BAB VII Waktu Geologi

download BAB VII Waktu Geologi

of 14

Transcript of BAB VII Waktu Geologi

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    1/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    BAB VII

    WAKTU GEOLOGI 

    Ketika kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-harinya memikirkan waktu dengan

    rentang beberapa jam, hari, bulan, dan tahun, geologis melihat rentang waktu tersebut dari sudut

     pandang yang berbeda. Penentuan rentang waktu yang digunakan sangat jauh dari usia manusia,

    yaitu ratusan, jutaan hingga milyaran tahun yang lalu. Usia Bumi diperkirakan berusia 4.6 Milyar

    tahun yang lalu sedangkan manusia baru diketahui keberadaannya paling tidak pada 2.6 juta

    tahun yang lalu. Lalu bagaimanakah geologis dapat menghitung waktu hingga milyaran tahun?

    Metode dan alat apa saja yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan tersebut?

    Para ilmuwan kebumian mampu menghitung waktu melalui tiga cara, yaitu secara

     penanggalan relative, semi-mutlak dan mutlak. Penanggalan relatif mampu memperkirakan

    urutan kejadian mana saja yang mungkin terjadi lebih dahulu dengan mempelajari prinsip

    stratigrafi dan fosil, sedangkan penanggalan mutlak mampu mengetahui kapan suatu kejadian

    terjadi dan menghitung besaran waktu yang telah terlampaui melalui peluruhan radioaktif.

    7.1.  Penanggalan Relatif

    Sebelum berkembangnya teknik peluruhan radioaktif, ilmuwan tidak memiliki cara untuk

    menentukan umur mutlak dan hanya berpegang kepada metode penanggalan relatif. Penanggalan

    relatif menempatkan berbagai proses geologi dalam urutan kronologis/waktu tertentu, namun

    tidak dapat mengetahui kapan suatu proses terjadi di masa lampau.

    Penanggalan umur relatif dilakukan berdasarkan pengamatan batuan maupun fosil di

    lapangan. Batu-batuan tersebut memiliki perlapisan dan proses pembentukan yang berbeda-beda

    antara satu batuan dengan batuan lainnya. Ilmu yang mempelajari hal tersebut dinamakan denganstratigrafi.

    Dalam mempelajari stratigrafi, terdapat 6 prinsip dasar yang dapat digunakan dalam

     penanggalan relatif, yaitu: 

    a)  Superposisi (Nicholas Steno, 1638 –  1686)

    ”The Lower is the older and the Upper is the younger” yang artinya pada sekuen

    lapisan yang belum terganggu, batuan yang tertua atau yang terendapkan paling awal

    akan berada di paling bawah dan batuan yang termuda atau yang terendapkan paling

    akhir akan berada di atas, kecuali pada lapisan-lapisan yang telah mengalami

     pembalikan (overtuned ).

    Gambar 7.1. Superposisi menempatkan batuan tertua di bagian terbawah (Thompson and Turk, 1997).

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    2/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

     b)  Hukum Datar Asal (Original Horizontality; Nicholas Steno, 1638 –  1686)

    Prinsip ini manyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh gravitasi

    akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini

    adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses

     pengendapan. Namun terdapat pengecualian pada keadaan tertentu (contohnya pada

    lingkungan delta dan pantai) yang menyebabkan pengendapan miring atau disebut

    kemiringan asli (original dip).

    Gambar 7.2. Hukum datar asal memperlihatkan pengaruh gravitasi pada butiran sedimen yang pada

    akhirnya membentuk lapisan mendatar (horizontal). Batuan pada gambar juga memperlihatkan prinsip

    kesinambungan lateral dimana tidak terlihat adanya suatu keadaan yang memotong lapisan batuantersebut. 

    c)  Kesinambungan lateral ( Lateral Continuity; Nicholas Steno, 1638 –  1686)

    Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas

    cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang

     persamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam

    keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan

    tiba-tiba, kecuali oleh beberapa hal yang menyebabkan terhentinya kesinambungan

    lateral, yaitu:

       pembajian, yaitu kondisi dimana lapisan batuan di tepi cekungan sedimen menipis

       perubahan fasies, yaitu perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu

     pengendapan yang sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama.

       pemotongan karena ketidakselarasan, yaitu dimana  urutan batuan di bawah bidang

    ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan di atasnya Pemotongan ini

    terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.

