5.2 Penutup. Jelasnya, lslam adalah agama yang amat sempurna ...
Bab V Skala Pengukuran - · PDF filememilih teknik pengukuran ... pengukuran tertentu.Proses...
Transcript of Bab V Skala Pengukuran - · PDF filememilih teknik pengukuran ... pengukuran tertentu.Proses...
62
Bab V
Skala Pengukuran
KOMPETENSI DASAR: Setelah menyelesaikan
materi ajar ini mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan skala pengukuran, pengertian,tipe skala pengukuran,karakteristik masing-masing
skala pengukuran, pengukuran yang baik, menjelaskan perbedaan masing-masing skala pengukuran komparasi.
PENDAHULUAN
egitu masalah penelitian telah dirumuskan dan desain penelitian telah
dipilih untuk memecahkan masalah, tugas peneliti selanjutnya adalah
memilih teknik pengukuran (measurement) dan mendesain instrumen
penelitian. Teknik pengukuran pada dasarnya membicarakan mengenai aturan dan
prosedur yang digunakan untuk menjembatani antara apa yang ada dalam dunia
konsep dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Misalnya, jika peneliti ingin
mengukur kepuasan kerja karyawan Perumka, teknik pengukuran akan berusaha
meyakinkan bahwa tingkat kepuasan kerja benar-benar dapat diukur dengan skala
pengukuran tertentu.Proses pengukuran amat berkaitan dengan desain instrumen.
Desain instrumen dapat didefinisikan sebagai penyusunan instrumen
pengumpulan data (biasanya berupa kuesioner) untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan guna memecahkan masalah penelitian.
KOMPETENSI DASAR
Setelah menyelesaikan materi ajar ini mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan skala pengukuran, pengertian,tipe skala pengukuran,karakteristik
masing-masing skala pengukuran, pengukuran yang baik, menjelaskan tentang
perbedaan masing-masing skala pengukuran komparasi.
INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan skala pengukuran, pengertian
2. Menjelaskan tipe skala pengukuran
B
63
3. Menjelaskan karakteristik masing-masing skala pengukuran
4. Menjelaskan perbedaan masing-masing skala pengukuran komparasi
5. Menjelaskan tabulasi data uji data validitas dan reliabilitas
PENYAJIAN MATERI
5.1 Pengukuran Data: Scale & Measurement
Untuk memahami perbedaan antara measurement dan scaling, maka perlu
diilustrasikan bahwa keduanya ibarat dua komponen utama yaitu Scale dan
score-measures. Scale adalah alat penimbang tersebut, yang digunakan untuk
menimbang badan. Sedangkan measurement adalah cara alat penimbang badan
tersebut menyatakan berat badan yang ditimbang. Scale di atas menghasilkan
angka 1 – 120 kg. Angka 1 – 120 kg adalah measures atau scores yang didapat
karena menggunakan scale tersebut.
Dengan demikian yang dimaksud dengan scale adalah alat pengukur data atau
konkritnya jenis pertanyaan sepertin apa yang digunakan untuk menghasilkan
data. Terdapat jenis pertanyaan atau scale yang bila digunakan akan menghasilkan
data nominal, sedangkan scale yang lain akan menghasilkan data ordinal dan
seterusnya yaitu data interval dan data rasio. Karena jenis jawaban yang diperoleh
berbeda, maka scale yang digunakan pun memiliki nama yang berbeda yaitu
nominal scale, ordinal scale, interval scale dan ratio scale seperti yang diuraikan
berikut ini.
5.2 Jenis Pengukur Data (Scales & Scale Types)
Secara umum dikenal empat jenis pengukur data (scales) sebagai berikut:
1. Pengukur data Nominal (Nominal Scales)
2. Pengukur data Ordinal (Ordinal Scales)
3. Pengukur data Interval (Interval Scales)
4. Pengukur data Rasio (Ratio Scales)
64
5.2.1 Pengukur Data Nominal (Nominal Scales)
Pengukur data nominal adalah sebuah pengukur data yang menghasilkan
“Nomen” yaitu nama atau tanda. Dengan demikian, bila kita ingin mengetahui
nama atau benda dari sesuatu, maka pengukur data yang digunakan adalah
pengukur data nominal.
Misalnya peneliti ingin mengetahu nama tempat tinggal seseorang, ia lalu
bertanya dimanakah saudara bertempat tinggal? Karena yang ditanyai adalah
penduduk kota Semarang, maka jawaban yang diberikan terhadap pengukur data
ini adalah salah satu dari lima alternatif berikut ini:
Semarang Selatan
Semarang Utara
Semarang Timur
Semarang Barat
Semarang Tengah
Untuk memudahkan mengelola data tersebut, si peneliti lalu menggunakan
“measurement” tertentu untuk memberi tanda pada jawaban yang diterima,
misalnya:
Bila menjawab Semarang Selatan, diberi tanda =1
Bila menjawab Semarang Utara, diberi tanda =2
Bila menjawab Semarang Tinur, diberi tanda =3
Bila menjawab Semarang Barat, diberi tanda =4
Bila menjawab Semarang Tengah, diberi tanda =5
Dengan demikian Scales yang digunakan adalah “dimana tempat tinggal
saudara?” Dapat diduga bahwa jawabannya pastilah sebuah nama atau tanda, oleh
karena itu scale ini disebut “Nominal Scale”. Sedangkan measurement yang
digunakan adalah 1, 2, 3, 4, 5 sebagai sebuah angka yang mewakili nama atau
tanda dari jawaban yang diperoleh. Skala nominal yang menghasilkan
measurement tertentu, hanya berguna untuk menghitung frekuensi.
Kita dapat mengembangkan sebuah skala yang digunakan untuk mengindikasikan
preferensi seseorang atas warna atas warna biru, merah, hijau, dan kuning. Bila
65
hal demikian yang ingin diketahui maka scale yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
Apa warna kesenangan dari keempat warna yang disajikan berikut ini:
1 = Biru
2 = Merah
3 = Hijau
4 = Kuning
Hasil akhir yang didapat diketahui hanyalah menghitung frekuensi yaitu
………% menyukai warna biru
………% menyukai warna merah
………% menyukai warna hijau
………% menyukai warna kuning
Nominal Scale dapat disusun menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
(1) Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mendapatkan “a
nominally scaled measure” atau angka ukuran berskala nominal adalah dengan
meminta respoden memberikan satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan. Bentuk umum dari cara ini adalah contoh berikut:
Contoh lainnya adalah sebagai berikut:
Nampak bahwa scale ini menghasilkan measurement berupa nama (Nomen,
Nominal) tertentu yang ingin diketahui oleh peneliti, tetapi untuk
Di Semarang bagian manakah Bapak/Ibu bertempat tinggal ?
Timur Barat Selatan Utara Tengah
(-1) (-2) (-3) (-4) (-5)
Apa Merk teh botol yang Bapak/ibu beli terakhir
Sipp Sosro Indoteh Merk Lain
(=1) (=2) (=3) (=4)
63
memudahkan analisisnya, diberi label berbentuk angka 1, 2, 3, dst sebagai
measurementnya.
(2) Ya-Tidak- Model Binari
Pada teknik ini scale yang digunakan akan menghasilkan measurement yang
terdiri dari hanya dua kemungkinan nilai. Contoh penggunaan scale ini adalah
sebagai berikut ini:
5.2.2 Pengukur Data Ordinal (Ordinal Scale)
Pengukur data ordinal akan menunjukan data sesuai dengan sebuah orde atau
urutan tertentu. Teknik-teknik yang dapat dikembangkan untuk menggunakan
ordinal scale dan menghasilkan data yang “ordinally scaled” adalah sebagai
berikut:
1) Forced Ranking
Teknik ini adalah teknik yang paling lazim digunakan untuk menghasilkan data
yang ukurannya bersifat ordinal.
2) Semantic Scale
Semantic scale akan menghasilkan respons terhadap sebuah stimulasi yang
disajikan dalam bentuk kategori semantik, yang menyatakan sebuah tingkatan
sifat atau keterangan tertentu, seperti contoh berikut ini:
Apakah bapak/ibu memiliki mobil sedan ?
Ya Tidak
(1) (2)
Apakah bapak/ibu suka minuman temulawak
Sangat tidak suka sangat suka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jelaskan bagaimana kesukaan bapa/ibu pada Temulawak ..........................................
64
3) Summated (Likert) Scale
Skala liket adalah sebuah eksistensi dari skala semantik. Perbedaaan utamanya
adalah pertama, skala ini menggunakan lebih dari 1 item pertanyaan, dimana
beberapa pertanyaan digunakan untuk menjelaskan sebuah konstruk, lalu
jawabannya dijumlahkan. Oleh karena itu disebut summated scale. Kedua, skala
ini dikalibrasi dengan cara jawaban yang netral diberi kode "0". Contoh berikut
menunjukkan pengembangan ordinal scale untuk mengetahui sikap responden atas
minuman temulawak melali pertanyaan dengan jawaban (X) sebagai berikut.
Jawaban dari scale diatas bila dijumlahkan = 0+1+2= +3, yang mengindikasikan
sikap yang positif terhadap temulawak.
5.3 Pengukur Data Interval (Interval Scale)
Bila skala nominal dan skala ordinal disebut nonmetric scale, maka skala interval
dan skala ratio disebut sebagai metric scale. Skala interval adalah alat pengukur
data yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang nilai yang mempunyai
makna, walaupun nilai absolutnya kurang bermakna. Skala ini menghasilkan
measurement yang memungkinkan perhitungan rata-rata, deviasi standar, uji
statistik parameter, korelasi dan sebagai berikut.
1) Bipolar Adjective
Skala ini merupakan penyempurnaan dari semantic scale dengan harapan agar
respons yang dihasilkan dapat merupakan "intervally scaled data". Caranya
adalah dengan memberikan hanya dua kategori ekstrim misalnya sebagai berikut:
Apakah bapak/ibu suka minuman temulawak
Sangat tidak suka sangat suka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jelaskan bagaimana kesukaan bapa/ibu pada Temulawak ..........................................
65
2) Agree Disagree Scale
Skala ini merupakan salah satu bentuk lain dari bipolar adjective, dengan
mengembangkan pertanyaan yang menghasilkan jawaban setuju tidak setuju
dalam berbagai rentang nilai. Contohnya adalah sebagai berikut:
3) Continuous Scale
Salah satu teknik pengukur data untuk menghasilkan data interval adalah dengan
menggunakan continuous scale sebagai berikut.
Responden akan memberikan jawabannya pada garis yang ditentukan dan
setelah itu peneliti mengukur ( perusahaan riset umumnya menggunakan
optical scale) posisi yang dipilih oleh responden.
4) Equal With Interval
Cara lain untuk menghasilkan intervally scaled data adalah dengan menanyakan
responden mengenai kedalam kategori mana pandangan mereka dapat diletakkan.
Contoh berikut ini adalah skala ordinal:
Temulawak adalah minuman alamiah yang menyehatkan tubuh
Sangat tidak setuju Sangat setuju
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jelaskan bagaimana ia menyehatkan tubuh dan rasa apa yang bapa/ibu rasakan waktu meminum
Temulawak......................................................................................................
Mohon bapak/ibu memberikan ranking preferensi terhadap 5 merek berikut ini . Berikan
angka 1 untuk yang paling diminati , 2 untuk yang paling diminati berikutnya hingga angka 5
untuk yang paling tidak diminati dari lima merk ini saja
Sipp.............................
Sosro...........................
Indoteh.......................
Tehkita.......................
Teh Tang....................
66
5.4 Pengukur Data Rasio (Ratio Scale)
Data yang dihasilkan melalui sebuah skala ratio adalah yang paling dikehendaki.
Skala ratio adalah pengukur data yang menghasilkan data yang memeiliki makna
nol, dimana hasil pengukuran yang bernilai 0 menunjukkan mengenai tiadanya
nilai atau makna. Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nilai nol yang
bermakna nol atau ketiadaan. Bila seseorang mengatakan uang di dompetnya
adalah sebanyak nol rupiah, artinya benar benar di dompetnya tidak ada uang.
Sedangkan bila yang satu mempunyai uang sebanyak Rp. 500, sedangkan yang
lainnya sebanyak Rp.1000, artinya yang terakhir ini mempunyai uang dua kali
lebih banyak dair yang memiliki hanya Rp.500.
SCALE WORDING
Pada bagian berikut ini disajikan beberapa pedoman dalam menyiapkan
scale yang digunakan untuk penelitian manajemen. Pada dasarnya terdapat dua
macam teknik untuk menyusun kalimat sebuah scale yaitu:
Scale dengan Pertanyaan (Question Type). Pada jenis ini, data diperoleh
dengan mengajukan pertanyaan, dan responden akan member jawaban
sesuai dengan perrtanyaan yang ditangkapnya dan jawaban yang dirasakan
cocok dengan apa yang ditanyakan
Scale dengan Pernyataan (Statement Type). Pada jenis ini, data diperoleh
dengan menyajikan pertanyaan-pertanyaan untuk ditanggapi oleh
responden. Jawaban yang diperoleh adalah penilaian responden atas
pertanyaan yang disajikan sesuai dengan apa yang dipersepsikan atau
dipikirkan atau dirasakan oleh responden.
Proses penyiapan pertanyaan adalah seperti yang digambarkan di bawah ini:
PROSES PENGUKURAN
Proses pengukuran dapat digambarkan sebagai sederet tahap yang saling berkaitan
yang dimulai dari: (1) mengisolasi kejadian empiris; (2) mengembangkan konsep
kepentingan (concept of interest); (3) Mendefinisikan konsep secara konstitutif
67
dan operasional; (4) Mengembangkan skala pengukuran; (5) Mengevaluasi skala
berdasarkan reliabilitas dan validitasnya; (6) Penggunaan skala (lihat Gambar
9.3)
Proses pengukuran dimulai dari mengisolasi kejadian emiris untuk kepentingan
pengukuran. Aktivitas ini merupaan konsekuensi langsung dari masalah
identifikasi dan formulasi. Intinya, kejadian empiris dirangkum dalam bentuk
konsep/konstruksi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Konsep adalah
abstraksi ide yang digeneralisasi dari fakta tertentu.
Tahapan selanjutnya adalah mendefinisikan konsep yang telah diidentifikasi.
Dalam taraf ini dibedakan definisi konsitutif (constitutive definitions) dan definisi
konsep operasional (operational definitions). Definisi kontitutif mendefinisikan
konsep dengan konsep lain senhingga melandasi konsep kepentingan. Jika suatu
konsep telah didefinisikan secara konstitutif dan benar, berarti konsep tersebut
telah siap untuk dibedakan dengan konsep lain. Begitu juga definisi konstitutif
telah ditetapkan, maka konsep operasional harus dinyatakan karena definisi
operasioanl akan merefleksikan dengan tepat esensi definisi konstitutif. Definisi
operasional memperinci aturan pemetaan dan alat dimana variabel akan diukur
dalam kenyataan. Definisi ini menyatakan prosedur yang harus diikuti oleh
peneliti dalam memberikan angka terhadap konsep yang diukur.
Sampai taraf ini proses pengukuran nampaknya amat jelas. Namun dalam praktek
biasanya peneliri akan berhadapan dengan berbagai teori yang mendasari definisi
konstitutuf dan operasional. Misalnya, tentang konsep kinerja pekerjaan (job
performance). Konsep ini dapat diartikan sebagai hasil sukses atau tidak sukses
dari suatu tugas; namun peneliti lain barangkali mengartikan kinerja pekerjaan
sebagai reaksi karyawan terhadap konsekuensi menyelesaikan pekerjaan tertentu.
Disini, peneliti dan manajer harus menyetujui esensi konsep (definisi konstitutuf)
untuk meyakinkan kedua belah pihak mempunyai persepsi yang sama mengenai
kinerja pekerjaan. Setelah tercapai kesepakatan mengenai definisi konseptual dari
suatu konsep, peneliti harus memilih beberapa alternatif definisi operasi. Sebagai
contoh, bila definisi konstitutuf dari kinerja pekerjaan adalah tingkat dimana
68
seorang karyawan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya pada jabatan tertentu,
maka konsep ini dapat dioperasonalkan menjadi beberapa alternatif, seperti:
proporsi hari kerja dimana si karyawan tidak absen, kuantitas produksi, kualitas
produk yang diukur dengan tingkat kesalahan, atau bahkan tingkat
keterlambatan/kecerobohan. Setelah definisi dinyatajan dengan tepat, angka dapat
dilakukan. Tujuan utamanya, adalah agar sifat-sifat angka tesebut seiring dengan
sifat-sifat kejadian yang ingin diukur. Tugas ini dicapai oleh peneliti dengan: (1)
memahami betul hakekat kejadian empiris yang diukur; (2) menerjemahkan
pengetahuan ini dalam pemilihan dan penyusunan skala pengukuran yang
mencerminkan sifat-sifat sama. Skala pengukuran (measurement scale) dapat
didefinisikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk memberikan angka
terhadap objek/kejadian empiris.
SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran amat bervariasi. Skala yang sederhana (simple scales) adalah
satu skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakteristik. Misalnya:
“Apakah Anda laki-laki atau perempuan?” Skala yang kompleks adalah skala
yang beragam yang digunakan untuk mengukur beberapa karakteristik. Misalnya,
bagaimana tanggapan anda tentang pemberantasan penyakit AIDS di ompleks
lokasi pelacuran: Sangat tidak setuju, Tidak setuju, Tidak peduli, Setuju, Sangat
setuju.
Kendati kompleksitas dan variasi alat pengukuran amat beragam, semua skala
mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkat pengukuran, yaitu:
nominal, ordinal, interval, dan rasio. Setelah variabel yang menjadi perhatian
diidentifikasi dan didefinisikan secara konseptual, suatu jenis skala harus dipilih.
Pemilihan skala amat tergantung dari ciri-ciri yang mendasari konsep dan
antisipasi peneliti terhadap penggunaan variabel yang digunakan dalam tahap
analisis data. Dengan kata lain, untuk memilih skala yang sesuai, peneliti harus
memilih peralatan yang dapat mengukur swcara tepat dan konsisten apa yang
harus diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Proses ini disebut evaluasi
69
mengenai skala pengukuran. Dalam mengevaluasi skala pengukuran, harus
diperhatikan dua hal: (1) validitas; (2) reabilitas.
Validitas
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya
dilakaukan dan mengukur apa pyang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran
tidak valid maka ia tidak berrmanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau
melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Secra konseptual, dibedakan 3 mcam
jenis validitas (Sekaran, 2000: 207-8), yaitu validitas isi (content validity),
validitas yang berkaitan dengan kriteria (criterion-related validity), validitas
konstruk (construct validity).
Validitas isi (Content Validity)
Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukkan sejumlah item
yang representatif dalam menyusun sebuah konsep. Semakin besar skala item
dalam mewakili semesta konsep yang diukur, maka semakin besar validitas isi.
Dengan kata lain, valiuditas isi adalah sebuah fingsi yang menunjukkan seberapa
baik dimensi dan elemen sebuah konsep digambarkan. Face validity
dipertimbangkan oleh sebagian ahli sebagai dasar dan indeks yang sangat
minimum bagi validitas isi. Face validity menunjukan bahwa seolah-olah sebuah
item mengukur sebuah konsep. Sebagian peneliti tidak menganggap face validity
sebagai komponen validitas isi yang valid.
Validitas yang berkaitan dengan kriteria (Criterion-related Validity)
Validitas yang berkaitan dengan kriteria terjadi ketika sebuah ukuran
membedakan individual pada kriteria yang akan diperkirakan. Hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan concurrent validity atau predictive validity.
Concurrent validity terjadi ketika skala yang ditetapkan dapat membedakan
individual yang telah diketahui berbeda, sehingga, skor untu masing-masing
instrumen harus berbeda.
70
Gambar 5.1 Menguji Kebaikan ukuran: Bentuk Reabilitas dan Validitas
Sumber: Sekaran (2000:205)
Kebaikan (Goodness
data)
Reabilitas
(Akurasi ukuran)
Stabilitas
Konsistensi
Validitas (apakah
kita mengukur hal
yang benar)
Test-retest reliability
Paralel-form
reliability
Interitem consistency
reliability
Split-half
Validitas logis (isi) Validitas yang berkaitan dengan
kriteria
Congruent validity (konstruk)
Face validity
Prediktif Concurent Convergent Diskriminan
Sebagai contoh, jika ukuran etika kerja dikembangkan dan diterapkan pada
sekelompok masyarakat yang hidup dari jaminan sosial, maka skala harus
membedakan kelompok yang antusias dalam memperoleh pekerjaan dan
kelompok yang tidak bersedia untuk bekerja walaupun ditawari pekerjaan. Bagi
kelompok yang memiliki nilai etika kerja yang tinggi akan berusaha memperoleh
pekerjaan sesegera mungkin. Sebaliknya, kelompok dengan nilai etika yang
rendah akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk tetap mendapatkan jaminan
sosial tanpa harus bekerja. Jika kedua jenis kelompok tersebut memiliki skor yang
sama dalam skala etika kerja, maka pengujiannya bukan merupakan pengukuran
etika kerja, tetapi pasti hal lain.
Predictive validity menunjukan kemampuan sebuah instrumen pengukuran dalam
membedakan individu dalam kriteria masa depan. Sebagai contoh, uji kecerdasan
71
atau uji kemampuan dilakukan pada para pekerja pada saat seleksi penerimaan
diharapkan mampu untuk membedakan setiap indivual dalam kinerjanya di masa
mendatang. Pekerja dengan hasil tes yang tinggi diharapkan memiliki hasil kinerja
yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya, dan sebaliknya.
Tabel 5.2 Empat Tingkat Pengukuran
Validitas konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari
penggunaan ukuran sesuai dengan teori dimana pengujian dirancang. Hal ini
dinilai dengan convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity
Tingkat Deskripsi Dasar Operasi
Empiris
Jenis
Penggunaan
Jenis Statistik
Deskriptif Inferensi
Nominal Penggunaan
angka untuk
mengidentifikasi
objek, individu,
kejadian, atau
kelompok
Penentuan
persamaan
atau
ketidaksamaan
Klasifikasi Persentase nonparametrik
Ordinal Selain untuk
identifikasi,
angka memberi
informasi
tentang jumlah
karakteristik
yang dimiliki
suatu kejadian,
objek, dan lain-
lain secara
relatif
Penentuan
lebih besar
atau lebih
kecil
Rangking/
skoring
Median
(rata-rata
dan
varians)
Nonparametrik
(parametrik)
Interval Memiliki semua
sifat-sifat skala
nominal dan
ordinal serta
interval antara
dua titik yang
sama
Penentuan
persamaan
interval
Ukuran yang
lebih disukai
untuk
konsep/
konstruksi
yang
kompleks
Rata-rata
varians
Parametrik
Rasio Menggabungkan
semua sifat-sifat
skala, nominal,
ordinal, dan
interval, serta
memasukkan
titik nol
Penentuan
persamaan
rasio
Bila tersedia
instrumen
yang tepat
Rata-rata
geometrik
(rata-rata
harmonik)
Parametrik
72
terjadi ketika skor yang dihasilkan oleh dua buah instrumen yang mengukur
konsep yang sama memiliki korelasi yang tinggi. Discriminant validity terjadi
ketika berdasarkan teori, dua buah variabel diperkirakan tidakberkorelasi, dan
skor pengukuran yang dihasilkan juga menunjukkan tidak berkorelasi secara
empiris.
Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konstitensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama
memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih
memperhatikan masalah ketepatan. Dengan demikian, reliabilitas mencakup dua
hal utama, yaitu: stabilitas ukuran dan konstitensi internal ukuran (Sekaran, 2000:
205-7).
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil
atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat
membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur sebuah
konsep. Terdapat dua jenis stabilitas, yaitu test-retest relibility dan reliabilitas
bentukparalel (paralel-form reliability). Kedua jenis uji stabilitas tersebut akan
dibahas di bawah ini.
Test-retest relliability, yaitu koefisien reliabilitas yang diperoleh dari
pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan. Yaitu
ketika kuisioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama
diberikan kepada responden pada saat itni dan diberikan kembali pada responden
yang sama dalam waktu yang berbeda (misalnya, 2 minggu – 6 bulan). Kemudian
korelasi antar skor yang diperoleh dari responden yang sama dengan dua waktu
berbeda inilah yang disebut dengan koefisien test-retest. Semakin tinggi koefisien,
semakin baik test-retest reliability, sehingga semakin stabil sebuiah ukuran untu
waktu yang berbeda.
73
Reliabilitas bentuk paralel (parelel-form reliability), terjadi ketika respon dari
dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruk yang sama memiliki
korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan
format respon yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat
dan urutan pertanyaan. Yang ingin diketahui disini adalah kesalahan variabilitas
(error variability) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan
kalimat dan urutan pertanyaan. Jika dua bentuk pengukuran yang sebanding
memiliki korelasi yang tinggi (katakan 0,8 atau lebih, maka dapat dipercaya
(reliable) dengan kesalahan varian minimal karena faktor penyusun kalimat dan
urutan pertanyaan.
Konsistensi Internal Ukuran
Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada
dalam ukuran yang menyusun konstruk. Dengan kata lain, item-item yang ada
harus “sama” dan harus mampu mengukur konsep yang sama secara independen,
sedemikian rupa sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Hal
ini dapat dilihat dengan mengamati apakah item dan subset item dalam instrumen
pengukurr memiliki korelasi yang tinggi. Konsistensi ukuran dapat diamati
melalui reliabilitas konsistensi antar item (interitem consistency reliability) dan
split-half reliability.
Reliabilitas konsistensi antar item adalah konsistensi jawaban responden untuk
semua item dalam ukuran. Ketika sebuah item merupakan ukuran yang
independen untuk dua buah konsep yang sama, maka item-item tersebut akan
salaing berkorelasi.
Split half reliability menunjukkan korelasi antara dua bagian instrumen.
Estimasi split-half reliability akan berbeda, tergantung pada bagaimana item-item
dalam ukuran dibagi kedalam dua bagian.
MENYUSUN KUISIONER (DAFTAR PERTANYAAN)
Langkah awal dalam menyusun desain instrumen adalah membuat juisioner,
yaitu daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara tertulis. Kuisioner ini
74
bertujuan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban para responden.
Dalam menyusun kuisioner, peneliti harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Apakah pertanyaan itu perlu?
Pertanyaan harus ditanyakan hanya apabila diperlukan untuk
menjawab masalah penelitian. Pertanyaan yang tidak perlu hanya akan
membingungkan responden.
Validitas Deskripsi
Content validity Apakah ukuran telah cukup mengukur sebuah
konsep?
Face validity Apakah “ahli” mengesahkan bahwa instrumen telah
mengukur apa yang seharusnya diukur?
Criterion-related
validity
Apakah ukuran dibedakan sehingga dapat
membantu dalam memprediksi variabel kriteria?
Concurrent validity Apakah ukuran dibedakan sehingga dapat
membantu dalam memprediksi variabel kriteria saat
ini?
Predictive validity Apakah ukuran dibedakan untuk membantu
memprediksi kriteria masa depan?
Construct validity Apakah instrumen yang ada sesuai dengan konsep
teori?
Convergent validity Apakah kedua instrumen dalam mengukur konsep
berkolerasi tinggi?
Discriminant validity Apakah ukuran memiliki korelasi yang rendah
dengan variabel yang seharusnya tidak berhubungan
dengan variabel?
Sumber: sekaran (2000: 209)
2. Bagaimana pertanyaan itu sebaiknya diajukan?
Ada setidaknya dua alasan pentingnya hal ini. Pertama, bisa saja
terjadi responden yang berbeda mempunyai persepsi berbeda saat
mengartikan kata yang sama dan setiap responden mempunyai kerangka
pengalaman yang berbeda saa membaca dan menginterprestasikan
pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara
cermat dan diujicobakan agar sesuai dengan yang dimaksud oleh peneliti.
Tabel 5.3 Jenis-jenis Validitas
75
Alasan kedua berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sensitif atau besar kemungkinan menyinggung responmden. Misalnya,
pertanyaan tentang umur, penghasilan, kebijakan perusahaan. Oleh karena
itu, di sarankan agar responden diberiitahu bagaimana dataa ini akan
digunakan disertai janji bahwa anonimitas responden akan tetap dijaga
kerahasiaannya.
3. Apakah bentuk pertanyaannya terbuka ataukah tertutup?
Keputusan untuk menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended
questions) atau pertanyaan tertutup (closed-ended uestions) amat
tergantung dari seberapa jauh si peneliti memahami maslah penelitian.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan
kepada responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan
jalan pikirannya. Keuntungan utama menggunakan jenis pertanyaan ini
adalah bahwa responden dapat mengatakan apa yang mereka inginkan
tanpa dibatasi oleh pendapat yang telah disusun oleh peneliti. Peneliti
sering menggunakan pertanyaan terbuka dalam tahapan awal
penelitiannya untuk meyakinkan bahwa kuisioner yang lebih terstruktur
dikemudian hari dapat menagkap seluruh perasaan dan pendapat
responden. Selain itu, jenis pertanyaan terbuka lebih sering digunakan
dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Hanya saja, jenis pertanyaan
terbuka akan lebih sulit dianalisis, sulit dalam pemberian kode (dalam
analisis data), dan kurang efisien.
Di lain pihak, pertanyaan tertutup adalah pertanyaan dimana
jawaban-jawabannya telah dibatasi oleh peneliti sehingga menutup
kemungkinan bagi responden untuk menjawab panjang lebar sesuai
dengan jalan pikirannya. Dengan demikian, keuntungan utama
menggunakan pertanyaan tertutup adalah mudah dalam pengkodean, tidak
memerlukan banyak waktu saat menganalisis, dan lebih efisien dalam
menanganinya dibanding jenis pertanyaan terbuka.
76
4. Bagaimana seharusnya pertanyaan itu dirumuskan?
Pegangan yang harus diingat adalah menjaga agar pertanyaan dirumuskan
semudah mungkin. Sedapat mungkin dihindari menggunakan frase atau
istilah yang menimbulkan persepsi ganda atau membingungkan.
Pertanyaan-pertanyaan yang spesifik lebih dianjurkan dibanding
pertanyaan bersifat umum. Pertanyaan bermakna ganda (double-bareled
questions) harus dihindari karena akan membingungkan responden.
Sontoh pertanyaan bermakna ganda adalah: “bagaimana tanggapan Anda
terhadap harga tiket kereta api dan pelayanan petugas?”. Pertanyaan
semacam ini jelas akan mengundang dua macam jawaban.
5. Bagaimana format jawaban disusun?
Ini berkaitan dengan beberapa pertanyaan penting berikut: apa alternatif
jawaban yang akan digunakan: dikotomi atau pilihan berganda?
Bagaimana ururtan alternatif jawaban disusun? Bagaimana cara
mengatasi/mengantisipasi jawaban „tidak tahu”, “tidak ada jawaban”, dan
“jawaban netral”?
6. Apa teknik skala yang sebaiknya digunakan?
Ada dua teknik skala utama yang sering digunakan: pertama, rating scales
(skala penilaian), dimana dievaluasi suatu dimensi orang, objek, atau
fenomena pada suatu titik dalam suatu rentang/kategori. Jenis skala ini
dibagi menjadi:
(a) Graphic rating scales, dimana responden menunjukkan perasaannya
dalam skala grafik, misalnya: Dalam skala 0 hingga 100 (0=sangat
jelek, 50=netral, 100=yang paling baik), tolong tunjukkan penilaian
Anda mengenai film yang baru saja Anda tonton. Nilai Anda
________.
(b) Itemized rating scales, dimana dipilih suatu kategori dalam bentuk
berurutan, misalnya: Apakah Anda tertarik membeli sepeda motor
Suzuki? Pilihan Anda:
□ Sangat tertarik, □ Tertarik, □Tidak tertarik.
(c) Comparative raing scales, dimana orang, objek, atau fenomena lain
dinilai dalam suatu standar orang, objek, atau fenomena lain. Salah
77
bentuk skala ini adalah dikenal dengan nama skala rank-order,
misalnya: “Rangkinglah mobil-mobil berikut menurut urutan yang
Aanda sukai; beri nilai 1 untuk yang paling Anda sukai, nilai 2 untuk
selanjutnya, nilai 3 untuk berikutnya, dst.”
_______ Toyota Corolla _______ Grand Civic
_______ Suzuki Esteem _______ Daihatsu Classy
Jenis skala yang kedua adalah attitude scales, yaitu suatu kumpulan alat
pengukuran yang mengukur tanggapan individu terhadap suatu objek atau
fenomena. Jenis skala ini dibagi menjadi:
(a) Likert scale, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju
mengenai berbagai pertanyaan mengenai perilaku, objek, orang, atau
kejadian. Biasanya skala yang diajukan terdiri atas 5 atau 7 titik. Skala-
skala ini nantinya dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai
perilaku. Sebagai contoh: “Saya senang membaca buku”. Pilihan:
Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat
setuju
1 2 3 4 5
(b) Semantic differential, diamana responden menilai perilaku onjek
denganskala 5 atau 7 titik dari dua kutub kata difat atau frase. Pemilihan
kata sifat atau frase berdasarkan perilaku objek, orang, atau kejadian.
Contoh: “Nilailah hamburger jenis BigMac dalam dimensi berikut ini”:
Manis : __ : __ : __ : __ : __ : __ : __ : Asin
Tidak Enak : __ : __ : __ : __ : __ : __ : __ : Enak
Murah : __ : __ : __ : __ : __ : __ : __ : Mahal
Menyusun kuisioner dimulai begitu kita mengembangkan daftar
pertanyaan investigasi dan memutuskan proses pengumpulan data yang
digunakan. Dalam pertanyaan investigatif harus disusun pertanyaan pengukuran
dengan mempertimbangkan kandungan subjek (subject content), pemilihan kata
untuk tiap-tiap pertanyaa, dan strategi respon (response strategy). Peneliti harus
78
dapat menyusun pertanyaan pengukuran menurut topik dan jenis pertanyaan,
sehingga terpenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut:
Mendorong responden untuk memberikan respon yang akurat.
Mendorong responden dalam memberikan informasi yang lengkap.
Mencegah responden tidak menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan.
Mencegah responden agar tidak menghentikan partisipasinya.
Meninggalkan responden dengan sifat baik.
Hal-hal yang dilakukan dalam membentuk dan menyeleksi pertanyaan
pegukuran dirangkum dalam Gambar 5.2.
Pertanyaaan
Administrasi
Pertanyaan Target Pertanyaan
Klasifikasi
Identitas responden
Desain instrumen
Identitas responden
Kondisi wawancara
Lokasi wawancara
Identitas
pewawancara
Identitas responden
Identitas responden
Identitas responden
Identitas responden
Identitas responden
Identitas responden
Identitas responden
Pertanyaan
pengukuran
Pertanyaan tes
pendahuluan
Gambar 5.2 Proses Penyusunan dan Penyeleksian Pertanyaan Pengukuran
79
DESAIN INSTRUMEN
Hubungan antara proses pengukuran dan desain instrumen dapat dilihat pada
Gambar 9.3. Proses menyusun desain instrumen pada dasarnya adalah suatu seni.
Kendati demikian dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrumen
adalah sebagai berikut:
1. Urutan Skala dan Layout
Penyajian dan organisasi instrumen pengumpulan data amat menentukan
dalam sukses tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap ini adalah urutan
skala dan penyajian alat pengukuran dalam bentuk yang menarik dan
mudah dimengerti. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan adalah:
Kuisioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana
dan menarik.
Mengisolasi kejadian empiris
Mengembangan konsep
berkepentingan
Mengevaluasi skala berdasarkan
reliabilitas dan validitas
Mengembangkan/menyusun
skala pengukuran
Mendefinisikan konsep secara
konstitutif dan opersional
Menggunakan skala
PENYUSUNAN SKALA DAN DESAIN INSTRUMEN
Mengajukan pertanyaan/ membuat
kuisioner
- Perlu
- Bagaimana diajukan?
- Pertanyaan terbuka atau tertutup?
- Bagaimana dirumuskan?
Format jawaban
- Alternatif jawaban?
- Urutan jawaban?
- Cara mengatasi jawaban “tidak tahu”,
“tak ada jawaban”, dan “netral” ?
Urutan dan layout pertanyaan
Uji coba dan koreksi
DESAIN INSTRUMEN
Mengalir dari masalah dan tujuan
penelitian
Isolasi dan definisi konsep-konsep utama
yang diukur untuk menjawab pertanyaan
penelitian
PROSES PENGUKURAN INSTRUMEN PENGUKURAN
Gambar 5.3 Hubungan Antara Proses Pengukuran dan Desain Instrumen
80
Tulislah petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca. Bila
terdapat perubahan jenis skala dalam instrumen pengukuran, maka
diperlukan instruksi transisi yang memberitahu responden bahwa
ada perubahan format jawaban.
Informasi yang bersifat sensitif (misal: penghasilan) dan
klasifikasi (umur, jenis kelamin, ukuran rumah tangga, dan lain-
lain) sebaiknya ditanyakan belakangan.
Susunlah tata letak (layout) kuisioner sedemikian rupa sehingga
mudah dibaca dan mengikuti alir proses wawancara.
2. Pratest dan Perbaikan
Setelah instrumen disusun dalam bentuk draft, maka pratest (uji coba
sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknya dilakukan pada
sejumlah responden yang sama dengan responden penelitian yang
sebenarnya. Pratest seringkali dapat mengidentifikasi masalah-maslah
dalam penyusunan kata-kata, format kuisioner, dan lain-lain yang amat
berpengaruh terhadap validitas penemuan dari penelitian tersebut. Bila
masalah-masalah tersebut ditemui, peneliti dapat membuat perubahan-
perubahan seperlunya agar dapat memperoleh data dengan kualitas yang
tinggi.
Singkatnya, proses penyusunan skala dan desain instrumen merupakan
suatu seni karena memerlukan banyak kesabaran dan pengalaman dalam
menyusun instrumen pengumpulan data yang dapat dipercaya dan valid.
Stanley Payne, dalam buku The Art of Questions (1979), memberikan
pedoman yang harus diingat dalam menyusun desain instrumen dan skala
yang baik:
1. Pahami betul masalah penelitian sebelum menyusun skala pengukuran.
2. Susunlah pertanyaan sehingga mudah dimengerti oleh responden.
3. Kaitkan jenis pertanyaan (terbuka, dikotomi, multikotomi) denga
tingkat pemahaman responden (jika pendapat kurang jelas gunakan
pertanyaan terbuka; jika pendapat sudah jelas gunakan beberapa
alternatif pertanyaan tertutup/pilihan berganda).
81
4. Pertimbangkan semua asumsi/anggapan secara implisit dalam
pertanyaan.
5. Pilihlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tepat
untutk menjawab pertanyaan penelitian. Namun selalu dipertanyakan
apakah pertanyaan terbuka adalah cara yang terbaik untuk memperoleh
jawaban.
6. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dikotomi dan pilihan
berganda, usahakan agar jawabannya tidak berkaitan satu sama lain.
Jika hal ini tidak mungkin, berikan jawaban yang dapat merangkum
dua atau lebih jawaban.
7. Buatlah cara untuk mengatasi jawaban “Tidak tahu” dan “Netral
(Tidak berpendapat”) dalam skala pengukuran.
8. Hindari pertanyaan bermakna ganda dimana dua atau lebih masalah
ditanyakan dalam pertanyaan yang sama. Usahakan hanya satu maslah
yang ditanyakan dalam suatu pertanyaan.
9. Susunlah instruksi secukupnya, mudah dibaca, dan dapat dimengerti
oleh responden.
10. Jangan memandang rendah responden.
11. Gunakan tata bahasa yang baik dalam mengajukan pertanyaan, namun
juga jangan terlalu formal.
12. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang panjang dan kompleks. Buatlah
pertanyaan sesederhana mungkin.
13. Gunakan kata-kata yang mudah dalam menyampaikan apa yang anda
ingin sampaikan.
14. Hindari jargon/istilah khusus yang kurang dipahami oleh konsumen.
15. Gunakan contoh-contoh secara hati-hati dalam mengajukan
pertanyaan.
16. Garis bawahi kata-kata penting yang perlu ditekankan.
17. Hilangkan pertanyaan dan jawaban yang berulang-ulang dan tidak
perlu.
18. Tahanlah pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang sulit serta
sensitif hingga akhir bagian dari kuisioner.
82
19. Perhatikan waktu dan privacy responden.
20. Lakukan pratest sebelum mengumpulkan data yang sebenarnya.
21. Jangan lupa katakan terima kasih pada akhir pertanyaan.
LATIHAN/TUGAS/PERCOBAAN
1. Jelaskan tipe-tipe skala dalam pengukuran!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran!
3. Apakah yang dimaksud dengan uji validitas dan reliabilitas?
4. Jelaskan urutan pengujian validitas dan reliabilitas!
PUSTAKA RUJUKAN
1. Burhan Bungin, 2010. Metodologi Penelitian Sosial; Format-faormat
Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
2. Haris Herdiansyah,2010. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba
Humanika. Jakarta.
3. Emzir, 2010. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali
Pers.
4. Sofian Effendi, 2012. Metode Penelitian Survei. LP3ES.
5. Anselm Strauss & Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian
Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data. Pustaka
Pelajar.
6. Nur Indriantoro & Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
BPFE. Yogjakarta.
7. Donald R. Cooper, Pamela S. Schindler.2006. Business Research
Methods. Mc Graw Hill.
8. Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
9. Uma Sekaran, 2003. Research Methods For Business. John Wiley &
Sons. Inc.
10. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Penerbit Erlangga, Jakarta
11. Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro