Calon Penatar P4 di daerah. Sehingga Inpres Dati I terdiri atas komponen bantuan umum dan 5 komponen bantuan khusus tersebut di atas. Dengan bertambahnya komponen yang diintegrasikan ke dalam program bantuan tersebut, maka penetapan sasaran sektoral di daerah dapat dipertajam melalui kewenangan daerah yang semakin besar.

Alokasi dana komponen bantuan umum ditentukan berdasarkan bantuan dasar yang sama besarnya bagi setiap propinsi, dan luas wilayah masing-masing propinsi yang besarnya senantiasa ditingkat- kan. Pada tahun 1996/97 bantuan dasar ditetapkan sebesar Rp 25 miliar per propinsi, dan bantuan menurut luas wilayah sebesar Rp 70 ribu per km2. Bantuan yang didasarkan atas luas wilayah ini meningkat sebesar 16,7 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini cukup berarti bagi propinsi di kawasan timur Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas. Bantuan umum ini digunakan untuk pelaksanaan pembangunan daerah dalam 20 sektor pembangunan yang telah menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah tingkat I. Dalam alokasi komponen lainnya dalam Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I juga ada peningkatan yang cukup berarti.

Untuk membantu kemampuan pembangunan daerah tingkat II, diberikan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II) yang juga telah mengintegrasikan beberapa komponen bantuan khusus ke dalam bantuan umum. Besarnya bantuan umum ditentukan berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah pulau. Pada tahun 1996/97, besarnya bantuan atas dasar jumlah penduduk adalah Rp 5.500,- per kapita atau naik sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan bantuan atas dasar luas wilayah adalah sebesar Rp25 ribu per km2. Dalam bantuan umum juga terdapat

VIII/7

Page 8: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

komponen bantuan rencana umum tata ruang daerah tingkat II, pembangunan perkotaan, dan pemugaran perumahan perdesaan.

Sejak tahun 1994/95 beberapa komponen bantuan khusus telah diintegrasikan ke dalam Inpres Dati II, yaitu bantuan pemugaran pembangunan pasar kecamatan, bantuan rehabilitasi SD dan Madrasah Ibtidaiyah, bantuan penghijauan, bantuan peningkatan jalan daerah tingkat II, bantuan rehabilitasi dan pemeliharaan Puskesmas, dan bantuan perencanaan pemantauan dan pengawasan. Pada tahun 1996/97 ditambah lagi tiga komponen yaitu bantuan untuk kecamatan, bantuan penyuluh lapangan, dan bantuan prasarana jalan poros desa.

Pembangunan daerah juga mencakup pembangunan desa. Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyara- kat, yang dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong-royong. Pembangunan desa diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan masyarakat dan ekonomi rakyat di perdesaan. Pembangunan desa didukung dengan Bantuan Pembangun- an Desa (Inpres Desa). Bantuan ini diberikan kepada seluruh desa dengan jumlah bantuan per desa yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan desa dilaksanakan antara lain melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia, penguatan kelem- bagaan beserta unsur-unsur pengembangan masing-masing desa, serta peningkatan berbagai kegiatan pembangunan desa, yang dilaksanakan secara terpadu dengan program pembangunan daerah dan program pembangunan sektoral lainnya.

Selain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal, seperti bantuan Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa

VIII/8

Page 9: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Tertinggal (P3DT), tabungan kesejahteraan rakyat (Takesra), serta kredit usaha kesejahteraan rakyat (Kukesra).

Upaya penanggulangan kemiskinan didorong oleh program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Tujuan dari program ini adalah memberdaya- kan masyarakat miskin di desa tertinggal melalui kegiatan usaha produktif. Dalam pelaksanaan program IDT masyarakat dibantu dan dibina oleh para pendamping, baik pendamping lokal, pendamping yang berasal dari Kader Pembangunan Desa ataupun pendamping khusus yaitu sarjana pendamping purna waktu (SP2W), yang ditempatkan di desa-desa tertinggal parah. Untuk menunjang pelak- sanaan program IDT pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan kegiatan pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, dengan tujuan untuk mendukung pengembangan sektor ekonomi di desa tertinggal dalam hal pembangunan prasarana. Sasaran kegiatan ini adalah mengangkat dan memberdayakan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan agar menjadi sejahtera dan memiliki keterampilan serta mandiri. Mulai tahun 1996/97 upaya penanggulangan kemis- kinan di luar desa IDT juga mulai dilaksanakan, yaitu melalui program Takesra/Kukesra.

Pembangunan daerah dengan potensi sumberdaya alam yang tinggi dan berpenduduk jarang seperti di berbagai propinsi di kawasan timur Indonesia didukung oleh transmigrasi. Sejak Repelita VI subsektor transmigrasi merupakan bagian integral dari sektor pembangunan daerah dan transmigrasi mengingat peranannya yang besar dalam pengembangan wilayah dan pembangunan daerah. Dalam Repelita VI pembukaan permukiman transmigrasi baru lebih diarahkan ke kawasan timur Indonesia. Empat propinsi yang mempunyai permukiman transmigrasi baru terbesar adalah tiga propinsi di kawasan timur Indonesia yaitu Irian Jaya, Kalimantan

VIII/9

Page 10: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Barat, dan Kalimantan Tengah, dan satu propinsi di kawasan barat Indonesia yaitu Riau.

Dalam Repelita VI dikembangkan pendekatan pengembangan transmigrasi dengan pola transmigrasi umum (TU), transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB), dan transmigrasi swakarsa mandiri (TSM).

Penempatan transmigran pada tahun 1996/97 mencapai jumlah 88.262 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 34.883 KK TU, 18.866 KK TSB, dan 34.513 KK TSM. Angka ini hanya menunjukkan sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya, namun merupakan peningkatan yang berarti dari penempatan transmigran pada tahun terakhir Repelita V. Peningkatan yang cukup berarti terjadi pada penempatan TSM yang mencapai sekitar 39 persen dari seluruh penempatan transmigran pada tahun 1996/97.

Dengan peningkatan TSM maka pemerintah dapat lebih berkonsentrasi dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada, yaitu untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas pelaksanaan TU dan TSB. Peningkatan kuantitas dan terutama kualitas diharapkan menjadi daya tarik bagi TSM. Hal ini berjalan seiring dengan penyebarluasan informasi peluang kerja di daerah transmigrasi sehingga mendukung upaya penyebaran penduduk melalui transmigrasi. Penyebaran penempatan transmigrasi agar lebih merata dan seimbang diupayakan sejak awal Repelita VI dan hasilnya menunjukkan semakin baiknya penyebaran penempatan transmigran antar propinsi.

Kegiatan transmigrasi mempunyai peran yang besar terhadap perkembangan wilayah dan pembangunan daerah di mana transmigrasi ditempatkan. Kawasan timur Indonesia yang merupakan sasaran utama kegiatan transmigrasi memperoleh alokasi dan dorongan yang

VIII/10

Page 11: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

besar dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang dimilikinya utamanya melalui kegiatan usahatani yang dilakukan para transmigran dengan kemampuan usahatani yang memadai. Produksi pertanian daerah-daerah transmigrasi dengan pola transmigrasi umum telah meningkatkan produksi pangan di daerah.

B. PEMBANGUNAN DAERAH

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Dalam Repelita VI sasaran pembangunan daerah adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II; mening- katnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan di daerah; tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah untuk lebih menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi antardaerah, antarkawasan, serta antara kota dan desa; makin terkoordinasinya pembangunan antar sektor di daerah dan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah; meningkat dan makin selarasnya peranan daerah perkotaan dan perdesaan dalam pembangunan nasional dan daerah dalam menyeimbangkan partumbuh- an antarwilayah; meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyara- kat, termasuk makin berkurangnya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal di perkotaan dan perdesaan; meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan; makin mantapnya lembaga perekono- mian di daerah, mulai dari perdesaan; tersedianya rencana tata ruang yang efektif, operasional dan diketahui masyarakat luas; meningkat- nya mutu lingkungan hidup yang mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan; berkembangnya budaya daerah seiring dengan berkembangnya nilai budaya baru akibat kemajuan dalam masyarakat;

VIII/11

Page 12: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

dan berkembangnya pemanfaatan teknologi dalam pembangunan daerah.

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan daerah tersebut, dalam Repelita VI juga dikembangkan berbagai kebijaksanaan, yang antara lain adalah meningkatkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, memantapkan penyelenggaraan urusan yang telah menjadi urusan otonomi daerah, baik tingkat I maupun tingkat II; meningkat- kan kemampuan aparatur, kelembagaan dan keuangan pemerintah daerah; meningkatkan keserasian pertumbuhan antardaerah, antara lain dengan memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antardaerah dengan mengembangkan potensi sesuai dengan kondisi daerah; meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah dalam rangka memacu pertumbuhan melalui pemerataan, dan dengan menciptakan keterkaitan fungsional antar- daerah, antarwilayah, antarkota, antardesa, dan antara kota dan desa.

Kebijaksanaan lain yang seiring adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi daerah dengan memberikan kemudahan dan deregulasi di daerah tingkat I dan II untuk menciptakan iklim usaha yang makin baik, meningkatkan investasi, ekspor non migas, peranan dan pertumbuhan usaha menengah dan kecil, termasuk koperasi dan penciptaan lapangan kerja; mengembangkan partisipasi aktif masyarakat, termasuk pengembangan peranan wanita dan pemuda dalam pembangunan yang dilaksanakan dengan mendorong dan membina organisasi kemasya- rakatan, organisasi wanita dan pemuda, lembaga perekonomian rakyat termasuk koperasi, lembaga tradisional, dan lembaga kemasyarakatan lainnya; memantapkan penggunaan penataan ruang dalam pembangunan daerah sedemikian rupa sehingga pemanfaatan ruang dalam mengisi pembangunan di daerah dilakukan secara optimal dan berkelanjutan; mengembangkan budaya daerah dalam rangka

VIII/12

Page 13: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

memperkuat jati diri bangsa serta menunjang pembangunan nasional, antara lain di bidang pendidikan dan kepariwisataan; dan mengembangkan pemanfaatan teknologi dengan mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat I dilaksanakan program pembangunan daerah tingkat I yang mencakup antara lain peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat I, program peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat I, program peningkatan prasarana dan sarana, program pengembangan dunia usaha, program pengembangan kawasan khusus, serta program peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat II dilaksanakan program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II, program peningkatan kemampuan keuangan daerah tingkat II, program peningkatan prasarana dan sarana, program pengembangan kegiatan usaha masyarakat, program penanggulangan kemiskinan di daerah tingkat II, program peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta program penataan ruang daerah.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan desa dalam Repelita VI dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan desa yang meliputi pemantapan kelembagaan pemerintah desa; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; pengembangan keswadayaan masyarakat; pengembangan perekonomian desa; pengembangan prasarana dan sarana di desa; dan penanggulangan kemiskinan.

Sesuai kebijaksanaan untuk meningkatkan pemerataan antar golongan masyarakat, pada tahun ketiga Repelita VI upaya

VIII/13

Page 14: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

penanggulangan kemiskinan melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT) terus dilanjutkan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan dalam Repelita VI disusun program-program pembangunan yang penjelasannya diuraikan dalam kegiatan-kegiatan Pembangunan Daerah Tingkat I, Pembangunan Daerah Tingkat II, Pembangunan Desa, dan Pembangunan Desa Tertinggal. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil pembangunan dalam berbagai program tersebut diuraikan satu persatu di bawah ini.

a. Pembangunan Daerah Tingkat I

Dalam Repelita VI, pembangunan daerah tingkat I diupayakan untuk menjawab berbagai tantangan pembangunan daerah seperti antara lain meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah, memacu pertumbuhan daerah, menyerasikan pertumbuhan ekonomi antar- daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan, dan melaksanakan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan.

Pelaksanaan pembangunan daerah tingkat I melalui program-program tersebut diatas diuraikan sebagai berikut :

1) Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat I

Pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan aparatur pemerintah

VIII/14

Page 15: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

daerah tingkat I pada tahun ketiga Repelita VI pada prinsipnya melanjutkan kebijaksanaan yang telah berjalan pada tahun kedua Repelita VI dengan tetap mengupayakan peningkatan dan penyempur- naan. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) adalah salah satu upaya pembinaan aparatur pemerintah disamping untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan juga dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin, dedikasi, dan loyalitas aparatur terhadap pemerintahan dan negara.

Penyelenggaraan berbagai jenis Diklat telah didesentralisasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tingkat I. Pelaksana- an berbagai Diklat ini di daerah didukung oleh instansi teknis terkait, baik instansi pusat maupun instansi daerah.

Pendidikan dan pelatihan kedinasan bagi aparatur perencana pembangunan dan pengelola keuangan di daerah tingkat I meliputi pendidikan dan pelatihan Teknik Manajemen Perencanaan dan Pembangunan (TMPP), Latihan Perencanaan dan Tatalaksana Pembangunan Daerah, Diklat Sarlita Regional, Diklat Keuangan Daerah serta pendidikan dan pelatihan Bendaharawan dan Pemimpin Proyek terus dikembangkan.

Secara keseluruhan, pada tahun ketiga Repelita VI telah diselenggarakan 5 jenis pendidikan dan pelatihan, yaitu Diklat aka demis, Diklat penjenjangan, Diklat teknis fungsional, Diklat persiapan pegawai, dan Diklat luar negeri (Tabel VIII-4).

Diklat akademis meliputi pendidikan di Institut Ilmu Pemerin- tahan (IIP), Akademi Pemerintahan Dalam Negeri/Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN/STPDN), dan program-program S1, S2 dan S3 di beberapa universitas negeri. Pada tahun 1996/97 peserta Diklat akademis berjumlah 550 orang.

VIII/15

Page 16: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Diklat penjenjangan meliputi Administrasi Umum (ADUM), Diklat Administrasi Umum Lanjutan (ADUMLA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (SPAMA), Sekolah Pimpinan Adminis- trasi Tingkat Menengah (SPAMEN) dan Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Tinggi (SPATI). Jumlah seluruh peserta yang mengikuti diklat penjenjangan pada tahun 1995/96 adalah sebanyak 5.198 orang, dan pada tahun 1996/97 sebanyak 4.108 orang.

Di seluruh daerah tingkat I telah dikembangkan kantor pengolahan data elektronik (KPDE) sebagai bagian dari pengembang- an sistem informasi manajemen daerah (SIMDA) yang merupakan bagian dari sistem informasi manajemen Departemen Dalam Negeri (SIMDAGRI). Pada tahun ketiga Repelita VI, SIMDAGRI dilanjutkan dengan pengembangan pembangunan sistem komunikasi departemen dalam negeri (SISKOMDAGRI) dan aplikasi sistem informasi kependudukan (SIMDUK), serta sistem informasi manajemen kepegawaian RI (SIMKRI).

Dalam rangka peningkatan pemahaman dan keyakinan atas kebenaran dan keampuhan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi nasional dan pandangan hidup bangsa serta pemantapan pelaksanaan pembangunan nasional, mulai tahun 1996/97 diberikan Bantuan Penataran Calon Penatar P-4 di daerah. Bantuan ini diperuntukkan bagi penataran calon penatar, bantuan buku penataran bagi petatar yang terdiri dari PNS, ABRI dan Pejabat Negara di daerah.

Khusus untuk menunjang percepatan pembangunan di kawasan timur Indonesia (KTI), pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan analisis kebutuhan Diklat di kawasan andalan di propinsi daerah tingkat I Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara, yang diikuti dengan kegiatan perumusan berbagai

VIII/16

Page 17: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

jenis, program dan prioritas diklat yang sesuai bagi aparatur yang bertugas di bidang atau sektor andalan tersebut.

2) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat I

Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah terus meningkat sejalan dengan semakin beragam dan meningkatnya kebutuhan pelayanan kepada masyarakat. Besarnya peranan keuangan daerah dalam pembiayaan penyelenggara- an pemerintahan dan pembangunan merupakan salahsatu indikasi keberhasilan pembangunan daerah. Oleh sebab itu, peningkatan kemampuan keuangan daerah tingkat I senantiasa diupayakan dalam rangka otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung- jawab.

Sebagai salah satu indikator kemampuan keuangan daerah, realisasi PAD menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 22,8 persen pada kurun waktu 1993/94-1996/97. Meskipun peningkatan yang menonjol terutama terjadi di propinsi-propinsi di KBI khususnya di Pulau Jawa, selama tiga tahun Repelita VI secara absolut peningkatan PAD terjadi di semua propinsi (Tabel VIII-1).

Selain PAD, sumber penerimaan pemerintah daerah tingkat I lainnya yang berasal dari potensi daerah adalah penerimaan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak yang sebagian besar berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 1985, bagian penerimaan PBB untuk daerah tingkat I adalah sebesar 16,2 persen dari jumlah seluruh pungutan PBB. Jumlah penerimaan PBB pada tahun 1994/95 adalah Rp1.686,9 miliar, sedangkan pada tahun 1995/96 menjadi Rp1.909,0 miliar atau

VIII/17

Page 18: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

meningkat sebesar 13,1 persen, dan pada tahun 1996/97 meningkat menjadi Rp 2.437,6 miliar atau meningkat sebesar 27,6 persen dari tahun sebelumnya (Tabel VIII- 2).

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I (Inpres Dati I) telah memacu pembangunan di daerah sehingga makin maju, dan kemajuannya makin merata. Perkembangan komponen bantuan umum Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dapat dilihat pada Tabel VIII-5.

Bagi keuangan daerah, Inpres Dati I peranannya masih tetap besar, walaupun kontribusinya dalam APBD Tingkat I terus menurun, yaitu dari rata-rata 41,7 persen pada tahun 1995/96 menjadi 34,0 persen pada tahun 1996/97. Padahal Inpres Dati I secara absolut meningkat dari Rp. 1.339,7 miliar pada tahun 1995/96 menjadi sebesar Rp. 1.421,2 miliar pada tahun 1996/97. Berkurangnya peranan bantuan ini dalam APBD I menunjukkan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah tingkat I dalam menggali pendapatan asli daerahnya (Tabel VIII-6).

Sektor-sektor pembangunan yang memperoleh prioritas dalam penggunaan dana Inpres Dati I dalam Repelita VI adalah sektor perhubungan dan pariwisata; sektor aparatur pemerintah dan pengawasan; sektor perumahan dan permukiman; sektor pertanian; sektor pendidikan, generasi muda, kebudayaan dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa; serta subsidi pembangunan kepada daerah bawahan (Tabel VIII-7).

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana

Seperti pada dua tahun sebelumnya, pada tahun ketiga Repelita VI pelaksanaan program peningkatan prasarana dan sarana diarahkan

VIII/18

Page 19: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

untuk menunjang pengembangan kawasan khusus dan membuka keterisolasian daerah-daerah yang terpencil dan terbelakang. Program peningkatan prasarana dan sarana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat I adalah peningkatan jaringan jalan propinsi dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan pengairan.

Dengan adanya Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi (BPJP), kondisi jalan propinsi semakin baik, sehingga pelayanan jasa angkutan barang dan penumpang dari pusat-pusat produksi ke pusat-pusat pemasaran domestik dapat dipercepat, dan selanjutnya mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu, BPJP telah mendorong dan menumbuhkan kegiatan usaha masyarakat dalam bidang jasa konstruksi, baik di bidang sumber daya manusia, maupun penyediaan peralatan konstruksi di daerah. Pada tahun kedua Repelita VI (1995/96) telah dialokasikan dana BPJP sebesar Rp 430,6 miliar, dan mencapai hasil fisik berupa peningkatan jalan propinsi sepanjang 3.685 kilometer, serta penggantian dan rehabilitasi jembatan sepanjang 11.833 meter. Pada tahun ketiga Repelita VI (1996/97) dengan alokasi dana sebesar Rp513,5 miliar, BPJP tersebut meningkat sekitar 19,2 persen dari tahun sebelumnya, dan telah meningkatkan jalan propinsi sepanjang 3.901 kilometer, serta mengganti dan merehabilitasi jembatan sepanjang 10.114 meter (Tabel VIII-8).

Program peningkatan prasarana dan sarana untuk kegiatan OP jaringan pengairan pada tahun 1996/97 dilaksanakan di areal seluas 5,1 juta hektare, yang dibiayai dengan dana Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I. Sisanya seluas 0,8 juta hektare yang belum diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah, dibiayai dengan dana sektoral (DIP). Pada tahun 1995/96 bantuan OP jaringan pengairan dialokasikan sebesar Rp 29,7 miliar, dan meningkat

VIII/19

Page 20: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

menjadi sebesar Rp 51,2 miliar pada tahun 1996/97 atau meningkat sebesar 72,3 persen.

4) Program Pengembangan Dunia Usaha di Daerah

Pembangunan daerah membutuhkan partisipasi masyarakat termasuk dunia usaha. Untuk itu setiap pemerintah daerah telah mengupayakan untuk menciptakan iklim yang merangsang kegiatan usaha dan investasi swasta di daerahnya. Satu daerah berbeda dengan daerah lainnya dalam keberhasilan mengembangkan investasi dan kegiatan usaha, karena memang ada perbedaan dalam potensi yang dimiliki, baik potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.

Peranan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) dalam mengembangkan dunia usaha telah berkembang, terlebih sejak dikeluarkannya Paket Kebijaksanaan 23 Oktober 1993, yang memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perizinan kegiatan dunia usaha di daerah.

Pertumbuhan ekonomi daerah yang menghasilkan peningkatan penerimaan pajak daerah merupakan hasil pengembangan dunia usaha di daerah. Upayanya dilakukan melalui berbagai kebijaksanaan, misalnya pengembangan iklim usaha melalui pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung investasi dan pemasaran, dan peningkat- an kemudahan dan kecepatan pelayanan termasuk perizinan.

Pertumbuhan ekonomi daerah secara tidak langsung ditunjukkan oleh meningkatnya penerimaan pajak daerah dalam APBD tingkat I. Realisasi penerimaan pajak daerah setiap tahun cenderung meningkat, dan berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pendapatan asli daerah. Pada tahun 1995/96 penerimaan pajak daerah adalah sebesar Rp3.037,2 miliar, atau meningkat sebesar 27,6 persen dari realisasi

VIII/20

Page 21: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

penerimaan pajak daerah tahun 1994/95. Pada tahun 1996/97 penerimaan pajak daerah diperkirakan sebesar Rp4.071,4 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 34,0 persen dari tahun sebelumnya.

5) Program Pengembangan Kawasan Khusus

Kawasan khusus mencakup kawasan pertumbuhan yang menyangkut kerjasama dengan negara tetangga dan kawasan yang mendukung kepentingan pertahanan keamanan nasional seperti kawasan perbatasan, serta kawasan-kawasan andalan yang bersifat regional seperti kawasan yang cepat berkembang dan kawasan yang dapat memacu perekonomian daerah. Program pengembangan kawasan khusus diserasikan dengan kondisi, potensi, dan aspirasi daerah sekitar kawasan tersebut.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka ini adalah:

a) Kerjasama di bidang sosial ekonomi daerah perbatasan Malaysia (Sarawak dan Sabah) dengan Indonesia (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur) yang disebut Sosek Malindo di bawah General Border Committee (GBC) di masing-masing negara yang di Indonesia dipimpin oleh Panglima ABRI. Di bawah GBC dibentuk Kelompok Kerja Sosek Malindo (KK Sosek Malindo) di tingkat propinsi/negeri yang ditujukan untuk: (a) menentukan proyek-proyek pembangunan sosial ekonomi yang digunakan bersama, (b) merumuskan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi di wilayah perbatasan, (c) melaksanakan pertukaran informasi mengenai proyek-proyek pembangunan sosial ekonomi di wilayah perbatasan bersama, dan (d) menyampaikan laporan kepada KK Sosek Malindo tingkat pusat mengenai pelaksanaan kerjasama pembangunan sosial ekonomi di daerah perbatasan.

