Bab Vi Mesin Las
description
Transcript of Bab Vi Mesin Las
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
93
BAB VI
MESIN LAS
6.1 Pengertian Pengelasan
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutche Industrie Norman), las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan bahwa las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Pada waktu ini telah digunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan
yang dilaksanakan hanya dengan menekan dua logam yang disambung sehingga
terjadi ikatan antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang
disambungkan.
6.2 Klasifikasi Las
Berdasarkan cara kerjanya, proses pengelasan dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Pengelasan Cair, adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan
gas yang terbakar. Jenis – jenis nya:
Las busur
Las gas
Las listrik terak
Las listrik gas
Las listrik termis
Las listrik electron
Las busur plasma
2. Pengelasan tekan, adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
dan kemudian ditekan hingga menjadi satu, jenis – jenisnya adalah:
Las resistensi listrik
Las tekan gas
Las tempa
Las gesek
Las ledakan
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
94
Las induksi
Las ultrasonik
3. Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang memiliki titik lebur
rendah. Dalam cara ini logam induk tidak ikut mencair, jenisnya:
Pembrasingan
Penyolderan
6.3 Las SMAW
6.3.1 Prinsip Kerja Las SMAW
Prinsip kerja dari las SMAW ini yaitu saat ujung elektroda didekatkan pada
benda kerja terjadi panas listrik (busur listrik) yang membuat antara benda kerja
dengan ujung elektroda terbungkus tersebut mencair secara bersamaan. Dengan
adanya pencairan ini maka kampuh pada lasan akan terisi oleh cairan logam dari
elektroda dan logam induk yang mencair secara bersamaan.
6.3.2 Bagian – bagian Utama Mesin Las SMAW
Gambar Bagian – bagian las SMAW
Sumber: Anonimous (2013)
1. Mesin las (welding machine) sebagai sumber tegangan
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
95
Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai mesin las AC dan mesin las DC,
mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo
juga ada yang dilengkapi dengan rectifier atau diode (perubah arus bolak
balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan motor penggerak baik
mesin diesel, motor bensin dan motor listrik. Gambar 3. adalah mesin las DC,
saat ini banyak digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa
kelebihan dari pada mesin las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat diatur.
2. Kabel masa dan kabel elektoda (groundcable/lead and electrode cable/lead)
Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi menyalurkan aliran listrik dari
mesin las ke material las dan kembali lagi ke mesin las. Ukuran kabel masa
dan kabel elektroda ini harus cukup besar untuk mengalirkan arus listrik,
apabila kurang besar akan menimbulkan panas pada kabel dan merusak
isolasi kabel yang akhirnya membahayakan pengelasan.
Sesuai dengan peraturan, kabel di antara mesin dan tempat kerja sebaiknya
sependek mungkin. Menggunakan satu kabel (tanpa sambungan) jika
jaraknya kurang dari 35 kaki. Jika memakai lebih dari satu kabel,
sambungannya harus baik dengan menggunakan lock-type cable connectors.
Sambungan kabel minimal 10 kaki menjauhi operator.
3. Pemegang elektroda dan klem masa (electrode holder and ground clamp)
Pemegang elektrode berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel
elektrode ke elektrode serta sebagai pegangan elektrode sehingga tukang las
tidak merasa panas pada saat mengelas. Klem masa berguna untuk
menghubungan kabel masa dari mesin las dengan material biasanya klem
masa mempunyai per untuk penjepitnya. Klem ini sangat penting karena
apabila klem longgar arus yang dihasilkan tidak stabil sehingga pengelasan
tidak dapat berjalan dengan baik.
6.4 Las MIG
6.4.1 Prinsip Kerja Las MIG
Panas dari proses pengelasan ini dihasilkan oleh busur las yang terbentuk
diantara elektroda kawat (wire electrode) dengan benda kerja. Selama proses las
MIG, elektroda akan meleleh kemudian akan menjadi deposit logam las (weld
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
96
beads). Gas pelindung digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi dan
melindungi hasil las selama masa pembekuan (solidification)
6.4.2 Bagian – bagian Utama Mesin Las MIG
Gambar Rangkaian mesin las MIG
Sumber: Anonimous
A. Mesin las
Sumber energi mesin MIG ( metal inert gas) dibagi dalam 2 golongan,
yaitu : Mesin las arus bolak balik (Alternating Current) dan mesin las arus
searah (Direct Current), namun karena bahan yang di las yang kebanyakan
adalah jenis baja, maka secara luas proses pengelasan dengan MIG ( metal
inert gas) adalah menggunakan mesin las DC. Mesin las MIG umumnya
berkemampuan sampai 250 amper. Dilengkapi dengan sistem
kontrol,penggulung kawat gas pelindung, sistempendingin dan rangkaian
lain. Sumber tenaga untuk Las MIG ( metal inert gas) merupakan mesin las
bertegangan konstan. Tenaga yang dikeluarkan dapat berubah-ubah sendiri
sesuai dengan panjang busur. Panjang busur adalah jarak antara ujung
elektroda ke benda kerja. Panjang busur ini bisa disetel. Bila busur berubah
menjadi lebih pendek dari setelan semula, maka arus bertambah dan
kecepatan kawat berkurang. Sehingga panjang busur kembali semula.
