Bab VI Studi Kasus - Perpustakaan Digital ITB -...
Transcript of Bab VI Studi Kasus - Perpustakaan Digital ITB -...
Bab VI Studi Kasus
VI.1 Tinjauan Studi Kasus
Dalam tesis ini studi kasus dilakukan dengan menilai tingkat keselamatan dan
kelayakan penggunaan sebuah bangunan lepas pantai eksisting yang mengalami
penurunan elevasi dasar laut (subsidence). Seperti yang sudah dibahas
sebelumnya, ISO/DIS 19902 mengharuskan penilaian platform eksisting
dilakukan untuk menunjukkan kemampuan memenuhi tujuan jika terjadi satu atau
lebih kondisi berikut :
- Perubahan dari desain asli atau dasar penilaian sebelumnya :
• Penambahan personil atau fasilitas
• Modifikasi fasilitas
• Terdapat kriteria lingkungan yang lebih berat
• Terdapat kriteria ketahanan komponen atau pondasi yang lebih
berat
• Perubahan fisik dari dasar desain awal platform seperti gerusan
atau penurunan
• Melebihi usia layan yang dimaksudkan
- Kerusakan atau penurunan dari komponen struktur primer. Kerusakan
kecil dapat diterima, tetapi pengaruh kumulatif dari kerusakan seharusnya
didokumentasikan dan diperhitungkan untuk penilaian ketahanan global.
Pada studi kasus kali ini diasumsikan platform mengalami suatu penurunan
elevasi dasar laut. Tahapan peninjauan yang direkomendasikan oleh ISO/DIS
19902 adalah terdiri dari penilaian dengan kemungkinan 5 tingkatan analisa dan 2
metode empiris. Metode empiris pertama adalah dengan membandingkan struktur
dengan struktur yang serupa. Metode empiris yang kedua adalah penilaian
terhadap pengalaman terdahulu. Tingkatan 1 penilaian adalah analisa linear dan
pemeriksaan komponen. Tingkat 2 juga dilakukan analisa linear dan pemeriksaan
komponen, tetapi sekarang dengan beban dan ketahanan yang lebih detail. Tingkat
111
3 adalah analisa redundan linear elastik. Tingkat 4 adalah analisa non-linear pada
sistem termasuk pemeriksaan komponen sebagai bagian yang terintegrasi dari
analisa sistem non-linear. Akhirnya pada tingkatan ke-5 adalah pemeriksaan
berdasarkan analisa reliabilitas struktur.
Pada tesis ini diasumsikan tidak bisa dilakukan 2 (dua) metode empiris yaitu
pembandingan dengan struktur yang serupa, dan penilaian terhadap pengalaman
terdahulu. Dan juga telah dilakukan analisa linear yang menghasilkan bahwa
kapasitas linear dari platform tidak mencukupi untuk menahan beban yang
diberikan sehingga dibutuhkan pemeriksaan non-linear dan juga analisa
reliabilitas struktur jika ternyata nantinya kapasitas non-linear dari struktur juga
tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan.
VI.2 Deskripsi Studi Kasus
Dalam studi kasus pada tesis ini akan ditinjau jacket platform empat kaki
konvensional yang terletak di sekitar Laut Natuna. Platform akan difungsikan
sebagai platform kepala sumur (Well Head Platform). Lokasi dari platform adalah
pada koordinat berikut
Lintang 5° 52' 12" LS Bujur 107° 41' 35" BT
VI.2.1 Struktur Jacket
Platform adalah struktur jacket rangka ruang tubular yang diletakkan di dasar laut
melalui sistem tiang pancang yang digrout.
Platform terdiri dari dua grid kolom dengan 2 (dua) baris yang masing-masing
terdiri dari 2 (dua) buah kolom. Arah utara platform paralel dengan arah 45o timur
laut. Struktur jacket memiliki dua kemiringan kaki yaitu 1:10 dan 1:20. Elevasi
working point adalah pada (+) 5.500 m. Dimensi jacket pada elevasi ini adalah
14.00 m x 13.96 m. Jacket memiliki empat bresing horisontal pada elevasi (+)
4.50 m, (-) 14.00 m, (-) 37.00 m, (-) 64.00 m dan pada elevasi dasar laut (mudline)
112
(-) 94.00 m. Kekakuan lateral pada struktur jacket diberikan oleh bresing jenis X
dan beberapa bresing diagonal.
VI.2.2 Struktur Dek
Dek direncanakan mempunyai tiga level dengan spesifikasi elevasi sebagai
berikut :
1) Drilling Deck pada EL. (+) 19.300 m (Top of steel – TOS)
2) Intermediate Deck pada EL. (+) 14.300 m (TOS)
3) Lower Deck pada EL. (+) 10.500 m (TOS)
VI.2.3 Perlengkapan (Appurtenances)
Jacket memiliki perlengkapan berikut :
1) Satu buah tempat pendaratan perahu pada sisi utara platform
2) Konduktor (Conductors) :
a. 8 (delapan) buah konduktor dengan diameter luar 660.4 mm (26”)
b. 4 (empat) buah konduktor dengan diameter luar 914.4 mm (36”)
3) I Tube-1 dengan diameter luar 355.6 mm (14”)
113
PLAN VIEW AT EL. (-) 94.00 MPLAN VIEW AT EL. (-) 64.00 MPLAN VIEW AT EL. (+) 4.00 M PLAN VIEW AT EL. (-) 14.00 M PLAN VIEW AT EL. (-) 37.00 M
1
ELEVATION ROW BELEVATION ROW A
EL. (+) 4.00 M
EL. (-) 14.00 M
EL. (-) 37.00 M
EL. (-) 64.00 M
EL. (-) 94.00 M
ELEVATION ROW 2ELEVATION ROW 1
1 1 1 1 1 1 1
45°0'
PLATFORM NORTH
TRUE NORTH
Gambar VI. 1 Keyplan Platform Studi Kasus
(Sumber : Design drawing no : 84507-4696-60-003)
114
Gambar VI. 2 Elevasi Penting Struktur
(Sumber : Design drawing no : 84507-4696-60-003)
115
VI.3 Pembebanan
VI.3.1 Beban Mati Struktur
Beban mati terdiri dari berat sendiri struktur dan beban mati tambahan.
VI.3.2 Beban Perlengkapan (Appurtenance Load)
Beban perlengkapan dari jacket seperti anoda, crown, conductor guide,
hydrostatic rings, padeyes, mudmat, jacket spacer, jacket closure plate dan
walkways diberikan sebagai beban elemen dan beban titik pada sambungan.
VI.3.3 Beban Lingkungan (Environmental Load)
Beban lingkungan yang mengenai platform dihasilkan dari gelombang, arus, dan
angin. Pembebanan operasional berupa angin, gelombang dan arus periode ulang
1 tahun. Beban lingkungan kondisi ekstrim adalah angin, gelombang dan arus
untuk periode ulang 100 tahun. Arah pembebanan lingkungan diperhitungkan
dalam 8 (delapan) arah untuk mendapatkan kondisi yang paling kritis dari
struktur.
Gambar VI. 3 Arah pembebanan lingkungan
116
VI.3.4 Beban Bagian Atas (Topside Load)
Beban diberikan sebagai beban titik dan beban terdistribusi pada lokasi yang
sesuai. Beban bagian atas terdiri dari beberapa beban berikut :
1) Pelat (plate) dan grating
Pelat dan grating diberikan pada elemen tiap dek sebagai beban garis
dengan nilai sebagai berikut :
Tabel VI. 1 Beban Dek
Lokasi Dek Nilai (kN/m2)
Drill deck 1.500
Intermediate deck 1.524
Lower deck 1.233 (Sumber : Report Kerisi WHP-K)
2) Berat perlengkapan (Equipment lab)
Berat perlengkapan ,meliputi dari perlengkapan, pipa, listrik,
instrumentasi, LER dan beban pada kondisi kering dan basah
3) Blanket area load
Blanket area load diberikan pada tiap dek dengan nilai 10 kPa.
4) Beban hidup (live load)
Beban hidup telah diperhitungkan dengan memberikan faktor beban untuk
blanket area load.
5) Beban crane (crane load)
Beban crane diberikan berdasarkan kapasitas angkat 25 MT pada radius
20 m ke semua arah dengan interval 45o. Faktor amplifikasi dinamik
(Dynamic Amplification Factor, DAF) sebesar 2.0 diberikan. Selama
kondisi ekstrim diasumsukan crane tidak beroperasi.
6) Beban Rig (Rig load)
Beban rig berikut yang diberikan adalah : (1) Max Set Back Load dan (2)
Hook/Stuck casing. Hanya beban hook/stuck casing rig yang
diperhitungkan untuk rig pada empat sudut sumur.
117
Tabel VI. 2 Beban Rig
Load Description Max Set Back
(tones)
Hook/Stuck casing
(tones)
Rig self weight + Fluid 872 872
Hook or Casing load - 454
Set Back load 270 270
Total 1142 1596 (Sumber : Document no 84507-4692-6J-001)
7) Beban Angin
Beban angin desain diasumsikan berasal dari banyak arah, dan berikan
sebagai beban titik.
8) Beban Jembatan
Reaksi jembatan telah dimasukkan sebagai beban titik pada tumpuan
jembatannya
9) Beban Bagian atas lainnya
Berat dari bagian-bagian platform yang tidak diikutkan dalam permodelan
seperti pegangan tangan, padeyes, joint connections, tangga dll
dimasukkan secara manual sebagai beban titik atau beban elemen.
VI.4 Kriteria Lingkungan
Kriteria lingkungan yang akan digunakan dalam analisa adalah berasal dari survey
dan analisa data metocean pada wilayah Laut Natuna.
