BAB VI

9
BAB VI PEMBAHASAN Karakteristik Responden 6.1.1 Umur Responden Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa tidak ada hubungan antara kelompok umur dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 40-59 tahun di RW 1 dusun Sanan desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun 2013. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bustan (1997) yang membuktikan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi sesuai peningkatan usia dan biasanya pada usia ≥ 40 tahun. Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degenerative yang lebih sering pada usia tua. Keadaan ini kemungkinan bisa terjadi karena jumlah 53

description

e

Transcript of BAB VI

Page 1: BAB VI

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

1 Umur Responden

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa tidak ada hubungan

antara kelompok umur dengan kejadian hipertensi pada wanita usia

40-59 tahun di RW 1 dusun Sanan desa Watugede Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang Tahun 2013. Hal ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Bustan (1997) yang

membuktikan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan

prevalensi hipertensi sesuai peningkatan usia dan biasanya pada

usia ≥ 40 tahun. Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang

meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi

aorta, serta adanya proses degenerative yang lebih sering pada usia

tua. Keadaan ini kemungkinan bisa terjadi karena jumlah

responden yang digunakan sebagai sampel terlalu sedikit sehingga

interval usianya terlalu pendek.

2 Pendidikan

Dari data penelitian, didapatkan tingkat pendidikan terbanyak

responden ialah Tamat SMA (29,70%).

3 Pekerjaan

Berdasarkan data penelitian, mayoritas responden adalah ibu

rumah tangga sebesar 51,60% dan diperoleh data bahwa tidak ada

53

Page 2: BAB VI

hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi pada wanita

usia 40-59 tahun di RW 1 dusun Sanan desa Watugede Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang Tahun 2013.

4 Indeks Massa Tubuh

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada hubungan

antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi pada wanita

usia 40-59 tahun di RW 1 dusun Sanan desa Watugede Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang Tahun 2013. Hal ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mr Brown (2000) terhadap

orang dewasa di Amerika Serikat yang mengemukakan bahwa

angka kejadian hipertensi bertambah seiring meningkatnya indeks

massa tubuh(IMT), terutama pada usia lebih dari 40 tahun.

Keadaan ini kemungkinan bisa terjadi karena mayoritas responden

dari penelitian ini masih tergolong overweight, belum termasuk

kelompok obesitas.

5 Faktor Keturunan Hipertensi

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa ada hubungan yang

signifikan antara faktor keturunan hipertensi dengan kejadian

hipertensi pada wanita usia 40-59 tahun di RW 1 dusun Sanan desa

Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun 2013

dimana terdapat 71,8% wanita yang memiliki faktor keturunan

hipertensi menderita hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sheps bahwa hipertensi cenderung merupakan

penyakit herediter. Jika salah seorang dari orang tua memiliki

54

Page 3: BAB VI

hipertensi, maka risiko anak menderita hipertensi sebesar 25%.

Jika kedua orang tua memiliki hipertensi, risiko anak menderita

hipertensi sebesar 60%.

6 Perokok Pasif

Berdasarkan data penelitian, mayoritas responden adalah perokok

pasif dan dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada

hubungan antara perokok pasif dengan kejadian hipertensi pada

wanita usia 40-59 tahun di RW 1 dusun Sanan desa Watugede

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun 2013.

6.2 Durasi Tidur

Sebagaimana kita ketahui, durasi tidur merupakan salah satu faktor

risiko hipertensi yang dapat dikontrol. Untuk orang dewasa yang sudah

berusia 18 tahun ke atas, waktu tidur rata-rata yang diperlukan adalah 7 - 9

jam (NSF, 2011). Namun, setiap tahun di dunia, diperkirakan sekitar 20%-

50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%

mengalami gangguan tidur yang serius. Seperti halnya dalam penelitian

yang dilakukan oleh di Jepang disebutkan 29 % responden tidur kurang dari

6 jam (Liu, 2000). Di Indonesia belum diketahui angka pastinya, namun

prevalensi pada orang dewasa mencapai 20% (Potter & Perry, 2005).