      Pergeseran lapisan batuan karena terjadinya sesar/patahan

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    3/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    d)  Azas Pemotongan (Cross-cutting Relationship; James Hutton, 1726-1797) 

    Intrusi batuan beku atau sesar harus lebih muda daripada batuan yang

    diterobosnya.

    Gambar 7.3. Intrusi dike memotong tubuh batuan di sekitarnya. Lokasi di Spanyol.

    e)   Inclusion

    Suatu inklusi (fragmen suatu batuan di dalam tubuh batuan lain) harus lebih tua

    daripada batuan yang mengandungnya tersebut.

    Gambar 7.4. Prinsip inklusi: a) granit lebih muda daripada batupasir karena batupasir terpanggang pada

     bidang kontaknya dengan granit dan granit mengandung inklusi batupasir; b) inklusi granit di dalam

     batupasir menunjukkan granit lebih tua daripada batupasir.

    f)   Faunal  Succession (Wiliam smith, 1769-1839) 

    Sisa dari suatu organisme atau sesuatu bukti yang menunjukkan kehidupan pada

    masa lampau dapat menjadi fosil yang terawetkan di dalam suatu perlapisan batuan.

    Kenampakan fisiknya berubah secara bertahap dan teratur sejalan dengan waktu dan

    menjadi pertanda kehidupan suatu zaman yang dapat digunakan untuk

    menghubungkan suatu sistem pengendapan dengan sistem yang lain.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    4/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    Dalam penanggalan relatif, startigrafi dan fosil menjadi instrumen utama yang dapat

    memudahkan pekerjaan geologis. Kedua hal tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang mampu

    membedakan suatu kejadian dengan kejadian lainnya, yaitu kontak stratigrafi dan fosil.

    7.1.1. 

    Kontak Stratigrafi

    Untuk mengetahui urutan proses terjadinya batuan, stratigrafi mempelajari beberapa unsur-

    unsur seperti batuan, perlapisan, dan struktur sedimen. Ketiga unsur tersebut dapat menentukan

     batuan mana saja yang terbentuk pada tahap awal dan akhir. Hubungan perlapisan batuan yang

    satu dengan yang lain dapat diamati melalui kontak (setuhan) stratigrafi.

    Ketika batuan terendapkan mulai dari bawah hingga ke atas tanpa adanya selang waktu

    ataupun gangguan, maka kontak stratigrafi tersebut adalah selaras (conformable). Keselarasan ini

    dapat bersifat tegas, berangsur ( gradation) maupun membaji (intercalation). Namun, jika proses

     pengendapan batuan mendapatkan gangguan, maka kontak tersebut menjadi tidak selaras.

    Ketidakselarasan yang paling umum dijumpai adalah diastem, dimana siklus sedimentasi tidak  

    menerus yang disebabkan oleh adanya erosi. Selain itu juga ada peristiwa hiatus, yaitu waktu

    dimana tidak terdapatnya proses sedimentasi.

    Ketidakselarasan yang terjadi dapat terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

    a)   Angular unconformity; lapisan bawah dan atas tidak sejajar (membentuk sudut) dan

    mempunyai strike dan dip yang berbeda.

    Gambar 7.5.  Angular unconformity di Portugal.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    5/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

     b)   Paraconformity; lapisan atas dan bawah relatif sejajar, namun dipisahkan oleh bidang

    erosi yang beraturan.

    Gambar 7.6.  Paraconformity memisahkan batuan dengan bidang erosi yang beraturan.

    c)   Disconformity; sama seperti paraconformity, ramun bidang erosi yang memisahkannya

    relatif tidak beraturan.

    Gambar 7.7. Proses terbentuknya disconformity. 