VI.4.1 Kedalaman Perairan
Elevasi muka air rata-rata (Mean Sea Level, MSL) dari gambar struktur adalah 94
m diatas dasar laut (mudline). Kedalaman perairan desain (Design Water Depth,
DWD) untuk analisis diambil agar menghasilkan gaya horisontal maksimum pada
struktur.
Variasi maksimum dari DWD didefinisikan sebagai berikut :
DWD = MSL + AT + Surge
118
dimana,
MSL = Mean Sea Level,
AT = Astronomical Tide, dan
Surge = Storm Surge.
Kedalaman perairan yang digunakan untuk analisis diberikan pada Tabel VI.3
berikut
Tabel VI. 3 Elevasi kedalaman perairan
Deskripsi Nilai(m)
Tunggang Pasang (Astronomical Tide) 1.40
Storm Surge:
- Operasional 1 tahunan
- Kondisi ekstrim 100 tahunan
0.20
0.40
Kedalaman perairan:
- MSL
- Operasional 1 tahunan (max)
- Kondisi ekstrim 100 tahunan (max)
- Fatigue
94.00
95.60
95.80
94.00 (Sumber : Report Kerisi WHP-K)
VI.4.2 Angin
Kecepatan angin satu jam adalah 14 m/dt untuk periode ulang 1 tahunan dan 20
m/dt untuk periode ulang 100 tahunan. Kecepatan angin 5 detik akan digunakan
untuk analisa global bagian atas (topside) platform.
Tabel VI. 4 Kecepatan angin desain
Kecepatan Angin
(m/dt)
Periode rata-rata
1-year Operating 17.63 5 sec gust
100-years Extreme 26.02 5 sec gust (Sumber : Report Kerisi WHP-K)
119
Beban angin pada bagian atas (topside) telah dihitung berdasarkan keseluruhan
area proyeksi pada topside pada arah yang bersangkutan.
VI.4.3 Kriteria Gelombang
Sudut gaya gelombang akan diambil 0°, 45°, 90°, 135°, 180°, 225°, 270°, and
315°. Parameter gelombang desain yang akan digunakan dalam analisis adalah
sebagai berikut.
Tabel VI. 5 Data Gelombang
Parameter kondisi Operasional Ekstrim
Tinggi gelombang maksimum (m) 5.6 11.45
Periode gelombang (dt) 8.30 10.10
Total pasang surut (m) 1.40 1.40 (Sumber : Report Kerisi WHP-K dan analisa)
VI.4.4 Profil Arus
Profil arus yang digunakan untuk analisa adalah sebagai berikut
Tabel VI. 6 Profil arus
Kecepatan (m/dt) Elevation
Periode 1 tahunan Periode 100 tahunan
Permukaan 0.90 1.00
Pertengahan 0.70 0.80
Dasar laut 0.70 0.80 (Sumber : Report Kerisi WHP-K)
VI.4.5 Current Blockage Factor
Current blokage factor untuk analisa ditentukan berdasarkan API RP 2A-WSD
untuk platform adalah sebagai berikut.
Tabel VI. 7 Current Blockage Factor
Heading Faktor
End-on 0.80
120
Heading Faktor
Diagonal 0.85
Broadside 0.80 (Sumber : Report Kerisi WHP-K)
VI.4.6 Wave Kinematics Factor
Wave kinematics factor yang digunakan untuk analisis adalah sebagai berikut.
Tabel VI. 8 Wave Kinematics Factor
Kondisi Faktor
Periode 1 tahunan 0.90
Periode 100 tahunan
Fatigue
0.90
1.00 (Sumber : Report Kerisi WHP-K)
VI.4.7 Profil Marine Growth
Marine growth dengan berat jenis 1.40 t/m3 diperhitungkan mengakumulasi radial
dalam ketebalan yang seragam untuk semua elemen jacket dan perlengkapannya.
Catatan ketebalan marine growth terhadap kedalaman yang akan digunakan dalam
analisis adalah sebagai berikut.
Tabel VI. 9 Profil Marine Growth
Item Dari elevasi (m) Sampai elevasi
(m)
Ketebalan Marine Growth
(cm)
MSL -5.00 5.00
-5.00 -10.00 8.00
-10.00 -20.00 5.00
-20.00 -30.00 5.00
Profil Marine
growth. Berat
jenis kering =
1.40 t/m3 -30.00 Dasar laut 3.00
(Sumber : Document no 84507-4692-6J-001)
121
VI.4.8 Koefisien Hidrodinamik
Koefisien hidrodinamik dasar Cd dan Cm untuk permukaan yang kasar digunakan
pada daerah marine growth. Pertambahan diameter akan diperhitungkan akibat
marine growth. Diluar daerah marine growth koefisien Cd dan Cm untuk
permukaan halus akan digunakan. Koefisien hidrodinamik dasar Cd dan Cm yang
di gunakan dalam analisa adalah sebagai berikut.
Tabel VI. 10 Koefisien hidrodinamik untuk analisa In-place
Koefisien Kasar Halus
Cd 1.05 0.65
Cm 1.20 1.60 (Sumber : Document no 84507-4692-6J-003)
VI.5 Material Baja
Material baja yang akan digunakan untuk struktur jacket mempunyai propertis
diberikan pada tabel berikut. Sementara itu untuk elemen non-struktural akan
menggunakan baja dengan propertis kekuatan lebih rendah.
Tabel VI. 11 Propertis Material Baja
Propertis Nilai
Modulus Elastisitas 20 × 108 kPa
Rasio Poisson 0.25
Koefisien Thermal Expansion 6.5 × 10-6/°F
Modulus Geser 0.8 × 108 kPa
Berat Jenis 7.85 t/m3 (Sumber : Document no. 84507-9400-6K-001)
Untuk parameter hardeningnya menggunakan nilai default dari usfos, yaitu
transisi kondisi elastik ke kondisi plastik secara smooth, dan strain hardening
sebesar 0.2%. Untuk platform tinjauan, digunakan dua jenis baja dengan tegangan
leleh 248 MPa dan 345 MPa. Baja dengan tegangan leleh yang lebih tinggi akan
digunakan untuk semua elemen, kecuali untuk boat landing yang menggunakan
122
baja dengan tegangan leleh lebih rendah. Model tegangan – regangan dari baja
yang digunakan adalah seperti gambar berikut.
Diagram Tegangan - Regangan Baja
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50%
Strain (%)
Stre
ss (M
Pa)
345MPa
248MPa
Gambar VI. 4 Diagram tegangan – regangan baja
VI.6 Skenario Subsidence
Untuk studi kasus yang ditinjau adalah terjadinya subsidence atau penurunan
dasar lautan di kawasan areal platform sehingga kedalaman perairan di platform
bertambah dan gaya hidrodinamik dari gelombang maupun arus yang mengenai
struktur platform akan berubah dibandingkan dengan pada waktu kondisi desain.
123
Untuk platform dengan struktur jacket mempunyai redundan yang bisa menambah
kapasitas ketahanan ultimatenya. Apabila didesain dengan API/RP2A, maka
redundan platform dengan 6 atau delapan kaki diharapkan akan mempunyai nilai
RSR sekitar 2.0 sedangkan platform dengan kaki yang sedikit seperti tripod akan
mempunyai nilai RSR sebesar 1.5 (Banon et al 1994). Sedangkan pada ISO/DIS
19902 mensyaratkan nilai RSR minimum sebesar 1.85 untuk struktur sebagai
kriteria syarat batas untuk suatu platform diperbolehkan digunakan.
Skenario studi kasus yang akan digunakan yaitu sebagai berikut :
• Platform mengalami subsidence sehingga diharuskan dilakukan
pemeriksaan ulang untuk mendapatkan gambaran kapasitas
struktur setelah mengalami subidence apakah masih memenuhi
syarat batas yang ada untuk tetap digunakan.
• platform tinjauan telah dilakukan pemeriksaan linear elastik dan
tidak memenuhi syarat, yaitu banyak elemen strukturnya yang
mengalami kondisi plastis
• selanjutnya platform akan ditinjau kapasitas ultimatenya dengan
dilakukan analisa non-linear. Setelah dilakukan analisa, ternyata
platform mempunyai nilai RSR yang lebih kecil dari 1.85 dan lebih
kecil dari kriteria syarat minimum yang direkomendasikan oleh
ISO/DIS 19902
• analisa reliabilitas struktur kemudian dilakukan untuk melihat
reliabilitas struktur dan kemungkinan kegagalannya terhadap beban
gelombang yang ada. Reliabilitas struktur kemudian dibandingkan
dengan kriteria syarat batas yang berlaku.
Dengan skenario yang sudah dibuat diatas maka subsidence yang terjadi pada
platform adalah sebesar 1.93 meter. Besarnya subsidence ditentukan atas dasar
percobaan beberapa kali untuk mendapatkan nilai RSR kritis yang berada dibawah
batas ijin yang diberikan. Dan platform tinjauan akan dianalisa kapasitas
ultimatenya dengan subsidence yang terjadi.
124
VI.7 Analisa Non-Linear Struktur
VI.7.1 Pemodelan di USFOS
Program yang digunakan untuk analisis kapasitas ultimate adalah USFOS. Sebuah
program komputer untuk analisis keruntuhan progresif dari struktur baja lepas
pantai yang dikembangkan oleh SINTEF, sebuah lembaga untuk riset sains dan
industri pada Norwegian Institute of Technology.
USFOS adalah program elemen hingga untuk analisis statik dan dinamik dari
struktur rangka. Struktur tersebut dapat terekspos oleh beban luar, akselerasi atau
temperatur.
Program ini dikembangkan secara khusus untuk analisis progresif untuk rangka
ruang.
• Filosofi dasar dibalik USFOS adalah untuk menggunakan elemen
hingga yang menggunakan sebuah elemen hingga untuk setiap
elemen fisik pada struktur. Sebuah model struktur untuk analisis
linier dapat digunakan dalam analisis nonlinier USFOS.
