BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan -...
Transcript of BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan -...
1
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Persekutuan Dale Esa yang dimiliki oleh Masyarakat desa Bokonusan
merupakan modal sosial. Dalam hal ini, modal jaringan sosial dalam bentuk kerja
sama antar anggota mayarakat melalui hubungan sosial yang dimiliki masyarakat,
norma sosial yang meliputi kewajiban-kewajiban masyarakat dalam beriteraksi
terhadap sesama anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, dan
trus/kepercayaan sosial antara masyarakat yang tertanam dalam diri masing-
masing, berserta harapan dan cita-cita bersama untuk membangun.
Pertama jaringan sosial yang dimiliki mengacu kepada hubungan sosial
kerjasama antar keluarga yang memiliki hubungan sosial yang lebih besar seperti
terbentuknya kelompok sosial (Leo) berdasarkan garis keturanan ayah karena
semakin bertambahnya anggota. Dalam hal ini, adanya hubungan sosial yang
terbentuk melalui ikatan perkawinan secara adat istiadan yang menyebabkan
adanya kerjasama. Kedua, norma sosial yang dimiliki mengacu kepada kewajiban-
kewajiban antarara anggota masyarakat untuk saling bekerja sama serta larangan-
larangan seperti, perbuatan mengambil harta/benda orang tanpa meminta ijin
(namanako/nakoda/nako), apa bila melakukan tindakan seperti itu akan muncul
sanksi-sanksi adat yang diberlakukan demi menegakan norma-norma keadilan.
Ketiga, trust/kepercaya sosial yang dimiliki oleh masyarakat melalui
hubungan sosial masyarakat dalam bentuk kerja sama antar anggota masyarakat,
dengan adanya ikatan perkawinan sesuai aturan adat istidat. Sehingga dalam ikatan
tersebut muncul kesadaran serta ide-ide untuk bekerja sama. Dalam hal ini, muncul
harapa-harapan serta cita-cita bersama untuk saling bekerja sama. Bentuk kerja
sama antar anggota masyarakat tidak terlepas dari adanya hubungan kerjasa timbal
balik antara masyarakat atau di kenal oleh masyarakat dengan istilah kerja
bergantian/bergilir (Toi Tangangati Ao) dari satu kebun ke kebun yang lain (Neme
2
Esa Tinin Leo Tini Feke Neu). Bentuk norma sosial yang terapkan dalam
masyaraka desa Bokonusan memiliki harapan, dalam arti bahwa masyarakat
dengan kewajiban bekerjasam dari kebun satu ke kebun lain akan menghemat
waktu serta menghemat biaya untuk menyewa orang untuk bekerja.
6.2. Saran
Hadirnya persekutuan Dale Esa yang terbentuk pada masyarakat di Desa
Bokonusan, dimana masyarakat saling berinteraksi satu sama lain merupakan satu
bentuk hidup yang sejahtera dalam kekebersamaan (Dale Esa, Dado Esa dan Tatao
Esa) adalah makna dari persekutuan Dale Esa. Dalam hal ini mengandung hubunga-
hubungan sosial, kewajiban-kewajiban serta harapan/cita-cita bersama untuk
mebangun dalm kehidupan bersam.
Sehingga dengan kehadaran persekutuan Dale Esa yang di bentuk dan di
praktekan dalam pergaulan kehidupan sehari-hari pada masyarakat desa
Bokonusan, perlu di jaga, di pertahankan, dan perlu ditingkat bersama. Untuk
menjaga, mempertahankan, serta menigkatan persekutuan Dale Esa pada
masyarakat desa Bokonusan, di harapkan seluruh lapisan masyarakar mulai dari
tokoh-tokoh adat, instansi-instansi seperti aparatur desa serta masyarakat ikut
memgambil bagian memebrikan bimbingan kepada anak-anak mudah sehingga
mereka tidak mudah terpengaruh oleh kehidupan modern pada zaman ini, atau
dengan adanya budaya laur yang mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
3
Bungin, Burhan. 2003, Metode Peneltian Sosial. Jakarta, Raja Grafindo Perkasa
Damsir dan Indrayani. 2009, Pengantar Sosologi Ekonomi. Jakarta,
Prenadamedia Group.
Fashri, Fauzi. 2014, Pierre Boudieu Menyingkap Kuasa Simbol. Yogyakarta,
Jalasutra.
Field, John. 2014. Modal Sosial. Bantul, Kreasi Wacana.