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    6/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    d)   Nonconformity;  permukaan erosi memisahkan batuan kristalin (intrusi batuan beku

    atau kompleks metamorf) dari batuan sedimen di atasnya.

    Gambar 7.8. Noncoformity antara batupasir (bagian atas) dan granit (bagian bawah). 

    7.1.2. Fosil

    Fosil berasal dari bahasa latin, yaitu fodere (menggali). Fosil tidak hanya mencakup fauna,

    tetapi juga flora yang telah musnah pada masa lampau yang terawetkan dalam lapisan bumi,

    terjadi secara alami dan mempunyai umur geologi lebih dari 10.000 tahun yang lalu (kala

    Holosen). Salah satu cabang geologi yang mempelajari fosil adalah paleontologi dan

    mikropaleontologi. Keilmuan ini mempelajari klasifikasi, identifikasi, dan cara hidup fosil.

    Gambar 7.9. Fosil Trilobita yang berumur 300 juta tahun yang lalu.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    7/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    Fosil memiliki keanekaragaman bentuk dan ukuran, ada yang dapat langsung dilihat

    dengan mata namun ada juga yang harus diamati melalui mikroskop. Berdasarkan ukurannya,

    fosil terbagi menjadi:

    a)   Macrofossil  (fosil besar), dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop.

     b)   Microfossil  (fosil kecil), dilihat dengan menggunakan mikroskop

    c)   Nanofossil   (fosil nano), fosil sangat halus yang berukuran nanometer dan dipelajari

    dengan mikroskop elektron atau yang lebih canggih.

     A1 A2

    Gambar 7.10. A1). Fosil Mikro (Foraminifera); A2). Nanno Fosil.

    Ketika sisa makhluk hidup menjadi fosil, bentuk fosilnya akan menyesuaikan dengan

    kondisi fisik dari organismenya. Berikut adalah bentuk-bentuk fosil berdasarkan tipe

     pengawetannya:

    a)  Bentuk organisme sebenarnya, yaitu kondisi dimana bentuk fosil tidak berubah dan

    dijumpai pada kondisi tertentu. Contoh: mammoth yang terawetkan dalam es.

     b)  Fosil berupa fragmen yang terdiri dari bagian bagian kerangka keras yang terawetkan,sedang bagian yang lunak hampir seluruhnya larut. Contoh: fragmen cangkang

    moluska, fragmen tulang atau rangka vertebrata.

    c)  Fosil sisa pengisian (termineralisasi) adalah suatu proses pengisian dimana setiap

    lubang kecil yang terdapat dalam tulang atau dalam kulit kerang terisi oleh mineral

     baru, namun material semula yang menyusun organisme tersebut tidak berubah.

    Contoh: brachiopoda yang diisi oleh kalsit, chepalopoda yang diisi oleh limonit.

    d)  Fosil sisa penggantian (replacement ), yaitu seluruh material penyusun organisme telah

    mengalami penggantian oleh mineral baru selama sedimentasi. Contoh: gastropoda

    yang diganti oleh agate.

    e)  Lapisan tipis karbon, yaitu seluruh material penyusun organisme terurai karena

    keluarnya gas-gas atau zat lain yang mudah menguap, akibat tekanan pada

    sedimentasi. Maka terjadi pengumpulan zat karbon, berupa lapisan tipis karbon yang

    menyelubungi organisme yang tertindih tadi. Contoh: Graptolit, fosil daun Pecopteris.

    f)  Fosil sisa tumbuh-tumbuhan, yaitu tumbuh-tumbuhan terutama kayu mengalami

     penggantian total molekul-molekul jaringan tumbuh-tumbuhan oleh mineral baru yang

    meresap pada saat diendapkan. Contoh: Petrified wood, yang meresap silika.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    8/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    g)  Fosil berupa jejak/bekas, yaitu:

      Cetakan ( Mold ), cetakan bagian luar yang mempunyai relief tinggi, Contoh:

    Brachiopoda.

