BAB VI.doc
-
Upload
anisetiyowati -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
Transcript of BAB VI.doc
BAB VI
BERBAGI INFORMASI
6.1. Perbedaan gambaran radiologi efusi pleura, emfisema dan atelectasis
1. Efusi pleura.
Pemeriksaan foto thoraks posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini
merupakan yang paling di perlukan untuk mengetahui adanya efusi pleura. Pada awal
diagnosa, pada posisi tegak akan terlihat akumulasi cairan yang menyebabkan
hemithoraks tampak lebih tinggi, kubag diaphragma tampak lebih ke lateral, serta
sudut chostophrenicus menjadi tumpul.
Untuk foto thoraks PA setidaknya butuh 175 ml – 250 ml cairan yang terkumpul
agar dapat melihat gambaran foto thoraks PA yang di maksud. Foto thoraks dapat
mendeteksi efusi pleura dengan jumlah yang lebih kecil yaitu 5 ml. Jika pada foto
thoraks lateral di cubitus di temukan ketebalan 1 cm maka jumlah cairan telah
melebihi 200 cc. Ini merupakan kondisi yang memungkinkan untuk dilakuykan
thoraks sintesis. Pada efusi pleura yang sedang hingga masif dapat mempelihatkan
suatu peningkatan suatu densitas yang homogen yang menyebar pada bagian bawah
paru, selain itu dapat juga terlihat elevasi hemidiaphragma, disposisi kubah
diaphragma pad daerah lateral.
Gambar 1 : Gambaran efusi pleura pada cavum pleura sinistra
Gambar 2 : Gambaran efusi pleura di kedua lapang paru.
(Robin, 2007)
2. Emfisema
Emfisema di tandai oleh adanya pembesaran permanen ronggo udara yang
terletak pada distal bronchiolus terminalis di sertai destruksi dinding rongga tersebut.
Terdapat beberapa penyakit dengan pembesaran rongga udara yang tidak di sertai
destruksi hal ini di sebut “over infiasion” contohnya pelebaran udara di paru
kontralateral setelah pneumonektomi lateral. Emfisema di bagi berdasarkan bentuk
asinus yang terserang, meskipun beberapa bentuk morfologik telah di perkenalkan,
ada 3 bentuk yang paling penting sehubungan dengan PPOK, yaitu :
a. Emfisema sentrilobular (CLE), secara spesifik menyerang bagian
bronchiolus respiratoryus dengan ductus alveolus, dinding-dinding
permukaan berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cendrung
menjadi satu ruang sewaktu dinding-dinding mengalami integrasi.
b. Emfisema panlobular (PLE), merupakan bentuk morfologik yang jarang,
alveolus yang sebelah distal mengalami pembesaran serta kerusakan
secara merata, mengenai bagian asinus central dan perifer.
c. Emfisema asinar distal (paradistal), pada keadaan ini bagian proksimal
dari asinus normal namun bagian distalnya yang terkena emfisema tampak
nyata pada daerah delat pleura. Di sepanjamg septum jaringan ikat terlebi
pada lobules.
Gambar 3 : Gambaran emfisema, terlihat paru yang membesar berisi udara
Gambar 4 : Terlihat pembesaran paru sinistra yang berisi udara
Emfisema yang berat menyababkan bertambahnya volume paru, berkurangnya
gambaran vesikuler, bayangan jangtung yang sempit dan kadang-kadang buale. Bulae
kadang di temukan pada emfisema sedikit menyeluruh (generalisata). (PDPI, 2003)
3. Atelektasis
Atelektasi merupakan suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat berkembang
secara sempurna, dengan keadaan paru colaps, tampak cekung, warna merah
kebiruan serta pleura pada daerah tersebut mengkerut, tampak alveolus yang
mengecil menjadi memanjang dan terjadi penyumbatan pembuluh darah pada septum
alveolus. (Irman, 2007)
Bayangan atelektasis merupakanabnormalitas yang sering di temukan pada foto
paru, dengan gambaran berupa bergesernya fissura, lobus yang colaps tampak opak,
diaphragma ipsilateral tertarik ke arah yang colaps, sela iga menyempit, hiperluscens
lobus yang tidak kolaps karena berkompensasi
.
