BAB VI_2kdfsnhaslfjrhwrkwfwk
-
Upload
riya-effendy -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of BAB VI_2kdfsnhaslfjrhwrkwfwk
-
86
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti
melakukan penelitian kemudian melakukan perbandingan antara teori dengan
hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang hubungan
mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi usia 10 dan
11 tahun di SD Mekarsari III Depok 2011. Responden siswa anak-anak
sebanyak 143 orang. Sistematika pembahasan hasil penelitian ini dibagi
menjadi pembahasan mengenai keterbatasan peneliti dan pembahasan hasil
penelitian.
A. Keterbatasan Penelitian
Peneliti merupakan peneliti pemula, masih menemukan keterbatasan
penelitian. Beberapa keterbatasan penelitian yang ada sebagai berikut :
1. Keterbatasan Peneliti
Peneliti merupakan peneliti pemula yang masih asing dengan dunia
penelitian sehingga banyak hal yang harus dipelajari bersamaan
dengan jalannya penelitian. Luasnya daerah penelitian dengan berbagai
kendala yang ditemui dan keterbatasan tenaga dari peneliti secara
langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap hasil penelitian.
2. Keterbatasan Desain Penelitian dan Analisa Data
Jenis penelitian ini adalah non eksperimen yang merupakan
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional yaitu
-
87
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antar faktor-faktor dan
efek dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat atau variabel independen dan dependen dilakukan dalam
waktu yang bersamaan. Sehingga hasil penelitian tidak menunjukkan
hubungan sebab akibat. Jenis analisa data dalam penelitian ini adalah
analisa univariat dan bivariat yang hanya mencari hubungan variabel
independen dengan variabel dependen tanpa menggunakan analisa
multivariat sehingga tidak cukup untuk menentukan kekuatan atau
besarnya hubungan antara variabel independen dan dependen.
3. Keterbatasan kuesioner
Pembuatan kuesioner penelitian hubungan mengkonsumsi
makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi usia 10 dan 11 tahun
di SD Mekarsari III Depok, peneliti belum menemukan standar baku
untuk instrumen variabel tersebut sehingga instrumen penelitian dibuat
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman dari peneliti sendiri dan
dengan mengambil dari beberapa referensi tentang perkembangan dan
pertumbuhan anak, namun sebelumnya disebarkan kuesioner sudah
dilakukan uji validitas terlebih dahulu.
4. Keterbatasan Dana (biaya)
Penelitian ini peneliti merupakan seorang mahasiswa yang belum
mempunyai penghasilan sendiri dan merupakan peneliti pemula.
Dimana biaya masih ditanggung orang tua, bagaimanapun juga biaya
-
88
yang cukup besar diperlukan untuk mendukung kelancaran penelitian.
Oleh karena itu biaya menjadi kendala dalam melakukan penelitian.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran
distribusi dari frekuensi dari variabel independen yaitu karakteristik
anak (usia dan jenis kelamin).
a. Karakteristik Responden
1) Usia
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner pada 4 kelas
terdiri dari IV A, IV B, V A dan V B terdapat 143 anak.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 143 anak yang belajar di
SD Mekarsari III Depok. Responden yang berusia 10 tahun
sebanyak 69 responden (48.3 %) sedangkan responden yang
berusia 11 tahun sebanyak 74 responden (51.7 %).
Anak usia 6 tahun, mulai terbentuk gigi permanen,
pembentukan ini dimulai pada gigi geraham primer. Pola
penanggalan gigi primer dan pertumbuhan gigi permanen mulai
muncul pada masa ini, maka kebersihan gigi harus tetap terjaga
(Wong, dkk, 2003).
Hal ini sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yaitu
responden berusia 10 dan 11 tahun serta sesuai dengan hasil
-
89
wawancara oleh kepala sekolah SD Mekarsari III bahwa siswa
kelas IV dan V umumnya berusia 10 dan 11 tahun.
2) Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner di SD
Mekarsari III Depok dari 143 responden sebanyak 82
responden (57.3%) berjenis kelamin laki - laki sedangkan
responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 61
responden (42.7%).
Dua bentuk umum yang muncul pada setiap pribadi yang
terjadi di kebanyakan spesies yang dibedakan menurut wanita
atau pria terutama atas dasar jenis organ dan struktur
reproduktifnya (Kamus Merriam Webster, 2009).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi siswa laki
laki di SD Mekarsari III lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah perempuan. Yang dimana perbedaan jenis kelamin
memberikan pengaruh perbedaan pengungkapan diri. Masa usia
anak sekolah khususnya tingkat SD adalah masa dimana
seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk
tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi
fisiologis serta daya pikirnya.