      Hasil cetakan, yaitu cetakan bagian dalam berupa mineral-mineral yang mengisi

    mold atau dapat pula terjadi karena proses replacement pada kulit kerang yang utuh,

    kemudian kulit kerangnya larut. Contoh: Pelecypoda.

      Cetakan jejak, yaitu jejak organisme yang terbentuk pada batuan sedimen lunak.

    Contoh: cacing.

      Cetakan relief rendah, yaitu cetakan organisme yang mempunyai relief rendah.

    Contoh: bekas daun yang jatuh di lumpur.

      Bekas kotoran (coprolith).

    h)  Bentuk seperti organisme, yaitu bahan bahan organik yang terbentuk oleh alam

    mempunyai bentuk tumbuh-tumbuhan atau hewan. Contoh: Dedrites berupa lapisan

    tipis kristal Mn02.

    Gambar 7.11. Macam –  macam pengawetan fosil.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    9/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    Syarat suatu organisme menjadi fosil setelah mati, yaitu:

    a)  Fauna atau flora tersebut harus segera tertutup oleh sedimen dimana oksigen tidak

    dapat masuk.

     b)  Fauna atau flora tersebut harus jatuh pada suatu keadaan dimana proses proses bakteri

     pembusuk tidak dapat bekerja (karena tidak ada oksigen).

    c)  Fauna atau flora tersebut harus mempunyai kerangka yang kuat.

    Faktor yang mempenganuhi pemfosilan adalah:

    a)  Tempat atau lingkungan dimana hewan atau tumbuhan itu akan menjadi fosil serta

    keadaan lapisan tanah yang membungkus fosil.

     b)  Hewan atau tumbuhan yang mati tidak boleh terkena proses pembusukan, misalnya:

    oksidasi, dirusak oleh bakteri pembusuk, dan proses penghancuran kimia, fisika, dan

     biologi lainnya.

    c)  Hewan atau tumbuhan yang mati tidak boleh dimakan atau menjadi mangsa berbagai

     binatang yang masih hidup.d)  Setelah hewan atau tumbuhan mati hendaknya terbungkus oleh lapisan terrain atau

    sedimen yang dapat melindungi dari proses yang merusakkan.

    e)  Sedapat mungkin mereka mempunyai bagian tubuh atau batang yang keras dan kuat

    seperti terdiri dari mineral atau zat tanduk untuk memudahkan perubahan menjadi

    fosil.

    f)  Satelah hewan atau tumbuhan itu menjadi fosil, maka fosil itu tidak boleh dirusak oleh

    daya pelapukan, pengikisan, orogenesis, metamor-fosis, diagenesis, dan lain lain.

    Mungkinkah fosil bisa terdapat di semua jenis batuan? Secara umum fosil sering dijumpai

     pada batuan sedimen. Pada batuan beku fosil tidak dapat dijumpai karena proses pembentukannya melibatkan magma, sehingga fosil akan hancur. Namun tidak menutup

    kemungkinan pada batuan beku memiliki cetakan (mold ) fosil. Sama halnya pada batuan

    metamorf, fosil tidak mungkin dapat terawetkan karena proses pembentukan batuan metamorf

    sealu melibatkan tekanan dan suhu yang tinggi, mengakibatkan organisme yang menjadi fosil

    menjadi rusak.

    Pada masa hidupnya, organisme makhlup hidup yang akan menjadi calon fosil memiliki

    lingkungan tertentu untuk berkembang biak. Beberapa tempat yang sering dijumpai fosil adalah:

    a)  Terestrial (daratan)

    Ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya fosil di darat:

      Di dalam lapisan es seperti fosil mammoth yang ditemukan utuh di daerah Siberia.

      Di dalam lapisan loss seperti yang terjadi di Gurun Gobi yang sering dilanda

    angin ribut.

      Di dalam damar, seperti fosil serangga yang ditemukan di daerah Baltik.

      Di sekitar gunungapi, terjadi sewaktu erupsi, seperti di Pulau Jawa pada Zaman

    Pleistosen.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    10/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

     b)  Akustik (di air)

      Air payau: tidak baik untuk proses pemfosilan, karena sedimen yang diendapkan

     berbutir kasar.