• USFOS bekerja pada resultan tegangan elemen, yaitu gaya dan
momen. Ketidaklinieran material dimodelkan dengan sendi plastis
pada tengah bentang dan ujung-ujung elemen.
• Formulasi dasar elemen pada USFOS didasarkan pada solusi eksak
dari persamaan diferensial untuk balok yang dibebani pada
ujungnya.
Prosedur dari analisis non-linear USFOS mengikuti prosedur dasar seperti berikut:
• Beban diberikan secara bertahap
• Koordinat titik diperbaharui setiap tahapan pemberian beban
• Kekakuan struktur disusun pada setiap tahapan pemberian beban. Kekakuan
elemen kemudian dihitung dari geometri yang telah diperbaharui
• Pada setiap tahap pemberian beban setiap elemen diperiksa untuk melihat
apakah gaya luar melebihi kapasitas plastis dari penampang. Jika kejadian
125
tersebut muncul, tahapan beban kemudian diskala untuk membuat gaya luar
memenuhi secara tepat kondisi leleh
• Sendi plastis kemudian diberikan ketika gaya elemen telah mencapai
permukaan leleh (yield surface). Sendi plastis kemudian dihilangkan jika
elemen kemudian di-unloading dan menjadi elastik
• Tahapan pemberian beban kemudian dibalik (beban akan dikurangi) jika
ketidak-stabilan global dideteksi.
Pemodelan non-linear dalam USFOS mengakomodasi adanya non-linearitas
material. Dan hal itu sangat erat kaitannya dengan dengan teori plastisitas. Teori
plastisitas konvensional mempunyai tiga asumsi yang digunakan yaitu
a. Terdapat kondisi leleh inisial dimana pada ruang tegangan dapat
diilustrasikan dengan permukaan leleh inisial
b. Terdapat flow rule yang menghubungkan antara peningkatan regangan
plastik dengan peningkatan tegangan
c. Hukum hardening didefinisikan menghubungkan translasi dari permukaan
leleh kepada jumlah deformasi plastis
VI.7.2 Model Elastic-Perfectly-Plastic
Ketidak-linearan material dimodelkan dengan sendi plastis. Sendi plastis
diberikan pada ujung elemen atau pada tengah bentang
Kapasitas plastik dari penampang direpresentasikan dengan fungsi interaksi
platik/permukaan kelelehan untuk resultan tegangan
01,,,,, =−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=Γ
zp
z
yp
y
xp
x
yp
z
yp
y
p MM
MM
MM
NNf (VI.1)
Fungsi telah didefinisikan sehingga
0=Γ untuk semua kombinasi gaya yang memberikan plastifikasi penuh
pada penampang
1−=Γ adalah nilai inisial untuk penampang tanpa tegangan
126
Pada prinsipnya, keadaan gaya yang dikarakteristikan dengan 0>Γ adalah ilegal
Ketika sendi plastis diberikan, keadaan gaya harus bergerak dari satu keadaan
plastik ke keadaan plastik lainnya, mengikuti permukaan kegagalan sehingga
0=Γ . Untuk model sederhana ini material hardening tidak disertakan sehingga
permukaan kegagalan mempunyai posisi tetap pada ruang gaya dan ukuran
permukaannya juga konstan. Seharusnya diamati, bagaimanapun, bahwa karena
linearisasi dilakukan pada setiap tahap pemberian beban dan terhadap peningkatan
beban hingga maka resultan tegangan dari penampang plastik akan secara umum
menjauh dari permukaan kelelehan, seperti terlihat pada Gambar VI.4.
Gambar VI. 5 Permukaan kegagalan penampang
(sumber : USFOS Theory Manual, SINTEF 1993)
Jika prosedur peningkatan solusi murni digunakan, maka permukaan kelelehan
akan membawa pada 0>Γ . Bagaimanapun, prosedur iteratif termasuk koreksi
untuk membawa keadaan gaya penampang kembali pada permukaan kegagalan.
127
Selama proses iterasi konvergen maka gaya akan selaku berada pada permukaan
kelelehan.
VI.7.3 Model Leleh Parsial Dan Strain Hardening
Model material yang mengakomodasi plastifikasi parsial dan strain hardening
diformulasikan menurut konsep permukaan batas (bounding surface). Model ini
menggunakan dua buah permukaan interaksi, yaitu permukaan kelelehan (yield
surface) dan permukaan batas. Kedua permukaan diturunkan dari kurva interaksi
penampang konvensional untuk penampang yang ditinjau, dan didefinisikan
dalam ruang gaya ternormalisasi, seperti terlihat pada Gambar VI.6
(a)
128
(b)
(c)
Gambar VI. 6 Kelelehan parsial dan strain hardening diformulakan menurut konsep
permukaan batas (momen M/Mp terhadap gaya aksial P/Po)
(sumber : USFOS Theory Manual, SINTEF 1993)
129
Permukaan kelelehan membatasi daerah perilaku penampang elastik dan ketika
keadaan gaya mencapai permukaan kelelehan maka akan menyebabkan terjadinya
leleh inisial pada penampang. Kondisi tersebut dituliskan dengan
( ) 01,,,,,, =−= yzyxzyyy zmmmqqnfF (VI.2)
Dimana
yzp
zz
yyp
yy
yxp
xx
ypz
zz
ypy
yy
yp zMM
mzM
Mm
zMM
mzQ
zQQ
qzN
Nn
⋅−
=⋅
−=
⋅−
=⋅
−=
⋅
−=
⋅−
= 654321 ,,,,,ββββββ
(VI.3)
Dan 10 << yz menyatakan parameter ekstensi permukaan leleh. iβ i = 1,6
adalah translasi dari permukaan kegagalan dalam ruang gaya dari posisi inisial
yang berhubungan dengan penampang bebas tegangan.
Permukaan batas menentukan keadaan dari plastifikasi penuh pada penampang.
Permukaan ini, yang mempunyai bentuk sama dengan permukaan kelelehan,
didefinisikan dengan fungsi berikut
( ) 01,,,,,, =−= bzyxzybb zmmmqqnfF (VI.4)
Dmana argumen dari bf sama seperti pada persamaan (VI.3) dengan mengganti
iβ dan yz dengan iα dan bz . iα adalah translasi permukaan batas dan bz adalah
parameter ekstensi permukaan batas yang merupakan 1 unit.
Gambar VI.5 menggambarkan permukaan kelelehan dan batas untuk penampang
tubular yang diplot dalam bidang xm dan n. Disitu bz = 1.0 dan yz = 0.79
berkaitan dengan rasio dari modulus penampang elastik terhadap plastik. Ketika
membebani penampang dengan titik gaya akan bergerak melalui daerah elastik
dan mencapai permukaan leleh yang mengindikasikan terjadinya leleh pertama
pada penampang, seperti Gambar VI.5.a. Pada tahapan ini sendi plastis
dimunculkan.
130
Ketika pembebanan lebih lanjut permukaan kelelehan dipaksa bertranslasi
sehingga keadaan gaya tetap pada permukaan kelelehan ( )0=yF , seperti Gambar
VI.5.b. Pada tahap ini permukaan batas juga bertranslasi tetapi dengan rasio yang
lebih kecil.
Translasi dari permukaan kelelehan, yang mendekati permukaan batas selama
proses pembebanan, akan membuat suatu transisi yang halus dari leleh awal
sampai pada tahap plastik penuh. Pada Gambar VI.5.c kondisi gaya telah
mencapai permukaan batas yang berarti telah terjadi plastifikasi penuh pada
penampang. Dari tahap ini kondisi gaya dipaksa untuk tetap pada permukaan
batas dan nantinya kedua permukaan akan bertemu.
Translasi dari permukaan batas pada kenyataannya digunakan untuk memodelkan
strain hardening, misalnya model kinematic hardening akan digunakan.
Parameter ia , didefinisikan untuk tiap komponen gaya, menentukan bentuk fase
transisi dari leleh awal menjadi plastik penuh dan seharusnya ditentukan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Untuk menaikkan ia daerah transisi,
misalnya untuk hubungan M - θ akan menurun.
Parameter ic , didefinisikan untuk tiap komponen, menentukan rasio strain
hardening. Hal ini berhubungan dengan rasio translasi dari permukaan batas pada
ruang gaya. Dengan menaikkan ic maka akan meningkatkan hardening material.
Gambar VI.6 mengindikasikan perbedaan lokasi pada titik tegangan untuk mode
deformasi yang berbeda, dan menghubungkan ilustrasi multidimensi pada ruang
resultan tegangan kepada kurva regangan uniaksial.
131
Gambar VI. 7 Analogi antara ruang tegangan multidimensi dengan kurva regangan-
tegangan uniaksial
(sumber : USFOS Theory Manual, SINTEF 1993)
VI.7.4 Permukaan Interaksi Untuk Tubular Berdinding Tipis
Dalam kasus tegangan plastik penuh pada penampang berdinding tipis, interaksi
antara tegangan aksial dan tegangan geser biasanya diabaikan sehingga ekspresi
ruang gaya normalisasi menjadi
( ) 0,,,,, =zMMMNF izyx β (VI.5)
( )( )
( ) 012
cos12122
212
212 =+−⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
−⋅⋅− zy
x
x mmm
nm π (VI.6)
Dimana zyx mmmn ,,, adalah parameter non-dimensional yang diberikan dengan
zMMm
zMM
mzM
MmzN
Nnzp
zz
yp
yy
xp
xx
p ⋅−
=⋅
−=
⋅−
=⋅
−= 6541 ,,, ββββ (VI.7)
Dimana xp
MMMN zpypp ,,, secara berurutan adalah kapasitas plastis untuk gaya
aksial, momen lentur, dan momen torsi. z adalah parameter ekstensi permukaan,
dan iβ adalah offset permukaan pada ruang gaya.