Ihalauw, John J. O.I, 2003. Bangunan Teori. Salatiga: Fakultas Ekonomi,
UKSW.
Koentjaraningrat. 1981, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta, PT
Gramedia.
Lawang. Z. M. Robert. 2004, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu
Pengantar. Kampus FISIP UI, Fisip UI Press.
Maran. R. Rafael. 2007, Pengantar Sosiologi Politik Suatu Pemikiran Dan
Penerapan. Jakarta, PT Rineka Cipta.
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman, 1992. Aanalisis Data Kualitatif:
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Terjemahan Rohidi, Tjetjep
Rohendi). Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy. J. 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Rosdakarya.
Nanawi, Hadiri.2003,Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University.
Purwadi. 2005, Upacara Tradisi Jawa Menggali Untaian Kearifan Lokal.
Yogyakarta, Pusataka Pelajar.
Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian, Yogyakarta, Gadja
Mada University Press.
Rintuh, Cornelis dan Miar. Kelembagaan Dan Ekonomi Masyarakat. Yogyakarta,
BPFE-Yogyakarta.
Ritzer, George. 2014, Teori Sosiologi Modern Edisi Ketujuh. Jakarta,
Prenadamedia Group.
Ranjabar, Jacobus. 2013, Sistem Sosisial Budaya Indinesia Suatu Pengantar.
Bandung, Alfabeta.
4
Santoso, Imam. 2014, Pengembangan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Lokal.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2008, Memahami Peneltian Kualitatif. Bandung, Penerbit Alfabet.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2001.Teknik Sampling. Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama.
Salim, Agus. 2006. Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk
Penelitian Kualitatif, Edisi Kedua. Yogyakarta, Tiara Wacana.
Therik. A. M. Wilson. 2015, Relasi Negara Dan Masyarakat Di Rote. Salatiga,
Satya Wacana University Press.
Waluya. 2007, Sosiologi: Melayani Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta,
Grafindo Persada.
5
Lampiran 1. Hasil Wawancara Dengan Pemangku Adat
Nama : Yes Polly
Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Petani
Jemis kelamin : laki-laki
Hari/tanggal waktu : 03 maret 2017
Lokasi : Desa Bokonusan
No. HP : 08123800589
Y: Bagaimana masyarakat kondisi pengelolan lahan di desa Bokonusan ?
B: Biasana dahena loi tao tini babeu sonno, lia pertaman sonno ala hule isin leo dae
lamatua, boe ma fe doi fafola fela no doi dae mina fen loe neu dae lamatua neu.
Setiapna ala fe laki esa teu esa. Boe ma kaduana nonno, ala tao hahoka/hoka
dahena ngolo dale mai labantu ao loi sasapu tini, lia sebelumna ala hule dae neme
dae lamatua mai ka. (Biasanya orang yang mau membuat kebun baru, yang
pertama itu pergi meminta izin sama tuan tanah, kemudian kasih uang asah
parang atau doi favola fela dengan Dae Mina atau pajak tanah diberikan pada
pemilik tanah dalam setiap tahun sekali. Yang kedua, orang itu, Hoka/Hahoka
atau pergi undang ke rumah-rumah orang di kampung datang bantu kerja sama-
sama bersihkan kebun, yang sudah dikasih izin sama pemilik tanah itu)
Y: Seperti apakah bentuk kekeratan masyarakat desa Bokonusan?
B: Na Beu itu acara atau kegiatan masyarakat berkumpul makan bersama dengan
keluarga bersam sahabat di setiap RW ketika mau mulai panen hasil dikebun.
Dalam acara itu setiap KK bawa jagung mudah satu tali isi 20 bulir, waktu
kumpul dari jam tiga sore sampai jam lima sore untuk dimasak di salah satu
rumah warga sebagai tempat acara, selanjut acara doa bersama dan makan
bersama.
Y: Atas dasar apakah Dale Esa terbentuk ?
B: Karna kesadaran masyarakat, dengan kesadaran tersebut melalu persekutuan
Dale Esa, masyarakat bisa berkumpul dapat berbagi beban sama-sama dan
menanggung beban bersama-sama. Artinya di dalam Dale Esa masyarakat
tidak memandang apa agamanya, suku dan warna kulit, rambut lurus atau
6
keriting dan berasal dari marga/fam apa, masyarakat tidak melihat itu sebagai
ukuran. Tapi ketika masyarakat ikut dalam persekutuan untuk bekerja sama
adalah hal yang penting maka dengan sendirinya masyarakat dapat
membangun ikatan satu dengan yang lain dengan merasa saling memiliki
melalui nilai/norma yang berlaku masyarakat sehingga mereka saling percaya
satu sama lain untuk kerja sama.
