BAB VI P E N U T U P -...

30
BAB VI: PENUTUP | 529 BAB VI P E N U T U P Sebagaimana telah disampaikan pada bab pertama, penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait ciri-ciri formal maupun fungsional pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris. Paparan mengenai berbagai bentuk lingual pengungkap pembentengan dalam Bab III dan Bab IV telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait ciri-ciri formal pembentengan dalam karya tulis yang demikian itu dan variasi pemakaiannya baik dalam lima bidang yang diteliti, yaitu ekonomi, kedokteran, linguistik, MIPA dan teknik, maupun dalam empat bagian artikel penelitian, sedangkan pembahasan mengenai fungsi- fungsi pembentengan dalam Bab V telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait ciri-ciri fungsional pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris. Dalam bab ini akan disampaikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik, terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula dalam bab ini beberapa implikasi yang dapat dipetik dari penelitian ini serta beberapa persoalan yang masih tersisa dan saran-saran mengenai kemungkinan arah penelitian lanjutan terkait pemakaian pembentengan secara umum maupun pemakaian pembentengan dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel penelitian ilmiah baik dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia.

Transcript of BAB VI P E N U T U P -...

Page 1: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 529

BAB VI

P E N U T U P

Sebagaimana telah disampaikan pada bab pertama, penelitian ini dimaksudkan

untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait ciri-ciri formal maupun fungsional

pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris. Paparan

mengenai berbagai bentuk lingual pengungkap pembentengan dalam Bab III dan Bab

IV telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait ciri-ciri formal pembentengan

dalam karya tulis yang demikian itu dan variasi pemakaiannya baik dalam lima

bidang yang diteliti, yaitu ekonomi, kedokteran, linguistik, MIPA dan teknik, maupun

dalam empat bagian artikel penelitian, sedangkan pembahasan mengenai fungsi-

fungsi pembentengan dalam Bab V telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait

ciri-ciri fungsional pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa

Inggris. Dalam bab ini akan disampaikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik,

terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula dalam bab ini

beberapa implikasi yang dapat dipetik dari penelitian ini serta beberapa persoalan

yang masih tersisa dan saran-saran mengenai kemungkinan arah penelitian lanjutan

terkait pemakaian pembentengan secara umum maupun pemakaian pembentengan

dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel penelitian ilmiah baik dalam bahasa

Inggris maupun dalam bahasa Indonesia.

Page 2: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 530

6.1 Kesimpulan

Telah disebutkan di atas bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

pemakaian strategi pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa

Inggris, terutama terkait dengan bentuk-bentuk lingual pengungkapnya serta motivasi

dan fungsi-fungsi pemakaiannya. Secara lebih khusus, penelitian ini dirancang untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan (a) bentuk-bentuk lingual

yang digunakan untuk mengungkapkan pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah

dalam bahasa Inggris, (b) frekuensi dan distribusi pemakaian bentuk-bentuk

pembentengan tersebut dalam lima bidang ilmu, yaitu ekonomi, linguistik,

kedokteran, MIPA, dan teknik, (c) frekuensi dan distribusi pemakaian bentuk-bentuk

pembentengan tersebut dalam empat bagian artikel penelitian ilmiah, yaitu bagian

Pengantar, Metode, Hasil, dan Pembahasan, dan (d) fungsi-fungsi pembetengan

dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris. Kesimpulan-kesimpulan berikut

disajikan berdasarkan butir-butir permasalahan tersebut di atas.

Pertama, berdasarkan penelitian mengenai bentuk-bentuk lingual

pengungkapnya, pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris

cenderung lebih banyak direalisasikan oleh bentuk-bentuk leksikal, yang mencakup

adverbia, ajektiva, nomina dan verba epistemis daripada oleh bentuk-bentuk

gramatikal, yang mencakup konstruksi impersonal, konstruksi interogatif, konstruksi

kondisional dan konstruksi pasif. Kecenderungan ini bukan hanya dalam hal

frekuensi pemakaiannya, melainkan juga dalam hal jenis bentuk lingual yang

digunakan. Dalam hal frekuensi pemakaiannya, penelitian ini menunjukkan bahwa

Page 3: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 531

bentuk-bentuk leksikal lebih sering digunakan daripada bentuk gramatikal. Ini

agaknya mendukung klaim Hyland (1998) bahwa pembentengan dalam karya ilmiah

cenderung merupakan fenomena leksikal. Di samping itu, dalam hal jenis bentuk

lingual yang digunakan, penelitian ini menujukkan bahwa tidak kurang dari 238

leksem digunakan untuk merealisasikan strategi pembentengan dalam artikel

penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, yang terdiri dari 63 adverbia, 52 ajektiva, 58

nomina dan 65 verba. Jumlah bentuk leksikal ini jauh lebih besar apabila

dibandingkan dengan keempat bentuk gramatikal yang digunakan untuk

merealisasikan strategi komunikasi tersebut, tetapi lebih kecil daripada ke-350 bentuk

leksikal yang telah berhasil diidentifkasi oleh Holmes (1988: 27). Ini tampaknya

mengindikasikan bahwa pembentengan sebagai produk komunikasi antara penulis

dan pembaca dapat direalisasikan oleh berbagai bentuk leksikal dalam jumlah yang

nyaris tak terbatas sebagimana telah diperkirakan oleh Brown & Levinson (1987)

maupun oleh Markkanen & Schrӧder (1997).

Namun demikian, menarik untuk dicatat bahwa meskipun secara umum bentuk

leksikal lebih menonjol, tetapi kategori bentuk lingual yang paling banyak ditemukan

dalam penelitian ini ternyata justru bentuk gramatikal, yaitu konstruksi pasif. Hal ini

menarik untuk dicatat karena alasan-alasan berikut. Pertama, meskipun telah banyak

diakui sebagai bentuk pengungkap pembentengan (lihat, mis., Brown & Levinson,

1987; Hyland, 1996a, 1998; Lachowics, 1981; Markkanen & Schrӧder, 1992; Zuck &

Zuck, 1985), konstruksi pasif jarang dianggap serius sebagai bentuk pembentengan

sehingga penghitungan frekuensi pemakaiannya pun jarang, atau bahkan tidak,

ditemukan. Kedua, sebagai pengungkap pembentengan, konstruksi pasif ternyata

Page 4: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 532

sangat membantu dalam memberikan nuansa objektif yang menjadi salah satu ciri

khas karya tulis ilmiah, meskipun tingginya frekuensi pemakaian konstruksi tersebut

tidak jarang telah mendatangkan kecaman dari berbagai pihak (lihat, mis., Cook

1985; Day, 1998; Hacker 2008; Lipson 2005; Manser 2006; Strunk and White 2000;

Taylor, 2005). Ini mengindikasikan bahwa sebagai bagian dari strategi

impersonalisasi untuk mengungkapkan pembentengan, konstruksi pasif memegang

peranan sangat penting dalam penulisan karya ilmiah dan oleh karenanya barangkali

merupakan salah satu ciri penting register bahasa ilmiah (bdk. Biber dkk., 1999).