VIII/21

Page 22: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

b) Kerjasama Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia (Sosek Malindo) wilayah perbatasan antara Malaysia Timur (Sarawak dan Sabah) dan Kalimantan (Kalbar dan Kaltim) yang dikoordinasikan oleh Panglima ABRI selaku Ketua GBC Indonesia, dan juga melibatkan Menteri Luar Negeri masing-masing negara selaku ketua Joint Committee Meeting (JCM), dalam rangka kerjasama bilateral antara Pemerintah Malaysia dan Pemerintah RI.

c) Kerjasama perbatasan Irian Jaya-Papua Nugini antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Papua Nugini melalui Joint Border Committee (JBC) yang di pihak Indonesia diketuai oleh Menteri Dalam Negeri.

Selain kerjasama dalam bidang sosial ekonomi yang dilandasi oleh latar belakang politis di atas, telah dirintis dan dikembangkan pula beberapa kerjasama ekonomi bilateral dan regional/subregional antara Indonesia dengan negara-negara tetangga, antara lain:

a) Kerjasama segitiga pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore Growth Triangle) atau yang juga dikenal dengan kerjasama segitiga pertumbuhan SIJORI (Singapore-Johor-Riau);

b) Kerjasama segitiga pertumbuhan utara IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle);

c) Kerjasama sosial ekonomi yang dijalin antara propinsi- propinsi di kawasan timur Indonesia dengan negara bagian Northern Territory di Australia, yang telah berkembang menjadi Australia-Indonesia Development Area (AIDA). Cakupan AIDA lebih luas lagi yaitu meliputi seluruh propinsi di KTI dan propinsi Bali, dengan semua negara bagian Australia;

VIII/22

Page 23: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

d) Kerjasama sosial ekonomi antara Propinsi Maluku dengan 3 propinsi di Filipina Selatan;

e) Kerjasama kawasan pertumbuhan ASEAN timur BIMP-EAGA (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines East Asean Growth Area), yang semula meliputi tiga propinsi kemudian dikembangkan menjadi kerjasama ekonomi antara sepuluh propinsi di KTI dengan Propinsi Mindanao (Davao) di Filipina, Negara Bagian Sabah (Kota Kinabalu) di Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Pembangunan kawasan khusus selama dua tahun terakhir ini menunjukkan terkoordinasinya pengembangan kawasan khusus. Untuk mempercepat pengembangan propinsi-propinsi di KTI dengan pendekatan pembangunan kawasan andalan telah diterbitkan Kepu- tusan Presiden No. 89 Tahun 1996 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.

6) Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan upaya penghutanan kembali (reboisasi) dengan penanaman jenis pohon yang sesuai dengan kondisi daerah. Kegiatan reboisasi telah dilaksanakan sejak Repelita I dengan kegiatan rehabilitasi kawasan lindung melalui penyediaan bibit, penanaman jenis-jenis pohon, dan didukung oleh petugas-petugas teknis lapangan. Pada tahun 1996/97 upaya reboisasi dilakukan di 26 propinsi meliputi areal seluas 44.934 hektare. Untuk menunjang kegiatan reboisasi telah dilaksanakan pelatihan bagi petugas lapangan reboisasi sebanyak 947 orang. Kegiatan reboisasi selain menambah luasan hutan telah menciptakan pula lapangan kerja dan sumber pendapatan baru bagi

VIII/23

Page 24: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

masyarakat di daerah kritis, dan mengurangi tingkat kemerosotan produktivitas tanah.

b. Pembangunan Daerah Tingkat II

Pelaksanaan pembangunan daerah tingkat II disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, serta aspirasi masyarakat, dan diarahkan untuk dapat menanggulangi masalah-masalah pembangunan di masing-masing daerah. Sejak tahun pertama Repelita VI dalam rangka pembangunan daerah tingkat II telah ditingkatkan kemampuan aparatur dan keuangan pemerintah daerah tingkat II, serta berbagai program pendukungnya, seperti prasarana dan sarana, dan kegiatan usaha masyarakat, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta penataan ruang daerah tingkat II. Di samping itu, upaya penanggulangan kemiskinan, merupakan salah satu program terpenting dalam Repelita VI.

1) Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat II Kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II ditingkatkan

melalui pembinaan kelembagaan, antara lain dengan menyerasikan beban tugas, wewenang, dan tanggungjawab pejabat di daerah yang semakin meningkat.

Dalam upaya meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah tingkat II, telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan teknik mana- jemen perencanaan pembangunan (TMPP) yang diselenggarakan di empat perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, Universitas Indonesia di Jakarta, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta dan Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang. Selain itu diselenggarakan pula kursus keuangan daerah (KKD) dan latihan

VIII/24

Page 25: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

keuangan daerah (LKD) melalui kerja sama antara Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan Universitas Indonesia, dengan bantuan Pemerintah Inggris. Sampai dengan tahun 1993/94, melalui program pelatihan TMPP ini telah dilatih sebanyak 1.229 orang pegawai Bappeda Tingkat II dari seluruh Indonesia. Pada tahun 1994/95 program TMPP diikuti oleh peserta sebanyak 120 orang, tahun 1995/96 diikuti 115 orang, dan pada tahun 1996/97 sebanyak 360 orang. Dengan demikian, sampai dengan tahun 1996/97 jumlah pegawai Bappeda Tingkat II yang telah mengikuti TMPP adalah sebanyak 1.724 orang. Latihan KKD dan LKD terutama diarahkan untuk meningkatkan kemampuan aparatur di bidang keuangan daerah, khususnya bagi aparat dinas pendapatan dan aparat bagian keuangan sekretariat wilayah daerah tingkat II. Pelatihan KKD dan LKD sampai tahun 1995/1996 telah diikuti oleh 1.504 orang peserta. Dengan penambahan sebanyak 124 orang peserta pada tahun 1996/97, maka sampai dengan tahun 1996/97 pelatihan itu telah diikuti 1.628 orang peserta.

2) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat II telah dikembangkan bantuan keuangan melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II).

Melalui bantuan umum telah dilaksanakan berbagai kegiatan fisik, antara lain peningkatan prasarana dan sarana seperti prasarana jalan dan jembatan, pengairan, terminal bus, pelabuhan sungai, pasar desa, serta berbagai macam prasarana lingkungan permukiman, seperti saluran air limbah, bangunan pengendali banjir, persampahan, dan sebagainya. Jumlah bantuan umum pada tahun 1995/96 mencapai

VIII/25

Page 26: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Rp 1.127,5 miliar, dan pada tahun 1996/97 meningkat menjadi Rp 1.177 miliar (Tabel VIII-9).

Secara keseluruhan, alokasi bantuan pembangunan daerah tingkat II pada tahun 1995/96 adalah sebesar Rp 2.525,3 miliar, dan mengalami kenaikan sebesar 9,69 persen menjadi sebesar Rp 2.770 miliar pada tahun 1996/97. Upaya ini telah meningkatkan kesempatan kerja yang mendorong kegiatan ekonomi masyarakat dan perkem- bangan sosial masyarakat (Tabel VIII-10).

Selain itu, mulai tahun 1994/95 pemerintah daerah tingkat II juga menerima bagian PBB sebesar 74,8 persen dari jumlah PBB yang diterima di daerah tingkat II yang bersangkutan. Dalam tahun 1995/96 jumlah penerimaan PBB daerah tingkat II adalah sebesar Rp 1.427,9 miliar, dan pada tahun 1996/97 mencapai Rp1.823,3 miliar atau meningkat sebesar 27,7 persen.

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana

Program peningkatan prasarana dan sarana daerah tingkat II terutama dititikberatkan pada peningkatan prasarana dan sarana pendidikan, perhubungan, dan pemerintahan umum.

Dalam rangka peningkatan kualitas prasarana pendidikan, di samping pembangunan baru SD, dilaksanakan juga rehabilitasi SD dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) telah direhabilitasi sebanyak 8.455 unit SD. Pada tahun 1995/96 dengan dana sebesar Rp 250 miliar telah direhabilitasi 10.472 unit SD, sedangkan pada tahun 1996/97 dengan dana sebesar Rp 300 miliar telah direhabilitasi 14.925 unit SD. Dengan demikian selama Repelita VI sampai dengan tahun 1996/97 telah direhabilitasi sebanyak 32.627 unit SD (Tabel VIII-11 dan Tabel VIII-12).

VIII/26

Page 27: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Dalam rangka memperluas jaringan jalan daerah tingkat II terutama di luar Jawa, pada tahun 1994/95 telah dialokasikan dana sebanyak Rp 967,6 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 40.394,9 kilometer dan jembatan sepanjang 28.198 meter. Pada tahun 1995/96 dana yang dialokasikan adalah sebesar Rp 997,6 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 34.535 kilometer dan jembatan sepanjang 24.222 meter. Sedangkan pada tahun 1996/97 telah dialokasikan dana sebesar Rp 1.097 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 47.387 kilometer dan jembatan sepanjang 18.897 meter (Tabel VIII-13 dan Tabel VIII-14).

Pada tahun 1995/96 dalam rangka pembangunan fasilitas fisik pemerintahan telah dibangun dan direhabilitasi 5 kantor camat, 10 kantor walikotamadya, 52 kantor bupati, 2 rumah jabatan bupati, 2 kantor Itwilkab, 6 kantor PMD, dan 2 kantor Sospol kabupaten. Selanjutnya pada tahun 1996/97 telah dibangun dan direhabilitasi 19 kantor camat, 12 kantor walikotamadya, 29 kantor bupati, 1 rumah jabatan bupati, 6 kantor Itwilkab, 19 kantor PMD dan 4 kantor Sospol kabupaten.

4) Program Pengembangan Kegiatan Usaha Masyarakat

Pengembangan kegiatan usaha masyarakat dilaksanakan antara lain melalui Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar. Pada tahun 1994/95 kepada pemerintah daerah diberikan Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar berupa hibah dana pembangunan sebesar Rp5 miliar untuk membangun sebanyak 47 pasar kecamatan yang tersebar di seluruh propinsi di luar pulau Jawa dan Bali. Pada tahun 1995/96 jumlah alokasi bantuan ini meningkat menjadi sebesar Rp 6 miliar untuk membangun 60 pasar, sedangkan pada tahun 1996/97 telah dialokasikan dana sebesar Rp 7 miliar untuk membangun 67 pasar. Dengan demikian melalui Bantuan Pembangunan dan Pemugaran

VIII/27

Page 28: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Pasar sampai dengan tahun 1996/97 telah dibangun 2.880 pasar yang tersebar di 27 propinsi, diantaranya sebanyak 174 unit pasar dibangun selama Repelita VI di luar Jawa dan Bali.

5) Program Penanggulangan Kemiskinan

Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dilakukan melalui kegiatan yang dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, dan diarahkan pada proyek-proyek yang dapat menyerap tenaga kerja dan menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana dasar, terutama di desa-desa tertinggal. Uraian lebih lanjut dapat dilihat pada pembahasan mengenai pembangunan desa tertinggal.

6) Program Peningkatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Program peningkatan sumber daya alam dan lingkungan hidup di daerah tingkat II diupayakan antara lain melalui penghijauan dan konservasi tanah, yang pada tahun 1995/96 telah mencakup tanah seluas 451 ribu hektare. Kegiatan penghijauan dan konservasi tanah ini pada tahun 1996/97 telah mencapai seluas 540 ribu hektare yang tersebar di 26 propinsi.

Pelaksanaan kegiatan penghijauan dan konservasi tanah dilaksanakan melalui penanaman hutan rakyat, pembuatan petak percontohan/demplot pengawetan tanah, pembuatan dam pengendali/ bangunan konservasi, dan penyuluhan kepada masyarakat. Pada tahun 1996/97, penanaman hutan rakyat yang telah dilaksanakan meliputi 144 ribu hektare, dan pembuatan petak percontohan/demplot pengawetan tanah sebanyak 977 unit. Secara rinci hasil-hasil

VIII/28

Page 29: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

pelaksanaan penghijauan dan konservasi tanah dapat dilihat pada Bab X (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan Pertanahan).