Y: apa yang di rasakan oleh masyarakat, serta manfaat dalam Dale Esa ?
B: Ya saya merasa senang karena merasa terbantu ketika saya mau kerja kebun saya
tidak perlu bayar orang lagi untuk membantu saya di kebun, jadi di dalam
persekutuan Dale Esa orang-orang saling kerja sama satu sasah kita semua bantu
dengan apa yang kita untuk saling tolong. Dari situlah saya merasa senang dan
didalam Dale Esa tidak membedakan kamu marga/fam apa dari suku apa intinya
satu hati kerja sama.
Y: Apa istilah hubungan kelelurga ?
B: To’o itu saudara laki-laki dari ibu, misalnya kayak satu laki-laki dari leo mumuk
yang fam doky kawin dengan perempuan dari leo heanteik yang fam beeh dan
kalu sudah punya anak berarti anak itu penggail saudara laki-laki dari ibu dengan
panggilan to’o atau paman.
Y: Bagaimana terbentuknya Leo ?
B: Contohnya, ada satu laki-laki dengan perempuan kawin, kemudian mereka
bentuk jadi rumah tangga. Untuk marga itu ada karena dalam rumah tangga itu
semakin bernanak banyak sehingga ada kumpulan marga itu. Nah semakin
tambah beranak dalam marga itu mereka berkumpul buat Leo itu. Jadi di dalam
Leo itu ada rumah tangga, dengan marga sehingga semakin banyak marga
mereka kumpul jadi Leo maka, di Leo itu ada satu orang yang pimpin biasa sebut
Lasi Leo.
Y: Seperti apakah tradisi Dale Esa dalam Perkawinan ?
B: Biasanya dalam urusan perkawinan disebut Tuku Beli, apa bila seorang laki-laki
ingin kawin tetapi harga mas kawin dia tidak mampu hal yang dilakukan itu
kumpul keluarga termasuk leo-leo yang punya hubungan sama kayak To’o dan
kerabat yang ada di kampung atau di luar desa. Kemudian orang-orang mulai
datang Tuku Beli kawin disambut dengan minuman dan makan setelah itu orang
mulai kasih belis/mas kawin berupa uang, beras, dengan hewan dan setiap orang
yang kasih dicatat. Jadi satu susah kita semua bantu dengan kasih kumpul kakak,
7
adik, to’o dengan sahabat untuk bantu yang susah itu yang di sebut persekutuan
Dale Esa.
Y: Bagaimana cara melamar seorang perempuan untuk dinikahi ?
B: Dalam acara lamaran atau Maso Minta untuk memberikan pinangan. Pertama
dilakukan oleh pihak keluarga besar laki-laki yang hendak menuju pada
panggung pernikahan adalah menyedian ongkos kawin “beli” yang akan
diserahkan kepada pihak keluarga perempuan sesuai kesepakatan bersama antara
kedua belah pihak keluarga, penyerahan tersebut tidak hanya diberikan begitu
saja tetapi melalui aturan adat istiadat yang berlaku yaitu menyertakan tua-tuan
adat sebagai pemangku adat di masyarakat beserta keluarga besar dari bapak dan
ibu.
Y: apakah yang dilakukan saat ada kematian/kedukaan ?
B: Jadi itu peristiwa terjadi pada saat ada kematian misalnya, ada satu orang
meninggal dari fam leka dari Leo Laha dan orang yang meninggal punya suami
fam Tene dari Leo Lengumau, maka fam tene itu disebut To’o. Lalu To’o-To’o
itu datang bawa uang, beras, babi, ayam untuk keperluan orang-orang gali
lubang dengan orang-orang yang urus peti mayat dan orang-orang yang dayang
melayat. Kemudian To’o kasih mandi mayat, kasih pake pakian mayat, kasih
masuk mayat di peti mayat sampe dengan kubur.
Y: Apakah tradisi dalam acara kematian ?
