BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf ·...

74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 125 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas Pendidikan Sekolah Dolan di Malang 1. Mengembangkan potensi berfikir Sekolah Dolan di kota Malang ini sesungguhnya sekolah yang memiliki ciri khas mengembangkan potensi berfikir siswa. Hal ini seperti yang dikemukakan para pendidik sekolah Dolan yakni Retno Novitasari Hery, 358 Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim 359 bahwa, ”Saya sebagai pendidik di sekolah ini senantiasa merangsang agar para siswa menjadi kreatif dengan merangsang, melatih dan mengembangkan potensi berfikir untuk berbagai hal. Potensi dasar ini sangat menjadi perhatian saya sebagai pendidik di samping yang lainnya”. Temuan dalam penelitian ini mengembangkan teori yang dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Imam Barnadib dalam hal ini menyatakan bahwa, ”ajaran Islam yang humanisme-teosentris berorientasi mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar keberadaan manusia semakin bermakna, yang dalam pelaksanaannya juga mengakses rasionalitas, kebebasan dan kesamaan yang ending-nya untuk mendekatkan diri kepada Allah. 360 Demikian pula Achmadi juga menyatakan 358 Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 359 Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 360 Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif..., 23.

Transcript of BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf ·...

Page 1: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Ciri Khas Pendidikan Sekolah Dolan di Malang

1. Mengembangkan potensi berfikir

Sekolah Dolan di kota Malang ini sesungguhnya sekolah yang

memiliki ciri khas mengembangkan potensi berfikir siswa. Hal ini seperti

yang dikemukakan para pendidik sekolah Dolan yakni Retno Novitasari

Hery,358

Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim359

bahwa,

”Saya sebagai pendidik di sekolah ini senantiasa merangsang agar para siswa

menjadi kreatif dengan merangsang, melatih dan mengembangkan potensi

berfikir untuk berbagai hal. Potensi dasar ini sangat menjadi perhatian saya

sebagai pendidik di samping yang lainnya”.

Temuan dalam penelitian ini mengembangkan teori yang

dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Imam Barnadib dalam hal ini

menyatakan bahwa, ”ajaran Islam yang humanisme-teosentris berorientasi

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar

keberadaan manusia semakin bermakna, yang dalam pelaksanaannya juga

mengakses rasionalitas, kebebasan dan kesamaan yang ending-nya untuk

mendekatkan diri kepada Allah.360

Demikian pula Achmadi juga menyatakan

358

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 359

Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 360

Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif..., 23.

Page 2: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

bahwa, ”pendidikan Islam yang ideal yang akan menghasilkan manusia yang

seimbang antara fikir, zikir, serta amal saleh.361

Pengembangan potensi berfikir, dengan cara mengajak diskusi

memikirkan sesuatu hal dan memposisikan siswa sebagai subjek pendidikan

sehingga siswa berani mengeluarkan ide-ide sebagai temuan dalam penelitian

ini sesungguhnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Temuan ini juga

mengembangkan teori yang dikemukakan Abdurrahman Saleh Abullah.

Dalam pandangannya Nabi Saw sendiri seringkali mengajak diskusi dengan

sahabat dan merangsang berfikir sahabat untuk memecahkan persoalan yang

dia hadapi. Dalam posisi seperti ini jelas Nabi Saw menempatkan sahabat

sebagai subjek pendidikan.362

Selanjutnya mengembangkan potensi berfikir dalam pandangan

Abdullah jelas terakomudasi dalam al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam.

Banyak ayat-ayat yang merangsang agar potensi berfikir dikembangkan. Hal

ini seperti dalam Qs. 2 (Al-Baqarah): 30, Qs. 21 (Taha): 52 dan yang

lainya.363

2. Merangsang siswa mampu membaca

Sekolah ini ternyata juga memiliki ciri khas merangsang siswanya

untuk mampu membaca. Hal ini seperti yang dikemukakan para guru

361

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ...,12-13. 362

Abdurrahman Saleh Abullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an (Jakarta: Rineka

Cipta, 2005), 215. 363

Ibid., 213-214.

Page 3: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

127

pengajarnya seperti Retno Novvitasari Hery,364

Anita Noormaidah365

bahwa,

”pembelajaran di sekolah Dolan dititik beratkan pada pembelajaran mandiri

sehingga siswa secara otomatis diharuskan untuk mampu membaca”. Selain

itu Titin Nurhanendah366

juga mengatakan bahwa, ”Saya ketika mendidik

anak-anak juga memberikan rangsangan agar mampu membaca”. Demikian

pula Lukman Hakim juga mengemukakan bahwa ”kepada para siswa saya

memberi tugas sehingga potensi baca mereka menjadi optimal”.367

Temuan dalam penelitian di atas mendukung teori para pakar

pendidikan yang ada. Achmadi dalam hal ini mengatakan bahwa, ” Untuk itu

setelah peserta didik diberi pendidikan maka mereka menjadi mampu

membaca”.368

Temuan di atas juga mengembangkan teori Hanun Asrohah yang

mengatakan bahwa, ” di rumah Arqam, Nabi mendidik umat Islam pokok-

pokok agama Islam, membaca dan membina pribadi Muslim agar menjadi

kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh untuk dipersiapkan menjadi

masyarakat Islam, muballigh serta pendidik yang baik.369

364

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 365

Anita Noormaidah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 366

Titin Nurhanendah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 367

Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 368

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam…, 33. 369

Hanun Asrohah, Sejarah ..., 12-13.

Page 4: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

128

Temuan di atas mengembangkan teori yang disampaikan Syalabi

bahwa, ”kuttab merupakan lembaga pendidikan untuk belajar membaca dan

menulis. Ia merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid.370

3. Mengembangkan keilmuan dan ketrampilan untuk kehidupan siswa agar

tangguh secara lahiriyah

Selain ciri khas di atas, sekolah Dolan di Malang ini juga memiliki ciri

khas memberikan ilmu dan ketrampilan untuk kehidupan siswa agar menjadi

tangguh secara lahiriyah. Hal ini seperti yang dikemukakan para guru

pendidiknya. Retno Novitasari Hery,371

dan Anita Noormaidah372

mengatakan

bahwa, ” Kami sebagai pendidik di sekolah ini senantiasa memberi kebebasan

kepada para siswa untuk mengembangkan skill dan talenta yang dimilikinya”.

Titin Nurhanendah dan Lukman Hakim juga mengatakan bahwa, ”

Kami tidak memberikan ilmu dan ketrampilan untuk kehidupan siswa agar

menjadi tangguh secara lahiriyah, akan tetapi saya berusaha mengarahkan dan

memberi kebebasan para siswa untuk mengembangkan keilmuan dan skills

sesuai yang mereka minati”.373

Retno Novvitasari Hery mengatakan bahwa,

”Dengan cara seperti ini maka peserta didik menjadi manusia yang kreatif dan

produktif dalam kehidupannya”.374

370

Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Jahja dan Sanusi Latief (Jakarta: Bulan

Bintang, 1978), 33. 371

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 372

Anita Noormaidah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 373

Titin Nurhanendah dan Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 374

Retno Novvitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Titin Nurhanendah, Lukman

Hakim, Anita Noormaidah, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 5: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

129

Temuan dalam penelitian ini sejatinya mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan Athiyah al-Abrasyi bahwa,

Dalam pendidikan modern dewasa ini, pembawaan dan keinginan

seorang anak sangat diperhatikan. Buat mereka dipilihkan bahan-bahan

pelajaran berupa kerajinan tangan, gerakan-gerakan tarian, nyanyian

kanak-kanak, serta bahan-bahan yang dekat hubungannya dengan milieu

sekolah dan bidang-bidang pekerjaan yang dapat mempersiapkan

seorang insan sebaik-baiknya, pendidikan kemasyarakatan, fisik,

pendikan-pendidikan praktis, moral dan akhlak sehingga dapat

menjadikan ia seorang yang sanggup mencari hidup sendiri, serta

membentuk seorang insan yang sempurna.375

Selanjutnya temuan di atas juga mendukung dan mengembangkan

teori yang dikemukakan Achmadi bahwa, ”fungsi pendidikan Islam sudah

cukup jelas yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya

manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya. Untuk itu setelah peserta

didik diberi pendidikan maka mereka hendaknya menjadi berilmu dan trampil

dalam kehidupannya”.376

Untuk itu dengan mengembangkan keilmuan dan ketrampilan seperti

yang dilakukan sekolah Dolan di Malang ini maka temuan di atas juga

mengembangkan teori yang dikemukakan Marwan Saridjo bahwa,

”pemisahan pelajaran agama dengan non agama seperti yang berjalan

sekarang itu tidak perlu”.377

375

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. H. Bustami A. Ghani dan

Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 173. 376

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam..., 30, 33. 377

Marwan Saridjo, Bunga Rampai..., 36.

Page 6: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

130

Pengembangan keilmuan dan ketrampilan yang dilakukan sekolah

Dolan sebagai lembaga informal jelas keberadaannya menjadi menolak teori

yang dikemuka Soelaiman Joesoef Temuan. Dalam hal ini Soelaiman Joesoef

menyatakan bahwa pendidikan informal ini tidak diorganisasi secara

struktural dan tidak mengenal sama sekali tingkatan ketrampilan dan

pengetahuan.378

.

4. Memberikan pendidikan perilaku/akhlak

Sekolah Dolan ini juga memberikan pendidikan perilaku/akhlak

karimah kepada para siswanya. Pendidikan perilaku/akhlak yang dilakukan di

sekolah ini tampaknya tidak dilakukan dengan cara doktrinasi tetapi lebih

cenderung membimbing para siswa untuk memahami sendiri pentingnya

menjadi orang yang memiliki akhlak karimah sedang para guru menjadi figur

yang harus mampu memberi contoh (uswah) dalam kehidupan sehari-hari. Hal

ini seperti yang dikatakan para guru pendidik yakni Retno Novitasari Hery,379

dan Anita Noormaidah380

bahwa, “ Pendidikan perilaku secara tidak langsung

diberikan melalui diskusi-diskusi”. Sedang Titin Nurhanendah dan Lukman

Hakim mengatakan bahwa, ”Saya memberikan pendidikan akhlak/perilaku

yang baik dengan memberi contoh dan keteladanan kepada para siswa seperti

yang diajarkan Rasulullah Saw”.

378

Soelaiman Joesoef, Konsep..., 67. 379

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 380

Anita Noormaidah, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 7: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

131

Pendidikan akhlak ini tentu menuntut agar peserta didik memiliki

akhlak karimah, baik ketika mereka berhubungan dengan Allah atau manusia.

Untuk itu temuan dalam penelitian ini sesungguhnya telah membuktikan

bahwa tujuan pendidikan Islam benar-benar mampu diwujudkan dalam

sekolah Dolan di Malang. Untuk itu temuan ini mendukung teori yang

dikemukakan Zakiyah Daradjat bahwa, ” tujuan pendidikan Islam itu adalah

mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan

masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan, mengembangkan

ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat

mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk

kepentingan hidup di dunia dan di akhirat”.381

Temuan di atas juga mengembangkan teori yang dikemukakan

Athiyah al-Abrasyi yang menyatakan bahwa dalam pendidikan modern

dewasa ini, pembawaan dan keinginan seorang anak sangat diperhatikan. Buat

mereka dipilihkan bahan-bahan pelajaran berupa pendidikan kemasyarakatan,

fisik, mental, hati nurani, pendikan-pendidikan praktis, moral dan akhlak

sehingga dapat menjadikan ia seorang yang sanggup mencari hidup sendiri,

serta membentuk seorang insan yang sempurna.382

Temuan tentang pengembangan pendidikan akhlak/perilaku yang baik

di sekolah Dolan ini juga mengembangkan teori yang dikemukakan Hartono

381

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 382

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar..., 173.

Page 8: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

132

yang menyatakan bahwa ”proses pendidikan dan pembelajaran itu

sesungguhnya sebagai media untuk menata dan mewujudkan masyarakat yang

memiliki sosio cultural, berperadaban dan berbudaya yang mapan di tengah-

tengah alam materi yang bersifat profane ini.383

Untuk mewujudkan

masyarakat yang memiliki budaya dan peradaban yang baik tentu diperlukan

internalisasi nilai-nilai akhlak karimah pada peserta didik.

Temuan di atas juga mengembangkan teori yang dikemukakan Ibnu

Maskawai (330-421 H) bahwa ”setiap ilmu atau mata pelajaran yang

diajarkan oleh guru/pendidik harus memperjuangkan terciptanya akhlak yang

mulia”.384

Temuan bahwa di sekolah Dolan memberikan dan mengembangkan

pendidikan akhlak/perilaku yang baik keberadaannya menjadi menolak teori

yang dikemukakan Muhaimin bahwa sekolah dianggap masih gagal karena

praktik mendidiknya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dan

mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif yakni kemaun dan

tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama, sehingga tidak mampu

membentuk pribadi-pribadi bermoral (berakhlak).385

5. Memberikan pendidikan emosional

Ciri khas pendidikan yang dikembangkan selain di atas, sekolah Dolan

ini juga memiliki ciri khas memberikan pendidikan emosional. Pendidikan

383

Ibid. 384

Muhaimin, Pengembangan..., 19. 385

Muhaimin, Pengembangan..., 23

Page 9: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

133

emosional yang dikembangkan di sekolah ini nampaknya memiliki keunikan

dengan menggunakan metode permainan/game secara kelompok. Hal ini

seperti yang dikemukakan para guru pendidiknya yakni Retno Novitasari

Hery,386

Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim387

bahwa,

”Dalam memberikan pendidikan emosional di sekolah ini, saya melakukannya

dengan melatih anak-anak dengan cara memberikan game/permainan secara

kelompok”.

Temuan di atas ini sejatinya mengembangkan teori yang dikemukakan

Abdurrahman Nahlawi bahwa pendidikan informal sangat efektif untuk

mewujudkan ketentraman dan ketenangan psokologis anak (emosi terkendali),

anak menjadi saleh, sangat efektif menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta

kasih kepada anak serta menjaga fitrah anak agar tidak melakukan

penyimpangan-penyimpangan.388

6. Mengembangkan pendidikan teosentris /ketuhanan/batiniyah

Memberikan pendidikan teosentris ternyata juga mendapat perhatian

di sekolah Dolan ini. Namun demikian secara aplikasi keseharian diserahkan

kepada orang tua masing-masing karena para siswa sekolah Dolan ini terdiri

dari beberapa agama. Hal ini seperti yang dikatakan para guru pendidik yang

ada bahwa, ”Pendidikan akan keimanan/ketuhanan memang diberikan di

sekolah ini namun demikian aplikasi dan pengembangannya diserahkan

386

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 387

Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 388

Abdurrahman Nahlawi, Pendidikan Islam..., 139-144

Page 10: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

134

kepada keluarga masing-masing. Hal ini karena para siswa yang ada di sini

terdiri dari beberapa agama”.389

Model pendidikan tersebut diberikan dalam

bentuk menanamkan keikhlasan & ketakwaan serta kecintaan pada Tuhan

Yang Maha Esa dengan berbagai hal. Demikian seperti yang dikemukakan

Lukman Hakim guru pendidik sekolah Dolan. Dalam penjelasannya guru

pendidik ini mengatakan bahwa “saya dalam memberikan pendidikan

ketuhanan dengan menanamkan keikhlasan dalam setiap berbuat dan beramal.

Setiap siswa hendaknya dengan kesadaran dan hati ikhlas menjalankan ajaran

agamanya dalam kehidupan keseharian sehigga menjadi manusia yang

bertakwa. Anak-anak, saya ajak mengenal alam lebih dekat agar tumbuh

dalam jiwanya senantiasa cinta dan bersyukur kepada-Nya”.390

Temuan di atas sejatinya mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Dalam pandangan Mastuhu

pendidikan Islam itu merupakan pendidikan yang hendaknya terus menerus

mengembangkan sisi teosentris dan antroposentris sekaligus. 391

Dalam

pandangan H.M. Arifin pendidikan Islam seharusnya mampu menghantarkan

peserta didik menjadi seorang muslim dewasa yang bertakwa, mengarahkan

dan membimbing pertumbuhan, perkembangan potensi dasar anak didik ke

389

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 390

Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 391

Mastuhu, Memberdayakan..., 14-15.

Page 11: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

135

arah titik maksimal. Esensi potensi itu menyangkut keimanan/keyakinan, ilmu

pengetahuan, akhlak dan pengamalan”. 392

7. Mendidik anak saleh secara individu dan sosial

Ciri khas pendidikan yang dikembangkan di sekolah Dolan ini tidak

hanya mendidik para siswanya menjadi orang yang saleh secara individu

seperti dalam keterangan sebelumnya, namun demikian saleh secara sosial

tidak terlupakan juga disampaikan dalam pendidikan yang ada. Hal ini seperti

yang dikemukakan Lukman Hakim bahwa, ”Saya mengajak dan

mengoptimalkan potensi individu anak-anak pada kegiatan sosial. Dari

kegiatan itu maka anak-anak bisa secara langsung terjun memberikan

kemanfaatan dan berguna bagi masyarakat, sehingga hidupnya menjadi lebih

berarti”.393

Hal senada juga disampaikan Retno Novvitasari Hery, Anita

Noormaidah bahwa, ”Melalui kegiatan sosial siswa sekolah Dolan dilatih

untuk menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat”.394

Sedang menurut

Titin Nurhanendah bahwa,”Di sekolah Dolan ini saya dalam mendidik anak-

anak senantiasa berusaha mewujudkan agar peserta didik menjadi manusia

yang berguna bagi diri dan masyarakatnya”.395

Untuk itu peserta didik akan

menjadi mampu melestarikan nilai-nilai insani. Mereka menjadi senang dan

392

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam..., 32. 393

Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 394

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Wawancara,

Malang, 25 April 2010. 395

Titin Nurhanendah, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 12: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

136

gemar mengamalkan, mengembangkan ajaran agamanya tidak hanya

berhubungan dengan Tuhanya saja tetapi juga dengan manusia sesamanya.

demikian yang dikatakan para guru pengajar di sekolah Dolan ini.396

Temuan ini sesungguhnya mendukung dan mengembangkan teori

yang dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Menurut pandangan

Daradjat, pendidikan Islam hendaknya mampu mewujudkan peserta didik

menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang

dan gemar mengamalkan, mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan

dengan Allah dan manusia sesamanya.397

Menurut pandangan Achmadi,

setelah peserta didik diberi pendidikan maka diharapkan ia mampu

melestarikan nilai-nilai insani sehingga dirinya menjadi saleh secara individu

dan sosial serta menjadi lebih bermakna. 398

8. Memberi wawasan mengenai diri dan alam sekitarnya

Mengajak mengenal alam sehingga muncul dari diri peserta didik

menjadi bersyukur kepada Allah merupakan ciri khas yang juga

dikembangkan dalam pendidikan di sekolah Dolan Malang ini. Demikian

seperti yang dikatakan para guru pendidik di sekolah ini. Lukman Hakim, dkk

mengatakan bahwa, ”Saya dalam mengajar dan mendidik berupaya agar

mereka lebih mengenal diri dan alam sekitarnya. Di alam bebas mereka diajari

396

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 397

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 398

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 33.

Page 13: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

137

bagaimana menyaksikan kebesaran kekuasaan Allah yang berupa alam agar

dijaga kelestariannya. Dengan cara begitu anak-anak menjadi lebih bersyukur

kepada-Nya sehingga ke depan kelestarian alam bisa terjaga”.399

Upaya seperti di atas ini ternyata dapat meningkatkan semangat para

siswa untuk belajar dengan memanfaatkan media alam yang diciptakan Allah

untuk kepentingan pendidikan dan menambah keimanan kepada Allah untuk

bekal tidak hanya di dunia tetapi juga hari akhirat nanti.400

Ciri khas dengan memanfaat media alam semesta di sekolah Dolan ini

sesungguhnya dikembangkan dengan mengajak para siswa untuk berdiskusi

merenungkan posisinya sebagai kholifah Allah di muka bumi. Sebagai

kholifah di muka bumi ini maka mereka punya tugas agar alam semesta yang

diciptakan Allah ini mampu dijaga, dikelola dengan baik agar tidak rusak dan

bisa bermanfaat secara berkelangsungan hingga akhir jaman.401

Temuan di atas sesunggunya mendukung teori yang dikemukakan para

pakar pendidikan yang ada. Dalam pandangan Daradjat, pendidikan Islam

hendaknya mampu mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang berguna

bagi diri dan masyarakatnya serta dapat mengambil manfaat yang semakin

meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan

399

Lukaman, dkk, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. dan 25 April 2010. 400

Titin Nurhanendah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 401

Retno Novvitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Lukman Hakim, Malang, 25 April 2010.

Page 14: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

138

akhirat. 402

Adapun menurut Achmadi, pendidikan Islam yang diberikan

kepada peserta didik seharusnya mampu memberikan dan mengembangkan

wawasan peserta didik untuk mengenali diri dan alam sekitarnya. 403

Menurut

Athiyah al-Abrasyi bahwa, ”dalam pendidikan modern dewasa ini,

pembawaan dan keinginan seorang anak sangat diperhatikan. Buat mereka

dipilihkan bahan-bahan pelajaran berupa panorama-panorama alam...”. 404

9. Mengintegrasikan nilai agama pada tiap bidang pelajaran

Walaupun tidak secara langsung, mengintegrasikan nilai spiritual

keagamaan pada setiap bidang pelajaran juga dilakukan di sekolah Dolan ini.

Namun demikian pembelajaran di sekolah Dolan lebih ditekankan pada

bagaimana siswa dapat menjadi peserta didik yang mampu belajar mandiri.

Hal ini seperti yang dikatakan Titin Nurhanendah bahwa, ”Integrasi nilai

spiritual keagamaan pada setiap bidang pelajaran juga dilakukan di sekolah

Dolan ini walaupun tidak secara langsung”.405

Lukman Hakim mengatakan

bahwa, ”Saya dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada para

siswa senantiasa beruasaha mengintegrasikan nilai-nilai agama pada tiap

bidang pelajaran yang ada”.406

Sedang Retno Novvitasari Hery, Anita

402

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 403

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 33. 404

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar..., 173. 405

Titin Nurhanendah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 406

Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 15: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

139

Noormaidah mengatakan bahwa, ”Pembelajaran di sekolah Dolan lebih

ditekankan pada bagaimana siswa dapat menjadi pembelajar mandiri”.407

Temuan dalam penelitian ini sejatinya mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan K.H Achmad Siddiq seperti yang

dikutip Marwan Saridjo yang menyatakan bahwa, “Pendidikan agama

hendaknya tidak merupakan satu pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi tiap

bidang pelajaran hendaknya mengandung unsur pelajaran agama. Jadi

pemisahan pelajaran agama dengan non agama seperti yang berjalan sekarang

itu tidak perlu”.408

Temuan dalam penelitian di atas juga mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan Imam Barnadib bahwa, “dalam

ajaran Islam mengandung prinsip humanisme-teosentris yang berorientasi

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar

keberadaan manusia semakin bermakna, yang dalam pelaksanaannya diwarnai

dengan prinsip-prinsip kehauhidan, baik tauhid rububiyah maupun uluhiyah.

Selain itu juga mengakses rasionalitas, kebebasan dan kesamaan yang ending-

nya untuk mendekatkan diri kepada Allah.409

Dengan mengintegrasikan nilai agama pada tiap bidang pelajaran yang

ada seperti yang terjadi pada sekolah Dolan maka ini berarti sekolah Dolan ini

407

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Malang, 25

April 2010. 408

Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Amissco, 1996), 36. 409

Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif Baru Penddidikan (Jakarta: Depdikbud, Ditje Dikti, PPLPTK,

1988), 23.

Page 16: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

140

telah mengembangkan prinsip humanisme-teosentris. Apabila pendidikan

Islam yang ada cenderung pada humanisme maka yang terwujud adalah

pendidikan Islam yang liberal dan sebaliknya kalau cenderung pada

pendekatan teosentris maka pendidikan Islam menjadi model pendidikan yang

konservatif yang sangat fiqhisme dan sufisme an sich.

Temuan di atas juga mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan Hartono bahwa, ”sejak awalnya perhatian Islam terhadap

pendidikan telah mendapat perhatian serius, tidak hanya menyangkut ilmu

yang bersifat ketauhidan tetapi juga yang bersifat kebendaan,

keduniawian”.410

Selanjutnya temuan dalam penelitian ini menolak sekaligus

mengembangkan teori yang dikemukakan Muhaimin. Dalam pandangannya

pelaksanaan mendidik akhlak dan nilai-nilai Islam terkesan masih dibebankan

guru pendidikan agama Islam (PAI). Sedang dalam temuan penelitian ini

setiap pendidik merasa bertanggung jawab untuk mendidikkan nilai-nilai

ajaran Islam pada peserta didiknya. Hal ini seperti yang dikatakan Muhaimin

bahwa, ”tugas mendidik akhlak yang mulia sebenarnya bukan hanya menjadi

tanggung jawab guru PAI an sich. Setiap pendidik/guru bidang studi

seharusnya mendidikkan pula nilai-nilai Islam yang mulia.411

10. Orientasi kecenderungan kelompok keagamaan

410

Djoko Hartono, Pengembangan Life Skills..., 2. 411

Muhaimin, Pengembangan..., 19.

Page 17: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

141

Pendidikan keagamaan yang disampaikan di sekolah Dolan ini

sejatinya tidak cenderung kepada kelompok keagamaan tertentu. Hal ini

seperti dikatakan para guru pendidiknya bahwa, ”Pendidikan keagamaan yang

ada di sekolah ini tidak berciri Sunni, Syiah, NU, Muhammadiyah, Persis,

atau yang lainnya.412

Namun pendidikan agama yang diterapkan di sekolah

Dolan ini berciri keislaman yang tidak cenderung dan memihak kelompok

keagamaan tertentu bagi para siswa yang beragama Islam”.413

Dalam hal ini Retno Novitasari Hery,414

Anita Noormaidah415

juga

mengemukakan bahwa “ Ciri khas sekolah Dolan adalah joyfull learning”.

Titin Nurhanendah mengatakan bahwa, ”Sekolah Dolan di sini tidak berciri

khas fiqh, atau tasawuf. Sedang menurut Lukman416

bahwa, ” Sekolah di sini

berciri khusus mengembangkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan para

siswa dengan kreativitasnya diarahkan untuk menguasai teknologi namun

tetap beriman dan bertakwa”.

Temuan dalam penelitian ini keberadaannya menjadi menolak teori

yang dikemukakan Makdisi dan Stanton yang dalam hal ini menjelaskan

yakni institusi Islam sejak awalnya belum dan tidak pernah menjadi the

412

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 413

Lukman Hakim, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 414

Retno Novitasari Hery,Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 415

Anita Noormaidah, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 416

Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 18: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

142

institusional of higher learning (tidak difungsikan semata-mata untuk

mengembangkan tradisi penyelidikan bebas berdasar nalar).417

Temuan di atas keberadaannya juga mendukung dan mengembangkan

teori yang dikemukakan Azra yang dalam hal ini menjelaskan, jika ideologi

pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah dimaknai dan

ditempatkan pada posisi yang seimbang dan sebenarnya maka statemen

Makdisi dan Stanton tidak perlu terjadi.418

Dengan ditemukan bahwa sekolah di sini berciri khusus

mengembangkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan para siswa dengan

kreativitasnya diarahkan untuk menguasai teknologi namun tetap beriman dan

bertakwa dan tidak adanya kecenderungan pada kelompok keagamaan

tertentu, tidak berciri khas fiqh, atau tasawuf maka temuan penelitian pada

sekolah Dolan di atas juga mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan Barnadib. Dalam pandangan Barnadib, prinsip ajaran Islam itu

humanisme-teosentris yang berorientasi mengembangkan dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia agar keberadaannya semakin bermakna. 419

Dalam ideologi ini sarat dan menawarkan nilai-nilai transendental,

universal dan memenuhi hajat hidup manusia. Apabila pendidikan Islam yang

ada cenderung pada humanisme maka yang terwujud adalah pendidikan Islam

yang liberal dan sebaliknya kalau cenderung pada pendekatan teosentris maka

417

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam..., viii-ix. 418

Ibid. 419

Imam Barnadib, Ke Arah..., 23.

Page 19: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

143

pendidikan Islam menjadi model pendidikan yang konservatif yang sangat

fiqhisme dan sufisme an sich.

11. Bentuk pendidikan, proses belajar mengajar, tempat belajar dan penyetaraan

Ciri khas pendidikan yang dikembangkan di sekolah Dolan ini

sejatinya berbentuk informal dengan model majemuk.420

Mereka diajar oleh

para guru sebagai pengganti orang tua di rumah serasa di rumah sendiri.421

Kegiatan belajar mengajarnya diselenggarakan di rumah pengelola walaupun

bukan menggunakan pendekatan sistem full-day school tetapi dilakukan

dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana.422

Peserta didik di lembaga pendidikan ini wajib mengikuti program

penyetaraan dan mereka yang lulus mendapatkan ijazah. Hal ini seperti yang

dikemukakan Retno Novitasari Hery bahwa, ”Para siswa yang belajar di

sekolah Dolan ini diarahkan agar mengikuti ujian penyetaraan sehingga

mereka mendapatkan ijazah formal”.423

Sedang menurut Titin Nurhanendah,

Lukman Hakim, Anita Noormaidah bahwa, ”Para siswa yang ada di lembaga

pendidikan ini wajib untuk mengikuti ujian kesetaraan paket A,B,C sesuai

dengan jenjang di mana ia berada”.424

420

Retno Novitasari Hery,Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Lukman, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 421

Lukman, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 422

Retno Novvitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Titin Nurhanendah, Anita

Noormaidah, Lukman, Wawancara, Malang, 25 April 2010. 423

Retno Novitasari Hery, Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. 424

Anita Noormaidah, Titin Nurhanendah, Lukman, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 20: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

144

Untuk itu temuan dalam penelitian ini menolak teori yang

dikemukakan beberapa pakar/pemikir pendidikan yang ada. Temuan dalam

penelitian ini menolak teori yang dikemukakan Abdullah Fadjar yang

menyatakan bahwa ijazahnya atau sejenis penghargaan yang diberikan tidak

mendapat pengakuan.425

Temuan penelitian ini juga menolak teori yang

dikemukakan Idris bahwa “kegiatan pendidikan informal ini pada umumnya

tidak teratur dan tidak sistematis”.426

Menolak teori yang dikemukakan Abu

Ahmadi bahwa pendidikan informal dilakukan tanpa suatu organisasi yang

ketat tanpa adanya program waktu (tak terbatas) dan tanpa adanya evaluasi, 427

Temuan dalam penelitian ini di sisi lain juga mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan Muis Sad Iman bahwa, pendidikan

keluarga (informal) yakni akan terus bergerak dari ketergantungan total

menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan

dirinya sendiri dan mandiri.428

Pengembangan diri pada pendidikan informal

ini terjadi dan dibuktikan oleh sekolah Dolan yang mengeksiskan diri sebagai

sekolah informal dengan model majemuk. Walaupun kegiatan belajar

mengajarnya diselenggarakan di rumah tetapi dilakukan dengan sengaja,

tertib, terarah, dan berencana, teratur, sistematis, terevaluasi dan diarahkan

agar mengikuti ujian penyetaraan.

425

Abdullah Fadjar dkk, Pendidikan Islam..., 1-2. 426

Zahara Idris, Dasar-Dasar...,58. 427

Abu Ahmadi, Ilmu..., 169. 428

Muis Sad Iman, Pendidikan ..., 5.

Page 21: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

145

12. Peserta didik dan guru pendidiknya

Ciri khas peserta didik yang ada di sekolah Dolan ini sesungguhnya

sangat heterogen. Sebagai lembaga pendidikan informal, sekolah dolan di

Malang ini ternyata tidak hanya menerima peserta didik usia sekolah saja.

Lembaga pendidikan ini mengakomudasi berbagai jenjang pendidikan mulai

jenang SD sampai dengan jenjang SMA. Sedang biaya sekolah yang

dikenakan kepada peserta didik sangat relatif dan terjangkau serta bisa

dibilang murah. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah Dolan ini relatif

cukup memadahi. Di sekolah ini para peserta didik diasuh, dibimbing, dan

dididik oleh para guru yang sebagaian berlatar belakang pendidikan agama

Islam (PAI) dan yang lainnya. Namun demikian mereka semua merupakan

pendidik yang beragama Islam. Kenyataan ini seperti yang dikemukakan

mereka para guru yang ada di lembaga pendidikan informal ini.

Retno Novitasari Hery, Titin Nurhanendah, Lukman Hakim, Anita

Noormaidah dalam hal ini mengatakan bahwa:

“Peserta didik yang ada di sekolah Dolan ini sesungguhnya heterogen.

Mereka yang belajar di sini terdiri dari berbagai tingkatan mulai dari

anak-anak sampai dewasa. Lembaga pendidikan ini tidak hanya

menerima usia sekolah saja. Di antara mereka tidak hanya memeluk

agama yang sama. Walaupun berbeda keyakinan mereka bisa hidup

bersama dan belajar dengan enjoy. Sedang jenjang pendidikan yang ada

di lembaga pendidikan ini terdiri dari SD hingga SMA.429

429

Retno Novitasari Hery,Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Lukman, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 22: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

146

Temuan dalam penelitian ini jelas menolak teori yang menganggap

para siswa dari pendidikan informal dikuatirkan menjadi teralienasi dari

lingkungan sosialnya. Untuk itu temuan ini menolak teori yang kemukakan

Arief Rahman bahwa kelemahan pendidikan informal yakni dikuatirkan siswa

akan teralienasi dari lingkungan sosialnya sehingga kecerdasan sosialnya

tidak muncul.430

Kekuatiran semacam ini tidak akan terjadi pada sekolah

Dolan yang merupakan bentuk pendidikan informal bermodel majemuk ini.

Hal ini karena peserta didik yang ada di sini heterogen, tidak hanya memeluk

agama yang sama. Walaupun berbeda keyakinan mereka bisa hidup bersama

dan belajar dengan enjoy.

Selanjutnya temuan ini juga menolak teori yang dikemukakan

Soelaiman Joesoef bahwa pendidikan informal ini tidak diorganisasi secara

struktural dan tidak mengenal sama sekali perjenjangan kronologis menurut

tingkatan umur maupun tingkatan ketrampilan dan pengetahuan.431

Penolakan

teori Joesoef ini karena pada sekolah Dolan pendidikan dikelola dan

diorganiser secara profesional dan di lembaga pendidikan ini ada

penjenjangan yang terdiri dari SD hingga SMA.432

Temuan ini juga menolak teori yang dikemukakan Zakiyah Dardjat

yang menyatakan bahwa, pendidikan informal memiliki kelemahan seperti

430

Arief Rachman, ”Kata Pengantar”, dalam Homeschooling…, ix. 431

Soelaiman Joesoef, Konsep..., 67. 432

Retno Novitasari Hery,Wawancara, Malang, 9 Nopember 2010. Anita Noormaidah, Titin

Nurhanendah, Lukman, Wawancara, Malang, 25 April 2010.

Page 23: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

147

orang tua sebagai pendidik tidak mungkin memikulnya sendiri secara

sempurna, sebab mereka tentu mempunyai keterbatasan.433

A. Abe Saputra

menjelaskan menjelaskan di samping memiliki keunggulan, pendidikan

keluarga (informal) ini juga memiliki kelemahan di antaranya yakni

keterbatasan orang tua untuk terampil memfasilitasi proses pembelajaran,

evaluasi dan penyetaraannya.434

Penolakan terhadap teori di atas karena pendidikan dalam sekolah

Dolan ini memiliki model majemuk. Untuk itu keterbatasan kemampuan

pendidik (orang tua) bisa disempurnakan oleh pendidik lain yang ikut

bergabung mendidik di sekolah Dolan. Sebab menurut Seto Mulyadi bahwa

dalam model majemuk ini proses pendidikan tidak dilaksanakan sebuah

keluarga saja tetapi dilaksanakan secara berkelompok oleh beberapa keluarga

dengan memiliki kurikulum.435

B. Ciri Khas Pendidikan Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT)

Salatiga

1. Mengembangkan potensi berfikir

Pada komunitas belajar Qaryah Thayyibah di Salatiga ini kalau

diperhatikan sesungguhnya memiliki ciri khas mengembangkan potensi

berfikir. Namun demikian dalam upaya mengembangkan potensi berfikir ini,

siswa bukan menjadi objek pendidikan. Pada institusi pendidikan ini posisi

433

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu…, 38-39. 434

A. Abe Saputra, Rumahku Sekolahku..., 69, 72. 435

Seto Mulyadi, ”Persekolahan di Rumah”, dalam Chris Verdiansyah (Edit), Homeschooling…, 19-

20.

Page 24: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

148

siswa di tempatkan menjadi subjek pembelajaran. Posisi ini mendudukkan

siswa menjadi sentral/pusat pembelajaran dan bukan pada para gurunya. Di

tempat ini para siswa didik, dilepas untuk berpikir dan memikirkan apa yang

akan mereka lakukan.

Ketika mereka menghadapi problem sang guru mengajak mereka

berdiskusi bersama-sama untuk memecahkan permasalahan tersebut. Dengan

cara seperti ini para siswa menjadi aktif dan pada diri mereka muncul inisiatif

dan ide-ide genune. Untuk mengembangkan potensi berfikir mereka di

institusi pendidikan ini, para siswa juga diajak untuk mengkaji berbagai hal,

dibiarkan untuk mengatur, mendesain dirinya sendiri, belajar mandiri, dan

selanjutnya para siswa harus berani tanggung jawab atas rencana yang digagas

dan didesainnya sendiri itu. Mereka benar-benar dididik untuk belajar

memikirkan masa depannya sehingga kesuksesan mereka raih.

Hal ini seperti yang dikemukakan para guru pendidiknya. Abd.

Munthalib, dkk mengatakan:

”Kami dalam mendidik para siswa senantiasa menempatkan mereka

sebagai subjek pendidikan. Dengan memposisikan mereka seperti ini

maka mereka menjadi berani mengeluarkan ide-ide, inisiatif. Jika di

antara mereka mempunyai problem maka kami mengajak mereka

berdiskusi. Selain itu untuk mengembangkan potensi berfikir para siswa,

kami mengajak mereka mengkaji berbagai hal, memikirkan apa yang

akan mereka lakukan, mengatur, mendesain, memikirkan masa

depannya, belajar mandiri, berani tanggung jawab atas rencana yang

digagas, hingga kesuksesan mereka raih.436

436

Abd. Munthalib, dkk, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 25: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

149

Temuan dalam penelitian ini mengembangkan teori yang

dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Imam Barnadib dalam hal ini

menyatakan bahwa, ”ajaran Islam yang humanisme-teosentris berorientasi

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar

keberadaan manusia semakin bermakna, yang dalam pelaksanaannya juga

mengakses rasionalitas, kebebasan dan kesamaan yang ending-nya untuk

mendekatkan diri kepada Allah.437

Demikian pula Achmadi juga menyatakan

bahwa, ”pendidikan Islam yang ideal yang akan menghasilkan manusia yang

seimbang antara fikir, zikir, serta amal saleh.438

Pengembangan potensi berfikir, dengan cara mengajak diskusi

memikirkan sesuatu hal dan memposisikan siswa sebagai subjek pendidikan

sehingga siswa berani mengeluarkan ide-ide sebagai temuan dalam penelitian

ini sesungguhnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Temuan ini juga

mengembangkan teori yang dikemukakan Abdurrahman Saleh Abullah.

Dalam pandangannya Nabi Saw sendiri seringkali mengajak diskusi dengan

sahabat dan merangsang berfikir sahabat untuk memecahkan persoalan yang

dia hadapi. Dalam posisi seperti ini jelas Nabi Saw menempatkan sahabat

sebagai subjek pendidikan.439

Selanjutnya mengembangkan potensi berfikir dalam pandangan

Abdullah jelas terakomudasi dalam al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam.

437

Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif..., 23. 438

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ...,12-13. 439

Abdurrahman Saleh Abullah, Teori-Teori Pendidikan..., 215.

Page 26: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

150

Banyak ayat-ayat yang merangsang agar potensi berfikir dikembangkan. Hal

ini seperti dalam Qs. 2 (Al-Baqarah): 30, Qs. 21 (Taha): 52 dan yang

lainya.440

2. Merangsang siswa mampu membaca

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT) di Salatiga ternyata

juga memiliki ciri khas merangsang para siswanya agar mampu membaca. Di

institusi pendidikan ini para siswa di fasilitasi untuk mencari dan menganalisis

bersama isue-isue yang sedang berkembang yang mereka temui. Dengan

merangsang para siswa untuk senang membaca dan menganalisis ini maka

mereka menjadi peserta didik yang mampu memahami dan merasakan secara

langsung fenomena kehidupan serta menjadi terbukalah jendela dunia untuk

mereka sehingga mampu memecahkan problem kehidupan yang ada.

Uraian di atas seperti yang dikatakan para guru pendidiknya. Abd.

Muntalib dan Siti Rifqoh mengatakan bahwa, ”Dengan merangsang para

siswa senang membaca maka para siswa menjadi mampu membuka jendela

dunia, sehingga mereka memiliki pengetahuan yang luas”.441

Nurul Munawaroh, Wiwin, Puji Dwi Maryam mengatakan bahwa, ”Di

sekolah ini para siswa diberi wadah untuk mencari dan menganalisis bersama

atas isue-isue yang mereka dapati”.442

440

Ibid., 213-214. 441

Abd. Mutntahalib dan Siti Rifqoh, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 442

Nurul Munawaroh, Wiwin, Puji Dwi Maryam, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 27: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

151

Ahmad Darojat Jumadil Kubro, Ely, Ahmad Bahruddin, Ridwan,

Ningrum, Ahmad Mumtaha Ahsan, Mujab mengatakan bahwa, "Kami dalam

mendidik para siswa di sini bukan hanya mengajari anak-anak sekedar mampu

membunyikan lafal-lafal teks yang ada. Lebih dari itu bagaimana setelah para

siswa mampu membaca mereka harus mampu memahami apa yang dibacanya

itu”.443

Temuan dalam penelitian di atas mendukung teori para pakar

pendidikan yang ada. Achmadi dalam hal ini mengatakan bahwa, ” Untuk itu

setelah peserta didik diberi pendidikan maka mereka menjadi mampu

membaca”.444

Temuan di atas juga mengembangkan teori Hanun Asrohah yang

mengatakan bahwa, ” di rumah Arqam, Nabi mendidik umat Islam pokok-

pokok agama Islam, membaca dan membina pribadi Muslim agar menjadi

kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh untuk dipersiapkan menjadi

masyarakat Islam, muballigh serta pendidik yang baik.445

Temuan di atas mengembangkan teori yang disampaikan Syalabi

bahwa, ”kuttab merupakan lembaga pendidikan untuk belajar membaca dan

menulis. Ia merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid.446

443

Ahmad Darojat Jumadil Kubro,dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 444

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam…, 33. 445

Hanun Asrohah, Sejarah ..., 12-13. 446

Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Jahja dan Sanusi Latief (Jakarta: Bulan

Bintang, 1978), 33.

Page 28: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

152

3. Mengembangkan keilmuan dan ketrampilan untuk kehidupan siswa /tangguh

secara lahiriyah

Proses pembelajaran di institusi pendidikan KBQT di Salatiga ini

selain memiliki ciri khas yang sudah dijelaskan di atas, di KBQT ini peserta

didiknya tidak hanya diberi teori-teori saja sehingga mereka memiliki ilmu

dan ketrampilan untuk bekal kehidupan para siswa sehingga mereka tangguh

secara lahiriyah. Namun yang menarik dari proses pembelajaran di KBQT

Salatiga ini para siswa untuk mendapat ilmu dan ketrampilan harus

melakukan usaha pencarian bersama-sama. Mereka tidak tidak ditranfer ilmu

(diajar) tetapi dididik untuk bersama-sama mencari dengan potensi yang

dimilikinya dan metode yang mereka anggap enjoy (menyenangkannya).

Hal ini seperti yang dikatakan para guru pendidiknya bahwa,” Kami di

sini tidak hanya mengajar saja sehingga mereka mendapat teori-teori. Di sini

kami mendidik para peserta didik untuk bersama-sama berusaha mencari dan

memperoleh ilmu dan ketrampilan yang seharusnya mereka miliki sebagai

bekal untuk hidup saat ini dan hari yang akan datang. Mereka kami bimbing

sesuai dengan potensi yang dimilikinya”.447

Pengembangan pendidikan seperti ini tentunya akan mewujudkan

peserta didik di institusi ini menjadi anak-anak yang kreatif dan produktif.

Inilah yang menjadi ciri khas pendidikan di KBQT Salatiga. Abdul

Munthalib, dkk, dalam hal ini mengatakan bahwa ” Di sini kita juga sering

447

Nurul Munawaroh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 29: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

153

menumbuhkan kreativitas dan produktivitas di antaranya bikin film untuk

diikutkan festival. Siswa juga diarahkan dan diwajibkan untuk menjadi orang

yang kreatif dan produktif sesuai dengan bakat dan minat mereka. Sehingga

mereka pada akhirnya nanti menjadi terus mengembangkan daya cipta yang

inovatif dalam hidupnya”.448

Temuan dalam penelitian ini sejatinya mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan Athiyah al-Abrasyi bahwa,

Dalam pendidikan modern dewasa ini, pembawaan dan keinginan

seorang anak sangat diperhatikan. Buat mereka dipilihkan bahan-bahan

pelajaran berupa kerajinan tangan, gerakan-gerakan tarian, nyanyian

kanak-kanak, serta bahan-bahan yang dekat hubungannya dengan milieu

sekolah dan bidang-bidang pekerjaan yang dapat mempersiapkan

seorang insan sebaik-baiknya, pendidikan kemasyarakatan, fisik,

pendikan-pendidikan praktis, moral dan akhlak sehingga dapat

menjadikan ia seorang yang sanggup mencari hidup sendiri, serta

membentuk seorang insan yang sempurna.449

Selanjutnya temuan di atas juga mendukung dan mengembangkan

teori yang dikemukakan Achmadi bahwa, ”fungsi pendidikan Islam sudah

cukup jelas yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya

manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya. Untuk itu setelah peserta

didik diberi pendidikan maka mereka hendaknya menjadi berilmu dan trampil

dalam kehidupannya”.450

Temuan di atas juga mengembangkan teori yang

448

Abdul Munthalib, dkk, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 449

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. H. Bustami A. Ghani dan

Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 173. 450

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam..., 30, 33.

Page 30: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

154

dikemukakan Marwan Saridjo bahwa, ”pemisahan pelajaran agama dengan

non agama seperti yang berjalan sekarang itu tidak perlu”.451

Temuan di atas keberadaannya menjadi menolak teori yang dikemuka

Soelaiman Joesoef Temuan. Dalam hal ini Soelaiman Joesoef menyatakan

bahwa pendidikan informal ini tidak diorganisasi secara struktural dan tidak

mengenal sama sekali tingkatan ketrampilan dan pengetahuan.452

.

4. Memberikan pendidikan perilaku/akhlak

KBQT Salatiga ini ternyata dalam mendidik para siswanya memiliki

ciri khas tidak hanya mengedepankan segi kognitif dan psikomotorik. Hal-hal

yang menyangkut domain afektit seperti sikap dan perilaku baik (akhlak

karimah) mendapat perhatian pula. Pendidikan akhlak di lembaga ini tidak

dilakukan hanya secara teoritis. Lebih jauh dari itu pendidikan akhlak yang

ada dilakukan secara proses dan aplikatif.

Dalam kehidupan secara praksis sehari-hari, para siswa diajak

langsung mempraktekkan, dan merasakan pentingnya berperilaku yang baik.

Sehingga dalam dirinya terkonstruk kesadaran untuk mewujudkan akhlak

yang mulia itu ketika berinteraksi dengan para guru, dan temannya serta

lingkungannya. Selanjutnya perilaku yang baik ini menjadi kebiasaan dalam

kesehariannya. Sedang posisi para guru di sini sesungguhnya hanya bertindak

sebagai motivator, fasilitator, pengarah untuk peserta didiknya. Dengan cara

451

Marwan Saridjo, Bunga Rampai..., 36. 452

Soelaiman Joesoef, Konsep..., 67.

Page 31: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

155

seperti ini para siswa senantiasa akan mencoba memperbaiki perilakunya

sendiri.

Kenyataan ini seperti yang disampaikan para guru pendidiknya bahwa:

Para guru di sini dalam memberikan pendidikan akhlak tidak hanya

secara teoritik. Anak-anak kami ajak merenungi sikap dan perilaku yang

telah dilakukannya, apa sudah sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, dan

agama yang ada. Dari sini mereka akan melakukan dan sadar akan

perlunya merubah sikap dan perilaku yang tidak baik yang mereka

lakukan sebelumnya. Sehingga anak-anak ketika berinteraksi dengan

teman-teman, orang tua, masyarakat, para guru dan lingkungannya dapat

menunjukkan perilaku akhlak karimah dan diterima dengan baik. 453

Untuk itu temuan ini mendukung teori yang dikemukakan Zakiyah

Daradjat bahwa, ” tujuan pendidikan Islam itu adalah mewujudkan peserta

didik menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta

senang dan gemar mengamalkan, mengembangkan ajaran Islam dalam

berhubungan dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil

manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan

hidup di dunia dan di akhirat”.454

Temuan di atas juga mengembangkan teori yang dikemukakan

Athiyah al-Abrasyi yang menyatakan bahwa dalam pendidikan modern

dewasa ini, pembawaan dan keinginan seorang anak sangat diperhatikan. Buat

mereka dipilihkan bahan-bahan pelajaran berupa pendidikan kemasyarakatan,

fisik, mental, hati nurani, pendikan-pendidikan praktis, moral dan akhlak

453

Ahmad Darojat Jumadil Kubro, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 454

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29.

Page 32: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

156

sehingga dapat menjadikan ia seorang yang sanggup mencari hidup sendiri,

serta membentuk seorang insan yang sempurna.455

Temuan di atas selanjutnya mengembangkan teori yang dikemukakan

Hartono yang menyatakan bahwa ”proses pendidikan dan pembelajaran itu

sesungguhnya sebagai media untuk menata dan mewujudkan masyarakat yang

memiliki sosio cultural, berperadaban dan berbudaya yang mapan di tengah-

tengah alam materi yang bersifat profane ini.456

Untuk mewujudkan

masyarakat yang memiliki budaya dan peradaban yang baik tentu diperlukan

internalisasi nilai-nilai akhlak karimah pada peserta didik.

Temuan di atas juga mengembangkan teori yang dikemukakan Ibnu

Maskawai (330-421 H) bahwa ”setiap ilmu atau mata pelajaran yang

diajarkan oleh guru/pendidik harus memperjuangkan terciptanya akhlak yang

mulia”.457

Selain mendukung dan mengembangkan, temuan di atas

keberadaannya menjadi menolak teori yang dikemukakan Muhaimin bahwa

sekolah dianggap masih gagal karena praktik mendidiknya hanya

memperhatikan aspek kognitif semata dan mengabaikan pembinaan aspek

afektif dan konatif-volitif yakni kemaun dan tekad untuk mengamalkan nilai-

455

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar..., 173. 456

Ibid. 457

Muhaimin, Pengembangan..., 19.

Page 33: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

157

nilai ajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi

bermoral (berakhlak).458

5. Memberikan pendidikan emosional

Pendidikan emosional sejatinya sangat urgen untuk dikembangkan

kepada para peserta didik. Hal ini karena peserta didik agar menjadi manusia

yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosional.

Pendidikan emosional seperti ini ternyata juga diberikan kepada para siswa di

KBTQ Salatiga. Penanaman pendidikan emosional ini dikandung maksud

agar para siswa menjadi stabil kejiwaannya. Dengan memiliki jiwa yang stabil

maka para siswa menjadi lebih bisa membawa diri ketika berhubungan

dengan sesamanya dan lingkungannya.

Penjelasan di atas seperti yang dikemukakan para guru pendidik

KBTQ Salatiga. Abdul Munthalib dalam hal ini mengatakan bahwa:

”Pendidikan emosional di KBTQ mendapat perhatian dan ditanamkan kepada

para siswa. Hal ini dikandung maksud agar anak-anak memiliki kejiwaan

yang stabil”459

Nurul Munawaroh, Wiwin, Puji Dwi Maryam juga

mengatakan bahwa: ”Anak-anak di KBTQ ini dididik untuk memiliki

emosional yang terkendali. Saya melakukan hal ini agar mereka mampu

458

Muhaimin, Pengembangan..., 23 459

Abdul Munthalib, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 34: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

158

membawakan diri dan menyenangkan orang-orang di sekelilingnya ketika

berhubungan dengan sesamanya”460

Ahmad Badruddin, Ningrum, Ahmad Mumtaha Ahsan dan Ely

mengatakan: ”Kami senantiasa memberikan pendidikan emosional kepada

anak-anak. Pendidikan seperti ini sangat diperlukan anak-anak agar mereka

memiliki jiwa yang tenang dan tidak mudah emosional. Dengan kondisi

kejiwaan seperti ini anak-anak akan mampu berinteraksi dengan baik dengan

sesama temannya, sehingga perkelahian antar sesamanya tidak terjadi”.461

Siti Rifqoh mengatakan bahwa: ”Dengan memberikan pendidikan

emosional kepada anak-anak diharapkan mereka tidak hanya menjalin

hubungan pertemanan dengan sesamanya tetapi mereka juga memiliki kendali

diri menjadi menjaga dan merawat serta tidak merusak lingkungan alam

sekitarnya. Kondisi seperti ini membuat alam semesta menjadi tetap indah dan

terpelihara”.462

Sedang menurut Ahmad Darojat Jumadil Kubro bahwa: ”Murid-murid

dalam menerima pendidikan emosional ini, mereka tidak menerimanya

dengan cara doktrin-doktrin belaka. Namun demikian mereka diajak dan

dilibatkan untuk merenungi dan merasakan dampak negatif jika seseorang

mudah emosional”.463

460

Nurul Munawaroh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 461

Ahmad Bahruddin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 462

Siti Rifqoh, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 463

Ahmad Darojat Jumadil Kubro, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 35: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

159

Temuan di atas ini sejatinya mengembangkan teori yang dikemukakan

Abdurrahman Nahlawi bahwa pendidikan informal sangat efektif untuk

mewujudkan ketentraman dan ketenangan psokologis anak (emosi terkendali),

anak menjadi saleh, sangat efektif menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta

kasih kepada anak serta menjaga fitrah anak agar tidak melakukan

penyimpangan-penyimpangan.464

6. Mengembangkan pendidikan teosentris /ketuhanan/batiniyah

Pendidikan yang dikembangkan di KBTQ Salatiga ini tidak hanya

menghantarkan peserta didiknya menjadi anak-anak yang cerdas secara

intektual dan emosional. Pendidikan teosentris, yang bersifat ketuhanan dan

batiniyah serta menghantar anak-anak agar cerdas spiritual ternyata juga

mendapat perhatian pula.

Pendidikan seperti ini dikembangkan dengan maksud agar anak-anak

menjadi lebih dekat dengan Tuhannya, mentauhidkan, dan dalam menjalani

kehidupan ini jiwanya menjadi mencintai-Nya, ikhlas dalam menjalankan

perintah dan menjauhi larangan-Nya. Anak-anak menjadi sadar bahwa dalam

menjalani kehidupan ini perlu mendapatkan kekuatan dari-Nya. Sehingga

mereka lebih mudah meraih cita-citanya, dan merasa membutuhkan-Nya.

Hal ini seperti yang dikatakan para guru pendidiknya. Abdul

Munthalib mengatakan bahwa, ”Pendidikan teosentris, yang bersifat

ketuhanan dan batiniyah dikembangkan di komunitas belajar Qaryah

464

Abdurrahman Nahlawi, Pendidikan Islam..., 139-144

Page 36: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

160

Thayyibah ini. Hal ini bertujuan agar anak-anak menjadi merasa senantiasa

dekat dengan Tuhannya”.465

Siti Rifqoh,dkk dalam hal ini juga mengatakan

bahwa ”Selain itu kami para guru di sini juga mendidik anak-anak agar

menjadi sosok yang ikhlas dalam menjalankan perintah dan menjauhi

larangan-Nya”.466

Nurul Munawaroh, Wiwin, Puji Dwi Maryam, Ningrum, Ridwan

mengatakan bahwa, ”Pendidikan teosentris, yang bersifat ketuhanan dan

batiniyah memang dikembangkan di komunitas belajar Qaryah Thayyibah ini

tidak hanya secara teoritis tetapi bagaimana nilai-nilai ketuhanan itu benar-

benar bisa tertanam dalam jiwa mereka, sehingga dirinya menjadi mencintai

Tuhannya”.467

Ely, Mujab, Ahmad Darojat Jumadil Kubro mengatakan bahwa,

”Kami menanamkan pendidikan teosentris, yang bersifat ketuhanan dan

batiniyah kepada anak-anak, hal ini karena dalam diri mereka agar tertanam

rasa cinta dan dalam menjalani hidup ini merasa butuh pertolongan serta

kekuatan dari Allah”.468

Siti Rifqoh mengatakan bahwa, ”Pendidikan teosentris, yang bersifat

ketuhanan dan batiniyah ini ditanamkan pada para siswa di KBQT Salatiga

465

Abdul Munthalib, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 466

Siti Rifqoh,dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 467

Nurul Munawaroh, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 468

Ely, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 37: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

161

ini. Dengan menanamkan pendidikan ini, diharapkan agar anak-anak mau

berdo’a dalam rangka meraih cita-cita mereka”.469

Temuan di atas sejatinya mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Dalam pandangan Mastuhu

pendidikan Islam itu merupakan pendidikan yang hendaknya terus menerus

mengembangkan sisi teosentris dan antroposentris sekaligus. 470

Dalam

pandangan H.M. Arifin pendidikan Islam seharusnya mampu menghantarkan

peserta didik menjadi seorang muslim dewasa yang bertakwa, mengarahkan

dan membimbing pertumbuhan, perkembangan potensi dasar anak didik ke

arah titik maksimal. Esensi potensi itu menyangkut keimanan/keyakinan, ilmu

pengetahuan, akhlak dan pengamalan”. 471

7. Mendidik anak saleh secara individu dan sosial

Mendidik para peserta didik agar menjadi anak yang saleh secara

individu dan sosial sejatinya menjadi ciri khas pendidikan yang dilakukan di

KBQT Salatiga ini. Dalam membentuk kepribadian anak agar menjadi saleh

secara pribadi, para guru pendidik di sini senantiasa mengajak para peserta

didiknya untuk melakukan salat secara berjama’ah, mengaji al-Qur’an dan

gemar mengamalkan serta mengembangkan ajaran Islam yang berhubungan

dengan Allah lainnya. Tentu hal ini diperuntukkan bagi mereka yang

469

Siti Rifqoh, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 470

Mastuhu, Memberdayakan..., 14-15. 471

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam..., 32.

Page 38: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

162

beragama Islam. Bagi mereka yang beragama lain tentu agar melakukan

sesuai dengan ajaran yang diyakininya.

Namun demikian dalam mendidik anak agar menjadi saleh ini, para

guru KBQT Salatiga ini tidak melakukannya dengan hanya secara verbal dan

formalitas saja. Lebih dari itu para siswa juga diajak agar mau dan mampu

mengamalkan ajaran hingga menyentu esensi dari ajaran agama yang ada.

Kenyataan ini seperti yang dikatakan para guru pendidiknya. Abdul

Munthalib, Wiwin, Puji Dwi Maryam, Ningrum, Siti Rifqoh dalam hal ini

mengatakan bahwa, ”Untuk mewujudkan anak-anak menjadi saleh secar

pribadi kami berusaha mengajak anak-anak untuk sering salat berjama’ah.

Setelah itu dilanjutkan dengan mengaji al-Qur’an”.472

Menurut Siti Rifqoh bahwa, ”Pendidikan seperti ini dilakukan dengan

harapan agar anak-anak di sini tidak mudah terkena pengaruh situasi zaman

baik pengaruh dari media elektronika, iklan-iklan dan lain-lainnya”.473

Menurut Ely mengatakan bahwa, ”Pendidikan seperti ini dilakukan dengan

harapan agar anak-anak di sini mampu bermukhasabah atas kesalahannya dan

sebagai bekal untuk hidup di alam keabadian kelak”.474

Wiwin, Puji Dwi Maryam, Ningrum mengatakan bahwa, ”Kami di

dalam mendidik anak-anak di komunitas belajar ini tidak hanya agar para

472

Abdul Munthalib, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 473

Siti Rifqoh, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 474

Ely, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 39: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

163

siswa menjadi saleh secara individual saja. Selain secara individual para siswa

di sini didik agar pula menjadi anak-anak yang saleh secara secara sosial”.475

Ahmad Mumtaha Ahsan, Mujab, Ningrum mengatakan bahwa,

“Mengembangkan pendidikan keagamaan dan kemasyarakatan memang

disampaikan di tempat ini”.476

Ridwan dalam hal ini juga mengatakan bahwa, ”Dalam Komunitas

Belajar Qaryah Thayyibah, untuk mewujudkan anak-anak menjadi saleh

secara individual dan sosial ini, maka dibutuhkan mendidik anak-anak tidak

hanya secara verbal dan formalitas. Namun demikian pendidikan yang

dilakukan secara langsung (praksis) hingga anak-anak mengamalkan esensi

ajaran agamanya”.477

Pentingnya pendidikan agar anak menjadi saleh secara individu dan

sosial ini seperti yang dikatakan para guru pendidik KBQT Salatiga bahwa,

”Kami melakukan dan mengembangkan pendidikan seperti ini dengan

harapan agar para peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi diri dan

masyarakatnya”478

475

Wiwin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 476

Ahmad Mumtaha Ahsan, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 477

Ridwan, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 478

Para guru, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 40: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

164

Namun demikian menurut Wiwin, Puji Dwi Maryam, Ahmad

Mumtaha Ahsan mengatakan bahwa, ”Siswa diberi kebebasan untuk menjadi

apa yang sebenarnya mereka inginkan”.479

Temuan ini sesungguhnya mendukung dan mengembangkan teori

yang dikemukakan para pakar pendidikan yang ada. Menurut pandangan

Daradjat, pendidikan Islam hendaknya mampu mewujudkan peserta didik

menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang

dan gemar mengamalkan, mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan

dengan Allah dan manusia sesamanya.480

Menurut pandangan Achmadi,

setelah peserta didik diberi pendidikan maka diharapkan ia mampu

melestarikan nilai-nilai insani sehingga dirinya menjadi saleh secara individu

dan sosial serta menjadi lebih bermakna. 481

8. Memberi wawasan mengenai diri dan alam sekitarnya (Mendidikkan

Universalitas)

Komunitas Belajar Qoryah Thayyibah (KBQT) tidak saja memiliki ciri

khas mendidik peserta didiknya menjadi saleh secara individu dan sosial.

Pendidikan mengenai diri dan alam sekitarnya (universal) menjadi kegitan

yang dilakukan di institusi pendidikan ini. Bagi komunitas belajar di sini alam

sekitar merupakan media pendidikan bahkan keberadaannya bisa dijadikan

479

Wiwin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 480

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 481

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 33.

Page 41: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

165

guru. Belajar melalui dan bersama alam ini menjadikan para siswa lebih

mengenali diri dan mampu mengembangkan potensi yang dipunyai.

Hal ini sangat beralasan karena ketika para peserta didik diajak belajar

di alam bebas maka dirinya akan diajak merenungi betapa besar kekuasaan

Allah yang ternyata harus digali untuk dimanfaatkan tetapi tetap menjaga dan

merawatnya. Berangkat dari sini maka peserta didik dirangsang untuk mau

mengembangkan potensi dirinya. Sehingga dirinya menjadi manusia yang

cerdas secara intelektual dan dirinya menjadi manusia yang religius yang

mampu mengendalikan emosionalnya.

Diskripsi di atas seperti yang dikatakan Abdul Munthalib bahwa

”Anak-anak di sini selain belajar secara verbal, juga diajak mengenali alam

dan menjaganya. Untuk itu mereka kami ajak menanam pohon agar alam tetap

terjaga dari kerusakan”. 482

Ahmad Bahruddin, dkk mengatakan bahwa ”Di KBQT Salatiga ini

anak-anak juga dididik bagaimana mereka mampu mengenali diri dan

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Mereka juga diajak mengenali,

menjaga dan melestarikan alam sekitarnya. Bahkan alam adalah sumber

belajar yang paling bagus sehingga siswa bisa belajar di sana”.483

Temuan di atas sesunggunya mendukung teori yang dikemukakan para

pakar pendidikan yang ada. Dalam pandangan Daradjat, pendidikan Islam

482

Abdul Munthalib, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 483

Ahmad Bahruddin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 42: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

166

hendaknya mampu mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang berguna

bagi diri dan masyarakatnya serta dapat mengambil manfaat yang semakin

meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan

akhirat. 484

Adapun menurut Achmadi, pendidikan Islam yang diberikan

kepada peserta didik seharusnya mampu memberikan dan mengembangkan

wawasan peserta didik untuk mengenali diri dan alam sekitarnya. 485

Menurut

Athiyah al-Abrasyi bahwa, ”dalam pendidikan modern dewasa ini,

pembawaan dan keinginan seorang anak sangat diperhatikan. Buat mereka

dipilihkan bahan-bahan pelajaran berupa panorama-panorama alam...”. 486

9. Mengintegrasikan nilai agama pada tiap bidang pelajaran

Pengintegrasian secara khusus akan nilai-nilai agama pada setiap

bidang pelajaran nampaknya tidak mendapat prioritas dalam komunitas

belajar ini. Para guru di sini menganggap integrasi nilai-nilai itu sejatinya

sudah terjadi dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari. Kalaulah ada

akan integrasi nilai-nilai agama pada bidang pelajaran, itu tidak semua dan

seberapa.

Uraian di atas seperti yang dikemukakan Ahmad Bahruddin bahwa ”

Kami tidak mengintegrasikan nilai-nilai agama pada setiap bidang

pelajaran”.487

Abdul Munthalib dan Ahmad Darojat Jumadil Kubro

484

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 485

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 33. 486

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar..., 173. 487

Ahmad Bahruddin, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 43: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

167

mengatakan bahwa ”Pengintegrasian nilai-nilai agama itu sejatinya sudah ada

secara praksis dalam kehidupan di komunitas belajar ini”.488

Ely dan Mujab

mengatakan bahwa ”Pengintegrasian nilai-nilai agama pada setiap bidang

pelajaran seperti yang dimaksud terkadang juga ada tetapi tidak seberapa”.489

Nurul Munawaroh dalam hal ini juga mengatakan bahwa ”Di sini tidak ada

pelajaran umum sehingga nilai-nilai keagamaan itu dilakukan dalam

kehidupan praksis pada komunitas belajar ini”.490

Temuan dalam penelitian ini sejatinya mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan K.H Achmad Siddiq seperti yang

dikutip Marwan Saridjo yang menyatakan bahwa, “Pendidikan agama

hendaknya tidak merupakan satu pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi tiap

bidang pelajaran hendaknya mengandung unsur pelajaran agama. Jadi

pemisahan pelajaran agama dengan non agama seperti yang berjalan sekarang

itu tidak perlu”.491

Temuan dalam penelitian di atas juga mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan Imam Barnadib bahwa, “dalam

ajaran Islam mengandung prinsip humanisme-teosentris yang berorientasi

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar

keberadaan manusia semakin bermakna, yang dalam pelaksanaannya diwarnai

488

Abdul Munthalib dan Ahmad Darojat Jumadil Kubro, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 489

Ely dan Mujab, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 490

Nurul Munawaroh, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 491

Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Amissco, 1996), 36.

Page 44: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

168

dengan prinsip-prinsip kehauhidan, baik tauhid rububiyah maupun uluhiyah.

Selain itu juga mengakses rasionalitas, kebebasan dan kesamaan yang ending-

nya untuk mendekatkan diri kepada Allah.492

Dengan mengintegrasikan nilai agama pada tiap bidang pelajaran yang

ada maka ini berarti telah mengembangkan prinsip humanisme-teosentris.

Apabila pendidikan Islam yang ada cenderung pada humanisme maka yang

terwujud adalah pendidikan Islam yang liberal dan sebaliknya kalau

cenderung pada pendekatan teosentris maka pendidikan Islam menjadi model

pendidikan yang konservatif yang sangat fiqhisme dan sufisme an sich.

Temuan di atas juga mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan Hartono bahwa, ”sejak awalnya perhatian Islam terhadap

pendidikan telah mendapat perhatian serius, tidak hanya menyangkut ilmu

yang bersifat ketauhidan tetapi juga yang bersifat kebendaan,

keduniawian”.493

Selanjutnya temuan dalam penelitian ini menolak sekaligus

mengembangkan teori yang dikemukakan Muhaimin. Dalam pandangannya

pelaksanaan mendidik akhlak dan nilai-nilai Islam terkesan masih dibebankan

guru pendidikan agama Islam (PAI). Sedang dalam temuan penelitian ini

setiap pendidik merasa bertanggung jawab untuk mendidikkan nilai-nilai

ajaran Islam pada peserta didiknya. Hal ini seperti yang dikatakan Muhaimin

492

Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif Baru Penddidikan (Jakarta: Depdikbud, Ditje Dikti, PPLPTK,

1988), 23. 493

Djoko Hartono, Pengembangan Life Skills..., 2.

Page 45: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

169

bahwa, ”tugas mendidik akhlak yang mulia sebenarnya bukan hanya menjadi

tanggung jawab guru PAI an sich. Setiap pendidik/guru bidang studi

seharusnya mendidikkan pula nilai-nilai Islam yang mulia.494

10. Orientasi kecenderungan kelompok keagamaan

Dalam komunitas belajar di Salatiga ini orientasi kecenderungan

kelompok keagamaan secara khusus dan tertentu dalam proses

pembelajarannya bukan menjadi target utama. KBQT di Salatiga ini dalam

kegiatan pendidikannya justru cenderung dan bersifat universal. Namun

demikian jika boleh menyebutnya orientasi kecenderungannya mengarah

kepada nasionalis religius. Adapun jika diamati secara praksis amaliyahnya

cenderung lebih dekat ke arah Nahdiyyin. Walaupun demikian segala

sesuatunya bukan menjadi paksaan dan diserahkan kembali kepada para siswa

yang bersangkutan.

Hal ini seperti yang dikatakan Siti Rifqoh, dkk bahwa ”Pendidikan

yang ada di komunitas belajar di sini tidak berorientasi untuk cenderung pada

kelompok keagamaan tertentu, akan tetapi lebih mengarah kepada pendidikan

yang universal. Dalam mengembangkan pendidikan di sini kami cenderung

nasionalis religius. Hal ini karena Kami dan peserta didik di sini beragam dan

tidak membedakan antara satu dan lainnya. 495

494

Muhaimin, Pengembangan..., 19. 495

Siti Rifqoh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 46: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

170

Walaupun demikian menurut Mujab bahwa ”Kami bisa dikatakan

mungkin secara budaya amaliyahnya lebih dekat dengan NU. Namun

demikian Kami tidak memaksakan kepada anak-anak untuk seperti ini. Kami

lebih cenderung menyerahkan kembali sepenuhnya kepada anak-anak dalam

beribadah agar sesuai dengan yang diyakininya”.496

Temuan di atas menjadi jelas bahwa di KBQT Salatiga ini tidak

cenderung pada kelompok keagamaan tertentu, akan tetapi komunitas belajar

di sini berciri khas mengembangkan keilmuan dan ketrampilan dengan tetap

menjaga nilai-nilai keagamaan.

Hal ini seperti yang dikatakan para guru pendidiknya bahwa,” Kami di

sini tidak hanya mengajar saja sehingga mereka mendapat teori-teori. Di sini

kami mendidik para peserta didik untuk bersama-sama berusaha mencari dan

memperoleh ilmu dan ketrampilan yang seharusnya mereka miliki sebagai

bekal untuk hidup saat ini dan hari yang akan datang. Mereka kami bimbing

sesuai dengan potensi yang dimilikinya”.497

Temuan dalam penelitian ini keberadaannya menjadi menolak teori

yang dikemukakan Makdisi dan Stanton yang dalam hal ini menjelaskan

yakni institusi Islam sejak awalnya belum dan tidak pernah menjadi the

496

Mujab, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 497

Nurul Munawaroh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 47: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

171

institusional of higher learning (tidak difungsikan semata-mata untuk

mengembangkan tradisi penyelidikan bebas berdasar nalar).498

Temuan di atas keberadaannya juga mendukung dan mengembangkan

teori yang dikemukakan Azra yang dalam hal ini menjelaskan, jika ideologi

pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah dimaknai dan

ditempatkan pada posisi yang seimbang dan sebenarnya maka statemen

Makdisi dan Stanton tidak perlu terjadi.499

Dengan ditemukan bahwa sekolah di sini berciri khusus

mengembangkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan para siswa dengan

kreativitasnya diarahkan untuk menguasai teknologi namun tetap beriman dan

bertakwa dan tidak adanya kecenderungan pada kelompok keagamaan

tertentu, tidak berciri khas fiqh, atau tasawuf maka temuan penelitian pada

KBQT di atas juga mendukung dan mengembangkan teori yang dikemukakan

Barnadib. Dalam pandangan Barnadib, prinsip ajaran Islam itu humanisme-

teosentris yang berorientasi mengembangkan dan meningkatkan kualitas

sumber daya manusia agar keberadaannya semakin bermakna. 500

Dalam ideologi ini sarat dan menawarkan nilai-nilai transendental,

universal dan memenuhi hajat hidup manusia. Apabila pendidikan Islam yang

ada cenderung pada humanisme maka yang terwujud adalah pendidikan Islam

yang liberal dan sebaliknya kalau cenderung pada pendekatan teosentris maka

498

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam..., viii-ix. 499

Ibid. 500

Imam Barnadib, Ke Arah..., 23.

Page 48: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

172

pendidikan Islam menjadi model pendidikan yang konservatif yang sangat

fiqhisme dan sufisme an sich.

11. Bentuk pendidikan, proses belajar mengajar, tempat belajar dan penyetaraan

Model dan bentuk pendidikan di KBQT Salatiga ini tentu seperti nama

lembaga pendidikannya yakni memiliki ciri khas model komunitas dan

berbentuk informal. Hal ini seperti yang dikatakan para guru pendidiknya. Siti

Rifqoh, dkk., mengatakan bahwa ”pendidikan di sini sesungguhnya memiliki

ciri khas komunitas dan berbentuk informal”.501

Meskipun tidak sama dengan sekolah reguler namun pendidikan di

KBQT Salatiga ini diselenggarakan dengan profesional. Penyelenggaraan

pendidikan di sini dilakukan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana.

Hal ini seperti yang dikemukakan para guru pendidiknya. Ahmad Mumtaha

Ahsan dkk., mengatakan bahwa ”sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa

di KBTQ ini penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara dinamis,

dilakukan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana”.502

Temuan penelitian ini juga menolak teori yang dikemukakan Idris

bahwa “kegiatan pendidikan informal ini pada umumnya tidak teratur dan

tidak sistematis”.503

Proses pembelajaran di KBQT di Salatiga ini nampaknya

menggunakan sistem full day school bahkan menurut pengakuan sebagian

501

Siti Rifqoh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 502

Ahmad Mumtaha Ahsan dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 503

Zahara Idris, Dasar-Dasar...,58.

Page 49: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

173

pendidiknya melebihi full day school yakni berlangsung 24 jam. Hal ini

terjadi karena waktu belajar mereka para peserta didik berbeda. Dalam

melakukan proses belajar mengajarnya, di KBQT Salatiga ini tanpa batas

ruang dan waktu. Prinsip belajar sepanjang masa (life long education) menjadi

semboyan di komunitas belajar ini.

Deskripsi di atas seperti yang dikatakan para guru pendidiknya. Abdul

Munthalib, Ahmad Bahruddin, Siti Rifqoh berkata bahwa, ”pada KBQT

Salatiga ini sistem full day school bahkan melebihi sistem ini menjadi

kegiatan yang lazim dilakukan para guru dan siswa. Proses belajar mengajar

di KBQT ini bisa dikata dibuka 24 jam”.504

Menurut Ely bahwa ”hal ini

terjadi karena waktu belajar mereka berbeda-beda sesuai dengan kesempatan

dan waktu yang diminati”.505

Menurut Nurul Munawaroh, Ridwan, Wiwin, Puji Dwi Maryam,

Ningrum, Ahmad Mumtaha Ahsan bahwa ”Kami dalam melakukan proses

belajar mengajar di sini sesungguhnya tanpa ada batas ruang dan waktu

seperti sekolah formal”.506

Menurut Ahmad Darojat Jumadil Kubro, Mujab

bahwa, ”prinsip belajar sepanjang masa (life long education) menjadi

semboyan di komunitas belajar ini”.507

Namun demikian pelaksanaannya tetap

dikelola profesional, tertib, terarah, terencana. Hal ini seperti yang

504

Abdul Munthalib, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 505

Ely, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 506

Nurul Munawaroh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 507

Ahmad Darojat Jumadil Kubro dan Mujab, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 50: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

174

dikemukakan para pengajarnya yakni ”sudah menjadi kesepakatan bersama

bahwa di KBTQ ini penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara dinamis,

dilakukan dengan sengaja, tertib, terarah dan terencana”.508

Untuk itu temuan ini menolak teori yang dikemukakan Abu Ahmadi

bahwa pendidikan informal dilakukan tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa

adanya program waktu dan tanpa adanya evaluasi, 509

Sarana pra-sarana belajar di KBQT Salatiga bisa dikata cukup

memadahi. Hal ini seperti yang disampaikan para guru pendidiknya. Ahmad

Darojat Jumadil Kubro, Ridwan, Abdul Munthalib, dan lainnya mengatakan

bahwa, ”Kami rasa sarana belajar yang ada di Komunitas Belajar Qoryah

Thayyibah Salatiga ini lumayan cukup memadahi”.510

Hal ini juga dirasakan

Nurul Munawaroh dan Mujab seperti yang dikatakannya bahwa, “Kita di

KBQT ini senantiasa mencoba memanfaatkan sesuatu yang ada”.511

Senada

dengan Nurul Munawaroh dan Mujab, Ahmad Bahruddin mengatakan bahwa,

”berbicara mengenai sarana pra-sarana, saya sendiri yang memenuhi tatkala

membutuhkannya”.512

Ahmad Mumtaha Ahsan berkata lain bahwa, ”Saya rasa sarana belajar

yang ada di sini sudah memadahi”.513

Adapun menurut Wiwin, Puji Dwi

508

Ahmad Mumtaha Ahsan dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 509

Abu Ahmadi, Ilmu..., 169. 510

Ahmad Darojat Jumadil Kubro,dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 511

Nurul Munawaroh dan Mujab, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 512

Ahmad Bahruddin, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 513

Ahmad Mumtaha Ahsan, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 51: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

175

Maryam, Ningrum bahwa, ”Kami anggap sarana pra-sarana belajar di KBQT

ini sangat memadahi”.514

Perbedaan para guru dalam menyikapi sarana pra-sarana yang ada di

KBQT Salatiga nampaknya karena perbedaan persepsi. Bagi yang merasa

memadahi dan sangat memadahi nampaknya karena mereka memandang

tempat proses belajar mengajar yang ada di institusi ini dilakukan di alam

yang dianggap sebagai sarana belajar. Hal ini seperti yang dikatakan Ahmad

Mumtaha Ahsan bahwa, ”Kami dalam melakukan proses belajar mengajar

dengan para murid dalam praktenya melakukan terjun langsung di alam”.515

Temuan di atas sesunggunya mendukung teori yang dikemukakan para

pakar pendidikan yang ada. Dalam pandangan Daradjat, pendidikan Islam

hendaknya mampu mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang berguna

bagi diri dan masyarakatnya serta dapat mengambil manfaat yang semakin

meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan

akhirat. 516

Menurut Achmadi, pendidikan Islam yang diberikan kepada peserta

didik seharusnya mampu memberikan dan mengembangkan wawasan peserta

didik untuk mengenali diri dan alam sekitarnya. 517

Menurut Athiyah al-

Abrasyi bahwa, ”dalam pendidikan modern dewasa ini, pembawaan dan

514

Wiwin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 515

Ahmad Mumtaha Ahsan, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 516

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 517

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 33.

Page 52: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

176

keinginan seorang anak sangat diperhatikan. Buat mereka dipilihkan bahan-

bahan pelajaran berupa panorama-panorama alam...”. 518

Untuk itu temuan penelitian ini yang menjadikan alam sebagai sarana

prasarana dalam proses pendidikan sangat mendukung tentang model

pendidikan Islam yang ada dan keberadaannya patut terus dikembangkan.

Mengingat kegiatan pembelajaran yang ada di KBQT Salatiga ini

dilakukan di alam bebas, sekaligus alam dijadikan sarana dan fasilitas

belajarnya maka tidak salah kalau biaya pendidikan di sini sangat murah

sekali dan terjangkau. Hal ini seperti yang dikatakan para guru yang ada.

Abdul Munthalib, Ridwan, Ahmad Bahruddin, Ningrum, Ahmad Mumtaha

Ahsan mengatakan bahwa, ”Kami rasa untuk biaya pendidikan di KBQT

Salatiga ini sangat murah. Hal ini karena agar terjangkau seluruh lapisan

masyarakat yang ada”.519

Bahkan menurut para guru yang lain di KBQT ini tidak berorientasi

biaya. Untuk itu Nurul Munawaroh, Wiwin, Puji Dwi Maryam, Mujab,

Ahmad Darojat Jumadil Kubro, Siti Rifqoh mengatakan bahwa, ”pendidikan

di KBQT ini tidak berorientasi biaya. Pendidikan di sini bukan menjadi

komuditi bisnis. Kalaulah ada biaya, tergantung kebutuhan siswa dan itu tidak

terlalu besar. Bahkan bisa dikata biaya yang dibutuhkan di sini zero”.520

518

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar..., 173. 519

Abdul Munthalib, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 520

Nurul Munawaroh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 53: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

177

Temuan ini menolak teori yang dikemukakan Ade Irawan. Dalam

pandangan Irawan, yang mengganjal masyarakat untuk terus menyekolahkan

anaknya karena beragamnya biaya yang harus ditanggung orang tua.521

Temuan di atas juga menolak teori yang dikemukakan Ahmad Arifi bahwa,

”tanpa biaya yang memadahi, maka proses pendidikan di sekolah tidak

berjalan dengan baik”.522

Ditolaknya teori ini karena sekolah di KBQT

Salatiga ini tidak berorientasi biaya dan bukan menjadi komuditi bisnis.

KBTQ Salatiga sebagai lembaga pendidikan informal yang berbentuk

komunitas ini tidak seperti lembaga pendidikan formal yang berorientasi

ijazah. Pada institusi pendidikan ini para siswa diberi kebebasan untuk

memilih ingin mendapatkan ijazah atau tidak. Bagi yang berminat untuk

memiliki ijazah maka para siswa diakomudir dan diikutkan program

penyetaraan. Namun demikian ijazah bukan menjadi orientasi utama dalam

pendidikan yang ada di sini sehingga tidak begitu diperlukan.

Kenyataan ini seperti yang diungkapkan para guru pendidiknya.

Ahmad Bahruddin, dkk mengatakan bahwa, ”Pendidikan di KBQT Salatiga

ini bukan beorientasi ijazah, namun demikian apabila ada para siswa yang

berkeinginan memiliki ijazah maka pihak pengelola sekolah mengakomudasi.

521

Ade Irawan dkk., Mendagangkan Sekolah...,94-96. 522

Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan Islan di

Tengah Arus Globalisasi (Yogyakarta: Teras, 2010), 59.

Page 54: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

178

Para murid seperti ini akan diikutkan ujian penyetaraan. Mereka yang lulus

akan mendapatkan ijazah”.523

Dengan mengikutkan para siswa ujian penyetaraan bagi yang berminat

maka temuan dalam penelitian ini menolak teori yang dikemukakan Abdullah

Fadjar yang menyatakan bahwa ijazahnya atau sejenis penghargaan yang

diberikan tidak mendapat pengakuan.524

Namun demikian kalau diperhatikan

tidak ada paksaan untuk mengikuti ujian penyetaraan karena orientasi KBQT

ini menyiapkan output dan outcome agar menjadi manusia yang berilmu dan

terampil, salih secara pribadi dan sosial seperti dalam uraian sebelumnya serta

tidak ingin terjebak dalam formalitas ijasah.

Temuan ini sangat menarik karena mendukung teori yang

dikemukakan Athiyah al-Abrasyi bahwa,

Dalam pendidikan (Islam) modern dewasa ini, pembawaan dan

keinginan seorang anak sangat diperhatikan. Buat mereka dipilihkan

bahan-bahan pelajaran berupa kerajinan tangan, gerakan-gerakan tarian,

nyanyian kanak-kanak, serta bahan-bahan yang dekat hubungannya

dengan milieu sekolah dan bidang-bidang pekerjaan yang dapat

mempersiapkan seorang insan sebaik-baiknya, pendidikan

kemasyarakatan, fisik, pendikan-pendidikan praktis, moral dan akhlak

sehingga dapat menjadikan ia seorang yang sanggup mencari hidup

sendiri, serta membentuk seorang insan yang sempurna.525

Mendukung teori yang dikemukakan para pakar lain. Menurut

Achmadi bahwa ”setelah peserta didik diberi pendidikan maka mereka

523

Ahmad Bahruddin, dkk, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 524

Abdullah Fadjar dkk, Pendidikan Islam..., 1-2. 525

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. H. Bustami A. Ghani dan

Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 173.

Page 55: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

179

hendaknya menjadi berilmu dan trampil dalam kehidupannya”.526

Menurut

pandangan Daradjat, pendidikan Islam hendaknya mampu mewujudkan

peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya

serta senang dan gemar mengamalkan, mengembangkan ajaran Islam dalam

berhubungan dengan Allah dan manusia sesamanya.527

Menurut pandangan

Achmadi, setelah peserta didik diberi pendidikan maka diharapkan ia mampu

melestarikan nilai-nilai insani sehingga dirinya menjadi saleh secara individu

dan sosial serta menjadi lebih bermakna. 528

Temuan dalam penelitian ini di sisi lain juga mendukung dan

mengembangkan teori yang dikemukakan Muis Sad Iman bahwa, pendidikan

keluarga (informal) yakni akan terus bergerak dari ketergantungan total

menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan

dirinya sendiri dan mandiri.529

Pengembangan diri pada pendidikan informal

ini terjadi dan dibuktikan oleh KBQT Salatiga yang mengeksiskan diri

sebagai sekolah informal dengan model komunitas. Walaupun kegiatan

belajar mengajarnya diselenggarakan di rumah tetapi dilakukan dengan

sengaja, tertib, terarah, dan berencana, teratur, sistematis, terevaluasi dan

diperbolehkan mengikuti ujian penyetaraan.

12. Peserta didik dan pendidiknya

526

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam..., 30, 33. 527

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu ..., 29. 528

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 33. 529

Muis Sad Iman, Pendidikan ..., 5.

Page 56: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

180

Membicarakan peserta didik yang ada di KBQT Salatiga ini maka

akan didapatkan mereka yang belajar di sini sangat heterogen. Masyarakat

umum dan siapa saja yang ingin belajar di KBQT ini diperbolehkan.

Walaupun sangat heterogen dan berlatar belakang berbeda, para siswa yang

ada di sini sangat senang dan menikmati model pembelajaran yang ada.

Mereka saling berinteraksi antara satu dan lainnya tanpa ada sekat dan

membedakan status sosial, ekonomi dan agama yang ada.

Kenyataan dari uraian di atas seperti yang dikemukakan para guru

pendidiknya. Nurul Munawaroh, dkk mengatakan bahwa, ”Peserta didik di

sini sangat heterogen. Mereka walaupun berbeda-beda tetapi saling

berinteraksi dan menyenangkan. Siapa saja dari masyarakat umum boleh

belajar di sini. Institusi ini tidak membeda-bedakan status sosial, ekonomi,

agama dan lainnya”.530

Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan Syaibany bahwa,

”pendidikan Islam sepanjang sejarahnya telah memelihara perbedaan

individual yang dimiliki oleh peserta didik.531

Temuan di atas juga

mendukung teori yang dikemukakan Bukhari Umar bahwa, ”dalam

pembelajaran, pendidik harus memperhatikan dan menjaga perbedaan

individual peserta didik. Hal ini karena dalam ajaran Islam perbedaan

530

Nurul Munawaroh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 531

Omar Mohammad at-Toumy asy-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung

(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 443

Page 57: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

181

individual antara seorang manusia dengan orang lain juga mendapat

perhatian”.532

Di samping mendukung dan mengembangkan teori yang ada, temuan

di atas juga menolak teori yang kemukakan Anshori bahwa, ”rumusan

pendidikan Islam multikultural belum menunjukkan jati dirinya secar

maksimal”. Multikulturalisme itu sendiri secara sederhana berarti

keberagaman budaya.533

Keberagaman itu sendiri terdiri dari keberagaman

agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda serta mempresentasikan

hal yang tidak sama.534

Bahkan di komunitas belajar ini dalam menerima siswa baru tidak

membatasi pada usia tertentu. Usia berapa saja diterima untuk belajar, yang

penting mereka punya minat dan keinginan serta semangat. Hal ini seperti

yang dikatakan para guru pendidiknya. Wiwin dkk, mengatakan bahwa, ”pada

institusi KBQT Salatiga ini tidak hanya menampung usia sekolah saja. Siapa

saja tua dan muda, anak-anak, remaja, dewasa, tua yang berminat untuk

belajar akan diterima”.535

Temuan di atas mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan Zakiyah Daradjat. Seperti yang dikutib Bukhari Umar, Darajat

mengemukakan bahwa, ”orang dewasa membutuhkan pendidikan”.

532

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 216. 533

Scott Lash dan Mike Featherstone (ed), Recognition and Difference: Politics, Identity, Multiculture

(London: Sage Publication, 2002), 2-6. 534

Anshori LAL, Transformasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010),134. 535

Wiwin,dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 58: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

182

Selanjutnya Bukhari Umar juga mengungkapkan bahwa, ”pendidikan Islam

harus dilaksanakan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat ini berarti

pendidikan orang dewasa dan orang tua”.536

Temuan di atas juga mendukung

dan mengembangkan teori yang disampaikan Jalaluddin. Seperti yang dikutib

Umar, Darajat mengemukakan bahwa, ”Islam tidak mengenal batas akhir

dalam menempuh pendidikan”.537

Para guru pendidik di KBQT Salatiga ini kebanyakan berasal dari

keluarga sendiri walaupun ada yang berasal dari masyarakat di luar keluarga.

Mereka semua beragama Islam bahkan pengelolanya ikut menangani pondok

pesantren. Semua guru yang beragama Islam ini sesungguhya bukan karena

tidak menerima dari mereka yang beragama lain. Keadaan ini karena

kebetulan semua gurunya beragama Islam. Sesungguhnya para guru yang

dibutuhkan di sini adalah mereka yang memiliki kemurnian hati sebagai

pendidik. Namun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa nilai-nilai ajaran

Islam yang bersifat universal mewarnai di KBQT Salatiga ini.

Hal ini seperti yang dikemukakan Siti Rifqoh, Ahmad Darojat Jumadil

Kubro dan Ahmad Mumtaha Ahsan bahwa, ”Para guru pendidik di sini

sebagian besar memang dari keluarga sendiri walaupun ada juga yang berasal

dari masyarakat luar”.538

Ahmad Bahruddin, Nurul Munawaroh, Ridwan,

Wiwin, Puji Dwi Maryam, Ningrum dan Abdul Munthalib mengatakan

536

Bukhari Umar, Ilmu..., 218. 537

Ibid. 538

Siti Rifqoh, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010.

Page 59: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

183

bahwa, ”Para guru di sini semua beragama Islam. Bahkan pengelolanya

sendiri menangani pondok pesantren. Semua ini sejatinya kebetulan saja

sebab yang dibutuhkan untuk menjadi guru di sini sesungguhnya mereka yang

memiliki kemurnian hati menjadi pendidik”.539

Mujab dan Ely mengatakan

bahwa, ” Walaupun tidak dibatasi agama tertentu untuk menjadi guru di sini,

namun tidak bisa dipungkiri nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat universal

mewarnai di KBQT Salatiga ini”.540

Temuan dalam penelitian ini mendukung dan mengembangkan teori

yang dikemukakan Thomas Wibowo. Seperti yang dikutib Anshori, Wibowo

mengemukakan bahwa,”guru itu lebih dari sebuah pekerjaan. Ia adalah sebuah

panggilan, Ia menjadi ”kaya” bukan lantaran materi yang dimilikinya, namun

lebih karena apa yang telah dibagi kepada muridnya. Ia membagi hati, pikiran,

perhatian, dan empati kepada setiap muridnya”.541

Inilah sejatinya guru yang

ikhlas yang memiliki kemurnian hati dalam menjalankan tugasnya sebagai

pendidik.

Temuan di atas juga mendukung dan mengembangkan teori yang

dikemukakan Anshori bahwa, ”guru pendidikan Islam selain harus memiliki

kompetensi juga harus memiliki sifat seperti zuhud, bersih lahir batin, ikhlas

539

Ahmad Bahruddin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 540

Mujab dan Ely, Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010. 541

Anshori LAL, Transformasi ..., 55.

Page 60: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

184

dalam pekerjaan, menjadi bapak/ibu, saudara, sahabat bagi murid, kasih

sayang...”542

C. Segi Persamaan dan Perbedaan Antara Sekolah Dolan di Malang dan

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah di Salatiga

1. Segi persamaan

Kedua sekolah ini menerapkan model pembelajaran homeschooling

yang tidak terikat dengan aturan-aturan formal. Konsep pembelajaran berbasis

pada komunitas. Tetapi para peserta didik tetap bisa mendapatkan ijazah dari

sekolah induk. Mereka lebih menekankan pada pengaplikasian nilai-nilai

keagamaan dalam keseharian dalam bentuk pengembangan akhlak dan rasa

keimanan, kreatifitas, potensi, minat, dan bakat peserta didik. Serta membuat

proses belajar menjadi menyenangkan dengan memanfaatkan semua yang ada

di lingkungan sekitar.543

Temuan dalam penelitian di atas sesungguhnya mendukung teori yang

dikemukakan Mahmud Yunus bahwa ” Pendidikan dalam Islam terdiri dari

empat macam yakni pendidikan keagamaan, pendidikan akliyah dan ilmiah,

pendidikan akhlak dan budi pekerti, pendidikan jasmani”.544

Keempat macam

bentuk pendidikan dalam Islam ini kalau dianalisis maka akan menekankan

pada pengembangan akhlak dan rasa keimanan, kreatifitas, potensi, minat, dan

542

Ibid., 62-63. 543

http://sekolahdolan.blogspot.com/2005/09/disaat-sekolah-ngak-nyaman-lahir.html dan Ahmd

Bahruddin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010 544

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), 5-6.

Page 61: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

185

bakat peserta didik. Serta membuat proses belajar menjadi menyenangkan

dengan memanfaatkan semua yang ada di lingkungan sekitar.

Menghilangkan kesan dikotomisasi nampak pada kedua lembaga

pendidikan ini. Hal ini disebabkan pengembangan kurikulumnya tidak hanya

pengembangan ilmu keagamaan saja, tingkat kreatifitas, potensi, minat, bakat

peserta didik yang bersifat keduniawian dan jasmaniyah juga dikembangkan.

Untuk itu temuan dalam penelitian ini jelas menguatkan dan mendukung teori

yang dikemukakan para pakar pendidikan Islam kontemporer.

Menurut Mastuhu pendidikan Islam adalah pemikiran yang terus

menerus harus dikembangkan melalui pendidikan untuk merebut kembali

kepemimpinan iptek, sebagai zaman keemasan dulu. Paradigma baru

pendidikan Islam ini berdasar pada filsafat yang memandang manusia tidak

hanya dari sisi teosentris belaka tetapi juga antroposentris sekaligus. Untuk

itu hakikat pendidikan Islam yang ingin dikembangkan di sini adalah tidak

ada dikotomi antara ilmu dan agama; ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas

dinilai, mengajarkan agama dengan bahasa ilmu pengetahuan dan tidak hanya

mengajarkan sisi tradisional, melainkan juga sisi rasional dan kemudian

mengoperasionalkannya dalam kehidupan sehari-hari.545

Menurut H.M. Arifin bahwa "Pendidikan Islam hendaknya

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitra

(potensi dasar) anak didik ke arah titik maksimal pertumbuhan dan

545

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 14-15.

Page 62: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

186

perkembangan melalui proses. Esensi daripada potensi dinamis dalam setiap

diri manusia itu terletak pada keimanan/keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak

(moralitas) dan pengamalan”.546

2. Segi perbedaan

Sekolah Dolan terbentuk dari model pendidikan homeschooling di

Malang dengan peserta didik rata-rata adalah anak orang mampu. Selain itu,

peserta didik juga dituntut untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.

Kurikulum yang diterapkan merupakan pengembangan dari kurikulum

Departemen Pendidikan Nasional yang telah disesuaikan.547

Di Sekolah Dolan

juga terdapat afterschooling (sekolah tambahan untuk anak-anak yang juga

belajar di sekolah formal) dan unschooling (sekolah untuk anak-anak yang

tidak mau belajar di sekolah formal, misal anak-anak jalanan).548

Sedangkan Komunitas Sekolah Qaryah Thayyibah terbentuk karena

keprihatinan seseorang terhadap anak-anak. Banyak anak putus sekolah

sebagai peserta didiknya yang rata-rata merupakan anak-anak petani. Mereka

kebanyakan anak-anak putus sekolah setelah Sekolah Dasar (SD) dan masih

berkeinginan belajar. Selain itu lembaga ini terbentuk karena prihatin terhadap

pendidikan di Tanah Air yang semakin bobrok dan mahal. Peserta didik tidak

dituntut belajar dengan sebuah kompetensi belajar. Kurikulum yang

digunakan sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional. Tetapi semuanya

546

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam..., 32. 547

Profil Sekolah Dolan, hlm. 13 548

http://sekolahdolan.blogspot.com/2005/09/disaat-sekolah-ngak-nyaman-lahir.html

Page 63: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

187

tetap berbasis kebutuhan.549

Penyusunan konsep sekolah dibuat dengan

melibatkan dan bersama peserta didik.550

Perbedaan dari kedua institusi di atas sesungguhnya sekedar untuk

menjembatani dari segmen masyarakat kaya dan kurang mampu, agar

komunitas masing-masing di antara mereka tetap terus menuntut ilmu.

Bertitik tolak dari upaya kedua sekolah informal ini diharapkan akan

menghilangkan kebodohan yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka

mampu menghadapi kehidupan yang penuh tantangan.

Upaya yang dilakukan kedua sekolah ini untuk mendidik masyarakat

dan di antara mereka agar tetap ada yang memperdalam pengetahuan

sesungguhnya telah mengaplikasikan firman Allah yang menyatakan bahwa,

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya

(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila

mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga

dirinya.551

D. Proses Pembelajaran yang Dikembangkan

Memperhatikan pengembangan proses dalam suatu pembelajaran sangat

penting jika produk suatu pendidikan menginginkan berkualitas. Menurut

Hartono dikatakan bahwa ”Apabila proses produksinya baik dan berkualitas tentu

akan menghasilkan produk yang berkualitas pula. Sehingga baik secara kuantitas

549

Ahmad Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, cet. pertama (Yogyakarta : LKiS,

2007), , hlm. 110-212 550

Ibid., 86 551

al-Qur’an, 9 (at-Taubah): 122.

Page 64: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

188

dan kualitas produk dari sekolah akan mengalami peningkatan”.552

Untuk itu

dalam mewujudkan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas tentu

diperlukan pengembangan dan inovasi. Senada dengan itu Masaaki Imai juga

mengatakan bahwa ”Untuk memperbaiki mutu adalah dengan memperbaiki

proses (kaizen)”.553

Itulah cara yang dilakukan oleh pemimpin organisasi di

Jepang sehingga produk yang dihasilkan diminati konsumen di seluruh dunia.554

Pada Komunitas Belajar Sekolah Dolan, proses pembelajaran dilakukan

secara kondusif dengan melihat keunikan masing-masing siswa. Pembelajaran

lebih banyak dilaksanakan dengan menerapkan materi ke dalam aktivitas sehari-

hari. Aplikasi kurikulum yang diterapkan dalam proses pembelajaran di Sekolah

Dolan ini, merupakan pengembangan dari kurikulum Departement Pendidikan

Nasional yang telah disesuaikan dan dipadukan dengan teori tumbuh kembang

anak, teori psikologi, kurikulum nasional, aspek-aspek sosial dalam kehidupan

serta lima pembelajaran yaitu etika, estetika, IPTEK, kebangsaan, dan jasmani.555

Proses pembelajarannya dibagi dalam lima bagian; e-learning, kegiatan

tutorial, proses belajar mandiri, field trip, dan pelayanan khusus potensi, bakat,

dan minat. Sedang untuk kegiatan belajarnya, dibagi menjadi tiga kegiatan besar,

yaitu Community Visit (kunjungan ke komunitas), Home Visit (kunjungan ke

rumah), Distance Learning (program jarak jauh). Kegiatan-kegiatan tersebut

552

Djoko Hartono, Leadership: Kekuatan Spiritualitas Para Pemimpin Sukses Dari Dogma Teologis

Hingga Pembuktian Empiris (Surabaya: Media Qowiyul Amien, 2011), 45. 553

Masaaki Imai, The Kaizen Power, terj. Sigit Prawato (Yogyakarta: Think, 2008), 91 554

Ibid., 114. 555

Sekdul, Profil Sekolah Dolan (Malang: tp, tt), 13

Page 65: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

189

berupa kegiatan belajar mengajar, pengembangan minat dan bakat, evaluasi, dan

perangkat pembalajaran.556

Pada komunitas belajar sekolah Qaryah Thayyibah, proses belajar

mengajar dilakukan dengan berbasis komunitas dan kebutuhan. Siswa belajar

sesuai dengan yang mereka inginkan, tetapi tetap mengacu pada kurikulum.

Sedang untuk kurikulum, mereka memilih menggunakan kurikulum nasional.557

Setiap siswa diwajibkan memiliki komputer, kamus Inggris-Indonesia dan

Indonesia-Inggris, satu paket pelajaran bahasa Inggris BBC.558

Setiap pagi

kegiatan belajar diawali dengan belajar bahasa Inggris (English Morning). Selain

itu, para siswa juga dibekali dengan berbagai pelajaran muatan lokal. Kegiatan

belajar juga tidak monoton di kelas, siswa bisa menentukan tempat belajar

mereka.559

Aplikasi pengembangan kurikulum dalam proses pembelajaran seperti

yang dilakukan pada sekolah Dolan dengan melihat keunikan masing-masing

siswa, tumbuh kembang anak, aspek-aspek sosial, etika, estetika, IPTEK,

kebangsaan, dan jasmani, pengembangan minat, bakat dan pada sekolah Qaryah

Thayyibah dengan berbasis kebutuhan, muatan lokal, life skills, tidak monoton di

kelas, siswa bisa menentukan tempat belajar merupakan temuan empirik

556

Profil Sekolah Dolan, hlm. 15–19 557

Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills” Lulus Siap kerja, (Jogjakarta : Diva Press, 2009), cet.

pertama, hlm 222–233 558

Ibid. hlm. 220 559

Ahmad M. Nizar Alfian H., Desaku Sekolahku (Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Kalibening,

Salatiga), (Pustaka Q-Tha). 2007, cet. Kedua. hlm. 43–44

Page 66: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

190

penelitian yang menarik. Hal ini karena mendukung teori yang dikemukakan

Muhaimin.

Menurut Muhaimin bahwa,

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum pendidikan Islam

ternyata mengalami perubahan paradigma. Hal ini dapat dicermati dari

fenomena perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif dan absolutis

kepada cara berpikir historis, empiris, kontekstual dalam memahami dan

menjelaskan ajaran dan nilai agama Islam; perubahan dari pola

pengembangan kurikulum yang hanya mengandalkan pada para pakar ke

arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat

untuk mengidentifikasi tujuan pendidikan Islam dan cara-cara

mencapainya.560

Pengembangan pembelajaran seperti yang dilakukan pada dua institusi

informal di atas sejatinya merupakan terobosan agar para siswa baik secara sadar

ataupun tidak menjadi mampu menggunakan dan mengaktifkan kemampuan yang

dimiliki. Hal ini sangat beralasan karena peserta didik dilibatkan dalam penentuan

pembelajaran yang ada.

Semua ini sesungguhnya sebagai temuan penelitian dan mendukung teori

yang dikembangkan Bruner (1966), Gagne (1977), Rigney (1978), Degeng

(1997). Menurut mereka pembelajaran akan menjadi efektif apabila mampu

mendorong peserta didik baik secara sadar maupun tidak untuk menggunakan dan

mengaktifkan potensi-potensi yang dimilikinya selama proses pembelajaran

berlangsung.561

560

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan

Perguruan Tinggi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 10-11. 561

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2010), 27.

Page 67: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

191

Temuan di atas sesungguhnya juga mendukung teori yang

dikemukakan M. Athiyah al-Abrasyi bahwa, ”dalam pendidikan modern

dewasa ini, pembawaan dan keinginan seorang anak sangat diperhatikan”. 562

E. Sekolah Dolan di Malang dan Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah di

Salatiga Sebagai Alternatif Pendidikan Islam

Sebagai sekolah yang berdiri di bawah naungan Islam, kedua sekolah ini,

khususnya sekolah Qaryah Thayyibah mampu menyediakan pendidikan yang

berkualitas dan bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Inilah yang

disebut alternaif, karena sekarang tidak hanya orang kaya saja yang bisa

menikmati pendidikan berkualitas.563

Tidak hanya menyediakan pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang

terjangkau, kedua institusi pendidikan ini tidak menawarkan pendidikan yang

mendikotomisasi ilmu pengetahuan. Pengembangan pendidikan berbasis

kebutuhan, potensi dasar dan skills peserta didik, aspek-aspek sosial, akhlak,

etika, estetika, teknologi, serta melibatkan siswa untuk menentukan tempat belajar

atau tidak monoton di dalam kelas di samping keimanan (teologi) menjadi ciri

khas yang ada. 564

Jika dicermati ciri khas pendidikan yang ada pada kedua institusi ini

sehingga bisa dijadikan sebagai alternatif pendidikan Islam karena bersifat

562

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok..., 173. 563

Ahmad M. Nizar Alfian H., Desaku Sekolahku (Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Kalibening,

Salatiga), (Pustaka Q-Tha). 2007, cet. Kedua. hlm. 32 564

Sekdul, Profil Sekolah Dolan (Malang: tp, tt), 13-19. Lihat juga, Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah

Life Skills” Lulus Siap kerja, (Jogjakarta : Diva Press, 2009), 220. Ahmad M. Nizar Alfian H., Desaku

Sekolahku (Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah Kalibening, Salatiga), (Salatiga: Pustaka Q-Tha,

2007), 43–44

Page 68: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

192

universal (tidak menawarkan dikotomisasi), di samping mendidik peserta didik

akan nilai-nilai yang bersifat transendental dan keeternalan (keabadian).

Hal ini merupakan temuan yang mengembangkan teori yang dikemukakan

Ahmadi bahwa ”Sumber utama dari pendidikan Islam yaitu kitab suci al-Qur’an

dan al-Sunnah yang diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat

transendental, universal dan eternal (abadi)”.565

Demikian pula mendukung teori yang dikemukakan Hartono, bahwa,

”sejak awalnya perhatian Islam terhadap pendidikan telah mendapat perhatian

serius, tidak hanya menyangkut ilmu yang bersifat ketauhidan tetapi juga yang

bersifat kebendaan, keduniawian”.566

Selanjutnya ia juga menjelaskan, ”proses

pendidikan dan pembelajaran itu sesungguhnya sebagai media untuk menata dan

mewujudkan masyarakat yang memiliki sosio cultural, berperadaban dan

berbudaya yang mapan di tengah-tengah alam materi yang bersifat profane ini.567

Selanjutnya temuan di atas jelas menolak teori yang dikemukakan Stanton

dan Makdisi yang menganggap institusi pendidikan Islam dalam sejarahnya tidak

difungsikan untuk pengembangan nalar dan kemajuan sains.568

Demikian pula

temuan ini menolak teori Azro yang menyatakan bahwa ”sepanjang sejarah Islam,

institusi pendidikan Islam diabdikan terutama kepada al-’ulum al-Islamiyyah atau

al-’ulum al-diniyyah. Institusi pendidikan Islam hanya sebagai pemilihara hukum

565

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ..., 83. 566

Djoko Hartono, Pengembangan Life Skills..., 2. 567

Ibid. 568

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam..., viii, x.

Page 69: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

193

yang diwahyukan Tuhan (the guardian of God’s given law)”.569

Temuan ini juga

menolak teori yang dikemukakan Fazlur Rahman. Dalam pandangan Rahman,

umat Islam dalam menjalankan pendidikan, memisahkan secara tegas antara ilmu

agama disatu pihak dan ilmu sekuler (profane) dipihak lainya”.570

F. Temuan-Temuan Empirik

Berdasarkan hasill analisis data yang ada maka dari penelitian ini secara

empirik didapatkan penemuan-penemuan sebagai berikut:

1. Ciri khas pendidikan sekolah Dolan Malang dan KBQT Salatiga

Pada sekolah Dolan di Malang dan Komunitas Belajar Qaryah

Thayyibah Salatiga pendidikan yang ada memiliki ciri khas yakni

mengembangkan potensi berfikir, merangsang siswa mampu membaca,

mengembangkan keilmuan dan ketrampilan untuk kehidupan siswa agar

tangguh secara lahiriyah, memberikan pendidikan perilaku/akhlak,

memberikan pendidikan emosional, mengembangkan pendidikan teosentris

/ketuhanan/batiniyah, mendidik anak saleh secara individu dan sosial,

memberi wawasan mengenai diri dan alam sekitarnya, mengintegrasikan nilai

agama pada tiap bidang pelajaran, tidak cenderung pada kelompok

keagamaan, untuk KBQT Salatiga walaupun nasionalis religius amaliyahnya

cenderung kepada ke NU an, pendidikan berbentuk informal model majemuk

dan komunitas, proses pendidikan dilakukan dengan sengaja, tertib, terarah,

569

Ibid., ix, xi. 570

Fazlur Rahma, Islam and Modernity (Chicago: The University of Chicago Press, 1984), 96.

Page 70: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

194

dan berencana, untuk sekolah Dolan tidak fullday school tetapi peserta

didiknya wajib mengikuti program penyetaraan dan mereka yang lulus

mendapatkan ijazah, untuk KBQT fullday school bahkan melebihi dan peserta

didiknya tidak wajib mengikuti ujian penyetaraan/fleksibel, pada KBQT ini

prinsip belajar sepanjang masa (life long education) menjadi semboyan,

menjadikan alam sebagai sarana prasarana dalam proses pendidikan, peserta

didik heterogen, tidak hanya menerima usia sekolah saja, mengakomudasi

berbagai jenjang pendidikan mulai jenang SD sampai dengan jenjang SMA,

biaya sekolah sangat relatif dan terjangkau serta bisa dibilang murah, sarana

dan prasarana cukup memadahi, diasuh, dibimbing, dan dididik oleh para guru

yang sebagaian berlatar belakang pendidikan agama Islam dan yang lainnya.

Namun demikian mereka semua merupakan pendidik yang beragama Islam,

Untuk KBQT Salatiga pengelolanya sendiri menangani pondok pesantren.

2. Perasamaan dan perbedaan antara sekolah Dolan Malang dan KBQT Salatiga.

a. Persamaan

Kedua komunitas belajar ini menerapkan model pembelajaran

homeschooling yang tidak terikat dengan aturan-aturan formal. Konsep

pembelajaran berbasis pada model majemuk dan komunitas. Tetapi para

peserta didik tetap bisa mendapatkan ijazah dari sekolah induk. Mereka

lebih menekankan pada pengaplikasian nilai-nilai keagamaan dalam

keseharian dalam bentuk pengembangan akhlak dan rasa keimanan,

kreatifitas, potensi, minat, dan bakat peserta didik serta membuat proses

Page 71: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

195

belajar menjadi menyenangkan dengan memanfaatkan semua yang ada di

lingkungan sekitar.571

Menghilangkan kesan dikotomisasi nampak pada kedua lembaga

pendidikan ini. Hal ini disebabkan pengembagan kurikulumnya tidak

hanya pengembagan ilmu keagamaan saja, tingkat kreatifitas, potensi,

minat, bakat peserta didik yang bersifat keduniawian dan jasmaniyah juga

dikembangkan.

b. Perbedaan

Komunitas Sekolah Dolan terbentuk dari komunitas

homeschooling di Malang dengan peserta didik rata-rata adalah anak

orang mampu. Selain itu, peserta didik juga dituntut untuk menguasai

kompetensi yang dipersyaratkan. Kurikulum yang diterapkan merupakan

pengembangan dari kurikulum Departemen Pendidikan Nasional yang

telah disesuaikan.572

Di Sekolah Dolan juga terdapat afterschooling

(sekolah tambahan untuk anak-anak yang juga belajar di sekolah formal)

dan unschooling (sekolah untuk anak-anak yang tidak mau belajar di

sekolah formal, misal anak-anak jalanan).573

Sedangkan Komunitas Sekolah Qaryah Thayyibah terbentuk

karena keprihatinan seseorang terhadap anak-anak. Banyak anak putus

571

http://sekolahdolan.blogspot.com/2005/09/disaat-sekolah-ngak-nyaman-lahir.html dan Ahmd

Bahruddin, dkk., Wawancara, Salatiga, 2 Mei 2010 572

Profil Sekolah Dolan, hlm. 13 573

http://sekolahdolan.blogspot.com/2005/09/disaat-sekolah-ngak-nyaman-lahir.html

Page 72: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

196

sekolah sebagai peserta didiknya yang rata-rata merupakan anak-anak

petani. Mereka kebanyakan anak-anak putus sekolah setelah Sekolah

Dasar (SD) dan masih berkeinginan belajar. Selain itu lembaga ini

terbentuk karena prihatin terhadap pendidikan di Tanah Air yang semakin

bobrok dan mahal. Peserta didik tidak dituntut belajar dengan sebuah

kompetensi belajar. Kurikulum yang digunakan sesuai dengan kurikulum

pendidikan nasional. Tetapi semuanya tetap berbasis kebutuhan.574

Penyusunan konsep sekolah dibuat dengan melibatkan dan bersama

peserta didik.575

Perbedaan dari kedua institusi di atas sesungguhnya sekedar untuk

menjembatani dari segmen masyarakat kaya dan kurang mampu, agar

komunitas masing-masing di antara mereka tetap terus menuntut ilmu.

Bertitik tolak dari upaya kedua sekolah informal ini diharapkan akan

menghilangkan kebodohan yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka

mampu menghadapi kehidupan yang penuh tantangan.

Tabel 5.1

Perbedaan Sekolah Dolan dan KBQT

Sekolah Dolan Malang KBQT Salatiga

6. Model majemuk

7. Tidak cenderung pada kelompok

keagamaan

8. Tidak fullday school

9. Peserta didiknya wajib mengikuti

program penyetaraan

1. Model Komunitas

2. Nasionalis religius amaliyahnya

cenderung kepada ke NU an

3. Fullday school bahkan lebih

4. Peserta didik tidak wajib mengikuti

program penyetaraan

574

Ahmad Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, cet. pertama (Yogyakarta : LKiS,

2007), , hlm. 110-212 575

Ibid., 86

Page 73: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

197

10. Ijasah diperhatikan

11. Tidak mencanangkan prinsip belajar

sepanjang masa (life long education)

menjadi semboyan

12. Peserta didik rata-rata adalah anak

orang mampu

13. Peserta didik juga dituntut untuk

menguasai kompetensi yang

dipersyaratkan

14. Kurikulum pengembangan dari

Departemen Pendidikan Nasional yang

telah disesuaikan

15. Terdapat afterschooling (sekolah

tambahan untuk anak-anak yang juga

belajar di sekolah formal) dan

unschooling (sekolah untuk anak-anak

yang tidak mau belajar di sekolah

formal, misal anak-anak jalanan)

16. Para guru berlatar belakang guru PAI

dan yang lain tetapi beragama Islam

17. Pengelola tidak menangani pondok

pesantren

5. Tidak berorientasi ijasah

6. Prinsip belajar sepanjang masa (life

long education) menjadi semboyan

7. Peserta didiknya banyak anak putus

sekolah yang rata-rata merupakan

anak-anak petani

8. Peserta didik tidak dituntut belajar

dengan sebuah kompetensi belajar

9. Kurikulum sesuai dengan kurikulum

pendidikan nasional tetapi berbasis

kebutuhan

10. Penyusunan konsep sekolah dibuat

dengan melibatkan dan bersama

peserta didik

11. Terbentuk karena prihatin terhadap

pendidikan di Tanah Air yang

semakin bobrok dan mahal

12. Para guru banyak dari keluarga

sendiri dan sebagian dari luar yang

beragama Islam

13. Pengelola menangani pondok

pesantren

3. Proses pembelajaran yang dikembangkan

Pada sekolah Dolan kegiatan proses belajar mengajar yang ada dengan

mengembangankan kurikulum dan dilakukan dengan melihat keunikan

masing-masing siswa, tumbuh kembang anak, aspek-aspek sosial, etika,

estetika, IPTEK, kebangsaan, dan jasmani, pengembangan minat, bakat.

Sedangkan pada sekolah Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dengan

berbasis kebutuhan, muatan lokal, life skills, tidak monoton di kelas, siswa

bisa menentukan tempat belajar.

4. Sekolah Dolan dan KBQT menjadi alternatif model pendidikan Islam

Adapun temuan dalam penelitan ini yang menyebabkan kedua institusi

pendidikan di atas dapat dijadikan model pendidikan Islam karena:

Page 74: BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Ciri Khas …digilib.uinsby.ac.id/3138/7/Bab 5.pdf · 2016-01-11 · digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

198

a. Berdiri di bawah naungan dan bernuansa Islami

b. Mampu menyediakan pendidikan yang berkualitas dan bisa dijangkau oleh

semua kalangan masyarakat

c. Tidak menawarkan pendidikan yang mendikotomisasi ilmu pengetahuan/

bersifat universal

d. Pengembangan pendidikan berbasis kebutuhan, di samping keimanan

(teologi) juga mengembangkan potensi dasar dan skills peserta didik,

aspek-aspek sosial, akhlak, etika, estetika, teknologi, serta melibatkan

siswa untuk menentukan tempat belajar atau tidak monoton di dalam

kelas.