Kedua, berdasarkan kajian tentang frekuensi dan dan distribusi pemakaian

pembentengan dalam lima bidang ilmu, yaitu ekonomi, linguistik, kedokteran, MIPA

dan teknik, dapat disimpulkan bahwa secara umum, pembentengan banyak digunakan

dalam bidang ekonomi, kedokteran, linguistik, MIPA dan teknik. Pembentengan

dalam kelima bidang tersebut hampir dua kali lipat lebih sering digunakan daripada

yang digunakan dalam bidang biologi yang merupakan bagian dari bidang MIPA

(Hyland, 1998) maupun dalam bidang ekonomi, kedokteran dan teknik sebagaimana

dilaporkan oleh Varttala (2001). Perbedaan ini mengindikasikan bahwa para penulis

artikel dalam penelitian ini tampaknya bersikap lebih hati-hati dalam menyampaikan

klaim-klaim mereka. Perbedaan ini barangkali juga disebabkan karena tingginya

frekuensi pemakaian bentuk gramatikal pembentengan, khususnya konstruksi pasif

dan konstruksi impersonal.

Namun demikian, pemakaian strategi komunikasi ini dalam kelima bidang ilmu

tersebut secara umum dapat dikatakan hampir sama. Ini mengisyaratkan bahwa

Page 5: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 533

pemakaian strategi ini agaknya tidak terletak pada frekuensi pembentengan secara

umum, melainkan pada frekuensi bentuk-bentuk tertentu dalam kelima bidang yang

diteliti tersebut. Hampir semua kategori bentuk lingual menunjukkan perbedaan

pemakaian yang sangat signifikan dalam bidang-bidang tersebut, kecuali pemakaian

konstruksi kondisional dan konstruksi interogatif, yang disebabkan karena rendahnya

frekuensi pemakaian kedua bentuk tersebut dalam korpus penelitian ini.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan dari penelitian ini adanya perbedaan

antardisiplin ilmu yang sangat signifikan terkait frekuensi, bentuk lingual dan variasi

pemakaian bentuk lingual pembentengan. Perbedaan pemakaian pembentengan ini

barangkali disebabkan oleh hakikat kelima bidang ilmu yang diteliti serta ciri-ciri

artikel penelitian ilmiah dalam kelima bidang tersebut. Perbedaan tradisi penelitian

dalam bidang-bidang tersebut agaknya tercermin dalam pemakaian pembentengan

dalam artikel penelitian yang melaporkan hasil-hasil penelitian mengenai topik-topik

penting dalam masing-masing bidang. Bidang linguistik dan teknik tampaknya

merupakan bidang yang paling banyak memanfaatkan pembentengan dibandingkan

dengan ketiga bidang yang lain. Kecenderungan ini barangkali juga disebabkan

karena perbedaan ciri masing-masing disiplin ilmu, objek penelitian ataupun bahan

dan metode yang digunakan untuk memperoleh data penelitian dalam masing-masing

bidang.

Bidang teknik, yang sering dianggap termasuk dalam hard science atau sains

keras, atau sering juga disebut sebagai bagian dari klaster sains dan teknik, cenderung

lebih dekat dengan ilmu-ilmu alam sebagai prototipe sains keras terkait dengan objek

Page 6: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 534

dan metode penelitian yang ketat yang merefleksikan empirisme tradisional. Hal ini

tercermin dari tingginya pemakaian bentuk gramatikal pembentengan dalam bidang

ini, terutama konstruksi pasif dan impersonal yang tampaknya lebih menekankan

objektifitas daripada dialog antara penulis dan pembaca. Sebaliknya, meskipun tidak

jauh berbeda dengan bidang teknik dalam hal frekuensi pemakaian pembentengan,

bidang linguistik yang sering digolongkan ke dalam soft science atau sains lunak,

atau klaster sosial-humaniora, di mana metode penelitian yang digunakan tidak

sekaku atau seketat metode yang diterapkan dalam sains keras, lebih banyak

memanfaatkan bentuk leksikal, kendatipun bentuk gramatikal juga cukup tinggi

pemakiannya. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang linguistik

agaknya terdapat kecenderungan untuk mengutamakan tentatifitas daripada

objektifitas informasi, terkait terutama dengan ketidakpastian teori dan metode dalam

bidang ini. Dengan kata lain, dalam artikel penelitian ilmiah dalam bidang linguistik

tentatifitas informasi tampaknya lebih penting daripada objektifitas informasi.

Di samping itu, menarik untuk dicatat kecenderungan yang diperlihatkan oleh

bidang ekonomi dan kedokteran meskipun keduanya menunjukkan pemakaian

pembentengan yang kurang lebih sama. Karena lebih dekat dengan bidang linguistik

sebagai sains lunak, bidang ekonomi sebagai ilmu sosial cenderung lebih

mengutamakan tentatifitas daripada objektifitas informasi. Ini barangkali

mencerminkan tentatifitas teori-teori yang menjadi landasan bagi ilmu ekonomi pada

umumnya. Tentatifitas ini juga tercermin dari tingginya pemakaian bentuk leksikal,

terutama verba modal, dibandingkan dengan pemakaian bentuk gramatikal.

Sebaliknya, bidang kedokteran, yang dalam hal metode penelitian lebih dekat dengan

Page 7: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 535

bidang teknik sebagai sains keras, menunjukkan keseimbangan antara objektifitas dan

tentatifitas informasi yang terungkap dalam artikel penelitian ilmiah, mengingat

pemakaian bentuk leksikal dalam bidang ini tidak jauh berbeda dengan pemakaian

bentuk gramatikal. Berbeda dengan keempat bidang tersebut di atas, sebagai prototipe

sains keras, bidang MIPA jauh lebih mengutamakan objektifitas daripada tentatifitas

informasi. Hal ini terbukti dari tingginya pemakaian bentuk gramatikal, terutama

konstruksi pasif dan impersonal. Ini mengindikasikan bahwa artikel penelitian ilmiah

dalam bidang MIPA mencerminkan konsepsi tradisional tentang karya tulis ilmiah

yang lebih mengutamakan objektifitas dan impersonalitas.

Ringkas kata, dapat disimpulkan bahwa sebagai bagian dari sains lunak, bidang

ekonomi dan linguistik lebih menonjolkan tentatifitas informasi daripada objektifitas

informasi yang disampaikan terutama karena status teori dan metode dalam kedua

bidang tersebut cenderung masih bersifat tentatif. Sebaliknya, sebagai bagian dari

sains keras, bidang MIPA dan teknik lebih mengutamakan objektifitas daripada

tentatifitas, sedangkan bidang kedokteran berada di antara keduanya, dan

menunjukkan keseimbangan antara objektifitas dan tentatifitas.

Dari uraian tersebut di atas agaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa sains

lunak, yang dalam hal ini diwakili oleh bidang ekonomi dan linguistik, cenderung

menonjolkan pemakaian bentuk leksikal untuk memberikan perlindungan pada

proposisi, penulis maupun pembaca, sedangkan sains keras, yang diwakili oleh

bidang MIPA dan teknik, cenderung menonjolkan pemakaian bentuk gramatikal

pembentengan. Bidang kedokteran, yang dapat dianggap mewakili health science

Page 8: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 536

atau sains kesehatan, tampaknya menunjukkan keseimbangan dalam hal pemakaian

bentuk leksikal dan bentuk gramatikal pembentengan.

Ketiga, Berdasarkan kajian tentang frekuensi dan distribusi pemakaian

pembentengan dalam bagian-bagian artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris,

dapat disimpulkan bahwa pembentengan digunakan secara berbeda-beda dalam

keempat bagian dari artikel penelitian ilmiah dalam kelima bidang yang diteliti. Dari

keempat tersebut, bagian Pembahasan merupakan bagian di mana pemakaian

pembentengan paling dominan dalam semua bidang ilmu, sedangkan bagian

Pengantar merupakan bagian di mana pembentengan paling sedikit digunakan,

terutama dalam bidang ekonomi MIPA dan teknik. Tingginya tingkat pemekaian

pembentengan dalam bagian Pembahasan tidaklah terlalu mengejutkan karena pada

bagian inilah penulis artikel menyampaikan interpretasi mereka terhadap hasil-hasil

penelitian yang mereka peroleh. Di sinilah mereka menyampaikan generalisasi dan

spekulasi mengenai hasil penelitian mereka. Dengan kata lain, bagian Pembahasan

merupakan bagian yang sangat penting di mana penulis artikel menyampaikan klaim-

klaim mereka atas pengetahuan baru. Agar klaim-klaim ini dapat diterima oleh

pembaca, penulis artikel harus berhati-hati dalam menyampaikannya. Itulah sebabnya

mengapa pembentengan banyak digunakan pada bagian ini. Menarik untuk dicatat

bahwa bagian berikutnya setelah bagian Pembahasan yang paling banyak

memanfaatkan pembentengan adalah bagian Metode praktis dalam semua bidang

ilmu. Hal ini kemungkinan besar disebabkan terutama karena kontribusi yang besar

dari konstruksi pasif, khususnya dalam bidang teknik, di mana deskripsi metode

penelitian disajikan secara cepat dengan pemanfaatan beberapa bentuk pasif secara

Page 9: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 537

berurutan. Menarik juga untuk dicatat bahwa seperti halnya bagian Metode,

pembentengan juga cukup banayak digunakan pada bagian Hasil. Ini

mengindikasikan bahwa penulis artikel dalam penelitian ini juga menganggap perlu

untuk bersikap hati-hati dalam menyampaikan hasil-hasil penelitian mereka. Mereka

tidak ingin bersikap gegabah dengan menyampaikan pernyataan-pernyataan terkait

dengan hasil-hasil penelitian secara terus terang tanpa adanya peranti perlindungan.

Pendek kata, dapat disimpulkan bahwa digunakannya pembentengan dalam bagian-

bagian dalam artikel penelitian, dengan tingkat intensitas yang berlain-lainan dalam

kelima bidang yang diteliti, mengisyaratkan sikap hati-hati penulis artikel dalam

menyampaikan pernyataan-pernyataan mereka, terutama dalam menyampaikan

informasi yang masih terbuka tingkat kebenarannya.

Selanjutnya, dalam hal distribusi pemakaian bentuk-bentuk lingual dalam

bagian-bagian artikel penelitian dalam bahasa Inggris pembentengan lebih banyak

didominasi oleh bentuk leksikal daripada bentuk gramatikal. Ini berlaku untuk semua

bagian kecuali bagian Metode di mana bentuk gramatikal jauh lebih banyak

digunakan daripada bentuk leksikal. Tingginya frekuensi pemakaian bentuk

gramatikal dalam bagian Metode ini disebabkan terutama oleh tingginya frekuensi

pemakaian bentuk pasif dalam bagian tersebut. Bentuk ini ternyata juga merupakan

bentuk pembentengan yang paling banyak digunakan dalam semua bagian dalam

artikel penelitian. Sekali lagi, ini mengindikasikan bahwa konstruksi pasif merupakan

peranti favorit dan sangat penting yang dalam prakteknya banyak dipakai oleh para

penulis artikel untuk menyembunyikan agen atau pelaku atau untuk menghindari

penyebutan diri. Ini sejalan dengan klaim Brown & Levinson (1987) mengenai

Page 10: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 538

bentuk pasif sebagai peranti utama dalam bahasa Inggris untuk menghindari

penyebutan pelaku tindakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan

lebih banyak menggunakan konstruksi pasif, para penulis artikel penelitian ilmiah

ingin menonjolkan objektifitas informasi yang mereka sampaikan, yang

merefleksikan ciri karya tulis ilmiah Pada gilirannya, strategi ini digunakan untuk

meningkatkan keberterimaan klaim-klaim atas pengetahu baru yang diajukan oleh

penulis artikel. Selanjutnya, verba modal sebagai bentuk pembentengan terbanyak

kedua setelah pasif paling banyak digunakan dalam bagian Pembahasan. Demikian

pula halnya dengan ajektiva, nomina, konstruksi impersonal dan interogatif. Adapun

adverbia paling banyak ditemukan dalam bagian Hasil, sedangkan konstruksi

kondisional paling banyak ditemukan dalam bagian Metode.

Keempat, terkait permasalahan mengenai fungsi-fungsi pembentengan dalam

artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, dapat disimpulkan bahwa konteks,

baik yang linguistik maupun yang ekstralinguistik, berperan sangat penting dalam

kajian mengenai pembentengan, terutama untuk memahami motivasi, tujuan atau

fungsi-fungsi pemakaiannya dalam karya tulis ilmiah. Untuk memahami motivasi-

motivasi yang melandasi pemakaian pembentengan diperlukan bukan hanya

pemahaman mengenai ujaran-ujaran yang di dalamnya diduga ditemukan bentuk-

bentuk lingual yang digunakan untuk mengungkapkan pembentengan serta ujaran-

ujaran lain sebelum dan/atau sesudahnya, melainkan juga pemahaman mengenai

bagaimana ilmu pengetahuan ilmiah dibangun dan secara sosial dikomunikasikan. Di

samping itu, diperlukan pula pemahaman mengenai hubungan antara penulis artikel

dan pembaca dan pandangan penulis artikel terhadap peran pembaca, terutama dalam

Page 11: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 539

proses negosiasi dan ratifikasi hasil-hasil penelitian sebagai pengetahuan yang baru.

Faktor-faktor kontekstual tersebut perlu dipelajari untuk memperoleh pemahaman

yang baik mengenai pemakaian pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah.

Lebih lanjut, dalam penelitian ini juga telah dibeberkan model pembentengan

yang diadopsi dalam penelitian ini, model yang dibangun berdasarkan pada model

pembentengan sebagai strategi kesopanan, terutama kesopanan negatif, yang

diusulkan oleh Myers (1989) dan model pembentengan polipragmatik yang diusulkan

oleh Hyland (1996ab; 1998). Model pembentengan yang digunakan dalam penelitian

ini menempatkan pembentengan sebagai strategi untuk mengelola ketegangan antara

keinginan penulis artikel untuk menyampaikan klaim-klaim yang seluas mungkin

cakupannya, yang dapat berarti bahwa klaim-klaim yang mereka kemukakan

kemungkinan besar akan bertentangan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, dan

keinginan penulis artikel agar klaim-klaim yang mereka ajukan tersebut dapat

diterima dan diakui sebagai pengetahuan baru, yang berarti bahwa mereka harus

bersikap hati-hati dalam menyampaikan klaim-klaim tersebut dengan mentaati

konvensi-konvensi retoris yang dibangun dan dianut oleh komunitas ilmiah mereka

karena senantiasa terbuka kemungkinan bahwa klaim yang mereka sampaikan akan

ditolak oleh pembaca yang notabene umumnya merupakan ilmuwan-ilmuwan

seminat. Mengingat motivasi-motivasi tersebut, maka pembentengan sangat

diharapkan kehadirannya dalam karya tulis ilmiah pada umumnya, dan dalam artikel

penelitian ilmiah khususnya. Dengan demikian, pembentengan digunakan secara rutin

dalam artikel penelitian ilmiah dan oleh karenanya menjadi salah satu ciri penting

dari artikel penelitian ilmiah.

Page 12: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 540

Di samping tujuan makro tersebut, pembentengan juga digunakan sebagai

strategi defensif-protektif untuk melindungi baik proposisi, penulis maupun pembaca.