      Air asin: disini banyak sekali kemungkinan untuk mendapatkan fosil, yaitu di

    dalam pasir, lumpur, napal, atau kapur organik.

      Air tawar: fosil tidak begitu banyak di sini dibandingkan dengan di air asin, yaitu

    terdapat di Fluviatil (sungai), Limnis (danau), dan Paralis (rawa).

    Klasifikasi fosil dikenal dengan nama taksonomi (pengelompokan organisme baik flora

    maupun fauna). Urutan taksonomi adalah sebagai berikut:

    KINGDOM –  PHYLUM –  CLASS –  ORDO –  FAMILY - GENUS –  SPESIES

    Cara penamaan dan penulisan ( Nomenklatur ) fosil adalah dengan memberian dua nama

     pada setiap organisme. Nama genus ditulis di awal dengan huruf besar dan spesies ditulissetelahnya dengan huruf kecil. Penulisan nama fosil harus miring atau digarisbawahi dan setelah

    nama spesies harus dituliskan siapa penemu fosil tersebut (menggunakan huruf kapital tebal dan

    dalam kurung). Contohnya adalah Globorotalia menardii (D'ORBIGNY). Groborotalia adalah

    genus dan menardii adalah spesies, sedangkan D'ORBIGNY adalah nama orang yang

    menemukan fosil tersebut.

    Fosil diketahui dapat menentukan penanggalan relatif batuan dengan cara

    mengklasifikasikan beberapa jenis fosil yang sama ke dalam satu tabel umur hidup fosil tersebut.

    Fosil yang ditemukan dalam batuan dianggap mempunyai umur yang sama dengan batuan

    tempat fosil tersebut dijumpai.

    Tabel 7.1. Penentuan umur batuan berdasarkan kandungan fosil.

    Selain menentukan umur relatif batuan, fosil juga dapat digunakan untuk mengetahui

    lingkungan purba tempat dimana organisme tersebut berada. Fauna-fauna yang hidup di laut

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    11/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    terikat oleh suatu zona tertentu, yaitu zona lithoral (0-20 meter), zona neritic (20-200 meter),

    zona batyal (200-2000 meter), dan zona abysal (> 2000 meter).

    Gambar 7.12. Zona batimetri lautan.

    Fosil juga biasanya dijadikan suatu pembanding perlapisan batuan atau dikenal dengan

    istilah korelasi. Korelasi dilakukan dengan menghubungkan ciri lapisan batuan yang sama

    dengan lapisan lainnya. Teknik pengkorelasian berdasarkan kandungan fosil ini biasa dinamakan

    dengan biostratigrafi.

    Gambar 7.13. Korelasi batuan dengan menggunakan kandungan fosil atau lebih dikenal dengan biostratigrafi. Jenis

    fosil A, B, dan C pada batuan nomor 3 tidak ditemukan. Hal tersebut dikarenakan fosil tersebut tidak diendapakan disana atau telah mengalami erosi. (Thompson and Turk, 1997)

    Penentuan umur dengan penanggalan relatif tidak lepas dari metode penentuan umur

    melalui fosil yang dibantu melalui skala waktu geologi. Skala waktu geologi ini dibikin oleh

     International Commission on Statigraphy berdasarkan waktu dan stratigrafi pada masa lalu yang

    dapat dibuktikan dengan kehidupan purba, iklim, dan bentang alam pada masa tertentu.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    12/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    Gambar 7.14. Skala waktu geologi.

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    13/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

    7.2.  Penanggalan Mutlak

    Geologis telah menemukan proses alam yang berlangsung pada laju konstan dan

    mengakumulasikannya dalam rekaman tersendiri, rekaman tersebut adalah peluruhan radioaktif

    yang ada pada setiap batuan. Setiap batuan memiliki waktu luruh yang berbeda-beda sehingga

    diperlukan pemahaman mengenai sifat-sifat radioaktif.

    Sebuah atom terdiri dari nucleus yang kecil dan padat, dikelilingi oleh elektron. Nukleus

    memiliki proton bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral. Seluruh atom pada

    elemen tertentu memiliki jumlah proton yang sama dalam nucleus. Namun, jumlah neutron bisa

     bervariasi. Isotop adalah atom pada elemen yang sama dengan jumlah neutron yang berbeda.

    Sebagai contoh seluruh isotop potassium memiliki 19 proton, tetapi ada isotop yang memiliki 21

    neutron dan yang lainnya memiliki 20 neutron. Setiap isotop namanya akan diikuti dengan total

     jumlah proton ditambah dengan neutron pada nukleusnya. Jadi, potassium-40 mengandung 19

     proton dan 21 neutron. Potassium-39 memiliki 19 proton tetapi hanya memiliki 20 neutron.

    Banyak isotop bersifat stabil dan tidak berubah seiring waktu. Potassium-39 sebagai

    contohnya tidak pernah berubah selama 10 Milyar tahun. Namun, ada juga isotop yang tidakstabil atau radioaktif dikarenakan nukleusnya secara tiba-tiba terpecah. Potassium-40 meluruh

    secara alamiah untuk membentuk dua jenis isotop lainnya, yaitu argon-40 dan calcium-40. Isotop

    radioaktif seperti potassium-40 dikenal dengan “isotop induk ” ( parent isotop), sedangkan isotop

    yang dihasilkan oleh radioaktif seperti argon-40 atau calcium-40 disebut dengan “isotop anak ” 

    (daughter isotope).

    Gambar 7.15. Isotop induk Potassium-40 meluruh menjadi isotop anak Argon-40 dan Calcium-40. (Thompson and

    Turk, 1997).

    Setiap atom memiliki kecenderungan tertentu untuk meluruh pada waktu tertentu. Rata-

    rata, setengah atom dari setiap sampel potassium-40 akan meluruh dalam 1.3 milyar tahun. Paruh

    waktu adalah waktu yang dibutuhkan oleh separuh atom pada sampel untuk meluruh. Waktu

  • 8/18/2019 BAB VII Waktu Geologi

    14/14

    BAB VII WAKTU GEOLOGI

     paruh potassium-40 adalah 1.3 milyar tahun. Maka, jika 1 gram potassium-40 diletakkan pada

    sebuah wadah, 0.5 gram akan tersisa setelah 1.3 milyar tahun, o.25 setelah 2.6 milyar tahun, dan

    seterusnya. Setiap isotop radioaktif memiliki waktu paruh tersendiri, beberapanya adalah dalam

    detik dan lainnya diukur dalam milyaran tahun.

    Peluruhan radioaktif muncul pada laju yang konstan dan diketahui. Ketika isotop induk

    meluruh, maka isotop anak akan terkumpul di batuan. Semakin lama batuan tersebut , maka

    semakin banyak isotop anak terkumpul. Proses tersebut dikenal dengan  Radiometric dating , 

    dimana proses penentuan umur batuan, mineral, dan fosil dilakukan dengan mengukur induk dan

    isotop anak.

    Gambar 7.16 menunjukkan hubungan antara umur dan jumlah relative induk dan isotop

    anak. Pada akhir dari paruh waktu, 50 % dari induk atom telah meluruh menjadi isotop anak.

    Ketika akhir dari dua paruh waktu, komposisinya adalah 25% induk dan 75% isotop anak. Untuk

    menentukan umur batuan, geologis mengukur proporsi isotop induk dan anak dalam sebuah

    sampel dan membandingkan rasionya terhadap grafik pada Gambar 7.16  Misalkan pasangan

    isotop induk-anak memiliki waktu paruh 1 juta tahun. Jika sebuah batuan mengandung 25%isotop induk dan 75% isotop anak, maka Gambar 7.16 memperlihatkan umur dua paruh waktu,

    atau 2 juta tahun.

    Gambar 7.16. Grafik peluruhan radioaktif isotop induk menjadi isotop anak. (Thompson and Turk, 1997).