BAB V (Revisi 2) Ok

17
BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 5.1 Pengendalian dan Pengawasan Mutu Material Pekerjaan pengendalian dan pengawasan di lapangan ditangani oleh PT.Kendali selaku konsultan pengawas, sedangkan untuk pengendalian mutu (Quality Control) dari pihak kontraktor oleh PT.JHS, yang akan melaksanakan tujuan sebagai berikut: 5.1.1 Pengawasan Mutu Beton Pengendalian dan pengawasan terhadap beton dilakukan dengan cara Slump test dan Compression Test (tes kuat tekan beton). a. Slump Test Adukan Beton Slump test merupakan salah satu jenis pengujian terhadap adukan beton, dimana yang menjadi parameternya adalah kadar air dalam kaitannya dengan konsistensi (yang disebut juga sebagai keenceran atau kelacakan) beton dan kemudahan dalam pengerjaanya (workability of concrete). Semakin encer adukan beton, maka semakin tinggi slump yang dihasilkan dan semakin mudah pula adukan beton yang dikerjakan. Slump test pada proyek ini menggunakan alat yang dinamakan kerucut Abrams, alat ini berbentuk kerucut terpancung tanpa tutup dan alas yang terbuat dari logam. Kerucut ini berukuran tinggi 30 cm, diameter 51

description

word

Transcript of BAB V (Revisi 2) Ok

Page 1: BAB V (Revisi 2) Ok

BAB V

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

5.1 Pengendalian dan Pengawasan Mutu Material

Pekerjaan pengendalian dan pengawasan di lapangan ditangani oleh

PT.Kendali selaku konsultan pengawas, sedangkan untuk pengendalian mutu

(Quality Control) dari pihak kontraktor oleh PT.JHS, yang akan melaksanakan

tujuan sebagai berikut:

5.1.1 Pengawasan Mutu Beton

Pengendalian dan pengawasan terhadap beton dilakukan dengan cara

Slump test dan Compression Test (tes kuat tekan beton).

a. Slump Test Adukan Beton

Slump test merupakan salah satu jenis pengujian terhadap adukan beton,

dimana yang menjadi parameternya adalah kadar air dalam kaitannya dengan

konsistensi (yang disebut juga sebagai keenceran atau kelacakan) beton dan

kemudahan dalam pengerjaanya (workability of concrete). Semakin encer adukan

beton, maka semakin tinggi slump yang dihasilkan dan semakin mudah pula

adukan beton yang dikerjakan.

Slump test pada proyek ini menggunakan alat yang dinamakan kerucut

Abrams, alat ini berbentuk kerucut terpancung tanpa tutup dan alas yang terbuat

dari logam. Kerucut ini berukuran tinggi 30 cm, diameter lingkaran atas 10 cm,

dan diameter lingkaran bawah 20 cm.

Penggunaan kerucut Abrams adalah sebagai berikut:

1. Mengambil kerucut Abrams yang telah dibersihkan bagian dalamnya,

kemudian meletakkan kerucut diatas sebuah alas yang terbuat dari

tripleks yang diletakkan diatas tanah yang datar.

2. Memasukkan adukan lapis pertama ± 1/3 dari tinggi kerucut Abrams,

kemudian adukan ditusuk-ditusuk dengan batangan besi sebanyak 25

kali.

51

Page 2: BAB V (Revisi 2) Ok

3. Operator selama memasukkan adukan beton, menahan kerucut dengan

menggunakan kedua kaki yang diletakkan diatas tumpuan , agar

kerucut tidak bergeser.

4. Lakukan tahap no.2 sampai lapis ke 3, sampai kerucut terisi penuh

oleh adukan beton.

5. Kemudian mengangkat kerucut Abrams tegak lurus perlahan-lahan.

6. Membalikkan kerucut dan meletakanya disamping benda uji,

kemudian meletakkan tongkat diatas kerucut lalu menggunakan

penggaris ukur ketinggian lihat dan catat berapa penurunan yang

terjadi dengan pembacaan perbedaan tinggi kerucut dan tinggi rata-rata

dari keruntuhan adukan beton.

Secara umum konsistensi adukan beton yang diklasifikasikan menurut slump yang

terjadi dapat dikelompokan sebagai berikut:

Tabel 5.1. Tabel Konsistensi Adukan Beton

Konsistensi Pemadatan Slump ( cm )

Sangat kental Pergetaran kuat 0 – 2

Kental Pergetaran baik 3 – 5

Plastis Pergetaran lemah 6 – 9

Lembek Tusukan 10 – 13

Encer Tusukan lemah > 14

52

Page 3: BAB V (Revisi 2) Ok

Gambar 5.1. Proses tes Slump

Gambar 5.2. Slump test

Berdasarkan hasil tes slump yang dilakukan di lapangan didapat hasil

slump berkisar 12 ± 2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa adukan beton yang

digunakan termasuk kategori dengan konsistensi lembek atau encer.

53

Page 4: BAB V (Revisi 2) Ok

b. Compression Test (Tes Kuat Tekan Beton)

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan

benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan

oleh mesin tekan.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian kuat tekan beton adalah

cetakan silinder dan cetakan kubus. Cetakan silinder berdiameter 15 cm dengan

tinggi 30 cm, memakai tongkat pemadat, mesin pengaduk, timbangan, mesin

tekan dan lain-lain, sedangkan cetakan kubus mempunyai dimensi 15 x 15 cm.

Untuk mendapatkan benda uji harus diikuti beberapa tahapan dari beton segar

yang mewakili campuran beton. Tahap pertama yaitu mengisi cetakan dengan

adukan beton dalam 3 lapis, dimana setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali

tusukan secara merata, setelah itu meratakan permukaan beton dan menutupnya

dengan bahan kedap air. Kemudian membiarkannya selama 24 jam, setelah itu

membuka cetakan dan mengeluarkan benda uji, selanjutnya merendam benda uji

dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25°C.

Untuk persiapan pengujian kuat tekan beton adalah dengan cara

mengambil benda uji dari mixer truck kemudian mentukan berat dan ukuran benda

uji. Melapisi permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang,

dengan cara melelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh yang dinding

dalamnya telah dilapisi, kemudian meletakkan benda uji tegak lurus pada cetakan,

benda uji siap diperiksa.

Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut yaitu meletakan benda

uji pada mesin tekan secara sentris, kemudian jalankan mesin tekan dengan

penambahan beban antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik. Lakukan pembebanan

sampai benda uji menjadi hancur dan mencatat beban maksimum yang terjadi

selama pemeriksaan benda uji lalu gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan

benda uji.

54

Page 5: BAB V (Revisi 2) Ok

5.1.2 Tujuan Jadwal Pelaksanaan (time schedule)

Pengendalian dan pengawasan waktu pelaksanaan suatu proyek dapat

dilihat/diawasi dengan berbagai metedo sebagai berikut:

a. Diagram batang (Bar Chart)

Diagram batang yang ditemukan oleh Henry Gantt, secara grafis

menggambarkan suatu proyek yang terdiri dari sekumpulan aktivitas pekerjaan

yang terdefinisi dengan baik.

1. Ujung awal suatu batang menunjukkan dimulainya aktivitas, dan ujung

akhirnya menunjukkan berakhirnya aktivitas proyek.

2. Pada arah vertikal diagram batang ini dituliskan berbagai aktivitas

proyek, dan arah horisontal menunjukkan satuan waktu.

3. Pada umumnya aktivitas-aktivitas tersebut diurutkan secara vertikal

secara kronologis (berurutan).

4. Aktivitas adalah suatu kegiatan atau sekumpulan kegiatan yang

merupakan bagian dari selesainya suatu proyek.

Keuntungan dari diagram batang antara lain:

1. Alat kontrol penjadwalan proyek yang baik.

2. Mudah dimengerti oleh seluruh level manajemen karena bentuk

grafisnya yang sederhana.

3. Memungkinkan untuk direvisi berkali-kali.

Kerugian dari diagram batang antara lain:

1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara

satu kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui

dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap

jadwal keseluruhan proyek.

2. Pada proyek besar dan sedang dan bersifat kompleks, penggunaan

bagan balok akan menghadapi kesulitan menyusun sedemikian banyak

jumlah kegiatan yang bisa mencapai ribuan dan memiliki keterkaitan

sendiri, sehingga mengurangi kemampuan penyajian secara sistematis.

55

Page 6: BAB V (Revisi 2) Ok

b. Kurva S (S Curve)

Kurva S secara grafis menggambarkan kemajuan kerja kumulatif pada

sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontalnya. Kemajuan pekerjaan

biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan proyek.

Perbandingan Kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat

diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih

dari yang direncanakan.

Pada awal proyek besarnya pembelanjaan proyek per satuan waktu

cenderung rendah, kemudian mencapai puncaknya pada pertengahan proyek dan

menurun lagi pada akhir proyek. Hal inilah yang menyebabkan kurva kumulatif

membentuk huruf S. Sama halnya dengan diagram batang, Kurva S selain dapat

digunakan sebagai perencana dapat juga digunakan sebagai alat pengendali

terhadap hasil nyata yang telah dicapai.

Hasil kurva aktual yang diperoleh dari prestasi kerja yang telah dicapai

dibandingkan dengan kurva rencana. Jika kurva tersebut menyimpang bentuknya

dari kurva rencana, berarti telah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan. Jika

kurva aktual tersebut bentuknya berada di bawah kurva rencana berarti prestasi

kerja yang dicapai tidak memenuhi target. Sebaliknya jika kurva aktual berada di

atas kurva rencana berarti prestasi kerja yang telah dicapai sudah melampaui

target yang direncanakan, tetapi kualitasnya belum tentu memenuhi syarat. Untuk

mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi masih dapat ditanggulangi tanpa

menyebabkan kerugian, perlu diketahui terlebih dahulu batas-batas penyimpangan

yang masih diizinkan.

Pada Kurva S rencana dapat diketahui bobot pekerjaan rencana, sedangkan

pada Kurva S aktual dapat diketahui bobot pekerjaan yang telah dilaksanakan.

Pengontrolan dilakukan dengan membandingkan kedua kurva tersebut, dari Kurva

S dapat dilihat intensitas pekerjaan. Kemiringan curam menunjukkan pada saat itu

pekerjaan besar (intensitas tinggi) dan apabila kemiringan kurva landai,

menunjukkan pada saat itu pekerjaan sedikit dilakukan.

Adapun manfaat Kurva S antara lain:

1. Untuk mengontrol pelaksanaan setiap saat, sehingga waktu pelaksanaan di

lapangan dapat diusahakan tepat sesuai dengan rencana.

56

Page 7: BAB V (Revisi 2) Ok

2. Mempermudah dalam pengawasan, sehingga penilaian mudah dilakukan

(apakah pekerjaan sesuai dengan waktu atau tidak).

3. Mengontrol prestasi yang dicapai oleh tim pelaksana dalam kaitannya

dengan pembayaran angsuran.

Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam pelaksanaan antara Kurva S

rencana dengan Kurva S aktual:

1. Kurva S aktual berada di bawah Kurva S rencana, artinya pekerjaan

mengalami keterlambatan.

2. Kurva S aktual berhimpit di bawah Kurva S rencana, artinya pekerjaan

sesuai dengan waktu rencana yang telah dibuat.

3. Kurva S aktual berada di atas Kurva S rencana, artinya pekerjaan lebih

cepat dari waktu yang telah direncanakan.

Pada saat pelaksanaan Proyek Pembangunan Apartemen The Jarrdin, time

schedule yang dibuat yaitu berbentuk kurva S (s curve). Time schedule ini

digunakan sebagai kontrol untuk membandingkan kemajuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Setelah melihat Kurva S rencana dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini

pekerjaan mengalami keterlambatan. Hal ini dibuktikan dari rencana awal

penyelesaian yang seharusnya selesai pada bulan juni 2012. Keterlambatan terjadi

karena berbagai faktor, diantaranya keterlambatan pembayaran dari pihak owner

yang menyebabkan para pekerja berhenti berkerja sementara waktu, kemudian

sulitnya pengadaan ready mix sehingga harus menunggu tersedianya ready mix

dari pabrik. Selain itu juga pekerjaan yang tidak sesuai keinginan owner karena

kesalahan pengerjaan dari kontraktor sehingga pekerjaan yang sudah dikerjakan

harus dirubah dengan dibongkar ulang.

c. Jaringan Kerja (Network)

Untuk membuat sebuah jaringan kerja, harus diketahui :

1. Seluruh aktivitas yang terjadi pada suatu proyek.

2. Lamanya/durasi setiap aktivitas proyek.

57

Page 8: BAB V (Revisi 2) Ok

3. Ketergantungan antar aktivitas proyek:

- Urut-urutan logis seluruh aktivitas proyek.

- Aktivitas pendahulu dan aktivitas pengikutnya.

Keuntungan penggunaan jaringan kerja bila dibandingkan dengan

diagram batang adalah:

1. Hubungan dan ketergantungan logis antar aktivitas tergambar

dengan jelas.

2. Dapat diketahui pengaruh perubahan yang terjadi pada

keseluruhan aktivitas proyek yang lainnya.

5.1.3 Laporan Proyek

Selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, kontraktor atau pihak

pelaksana harus menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan proyek yang telah

diperiksa dan disetujui oleh konsultan pengawas.

Laporan yang dimaksud adalah:

a. Laporan harian

b. Laporan mingguan

a. Laporan Harian

Pelaksanaan lapangan setiap hari harus membuat laporan harian mengenai

segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik

teknis maupun administratif.

Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak kontraktor harus memberikan

data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.

Laporan harian berisi tentang:

1. Jumlah tenaga kerja pada hari tersebut

2. Pemasukan material dan peralatan

3. Pemakaian material dan peralatan

4. Kegiatan-kegiatan pada hari tersebut

5. Lama pelaksanaan pekerjaan

6. Keadaan cuaca

58

Page 9: BAB V (Revisi 2) Ok

b. Laporan Mingguan

Laporan harian yang telah disusun dirangkum dalam laporan mingguan

dan dilaporkan secara bertahap. Laporan mingguan berisi tentang:

1. Biaya yang dikeluarkan selama 1 minggu

2. Catatan teknis

3. Kesulitan teknis

4. Rencana kerja selama 1 minggu

5. Kemajuan hasil kerja

5.2. Pengawasan Teknis

Pada pekerjaan konstruksi, diperlukan persyaratan-persyaratan teknis

untuk menentukan apakah suatu pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan secara

teknis atau tidak. Untuk itu diperlukan suatu pemeriksaan atau penelitian untuk

menjamin mutu yang berkualitas.

5.2.1 Pemeriksaan Mutu Tulangan Baja

Pada pemeriksaan mutu tulangan baja, pengujian yang dilakukan meliputi

uji tarik. Pengujian mutu baja dilakukan dengan mengambil empat buah contoh

untuk masing-masing ukuran profil. Pengambilan contoh ini harus dilakukan

sesuai dengan prosedur, dan diawasi oleh konsultan pengawas. Pengujian tersebut

dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T), dengan demikian baja

yang dipesan memiliki kualitas yang terjamin dan sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan.

Gambar 5.3 Uji tarik tulangan baja

59

Page 10: BAB V (Revisi 2) Ok

5.2.2 Pemeriksaan Mutu Bekisting

Untuk menjamin mutu bekisting kolom, balok dan pelat dilakukan

beberapa pengawasan antara lain:

a. Pengawasan mengenai dimensi dan hasil pekerjaan yang dilaksanakan,

dimana hal ini berpengaruh terutama pada saat pembuatan bekisting

agar struktur yang dihasilkan sesuai dengan gambar rencana.

b. Pengawasan mengenai sambungan-sambungan yang ada pada hasil

pekerjaan, dimana hal ini penting terutama untuk mencegah terjadinya

kebocoran-kebocoran pada saat campuran beton dituangkan ke dalam

bekisting.

c. Pengawasan mengenai proses pembongkaran bekisting dan sistem

perancah, yang harus dilakukan secara tepat waktu dan tepat metode

agar tidak menimbulkan efek negatif pada struktur.

d. Pengawasan mengenai penggunaan dari papan-papan kayu sebagai

bekisting.

5.2.3 Pengawasan Pelaksanaan Pembesian

Pekerjaan pembesian merupakan salah satu proses yang paling utama pada

Proyek Pembangunan Apartemen The Jarrdin ini, karena basis dari sturktur

proyek ini adalah struktur beton bertulang. Pengawasan yang baik mengenai

pekerjaan pembesian ini menjadi amat penting apabila kita mengingat bahwa

tulangan baja merupakan komponen pemikul tegangan tarik yang terjadi pada

struktur beton bertulang karena kekuatan beton polos dalam menahan tarik amat

kecil sehingga dapat diabaikan. Peran dari baja tulangan ini juga memberikan

tambahan kekuatan untuk porsi beton yang memikul tegangan tekan.

Selain itu baja tulangan juga memberikan tambahan kekuatan untuk

memikul gaya geser yang terjadi pada struktur beton bertulang tersebut,

disamping kontribusi ketahanan terhadap geser yang dikerahkan sendiri oleh

penampang beton saja. Mengingat pentingnya hal tersebut, pengawasan pekerjaan

pembesian tidak boleh dilakukan sembarangan. Hal-hal penting yang penting

untuk di awasi adalah:

60

Page 11: BAB V (Revisi 2) Ok

a. Pengawasan mengenai dimensi atau ukuran dan jumlah tulangan yang

digunakan, dimana hal ini dilakukan agar para pekerja tidak salah

dalam memilih baik jenis maupun baja tulangan mana yang akan

digunakan dalam pemasangan tulangan.

b. Pengawasan mengenai pemasangan baja tulangan, yang menyangkut

hal-hal seperti:

1. Metode pemasangan

2. Metode dan lokasi pemotongan tulangan

3. Penjang penjangkaran dan panjang penyaluran

4. Metode pembengkokan tulangan serta dimensinya

c. Pengawasan mengenai sambungan antara baja tulangan, baik yang

dilakukan dengan cara las maupun dengan cara mekanis biasa.

d. Koordinasi pengawasan mengenai jarak minimal antara tulangan beton

dengan bekisting yang dipasang, serta pemasangan beton decking.

5.2.4 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton merupakan komponen yang paling utama dalam setiap

pembangunan suatu proyek, oleh karena itu pekerjaan beton harus dikerjakan

secara cermat dan diawasi dengan seksama. Hal-hal yang harus diawasi tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Koordinasi mengenai pengawasan pelaksanaan pekerjaan sistem

bekisting yang antara lain meliputi faktor-faktor dimensi, mutu,

kondisi, kekuatan, ketepatan, pemasangan bantalan beton (beton

decking) agar tulangan tidak menempel bekisting.

b. Koordinasi mengenai pengawasan pelaksanaan pekerjaan pemasangan

perancah yang berkaitan dengan pekerjaan sistem bekisting, terutama

mengenai masalah kekuatan dan lokasi pemasangan yang tepat dan

aman.

c. Koordinasi mengenai pengawasan pelaksanaan pembesian atau

pemasangan tulangan, yang antara lain berkaitan dengan masalah mutu

dan kondisi baja tulangan, ketepatan dari segi jumlah dan jenis, metode

pemasangan dan lain-lain.

61

Page 12: BAB V (Revisi 2) Ok

d. Pengawasan mengenai mutu beton yang digunakan.

e. Pengawasan mengenai metode pengecoran,dimana hal tersebut

meliputi:

1. Waktu pengecoran

2. Peralatan pengecoran

3. Kebersihan selama pengecoran yang mengharuskan bekisting

bebas dari berbagai kotoran seperti debu, sisa-sisa potongan

kawat, paku dan lain-lain.

62