Berbagai kegiatan penghijauan dan konservasi tanah tersebut telah menghasilkan manfaat dalam menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat di daerah kritis, mengurangi tingkat kemerosotan produktivitas tanah, menambah sumber panda- patan baru dari hutan rakyat, dan menjamin ketersediaan sumber air, serta meningkatkan mutu lingkungan dalam daerah aliran sungai.

7) Program Penataan Ruang Daerah Tingkat II

Dalam rangka mendukung program penataan ruang daerah tingkat II, mulai tahun 1995/96 dialokasikan bantuan penataan ruang melalui bantuan umum pembangunan daerah tingkat II, untuk melengkapi dana yang telah dialokasikan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 1995/96 telah dilakukan penyusunan dan penyempurnaan 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) serta penyusunan 23 Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) dengan yang menggunakan dana sebesar Rp 2,99 miliar. Pada tahun 1996/97, pelaksanaan program ini dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan dan penyempurnaan 3 RTRWK dan 30 RDTRK.

c. Pembangunan Desa

Pembangunan desa dalam Repelita VI dilaksanakan antara lain melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia, penguatan kelembagaan beserta unsur-unsur pengembangan masing-masing desa serta peningkatan keterpaduan berbagai kegiatan pembangunan desa, yang dilaksanakan secara terpadu dengan program pembangunan daerah dan program pembangunan sektoral lainnya.

VIII/29

Page 30: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Dalam tahun 1996/97 program ini meliputi upaya-upaya peman- tapan kelembagaaan pemerintah desa; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; pengembangan keswadayaan masyarakat; pengem bangan perekonomian desa; pengembangan prasarana dan sarana di desa; dan penanggulangan kemiskinan.

1) Program Pemantapan Kelembagaan Pemerintah Desa

Dalam rangka program pemantapan kelembagaan pemerintah desa sejak Repelita I telah diberikan dana bantuan dalam Inpres Desa yang jumlahnya terus meningkat. Bantuan ke setiap desa/kelurahan meningkat dari Rp5,5 juta per desa pada akhir Repelita V menjadi Rp 6 juta pada tahun pertama dan kedua Repelita VI, dan meningkat lagi menjadi Rp 6,5 juta pada tahun ketiga Repelita VI (Tabel VIII-15). Dalam peningkatan bantuan tersebut diarahkan penggunaannya untuk pembinaan anak dan remaja di berbagai desa/kelurahan.

Jumlah Bantuan Desa secara keseluruhan meningkat dari sebesar Rp390,2 miliar pada tahun 1993/94 menjadi sebesar Rp423,2 miliar pada tahun 1994/95, dan menjadi sebesar Rp425,9 miliar pada tahun 1995/96. Pada tahun 1996/97 bantuan ini meningkat lagi menjadi sebesar Rp 459,3 miliar (Tabel VIII-16).

Pembangunan desa sangat bertumpu pada peranserta masyarakat yang diupayakan untuk terus ditingkatkan antara lain melalui peningkatan dayaguna kelembagaan desa, pembinaan lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), dan penyelenggaraan Bulan Bakti LKMD yang dilaksanakan setiap bulan Maret bersamaan dengan penyusunan rencana musyawarah pembangunan desa (Musbangdes). Untuk mendukung pembangunan desa dikembangkan sistem pendataan desa dengan menggunakan profil desa/kelurahan yang divisualisasikan

VIII/30

Page 31: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

dalam bentuk peta desa yang memuat potensi desa/kelurahan, tingkat perkembangan dan batas-batas desa.

Untuk mengukur keberhasilan LKMD, dikembangkan sistem evaluasi dengan menggunakan beberapa indikator, yaitu jumlah pengurus, struktur organisasi, program kerja, dan fungsi LKMD. Berdasarkan keempat indikator tersebut ditetapkan 3 (tiga) kategori LKMD, yaitu kategori I dengan bobot penilaian kurang dari 700, kategori II dengan bobot penilaian 700-900, dan kategori terbaik yaitu kategori III dengan bobot penilaian lebih besar dari 900. Upaya pembinaan LKMD diarahkan untuk mengurangi jumlah LKMD kategori I dan kategori II.

Pada tahun 1996/97, 6,5 persen dari LKMD yang ada di seluruh desa dan kelurahan termasuk LKMD kategori I, 24,8 persen termasuk LKMD kategori II, dan 68,7 persen termasuk LKMD kategori III.

Untuk lebih memantapkan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian pembangunan di tingkat kecamatan melalui unit daerah kerja pembangunan (UDKP) dan menggairahkan semangat dengan persaingan yang sehat, setiap tahun sejak tahun 1994/95 dipilih satu kecamatan di masing-masing daerah tingkat II sebagai model pengembangan UDKP.

2) Program Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan

Pada tahun 1995/96 telah diselenggarakan pelatihan bagi ketua LKMD kategori II untuk 64.402 orang. Pada tahun tersebut juga dimulai pelatihan perencanaan partisipasi pembangunan masyarakat desa (P3MD) untuk 48.417 orang pengurus LKMD, dalam rangka pembinaan aparat LKMD untuk membantu meningkatkan keteram-

VIII/31

Page 32: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

pilan masyarakat yang dikategorikan miskin. Pada tahun 1996/97 pelatihan tersebut diberikan untuk 46.869 orang.

Selain itu, sejak Repelita V diselenggarakan latihan pembangunan desa terpadu (PDT) yang pada akhir Repelita V dikuti oleh 769 orang pelatih PDT tingkat propinsi, 6.342 orang pelatih PDT tingkat kabupaten/kotamadya, dan 33.750 orang pembina teknis KPD/LKMD tingkat kecamatan. Mulai Repelita VI kegiatan pelatihan ini dilaksanakan melalui Program Inpres Desa Tertinggal. Sampai dengan tahun 1996/97 pelatihan ini telah diikuti oleh 642.694 orang yang terdiri dari unsur-unsur yang terkait (Tabel VIII-17). Pelatihan ini menumbuhkan kesiapan dan kemampuan aparat pemerintah di daerah tingkat I dan daerah tingkat II, serta kader teknis fungsional di tingkat desa dan kelurahan.

3) Program Pengembangan Keswadayaan Masyarakat Keswadayaan masyarakat dikembangkan melalui penumbuhan

kelompok-kelompok kegiatan masyarakat untuk dapat memecahkan masalah secara bersama-sama. Melalui kelompok-kelompok ini dalam tiga tahun pertama Repelita VI telah dilakukan berbagai kegiatan seperti pembuatan instrumen identifikasi untuk mengenali kelompok-kelompok masyarakat perdesaan di 400 desa/kelurahan; pembinaan KPD dalam menggerakkan kelompok masyarakat pada desa-desa swadaya, swakarya dan swasembada; pembentukan kelompok kerja kegiatan (Pokjatan) LKMD yang dibina oleh Tim Pembina LKMD di wilayah desa kritis, minus dan terbelakang, serta pembinaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa/ kelurahan.

Dalam rangka program pembangunan prasarana perdesaan yang terkait dengan program IDT, kepada LKMD diberikan tanggung

VIII/32

Page 33: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

jawab dan peranan yang besar dalam pelaksanaannya. Untuk desa tertinggal di Jawa dan Madura masyarakat langsung berperan melalui wadah LKMD didampingi oleh seorang konsultan pendamping untuk setiap lima desa. Untuk luar Jawa, masyarakat ikut terlibat dalam bentuk pengadaan tenaga kerja, bahan lokal, dan sebagian pekerjaan dari prasarana yang dapat dilaksanakan oleh LKMD.

4) Program Pengembangan Perekonomian Desa

Pengembangan perekonomian desa dilaksanakan melalui pembi- naan koperasi unit desa (KUD), lembaga keuangan/perkreditan, dan lembaga pemasaran perdesaan. Dalam rangka menumbuhkembangkan usaha ekonomi desa dilakukan pelatihan praktek kerja lapangan usaha ekonomi desa (PPKL-UED) di beberapa desa dengan cara ikut bekerja (magang) pada kegiatan usaha ekonomi yang ada dan pemberian modal usaha yang disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dilakukan dengan cara bergulir.

Pada tahun 1996/97 dilanjutkan kegiatan perintisan penum buhan unit usaha ekonomi desa simpan pinjam (UED-SP) yang telah dimulai sejak tahun 1994/95. Pelaksanaannya dilakukan secara selektif dengan melatih tenaga asistensi untuk pembinaan dan pengawasan kegiatan UED-SP dan calon pengelola UED-SP, serta pemberian bantuan modal kepada unit UED-SP di desa non IDT.

5) Program Pengembangan Prasarana dan Sarana di Desa

Program pengembangan prasarana dan sarana di desa dimulai dengan identifikasi pembangunan prasarana dan sarana perhubungan desa, identifikasi peran masyarakat, dan pembentukan unit pengelola sarana (UPS) dan kelompok pengelola sarana (KPS) untuk menentukan kebutuhan prasarana dan sarana perhubungan, serta

VIII/33

Page 34: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

penyusunan rencana pembangunan prasarana dan sarana perhubungan desa. Melalui program ini diberikan bantuan untuk perbaikan perumahan dan permukiman, serta sanitasi lingkungan dan air bersih. Pada tahun 1996/97 telah dilakukan perbaikan perumahan dan permukiman sebanyak 219.294 unit yang tersebar di 5.498 desa (Tabel VIII-18).

6) Program Penanggulangan Kemiskinan

Program penanggulangan kemiskinan di desa dilakukan melalui kegiatan di berbagai sektor, baik yang dijalankan oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri.

Salah satu kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat desa antara lain adalah oleh ibu-ibu PKK, dengan memanfaatkan dana yang diperoleh melalui Inpres Desa. Di samping itu, untuk meningkatkan perekonomian desa, juga ada bantuan untuk kegiatan usaha ekonomi desa (UED) yang terdapat dalam Bantuan Pembangunan Desa. Selain itu, melalui program dana Takesra pada tahun 1996/97 telah diberikan bantuan simpanan awal sebesar Rp 22,9 miliar, dan dana Kukesra sebesar Rp 205 miliar. Dari jumlah ini sebesar Rp 19,6 miliar dana Takesra dan Rp 107 miliar dana Kukesra sudah atau sedang dinikmati oleh keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera yang mendapat bantuan program. Program penanggulangan kemiskinan yang berkaitan dengan desa tertinggal uraiannya dilanjutkan di bawah ini.

d. Pembangunan Desa Tertinggal

Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan upaya untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin serta meningkatkan taraf hidupnya dengan mengembangkan kesempatan

VIII/34

Page 35: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

berusaha. Program IDT diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat miskin di desa tertinggal, dengan menerapkan prinsip-prinsip gotong-royong, keswadayaan, dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan pemasaran dengan pemasyarakatan dan pemanfaatan teknologi yang tepat terutama yang sumber dayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat.

Mulai awal Repelita Vl program IDT dilaksanakan dengan pemberian bantuan dana bergulir sebesar Rp 20 juta untuk setiap desa tertinggal, yang diberikan setiap tahun untuk selama tiga tahun. Dalam konsep ini peranan pendamping sangat penting. Program ini juga ditunjang oleh program lain seperti pembangunan prasarana perdesaan dan program makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS).

Pada tahun l996/97 dialokasikan bantuan dana untuk 22.054 desa tertinggal sebesar Rp 441,1 miliar. Untuk mendukung pemantauan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program IDT disediakan dana bantuan operasional bagi aparat di tingkat desa/kelurahan, kecamatan, pemerintah daerah tingkat II dan pemerintah daerah tingkat I. Biaya operasional pemantauan (BOP) yang dialokasikan pada tahun l996/97 adalah sebesar Rp 37,9 miliar. Jumlah bantuan dana BOP untuk pemerintah daerah tingkat I ditentukan sebesar Rp20.000 per desa/kelurahan, untuk pemerintah daerah tingkat II sebesar Rp l00.000 per desa/kelurahan, untuk kecamatan sebesar Rp 500.000 per desa/kelurahan, dan Rp 600.000 untuk tiap desa/ kelurahan. Di samping itu mulai tahun 1995/96 desa-desa yang dikategorikan desa terpencil mendapatkan tambahan dana BOP sebesar Rp 300.000 untuk setiap desa, dan Rp l00.000 untuk setiap kecamatan yang mempunyai desa terpencil (Tabel VIII-19).

VIII/35

Page 36: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Sampai dengan awal Mei 1997 jumlah desa/kelurahan yang telah mencairkan bantuan dana program IDT adalah sebanyak 20.627 desa atau 99,98 persen. Kelompok masyarakat (pokmas) yang telah menggunakan dana program IDT untuk kegiatan sosial ekonomi secara kumulatif sampai dengan tahun 1996/97 berjumlah 123.000 pokmas yang mencakup 3,447 juta KK anggota (Tabel VIII-20).

Kegiatan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pokmas dapat dibedakan atas usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil dan kerajinan, jasa dan perdagangan. Dana program IDT telah digunakan sebagai modal usaha baru disamping menambah modal usaha yang sudah ada. Sebagai hasil perkembangan kegiatan usaha masyarakat sampai dengan Mei 1997 dana bantuan program IDT yang telah dikembalikan kepada kelompok masyarakat mencapai Rp 219,5 miliar yang tercatat dari 25 propinsi (di luar Maluku dan Irian Jaya).

Pelatihan bagi aparat dan tokoh masyarakat tingkat kecamatan

dan tingkat desa dilakukan melalui pelatihan pembangunan desa terpadu (PDT) yang terdiri dari unsur-unsur aparat pemerintah daerah, Departemen Pertanian (penyuluh pertanian lapangan atau PPL dan penyuluh pertanian spesialis atau PPS), Departemen Sosial (petugas sosial kecamatan atau PSK dan karang taruna), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Petugas Lapangan KB atau PLKB). Penyelenggaraan pelatihan tingkat desa meliputi pelatihan bagi kader pembangunan desa (KPD) dan pelatihan bagi pengurus LKMD Kategori I dan Kategori II. Tujuan pelatihan KPD adalah memberikan pemahaman tentang pembangunan desa dengan keswada- yaan masyarakat, pelaksanaan kegiatan program IDT, pencatatan dan pelaporan kegiatan program IDT, tehnik pengembangan usaha ekonomi desa, dan pendayagunaan teknologi tepat guna. Pelatihan KPD ini diikuti oleh 5 orang untuk setiap desa.

VIII/60

Page 37: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Dalam rangka menunjang pelaksanaan program IDT di 3.942 desa tertinggal dengan kategori parah telah dipersiapkan sarjana pendamping purna waktu (SP2W) yang terdiri dari petugas sosial kecamatan (PSK) dari Departemen Sosial, tenaga kerja mandiri profesional (TKMP) dari Departemen Tenaga Kerja, sarjana penggerak pembangunan perdesaan (SP3) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Sarjana Alumni Penerima Beasiswa Supersemar dari keluarga mahasiswa dan alumni penerima beasiswa supersemar (KMA-PBS). Setelah dilakukan pelatihan dan pembe- kalan, tenaga SP2W ditempatkan di desa-desa tertinggal di berbagai propinsi. Perkembangan jumlah tenaga pendamping program IDT dapat dilihat dalam Tabel VIII-21. Selain itu di desa- desa lainnya tenaga pendamping disediakan oleh pemerintah daerah masing-masing.

Untuk menunjang program IDT, mulai tahun 1995/96 dilaksanakan pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal (P3DT). Kegiatan ini diarahkan untuk mendukung pengembangan sektor ekonomi di desa tertinggal melalui pembangunan prasarana. Pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal meliputi pem- bangunan jalan, jembatan, tambatan perahu serta prasarana air bersih dan sanitasi (fasilitas mandi, cuci, kakus atau MCK). Dana untuk program ini diperoleh dari bantuan OECF, ADB, dan Bank Dunia.

Pada tahun 1996/97 pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal untuk Pulau Jawa dan Madura ditujukan bagi desa-desa tertinggal dengan kategori parah sebanyak 815 desa dengan bantuan sebesar Rp 120 juta setiap desa. Sedang untuk propinsi di luar Jawa dan Bali ditujukan pada desa-desa tertinggal dengan kategori potensial dan produktif sebanyak 1.812 desa dengan dana sebesar Rp 130 juta setiap desa, sehingga pada tahun 1996/97 pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal meliputi 2.627 desa (Tabel VIII-22).

VIII/37

Page 38: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 1REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I

MENURUT PROPINSI DATI I1993/94, 1994/95 – 1996/97

(juta rupiah)

1) Angka Sementara

VIII/38

Page 39: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 2REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

MENURUT PROPINSI DATI I1993/94, 1994/95 – 1996/97

(juta rupiah)

1) Angka Sementara

VIII/39

Page 40: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 3REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II

MENURUT PROPINSI1993/94, 1994/95 – 1996/97

(juta rupiah)

Keterangan : Data Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tingkat II terlambat 1 – 2 tahun(menunggu perhitungan APBD)

1) Angka diperbaiki- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/40

Page 41: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 4HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI(BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(orang)

- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/41

Page 42: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 5PERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI I

1993/94, 1994/95 – 1996/97(juta rupiah)

VIII/42

Page 43: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 6GAMBARAN SUMBER ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM APBD TINGKAT I

DAN KONTRIBUSI INPRES DATI I TERHADAP ANGGARAN PEMBANGUNANSELURUH INDONESIA

1993/94, 1994/95 – 1996/97(juta rupiah)

VIII/43

Page 44: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 7PERKEMBANGAN BELANJA PEMBANGUNAN MASING-MASING SEKTOR

DALAM APBD TINGKAT I1994/95 – 1996/97

1) Termasuk Bantuan Operasi dan Pemeliharaan Pengairan2) Termasuk Bantuan Peningkatan Jalan propinsi3) Termasuk Bantuan Pemantauan dan Pengawasan

VIII/44

Page 45: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 8PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN DAN HASIL FISIK

BANTUAN PENINGKATAN JALAN PROPINSI1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Kegiatan Penunjang

VIII/45

Page 46: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 9PERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI II

1993/94, 1994/95 – 1996/97(juta rupiah)

1) Termasuk Bantuan untuk Penyusunan RUTR Dati II dan Pengembangan Perkotaan2) Termasuk Bantuan Kepulauan, Penyusunan RUTR, Pengembangan Perkotaan, Pemugaran

Perumahan Pemukiman Perdesaan3) Bantuan Kepulauan, Penyusunan RUTR, Pengembangan Perkotaan, Pemugaran Perumahan,

Tidak diberikan lagi dan digabungkan ke dalam bantuan perkapita dan luas wilayahSebagai dasar perhitungan

4) Angka diperbaiki5) Peralatan dan Kegiatan Penunjang

VIII/46

Page 47: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 10HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK

BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka sementara

VIII/47

Page 48: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 11PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN REHABILITASI SD DAN MI

1993/94, 1994/95 – 1996/97(juta rupiah)

1) Angka Diperbaiki- : Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/48

Page 49: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 12HASIL FISIK BANTUAN REHABILITASI SD & MI

1993/94, 1994/95 – 1996/97(sekolah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/49

Page 50: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 13PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN

KABUPATEN/KOTAMADYA1993/94, 1994/95 – 1996/97

(juta rupiah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Peralatan dan Kegiatan Penunjang, di dalamnya termasuk untuk penyelenggaraan4) Penerimaan tenaga kerja teknik untuk Dati Ii dan pelatihan tanaga lainnya- : Program belum/tidak dilaksaakan

VIII/50

Page 51: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 14HASIL FISIK BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara- : Program belum/tidak dilaksaakan

VIII/51

Page 52: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 14HASIL FISIK BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka sementara- : Program belum/tidak dilaksaakan

VIII/52

Page 53: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 16PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA

1993/94, 1994/95 – 1996/97(juta rupiah)

1) Kegiatan penunjang2) Bantuan Pengendalian dan Pembinaan untuk Propinsi Irian Jaya dan Timor tidak diberikan,

Karena sudah tertampung pada program IDT

VIII/53

Page 54: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 17PERKEMBANGAN HASIL LATIHAN

PEMBANGUNAN DESA TERPADU (LPDT)1993/94, 1994/95 – 1996/97

(orang)

1) Angka Diperbaiki2) Angka Sementara, Merupakan kumulatif sampai dengan 1996/97- : Program belum/tidak dilaksaakan

VIII/54

Page 55: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 18PERKEMBANGAN JUMLAH DESA

DALAM KEGIATAN PEMUGARAN PERUMAHANDAN LINGKUNGAN DESA TERPADU (P2LDT)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka Diperbaiki (termasuk yang dibiayai melalui APBD I dan APBD II)2) Angka Sementara- : Program belum/tidak dilaksaakan

VIII/55

Page 56: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 19REKAPITULASI ALOKASI DANA BANTUANPROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL 1)

1994/95 – 1996/97(juta rupiah)

1) Program IDT dimulai pada tahun 1994/952) BOP + Bantuan Operasional Pemantauan- : Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/56

Page 57: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 20PERKEMBANGAN JUMLAH PENERIMAAN PROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL 1)

1994/95 – 1996/97

1) Data Kumulatif 1994/95 s/d 1996/972) Angka Sementara3) Desa tertinggal kategori parah dengan pembinaan khusus selama tiga tahun4) Mulai 1995/96 ditambah desa di wilayah terpencil

VIII/57

Page 58: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 21PERKEMBANGAN JUMLAH PENDAMPING PROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL 1)

1994/95 – 1996/97

1) Data Kumulatif 2) Angka Sementara

VIII/58

Page 59: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 22PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN PRASARANA PENDUKUNG DESA TERTINGGAL 1)

1995/96 – 1996/97

1) Bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) mulai diberikan pada tahun 1995/962) Angka diperbaiki

VIII/59

Page 60: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 23HASIL FISIK PEMBANGUNAN PRASARANA PENDUKUNG DESA TERTINGGAL 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) mulai diberikan pada tahun 1995/962) Angka Sementara

VIII/59

Page 61: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Jumlah dana yang disalurkan melalui program P3DT tahun 1996/97 sebesar Rp 329,2 miliar, mencakup 25 propinsi kecuali D.K.I. Jakarta dan Bali, 205 kabupaten, 720 kecamatan dan 2.627 desa. Dalam pelaksanaan program P3DT tahun 1996/97 telah dibangun jalan sepanjang 7.397 km, jembatan 26.766 meter, tambatan perahu 632 unit, air bersih 6.303 unit dan MCK (sanitasi) 3.257 unit (Tabel VIII-23).

Selain itu, sebagai bagian dari upaya pengentasan kemiskinan, untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah dan menumbuhkan kegiatan ekonomi di desa-desa tertinggal, mulai tahun 1996/97 diberikan bantuan Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS), kepada 18.867 SD dengan dana sebesar Rp 62,8 miliar. Rincian mengenai PMT-AS ini dapat dilihat dalam Bab XVIII.

C. TRANSMIGRASI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Dalam Repelita VI sasaran yang ingin dicapai pembangunan transmigrasi adalah bertambahnya minat dan gerak masyarakat untuk bertransmigrasi swakarsa mandiri; makin mudahnya akses daerah transmigrasi terhadap pasar; meningkatnya pendapatan transmigran sehingga diperoleh tabungan yang dapat digunakan bagi perluasan usaha; berkembangnya berbagai pola usaha dalam rangka meningkat- kan kemakmuran masyarakat dan mengembangkan transmigrasi; serta meningkatnya kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya.

Secara kuantitatif sasaran pembangunan transmigrasi dalam Repelita VI adalah penempatan transmigran baru sebesar 600.000 kepala keluarga (KK) yang terdiri atas 350.000 KK transmigran

VIII/61

Page 62: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

umum (TU) dan transmigran swakarsa berbantuan (TSB) serta 250.000 KK transmigran swakarsa mandiri (TSM); pembangunan unit permukiman transmigran (UPT) baru sekitar 1.200 unit dengan luas lahan pertanian sekitar 500.000 hektare; dan pembangunan rumah transmigran sejumlah 350.000 unit yang dilengkapi dengan sarana air bersih dan fasilitas umum.

Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan tersebut kebijaksanaan yang dikembangkan adalah mengarahkan transmigrasi ke kawasan timur Indonesia, terutama yang lambat perkembangannya, mendukung pengembangan wilayah, membantu mengentaskan penduduk dari kemiskinan, mendorong tumbuhnya transmigrasi swakarsa mandiri, mengembangkan agrobisnis, agroindustri, dan usaha lain di daerah transmigrasi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan transmigrasi, dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta memanfaatkan iptek.

Dalam Repelita VI pembangunan sub sektor transmigrasi mempunyai dua program pokok yaitu program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi, dan program pengerahan dan pembinaan transmigran. Kedua program pokok tersebut dilengkapi dengan beberapa program penunjang yaitu program penelitian dan pengembangan transmigrasi, program pembinaan anak dan remaja, program pembinaan pemuda, program peranan wanita, program pengembangan informasi transmigrasi, dan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

Pada tahun ketiga Repelita VI sasaran tahunan pembangunan transmigrasi adalah pembukaan unit pemukiman transmigrasi (UPT)

VIII/62

Page 63: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

baru untuk menampung sekitar 55 ribu KK transmigrasi umum dan transmigran swakarsa berbantuan, dan mengembangkan permukiman-permukiman lama atau desa-desa yang sudah berkembang untuk menampung TSM sejumlah 35 ribu KK. Secara rinci realisasi pelaksanaan pembangunan transmigrasi pada tahun ketiga Repelita VI diuraikan pada bagian berikut.

a. Program Pokok

1) Program Pengembangan Permukiman dan Lingkungan Transmigrasi

Program pengembangan permukiman dan lingkungan trans- migrasi terdiri dari berbagai kegiatan antara lain pembuatan rencana tata ruang dan rencana teknis permukiman transmigrasi baru, pembangunan prasarana dan sarana fisik permukiman, pembukaan lahan usaha tani, pembangunan perumahan dan fasilitas umum, serta pengembangan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pemukiman yang sudah dibangun.

Sesuai dengan kebijaksanaan Repelita VI, pembangunan permukiman transmigrasi diarahkan agar dapat menjadi kawasan produksi yang potensial dan dapat mendukung perkembangan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pemilihan lokasi permukiman transmigrasi selalu disesuaikan dengan rencana tata ruang daerah, memperhatikan kondisi aksesibilitas dan potensi lokasi, terkait dengan kawasan andalan, dan memenuhi persyaratan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Selanjutnya untuk setiap lokasi disusun Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP) sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan permukiman serta penyelesaian masalah tanah seperti pengukuran batas keliling dan pembuatan sertifikat tanah.

VIII/63

Page 64: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Untuk menampung penempatan transmigran sebanyak 55 ribu KK pada tahun ketiga Repelita VI telah dibuka 156 unit permukiman transmigrasi (UPT) baru dan dikembangkan 26 desa yang kurang penduduknya. Selain itu untuk dapat menampung 35 ribu KK TSM dikembangkan pula UPT-UPT yang sudah dibuka pada tahun-tahun sebelumnya. Sejak awal Repelita VI pembukaan permukiman transmigrasi baru diarahkan ke kawasan timur Indonesia terutama pada daerah-daerah yang masih potensial untuk pengembangan permukiman transmigrasi seperti Kalimantan dan Irian Jaya. Dari seluruh UPT baru yang dibuka pada tahun 1996/97, permukiman transmigrasi yang berada di kawasan timur Indonesia berjumlah 107 unit atau sekitar 68,6 persen dari seluruh permukiman transmigrasi yang dibuka. Sisanya sejumlah 49 UPT berada di pulau Sumatera yang termasuk kawasan barat Indonesia. Beberapa propinsi yang menjadi tujuan transmigran terbesar pada tahun 1996/97 meliputi Irian Jaya, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Riau.

Permukiman transmigrasi baru dilengkapi dengan pembangunan prasarana seperti jalan penghubung/poros, jalan desa dan jembatan yang menghubungkan UPT dengan jalan kabupaten atau jalan propinsi terdekat, atau dengan desa/daerah lain yang sudah berkembang. Pada tahun 1996/97 pembangunan jalan di permukiman transmigrasi men- capai sekitar 2.925 kilometer yang tersebar di seluruh permukiman. Jumlah jalan penghubung yang dibangun ini menunjukkan penurunan sekitar 13 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini antara lain disebabkan karena UPT yang dibuka pada umumnya lebih dekat ke prasarana jalan yang ada dibandingkan UPT yang dibuka dalam tahun 1995/96. Pada jalan-jalan baru tersebut dibangun juga sejumlah jembatan dan gorong-gorong sesuai dengan kebutuhan lapangan. Jembatan yang dibangun pada tahun 1996/97 mencapai sekitar 14.860 meter (Tabel VIII-24). Dengan demikian untuk setiap permukiman

VIII/64

Page 65: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

baru telah dibangun prasarana jalan dan jembatan masing-masing sepanjang 16,0 kilometer dan 81,7 meter.

Pembangunan prasarana yang baik membutuhkan biaya yang besar. Maka untuk permukiman transmigrasi baru dengan tingkat ekonomi yang masih rendah, kualitas jalan dan jembatan yang dibangun juga relatif masih rendah yaitu berupa jalan dengan perkerasan sirtu dan jembatan terbuat dari kayu. Pembangunan jembatan kayu ini sekaligus dimaksudkan untuk memanfaatkan kayu hasil pembukaan lahan yang tersedia di lapangan. Jika kondisi ekonomi permukiman transmigrasi mulai berkembang, maka jembatan kayu yang sudah rusak diganti dengan jembatan yang lebih permanen terbuat dari beton atau baja. Seiring dengan itu kualitas jalan juga ditingkatkan. Kegiatan yang penting yang menyangkut kondisi prasarana adalah pelaksanaan pemeliharaan jalan dan jembatan yang pada tahun 1996/97 masing-masing mencapai sekitar 362 kilometer jalan dan 3.114 meter jembatan (Tabel VIII-25).

Setiap KK yang bermukim di permukiman transmigrasi dengan pola usaha tanaman pangan akan mendapatkan lahan pekarangan (LP) dan lahan usaha I (LU I) dengan luas masing-masing 0,5 hektare dan lahan usaha II (LU II) seluas 1,0 hektare. LP dan LU I dibuka dengan kondisi siap olah dan direncanakan bagi pengembangan tanaman pangan, sementara itu LU II direncanakan untuk pengembangan tanaman keras yang harus dibuka sendiri oleh transmigran. Untuk pola permukiman transmigrasi yang lain maka luas lahan yang dibuka disesuaikan dengan kebutuhan. Pada permukiman dengan pola PIR-Trans, seluruh lahan yang diberikan kepada transmigran telah dibuka sebelum transmigran datang. Setiap transmigran memperoleh 0,5 hektare LP, dan seluas 2,0 hektare yang diperuntukkan bagi pengembangan kebun plasma. Pada pola ini pembukaan, penanaman dan pemeliharaan kebun plasma dibiayai dari kredit yang harus

VIII/65

Page 66: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

dibayar oleh transmigran dengan hasil panen kebunnya. Pada tahun 1996/97 lahan yang dibuka di permukiman transmigrasi berjumlah 37.885 hektare terdiri dari LP seluas 23.674 hektare dan LU I seluas 14.211 hektare. Dari jumlah lahan yang dibuka tersebut sekitar 25.100 hektare atau sekitar 66,4 persen dibuka di KTI (Tabel VIII-26). Sebagai perbandingan, dalam tahun terakhir Repelita V sekitar 63 persen lahan dibuka di KTI dan sisanya di KBI. Dengan demikian proporsi lahan yang dibuka di KTI pada tahun ketiga Repelita VI telah semakin meningkat. Selain itu, karena LP dan LU I ditanami tanaman pangan maka pembukaan LP dan LU I selain menambah areal produksi dan luas panen pada propinsi yang bersangkutan juga telah ikut menyumbang produksi pangan di KTI, serta produksi pangan nasional.

Pembangunan rumah transmigran dan fasilitas umum UPT disesuaikan dengan jumlah transmigran yang akan ditempatkan dan UPT yang dibuka. Pada tahun 1996/97 jumlah rumah transmigran yang dibangun mencapai 65.129 unit, sebagian diantaranya disiapkan bagi penempatan transmigran tahun berikutnya. Pembangunan fasilitas umum yang telah diselesaikan terdiri dari 111 buah puskesmas pembantu, 240 buah rumah ibadah, dan 278 buah gudang serta 271 unit rumah petugas (Tabel VIII-27, VIII-28, VIII-29, VIII-30 dan VIII-31).

Setelah transmigran bermukim sekitar dua tahun di permukiman transmigrasi, kepada mereka diberikan serifikat hak milik tanah. Setiap kepala keluarga transmigran rata-rata menerima 3 buah sertifikat hal milik tanah yaitu masing-masing untuk sertifikat lahan pekarangan, lahan usaha I dan lahan usaha II. Proses pembuatan sertifikat dimulai dengan kegiatan pengukuran dan pembagian lahan. Jumlah pengukuran dan pembagian kapling yang telah dilaksanakan dalam tahun 1996/97 mencapai sekitar 31.923 hektare yang terdiri

VIII/66

Page 67: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

atas 19.084 hektare lahan pekarangan dan 12.839 hektare lahan usaha (Tabel VIII-32). Untuk pembuatan sertifikat, pada tiga tahun pertama Repelita VI telah dapat diselesaikan sejumlah 281.884 bidang atau rata-rata 93.961 bidang per tahun.

2) Program Pengerahan dan Pembinaan Transmigran

Program ini mencakup kegiatan-kegiatan pengerahan calon transmigran baik yang berasal dari daerah asal maupun daerah sekitar permukiman, pemindahan transmigran ke permukiman baru, dan pembinaan transmigran selama sekitar lima tahun sampai penyerahan pembinaan kepada pemerintah daerah.

Proses pengerahan dan pemindahan transmigran dimulai dengan

pemilihan wilayah asal calon transmigran serta penentuan jumlah penduduk yang akan dipindahkan dari masing-masing wilayah. Selanjutnya diberikan penyuluhan tentang transmigrasi kepada penduduk yang menjadi sasaran; dilaksanakan pendaftaran dan seleksi calon transmigran; diselenggarakan pendidikan dan pelatihan; diikuti pengadaan perlengkapan, peralatan dan logistik; dan terakhir adalah penyediaan sarana angkutan dan fasilitas transito. Kegiatan di daerah asal transmigrasi yaitu Jawa, Bali dan Nusa Tenggara bertujuan untuk memperoleh calon transmigran yang siap diberangkatkan ke daerah transmigrasi. Di daerah penerima transmigrasi dilakukan pula kegiatan penerangan, penyuluhan dan motivasi, untuk mendapatkan calon transmigran yang berasal dari penduduk sekitar permukiman. Transmigran yang berasal dari penduduk setempat dalam rangka alokasi permukiman penduduk daerah transmigrasi (APPDT) rata-rata berjumlah sekitar 20 persen dari daya tampung permukiman transmigrasi yang dibangun.

VIII/67

Page 68: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Berbeda dengan Repelita V dan sebelumnya yang menekankan peningkatan penyelenggaraan transmigrasi pada pembangunan fisik seperti pembangunan prasarana dan sarana, maka sesuai dengan kebijaksanaan Repelita VI peningkatan transmigrasi lebih diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia transmigran. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang mendukung pengembangan sumber daya manusia lebih mendapatkan perhatian. Upaya meningkatkan SDM transmigran dimulai sejak awal yaitu pada tahap seleksi dan pelatihan di daerah asal dan dilanjutkan terus selama masa pembinaan di permukiman transmigrasi. Terhadap transmigran yang mempunyai pendidikan cukup dan dianggap mampu menjadi kader bagi pengembangan masyarakat diberikan pelatihan yang lebih intensif dalam berbagai jenis keterampilan. Kader transmigran ini diharapkan akan menjadi penggerak masyarakat yang andal dan dinamis.

Untuk menjamin keberhasilan program transmigrasi, maka pelatihan calon transmigran di daerah asal terus ditingkatkan. Pada tiga tahun pertama Repelita VI jumlah calon transmigran yang dilatih mencapai 26.757 orang atau sekitar 27 persen dari jumlah transmigran yang berasal dari daerah asal (Tabel VIII-33). Berarti terdapat peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan pelatihan pada akhir Repelita V yang jumlahnya baru mencapai 2.640 orang atau sekitar 11,8 persen dari transmigran yang diberangkatkan dari Jawa. Selain jumlahnya yang meningkat, pelaksanaan pelatihan lebih menyebar pada seluruh daerah asal pemberangkatan transmigran. Pada tahun terakhir Repelita V jumlah transmigran yang dilatih di Jakarta (pusat) masih sekitar 30 persen, sementara dalam tiga tahun pertama Repelita VI jumlah pelatihan di pusat sudah menurun menjadi sekitar 5 persen yang ditujukan bagi pelatihan calon transmigran asal DKI Jakarta saja. Sebaliknya di 7 propinsi daerah asal jumlahnya makin membesar.

VIII/68

Page 69: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Realisasi penempatan transmigran pada tahun 1996/97 mencapai 88.262 KK yang terdiri dari 34.883 KK transmigran umum, 18.866 KK transmigran swakarsa berbantuan dan 34.513 KK transmigran swakarsa mandiri (Tabel VIII-34). Realisasi penempatan transmigran ini sedikit dibawah sasaran tahun 1996/97 sebesar 90 ribu KK, namun masih lebih baik dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Realisasi penempatan transmigran yang terus meningkat diupayakan untuk dipertahankan, terutama dengan penekanan pada segi kualitas pelaksanaan. Untuk mendukung peningkatan kualitas diupayakan proses pemindahan transmigran yang merata sepanjang tahun.

Peranan TSM semakin meningkat dalam tiga tahun pertama Repelita VI yaitu sebesar 23 persen dari seluruh transmigran pada tahun 1994/95, 35 persen pada tahun 1995/96, dan 38 persen pada tahun 1996/97, sejalan dengan arah kebijaksanaan yang ditetapkan. Dengan meningkatnya TSM maka dana yang berasal dari pemerintah dapat lebih dikonsentrasikan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan TU dan TSB. Selanjutnya, permukiman TU dan TSB yang berkem- bang dapat menjadi daya tarik pula bagi pengembangan TSM. Hal ini diupayakan berjalan bersamaan dengan penyebarluasan informasi peluang kerja di daerah transmigrasi sehingga mendukung penyebaran penduduk melalui transmigrasi.

Penanganan perambah hutan yang sudah dilaksanakan sejak PJP I mendapat dorongan momentum yang kuat pada Repelita VI dengan penambahan lingkup kerja Departemen Transmigrasi menjadi Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH). Dengan demikian upaya penanganan perambah hutan dapat lebih ditingkatkan lagi dimana perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian- nya dibawah Departemen Transmigrasi dan PPH. Realisasi penem- patan perambah hutan ke dalam permukiman baru yang lebih layak selama tiga tahun pertama Repelita VI terus meningkat dan

VIII/69

Page 70: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

diperkirakan mencapai lebih dari 50 ribu KK, termasuk yang penempatannya dibiayai dari dana reboisasi.

Dari segi jumlah TU dan TSB yang dipindahkan, pulau Jawa mempunyai peranan yang besar sebagai daerah pengirim transmigran dengan jumlah pemindahan sekitar 40 persen dari seluruh penempatan transmigran pada tahun 1994/95, sekitar 35,6 persen pada tahun1995/96, dan sekitar 35 persen pada tahun1996/97. Daerah asal lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur mempunyai andil sekitar 7,3 persen pada tahun pertama, sekitar 6,6 persen pada tahun kedua, dan sekitar 6 persen pada tahun ketiga Repelita VI. Walaupun kecil, jumlah transmigran yang dipindahkan dari Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur mempunyai dampak yang relatif lebih besar dalam upaya penyelesaian masalah kependudukan di daerahnya masing-masing dibandingkan dengan pemindahan transmigran dari Jawa.

Pembangunan transmigrasi antara lain diarahkan untuk mengem- bangkan potensi wilayah yang belum berkembang baik disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia maupun karena kurangnya dana investasi serta teknologi pemanfaatan lahan. Dengan pembukaan permukiman transmigrasi, kendala-kendala tersebut diupayakan dapat dipecahkan. Penduduk setempat yang semula tidak mempunyai akses terhadap dana investasi dan teknologi sehingga tidak dapat meman- faatkan lahan yang tersedia diharapkan dapat ikut memanfaatkannya dalam permukiman yang dibangun. Oleh karena itu sejak awal mereka diikutsertakan dalam rencana pengembangan permukiman dalam bentuk pemberian Alokasi Penempatan Penduduk Daerah Trans- migrasi (APPDT). Di samping itu, terhadap permukiman penduduk setempat dapat dilakukan penataan ruang atau jika upaya tersebut tidak mungkin dilakukan dapat pula dilakukan pemukiman kembali penduduk. Jumlah APPDT, pemukiman kembali penduduk dan

VIII/70

Page 71: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

penataan transmigran swakarsa pada tahun terakhir Repelita V sudah mencapai sekitar 46,1 persen dari seluruh transmigran yang ditempatkan. Pada tiga tahun pertama Repelita VI jumlahnya telah mencapai sekitar 58,9 persen (termasuk TSM).

Upaya penyebaran penduduk melalui transmigrasi antara lain dimaksudkan agar persebaran penduduk lebih merata dan seimbang diseluruh propinsi Indonesia. Namun demikian upaya ini harus tetap disesuaikan dengan potensi yang ada pada masing-masing wilayah. Dari 21 propinsi penerima transmigran pada tahun 1994/95 terdapat 3 propinsi yang menerima transmigran kurang dari 1.000 KK yaitu Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1996/97 ketiga propinsi diatas tetap menerima transmigran kurang dari 1.000 KK karena potensinya yang memang terbatas. Sebaliknya beberapa propinsi yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Irian Jaya merupakan propinsi yang menerima transmigran paling besar. Jumlah transmigran yang ditempatkan pada kelima propinsi tersebut mencapai 26.678 KK transmigran atau sekitar 54 persen dari seluruh penempatan transmigran pada akhir Repelita V (Tabel VIII-36).

Dalam tahun ketiga Repelita VI terjadi perubahan komposisi penerima transmigran dengan masuknya Kalimantan Tengah menggantikan peran Kalimantan Timur sebagai propinsi yang termasuk lima besar. Jumlah transmigran yang ditempatkan di lima propinsi terbesar itu berjumlah sekitar 42.861 KK, atau sekitar 48,5 persen dari seluruh penempatan transmigran pada tahun 1996/97. Menurunnya persentase jumlah transmigran di lima propinsi tersebut menandakan mulai berperannya propinsi-propinsi lain dan semakin meratanya penempatan antarpropinsi. Namun demikian dengan adanya proyek pengembangan lahan gambut 1 juta hektare di Kalimantan

VIII/71

Page 72: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Tengah maka peranan propinsi tersebut akan semakin besar di masa yang akan datang.

Proses pembinaan transmigran dilaksanakan sejak transmigran ditempatkan di permukiman transmigrasi selama sekitar lima tahun. Jumlah transmigran yang dibina Departemen Transmigrasi dan PPH pada tahun ketiga Repelita VI mencapai sekitar 240.877 KK yang terdiri dari transmigran baru sejumlah 53.749 KK dan transmigran lama sejumlah 187.128 KK (Tabel VIII-37).

Pembinaan transmigran dan permukimannya dilaksanakan secara

menyeluruh sesuai dengan kebutuhan transmigran dan lingkungan permukimannya. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan terdiri atas pembinaan bidang ekonomi, sosial dan budaya. Di bidang ekonomi pola pembinaan disesuaikan dengan pola usaha yang dikem- bangkan di permukiman. Pada tahap awal transmigran diharapkan dapat mengembangkan lahan pekarangan dan lahan usaha I untuk memproduksi tanaman pangan dengan menggunakan input-input usaha tani yang diberikan. Diharapkan dalam satu atau dua tahun mereka sudah dapat mencukupi kebutuhan sendiri sehingga pada waktu bantuan pangan atau jaminan hidup (jadup) yang diberikan selama 12 - 18 bulan dihentikan, mereka sudah dapat mandiri. Selanjutnya mereka diharapkan dapat mulai membuka sebagian demi sebagian LU II nya untuk pengembangan tanaman keras. Untuk melaksanakan itu transmigran mendapat berbagai bantuan berupa bibit (tanaman pangan dan tanaman keras), pupuk, herbisida, insektisida dan lain-lain. Selain itu transmigran juga mendapat bimbingan intensif dari penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan dalam beberapa tahun terakhir pembinaan bidang pertanian dilakukan juga oleh tenaga kerja pemuda mandiri profesional (TKPMP) yang berpendidikan sarjana di bidang pertanian.

VIII/72

Page 73: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Setelah upaya di bidang produksi dapat dikuasai oleh trans- migran, perhatian selanjutnya diberikan pada pengelolaan pasca panen dan upaya pemasaran. Untuk itu dibentuk kelompok usaha bersama (KUB) yang secara bertahap ditingkatkan menjadi koperasi unit desa (KUD) transmigrasi. Pada awalnya kegiatan-kegiatan perekonomian di permukiman transmigrasi masih dikoordinasikan oleh kepala unit permukiman transmigrasi. Secara bertahap peranan KUD ditingkat- kan, dan agar KUD lebih cepat berkembang dan berperan dalam pengelolaan perekonomian di unit-unit pemukiman transmigrasi diperbantukan juga tenaga TKPMP bidang koperasi yang bertugas selama sekitar 2 tahun. Pada tahun ketiga Repelita VI tenaga TKPMP yang masih aktif bertugas di daerah transmigrasi berjumlah 1.026 orang yang meliputi TKPMP bimbingan usaha tani (TKPMP-BUT) sebanyak 586 orang dan TKPMP koperasi unit desa (TKPMP-KUD) sebanyak 437 orang.

Peningkatan sumber daya manusia transmigran dilaksanakan dengan pelatihan yang meliputi pelatihan keterampilan di bidang pertanian dan non pertanian. Sasaran kuantitatif pelatihan transmigran di daerah penerima transmigrasi ditingkatkan secara bertahap. Pada tahun ketiga Repelita VI jumlah transmigran yang dilatih mencapai sekitar 25.890 orang yang meliputi pelatihan bidang pertanian sejumlah 8.625 orang, pelatihan non pertanian sejumlah 7.165 orang dan temu karya sejumlah 9.900 orang. Jumlah ini meningkat lebih dari 10,7 persen dari tahun 1995/96 (Tabel VIII-38). Bertambah besarnya jumlah maupun persentase transmigran yang dilatih dalam Repelita VI dan penentuan prioritas pelatihan pada keterampilan mendukung usaha tani diharapkan akan memperkokoh basis usaha tani transmigran dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri. Dengan peningkatan jumlah pelatihan diharapkan sumber daya manusia transmigran dapat meningkat kualitasnya.

VIII/73

Page 74: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

Pembinaan di bidang sosial meliputi pembinaan kesehatan, pendidikan, dan pembentukan institusi sosial. Pembinaan kesehatan sudah dilakukan sejak transmigran berangkat dari daerah asalnya. Kesehatan transmigran dan keluarganya menjadi salah satu persyaratan pada waktu seleksi. Mereka diperiksa secara bertahap sejak masih berada di desa asal sampai ketika mereka berada di transito pemberangkatan. Pelayanan kesehatan ini terus berlanjut di permukiman transmigrasi yang dilaksanakan oleh petugas transmigrasi bersama petugas dinas kesehatan di daerah. Untuk menjamin ketersediaan tenaga pelayanan kesehatan diadakan kerjasama dengan dinas kesehatan ABRI untuk melengkapi tenaga paramedis dan dokter yang belum tersedia di daerah-daerah tertentu pada tahap awal penempatan. Untuk melengkapi pelayanan kesehatan umum diberikan pula pelayanan keluarga berencana (KB) bagi pasangan transmigrasi usia subur sebagai kelanjutan pelayanan terhadap akseptor KB yang sudah menjalani program KB di daerah asal.