Gambar 5 : Lobus medius pulmo dextra nampak radio opaque tanda lobus yang
kolaps
Gambar 6 : Lobus colaps nampak lateral
(Darmanto, 2009)
6.2. Carsinoma Paru
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor
di paru). (PDPI, 2003)
Etiologinya adalah :
a) Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih
dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan
kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010)
b) Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan
tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh
polusi.
c) Gas Radon
Radon adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dihasilkan dari
penguraian radioaktif radium, yang merupakan produk dari peluruhan uranium,
yang ditemukan di lapisan kerak bumi. Produk peluruhan radiasi meng ion kan
materi genetika, sehingga menyebabkan mutasi yang kadang menjadi bersifat
kanker. Radon merupakan penyebab kanker paru paling banyak kedua di AS,
setelah rokok. Risikonya meningkat hinggga 8–16% untuk setiap peningkatan
konsentrasi radon sebesar 100Bq/m³. United States Environmental Protection
Agency (EPA) memperkirakan satu dari 15 rumah di AS memiliki tingkat radon
lebih tinggi dari tingkat rekomendasi 4 picocurie per liter (pCi/l) (148 Bq/m³).
d) Asbestos
Asbestos dapat menyebabkan berbagai penyakit paru-paru, termasuk
kanker paru. Merokok tembakau dan asbestos memberikan efek sinergis dalam
pembentukan kanker paru. Asbestos juga dapat menyebabkan kanker pada pleura,
yang disebut mesotelioma (yang berbeda dari kanker paru).
e) Genetika
Diperkirakan bahwa 8 hingga 14% dari kanker paru disebabkan oleh
faktor diturunkan. Pada orang dengan saudara yang terkena kanker paru, risiko
meningkat hingga 2.4 kali. Hal ini disebabkan oleh adanya kombinasi gen.
Patofisiologi
(Price, 2006)
Manifestasi Klinis
Gejala tidak khas: batuk, sesak napas atau nyeri dada (gejala respirasi) yang
tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa pada “kelompok risiko”. Suara
serak menandakan telah terjadi kelumpuhan syaraf atau gangguan pada pita suara
Gejala sistemik : penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu
makan menurun, demam hilang timbul. Gejala neurologis : sakit kepala,
lemah/paresesering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau tulang
belakang. Nyeri tulang sering menjadi gejala awal pada kanker yang telah
menyebar ke tulang. (KNPK, 2015)
Deteksi Dini
Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi
yaitu :
a. Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok
b. Paparan industri tertentu
c. Dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak
napas,nyeri dada dan berat badan menurun. Golongan lain yang perlu
diwaspadai adalah perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di
atasdan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk darah, batuk
kronik, sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas.
Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru
juga perlu jadi faktor pertimbangan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk deteksi dini ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan
radio toraks dan pemeriksaan sitologi sputum. Jika ada kecurigaan
kanker paru, penderita sebaiknya segera dirujuk ke spesialis paru.
(PDPI, 2003)
Klasifikasi Ca Paru
a. Karsinoma skuamosa
Karsinoma sel skuamosa menjadi penyebab sekitar 30% kanker paru
b. Karsinoma sel kecil
Berkembang cepat dan menyebar di tahap awal perkembangan penyakit.
60%-70% memiliki penyakit metastatik saat penyakit mulai memberikan
gejala. sangat berkaitan dengan kebiasaan merokok.
c. Adenokarsinoma
40% kanker paru adalah adenokarsinoma, yang biasanya bermula di
jaringan paru perifer
d. Karsinoma sel besar
Sekitar 9% kanker paru adalah karsinoma sel besar
Diagnosis
1. Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit
paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Keluhan
utamanya antara lain :
a. Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga
purulen)
b. Batuk darah
c. Sesak napas
d. Suara serak
e. Sakit dada
f. Sulit / sakit menelan
g. Benjolan di pangkal leher
h. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
a. Berat badan berkurang
b. Nafsu makan hilang
c. Demam hilang timbul
d. Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.
Alur Deteksi Kanker Paru
2. Pemeriksaan Fisik
Tampilan umum biasanya menurun. Pemeriksaan fisis paru (suara
napas yang abnormal), benjolan suprafisial pada leher, ketiak atau di
dinding dada , tanda pembesaran hepar atau tanda asites , nyeri ketok di
tulang-tulang.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologis
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat
bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang
mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi
pleura, tumor satelit tumor
b. CT scan
Tehnik pencitraan ini dapat mendeteksi tumor dengan
ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat.
4. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik
sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau
bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan
ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-
benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah.
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan,
misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin
berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum.
c. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling
mudah dan murah. Semua bahan yang diambil dengan
pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan
berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat
sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal
alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin
4%. (PDPI, 2003)
Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-
modaliti terapi).
a. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru yaitu :
1) KPKBSK stadium I dan II
Sebagai “combine modality therapy”, misalnya kemoterapi
neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA dan ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti
kanker paru dengan sindroma vena kava superior berat.
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi
lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi
maupun pneumonektomi.
b. Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif
atau paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari
kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada
kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif
terapi kuratif.
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru.
Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan
(performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky
atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen
kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti
kanker dapat dilakukan. (PDPI, 2003)
6.3. Atelektasis
Menurut Sudoyo (2006) atelektasis adalah ekspansi tak lengkap atau kolapsnya semua
atau sebagian paru. Keadaan ini sering disebabkan oleh obstruksi bronkus dan kompresi
pada jaringan paru.
Etiologi terjadinya atelectasis yaitu :
1. Instrinsik
a. Bronkus yang tersumbat, misal: tumor bronkus, benda asing, dan cairan
sekresi yg masif
b. Peradangan intraluminar airway
c. Tekanan ekstra pulmonary, diakibatkan oleh pneumothorax, cairan pleura,
peningian diagfragma
d. Paralisis atau paresis gerakan pernafasan
2. Ekstrinsik
a. Pneumothoraks
b. Tumor
c. Pembesaran KGB
d. Pembiusan (anastesia)/pembedahan
e. Pernafasan dangkal
Jenis jenis atelectasis yaitu :
1. Atelektasis resorpsi
Terjadi apabila suatu obstruksi menghambat udara mencapai jalan napas
sebelah distal. Penyebab tersering adalah obstruksi sebuah bronkus oleh sumbat
mukopurulen atau mukus. Kelainan ini dapat mengenai seluruh paru, satu lobus,
satu atau lebih segmen.
2. Atelektasis kompresi
Biasanya berkaitan dengan penimbunan cairan, darah, atau udara di dalam
rongga pleura, yang secara mekanis menyebabkan paru di dekatnya kolaps. Sering
terjadi pada efusi pleura, yang umumnya disebabkan karena gagal jantung
kongestif.
Obstruksi (benda asing, akumulasi mukus)
Kolaps alveolus Udara di dalam alveolus di absorbsi sedikit demi sedikit ke
dalam aliran darah
Menghambat masuknya udara ke alveolus
Pnemuothorax
Udara/cairan masuk ke dalam rongga
pleura
Ekspansi paru menurun
Gangguan ventilasi dan perfusi
Peningkatan tekanan intratoraks
Kolaps paru
Akumulasi cairan di rongga pleura
Penekanan pada paru
Efusi Pleura
Kolaps paru
paru
3. Atelektasis Kontraksi
Terjadi jika fibrosis lokal atau generalisata di paru atau pleura
menghambat ekspansi dan meningkatkan recoil elastik sewaktu ekspirasi
4. Atelektasis adhesive (mikroatelektasis)
NDRS (neonatal respiratory distress
Tuberkulosis, abses paru, bronkiektasis,
pneumoni
Koplaps paru
Menghambat ekspansi paru secara
sempurna
Pembentukan jaringan fibrosis pada parenkim
paru
Peningkatan permeabilitas dinding alveoli
Kolaps paru & complians paru menurun
ADRS (Adult respiratory distress syndrome)
Penurunan tegangan permukaan alveolus
Difisiensi surfaktan
Merusak integritas surfaktan di alveoli
Kolaps alveoli
Akumulasi cairan
(Sudoyo, 2006)
Penegakan diagnosis atelectasis dapat dilihat dari :
1) Manifestasi klinis atelektasis yaitu :
a. Sesak napas
b. Batuk
c. Demam
d. Takikardi
e. Sianosis
f. Berkurangnya pergerakan pada sisi yang sakit
g. Vokal fremitus berkurang
h. Penurunan suara pernapasan pada satu sisi
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Gerak napas tertinggal, ics menyempit (disisi yang
mengalami atelektasis)
b. Palpasi : Gerakan napas tertinggal, fremitus raba menurun
c. Perkusi : Pada daerah yg mengalami kolaps akan terdengar pekak
d. Auskultasi : Tidak ada bunyi suara yang ditansmisikan pada daerah
yang kolaps, dan tidak ada bunyi tambahan
3) Pemeriksaan Radiologi
Atelektasis pada lobus paru bagian bawah dextra. Tampak siluet pada bagian
hemidiafragman dextra dengan densitas triangular posteromedial
Atelektasis pada lobus paru bagian medial dextra. Pada foto dada lateral tampak
gambaran segitiga pada bagian hilus
Atelektasis pada lobus paru bagian kanan atas. Tampak elevasi dari fisurra horizontal
Pentalaksanaan Atelektasis
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa dilakukan yaitu :
a. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
b. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
c. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
d. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
e. Postural drainase
f. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
g. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-
paru yang terkena mungkin perlu diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
a. Medis
a) Pemeriksaan bronkoskopi
b) Pemberian oksigenasi
c) Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik
dan kortikosteroid)
d) Fisioterapi (masase atau latihan pernapasan)
e) Pemeriksaan bakteriologis
b. Keperawatan
a) Teknik batuk efektif
b) Pegaturan posisi secara teratur
c) Melakukan postural drainase dan perkusi dada
d) Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
(Sudoyo, 2006)
6.4. Pneumothorax
Menurut Sudoyo (2006) pneumothorax adalah kumpulan udara atau gas dalam rongga
pleura.
Klasifikasi pneumothorax yaitu :
1. Berdasarkan kejadian
a. Pneumothorax spontan
Adalah pneumothorax yang terjadi tiba tiba tanpa adanya suatu penyebab
b. Pneumothorax Primer
Pneumothorax yang terjadi tanpa adanya riwayat penyakit paru yang
mendasari sebelumnya. Biasanya terjadi pada:
a) Individu sehat
b) Dewasa muda
c) Tidak berhubungan dengan aktivitas berat
c. Pneumothorax Sekunder
Pneumothorax yang terjadi karena penyait paru yang mendasarinya (TB
paru, PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dll)
d. Pneumothorax traumatik
Adalah pneumothorax yang terjadi akibat suatu trauma yang menyebabkan
robeknya pleura, dinding dada, maupun paru.
e. Pneumothorax traumatik bukan iatrogenic
Pneumothorax yang terjadi karena jejas kecelakaan baik terbuka maupun
tertutup.
f. Pneumothorax traumatik iatrogenik
Pneumothorax yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.
g. Pneumothorax Aksidental
Pneumothorax yang terjadi akibat dari tindakan medis karena
kesalahan/komplikasi tindakan tsb, misal pada biopsi pleura
h. Artifisial
Pneumothorax yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara
kedalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell Box
.
2. Berdasarkan lokasi
a. Pneumothorax parietalis
b. Pneumothorax mediastinalis
c. Pneumothorax basalis
3. Berdasarkan tingkat kolaps nya jaringan paru
a. Pneumothorax totalis
Pneumothorax yang terjadi apabila seluruh jaringan paru pada satu
hemithorax mengalami kolaps
b. Pneumothorax parsialis
Pneumothorax yang terjadi apabila seluruh jaringan paru yang kolaps
hanya sebagian
4. Berdasarkan jenis fistel
a. Pneumothorax ventil
Pneumothorax yang terjadi dimana fistelnya berfungsi sebagai
ventil sehingga udara dapat masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak
dapat keluar kembali. Akibatnya, tekanan dalam rongga pleura menjadi
tinggi dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
b. Pneumothorax fistel terbuka
Pneumothorax yang terjadi dimana fistelnya terbuka sehingga
mempunyai hubungan terbuka dengan bronchus atau dunia luar. Tekanan
dalam pleura menjadi sama dengan tekanan atmosfer.
c. Pneumothorax tertutup
Pneumothorax yang terjadi dimana fistelnya tertutup, udara dalam
rongga pleura terkurung dan akan di reabsorpsi spontan.
Penegakan diagnosis
a) Anamnesis :
a. Rasa nyeri dada seperti ditusuk
b. Sesak napas
c. Kadang disertai batuk
b) Pemeriksaan fisik:
a. Bunyi napas yang terdengar dengan stetoskop akan berkurang
pada sisi yang terkena, seperti udara dalam rongga pleura
mengimbangi suara
b. Perkusi terdengar hipersonor
c. Resonansi vokal dan fremitus taktil menurun
c) Pemeriksaan penunjang :
a. Rontgen thorax
b. CT Scan
c. Ultrasonografi
d. Bronkoskopi
e. Lavage bronchoalveolar
f. Thoracoscopy
Terapi
WSD (water sail drainage) yaitu plastik tabung fleksibel yang dimasukkan
melalui bagian samping dada ke ruang pelura untuk menghilangkan udara atau
cairan dari ruang intrathoracic.
Komplikasi WSD yaitu :
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Edema reexpansion paru