132
Gambar VI. 8 Permukaan interaksi batas bawah ketika 0=iβ dan 1=z
(sumber : USFOS Theory Manual, SINTEF 1993)
VI.7.5 Bifurkasi dan Tekuk
Dua fenomena ketidak-stabilan yang sering ditemukan pada masalah struktur non-
linear adalah titik batas (limit points) dan titik bifurkasi (bifurcation points).
Seperti pada Gambar VI.8 berikut
Gambar VI. 9 Kurva beban-perpindahan dengan titik batas A dan titik bifurkasi B
(sumber : USFOS Theory Manual, SINTEF 1993)
Pada strategi solusi interatif-incremental, titik batas dikarakteristikan dengan
penurunan (atau kenaikan) yang kontinyu dari kekakuan sampai beban lokal
133
maksimum (atau minimum) didapat. Mode perpindahan tetap stabil dengan alasan
bahwa komponen deformasi bertambah monotonik. Pada titik batas A hubungan
berikut terjadi
0=pS
( ) 0det =IK
0=ΦIK
0≠Φ RT (VI.8)
Disini IK merupakan matriks kekakuan tangensial. Φ adalah eigenvectors dari
matriks kekakuan tangensial, dan R adalah kenaikan pada vektor beban eksternal.
Parameter kekakuan pS adalah untuk beban pada satu tahapan i, dan didefinisikan
sebagai
21
211
R
R
RrRrS
i
iiT
Tip
Δ
Δ
ΔΔΔΔ
= (VI.9)
Dimana rΔ dan RΔ adalah peningkatan perpindahan dan gaya. pΔ adalah
pertambahan ukuran beban relatif pada setiap tahap pembebanan. Dan mempunyai
nilai inisial 1.0 pada tahapan ke-1. Hal ini membuat pS menjadi pengukuran
ternormalisasi dari kekakuan tangensial sepanjang alur deformasi.
Titik dimana kurva beban-perpindahan bercabang menjadi dua atau lebih alur
solusi disebut titik bifurkasi. Hal ini diindikasikan dengan titik B pada Gambar
VI.8. Di atas titik bifurkasi, solusi dapat mengikuti cabang mana saja. Dengan
berubah pada alur yang benar, yaitu alur dengan energi paling rendah, akan
berakibat pada perubahan pola deformasi, sehingga semua komponen deformasi
tidak berkembang secara monotonik.
Pada titik bifurkasi kondisi berikut terjadi
0≠pS
( ) 0det =IK
134
0=ΦIK
0=Φ RT (VI.10)
Titik bifurkasi dapat berubah menjadi titik batas dengan memberikan komponen
dari alur bifurkasi yang benar sebagai sebuah ketidak-sempurnaan pada sistem.
Ketidak-sempurnaan akan menyebabkan struktur untuk berdeformasi sepanjang
garis putus-putus pada Gambar VI.8 dan perilakunya akan menyerupai seperti
titik batas (limit point).
Mode tekuk diidentifikasi dengan load case pada saat terjadi bifurkasi dan
tahapan pembebanan yang meningkatkan nomor sekuen eigenvektor.
Gambar VI. 10 Model Elemen Hingga di USFOS
135
VI.7.6 Model Jacket Tinjauan
Model elemen hingga platform di USFOS dapat dilihat pada Gambar VI.9.
VI.7.7 Kondisi Pembebanan
Beban Dasar
Secara umum beban dasar yang berlaku pada struktur platform yang
direkomendasikan oleh API/RP2A adalah berat sendiri, beban mati, beban hidup,
dan beban lingkungan.
Klasifikasi beban dasar yang diberikan pada permodelan struktur adalah sebagai
berikut :
Tabel VI. 12 Beban Dasar
No Load Case 1 Berat Sendiri 2 Perlengkapan Jacket 3 Beban Dek 4 Perlengkapan Lainnya
41 Berat Rig 45 Set Back
6 Crane+Bridge+X-mas 10 Gaya Apung (Buoyancy) 51 Gaya Angin pada Rig 97 Gaya Angin (5-sec Gust)
8 Gaya Gelombang Ekstrem
Statik Pushover
Menurut R.C. Turner et al (1994), faktor beban yang direkomendasikan oleh
API/RP2A LRFD dapat disesuaikan sesuai dengan kondisi lingkungan dan
praktek operasi dan desain yang digunakan. Sehingga untuk daerah Indonesia kita
dapat menentukan faktor beban yang sesuai untuk kondisi lingkungan dan
kebutuhan operasional di Indonesia. Bahkan untuk beberapa kawasan yang
mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda juga dapat ditentukan faktor beban
desain yang berbeda. Untuk tesis kali ini akan digunakan faktor beban yang
direkomendasikan API/RP2A untuk kondisi ekstrim, sebagai berikut
Q = 1.1 D1 + 1.1 D2 + 1.1 L1 + 1.35 We (VI.11)
136
Dimana
D1 adalah berat sendiri
D2 adalah beban mati tambahan
L1 adalah beban hidup
We adalah beban lingkungan
Untuk analisa kekuatan ultimate maka akan dilakukan pushover statik dengan
beban gelombang sampai struktur mengalami mekanisme. Beban mati, beban
hidup, dan beban angin, akan diberikan bertahap menurut klasifikasi bebannya.
Setiap beban dasar diberikan dalam beberapa langkah pertambahan beban sampai
faktor bebannya mencapai faktor beban yang ditentukan. Setelah semua beban
mati, beban hidup dan beban angin diberikan, kemudian diberikan beban
gelombang secara bertahap sampai struktur tidak bisa lagi menerima beban dan
mengalami collapse mechanism.
Untuk setiap langkah kekakuan struktur dirakit dan kenaikan perpindahan global
dihitung. Kenaikan gaya dalam elemen dihitung dengan menggunakan matriks
kekakuan tangensial dan kenaikan perpindahan elemen. Pada setiap langkah,
elemen dicek untuk melihat apakah mengalami tekuk atau apakah kapasitas plastis
telah tercapai. Apabila hal seperti itu terjadi, langkah tersebut direduksi agar
respon dapat mencapai even tersebut. Sendi plastis dimasukkan pada elemen pada
posisi dimana kapasitas telah tercapai. Matriks kekakuan yang telah dimodifikasi
digunakan untuk menghitung sendi plastis dan proses diteruskan ke langkah
selanjutnya.
Tahapan dari pemberian beban dan faktor beban yang diberikan pada struktur
adalah sebagai berikut
Tabel VI. 13 Tahapan pemberian dan faktor beban
lcomb lfact mxld nstep minstp 1 0.05 1.1 0 0.005 2 0.05 1.1 0 0.005 3 0.05 1.1 0 0.005
137
lcomb lfact mxld nstep minstp 4 0.05 1.1 0 0.005
41 0.05 1.1 0 0.005 45 0.05 1.1 0 0.005
6 0.05 1.1 0 0.005 10 0.05 1.1 0 0.005 51 0.05 1.35 0 0.005 97 0.05 1.35 0 0.005
8 0.05 3 0 0.005 8 0.1 30 0 0.005
Dimana
lcomb adalah nomor beban dasar atau kombinasi beban dasar
lfact adalah pertambahan beban awal atau faktor awal dari beban
mxld adalah faktor beban yang diberikan
nstep adalah jumlah langkah pertambahan beban, apabila tidak diberikan
(nol) maka tahapan beban akan diberikan sampai faktor beban yang
diberikan tercapai
minstp peningkatan beban minimum untuk pertambahan beban otomatis
VI.7.8 Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisa statis non-linear dengan menggunakan USFOS, maka
didapatkan beberapa hasil seperti
• Tahapan (load step dan load level) ketika elemen mengalami
kelelehan
• Tahapan ketika elemen mempunyai sendi plastis
• Tahapan ketika elemen mengalami tekuk (buckling)
• Kontur tegangan dari jacket
• Plastisitas dari elemen-elemen platform
• Distribusi kerusakan dari struktur jacket
• Dan beberapa keluaran lainnya
138
Peristiwa Leleh Pertama
Leleh pertama merupakan suatu kejadian yang membedakan perilaku struktur dari
daerah perilaku elastik, menuju daerah perilaku plastik. Pemeriksaan linear elastik
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa elemen struktur mengalami kelelehan
dengan beban yang direncanakan dapat diterima oleh struktur. Analisa non-linear
menggunakan USFOS memberikan peristiwa terjadinya leleh pertama pada
struktur yaitu sebagai berikut
Element Comb No. Step No. Load Level First yield at : 340118 8 9 0.41
-------- I N T E R A C T I O N F U N C T I O N V A L U E S Fb(Fy) ---
Elemen ES Node 1 Midspan Node 2
340118 1 -0.32(0.00) -0.36(-0.05) -0.38(-0.08) O---+---
+
139
340118
Gambar VI. 11 Elemen yang mengalami leleh pertama (utilisasi elastik)
Elemen 340118 merupakan bagian dari kaki platform. Dengan tercapainya leleh
pertama berarti salah satu titik pada elemen tersebut, yaitu pada node 1, mencapai
syarat batas ( ) 0,,,,, =zMMMNF izyxy β .
Terjadinya leleh pertama pada tahap pembebanan gelombang pada level faktor
beban 0.41, yang berarti belum mencapai faktor beban yang direkomendasikan
LRFD yaitu 1.35 untuk kondisi pembebanan ekstrim. Dan hal ini juga
membuktikan bahwa pemeriksaan analisa linear elastik yang dilakukan
sebelumnya memang tidak mencukupi.