B: Acara To’o Huk biasa ini dilakukan dengan acara adat istiadat misalnya kelaurga
besar duka bawa beras dua kilo, bawa ayam dua dengan kepala serta dia punya
jatung lengkap sebagai tanda terima kasih dengan rasa hormat. Tujuan acara
To’o Huk itu memperkuat dan mepererat tali persaudaraan antara kelaurga besar
bapak yang berduka dengan kelaurga bersar istri yang meninggal atau, To’o Huk
wajib lakukan adat sopan santu.
Y: Bagaimana bentuk partisi pasi masyarakat dalam pembanguna ?
B: Jadi Sasani/Sini Uma itu adalah kigiatan dalam membantu untuk mengatap
rumah orang yang diatap pakai daun lontar atau Tuak, biasanya setiap 2- 3 tahun
sekali baru ganti. Biasanya pemilik rumah dia mulai kasih undangan
(Hoka/Hahoka) lewat saudara, sama tetang, sahabat untuk kasih tau warga lain.
Untuk sama-sam bantu setiap orang bawa satu ikat daun lontar dengan 25 isi
lembar serta tali pengikat (Lidi Sini) itu wajib, untuk mengikat diatap rumah,
kalau soal biaya makan minum ditanngang sama pemilik rumah dan juga ada
8
yang bawa makan dengan minum dari rumah masing-masing. Tapi bawa makan
minum sendiri itu kemauan sendiri bukan dipaksaan intinya kesadaran diri.
Y: Apakah tujuan Sasini/Sini Uma ?
B: Tujuan atap rumah bersama itu sebenarnya bentuk Dale Esa karena setipa orang
yang hadir disitu karena ada kesadaran bersama. Artinya orang memiliki rasa
prihatin terhadap orang lain dengan saling membatu untuk sama-sama
membangun, tetapi orang yang datang kesitu tujuan bantu untuk dapat uang
berarti bukan Dale Esa karna di dalam Dale Esa itu orang pandang bilang sekali
dia tidak punya apa-apa tetapi dia punya tenaga datang membantu itu yang
penting, jadi intinya kerja sama itu penting.
Y: Bagaimana menyelesaikan konflik dalam masyarakat ?
B: pertama adalah kasih nasehat, apa bila orang masih melakukan tindakan
mengambil benda yang bukan miliki dian tanpa diketahui sama pemilik maka,
segera di laporkan kepada pemangku adat atau lasi-lasi dengan Mane Leo untuk
di kasih nasehat sehingga tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kedua nesehat
dan teguran yang keras, apa bila masih melakukan hal yang sama maka, dia
berikan sanksi sesuai perindungan sampai mengambil keputusan memberikan
sanksi kepada pelaku tersebut sehingga tidak melakukan tindakan yang tidak
inginkan oleh masyarakat pada umumnya.
9
Lampiran 2. Hasil Wawancara Dengan Pemangku Adat
Nama : Esrom. Beeh
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Petani
Jemis kelamin : Laki-laki
Hari/tanggal waktu : 26 oktober 2017 dan 29 febfruari 2017
Lokasi : Desa Bokonusan
No. HP : 085737993533
Y : berapa Leo yang ada di desa Bokonusan ?
B: jadi kalo leo yang ada di desa Bokonusan itu ada beberapa Leo, jadi leo yang
ada itu, sekitar sembilan. Ee....em...Ia ada sembilan Leo. Leo Mumuk, Leo
Heanteik, Leo Laha, Leo lengumau, Leo Ina Bui, Leo Sani, Leo Mansea, Leo
Talakoko dan Leo Biu. Ia itu sembilan Leo tida ada lagi.
Y: Apa filosofi di Dale Esa ?
B: Maing ita kaka fadik taka babua manu sinna, maing ita taka babua leo busa koli
ho sama le busa koli ho kela ita tesi bea sonno taka babua leo busa koli.Tesi bea
sonno kai fea falia lia,ma dapa lima tala teu bea sonna oe dadi falia lia.Ma mate
kela bea mama na,kela bea mama na sono ita basa maman lilia,ma mate kela bia
papa na,kela bea papa na sonna ita basa papa na lilia.
(maksudnya, dalam hidup ini kita pelur belajar seperti merpati patih yang selalu
setia diamana merpati putih terbang kemana-mana selalu bersama-sama dan
pasti kembali pada tempatnya, seperti hewan peliharaan (busa koli) yang selalu
setia bersama tuannya kemana pun pergi karena tuannya menganggap hewan
peliharaan adalah bagian darinya bagitu pula, bila dalam satu kehidupan ada
seorang ibu yang sudah meninggal dunia, tetapi masih ada ibu lain yang hidup
maka ibu tersebut adalah ibu kita bersama begitu pula dengan seorang ayah
meningal dunia dan masih ada yang hidup maka ayah tersebut adalah ayah kita
bersama).