Sebagai upaya untuk melindungi proposisi, penulis artikel dapat memanfaatkan

pembentengan dengan cara meningkatkan akurasi proposisi yang mereka sampaikan.

Pembentengan dalam hal ini dapat dipandang sebagai upaya penulis artikel untuk

menyampaikan informasi seakurat, seutuh dan seobjektif mungkin. Upaya ini

diharapkan dapat mengurangi, atau menghindarkan penulis artikel dari kemungkinan

timbulnya respons negatif dari pembaca. Namun demikian, adakalanya terdapat

kesenjangan antara keinginan penulis artikel untuk menyampaikan informasi secara

akurat, utuh dan objektif seperti tersebut di atas dan peranti kebahasaan yang tersedia

untuk mengungkapkannya. Oleh sebab itu, penulis artikel lantas terpaksa

menggunakan bentuk-bentuk lingual, seperti, misalnya, verba modal epistemis

maupun ajektiva, adverbia dan nomina epistemis, yang mengungkapkan perkiraan,

kemungkinan dan ketidakpastian. Penerapan strategi indeterminasi ini dilandasi oleh

motivasi penulis artikel untuk meningkatkan keberterimaan klaim-klaim yang mereka

kemukakan dan menurunkan kemungkinan penolakan oleh pembaca.

Di samping untuk melindungi proposisi, pembentengan juga dapat digunakan

untuk melindungi penulis. Perlindungan terhadap penulis dilandasi oleh keinginan

penulis untuk menghindarkan diri dari kemungkinan timbulnya kesalahan.

Pembentengan dalam hal ini digunakan untuk melindungi reputasi penulis artikel

sebagai ilmuwan dan sekaligus untuk meminimalkan kerugian yang mungkin timbul.

Hal ini dilakukan dengan menggunakan bentuk-bentuk lingual, di antaranya

konstruksi pasif, konstruksi impersonal, verba kognitif dan verba nonfaktif, yang

Page 13: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 541

semuanya mengungkapkan bahwa penulis artikel sebagai peneliti secara pribadi tidak

berkomitmen atas kebenaran klaim-klaim yang mereka sampaikan. Penerapan strategi

impersonalisasi ini menjadikan artikel penelitian terkesan lebih objektif dan

meningkatkan kredibilitas karya tulis tersebut. Namun demikian, bersamaan dengan

itu, penerapan strategi ini sekaligus juga membuat karya tulis terkesan kering dan

tidak bernyawa seperti layaknya karya tulis ilmiah pada umumnya, “bloodless and

impersonal in the manner of scientific prose” (Halloran, 1984: 75). Penulis artikel

beranggapan bahwa “facts do speak for themselves” (ibid.; penekanan asli) “fakta

memang berbicara sendiri”: tugas seorang ilmuwan hanyalah sekedar menyampaikan

fakta. Dengan kata lain, dengan strategi tersebut penulis artikel seolah berusaha untuk

berlindung di balik fakta-fakta yang mereka kemukakan.

Akhirnya, pembentengan dapat juga dimanfaatkan untuk tujuan melindungi

pembaca. Dalam hal ini pembentengan digunakan untuk menekankan betapa

pentingnya peran pembaca dalam proses negosiasi dan ratifikasi hasil-hasil

penelitian. Mengingat pentingnya peran pembaca dalam konstruksi pengetahuan

ilmiah, penulis artikel harus berupaya untuk menghormati pembaca sebagai ilmuwan

yang cerdas dengan tidak memaksakan kehendak dan menghormati keinginan-

keinginan mereka, termasuk keinginan untuk tidak dipaksa menerima begitu saja apa

yang disampaikan oleh penulis. Dengan kata lain, pembentengan di sini digunakan

sebagai suatu strategi untuk secara aktif melibatkan pembaca dalam proses ratifikasi

klaim-klaim yang disampaikan oleh penulis. Untuk itu, penulis artikel harus berusaha

untuk menghindarkan diri dari penyampaian pernyataan-pernyataan yang absolut.

Sebaliknya, untuk meningkatkan keberterimaan klaim-klaim yang mereka ajukan,

Page 14: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 542

penulis justru dapat menggunakan bentuk-bentuk lingual yang mengungkapkan

bahwa penulis bertanggung jawab atas apa yang mereka utarakan dan oleh karenanya

informasi yang mereka kemukakan tersebut dapat dianggap sebagai pandangan

pribadi dan bersifat tentatif. Bentuk-bentuk lingual yang demikian itu meliputi, di

antaranya, verba bantu modal, verba kognitif dan verba nonfaktif yang digunakan

bersama-sama dengan pronomina persona pertama tunggal maupun jamak, nomina

kognitif dan nomina nonfaktif yang digunakan bersama-sama dengan pronomina

posesif persona pertama tunggal maupun jamak, konstruksi kondisional hipotetis dan

konstruksi interogatif. Dengan menerapkan strategi subjektifikasi seperti itu, penulis

artikel berharap untuk dapat “merebut hati audiens” (Adnan & Zifirdaus, 2005), agar

klaim-klaim yang mereka kemukakan dapat diterima dan diakui sebagai pengetahuan

baru.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemakaian pembentengan dalam

artikel penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris dilandasi oleh berbagai motivasi yang

berlain-lainan, yang terkadang bertentangan yang satu dengan yang lain. Sementara

sebagai pelindung proposisi, pembentengan digunakan untuk menekankan upaya

penulis artikel untuk menyampaikan informasi seobjektif dan seakurat mungkin

sesuai dengan hasil penelitian yang mereka temukan, sebagai pelindung penulis,

pembentengan digunakan untuk mengungkapkan hubungan antara penulis dengan

klaim-klaim yang mereka sampaikan, untuk mengurangi atau menurunkan tingkat

komitmen mereka terhadap kebenaran klaim yang mereka ajukan; sebaliknya, sebagai

pelindung pembaca, pembentengan digunakan untuk mengungkapkan tanggung

jawab penulis atas apa yang mereka katakan, untuk menunjukkan bahwa apa yang

Page 15: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 543

mereka sampaikan merupakan gagasan pribadi yang bersifat tentatif kebenarannya

dan masih terbuka untuk diperdebatkan. Ini menunjukkan bahwa pembentengan dapat

dimanfaatkan oleh penulis artikel sebagai sumber daya untuk mencapai tujuan utama

mereka dalam mempublikasikan hasil penelitian mereka, yaitu diterima dan

diakuinya hasil-hasil penelitian mereka sebagai pengetahuan baru. Lebih lanjut,

pembentengan dapat dikatakan sebagai salah satu ciri penting karya tulis ilmiah,

terutama artikel penelitian ilmiah karena secara rutin digunakan dan kehadirannya

diharapkan oleh pembaca sebagai penanda pengetahuan baru yang memiliki status

tentatif dan provisional hingga pengetahuan itu diakui secara luas oleh komunitas

ilmiah, diacu dalam artikel-artikel penelitian yang terbit kemudian, hingga akhirnya

digunakan tanpa perlu lagi diberi acuan. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa

dalam karya tulis ilmiah pembentengan berperan sangat penting dalam penyampaian

klaim-klaim baru yang membutuhkan ratifikasi. Oleh sebab itu, pembentengan sangat

berperan dalam pengembangan retorika wacana persuasif dengan memungkinkan

terjadinya proses dialektis antara fakta objektif dan penilaian subjektif yang

merupakan inti dari karya tulis ilmiah. Pembentengan berperan sebagai salah satu ciri

pragmatis penting yang membentuk artikel penelitian ilmiah sebagai wahana utama

untuk menyampaikan pengetahuan baru dan juga berperan dalam memberikan ciri

khas pada artikel penelitian ilmiah yang membedakannya dari bentuk-bentuk karya

tulis ilmiah lainnya.