Pada penelitian terhadap wanita usia 40-59 tahun di RW 1 Dusun Sanan

Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang ini, didapatkan

sebanyak 35 orang dengan durasi tidur kurang dari 6 jam (54,70%) dan

jumlah penduduk dengan durasi tidur lebih atau sama dengan 6 jam

55

Page 4: BAB VI

sebanyak 29 orang (45,30%). Berdasrkan penelitian, alasan kurangnya

durasi tidur pada kelompok yang tidurnya kurang dari 6 jam, paling banyak

adalah karena banyak pikiran.

6.3 Kualitas Tidur

Kualitas tidur dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

tidur kualitas baik dan kualitas buruk. Kualitas tidur dikatakan baik apabila

responden nyenyak, tidak mengantuk dan tidak berdebar-debar. Sedangkan

kualitas tidur dikatakan buruk bila minimal ada salah satu poin tidak

nyenyak, mengantuk dan berdebar. Dari 64 responden yang diwawancarai,

ternyata sebagian besar wanita usia 40-59 tahun memiliki kualitas tidur

yang buruk, yaitu sebesar 49 orang (76.60%). Sedangkan subjek dengan

kualitas tidur baik, yaitu 15 orang (23,40%).

6.4 Hipertensi

Pada penelitian ini jumlah responden yang menderita hipertensi sebesar

60,90% dari 64 responden. Angka ini menunjukkan bahwa prevalensi

hipertensi cukup tinggi. Hasil ini menunjukkan kebenaran bahwa di

Indonesia, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar. Hal ini

sesuai dengan data RISKESDAS 2007 yang menunjukkan bahwa prevalensi

nasional hipertensi pada penduduk usia >18 tahun adalah 31,7%, dan Jawa Timur

memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional yaitu 37,4% (Badan Penelitian

Pusat dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2008).

56

Page 5: BAB VI

6.5 Hubungan antara Durasi Tidur dengan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama waktu

tidur dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 40-59 tahun di RW 1

Dusun Sanan Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang

Tahun 2013 dengan nilai p= 0,002 dan RR= 0,209 berdasarkan uji

Spearman’s Rho.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Gottlieb (2006) mengenai

hubungan antara kebiasaan lama tidur terhadap hipertensi. Jika

dibandingkan dengan kelompok yang lama waktu tidurnya antara 7 sampai

< 8 jam setiap malam, maka pada kelompok yang lama waktu tidurnya

kurang dari 7 jam, 8 jam atau lebih memiliki odd ratio yang lebih tinggi

untuk menderita hipertensi (95% CI, OR 1,86 dengan P<0,001).

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh oleh Gangwisch (2006) mengenai

durasi tidur yang singkat sebagai faktor risiko hipertensi pada kelompok usia 32-59

tahun membuktikan bahwa pada kelompok dengan durasi tidur ≤ 5 jam setiap

malam, didapatkan kasus hipertensi secara signifikan (HR 1,60; 95% CI, 1,19-

2,14) dibandingkan dengan kelompok yang durasi tidurnya 7 atau 8 jam setiap

malam.

Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya durasi tidur. Durasi tidur terutama

kurang dari 6 jam dalam sehari dapat meningkatkan produksi kortisol sehingga

meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang memicu terjadinya vasokonstriksi dan

peningkatan kontraktilitas jantung sehingga menyebabkan hipertensi. Selain itu,

meningkatnya kortisol juga meningkatkan aktivitas renin-angiotensin sehingga

terjadi retensi natrium dan air di ginjal yang meningkatkan preload dan akhirnya

menyebabkan terjadinya hipertensi.

57

Page 6: BAB VI

6.6 Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Hipertensi

Pada penelitian ini, setelah dilakukan uji korelasi pada ketiga variabel

kualitas tidur yang meliputi kondisi nyenyak, kondisi mengantuk, dan

kondisi jantung berdebar ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan diantara ketiganya, sehingga ketiga variabel

tersebut tidak dapat digunakan untuk menilai hubungan kualitas tidur

terhadap kejadian hipertensi. Hal ini dapat disebabkan oleh perangkat alat

ukur yang kurang spesifik dalam mengkategorikan ketiga variabel tersebut.

58