Status Kelelehan
Peristiwa leleh pertama juga terjadi pada elemen lainnya yaitu sebagai berikut
140
13401421350145
1180135
340118
1170134
240117
Gambar VI. 12 Utilisasi elastik pada faktor beban gelombang 1.233 (step 8/40)
Tabel VI. 14 Kejadian leleh pada struktur
Elem ID Node
Position
Cross Sect
UtilizationComb No.
Step No.
Load Level
340118 node 1 0.68 8 9 0.41 1350145 node 2 0.68 8 10 0.44 1180135 node 2 0.68 8 15 0.54 9520943 node 2 0.92 8 18 0.6 240117 node 1 0.68 8 19 0.63
1340142 node 2 0.68 8 20 0.67 1170134 node 2 0.68 8 25 0.77 5460547 node 1 0.87 8 28 0.79 6450646 node 1 0.87 8 29 0.83 6460626 node 1 0.87 8 39 1.22
141
Elemen-elemen tersebut mencapai permukaan leleh inisialnya, dan jika diberikan
tambahan beban lagi maka penampang akan mengalami plastic flow sampai
keadaan plastik penuh tercapai.
Gambar VI.11 adalah kondisi elastik pada saat pembebanan gelombang mencapai
1.233 yang menggambarkan kondisi elemen yang sudah menggunakan semua
kapasitas elastiknya dan mulai berperilaku elastik.
Sendi Plastis
Setelah terjadi leleh pertama maka penampang elemen pun bergerak dari perilaku
elastik menuju perilaku plastik atau dikenal dengan plastic flow. Keadaan dimana
seluruh penampang telah digunakan (diutilisasi) adalah pada kondisi plastik
penuh. Elemen-elemen dengan sendi plastis yang sudah mencapai tahapan plastik
penuh adalah sebagai berikut
Tabel VI. 15 Kejadian sendi plastis kondisi plastik penuh pada struktur
Elem ID Node
Position
Cross Sect
UtilizationComb No.
Step No.
Load Level
5460547 node 1 1 8 35 1.12 6450646 node 1 1 8 36 1.13 1350145 node 2 1 8 62 1.46 340118 node 1 1 8 64 1.48
1180135 Mid 1 8 66 1.49 2950450 node 2 1.07 8 75 1.55 1340142 node 2 1 8 76 1.56 2400295 node 1 1.01 8 77 1.56 1170134 Mid 1 8 82 1.57 4390438 node 2 1.01 8 88 1.6
Terlihat bahwa elemen struktur yang mengalami kondisi paling parah berada pada
segmen kaki struktur paling bawah. Beberapa kakinya mengalami kondisi plastik
penuh, dan bresing yang memperkakunya juga mulai mendekati kondisi plastik
penuh tersebut.
142
13401421350145
1180135
340118
1170134
240117
Gambar VI. 13 Utilisasi plastis struktur pada faktor beban gelombang 1.607 (step 8/90)
Status Tekuk
Setelah mengalami plastifikasi maka elemen tekan dapat mengalami tekuk. Tekuk
pada USFOS didefinisikan bila terjadi suatu bifurkasi yaitu bila pada kurva
beban-perpindahan terjadi dua solusi kemiringan kurva, maka jalur kemiringan
yang ditempuh yaitu yang mempunyai energi lebih rendah. Tekuk mengakibatkan
penurunan kapasitas elemen dalam menahan beban. Tekuk yang terjadi pada
struktur adalah sebagai berikut
Tabel VI. 16 Tekuk yang terjadi pada struktur
Elem ID Member N/ My/ Mz/ Comb Step Load Length Np Myp Mzp No No level
1350145 10.063 0.95 0.01 0.02 8 50 1.371180135 11.508 0.95 0.04 0.06 8 51 1.37340118 8.615 0.96 0.01 0.01 8 53 1.38
2400295 23.928 0.77 0.14 0.02 8 65 1.482950450 23.928 0.78 0.03 0 8 65 1.481340142 10.063 0.95 0.01 0.01 8 66 1.49
143
1170134 11.508 0.95 0.05 0.05 8 68 1.51240117 8.615 0.96 0.02 0.01 8 69 1.52620151 30 0.12 0.01 0 8 98 1.55
1320145 19.455 0.79 0.03 0.06 8 106 1.58
2400295
1340142
1170134
240117
2400295
1320145
1350145
1180135
340118
Gambar VI. 14 Kondisi pada faktor beban gelombang 1.614 pada saat tekuk terakhir terjadi
(step 8/110)
Tekuk kebanyakan terjadi pada kaki jacket sebelah bawah dengan bresing yang
memperkakunya. Dengan terjadinya tekuk maka kapasitas ultimate akan segera
tercapai dengan peningkatan beban selanjutnya.
Elemen dengan Utilisasi Penampang 1.10
Elemen dianggap masih dapat menerima gaya yang diberikan dengan
menggunakan kapasitas penampangnya sampai 1.10 kali kapasitas plastiknya.
Setelah mencapai penggunaan 1.10 kali kapasitas plastiknya maka elemen
dianggap tidak lagi bisa menahan beban. Tabel VI.17 adalah daftar elemen yang
telah menggunakan semua kapasitas plastik penampangnya untuk menahan beban.
144
Tabel VI. 17 Penggunaan 1.10 kapasitas penampang
Elem ID Position Cross sect. Comb Step Load utilization No No level
2950450 node 2 1.11 8 76 1.56 4390438 mid 1.1 8 152 1.64 4420443 mid 1.1 8 158 1.64 4340433 node 1 1.1 8 165 1.65 340118 node 2 1.1 8 236 1.7
1320145 node 2 1.14 8 236 1.7 1350056 node 1 1.1 8 236 1.7 1350145 node 2 1.12 8 236 1.7 1170134 mid 1.1 8 249 1.75 1180135 mid 1.1 8 266 1.84
Dengan telah tercapainya kapasitas maksimum penampang pada bagian struktur
penting seperti kaki platform, maka elemen tersebut tidak dapat lagi menahan
beban sehingga secara global kemampuan struktur dalam menerima beban akan
berkurang dan akan mencapai kapasitas ultimatenya sebentar lagi.
Kapasitas Ultimate Struktur
Dengan berkurangnya kapasitas banyak elemen dalam menahan beban, maka
kemudian struktur akan mencapai kapasitas ultimatenya dalam menahan beban.
Hal itu ditandai dengan parameter kekakuan yang menjadi negatif. Dengan
melihat kurva beban terhadap perpindahan global maka terlihat bahwa faktor
beban gelombang maksimum yang dapat diterima adalah 1.84, yang kemudian
ditetapkan sebagai rasio cadangan kekuatan (RSR) dari struktur.
145
2400295
1340142
1170134
240117
2400295
1320145
1350145
1180135
340118
Gambar VI. 15 Utilisasi plastis elemen pada kondisi ultimate (Faktor beban gelombang 1.84)
Kurva Hubungan Beban-Perpindahan
Setelah mencapai kondisi ultimate maka pembebanan dilakukan sampai beberapa
langkah pembebanan yang ditentukan sebelumnya. Tentu saja faktor beban yang
diberikan akan dikurangi tiap tahapnya.
Untuk bisa melihat hubungan faktor beban dengan perpindahan yang
dihasilkannya maka kemudian dibuat kurva beban-perpindahan dari struktur. Pada
kurva tersebut terlihat peristiwa-peristiwa penting seperti terjadinya leleh pertama,
terjadinya tekuk pertama, penggunaan kapasitas maksimum sebesar 1.10 kapasitas
plastiknya, seperti pada Gambar VI.15 berikut.
146
Beban terhadap Perpindahan
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Perpindahan (m)
Fakt
or B
eban
leleh pertama
kapasitas ultimate
tekuk pertama 1.10 kapasitas penampang
Gambar VI. 16 Kurva hubungan beban gelombang dan perpindahan yang dihasilkannya
Gaya geser dasar (Base Shear)
Dari USFOS kita juga bisa mengetahui gaya geser dasar (base shear) yang
diberikan pada struktur dari pembebanan statik pushover yang diberikan, sehingga
kita bisa melihat kapasitas struktur dalam menahan gaya geser dasar.
Momen guling (Overturning Moment)
Selain gaya geser yang mengenai struktur, USFOS juga memberikan keluaran
momen guling (overturning moment) pada struktur. Sehingga kapasitas struktur
dalam menahan momen guling juga dapat diketahui.
147
Base Shear vs Global Load
0.E+ 00
2.E+ 06
4.E+ 06
6.E+ 06
8.E+ 06
1.E+ 07
1.E+ 07
1.E+ 07
2.E+ 07
2.E+ 07
0 0.5 1 1.5 2
Faktor Beban
Base
She
ar (N
)
Gambar VI. 17 Base Shear terhadap faktor beban gelombang
Momen Guling vs Global Load
0.E+ 00
2.E+ 08
4.E+ 08
6.E+ 08
8.E+ 08
1.E+ 09
1.E+ 09
1.E+ 09
2.E+ 09
0 0.5 1 1.5 2
Faktor Beban
Mom
en G
ulin
g (N
.m)
Gambar VI. 18 Momen guling terhadap faktor beban gelombang
148
Perpindahan Global
Perpindahan global dari tiap titik pada struktur platform juga dapat diketahui dari
keluaran USFOS. USFOS memberikan kontur perpindahan untuk arah X, Y, dan
Z untuk semua titik pada struktur platform. Gambar berikut adalah kondisi
perpindahan titik pada struktur pada saat pemberian beban terakhir yang dapat
diterima struktur sebelum runtuh untuk pembebanan gelombang arah 270 derajat.