Page 16: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 544

6.2 Implikasi

Penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya peran bahasa dalam produksi

pengetahuan ilmiah. Dalam publikasi karya ilmiah mereka, penulis artikel penelitian

ilmiah memanfaatkan semua peranti kebahasaan yang mereka miliki, termasuk

pembentengan, untuk mencapai tujuan utama mereka, baik yang bersifat pribadi

maupun yang bersifat institusional, yaitu untuk memperoleh pengakuan dan

pengesahan oleh komunitas mereka masing-masing atas hasil-hasil penelitian yang

mereka lakukan. Ini mengimplikasikan bahwa untuk memahami dan menjelaskan

fenomena-fenomena kebahasaan dalam karya tulis ilmiah, termasuk di antaranya

pembentengan, kita harus dapat memahami dan menjelaskan bagaimana para

ilmuwan bekerja selama mereka melakukan penelitian dan proses-proses penalaran

apa saja yang mereka lalui untuk memperoleh bukti yang diperlukan dalam penelitian

mereka. Banyak upaya telah dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tersebut terutama oleh para ahli sosiologi, terutama para ahli sosiologi

ilmu pengetahuan seperti Gilbert & Mulkay (1984), Knorr-Cetina (1981), Latour

(1987), Latour & Woolgar (1979), dan Mulkay (1979). Berbagai penelitian tersebut

telah berupaya untuk mengungkap peran penting komunikasi verbal antarilmuwan

dalam dunia penelitian ilmiah. Kendatipun upaya-upaya tersebut sedikit banyak telah

mengungkapkan pentingnya klaim pengetahuan sebagai sumber pengembangan

pengetahuan ilmiah serta kemungkinan pengaruhnya terhadap reputasi para ilmuwan,

kebanyakan penelitian tersebut telah mengabaikan peran bahasa sehingga deskripsi

mengenai pola-pola wacana serta ciri-ciri kebahasaan yang terkandung dalam karya

tulis ilmiah belum banyak terungkap; padahal pola-pola serta ciri-ciri tersebut sangat

Page 17: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 545

penting peranannya dalam membangun wacana ilmiah. Penelitian ini telah

memberikan cukup bukti bahwa karena perannya yang begitu penting dalam

pengakuan dan pengesahan terhadap hasil-hasil penelitian, pembentengan merupakan

salah satu ciri penting karya ilmiah, terutama dalam bentuk artikel penelitian ilmiah.

Di samping itu, implikasi lain dari penelitian ini terkait dengan konteks

pemakaian pembentengan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pembentengan

tidak mungkin dapat dipahami tanpa pemahaman yang baik bukan hanya mengenai

konteks linguistik di mana pembentengan itu digunakan melainkan juga mengenai

konteks situasi, sosial dan bahkan budaya yang memberikan banyak informasi

mengenai latar belakang situasi, sosial dan budaya dari para penggunanya. Dengan

demikian, untuk memahami pembentengan diperlukan pemahaman terhadap berbagai

lapis konteks yang mencakup informasi gramatikal dan leksikal, jenis wacana, fungsi-

fungsi serta peran pembentengan dalam suatu komunitas ilmiah. Mengingat

pembentengan merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa yang terkait dengan

praktik sosial suatu komunitas ilmiah, maka kajian mengenai pembentengan harus

didasarkan pada pemahaman yang baik mengenai konteks penulisan karya ilmiah. Di

samping itu, kajian mengenai pembentengan juga harus mengakui adanya pengaruh

situasi sosial terhadap penggunaan bahasa dan adanya tujuan-tujuan pribadi maupun

institusional yang hendak dicapai dengan pemakaian bahasa, dalam hal ini pemakaian

pembentengan. Lagi pula, kajian mengenai pembetengan harus dilandasi oleh

gagasan bahwa bukan bentuk linguallah yang memberikan makna pembentengan,

melainkan penulislah yang melakukan pembentengan. Bukan bentuk-bentuk lingual

melainkan konteks-konteks penulisan karya ilmiahlah yang memberikan makna

Page 18: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 546

pembentengan. Bukan sekedar makna-makna gramatikal dan semantis saja yang

menentukan interpretasi terhadap makna pembentengan dalam suatu konteks tertentu,

melainkan juga faktor-faktor lain juga menentukan interpretasi tersebut, termasuk di

dalamnya tujuan penulis serta peran yang umumnya dimiliki oleh bentuk-bentuk

tersebut dalam karya tulis ilmiah.

Pemahaman mengenai pentingnya peran konteks dalam pemakaian

pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah juga mengimplikasikan pentingnya

penggunaan data alami dalam upaya untuk mendeskripsikan strategi-strategi

komunikasi seperti pembentengan yang dipakai dalam karya tulis ilmiah, khususnya

dalam artikel penelitian ilmiah, baik dalam bahasa Inggris atau pun dalam bahasa-

bahasa lainnya, termasuk bahasa Indonesia. Dengan kata lain, sulit kiranya untuk

memperoleh gambaran dan penjelasan yang baik mengenai strategi-strategi seperti itu

apabila analisis dan deskripsi didasarkan pada data tidak alami yang diperoleh

melalui intuisi, misalnya, bukan didasarkan pada penggunaan bahasa yang

merefleksikan aspek sosial dan interaksi dalam komunitas ilmiah. Di samping itu, hal

ini juga mengimplikasikan bahwa untuk memahami wacana ilmiah, perhatian harus

dipusatkan pada aspek-aspek sosial dan interaksi antaranggota komunitas ilmiah.

Tujuan analisis berdasarkan data alami tidak lain adalah untuk memperoleh

penjelasan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan bagaimana komunitas-komunitas

ilmiah memproduksi karya ilmiah serta untuk tujuan apa karya-karya ilmiah tersebut

diproduksi. Pemakaian strategi-strategi komunikasi seperti strategi pembentengan

akan dapat dipahami dengan lebih baik apabila dikaitkan dengan motivasi pribadi

maupun motivasi institusional yang melandasi penggunaan strategi tersebut dalam

Page 19: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 547

artikel penelitian ilmiah. Harus dipahami bahwa tujuan utama penulis berkomunikasi

melalui karya tulis ilmiah bukanlah sekedar untuk melaporkan hasil penelitian

mereka, melainkan juga untuk memperoleh pengakuan dan pengesahan atas hasil-

hasil penelitian mereka. Lagi pula mereka juga ingin mengejar ambisi pribadi melalui

saluran-saluran resmi yang diakui oleh komunitas ilmiah mereka. Melalui tujuan-

tujuan tersebut faktor-faktor sosial, institusional dan bahkan ideologi dapat membantu

kita dalam pemaknaan karya tulis ilmiah.

Lebih lanjut, mengingat penelitian ini mempelajari kompetensi komunikasi

penutur asli dalam hal pemakaian strategi pembentengan dalam artikel penelitian

ilmiah dalam bahasa Inggris, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai model untuk perbandingan penggunaan strategi pembentengan dalam karya

tulis ilmiah dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris dan

oleh non-penutur asli bahasa Inggris dengan latar belakang budaya yang berlain-

lainan, terutama penutur asli bahasa Indonesia. Hal ini sangat penting mengingat

perbedaan latar belakang budaya, terutama budaya penelitian dan penulisan karya

ilmiah, yang dimiliki oleh penutur asli bahasa Inggris dan penutur asli bahasa

Indonesia. Di samping itu, para peneliti Indonesia akhir-akhir ini banyak didorong

untuk mempublikasikan karya tulis ilmiah mereka dalam jurnal ilmiah internasional

yang pada umumnya diterbitkan dalam bahasa Inggris. Sangat disayangkan bahwa

belum banyak ditemukan penelitian yang mempelajari penggunaan strategi

pembentengan dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh

ilmuwan dan peneliti Indonesia (bdk. Hidayati, Muhammad & Dallyono, 2008;

Supriyati, 2002).