Y: apa yang di lakukan pada kondisi musim hujan ?
10
B: Jadi, biasanya musim hujan tiba kan orang-orang mulai menanam di kebun itu
beramai-rami, mulai satu undang satu untuk kerja bergilir dari satu kebun ke
kebun lain, sebaliknya dengan pas musim panen sampai selesai. Nah kegiatan
biasa orang-orang sebut dalam bahasa daerah itu Madene dan kegiatan ini setiap
tahun dilakukan oleh orang-orang setiap tahun.
Y: Setiap bulan apakah masyarakat mencari ikan di laut?
B: Biasanya musim pukat ikan mulai dari bulan juli sampai oktober biasa orang
sebut bula papuka ika. Selama bulan papuka ini orang biasa mulai berang ke laut
itu jam tiga pagi pulang sampai jam dua belas siang. Biasanya orang pulang dari
laut itu bawa di bakul, kadang mereka bawa 2- 4 sekali berangkat. Alat yang
orang pakai tangkap ikan pukat senar, dengan perahu sampan dan dayung dari
kayu.
Y: Apa tujuan Na Beu ?
B: Tujuan Na Beu itu bukan hanya berdoa, makan kumpul bersama. Tetapi
sebenarnya, dengan doa, makan dan kumpul bersama tujuannya mengucap
syukur atas hujan dan air yang diberikan sama Tuhan sebagai berkat. Selain
untuk mengucap syukur doa, makan dan kumpul bersama kita membuat kegiatan
Na Beu itu menunjukan bahwa masih menjaga dan mempertahan hubungan
kekeluargaan dan mau terlibat mempertahankan kehidupan bersama dengan
orang lain dalam kegiatan Na Beu itu.
Y: apakah fungsi Lasi Leo dan Mane Leo ?
B: Jadi kalau yang punya kuasa yang paling tinggi dalam satu Leo itu Lasi Leo.
sedangkan yang paling tinggi di punya kuasa dari semua lasi leo itu mane leo.
Tugas lasi leo itu menyelesaikakan masalah di dalam leo yang sudah berkumpul
dari berbagai marga dan rumah tangga itu. Sedangkan untuk mane leo tugasnya
itu selesaikan masalah antar leo yang sama-sama dengan lasi-lasi leo semua cari
jalan keluar untuk diputuskan bersama dengan mane leo sesuai adat yang ada.
11
Lampiran 3. Hasil Wawancara Dengan Pemangku Adat
Nama : Yeskial Leka
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Petani
Jemis kelamin : laki-laki
Hari/tanggal : 29 oktober 2016 dan 01 maret 2017
Lokasi : Desa Bokonusan
No. HP : 0811236231218
Y: sejak kapan Dale Esa terbentuk ?
B: Ia, sejak dulu hingga sekarang dale esa sudah ada. Jadi Dale Esa atau satu hati
itu di bentuk oleh beberepa orang tua dari dulu dia tidak dari satu keluarga dari
bebabagai tokoh yang mempunyai satu prihatin terhadap kampung atau desa ini
sehingga dong membuat satu persekutuan untuk membimbing masyarakat mau
di bawah ke arah mana. ide-ide dari berbagai tokoh seperti leo mumuk, leo laha,
leo ina bui, leo biu, leo mansea, leo talakoko, leo heanteik, leo lengumau dengan
leo sani, dari leo-leo itu bakumpul untuk dong berpikir dan dong bangun satu ide
yang dong sebut Dale Esa. Jadi itu Dale E su ada dari dulu sampe sekarang, tapi
kapan, tanggal berepa, hari apa dan tahun berapa bapa sonde tau ko bapa lahir
dengan lahir itu barang su ada na.
Y: Mengapa masyarakat membentuk Dale Esa ?
B: Jadi keputusan-keputusan yang di buat tidak bersifat pribadi tetapi bersifat
umum, tokoh-tokoh masyarakat seperti dari masing-masing leo yang sudah saya
sebut pada awal tadi, kala itu untuk menjalankan keputusan yang sudah
disepakati bersama-sama salah satu alasan bahwa, dalam hidup bersama di satu
tempat adalah kerja bersama. Hal ini terjadi karena pada waktu dulu kala orang-
orang tinggalnya berjauhan dan sering terjadi bencana kebakaran rumah,
sehingga korban bencana sulit untuk mendapatkan bantuan karena kondisi
tempat tinggal berjauhan. Lalu dasar yang dibangun masyarakat kala itu adalah
ringan sama-sama dijinjing beban sama-sama di pikul. sehingga timbul ide dari
masyaraakat untuk membentuk persekutuan yang di sebut satu hati atau dalam
bahasa Ibu yaitu Dale Esa).
12
Y: bagaimana mempethan nilai Dale Esa ?
B: sila, esa harus lanea dale esa lia bosok esa lakame esa. (Artinya melalu
kesepakatan lisan atau Hahelu dalam persekutuan Dale Esa, untuk menjaga
keutuhan Dale Esa itu tetap ada terus dalam masyarakat, masyarakat harus
benar-benar menjaga dan menerapkan berdasarkan nilai keharmonisan dalam
masyarakat).
Y: di dalam leo itu apakah terdiri dari satu marga/fam ?
B: Tidak, di dalam Leo itu ada berbabagi marga yang tergabung di dalam setiap leo.
contoh kayak Leo Mumuk ada empat marga doky, Ngefak, Saba dan Lopu, lalu
Leo Heanteik itu ada lima marga Lilong, Beeh, Sere, Lango, dan Siun, kemudian
Leo Laha ada lima marga Leka, Nafi, Bulan, Leten, dan Tasik, untuk Leo
Lengumau ada enam marga Ay,Meda, Kedo, Tenne, Lolok, dan Ngek, Leo
Inabui ada tiga marga Kaimeni, Inabui Esa, dan Tola, Leo Mansea ada tiga
marga Kulle, Manafe, dan Non, dari Leo Talakoko ada tiga marga juga yaitu
Lolla, Safu, dan Lenggu, dan Leo Biu sama ada tiga marga Sulla, Lidik, Manafe
Biu. Jadi masing-masing Leo itu ada yang terdiri dari enam marga yang paling
banyak sedangkan paling sedikit itu Cuma tiga, agak banyak itu hanya ada empat
dengan lima saja.
Y: Bagimana penyelesaian konflik dalam satu Leo dengan Leo lain ?
B: Contohnya, ada satu laki-laki dengan perempuan kawin, kemudian mereka
bentuk jadi rumah tangga. Untuk marga itu ada karena dalam rumah tangga itu
semakin bernanak banyak sehingga ada kumpulan marga itu. Nah semakin
tambah beranak dalam marga itu mereka berkumpul buat Leo itu. Jadi di dalam
Leo itu ada rumah tangga, dengan marga sehingga semakin banyak marga
mereka kumpul jadi Leo maka, di Leo itu ada satu orang yang pimpin biasa sebut
Lasi Leo.
Y: Bagaimana melakukan tardisi Dale Esa Dalam kelahiran ?
B: Ngeu langa dengan songs suamasi itu acara adat untuk anak baru lahir. Wajib
biasa kalau anak lahir, to’o datang ambil anak bawa ke dia punya rumah untuk
gunting anak punya ramabut. Habis itu bayi di bawa kembali kerumah orang
tuanya dengan kasih pake pakian baru dengan rambut rapi kemudian mulai di
doakan dan buat pesta perayaan sama- dengan to’o semua dengan saudara-
saudara dan tetangga.
13
Y: Apakah tujuan menyelesaikan konflik ?
B: Jadi tujuan dari teguran untuk adalah jangan melakukan kesalahan sama
dikemudian hari, dan denda-denda adat berupa beras, hewan dan uang itu adalah
ketika orang sebelum di kasih nasehat tapi masih dia lakukan kesalahan yang
sama maka, tujuannya di kasih denda itu untuk meminta maaf kepada korban,
mebersikan nama baik pelaku dan sebagai permintaan maaf diakan membawa
beras, hewan dan uang buat acara bersama dibuat di rumah korban, kemudian
undang pemangku-pemangku adan pemimpin untuk mendaimaikan pelaku
dengan korban.
14
Lampiran Dokumentasi Di Lokasi Penelitian
Gambar 1.1
Solidaritas Sosial Masyarakat Dalam Upacara Kematian
Sumber : Hasil dokumentasi penelitian 03 maret 2017
Gambar1.2
Solidaritas Masyarakat Dalam Pembuatan Kuburan
Sumber : Hasil dokumentasi penelitian 03 maret 2017