Sebaliknya bila busur berubah menjadi lebih panjang, arus berkurang,
kecepatan kawat elektroda bertambah. Dengan sistem otomatis seperti ini,
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
97
yaitu mesin yang mengatur sendiri, maka panjang busur akan konstan dan
hasil pengelasan akan tetap baik.
Pada mesin las MIG arus DC, bisa digunakan dengan polaritas lurus
maupun terbalik sesuai dengan kebutuhan.
B. Unit pengontrol kawat elektroda (wire feeder)
Alat pengontrol kawat elektrodaadalah alatutama pada pengelasan
dengan MIG ( metal inert gas ). Alat ini biasanya tidak menyatu dengan
mesin las, tapi merupakan bagian yang terpisah dan ditempatkan berdekatan
dengan pengelasan. Fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Menepatkan rol kawat
b. Menempatkan kabel las (termasuk welding gun dan nozzle) dan sistem
saluran gas pelindung.
c. Mengatur pemakaian kawat elektroda (sebagaian tipe mesin, unit
pengontrolannya terpisah dengan wire feeder unit)
d. Mempermudah proses/penanganan pengelasan, dimana wire feeder
tersebut dapat dipindah-pindah sesuai kebutuhan.
Gambar Bagian- bagian Utama Wire Feeder
Sumber: Anonimous
Pada dasarnya terdapat tiga jenis wirefeeder, yaitu jenis dorong, jenis tarik,
jenis dorong-tarik. Perbedaannya adalah dari cara menggerakkan elektroda dari spool
ke tourch. Kecepatan dari wirefeeder dapat diatur mulai dari 1 hingga 22 m/menit.
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
98
C. Welding gun
Welding gun merupakan bagian yang dipegang oleh operator las, yang
akan melakukan pengelasan. Pada welding gun terdapat tuas yang berfungsi
sebagai saklar untuk melakukan proses pengelasan.
Gambar Welding gun
Sumber: Anonimous
D. Kabel las dan kabel kontrol
Pada mesin las terdapat kabel primer (primary powercable) dan kabel
sekunder atau kabel las (welding cable). Kabel primer ialah kabel yang
menghubungkan antara sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah kawat inti
pada kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu
kawat sebagai hubungan pentanahan dari mesin las. Kabel sekunder ialah
kabel-kabel yang dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari kabel yang
dihubungkan dengan tang las dan benda kerja serta kabelkabel control. Inti
Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan dengan kapasitas
arus maksimum dari pada mesin las. Makin kecil diameter kabel atau makin
panjang ukuran kabel, maka tahanan/hambatan kabel akan naik, sebaliknya
makin besar diameter kabel dan makin pendek maka hambatan akan rendah.
E. Regulator gas
Fungsi dari regulator adalah untuk mengatur pemakaian gas. Untuk
pemakaian gas pelindung dalam waktu yang relatif lama, terutama gas CO2
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
99
diperlukan pemanas yang dipasang antara silinder gas dan regulator.Hal ini
diperlukan agar gas pelindung tersebut tidak membeku yang berakibat
terganggunya aliran gas.
Gambar regulator dan tabung gas pelindung
Sumber: Anonimous
F. Pipa kontak
Pipa pengarah elektroda biasa juga disebut pipa kontak. Pipa kontak
terbuat dari tembaga, dan berfungsi untuk membawa arus listrik ke elektroda
yang bergerak dan mengarahkan elektroda tersebut ke daerah kerja
pengelasan. Torch dihubungkan dengan sumber listrik pada mesin las dengan
menggunakan kabel. Karena elektroda harus dapat bergerak dengan bebas
dan melakukan kontak listrik dengan baik, maka besarnya diameter lubang
dari pipa kontak sangat berpengaruh.
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
100
Gambar Pipa kontak
Sumber: Anonimous
G. Nozzle gas pelindung
Nozzle gas pelindung akan mengarahkan jaket gas pelindug kepada
daerah las. Nozzle yang besar digunakan untuk proses pengelasan dengan
arus listrik yang tinggi. Nozzle yang lebih kecil digunakan untuk pengelasan
dengan arus listrik yang lebih kecil.