Page 20: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 548

Namun demikian, beberapa penelitian yang berkaitan dengan perbandingan

seperti tersebut di atas telah menunjukkan bahwa perbedaan pemakaian

pembentengan dalam karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris disebabkan terutama

oleh latar belakang budaya dan kecapakan bahasa (Clyne, 1991; Mauranen, 1997;

Vassileva, 1997, 2001). Sebagai contoh, Clyne (1991: 57ff) menemukan bahwa

dalam karya ilmiah yang mereka tulis dalam bahasa Inggris, ilmuwan Jerman

cenderung lebih banyak menggunakan pembentengan daripada penutur asli bahasa

Inggris. Kecenderungan ini, menurut Clyne (ibid.: 64), kemungkinan besar

disebabkan karena konvensi linguistik dalam bahasa Jerman. Clyne (ibid.)

berargumentasi bahwa kecenderungan tersebut kurang menguntungkan bagi ilmuwan

Jerman karena karya tulis ilmiah yang terlalu banyak ditandai oleh pembentengan

akan terdengar tidak ilmiah. Di samping itu, Clyne (ibid.: 60) juga mengamati bahwa

perbedaan pemakaian pembentengan tersebut sebagian juga disebabkan karena

adanya interferensi bahasa Jerman dalam bahasa Inggris. Interferensi pula agaknya

yang menyebabkan rendahnya pemakaian strategi pembentengan oleh ilmuwan

Bulgaria yang menulis karya ilmiah dalam bahasa Inggris apabila dibandingkan

dengan karya ilmiah yang ditulis oleh penutur asli (Vassileva, 2001: 99). Vassileva

(ibid.) berargumentasi bahwa interferensi ini sebagian disebabkan karena perbedaan

latar belakang budaya. Di samping itu, menurut Vassileva, perbedaan tersebut

disebabkan pula oleh penyimpangan-penyimpangan bukan hanya kaidah bahasa

Inggris melainkan juga kaidah bahasa Bulgaria. Contoh lain perbedaan penggunaan

pembentengan oleh penutur asli dan non-penutur asli ditunjukkan oleh Mauranen

(1997), yang menemukan bahwa ilmuwan Finlandia dalam karya tulis mereka dalam

Page 21: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 549

bahasa Inggris tampaknya tidak menggunakan pembentengan sebagaimana penutur

asli bahasa Inggris. Mauranen (ibid: 132) menunjukkan bahwa non-penutur asli yang

memiliki tingkat kecakapan bahasa yang lebih rendah cenderung lebih jarang

menggunakan pembentengan dibandingkan mereka yang memiliki tingkat kecakapan

bahasa yang lebih tinggi. Mauranen (ibid.) menyimpulkan bahwa kemampuan untuk

menggunakan pembentengan seperti penutur asli ditentukan oleh kecakapan bahasa.

Hasil-hasil penelitian tersebut di atas mengimplikasikan bahwa bagi non-

penutur asli, menggunakan pembentengan dalam karya ilmiah yang ditulis dalam

bahasa Inggris bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan kecakapan bahasa tingkat

tinggi yang mendekati kecakapan penutur asli agar dapat memakai strategi

pembentengan seperti penutur asli. Flowerdew (1999a) melaporkan berbagai

persoalan yang telah diidentifikasi oleh beberapa peneliti (seperti, mis., Bazerman,

1988; Johns, 1993; Mauranen, 1993; St. John, 1987; Swales, 1990, 2004), persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh non-penutur asli bahasa Inggris yang berupaya untuk

mempublikasikan karya ilmiah mereka dalam jurnal ilmiah internasional berbahasa

Inggris. Dua di antara persoalan-persoalan tersebut terkait dengan pemakaian

pembentengan dan cara-cara yang tepat untuk menyampaikan klaim pengetahuan.

Persoalan yang kedua ini ternyata juga dialami oleh penutur asli. Mengutip Myers

(1990), Swales (2004: 48) menuturkan: “Don’t we all have difficulty in finding le mot

juste, in adjusting our level of claim so that it is as strong as we can make it and yet

still defensible to our peers” (penekanan asli) ‘Bukankah kita semua memiliki

kesulitan dalam menemukan le most juste atau kata yang tepat, dalam menyesuaikan

Page 22: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 550

tingkat klaim kita sehingga klaim tersebut sekuat seperti yang dapat kita sampaikan,

akan tetapi masih dapat kita pertahankan di hadapan kolega seminat kita”.

Persoalan-persoalan tersebut di atas mengimplikasikan pentingnya solusi

pengajaran dan pembelajaran baik untuk meningkatkan kesadaran pembelajar,

khususnya ilmuwan dan peneliti Indonesia yang ingin mempublikasikan karya ilmiah

mereka dalam bahasa Inggris, dalam penggunaan pembentengan dalam karya tulis

ilmiah mereka maupun untuk mencari metode-metode yang tepat untuk mengajarkan

pemakaian pembentengan dalam karya tulis ilmiah. Kesulitan dalam pemakaian

secara tepat pembentengan sebagian barangkali disebabkan karena kurangnya

pengajaran tentang pemakaian strategi komunikasi ini. Para pembelajar tidak diajari

untuk memodulasikan proposisi yang mereka buat, atau bahkan tidak diajari untuk

memiliki sensitifitas terhadap persoalan ini. Namun demikian, harus diakui bahwa

mengajarkan pemakaian secara tepat pembentengan, terutama dalam artikel penelitian

ilmiah, dapat menimbulkan beberapa persoalan. Persoalan pertama terkait dengan

konteks; maksudnya, pembentengan hanya dapat dimaknai melalui konteks

pemakaiannnya. Persoalan lain, menurut Markkanen & Schrӧder (1997), adalah

bahwa pemakaian pembentengan seringkali berkaitan, dalam karya tulis ilmiah,

dengan nilai, keyakinan dan bahkan kepribadian penulis sehingga tidak mudah untuk

mengajarkannya. Oleh karena itu, Markkanen & Schrӧder (ibid.: 12) berargumentasi,

satu-satunya metode untuk mengajarkannya adalah melalui awareness-raising atau

peningkatan kesadaran pembelajar mengenai pemakaian pembentengan dalam

konteks. Berbagai metode lain telah diusulkan, di antaranya oleh Hyland (1998),

Salager-Meyer (1994, 1997) dan Skelton (1988a). Sebagai contoh, Skelton (1988a)

Page 23: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 551

menyarankan tiga macam latihan yang bermanfaat untuk pengajaran penggunaan

pembentengan, yaitu latihan peningkatan kepekaan pembelajar terhadap

pembetengan, latihan penulisan ulang sebuah teks dengan menambah dan/atau

mengurangi pembentengan di dalamnya, dan untuk pembelajar tingkat dasar, latihan

pengenalan seperangkat bentuk lingual pembentengan. Demikian halnya, Salager-

Meyer (1994: 165) juga menganjurkan latihan peningkatan kepekaan dan latihan

penulisan ulang, sedangkan Hyland (1998) menekankan pentingnya latihan-latihan, di

antaranya untuk meningkatkan kesadaran pembelajar mengenai pengaruh

pembentengan terhadap pernyataan, untuk membiasakan pembelajar pada konsep

pembentengan dan meningkatkan keyakinan mereka terhadap pemakaian

pembentengan, dan untuk mengembangkan kesadaran pembelajar tentang peran

pembaca dan tujuan penulisan karya ilmiah.

Hasil penelitian ini telah menunjukkan frekuensi berbagai bentuk pengungkap

pembentengan dan pentingnya pemakaian pembentengan dalam artikel penelitian

ilmiah dalam berbagai bidang ilmu. Hasil-hasil tersebut diharapkan dapat membantu

pengembangan pengajaran dan pembelajaran terkait dengan penggunaan strategi

pembentengan dalam karya tulis ilmiah. Menggunakan berbagai peranti

pembentengan tersebut secara tepat bukan saja merupakan aspek penting dari

argumentasi yang efektif, melainkan juga dapat dipandang sebagai tanda keanggotaan

dalam suatu komunitas ilmiah (Hyland, 1997). Di samping itu, penggunaan

pembentengan secara terampil merupakan bagian dari kompetensi pragmatik seorang

pengguna bahasa. Kekurangan dalam kompetensi ini dapat menghadirkan kesalahan

yang lebih serius dibandingkan dengan kesalahan dalam tata bahasa karena kesalahan

Page 24: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 552

pragmatik tidaklah segamblang kesalahan tata bahasa. Kesalahan pragmatik, dalam

hal ini kesalahan penggunaan pembentengan, dapat membuat pengguna bahasa,

terutama bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdengar terlalu tegas, kurang sopan,

terlalu agresif, terlalu tentatif atau bahkan terlalu yakin daripada yang

dimaksudkannya. Pada akhirnya, ini semua dapat menyebabkan kegagalan pragmatik

(Thomas, 1983).

6.3 Beberapa Persoalan dan Saran

Salah satu persoalan yang segera dapat dideteksi dari penelitian ini barangkali

terkait erat dengan ketuntasan kajian bentuk-bentuk lingual yang digunakan untuk

merealisasikan strategi pembentengan. Akan tetapi, mengingat bahwa pembentengan

bukanlah ciri yang melekat pada suatu teks melainkan produk dari komunikasi antara

penulis dan pembaca; maksudnya, bentuk lingual yang digunakan untuk

mengungkapkan pembentengan memperoleh maknanya melalui respons yang

diberikan oleh pembaca (Markkanen & Schrӧder, 1997), maka mempelajari

fenomena-fenomena kebahasaan seperti pembentengan barangkali tidak akan pernah

dapat tuntas. Saya yakin masih terdapat bentuk-bentuk lain yang luput dari

pengamatan, terutama bentuk-bentuk yang mengungkapkan indirectness atau

ketidaklangsungan seperti, misalnya, ironi dan metafora. Oleh sebab itu, sejak awal

penelitian ini tidak dimaksudkan untuk memperoleh ketuntasan kajian, melainkan

untuk mempelajari bentuk-bentuk lingual yang mengungkapkan, terutama komitmen

yang tidak mutlak, tentatifitas, ketidakpastian, perkiraan dan kehati-hatian, yang

Page 25: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 553

sebagian terkait erat dengan modalitas epistemis dan pada umumnya digunakan untuk

mengungkapkan pembentengan.

Satu persoalan penting lainnya barangkali berkaitan dengan konsep

pembentengan itu sendiri. Dalam penelitian ini istilah pembentengan digunakan

sebagai padanan dari istilah bahasa Inggris hedging, sebuah konsep yang dalam

penelitian ini digunakan dengan pengertian yang sudah agak jauh berbeda dengan

konsep awal yang diusulkan oleh Lakoff (1973). Sebagaimana telah dibahas dalam

Bab II, konsep ini telah mengalami banyak perkembangan, terutama dengan

digolongkannya pembentengan sebagai konsep pragmatik. Model pembentengan

yang diusulkan dalam penelitian ini mungkin harus dipandang sebagai alternatif dari

model-model yang sudah ada mengingat belum ditemukan dalam kepustakaan satu

pun kerangka pemikiran yang dapat mempersatukan berbagai model yang ada. Oleh

sebab itu, bentuk-bentuk lingual yang dalam penelitian ini dianggap sebagai bentuk

pembentengan barangkali di tempat lain diberi nama yang berbeda, atau sebaliknya,

bentuk-bentuk lingual yang di dalam penelitian lain disebut sebagai bentuk

pembentengan, di dalam penelitian ini tidak dianggap sebagi bentuk pembentengan.

Persoalan lain lagi yang yang dapat dipertanyakan mengenai penelitian ini

barangkali berkaitan dengan keengganan saya untuk menjawab pertanyaan berapa

banyak bentuk lingual yang digunakan untuk merealisasikan fungsi pembentengan

sebagai pelindung proposisi, berapa banyak bentuk lingual untuk merealisasikan

fungsi pembentengan sebagai pelindung penulis dan berapa banyak bentuk lingual

untuk merealisasikan fungsi pembentengan sebagai pelindung pembaca. Sebagaimana

Page 26: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 554

telah disebutkan sebelumnya, tidak diupayakannya penghitungan bentuk-bentuk

lingual yang dipakai untuk merealisasikan suatu fungsi pembentengan dilandasi oleh

kesulitan untuk mengidentifikasi fungsi apa yang direalisasikan oleh suatu bentuk

lingual tertentu mengingat suatu bentuk lingual memiliki potensi untuk digunakan

sebagai realisasi berbagai fungsi, dan adakalanya sekaligus. Di samping itu, tidak

jarang dalam suatu pernyataan ditemukan lebih dari satu bentuk pembentengan yang

digunakan untuk mengungkapkan fungsi yang berlain-lainan. Oleh sebab itu, saya

yakin bahwa menggolongkan masing-masing bentuk lingual pengungkap

pembentengan berdasarkan fungsinya sulit, atau bahkan mustahil, untuk dilakukan.

Selanjutnya, terlepas dari persoalan-persoalan di atas, penelitian ini dapat

dikembangkan untuk penelitian-penelitian lanjutan tentang pembentengan. Penelitian

ini telah menunjukkan adanya variasi pemakaian bentuk lingual pengungkap

pembentengan baik dalam lima bidang ilmu, yaitu ekonomi, kedokteran, linguistik,

MIPA dan teknik, maupun dalam keempat bagian artikel penelitian ilmiah, yaitu

bagian Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan dasar untuk perbandingan dengan penelitian-penelitian serupa dalam

bidang-bidang ilmu yang lain yang belum banyak diteliti seperti, misalnya, bidang

antropologi, hukum, ilmu politik dan pertanian. Perbandingan dapat pula dilakukan

dengan penelitian-penelitian yang menyoroti genre-genre lain seperti, misalnya,

popularisasi artikel penelitian ilmiah (Fahnestock, 1986; Varttala, 2001) dan disertasi

doktoral (Thompson, 2001), dan dapat pula dengan penelitian-penelitian dalam ranah-

ranah lain penggunaan bahasa di luar konteks akademis sebagaimana yang dilakukan

oleh Fraser (2010) yang mempelajari pembentengan dalam wacana politis.

Page 27: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 555

Mengingat, seperti telah disebutkan sebelumnya, pembentengan merupakan aspek

yang melekat pada penggunaan bahasa, penelitian ini barangkali juga bermanfaat

untuk mengungkapkan ciri-ciri pembeda dan faktor-faktor kontekstual yang terdapat

dalam genre-genre atau register-register seperti tersebut di atas, yaitu melalui

identifikasi baik frekuensi relatif bentuk-bentuk lingual pembentengan yang

digunakan untuk mengungkapkannya maupun aspek-aspek kontekstual yang paling

banyak memberikan pengaruh pada fungsi-fungsi pemakaiannya.

Penelitian ini, terutama kerangka pemikiran dan metode yang diterapkan di

dalamnya, juga dapat dikembangkan untuk mengkaji pembentengan dalam artikel

penelitian ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan dan peneliti Indonesia baik dalam bahasa

Inggris ataupun bahasa Indonesia mengingat masih jarangnya penelitian semacam itu

di Indonesia (tetapi lihat Djunaidi, 2002; Hidayati, Muhammad & Dallyono, 2008;

Safnil, 2003; Sanjaya, 2013; Supriyati, 2002). Banyak kajian tentang pembentengan

dalam wacana akademis dalam berbagai bahasa lain seperti bahasa Bulgaria (mis.,

Vassileva, 1997; 2001), bahasa Jerman (mis., Kreutz & Harres, 1997), bahasa Rusia

(mis., Namsaraev, 1997) dan bahasa Spanyol (mis., Martín-Martín, 2008) telah

berhasil mengidentifikasi berbagai perbedaan penggunaannya dengan bahasa Inggris.

Namun demikian, praktis belum ditemukan satupun kajian serupa yang

membandingkan pemakaian pembentengan dalam karya tulis ilmiah yang ditulis

dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa Indonesia (tetapi lihat Sanjaya, 2013). Oleh

sebab itu, masih banyak penelitian diperlukan untuk mempelajari berbagai perbedaan

kultural baik dalam hal penulisan maupun pemerolehan bentuk-bentuk pengungkap

pembentengan oleh ilmuwan dan peneliti Indonesia. Penelitian lain juga sangat

Page 28: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 556

diperlukan untuk mengkaji pemakaian pembentengan dalam karya ilmiah dalam

bahasa Indonesia yang ditulis oleh ilmuwan dan peneliti Indonesia, yang kemudian

dapat dijadikan dasar perbandingan dengan pemakaiannya dalam bahasa Inggris.

Telah disebutkan di atas bahwa penggunaan pembentengan secara tepat dalam

bahasa Inggris dapat menghadirkan persoalan serius bagi pembelajar bahasa Inggris

sebagai bahasa asing yang sedang belajar untuk menulis secara efektif. Persoalan ini

agaknya juga berlaku dalam penerjemahan (Markkanen & Schrӧder, 1989) dan proses

penyuntingan teks (Burrough-Boenisch, 2005; Mauranen, 1997). Berdasarkan

persoalan-persoalan ini, maka masih diperlukan lebih banyak penelitian mengenai

pembentengan, terutama dalam kaitannya dengan perbedaan-perbedaan lintas budaya,

dan perbandingan-perbandingan pembentengan dalam berbagai macam teks dari

berbagai macam bidang ilmu, pengaruh pembentengan terhadap pembaca, dan peran

serta penanganannya dalam penerjemahan. Di samping itu, masih diperlukan pula

penelitian lanjutan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan

pembaca, baik penutur asli maupun non-penutur asli, terhadap pemakaian

pembentengan dalam berbagai macam teks. Penelitian awal oleh Low (1996) tentang

tanggapan responden penutur asli bahasa Inggris terhadap pemakaian pembentengan

dalam kuesioner mengindikasikan bahwa responden tidak mengenali kehadiran

bentuk pembentengan dalam kuesioner. Hal yang sama juga ditemukan oleh Hyland

(2000) dalam penelitiannya mengenai tanggapan non-penutur asli, yakni mahasiswa

strata 1 penutur asli bahasa kanton, terhadap pemakaian pembentengan dalam

kuesioner. Berbeda dengan kedua penelitian tersebut di atas, dalam penelitiannya

mengenai tanggapan penulis artikel terhadap pembentengan yang mereka gunakan

Page 29: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 557

dalam artikel penelitian yang mereka tulis dan tanggapan pembaca, yakni kandidat

doktor yang mengikuti kelas English for Academic Purposes terhadap pembentengan

yang digunakan dalam beberapa artikel, Lewin (2005) melaporkan bahwa bentuk-

bentuk lingual pembentengan yang diidentifikasi oleh penulis artikel berbeda dengan

bentuk-bentuk yang dikenali oleh pembaca dan bahwa kesopanan bukanlah motivasi

utama yang mendorong penulis artikel untuk menggunakan pembentengan dalam

artikel penelitian yang mereka tulis. Lewin (ibid.) menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang sangat besar antara penulis artikel dan pembaca dalam hal jumlah

bentuk pembentengan yang mereka identifikasi; pembaca mengidentifkasi jauh lebih

banyak bentuk pembentengan daripada yang dimaksudkan oleh penulis artikel.

Mengingat perbedaan ini, maka masih banyak dibutuhkan penelitian lanjutan untuk

mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan penulis artikel maupun

tanggapan pembaca atas pemakaian pembentengan dalam karya tulis ilmiah.

Akhirnya, saya ingin menegaskan bahwa pembentengan merupakan aspek

penting karya tulis ilmiah pada umumnya, terutama artikel penelitian ilmiah.

Pembentengan menjadikan suatu artikel penelitian ramah terhadap pembaca karena

memberi ruang untuk negosiasi antara penulis dan pembaca. Pembentengan berperan

sangat penting bukan saja dalam pengembangan ilmu pengetahuan sebagai penanda

pengetahuan baru yang membutuhkan ratifikasi dari pembaca, melainkan juga dalam

memenuhi ambisi pribadi penulis artikel untuk memperoleh pengakuan atas kerja

keras mereka dalam penelitian. Mengingat pentingnya peran pembentengan dalam

karya tulis ilmiah, maka ilmuwan dan peneliti Indonesia yang berkeinginan untuk

berhasil merebut hati audiens internasional melalui publikasi mereka dalam jurnal-

Page 30: BAB VI P E N U T U P - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/97545/potongan/S3-2016... · terutama dari ketiga bab tersebut. Di samping itu, akan dibahas pula

BAB VI: PENUTUP | 558

jurnal internasional, yang sebagian besar diterbitkan dalam bahasa Inggris, harus

menyediakan waktu, tenaga dan biaya untuk belajar menentukan pernyataan-

pernyataan mana saja yang perlu dibentengi dan mana yang tidak, atau bahkan

pernyataan mana yang perlu disampaikan secara tegas. Di samping itu, dan tidak

kalah pentingnya, mereka juga harus bersedia untuk mempelajari dan mempraktekkan

penggunaan berbagai macam bentuk lingual yang dapat dimanfaatkan untuk

mengungkapkan pembentengan dalam artikel penelitian mereka dalam bahasa

Inggris. Dari sudut pandang pengajaran, ini berarti bahwa sebagai strategi komunikasi

yang sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya, pembentengan harus dijadikan bagian

tak terpisahkan dari kurikulum pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan akademis atau

English for Academic Purposes (EAP), terutama dalam penulisan akademis. Pada

gilirannya, ini merupakan tantangan bagi kita semua pendidik yang berkecimpung

dalam dunia pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan akademis untuk

mengembangkan metode-metode pengajaran dan latihan-latihan yang efektif untuk

membantu ilmuwan dan peneliti Indonesia untuk berkiprah dalam publikasi

internasional untuk menampilkan hasil-hasil penelitian mereka dan juga untuk

meningkatkan ‘visibilitas’ mereka sebagai ilmuwan yang disegani di dunia

internasional.