Gambar VI. 19 Perpindahan arah X
149
Gambar VI. 20 Perpindahan arah Y
Rasio Cadangan Kekuatan
Untuk mengetahui rasio cadangan kekuatan (RSR) dari struktur, maka harus
diketahui sebelumnya faktor beban dari beban gelombang yang kita berikan pada
struktur sampai struktur paltform mengalami kegagalan. Dengan faktor beban
tersebut kita dapat mengetahui seberapa besar faktor beban gelombang maksimum
yang masih dapat diterima oleh struktur. Dengan membuat grafik beban global
terhadap perpindahan global, maka kita dapat mengetahui faktor beban
maksimum yang dapat diterima oleh struktur dan pengaruhnya terhadap
perpindahan yang terjadi.
Permukaan Kegagalan (Failure Surface)
Dengan analisa statik non-linear maka kita mendapatkan nilai rasio cadangan
kekuatan (RSR) dari struktur untuk semua arah pembebanan, yaitu 0o, 45o, 90o,
150
135o, 180o, 225o, 270o, 315o. Didapatkannya rentang RSR maka akan memberikan
gambaran kapasitas ultimate struktur untuk semua arah gelombang datang. Nilai
RSR yang paling kecil merupakan arah pembebanan kritis dan paling menentukan
dalam keruntuhan struktur.
Tabel VI. 18 Nilai RSR untuk tiap arah pembebanan
Arah RSR 0o 2.2245o 2.3790o 2.22135o 2.29180o 2.45225o 2.12270o 1.84315o 1.96
Failure Surface
2.22
2.37
2.22
2.29
2.45
2.12
1.84
1.96
0.00
1.00
2.00
3.00RSR
Gambar VI. 21 Permukaan kegagalan dari struktur
151
VI.7.9 Kriteria Dan Syarat Batas
Setelah dilakukan analisa kapasitas non-linear dari struktur, maka didapatkan
bahwa struktur mempunyai cadangan kekuatan (RSR) kritis yaitu untuk arah 270
derajat sebesar 1.84. Tekuk yang terjadi pada kaki platform dan bresing pada
elevasi bawah (mendekati dasar) menjadi penyebab dari keruntuhan. Hal itu
dinilai karena terdapat konsentrasi massa yang tidak simetris pada bagian atas
(topside) dari struktur. Sehingga dengan memperhitungkan efek beban dan
perpindahan, maka akan menambah tegangan yang terjadi pada kaki platform
yang kemudian menyebabkan tekuk. Apabila tekuk tersebut dicegah, maka
platform bisa menahan beban yang lebih besar.
Menurut ISO/DIS 19902 RSR minimum yang harus dimiliki oleh struktur lepas
pantai adalah 1.85. API RP2A WSD mensyaratkan RSR minimum yang lebih
rendah yaitu 1.6. Dalam tesis ini, yang akan dijadikan acuan adalah kriteria
minimum adalah berdasarkan pada ISO/DIS 19902 sebesar 1.85.
Karena RSR kritis dari struktur tinjauan tidak lebih besar dari RSR minimum
yang disyaratkan ISO/DIS 19902 maka harus dilakukan analisa reliabilitas
struktur sebagai sebuah syarat analisa terakhir yang direkomendasikan oleh
ISO/DIS 19902 untuk mengetahui apakah struktur tinjauan tersebut dapat
dioperasikan.
VI.8 Analisa Reliabilitas Struktur
VI.8.1 Indeks Reliabilitas dan Kemungkinan Kegagalan
Analisa reliabilitas struktur dilakukan pada struktur tinjauan setelah didapatkan
bahwa kapasitas cadangan kekuatan struktur dari analisa non-linear tidak
mencukupi kriteria minimum yang disyaratkan.
Analisa reliabilitas struktur adalah suatu cara untuk menentukan kemungkinan
kegagalan dari suatu struktur terhadap beban yang diberikan kepadanya dengan
152
memperhitungkan sebanyak mungkin ketidak-pastian yang dapat disertakan dalam
analisis, baik ketidak-pastian dari beban maupun dari ketahanan strukturnya.
Cadangan kekuatan (RSR) kritis yang didapatkan dari analisa kapasitas ultimate
struktur akan dimasukkan sebagai salah satu faktor ketahanan struktur. Fungsi
permukaan kegagalan adalah peristiwa dimana gaya geser dari gelombang yang
terjadi sama dengan gaya geser desain untuk beban 100 tahunan yang sudah
dikalikan dengan rasio cadangan kekuatannya (RSR). Yang berarti beban yang
terjadi sama dengan kapasitas ultimate dari struktur.
Persamaan kondisi batas yang akan digunakan dalam analisa reliabilitas struktur
telah dijelaskan pada Bab V, yaitu pada persamaan (V.82) sebagai berikut
33111001
CC HCHCRSRg ⋅⋅−⋅⋅⋅= αξ (VI.12)
Dimana :
g adalah fungsi kegagalan struktur
ξ faktor yang memperhitungkan model ketidak-pastian dalam model
ketahanan
1C dan 3C merupakan koefisien beban yang digunakan untuk
menghubungkan tinggi gelombang dengan gaya geser dasar (base shear)
yang ditimbulkannya
100H adalah tinggi gelombang desain periode ulang 100 tahunan
1α adalah faktor yang memperhitungkan ketidak-pastian dalam pemodelan
beban
H adalah tinggi gelombang maksimum tahunan
Untuk melihat pengaruh dari tinggi gelombang terhadap gaya geser dasar yang
dihasilkannya pada jacket tinjauan di lokasi tinjauan Laut Natuna, maka kemudian
dilakukan analisa struktur jacket dengan menaikkan tinggi gelombang secara
bertahap.
153
Tinggi Gelombang vs Gaya Geser (Base Shear )
0
2
4
6
8
10
12
0 2 4 6 8 10 12 14
Tinggi Gelombang (m)
Base
She
ar (M
N)
AnalisaCurve-Fit
Gambar VI. 22 Hubungan tinggi gelombang dan gaya geser dasar yang dihasilkannya
Persamaan yang digunakan untuk curve-fitting adalah persamaan Heideman
(1980) seperti pada persamaan (V.24) yaitu sebagai berikut
( ) 321
CuCHCF ⋅+⋅= (VI.13)
Setelah melakukan analisa, didapatkan kurva yang mendekati dengan data
hubungan tinggi gelombang dengan gaya geser dasar (base shear) yang
dihasilkannya. Dalam melakukan curve-fitting factor pengaruh arus diabaikan
sehingga hanya ada dua variable hubungan tinggi gelombang terhadap gaya geser
dasar yang dihasilkannya. Persamaan kurva (curve-fit) yang dihasilkan yaitu
( ) 189.2038.0 HF ⋅= (VI.14)
Jadi
1C = 0.038
154
3C = 2.189
Sehingga parameter Ersdal (2005) akan dikoreksi menjadi 3C = 2.189 dapat
digunakan dan dinyatakan masih sesuai untuk kondisi lingkungan perairan Laut
Natuna.
Data tinggi gelombang maksimum tahunan untuk beberapa tahun pengamatan
harus didapatkan untuk mengetahui distribusi statistik dari gelombang yang
terjadi di perairan sekitar platform. Data yang diketahui adalah bahwa tinggi
gelombang terdistribusi dengan fungsi distribusi Gumbel ekstremal, dan nilai
tinggi gelombang periode ulang 100 tahunannya adalah 12.0 meter. Fungsi
distribusi Gumbel dalam bentuk PDF dan CDF telah diberikan pada Bab V, yaitu
sebagai berikut
( ) ( ) ( ){ }[ ]uxuxxfx −−−−−⋅= ααα expexp ∞≤≤∞− x (VI.15)
( ) ( ){ }[ ]uxxFx −−−= αexpexp ∞≤≤∞− x (VI.16)
Parameter u (lokasi, dalam hal ini median) dan α diberikan dengan
αμ 5772.0
+= ux (VI.17)
2
22
6απσ =x (VI.18)
Dengan memasukkan persamaan (VI.17) dan (VI.18) kepada persamaan (VI.16)
maka didapat sebagai berikut
( )
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
⎪⎪
⎭
⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪
⎩
⎪⎪
⎨
⎧
⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
+−−−=
2
22
2
6
5772.06
expexp
σπ
μσπ xxFx (VI.19)
( )⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
−⋅+⋅−−= 5772.066
expexp 2
2
2
2
μσπ
σπ xxFx (VI.20)
Parameter yang sudah diketahui yaitu tinggi gelombang desain untuk periode
ulang 100 tahun adalah 12.0, berarti
( )100
110.12 −=Fx
155
( ) 99.00.12 =Fx
Dengan memasukkan pada persamaan (VI.20) maka didapatkan
( )⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
−⋅+⋅−−= 5772.06
0.126
expexp0.12 2
2
2
2
μσπ
σπFx
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
−⋅+⋅−−= 5772.06
0.126
expexp99.0 2
2
2
2
μσπ
σπ (VI.21)
Jadi terdapat dua variabel statistik yang harus ditentukan, yaitu μ dan σ . Karena
dua parameter tersebut belum diketahui sebelumnya maka salah satu variabel
harus kita tentukan untuk dapat membuat fungsi distribusi statistik dari tinggi
gelombang. Dalam tesis ini digunakan referensi standar deviasi untuk perairan
Selat Makassar (Rohayati, 1999)
σ = 1.224
Sehingga dengan memasukkan nilai σ pada persamaan (VI.21) maka didapatkan
μ = 8.135 m
Jadi kita sudah mempunyai parameter statistik distribusi tinggi gelombang
maksimum yang dapat digunakan untuk analisa reliabilitas struktur.
Dengan analisa non-linear yang telah dilakukan, dan penelitian-penelitian
sebelumnya, maka berikut adalah resume parameter-parameter yang akan
digunakan dalam analisa reliabilitas struktur sebagai berikut
Tabel VI. 19 Parameter-parameter yang digunakan dalam analisa reliabilitas struktur
Parameter Deskripsi Nilai Keterangan
RSR Rasio cadangan
kekuatan
(Reserve
Strength Ratio)
1.84 Nilai tersebut berasal dari hasil
analisa kapasitas ultimate
1C Koefisien
beban
1.0 Faktor 1C dalam hal ini
terdapat pada ruas beban dan
ketahanan, sehingga dapat
dianggap sama dengan 1.0
156
Parameter Deskripsi Nilai Keterangan
3C Koefisien
beban
2.189 Ersdal (2005) menyatakan
3C berasal dari curve fitting
pada hubungan tinggi
gelombang dan gaya geser
dasar (base shear)
100H Tinggi
gelombang max
100 tahunan
12.0 m Tinggi gelombang 100 tahun
ini adalah tinggi gelombang
yang digunakan untuk kondisi
gelombang ekstrim pada
desain untuk lingkungan
perairan platform. Didapat dari
survey dan analisa metocean
ξ Ketidak pastian
pada ketahanan
Terdistribusi
normal dengan
ξμ =1.0 dan
ξσ = 0.1
Nilai tersebut diberikan oleh
Efthymiou et al (1996)
H Tinggi
gelombang
maksimum
tahunan
Terdistribusi
Gumbel
Ekstermal tipe I
dengan
hμ =8.135 m dan
hσ =1.224
Nilai parameter distribusi
statistik diturunkan dari nilai
tinggi gelombang maksimum
periode 100 tahunan
1α Ketidak-pastian
model
pembebanan
gelombang
pada struktur
Terdistribusi
normal dengan
αμ =1.0 dan
ασ =0.15
Nilai tersebut
direkomendasikan oleh Haver
(1995)
Nilai-nilai deterministik kemudian dimasukkan dalam persamaan (VI.12) diatas
sehingga menjadi
157
189.21
189.2100 0.10.1 HHRSRg ⋅⋅−⋅⋅⋅= αξ (VI.22)
189.21
189.2100 HHRSRg ⋅−⋅⋅= αξ (VI.23)
Parameter dengan ketidak-pastian kemudian akan diganti notasinya sebagai
berikut :
ξ=1X
12 α=X
HX =3 (VI.24)
Maka fungsi permukaan kegagalan dapat dituliskan dalam
189.232
189.21001 XXHRSRXg ⋅−⋅⋅= (VI.25)
Nyatakan 3μ′ dan 3σ ′ sebagai nilai rata-rata dan standar deviasi dari normal
ekivalen 3X ′ dari variabel non-normal 3X pada titik desain (design point). Lalu
selanjutnya variabel tersebut dinormalisasi
1
111 σ
μ−=
Xz 1111 μσ +⋅= zX
2
222 σ
μ−=
Xz 2222 μσ +⋅= zX
3
333 σ
μ′
′−=
Xz 3333 μσ ′+′⋅= zX (VI.26)
Nilai normalisasi variabel tersebut kemudian disubtitusikan kedalam persamaan
permukaan kegagalan menjadi
( ) ( ) ( ) 189.2333222
189.2100111 μσμσμσ ′+′⋅⋅+⋅−⋅⋅+⋅= zzHRSRzg (VI.27)
Selanjutnya dapat dihitung turunan parsial dari fungsi permukaan kegagalan
sebagai berikut
( ) 189.21001
1
HRSRz
zg⋅⋅=
∂∂
σ
158
( ) ( ) 189.23332
2
μσσ ′+′⋅⋅−=∂
∂ zz
zg
( ) ( ) ( ) 3189.1
3332223
189.2 σμσμσ ′′+′⋅⋅+⋅⋅−=∂
∂ zzz
zg (VI.28)
Pada titik desain (design point) dinyatakan βα ⋅= iiz dan ( ) 0=zg , sehingga
( ) ( ) 189.23332
2
μσβασ ′+′⋅⋅⋅−=∂
∂z
zg
( ) ( ) ( ) 3189.1
3332223
189.2 σμσβαμσβα ′′+′⋅⋅⋅+⋅⋅⋅−=∂
∂z
zg (VI.29)
dan
( ) ( ) ( ) 189.2333222
189.2100111 μσβαμσβαμσβα ′+′⋅⋅⋅+⋅⋅−⋅⋅+⋅⋅= HRSRg
( ) ( ) ( ) 189.2333222
189.21001110 μσβαμσβαμσβα ′+′⋅⋅⋅+⋅⋅−⋅⋅+⋅⋅= HRSR
( ) ( ) 189.2333222
189.21001
189.2100110 μσβαμσβαμσβα ′+′⋅⋅⋅+⋅⋅−⋅⋅+⋅⋅⋅⋅= HRSRHRSR
( ) ( ) 189.2333222
189.21001
189.210011 μσβαμσβαμσβα ′+′⋅⋅⋅+⋅⋅−⋅⋅=⋅⋅⋅⋅− HRSRHRSR
( ) ( ) 189.2
189.210011
333222189.2
1001
HRSRHRSR
⋅⋅⋅⋅−
′+′⋅⋅⋅+⋅⋅−⋅⋅=
σβαμσβαμσβαμ
β (VI.30)
Dengan nilai kosinus arah, α , sebagai berikut
( )189.210011
1 HRSRK
⋅⋅−= σα
( )( )189.233322
1 μσβασα ′+′⋅⋅⋅−−=K
( ) ( )( )σμσβαμσβαα ′′+′⋅⋅⋅′+′⋅⋅⋅−−= 189.13332223 189.21
K (VI.31)
dimana
21
23
1 ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
= ∑=i iz
gK (VI.32)
dan
1321 =++ ααα (VI.33)
159
Selanjutnya perlu ditentukan nilai-nilai inisial dari β , 1α , 2α , 3α , 3σ ′ , 3μ′ untuk
memulai iterasi perhitungan.
Setelah mendapatkan nilai baru dari β kemudian dilakukan perhitungan untuk
nilai-nilai yang baru dari 1α , 2α , dan 3α
Untuk variabel non-normal 3X , titik desainnya adalah
333*3 σβαμ ′⋅⋅+′=x (6.34)
Karena 3X mengikuti distribusi Gumbel Ekstermal tipe I maka PDF (Probability
Density Function) dan CDF (Cummulative Density Function) dari 3X adalah
sebagai berikut
( ) ( ) ( ){ }[ ]uxuxxfx −−−−−⋅= *3
*3
*33 expexp ααα (VI.35)
( ) ( ){ }[ ]uxxFx −−−= *3
*33 expexp α (VI.36)
dimana
21
2
2
6 ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
⋅=
xσπα (VI.37)
αμ 5772.0
−= xu (VI.38)
Setelah mendapatkan nilai PDF dan CDF dari *3x maka kemudian menghitung
nilai-nilai baru dari 3σ ′ dan 3μ′ dengan persamaan berikut
( )( )[ ]
( )*33
*33
1
3 xfxxFx−Φ
=′φ
σ (VI.39)
( )[ ]3
*33
1*33 xxFxx σμ ′Φ−=′ − (VI.30)
Jadi sudah didapatkan nilai-nilai baru dari β , 1α , 2α , 3α , 3σ ′ , 3μ′ . Dan iterasi
perhitungan kembali dilakukan untuk mendapatkan indeks reliabilitas β yang
konvergen.
160
Dalam perhitungan mencari indeks reliabilitas, nilai inisiasi dari β akan sangat
menentukan hasil konvergen dari β . Maka dari itu iterasi akan menggunakan
solver dari Microsoft Excell untuk mendapatkan nilai inisiasi β yang
menghasilkan β yang konvergen. Kontrol dari perhitungan adalah nilai β yang
konvergen dan nilai fungsi kegagalan sama dengan nol (g(x)=0).
Tabel VI. 20 Perhitungan reliabilitas
iteration 1 2
Δβ -1.861 0.000
g 3.62E-01 β 5.339 3.477 3.477
dg/dz1 38.242
α1 -0.707 -0.543
dg/dz2 -24.534
α2 0.500 0.348
dg/dz3 -53.837
α3 0.500 0.764
K 70.448
Σα2 1.000 1.000
z1 -3.774 -1.888
z2 2.669 1.211
z3 2.669 2.658
X3* 11.388
αgumbel 1.048
ugumbel 7.584
fx3(X3*) 0.019
Fx3(X3*) 0.982
σ3' 1.224 2.361
μ3' 8.135 6.458
Pf 4.68E-
08 2.53E-04
Jadi struktur yang ditinjau mempunyai indeks reliabilitas β =3.477 dan peluang
kegagalannya Pf=2.53E-04. Hal itu berarti dengan nilai RSR sebesar 1.84, maka
161
struktur diperkirakan akan mengalami kemungkinan kegagalan sekali dalam 3950
tahun. Kemungkinan kegagalan itu merupakan kemungkinan dari beban
gelombang yang mengenai struktur akan lebih besar dari ketahanan struktur dalam
menahan beban gelombang. Atau dengan kata lain kemungkinan terjadi
gelombang yang dapat mengakibatkan kegagalan adalah sekali dalam 3950 tahun.
Namun begitu tidak berarti gelombang tersebut hanya terjadi sekali dalam 3950
tahun, tetapi peluang terjadinya adalah 1/3950 pertahun atau 2.53E-04 pertahun.
Dengan mengambil beberapa nilai RSR, maka dapat dibuat grafik kemungkinan
kegagalan terhadap nilai RSR dari struktur. Dengan grafik tersebut, maka kita
dapat mengetahui nilai RSR yang harus dicapai struktur dengan suatu target
reliabilitas tertentu. Dengan mengetahui nilai RSR yang harus dicapai, maka
struktur dapat diberi perkuatan dan perbaikan hingga nilai rasio cadangan
kekuatannya memenuhi yang diharapkan. Grafik perbandingan kemungkinan
kegagalan (Pf) terhadap rasio cadangan kekuatan (RSR) pada jacket tinjauan di
lokasi Laut Natuna dibandingkan dengan grafik serupa untuk penelitian
sebelumnya di Lokasi Laut Utara Norwegia. Terlihat bahwa grafik mengalami
kecenderungan (trend) yang sama tetapi kemiringan yang berbeda. Kemiringan
dari kurva di Laut Natuna lebih tajam yang berarti kenaikan atau penurunan
kemungkinan kegagalan terhadap RSR lebih besar dibandingkan di lokasi Laut
Utara. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan distribusi tinggi gelombang
maksimum yang terjadi antara dua lokasi tersebut.
162
Pf terhadap RSR
Pf Laut Natuna
Gambar VI. 23 Kemungkinan kegagalan untuk nilai RSR yang berbeda
VI.8.2 Kriteria dan Syarat Batas
Dalam ISO 19902, tingkatan tertinggi dari penilaian kembali suatu struktur adalah
analisa reliabilitas struktur. Dalam ISO 19902 disebutkan bahwa penggunaan
analisa reliabilitas struktur membutuhkan perhatian yang ekstra dan disana
terdapat kekurangan pengetahuan tentang statistik untuk dapat menyertakan
rekomendasi atau persyaratan dalam standar. ISO 19902 menyebutkan bahwa,
karena reliabilitas yang ditentukan dengan analisa reliabilitas struktur sangat
tergantung dari pengetahuan dan kemampuan analis dan data yang digunakan
sebagai dasar analisa, maka tidak dimungkinkan untuk menyediakan kriteria
syarat batas dalam standar tersebut. Direkomendasikan dilakukan validasi
menyeluruh terhadap teknik dan aplikasi dari teknik tersebut, dan bahwa kriteria
syarat batas harus disepakati antara regulator dan pemilik.
Namun begitu, terdapat beberapa peneliti yang menentukan batas resiko yang
dapat diterima untuk beberapa jenis struktur, seperti berikut
163
Tabel VI. 21 Resiko yang dapat diterima dari struktur
Jenis Struktur Resiko yang dapat diterima
Struktur beton dan baja dengan beban permanen 10-3
Struktur beton dan baja dengan beban sementara 10-2
Pusat tenaga nuklir dengan beban permanen 10-7 – 10-6
Pesawat terbang 10-5 – 10-4 (sumber:Reliability Analysis dan LRFD, Indra Djati Sidi, 1998)
Struktur bangunan lepas pantai adalah struktur dengan kombinasi beban permanen
dan beban tetap. Menurut tabel di atas, maka resiko kegagalan yang dapat
diterima adalah dibawah 10-3. Kemungkinan kegagalan struktur yang didapatkan
adalah 2.53E-04, sehingga bila mengacu terhadap tabel di atas, maka
kemungkinan kegagalan dari struktur akibat beban gelombang adalah lebih kecil
dari resiko kegagalan yang dapat diterima, dan struktur dapat dinyatakan aman
untuk digunakan. Walaupun demikian, kesepakatan dari regulator dan pemilik
platform dapat menghasilkan target kemungkinan kegagalan yang lebih tinggi
atau lebih rendah.
164
Contents
Bab VI Studi Kasus ......................................................................................... 110
VI.1 Tinjauan Studi Kasus .......................................................................... 110
VI.2 Deskripsi Studi Kasus ......................................................................... 111
VI.2.1 Struktur Jacket ............................................................................ 111
VI.2.2 Struktur Dek................................................................................ 112
VI.2.3 Perlengkapan (Appurtenances) ................................................... 112
VI.3 Pembebanan ........................................................................................ 115
VI.3.1 Beban Mati Struktur.................................................................... 115
VI.3.2 Beban Perlengkapan (Appurtenance Load) ................................ 115
VI.3.3 Beban Lingkungan (Environmental Load) ................................. 115
VI.3.4 Beban Bagian Atas (Topside Load) ............................................ 116
VI.4 Kriteria Lingkungan............................................................................ 117
VI.4.1 Kedalaman Perairan .................................................................... 117
VI.4.2 Angin........................................................................................... 118
VI.4.3 Kriteria Gelombang..................................................................... 119
VI.4.4 Profil Arus................................................................................... 119
VI.4.5 Current Blockage Factor ............................................................ 119
VI.4.6 Wave Kinematics Factor ............................................................. 120
VI.4.7 Profil Marine Growth.................................................................. 120
VI.4.8 Koefisien Hidrodinamik.............................................................. 121
VI.5 Material Baja....................................................................................... 121
VI.6 Skenario Subsidence ........................................................................... 122
VI.7 Analisa Non-Linear Struktur............................................................... 124
VI.7.1 Pemodelan di USFOS ................................................................. 124
VI.7.2 Model Elastic-Perfectly-Plastic .................................................. 125
VI.7.3 Model Leleh Parsial Dan Strain Hardening................................ 127
VI.7.4 Permukaan Interaksi Untuk Tubular Berdinding Tipis............... 131
VI.7.5 Bifurkasi dan Tekuk.................................................................... 132
VI.7.6 Model Jacket Tinjauan................................................................ 135
VI.7.7 Kondisi Pembebanan................................................................... 135
165
VI.7.8 Hasil Analisis .............................................................................. 137
VI.7.9 Kriteria Dan Syarat Batas............................................................ 151
VI.8 Analisa Reliabilitas Struktur ............................................................... 151
VI.8.1 Indeks Reliabilitas dan Kemungkinan Kegagalan ...................... 151
VI.8.2 Kriteria dan Syarat Batas ............................................................ 162
Gambar VI. 1 Keyplan Platform Studi Kasus ..................................................... 113
Gambar VI. 2 Elevasi Penting Struktur .............................................................. 114
Gambar VI. 3 Arah pembebanan lingkungan ..................................................... 115
Gambar VI. 4 Diagram tegangan – regangan baja.............................................. 122
Gambar VI. 5 Permukaan kegagalan penampang ............................................... 126
Gambar VI. 6 Kelelehan parsial dan strain hardening diformulakan menurut
konsep permukaan batas (momen M/Mp terhadap gaya aksial P/Po) ................ 128
Gambar VI. 7 Analogi antara ruang tegangan multidimensi dengan kurva
regangan-tegangan uniaksial............................................................................... 131
Gambar VI. 8 Permukaan interaksi batas bawah ketika 0=iβ dan 1=z ......... 132
Gambar VI. 9 Kurva beban-perpindahan dengan titik batas A dan titik bifurkasi B
............................................................................................................................. 132
Gambar VI. 10 Model Elemen Hingga di USFOS.............................................. 134
Gambar VI. 11 Elemen yang mengalami leleh pertama (utilisasi elastik).......... 139
Gambar VI. 12 Utilisasi elastik pada faktor beban gelombang 1.233 (step 8/40)
............................................................................................................................. 140
Gambar VI. 13 Utilisasi plastis struktur pada faktor beban gelombang 1.607 (step
8/90) .................................................................................................................... 142
Gambar VI. 14 Kondisi pada faktor beban gelombang 1.614 pada saat tekuk
terakhir terjadi (step 8/110)................................................................................. 143
Gambar VI. 15 Utilisasi plastis elemen pada kondisi ultimate (Faktor beban
gelombang 1.84).................................................................................................. 145
Gambar VI. 16 Kurva hubungan beban gelombang dan perpindahan yang
dihasilkannya ...................................................................................................... 146
Gambar VI. 17 Base Shear terhadap faktor beban gelombang ........................... 147
Gambar VI. 18 Momen guling terhadap faktor beban gelombang ..................... 147
166
Gambar VI. 19 Perpindahan arah X.................................................................... 148
Gambar VI. 20 Perpindahan arah Y.................................................................... 149
Gambar VI. 21 Permukaan kegagalan dari struktur............................................ 150
Gambar VI. 22 Hubungan tinggi gelombang dan gaya geser dasar yang
dihasilkannya ...................................................................................................... 153
Gambar VI. 23 Kemungkinan kegagalan untuk nilai RSR yang berbeda........... 162
Tabel VI. 1 Beban Dek........................................................................................ 116
Tabel VI. 2 Beban Rig ........................................................................................ 117
Tabel VI. 3 Elevasi kedalaman perairan ............................................................. 118
Tabel VI. 4 Kecepatan angin desain ................................................................... 118
Tabel VI. 5 Data Gelombang .............................................................................. 119
Tabel VI. 6 Profil arus......................................................................................... 119
Tabel VI. 7 Current Blockage Factor ................................................................. 119
Tabel VI. 8 Wave Kinematics Factor.................................................................. 120
Tabel VI. 9 Profil Marine Growth ...................................................................... 120
Tabel VI. 10 Koefisien hidrodinamik untuk analisa In-place............................. 121
Tabel VI. 11 Propertis Material Baja .................................................................. 121
Tabel VI. 12 Beban Dasar................................................................................... 135
Tabel VI. 13 Tahapan pemberian dan faktor beban............................................ 136
Tabel VI. 14 Kejadian leleh pada struktur .......................................................... 140
Tabel VI. 15 Kejadian sendi plastis kondisi plastik penuh pada struktur ........... 141
Tabel VI. 16 Tekuk yang terjadi pada struktur ................................................... 142
Tabel VI. 17 Penggunaan 1.10 kapasitas penampang......................................... 144
Tabel VI. 18 Nilai RSR untuk tiap arah pembebanan......................................... 150
Tabel VI. 19 Parameter-parameter yang digunakan dalam analisa reliabilitas
struktur ................................................................................................................ 155
Tabel VI. 20 Perhitungan reliabilitas .................................................................. 160
Tabel VI. 21 Resiko yang dapat diterima dari struktur....................................... 163