-
90
b. Karies gigi
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner di SD
Mekarsari III Depok dari 143 responden sebanyak 110 responden
mempunyai kejadian karies gigi sedangkan sebanyak 33 responden
tidak mempunyai karies. Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan
keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh
aktifitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan
(Sjuhada, 20002).
Pada ujung akar akan timbul sebuah kantong yang berisikan
nanah dan bakteri, kantong ini disebut granuloma. Granuloma
menjadi sumber infeksi untuk jaringan sekitar gigi maupun organ-
organ tubuh lainnya seperti ginjal, jantung, dan mata (Melda,
2009). Setelah di lakukan penelitian tentang kejadian karies gigi, di
dapatkan bahwa sebagian besar siswa SD Mekarsari III memiliki
karies gigi. Kondisi ini akan berdampak negatif apabila seorang
siswa tidak tahu cara mengatasi dan cara merawat gigi dengan
karies.
c. Makanan kariogenik
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner di SD
Mekarsari III Depok dari 143 responden sebanyak 98 responden
yang mengkonsumsi makanan kariogenik dan 45 responden yang
tidak mengkonsumsi makanan kariogenik. Makanan kariogenik
-
91
adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.
Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat,
lengket dan mudah hancur di dalam mulut. (syafiqah, 2006).
Hal ini menunjukan bahwa anak usia sekolah lebih memilih
makanan yang menyebabkan karies gigi dibandingkan dengan
makanan yang tidak menyebabkan karies gigi. Alasan tersebut
dikarenakan makanan kariogenik lebih nikmat disantap oleh siswa
sekolah dasar tanpa tahu dampak yang disebabkan oleh makanan
apabila mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
d. Saliva
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner di SD
Mekarsari III Depok dari 143 responden sebanyak 87 responden
mempunyai saliva yang kurang baik dan 57 responden mempunyai
saliva yang baik.
Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak
ahli menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama
terhadap karies, ini terbukti pada penderita Xerostomia (produksi
ludah yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi
menyeluruh dalam waktu singkat (Ismu Suwelo, 1992: 18) dikutip
dari (Sumarti, 2007).
Hasil ini menunjukan bahwa mayoritas siswa SD masih ada
yang produksinya berkurang. Kondisi seperti ini akan lebih banyak
-
92
terjadi kejadian karies gigi jika tidak tanggulangi secara tepat.
Kondisi seperti ini jika akan diperparah jika tidak tahu cara
perawatan gigi dan mulut secara benar.
e. Pengetahuan anak
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner di SD
Mekarsari III Depok dari 143 responden sebanyak 107 responden
mempunyai pengetahuan baik dan sebanyak 36 responden
mempunyai pengetahuan yang kurang baik.
Pengetahuan adalah info yang essensial yang dibutuhkan
dalam berbagai keperluan yang merupakan akurasi dari kenyataan
dan mempengaruhi tindakan seseorang (Iska, 2008). Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Hasil ini membuktikan bahwa mayoritas siswa SD banyak
sudah berpengetahuan lebih terhadap karies gigi. Kondisi seperti
ini diharapkan anak anak SD dapat mengaplikasi dalam
kehidupan sehari hari tidak hanya dalam tahap tahu saja tapi
sudah sampai tahap aplikasi dan menganalisis.
-
93
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Usia dengan Kejadian Karies Gigi di SDN Mekarsari 3
Depok
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner ada 4 kelas
terdiri dari kelas IV A, IV B, V A, dan V B terdapat 143 anak.
responden dengan umur 10 dengan kejadian karies gigi tinggi
sebesar 53 responden dan kejadian karies gigi rendah sebesar 16
responden sedangkan umur 11 dengan kejadian karies gigi tinggi
sebesar 57 responden dan kejadian karies gigi rendah sebesar 17
responden.
Dari uji statistik didapatkan nilai P value = 1.000 berarti P
value >0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara umur dengan kejadian karies gigi di SDN
Mekarsari 3 Depok.
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah
kariespun juga akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor risiko
terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak
yang pengaruh faktor risiko terjadinya karies kuat akan
menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang
kuat pengaruhnya (Itjingningsih, Wingidjaja Hars. 1991) dikutip
dari (jumiatun, 2010)
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ekaputra (2008) dengan judul hubungan antara karakteristik
-
94
demografi (umur, jenis kelamin), kebersihan gigi dan mulut, dan
pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak umur 6 - 12
tahun : studi kasus di SD Nurul Huda, Surabaya. Penelitian
dengan rancangan Case control, wawancara dilaksanakan pada 48
anak. Subjek ditarik dari populasi dengan cara Simple random
sampling. Penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan
antara umur dengan kejadian karies gigi dengan besar risiko (OR)
4,04.
Hasil ini berbeda dikarenakan oleh sample yang diambil
oleh Doni Ekaputra hanya 48 responden sedangkan sample yang di
ambil dalam penelitian ini sebanyak 143 responden. Hasil ini juga
menunjukan bahwa dalam kejadian karies gigi tidak memandang
dari perbedaan usia. Tidak menutup kemungkinan orang yang lebih
tua lebih banyak yang terjadi kejadian karies gigi kejadian ini juga
harus dilihat dari kebersihan gigi, mulut dan untuk memilih
makanan mana yang cepat menyebabkan karies gigi dibandingkan
dengan makanan yang lebih lama proses menyebabkan karies gigi.
b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Karies Gigi di SDN
Mekarsari 3 Depok
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner ada 4 kelas
terdiri dari kelas IV A, IV B, V A, dan V B terdapat 143 anak.
Responden dengan jenis kelamin perempuan dengan kejadian
-
95
karies gigi tinggi terlihat sebanyak 50 responden dan karies gigi
yang rendah sebanyak 11 responden sedangkan laki-laki untuk
kejadian karies gigi tinggi sebanyak 60 responden dan sebanyak 22
responden memiliki kejadian karies gigi rendah..
Hasil uji statistik didapatkan nilai P value = 0,301, berarti P
value >0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karies gigi di
SDN Mekarsari 3 Depok.
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ekaputera (2008) dengan judul hubungan antara karakteristik
demografi (umur, jenis kelamin), kebersihan gigi dan mulut, dan
pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak umur 6 - 12
tahun : studi kasus di SD Nurul Huda, Surabaya. Penelitian
dengan rancangan Case control, wawancara dilaksanakan pada 48
anak. Subjek ditarik dari populasi dengan cara simple random
sampling. Penelitian ini didapatkan hubungan yang tidak signifikan
antara jenis kelamin dengan kejadian karies gigi dengan besar
risiko (OR) 1,41.
Hal ini tidak sesuai dikarenakan oleh perbedaan cara
pengambilan sample, penelitian ini menggunakan total sampling
usia 10 dan 11 tahun dari kelas IV dan V sedangkan penelitian
Doni menggunakan simple random sampling usia 6 12 tahun
siswa pada kelas I VI. Hasil tersebut juga menunjukan bahwa
-
96
karies gigi tidak memilih milih jenis kelamin mana yang lebih
banyak terjadinya kejadian karies gigi. Jenis kelamin laki laki
maupun perempuan diharapkan lebih merawat giginya untuk
menjaga gigi selalu terlihat bersih dan tidak ada yang berlubang
maupun giginya yang berwarna.
c. Hubungan Saliva dengan Kejadian Karies Gigi di SDN Mekarsari
3 Depok
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner ada 4 kelas
terdiri dari kelas IV A, IV B, V A, dan V B terdapat 143 anak.
Responden dengan saliva baik dengan kejadian karies rendah 17
sedangkan saliva yang baik dengan kejadian karies gigi tinggi
sebanyak 39 responden dan saliva kurang baik dengan kejadian
karies gigi rendah sebanyak 16 responden sedangkan saliva kurang
baik dengan kejadian karies gigi tinggi sebesar 71 responden.
Hasil uji statistic didapatkan nilai P value = 0.146, berarti P
value >0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara saliva dengan kejadian karies gigi di SDN
Mekarsari 3 Depok.
Hasil ini menunjukan bahwa siswa SD tidak ada yang
produksinya berkurang di buktikan dengan P value 0.146. ini
merupakan satu hal tambahan yang penting bagi siswa SD karena
-
97
mereka tidak perlu takut lagi akan saliva yang mengakibatkan
kejadian karies gigi.
d. Hubungan Pengetahuan Anak dengan Kejadian Karies Gigi di
SDN Mekarsari 3 Depok
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner ada 4 kelas
terdiri dari kelas IV A, IV B, V A, dan V B terdapat 143 anak.
dengan pengetahuan kurang baik dengan kejadian karies gigi
rendah sebanyak 6 responden sedangkan pengetahuan anak kurang
baik dengan kejadian karies gigi tinggi sebanyak 30 responden dan
pengetahuan anak baik dengan kejadian karies gigi rendah
sebanyak 31 responden dan pengetahuan anak kurang baik dengan
kejadian karies gigi tinggi sebanyak 76 responden .
Hasil uji statistic didapatkan P value = 0.216 , berarti P
value >0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan anak dengan kejadian karies
gigi di SDN Mekarsari 3 Depok.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ekaputra (2008) dengan judul hubungan antara karakteristik
demografi (umur, jenis kelamin), kebersihan gigi dan mulut, dan
pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak umur 6 - 12
tahun : studi kasus di SD Nurul Huda, Surabaya. Penelitian
dengan rancangan Case control, wawancara dilaksanakan pada 48
anak. Subjek ditarik dari populasi dengan cara Simple random
-
98
sampling. Penelitian ini didapatkan hubungan tidak signifikan
antara tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi dengan
besar risiko (OR) 0,28.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ekaputra
(2008) dikarenakan oleh sample yang di ambil dalam penelitian
Doni Ekaputra hanya 48 responden sedangkan penelitian ini
menggunakan 143 responden dan perbedaan cara pengambilan
sample penelitian Doni Ekaputra menggunakan simple random
sampling dari usia 6 12 tahun sedangkan penelitian ini
menggunakan Total sampling dari usia 10 11 tahun, kelas IV dan
VI.
Hasil penelitian ini sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan yang baik namun dalam kenyataannya masih banyak
yang tetap ada yang memiliki kejadian karies gigi Hal ini
dimungkinkan tingkatan pengetahuan yang dicakup hanya pada
tingkatan tahu dan memahami tentang perawatan gigi dan mulut.
Namun dalam prakteknya siswa masih banyak yang belum
menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.
e. Hubungan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi di
SDN Mekarsari 3 Depok
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner ada 4 kelas
terdiri dari kelas IV A, IV B, V A, dan V B terdapat 143 anak.
-
99
responden dengan makanan kariogenik yang tidak dikonsumsi
dengan kejadian karies gigi rendah sebanyak 5 responden
sedangkan makanan kariogenik yang tidak dikonsumsi dengan
kejadian karies gigi tinggi sebanyak 41 responden dan makanan
kariogenik yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi rendah
sebanyak 28 responden dan makanan kariogenik dikonsumsi
dengan kejadian karies gigi tinggi sebanyak 69 responden
Hasil uji statistic didapatkan P value = 0.030, berarti P <
0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
bermakna antara makanan kariogenik dengan karies gigi di SDN
Mekarsari 3 Depok.
Dari OR dapat disimpulkan bahwa responden yang
mengkonsumsi makanan kariogenik akan menunjukan kejadian
karies gigi tinggi 0.301 lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
mengkonsumsi makanan kariogenik.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ekaputra (2008) dengan judul hubungan antara karakteristik
demografi (umur, jenis kelamin), kebersihan gigi dan mulut, dan
pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak umur 6 - 12
tahun : studi kasus di SD Nurul Huda, Surabaya. Penelitian
dengan rancangan Case control, wawancara dilaksanakan pada 48
anak. Subjek ditarik dari populasi dengan cara Simple random
sampling. Frekuensi konsumsi makanan kariogenik didapatkan
-
100
hubungan yang signifikan antara Frekuensi konsumsi makanan
kariogenik dengan kejadian karies gigi dengan besar risiko (OR)
0,16.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Doni Ekaputra
(2008) bahwa siswa SD mayoritas lebih memilih makanan yang
lebih cepat menyebabkan karies gigi dibandingkan yang tidak
menyebabkan karies gigi, dan pengetahuan anak SD harus
ditingkatkan dalam pemilihan makanan agar kejadian karies gigi
yang sering menimpa anak SD berkurang namun jangan di lupakan
siswa siswi harus menerapkannya tidak hanya dalam tahap tahu
saja tetapi harus bis menerapkan dalam kehidupannya.
3. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi ada 4 kelas
terdiri dari kelas IV A, IV B, V A, dan V B terdapat 143 anak.
Responden yang mengalami kejadian karies gigi rendah sebanyak 74
responden sedangkan kejadian karies gigi tinggi sebanyak 69
responden.
Dari hasil ini dapat diketahui perbedaan antara penelitian
melalui kuesioner dengan penelitian melalui observasi. Hasil ini
berbeda dikarenakan siswa sekolah banyak yang belum memahami
pertanyaan yang ada di kuesioner dan banyak juga yang mengikuti
jawaban dari teman sebangku atau teman yang ada di dekatnya.