Gambar Nozzle gas pelindung
Sumber: Anonimous
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
101
6.5 Las Titik
6.5.1 Prinsip Kerja Las Titik
Prinsip kerja las titik adalah elektroda menekan pelat dimana arus belum
dialirkan. Waktu proses ini disebut waktu tekan. Setelah itu arus dialirkan ke
elektroda sehingga timbul panas pada pelat di posisi elektroda sehingga terbentuk
sambungan las. Waktu proses ini disebut waktu las. Setelah itu arus dihentikan
namun tekanan tetap ada dan proses ini disebut waktu tenggang. Kemudian logam
dibiarkan mendingin sampai sambungan menjadi kuat dan tekanan di hilangkan dan
pelat telah menjadi satu pada bagian yang di las.
6.5.2 Bagian – bagian Utama Mesin Las Titik
Gambar Mesin Las Titik
Sumber: Anonimous
Keterangan :
1. Electrode arm
Berfungsi sebagai elektroda dalam pengelasan titik, elektroda ini bisa
bergerak untuk menekan benda kerja
2. Electrode
Sama seperti electrode arm tetapi tidak bisa bergerak
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
102
3. Main regulator
Merupakan bagian utama dimana terdapat transformator , control utama, dll
4. Foot pedal
Untuk melakukan eksekusi pengelasan, caranya dengan di injak dengan
kaki, maka electrodeakan menjepit benda kerja dan mengalirkan arus.
6.6 Elektroda dan Flux
A. Elektroda
Elektroda dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain :
1. Elektroda menurut bahannya
Komposisi bahan elektroda dibedakan untuk dapat mempermudah
memilih bahan tambah untuk mengelas benda kerja yang sesuai dengan
bahan elektroda.
a. Elektroda baja karbon
b. Elektroda baja paduan
c. Elektroda bukan baja (non ferrous)
2. Elektroda berdasarkan fungsinya
a. Elektroda yang habis terpakai
Elektroda yang habis terpakai maksudnya adalah elektroda
yang ikutmeleleh sebagai filler dalam proses las, dipakai dalam las
SMAW (Submerged Arc Welding). elektroda jenis ini dilapisi
sumber fluks, pada saat elektroda meleleh maka sumber fluks ini
juga ikut terkena panas dari busur listrik sehingga berubah menjadi
asap yang melindungi daerah las yang masih cair.
b. Elektroda yang tidak langsung habis terpakai
Elektroda yang terbuat dari tungsten ini tidak ikut meleleh
menjadi filler, filler diumpankan secara terpisah dari elektroda,
elektroda ini digunakan pada las jenis GTAW (Gas Tungsten Arc
Welding).
3. Elektroda menurut lapisan pelindungnya
a. Elektroda terbungkus
Adalah elektroda las yang terbungkus oleh sumberfluks.
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
103
Pada umumnya elektroda terbungkusdibedakan menjadi dua yaitu :
- Elektroda terbungkus tipis mempunyai tebal lapisan 0,1mm
- Elektroda terbungkus tebal mempunyai lapisan sekitar 1 – 3 mm
b. Elektroda tidak terbungkus (elektroda polos)
Elektroda ini sangat jarang digunakan karena sukar
memelihara kestabilan busur nyala dibandingkan dengan elektroda
terbungkus. Pada umumnya elektroda ini digunakan untuk
mengelas benda kerja yang tidak terlalu penting (berkualitas
rendah) seperti : mengela pagar, jeruji jendela, dan sebagainya.
B. Fluks
Didalam las elektroda terbungkus, fluks memegang peran yang penting
karena fluks dapat bertindak sebagai:
Pemantap busur dan melancarkan pemindahan butir – butir cairan logam
Sumber terak / gas yang dapat melindungi logam cair terhadap udara di
sekeitarnya.
Sumber unsur – unsur paduan.
Fluks terdiri dari bahan – bahan tertentu dengan perbandingan unsur
pembentuknya yang telah diperhitungkan, dan memiliki fungsi utama sebagai
sumber terak dan memiliki fungsi tambahan sesuai komposisi
pembentukannya. Berikut macam dan fungsi bahan fluks.
6.7 Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan atau disebut juga sikap pengelasanadalah pengaturan posisi
dan gerakan arah elektroda sewaktu mengelas. Macam – macam posisi pengelasan
adalah sebagai berikut:
1. Posisi pengelasan dibawah tangan
Dilakukan pada permukaan rata dan dilakukan dibawah tangan,
dengan kemiringan elektroda las sekitar 10o – 20o terhadap garis vertical dan
70o – 80o terhadap benda kerja.