Dalam bidang pendidikan prioritas utama diberikan untuk mendukung pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun dengan penyediaan prasarana dan sarana pendidikan di permukiman trans migrasi. Untuk itu mulai awal Repelita VI pembangunan gedung SD yang dibiayai dengan dana Inpres SD dilaksanakan pada tahun yang sama dengan penempatan transmigran. Untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian antara lokasi pembangunan gedung SD, penyediaan guru dan penempatan transmigran maka senantiasa diupayakan koordinasi antar berbagai instansi yang terkait. Dalam hal gedung SD belum tersedia pada saat transmigran telah ditempatkan maka balai desa yang sudah dibangun untuk sementara waktu difungsikan sebagai SD sementara. Untuk SD sementara ini, pengadaan guru diambilkan dari pegawai/pembina UPT atau dari transmigran yang mempunyai kemampuan untuk menjadi guru. Dengan demikian pendidikan anak-anak transmigran tidak menjadi terlantar. Untuk pelayanan pendidikan

VIII/74

Page 75: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

lanjutan, pengadaan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dilaksanakan berdasarkan pertimbangan bahwa sebuah SLTP dapat melayani satu kawasan permukiman yang terdiri dari 4 sampai 5 unit permukiman transmigrasi. Sekolah lanjutan yang lebih tinggi dibangun sesuai dengan kondisi dan perkembangan kebutuhan lapangan.

Meskipun pembinaan di bidang pendidikan sudah direncanakan dengan baik, masih terdapat dua masalah utama yaitu kelambatan pengangkatan guru baru yang berasal dari transmigran, dan perpindahan guru dari daerah asal ke daerah transmigrasi. Untuk penyelesaiannya diupayakan percepatan penyelesaian persyaratan administrasi dan teknis yang diperlukan pada instansi terkait, agar guru-guru yang berasal dari transmigran dapat segera diangkat menjadi guru tetap dan guru yang pindah dari daerah asal ke daerah transmigrasi dapat tetap menerima haknya secara berkesinambungan.

Pembinaan di bidang sosial budaya dilaksanakan melalui berbagai

kegiatan untuk menumbuhkan interaksi positif antara para pendatang dan penduduk setempat dengan cara menyediakan dukungan sarana yang diperlukan seperti penyelenggaraan acara kesenian, pemutaran film, kegiatan olahraga dan lain-lain. Semakin berkembang dan tumbuhnya interaksi positif diharapkan akan menumbuhkan semangat saling menghargai terhadap adanya perbedaan budaya antara masyarakat pendatang dan penduduk di sekitar permukiman baru, meningkatkan kehidupan dan toleransi beragama, menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial, mengembangkan peranan wanita, anak dan pemuda, serta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan.

Pada masa pembinaan oleh Departemen Transmigrasi dan PPH, proses penyerahan pengelolaan permukiman transmigrasi kepada

VIII/75

Page 76: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

pemerintah daerah sudah mulai dilaksanakan secara bertahap. Pertama, disiapkan pembentukan institusi sosial desa secara lengkap beserta aparat desa definitif, agar penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi desa dapat segera berjalan dengan baik. Selanjutnya diupayakan pembentukan lembaga sosial seperti LKMD, koperasi dan lembaga lain yang diperlukan, sesuai dengan kebutuhan. Setelah sekitar lima tahun dalam pembinaan Departemen Transmigrasi dan PPH, seluruh aset dan pengelolaan unit permukiman transmigrasi diserahkan kepada pemerintah daerah termasuk seluruh sarana dan prasarana fisik, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada.

c. Program Penunjang Beberapa program penunjang memberi dukungan bagi

keberhasilan kedua program utama pembangunan transmigrasi yang sudah diuraikan sebelumnya. Program penunjang terdiri dari program penelitian dan pengembangan transmigrasi, program pembinaan anak dan remaja, program pembinaan pemuda, program peranan wanita, program pengembangan informasi transmigrasi, dan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

1) Program Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi

Melalui program ini dilakukan kajian dan penelitian berbagai kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan transmigrasi. Kegiatan dalam program ini terdiri dari kajian kebijakan pelaksanaan untuk umpan balik perbaikan di masa depan, dan penelitian terapan di lapangan untuk mendukung pengembangan transmigrasi. Pada tahun terakhir Repelita V telah dilakukan kajian dan penelitian menyangkut 14 aspek permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan transmigrasi dan dilakukan oleh sekitar 50 peneliti dan peneliti rekayasa (litkayasa). Selama tiga tahun pertama Repelita VI telah

VIII/76

Page 77: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

dilaksanakan pengkajian dan penelitian sekitar 23 aspek kegiatan yang dilaksanakan oleh sekitar 55 orang peneliti dan litkayasa yang hampir seluruhnya berpendidikan sarjana S-1 dan beberapa sarjana S-2 dan S-3. Untuk mendukung penelitian dan pengembangan pertanian daerah transmigrasi dilakukan pengujian lapang di balai penelitian transmigrasi yang berada di Bengkulu. Selanjutnya, untuk lebih memasyarakatkan pembangunan transmigrasi dikembangkan kerja- sama dengan berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi dan lembaga swasta untuk membantu melakukan kajian dan penelitian tentang pelaksanaan transmigrasi.

2) Program Pembinaan Anak dan Remaja

Program pembinaan anak dan remaja bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan jiwa kemandirian. Pelaksanaan program ini dikaitkan dengan kegiatan pendidikan luar sekolah oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan dari petugas-petugas UPT.

3) Program Pembinaan Pemuda

Pada tahun terakhir Repelita V program ini telah membina karang taruna dan membimbing keterampilan para pemuda serta membentuk 35 kelompok usaha bersama (KUB) dengan berbagai kegiatan usaha produktif. Kegiatan-kegiatan tersebut dilanjutkan lagi dalam Repelita VI yang sampai tahun ketiga telah melakukan pembentukan sekitar 325 KUB dan pembinaan karang taruna yang teratur.

4) Program Peranan Wanita

Program peranan wanita dalam tahun terakhir Repelita V telah

VIII/77

Page 78: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

melatih dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi sekitar 1.754 orang wanita transmigran sebagai dukun bayi, kader di bidang fasilitator PKK, KB dan tutor paket B. Disamping itu secara rutin diberikan pula pembinaan PKK di 21 propinsi. Dalam Repelita VI sampai dengan tahun ketiga telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang ASI di 29 UPT, pelatihan keterampilan wanita di bidang pengolahan hasil pertanian bagi sekitar 2.175 orang, dan pelatihan peningkatan kepemimpinan, penyuluhan hukum dan UU perkawinan bagi sekitar 2.505 orang wanita transmigran.

5) Program Pengembangan Informasi Transmigrasi

Program ini bertujuan untuk menyediakan informasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan transmigrasi melalui pengembang- an dan penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang meliputi informasi sosial ekonomi daerah asal transmigran, daerah tujuan, kondisi sumber daya alam, produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi.

Pada awal Repelita VI telah dilaksanakan antara lain pembuatan

sistem pelaporan yang terintegrasi dari unit permukiman transmigrasi sampai ke tingkat pusat. Selanjutnya, upaya itu dikembangkan lagi dengan pengembangan pusat informasi bisnis daerah transmigrasi (PIBDT) yang memberikan informasi peluang usaha bagi dunia usaha swasta, investor dan pemilik modal yang bermaksud untuk melakukan kerjasama dengan transmigran dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerah transmigrasi. Di samping itu, pada tahun 1996/97 mulai dikembangkan sistem informasi TSM untuk mengantisipasi minat calon transmigran terdidik (sarjana) dan kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus yang ingin mengembangkan potensi yang ada pada dirinya di daerah transmigrasi.

VIII/78

Page 79: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

6) Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Transmigrasi

Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Transmigrasi dimaksudkan untuk memberikan pendidikan dasar dan lanjutan mengenai pengetahuan teknis administratif yang menyangkut pelaksanaan tugas para pegawai Departemen Transmigrasi dan PPH.

Dalam tahun terakhir Repelita V program ini telah melaksanakan pelatihan penjenjangan/stuktural bagi 1.157 orang dan pelatihan administrasi dan manajemen bagi 405 orang. Dengan demikian jumlah yang dilatih mencapai sejumlah 1.940 orang. Selanjutnya, dalam Repelita VI selama tiga tahun jumlah pegawai yang dilatih mencapai 9.991 orang yang terdiri dari pelatihan penjenjangan 774 orang, pelatihan teknis operasional 7.222 orang, pelatihan fungsional 1.804 orang dan pelatihan prajabatan 191 orang.

Pembangunan transmigrasi telah berkembang sedemikian luas.

Berbagai pihak telah terlibat dalam kegiatan transmigrasi baik instansi pemerintah di pusat maupun daerah. Disamping itu organisasi kemasyarakatan, pengusaha swasta, perguruan tinggi dan masyarakat secara individu juga berpartisipasi dalam kegiatan transmigrasi. Transmigrasi juga berdampak terhadap berbagai aspek di luar masalah penyebaran penduduk seperti mendukung pengentasan kemiskinan, meningkatkan pemerataan pembangunan antardaerah, memperkuat integrasi masyarakat dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketahanan nasional.

VIII/79

Page 80: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 24PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/80

Page 81: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 25PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/81

Page 82: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 26PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97(ha)

1) Angka sementara2) LP : Lahan Pekarangan3) LU I : Lahan Usaha I- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/82

Page 83: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 27PEMBANGUNAN RUMAH TRANSMIGRASI DAN JAMBAN KELUARGA

1993/94, 1994/95 – 1996/97(buah)

1) Angka Sementara

VIII/83

Page 84: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 28PEMBANGUNAN PUSKESMAS PEMBANTU

DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI1993/94, 1994/95 – 1996/97

(buah)

1) Angka Sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/84

Page 85: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 29PEMBANGUNAN RUMAH IBADAH DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97(buah)

1) Angka Sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/85

Page 86: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 30PEMBANGUNAN GUDANG DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97(buah)

1) Angka Sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/86

Page 87: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 31PEMBANGUNAN RUMAH PETUGAS DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97(buah)

1) Angka Sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/87

Page 88: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 32PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97(ha)

1) Angka sementara2) LP : Lahan Pekarangan3) LU : Lahan Usaha - = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/88

Page 89: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 33JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK DI DAERAH ASAL

1993/94, 1994/95 – 1996/97(orang)

1) Angka sementara2) P : Bidang Pertanian3) NP : Bidang Non-Pertanian4) PDU : Pelatihan Dasar Umum5) PDT : Pelatihan Dasar Teknis- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/89

Page 90: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 34JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA

1993/94, 1994/95 – 1996/97(KK)

1) Angka Sementara- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/90

Page 91: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 35JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97(KK)

1) Angka Sementara2) APPDT = Alokasi Pemukiman Penduduk Daerah Transmigrasi, untuk pemukiman

Kembali termasuk Transmigrasi lokal di Lampung3) TSM = Transmigrasi swakarsa mandiri, dilaksanakan mulai Repelita VI- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/91

Page 92: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 36JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97(KK)

1) Angka Sementara2) TU = Transmigrasi Umum3) TSB = Transmigrasi Swakarsa Berbantuan4) TSM = Transmigrasi swakarsa mandiri, dilaksanakan mulai Repelita VI- = Program belum/tidak dilaksanakan

VIII/92

Page 93: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 37JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA

1993/94, 1994/95 – 1996/97(KK)

1) Angka Sementara2) TL = Transmigrasi Lama3) TB = Transmigrasi Baru

VIII/93

Page 94: BAB VIII€¦ · Web viewSelain Bantuan Pembangunan Desa, dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal,

TABEL VIII – 38JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK DI DAERAH PENERIMA

1993/94, 1994/95 – 1996/97(orang)

1) Angka Sementara2) P = Pelatihan Bidang Pertanian 3) NP = Pelatihan Bidang Non Pertanian4) TK = Temu Karya

VIII/94