Bab v Pembahasan Bentang Alam Vulkanik

9
BAB V PEMBAHASAN Praktikum Geomorfologi acara Bentuklahan Fluvial telah dilaksanakan pada Kamis, 26 Maret 2015 pukul 15.30 WIB di ruang 301. Pada praktikum ini, praktikan melakukan delineasi kontur rapat, kontur renggang, daerah terdenudasi, dan daerah fluvial. Membuat sayatan eksagrasi dan menghitung persen kelerengan dengan menggunakan perhitungan morfometri. 4.1 Satuan Delineasi Fluvial Bentuklahan fluvial pada peta topografi ditandai dengan adanya bentuk yang berkelok-kelok dan adanya bentuk memanjang yang mengikuti garis kontur. Pada peta topografi, bentuklahan ini bertekstur halus. Biasanya, sungai yang memiliki stadia tua akan memiliki dua garis kontur, sedangkan anak sungai memiliki satu garis kontur saja. Pada delineasi, bentang alam fluvial diberi warna hijau. Delineasi sungai mencakup sungai itu sendiri dan dataran banjir yang berada di pinggiran sungai besar. Untuk sungai kecilnya tidak diberi warna apapun. Sedangkan pewarnaan pola aliran sungai, sungai besar diberi warna biru tua dan 17

description

Pembahasan Bentang Alam Vulkanik Farida Dwi Aryati

Transcript of Bab v Pembahasan Bentang Alam Vulkanik

BAB VPEMBAHASAN

Praktikum Geomorfologi acara Bentuklahan Fluvial telah dilaksanakan pada Kamis, 26 Maret 2015 pukul 15.30 WIB di ruang 301. Pada praktikum ini, praktikan melakukan delineasi kontur rapat, kontur renggang, daerah terdenudasi, dan daerah fluvial. Membuat sayatan eksagrasi dan menghitung persen kelerengan dengan menggunakan perhitungan morfometri.4.1 Satuan Delineasi FluvialBentuklahan fluvial pada peta topografi ditandai dengan adanya bentuk yang berkelok-kelok dan adanya bentuk memanjang yang mengikuti garis kontur. Pada peta topografi, bentuklahan ini bertekstur halus. Biasanya, sungai yang memiliki stadia tua akan memiliki dua garis kontur, sedangkan anak sungai memiliki satu garis kontur saja.Pada delineasi, bentang alam fluvial diberi warna hijau. Delineasi sungai mencakup sungai itu sendiri dan dataran banjir yang berada di pinggiran sungai besar. Untuk sungai kecilnya tidak diberi warna apapun. Sedangkan pewarnaan pola aliran sungai, sungai besar diberi warna biru tua dan sungai stadia muda diberi warna biru muda. Untuk jalan umum sendiri diberi warna merah.Praktikan membuat 5 sayatan yang memotong 1 garis kontur yang berdekatan dengan sungai, pada setiap sayatan dihitung persentase kelerengannya dengan menggunakan perhitungan morfometri. Kemudian dari kelima sayatan tersebut dijumlah dan dihitung rataannya. Satuan delineasi fluvial ini didapatkan rataan yaitu 13,34 %sehingga masuk ke dalam klasifikasi Berbukit Bergelombang (Van Zuidam, 1983). Pada perhitungan beda tinggi rapatnya, dihitung dari puncak tertinggi yaitu 715 mdpl, hingga kelerengan yang landai pada ketinggian 390 mdpl. Dengan perhitungan tophill downhill didapatkan beda tinggi rapat yaitu 325 mdpl yang masuk pada klasifikasi berbukit terjal (Van Zuidam, 1983).Peta topografi ini menunjukkan adanya channel bar, point bar, dan meander sungai. Proses terbentuknya kelokan sungai adalah dimulai dari bagian hulu sungai yang memiliki volume air yang kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akhirnya sungai akan menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling mudah dilewati, namun pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Proses terbentuknya bar deposit kemungkinan dari adanya proses fluviatil yang terjadi yaitu banjir. Pada saat terjadi banjir, arus sungai akan deras dan membawa material-material endapan yang cukup banyak dari hulu sungai. Setelah banjir surut, material-material akan mengendap di daerah tengah sungai jika sungai tersebut tidak berkelok-kelok. Pada sungai yang memiliki kelokan akan terendapkan di daerah pinggiran sungai yang memiliki arus kecil sehingga akan terendapkan material-material yang dibawa oleh sungai pada saat banjir.Pola pengaliran sungai yang ada di peta topografi ini adalah dendritik yaitu bentuk yang menyerupai bentuk pohon karena cabang-cabang sungainya tidak beraturan dan menyebar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa litologi yang terdapat di daerah ini adalah batuan yang memiliki resistensi seragam, bisa juga batuan sedimen mendatar, batuan beku massif maupun daerah struktural seperti patahan maupun lipatan. Pada dua cabang sungai yang tiba-tiba menyatu, diindikasikan bahwa di daerah tersebut sungai menabrak suatu batuan keras sehingga sungai mencari bagian-bagian lemah di samping-samping batuan keras dan pada akhirnya akan menyatu menjadi satu aliran sajaStadia sungai Randudongkal ini diinterpretasikan adalah sungai dengan stadia dewasa. Stadia dewasa ini dapat dilihat dari banyaknya meander sungai dan adanya bar deposit.Potensi positif dari sungai ini adalah sebagai pembangkit listrik tenaga air, yang menggunakan arus sungai sebagai penggerak turbin. Sedangkan potensi negatifnya adalah terjadinya luapan air sungai sehingga menyebabkan banjir di sekitar daerah aliran sungai. Tata guna lahannya adalah sebagai pengairan dan irigasi warga sekitar.4.2 Satuan Delineasi DenudasionalDelineasi denudasional ini berupa kontur yang sangat renggang dan adanya keseragaman relief di peta topografi, dan untuk pewarnaannya menggunakan warna coklat pada delineasinya. Biasanya di daerah ini telah banyak didirikan rumah sebagai pemumkiman warga dan sebagai jalan umum. Pada satuan delineasi denudasional di daerah Randudongkal dan sekitarnya ini meliputi daerah Kedunglandji, Tjomal, Sikasur, Bogo 1, Bogo 2, Simpur, Bantarpari, Kemiri Sewu, Sumurkidang, Kebandingan, Semaja, Semaja 2, Semingkir, Semingkir 1, Karangmontjol, Karanganjar, Pringtaliamba, Bangkot, Slebak 1, Slebak 2, Karangemplak, Bandjaranjar, Mursid, Geger, Igir Kletjer Nagarunting, Katam, Babakan, Panusupan, Tireme dan Randudongkal.Pada kenampakannya di peta topografi, daerah denudasional ini merupakan daerah yang telah banyak didirikan tempat pemukiman bagi warga dan telah didirikan banyak jalan-jalan umum. Aktivitas sosial manusia telah banyak dilakukan di daerah yang landai dan datar karena menurut konsep tata ruang, daerah ini memang biasa digunakan sebagai daerah pemukiman. 4.3 Satuan Kontur RapatPada delineasi di kontur rapat ini diberi warna ungu tua. Dari kenampakannya sendiri kontur rapat memiliki jarak garis antar kontur yang sangat rapat dan berdekatan antara satu dengan lainnya.Perhitungan morfometri yang didapat dari 5 sayatan yang menyebar pada kontur rapat adalah 45,002 % sehingga masuk ke dalam klasifikasi Berbukit Terjal (Van Zuidam, 1983). Pada perhitungan tophill-downhill nya didapatkan beda tinggi 325 mdpl. Yang termasuk pada klasifikasi Pegunungan Berbukit Terjal (Van Zuidam, 1983). Sehingga dapat dikatakan satuan kontur rapat ini memiliki klasifikasi Berbukit Terjal-Pegunungan Berbukit Terjal (Van Zuidam, 1983)Pola pengaliran pada daerah dengan kontur rapat ini adalah dendritik. Dengan cabang-cabang sungainya yang menyebar seperti pola pohon. Dari pola sungai yang terlihat, dapat diinterpretasikan bahwa litologi di daerah sungai ini adalah memiliki resistensi yang seragam, adanya batuan beku massif, ataupun adanya daerah lipatan. Sehinggapola pengaliran sungai di daerah ini adalah berupa dendritik.Sungai yang berada di daerah berkontur rapat ini diinterpretasikan memiliki stadia muda. Karena erosi yang terjadi masih vertikal dan memiliki pola lurus dan belum banyak meander sungai yang terbentuk. Litologi yang dapat ditemukan di daerah yang berkontur rapat ini adalah batuan beku maupun batuan sedimen. Daerah berkontur rapat ini memiliki resistensi yang baik sehingga pada daerah in itidak benyakterjadi erosi dan masih memiliki relief yang terjal. Sedangkan dimungkinkan juga adanya batuan sedimen karena masih adanya zona-zona lemah dari daerah tersebut untuk dilalui air permukaan. Struktur-struktur geologi yang banyak dijumpai pada daerah ini adalah kekar yang biasanya terdapat di pinggir aliran sungai. Selain itu juga bisa terdapat sesar maupun lipatan. Diinterpretasikan bahwa kontur yang tadinya rapat kemudian merenggang merupakan daerah dimana lipatan ataupun sesar terjadi.Potensi positif dari daerah ini adalah sebagai tempat wisata, karena biasanya daerah dengan kontur rapat kemudian merenggang kenampakan sungainya adalah berupa air terjun. Potensi negatifnya adalah adanya longsor karena massa tanah yang terdapat di daerah tersebut dapat terisi oleh air permukaan sehingga akan membuat daerah tersebut rawan longsor. Tata guna lahannya sendiri adalah untuk pengairan. 4.4 Satuan Kontur RenggangPada delineasi di kontur renggang ini diberi warna ungu muda. Dari kenampakannya sendiri kontur rapat memiliki jarak garis antar kontur yang renggang dan agak sedikit berjauahn antara satu dengan lainnya. Perhitungan morfometri yang didapat dari 5 sayatan yang menyebar pada kontur renggang adalah 11,76 % sehingga masuk ke dalam klasifikasi Bergelombang Curam (Van Zuidam, 1983). Pada perhitungan tophill-downhill nya didapatkan beda tinggi 160 mdpl. Yang termasuk pada klasifikasi Berbukit Bergelombang (Van Zuidam, 1983). Sehingga dapat dikatakan satuan kontur rapat ini memiliki klasifikasi Bergelombang Curam-Berbukit Bergelombang (Van Zuidam, 1983).Pola pengaliran sungai yang ada pada daerah dengan kontur renggang ini adalah pola pengaliran denditrik. Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya berbentuk seperti pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan. Dan diinpretasikan bahwa daerah struktural renggang ini memiliki litologi yang resistensinya seragam seperti lapisan sedimen dan batuan beku massif. Sehingga pola sungai yang ada di daerah struktural renggang ini termasuk pola pengaliran denditrik.Sungai yang ada pada daerah struktural renggang init diinpretasikan telah termasuk ke dalam stadia dewasa. Dikatakan bahwa sungai tersebut memiliki stadia dewasa karena mulai terbentuknya dataran banjir dan dan banyaknya meander-meander sungai yang terbentuk.Adanya bar deposit juga memperlihatkan bahwa sungai ini telah masuk pada tahap dewasa.Litologi yang terdapat diinterpretasikan pada satuan kontur renggang ini adalah batuan sedimen. Dimana litologi tersebut umumnya dapat ditemukan di sepanjang sungai yang terdapat di daerah dengan kontur renggang. Struktur struktur geologi yang mungkin bisa ditemukan pada daerah ini adalah kekar kekar yang mana bisa dijumpai di sekitar sungai, karena sungai merupakan zona lemah sehingga dapat terjadi rekahan-rekahan yang belum bergeser. Selain itu adanya indikasi sesar, indikasi sesar bisa ditemukan di sungai yang ada kelokan (meander). Karena sungai yang semula alirannya lurus kemudian langsung berbelok dapat diindikasikan bahwa adanya sesar di daerah tersebut.Tata guna lahan yang dapat dimanfaatkan di daerah struktural renggang ini antara lain untuk lahan pengairan, perkebunan dan juga pemukiman penduduk. Potensi positif dari daerah ini untuk obyek studi geologi. Sedangkan potensi negatifnya yaitu dapat terjadinya banjir dikarenakan dekat dengan sungai sungai besar sehingga air dapat meluap kapan saja.

17