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
104
Gambar : Posisi Pengelasan Bawah Tangan
Sumber : Anonimous
2. Posisi Tegak / vertikal
Posisi pengelasan tegak atau vertical adalah apabila pengelasan
dilakukan dengan arah ke atas atau ke bawah. Posisi pengelasan ini
termasuk kategori sulit karena logam cair bisa mengalir ke bawah. Posisi ini
dilakukan dengan kemiringan elektroda sekitar 10o-15o terhadap garis
vertical dan 70o – 85o terhadap benda kerja.
Gambar Posisi Elektroda pada Pengelasan
Sumber: Anonimous
3. Posisi datar / horizontal
Pada posisi pengelasan ini arah gerakan pengelasan adalah dari kiri ke
kanan, maupun sebalikknya (mengikuti garis horizontal). Elektroda dibuat
miring sekitar 5o-10o terhadap garis vertical dan 70o – 80o kearah benda
kerja
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
105
Gambar Posisi Pengelasan Horizontal
Sumber: Anonimous
4. Posisi diatas kepala (over head)
Posisi pengelasan jenis ini sangat berbahaya, karena logam cair dapat
menetes dan bisa mengenai operator las. Operator las harus menggunakan
perlengkapan yang lengkap, antara lain baju las, sarung tangan las, sepatu
kulit dan lainnya. Elektroda dan benda kerja berada diatas kepala operator las,
kedudukan elektroda 5o – 20o terhadap garis vertikal dan 75o – 85o terhadap
benda kerja.
Gambar Posisi Pengelasan diatas Kepala / Overhead
Sumber: Anonimous
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
106
6.8 Tipe Sambungan Las
Jenis sambungan las tergantung pada factor seperti ukuran dan profil benda kerja
yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besar luas sambungan yang tersedia,
dan biaya. Sambungan las terdiri dari 5 jenis utama, yaitu: Sambungan sebidang
(Butt Joint), Sambungan Tegak, Sambungan Sudut, Sambungan Tumpang (Lap
joint,),dan Sambungan sisi
Gambar : Macam Sambungan Las
Sumber : Anonimous
1. Sambungan sebidang (Butt Joint)
Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan
eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal. Bila digunakan
bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove
weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum
dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian
utamanya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan
secara khusus (diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-
hati sebelum dilas.
2. Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang seperti
profil T, gelagar plat (plat girder), penguat samping (bearing stiffener),
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
107
penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung
membentuk sudut tegak lurus. Jenis sambungan ini terutama bermanfaat
dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang
disambung dengan las sudut maupun las tumpul.
3. Sambungan Sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang
berbentuk boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok
yang memikul momen puntir yang besar.
4. Sambungan Lewatan (Lap joint)
Sambungan lewatan merupakan jenis yang paling umum. Sambungan
ini mempunyai dua keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan, potongan yang akan disambung tidak memerlukan
ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan
lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan
kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak
memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api)
atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las sudut sehingga
sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan
yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa
menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-
potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut pemasangan
yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah di las.
− Sambungan lewatan mudah digunakan untuk menyambung plat yang
tebalnya berlainan.
5. Sambungan sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai
untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk
mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
108
6.9 Daerah Hasil Pengelasan
Daerah Hasil Pengelasan terdiri dari tiga bagian yaitu: daerah logam las,
daerah pengaruh panas atau heat affected zone disingkat menjadi HAZ dan logam
induk yang tak terpengaruh panas.
a. Daerah Logam LasDaerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu
pengelasan mencair dan kemudian membeku. Komposisi logam las terdiri
dari komponen logam induk dan bahan tambah dari elektroda. Karena logam
las dalam proses pengelasan ini mencair kemudian membeku, maka
kemungkinan besar terjadi pemisahan komponen yang menyebabkan
terjadinya struktur yang tidak homogen, ketidakhomogennya struktur akan
menimbulkan struktur ferit kasar dan bainit atas yang menurunkan
ketangguhan logam las. Pada daerah ini struktur mikro yang terjadi adalah
struktur cor. Struktur mikro di logam las dicirikan dengan adanya struktur
berbutir panjang (columnar grains). Struktur ini berawal dari logam induk
dan tumbuh ke arah tengah daerah logam las (Sonawan, 2004).
Gambar : Daerah Logam Las dan Logam Induk
Sumber : Anonimous
b. Daerah Pengaruh Panas atau Heat Affected Zone (HAZ)
Daerah pengaruh panas atau heat affected zone (HAZ) adalah
logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses
pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat
sehingga daerah ini yang paling kritis dari sambungan las. Secara visual
daerah yang dekat dengan garis lebur las maka susunan struktur logamnya
semakin kasar. Pada daerah HAZ terdapat tiga titik yang berbeda, titik 1 dan
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
109
2 menunjukkan temperatur pemanasan mencapai daerah berfasa austenit dan
ini disebut dengan transformasi menyeluruh yang artinya struktur mikro baja
mula-mula ferit+perlit kemudian bertransformasi menjadi austenit 100%.
Titik 3 menunjukkan temperatur pemanasan, daerah itu mencapai daerah
berfasa ferit dan austenit dan ini yang disebut transformasi sebagian yang
artinya struktur mikro baja mula-mula ferit+perlit berubah menjadi ferit dan
austenit.
Gambar : Daerah Pengaruh Panas (HAZ)
Sumber : Anonimous
c. Logam Induk
Logam induk adalah bagian logam dasar di mana panas dan suhu
pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan
sifat. Disamping ketiga pembagian utama tersebut masih ada satu daerah
pengaruh panas, yang disebut batas las (Wiryosumarto, 2000).
6.10 Cacat Hasil Pengelasan
Ada beberapa cacat hasil pengelasan yaitu :
1. Retak Las
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
110
Gambar : Retak las
Sumber : Anonimous
Cacat las yang sering sekali terjadi pada saat proses pengelasan
adalah retak las yang dapat dibagi menjadi dua kategori yakni : retak dingin
dan retak panas. Retak dingin adalah retak yang terjadi pada daerah las pada
suhu kurang lebih 300 0C. Sedangkan retak panas adalah retak yang terjadi
pada suhu diatas 500°C. Retak dingin tidak hanya terjadi pada daerah HAZ
(Heat Affected Zone) atau sering disebut dengan daerah pergaruh panas
tetapi biasanya terjadi pada logam las. Sedangkan retak panas dibagi menjadi
dua kelas yaitu retak karena pembebasan tegangan pada daerah pengaruh
panas yang terjadi pada suhu 500 °C – 700 °C dan retak yang terjadi pada
suhu diatas 900 °C yang terjadi pada peristiwa pembekuan logam las. Retak
panas sering teriadi pada logam las karena pembekuan, biasanya berbentuk
kawah dan retak memanjang. Retak panas ini terjadi karena pembebasan
tegangan pada daerah kaki didalam daerah pengaruh panas.
2. Penembusan Kurang Baik
Gambar : Penembusan Kurang Baik
Sumber : Anonimous
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
111
Selain retak, cacat las yang juga sering terjadi, adalah penembusan
las yang kurang dan jelek. Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat
yang timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh
karena penembusan yang kurang. Karena kurang penembusan inilah maka
penyambungan tidak sempurna. Penyebab dari penembusan yang kurang ini
antara lain : Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi, Arus terlalu rendah,
Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil, Benda kerja terlalu
kotor, Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik, Busur las yang
terlalu panjang.
3. Under Cut
Gambar : Under Cut
Sumber : Anonimous
Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut
dengan under cut pada benda kerja.Pengerukan ini terjadi pada benda kerja
atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang
kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan.
Sebab-sebab pengerukan las antara lain : Arus yang terlalu tinggi, Kecepatan
pengelasaan yang terlalu tinggi pula, Busur nyala yang terlalu panjang,
Ukuran elektroda yang salah, Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat,
Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur.
4. Keropos
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
112
Gambar : Keropos
Sumber : Anonimous
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam
pengelasan. Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yang
diikuti dengan perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi
menjadi rapuh karena korosi tadi. Cacat inimemang kelihatannya sepele akan
tetapi dampak yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga.
Penyebab keropos ini yakni : Busur pendek, Kecepatan mengelas yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, Kurang waktu pengisian, Terdapat kotoran-
kotoran pada benda kerja, Kesalahan memilih jenis elektroda.
5. Penggerutan Benda Kerja.
Gambar : Penggerutan Benda Kerja
Sumber : Anonimous
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
MESIN LAS
Buku Tugas Praktikum Proses Manufaktur I
113
Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan
mengkerut bila di dinginkan. Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada
arah memanjang, maka setelah dingin terjadilah pelengkungan atau
melenting atau deformasi dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat
pengikat lebih dulu) maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan
bergeser, bahkan sampai kedua sisi tersebut dapat berimpit Penyebab
pengerutan adalah:, Pengisian pengelasan kurang, Pengkleman salah,
Pemanasan yang berlebihan, Kesalahan persiapan kampuh, Pemanasan tidak
merata, Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik, Salah
urutan pengelasan.
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya