BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan...

56
49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Prevalensi kejadian HAP adalah 1,85% pada populasi berisiko terinfeksi dan 0,32% pada populasi seluruh pasien rawat inap. 2. Rerata masa rawat inap pasien HAP secara umum adalah 19,24 ± 14,54 hari, sedangkan rerata masa rawat inap pasien setelah terdiagnosis HAP adalah 10,49 ± 10,36 hari. 3. Hubungan antara faktor prediktor mortalitas dengan masa rawat inap setelah terdiagnosis HAP ditemukan pada faktor riwayat merokok, diabetes, anemia, dan operasi. B. Saran Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor prediktor mortalitas yang berpengaruh terhadap rerata masa rawat inap, namun tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor prediktor mortalitas dan masa rawat inap.

Transcript of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan...

Page 1: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Prevalensi kejadian HAP adalah 1,85% pada populasi

berisiko terinfeksi dan 0,32% pada populasi seluruh

pasien rawat inap.

2. Rerata masa rawat inap pasien HAP secara umum adalah

19,24 ± 14,54 hari, sedangkan rerata masa rawat inap

pasien setelah terdiagnosis HAP adalah 10,49 ± 10,36

hari.

3. Hubungan antara faktor prediktor mortalitas dengan

masa rawat inap setelah terdiagnosis HAP ditemukan

pada faktor riwayat merokok, diabetes, anemia, dan

operasi.

B. Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor

prediktor mortalitas yang berpengaruh terhadap rerata

masa rawat inap, namun tidak menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor

prediktor mortalitas dan masa rawat inap.

Page 2: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

48

infeksi nosokomial, seperti pada pasien yang

membutuhkan perawatan intensif setelah mengalami

infeksi.

Dari 70 pasien yang menjadi subjek penelitian, 25

pasien mengalami perpindahan lokasi rawat inap. Delapan

pasien dipindahkan ke ICU, lima pasien ke ICCU, empat

pasien ke Dahlia 3, dua pasien ke Bougenvil 3, serta

bangsal Bougenvil 4, Cendana 1, Cendana 2, Cendana 3,

Cendana 5, dan Instalasi Rawat Inap III (VIP) masing-

masing satu pasien. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa

hubungan perpindahan lokasi rawat inap dengan rerata

masa rawat inap bermakna secara statistik dengan p

value 0,012.

C. Kekurangan Penelitian

Kekurangan penelitian yang paling utama adalah

keterbatasan sampel dikarenakan periode waktu yang

diambil hanyalah tahun 2012. Keterbatasan lainnya

adalah catatan medis yang kurang lengkap, sehingga

beberapa sampel tidak bisa diambil data secara

menyeluruh.

Page 3: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

47

Bougenvil 3 dan IMC sebanyak lima orang. Pada ruang

perawatan intensif (ICU dan ICCU) masing-masing

terdapat empat pasien yang terinfeksi HAP, begitu juga

dengan pasien pada bangsal Bougenvil 4, Cendana 1,

serta Anggrek 1. HAP juga menginfeksi tiga pasien

masing-masing pada bangsal Cendana 2 dan 3, serta

Instalasi Rawat Inap 3 (VIP). Dua orang terinfeksi HAP

di bangsal Bougenvil 2 serta satu orang pasien pada

bangsal Bougenvil 1, Cendana 5, dan Dahlia 5. Hasil uji

ANOVA ini dianggap cukup bermakna dengan p value 0,05.

Menurut Evelliard (2001), perpindahan lokasi rawat

inap akan memberikan risiko yang lebih besar kepada

pasien untuk mengalami infeksi nosokomial dengan

perbandingan sebanyak 2,5 kali lipat dibandingkan

dengan pasien yang tidak mengalami perpindahan lokasi

rawat inap. Perpindahan dapat menjadi sebab terjadinya

infeksi nosokomial dimana pasien akan terpapar dengan

berbagai mikroorganisme yang berbeda pada masing masing

bangsal, kontak yang lebih banyak dengan pasien lain

ataupun tenaga kesehatan yang terdapat koloni

mikroorganisme tertentu. Selain itu, perpindahan juga

dapat terjadi saat kondisi pasien kritis yang dimana

saat itu risiko untuk mengalami infeksi nosokomial

meningkat. Perpindahan juga dapat disebabkan oleh

Page 4: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

46

mortalitas yang memiliki nilai p<0,2 yaitu stroke

(p=0,190) dan kanker (p=0,205) Hasil analisis

menunjukkan faktor prediktor mortalitas yang bermaknya

secara statistik adalah riwayat merokok (p=0,037) dan

operasi (p=0,077) sedangkan lima faktor prediktor

mortalitas lainnya memiliki nilai p<0,1. Pada analisis

ini juga didapatkan nilai R2 sebesar 0,258 yang berarti

adanya pendekatan sebesar 25,8% saat adanya faktor

prediktor mortalitas terhadap masa rawat inap. Namun,

koefisien konstanta yang bernilai minus dan standard

error yang tinggi, menjadikan analisis ini tidak

bermakna karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

IV. Analisis lokasi rawat inap terhadap masa rawat

inap

Lokasi rawat inap dianalisis bivariat dengan

mengunakan uji ANOVA untuk menguji rerata masa rawat

inap pasien Hospital-Acquired Pneumonia (HAP). Analisis

dibagi berdasarkan ruang rawat pasien di bangsal

Instalasi Rawat Inap I, ruang perawatan intensif (ICU

dan ICCU), Instalasi Rawat Inap III (VIP), dan ruang

immediate medical care (IMC). Jumlah pasien yang

terinfeksi HAP tertinggi pada bangsal Dahlia 2 yaitu

sebanyak 12 pasien pada tahun 2012. Berikutnya diikuti

oleh bangsal Dahlia 4 sebanyak enam pasien, kemudian

Page 5: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

45

Berba et.al. (1999) mengemukakan bahwa HAP meningkatkan

masa rawat inap pasien dibandingkan pasien tanpa

infeksi HAP. Penelitian ini mengungkapkan bahwa setelah

terdiagnosis HAP, rerata masa rawat inap adalah 10,49

± 10,36 hari. Analisis bivariat antara faktor prediktor

mortalitas dengan masa rawat inap setelah terdiagnosis

HAP menunjukkan beberapa faktor prediktor mortalitas

yang bermakna secara statistik terhadap masa rawat inap

setelah terdiagnosis HAP, diantaranya riwayat merokok

(p=0,001), diabetes (p=0,030), anemia (p=0,011),

operasi (p=0,007) dan transfusi darah (p=0,007).

Menurut Graves (2007) diabetes merupakan salah

satu faktor komorbiditas yang berpengaruh terhadap masa

rawat inap, bersama dengan faktor komorbiditas lain

seperti stroke, kanker, dan anemia. Tingginya angka

kejadian infeksi nosokomial pada pasien diabetes dengan

kontrol kadar gula darah yang lemah menunjukkan bahwa

hiperglikemi mungkin menjadi faktor risiko independen

terhadap berkembangnya infeksi nosokomial (Pomposelli,

1998).

Analisis multivariat dengan cara regresi linear

dilakukan pada faktor prediktor mortalitas yang

bermakna secara statistik (riwayat merokok, anemia,

operasi, transfusi darah) dan faktor prediktor

Page 6: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

44

Analisis multivariat dilakukan pada faktor

prediktor mortalitas yang bermakna secara statistik

(p<0,05) dan faktor prediktor lain yang memiliki nilai

p<0,2 dengan metode analisis regresi linear. Hasil

analisis menunjukkan bahwa hanya transfusi darah yang

merupakan faktor prediktor mortalitas yang bermakna

secara statistik (p=0,027). Namun, tidak adanya

hubungan langsung antara intervensi transfusi darah

dengan infeksi HAP makan dapat diambil kesimpulan bahwa

faktor intervensi transfusi darah tidak bermakna secara

klinis walaupun bermakna secara statistik. Selain itu,

hasil analisis menunjukkan nilai R2 sebesar 0,466,

dimana hal ini berarti ada pendekatan sebesar 46,6%

antara tiap-tiap faktor prediktor terhadap masa rawat

inap secara umum. Dalam analisis ini, nilai standard

error lebih tinggi daripada nilai koefisien konstanta,

sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis ini tidak

bermakna karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

III. Analisis hubungan faktor prediktor mortalitas

dengan rerata masa rawat inap setelah terdiagnosis

HAP

Rerata masa rawat inap setelah terdiagnosis HAP

didapatkan dengan mengurangi antara waktu terjadinya

luaran klinis dengan waktu diagnosis HAP ditegakkan.

Page 7: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

43

antara lain kanker dan anemia. Pasien kanker terpapar

dengan berbagai macam infeksi dimana terjadinya

immunosupresi dari malignansi, juga berbagai macam

terapi seperti kemoterapi yang memperluas risiko pasien

menerima infeksi (Kamboj, 2009). Sedangkan anemia

sebagai faktor prediktor yang bermakna terhadap rerata

masa rawat inap seperti disebutkan oleh Graves (2007).

Operasi dan transfusi menjadi faktor prediktor

mortalitas dalam kategori intervensi klinis yang

bermakna. Graves (2007) menyatakan bahwa transfusi

darah berhubungan dengan masa rawat inap pasien

Hospital-Acquired Pneumonia (HAP), sedangkan Taylor

(2002) menyebutkan bahwa transfusi packed red cell

berhubungan dengan infeksi nosokomial dan terdapat pola

peningkatan risiko infeksi terhadap jumlah komponen

darah yang ditransfusikan.

Operasi menjadi salah satu faktor prediktor

mortalitas yang bermakna karena adanya intervensi

langsung terhadap tubuh pasien, baik terbuka maupun

tertutup. Thompson (2006) mengungkapkan bahwa Hospital-

Acquired Pneumonia (HAP) berhubungan dengan operasi

intra-abdominal dimana terjadi peningkatan masa rawat

inap sebesar 55% pada pasien operasi yang terinfeksi

HAP.

Page 8: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

42

pasien, dan juga bergantung pada faktor komorbiditas

lain.

Riwayat merokok menjadi salah satu faktor umum

yang bermakna karena rokok berpengaruh pada ketahanan

umum tubuh pasien. Pada data penelitian ini, 21,9%

subjek memiliki riwayat merokok. Menurut Huttunen

(2007), pasien dengan riwayat merokok membutuhkan

perawatan di ICU lebih sering daripada pasien tanpa

riwayat merokok pada episode infeksi nosokomial.

Sedangkan menurut Graves (2007) merokok merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi lama rawat inap pada

pasien Hospital-Acquired Pneumonia. Pasien dengan

riwayat merokok memiliki risiko yang lebih besar untuk

mengalami infeksi nosokomial dan perawatan di ICU

(Delgado-Rodriguez, 2003).

Onset infeksi menjadi salah satu faktor prediktor

mortalitas yang bermakna karena merupakan variabel

epidemiologis penting yang berhubungan dengan jenis

patogen penginfeksi dan outcome pasien. Early-onset HAP

memiliki prognosis yang lebih baik (Lynch, 2001)

sedangkan late-onset HAP sangat berkaitan dengan

morbiditas dan mortalitas pasien (Moine, 2002).

Pada kategori faktor prediktor mortalitas kedua,

yaitu komorbiditas, terdapat dua faktor yang bermakna,

Page 9: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

41

rerata masa rawat inap pada masing-masing faktor

prediktor.

Pada kategori faktor umum, terdapat tiga faktor

prediktor yang dianalisis, yaitu kelompok usia lebih

dari 60 tahun, jenis kelamin, pasien rujukan dari rumah

sakit lain, pasien rawat darurat saat sebelum dirawat

di rumah sakit, perpindahan lokasi rawat inap selama di

rumah sakit, onset infeksi, dan riwayat merokok. Dari

ketujuh faktor prediktor tersebut, yang memiliki p

value kurang dari 0,05 adalah perpindahan lokasi rawat

inap, onset infeksi, dan merokok.

Perpindahan lokasi rawat inap yang terjadi pada 25

dari 70 subjek menjadi bermakna dimungkinkan terjadi

karena adanya perubahan keadaan lingkungan pasien,

sehingga paparan mikroorganisme terhadap pasien pun

menjadi lebih banyak. Menurut Garner (1996) salah satu

kunci dalam pengendalian infeksi di rumah sakit adalah

pembatasan perpindahan pasien, karena akan mengurangi

adanya transmisi mikroorganisme di rumah sakit. Namun,

keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus

dipindahkan ke ICU karena keadaan kritis pun juga

berpengaruh, karena kondisi ketahanan tubuh pasien

dalam melawan mikroorganisme berbeda pada masing-masing

Page 10: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

40

Gambar 4. Frekuensi infeksi HAP pada tiap lokasi rawat

inap

II. Analisis hubungan faktor prediktor mortalitas

dengan rerata masa rawat inap umum

Terdapat 19 variabel faktor prediktor mortalitas

yang bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu faktor

umum, komorbiditas, dan intervensi klinis. Uji T

digunakan sebagai analisis bivariat untuk menguji

0

2

4

6

8

10

12

14

Lokasi Rawat

Anggrek 1

Bougenvil 1

Bougenvil 2

Bougenvil 3

Bougenvil4

Cendana 1

Cendana 2

Cendana 3

Cendana 5

Dahlia 2

Dahlia 3

Dahlia 4

Dahlia 5

Unit Stroke

VIP

ICU

ICCU

IMC

Page 11: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

39

sedangkan rerata masa rawat inap pada pasien yang telah

terdiagnosis HAP adalah 10,49 ± 10,36 hari.

Tabel 7. Analisis bivariat antara lokasi rawat

inap dengan masa rawat inap secara umum

*uji ANOVA

Tabel 8. Hasil analisis bivariat antara lokasi

rawat inap kedua dengan masa rawat inap pasien

secara umum

*uji ANOVA

Lokasi rawat N Rerata + SD P*

Anggrek 1 4 46,50 + 16,30 0,05

Bougenvil 1 1 22,00

Bougenvil 2 2 35,00 + 0,00

Bougenvil 3 5 18,20 + 5,81

Bougenvil 4 4 24,75 + 16,28

Cendana 1 4 20,25 + 13,62

Cendana 2 3 22,67 + 14,64

Cendana 3 3 19,00 + 8,66

Cendana 5 1 19,00

Dahlia 2 12 11,42 + 9,14

Dahlia 3 4 16,50 + 11,82

Dahlia 4 6 13,50 + 10,65

Dahlia 5 1 41

Unit stroke 4 14,00 + 22,760

VIP 3 11,67 + 5,13

ICU 4 16,50 + 7,60

ICCU 4 16,75 + 8,81

IMC 5 21,00 + 24,55

Lokasi rawat N Rerata + SD P*

Bougenvil 3 2 15,50 + 2,12 0,01

Bougenvil 4 1 18,00

Cendana 1 1 70,00

Cendana 2 1 62,00

Cendana 3 1 27,00

Cendana 5 1 25,00

Dahlia 3 4 14,75 + 9,605

VIP 1 13,00

ICU 8 29,50 + 11,46

ICCU 5 18,80 + 14,45

Page 12: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

38

sampel, 25 pasien mengalami perpindahan lokasi rawat

yang dapat diasosiasikan dengan masa rawat inap umum

yang bermakna secara statistik (p=0,01). Pada sampel

yang mengalami perpindahan lokasi rawat inap, jumlah

terbanyak adalah pada ICU (N=8) diikuti dengan ICCU

(N=5).

Analisis bivariat antara lokasi rawat inap pertama

maupun kedua dengan masa rawat inap setelah

terdiagnosis HAP tidak memunculan hubungan yang

bermakna secara statistik (p>0,05) sehingga tidak

dibahas pada hasil penelitian ini.

B. Pembahasan

I. Ikhtisar data

Pada tahun 2012 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

terdapat 70 kasus Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)yang

termasuk dalam kriteria inklusi penelitian ini. Rerata

usia pasien adalah 55,18 tahun. 51,43% pasien merupakan

pasien laki-laki, sedangkan sisanya 49,57% adalah

pasien perempuan. Berdasarkan kelompok usia, 38,57%

dari total pasien merupakan pasien lanjut usia (≥60

tahun) serta 61,43% pasien berusia di bawah 60 tahun.

Rerata masa rawat inap umum pada pasien Hospital-

Acquired Pneumonia (HAP) adalah 19,24 + 14,54 hari,

Page 13: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

37

faktor riwayat merokok yang bermakna secara statistik

(p=0,037) dan operasi (p=0,077).

Lokasi rawat inap dan usaha pengendalian infeksi

merupakan salah satu faktor penting untuk mencegah

terjadinya infeksi nosokomial, dalam hal ini adalah

Hospital-Acquired Pneumonia (HAP). RSUP Dr. Sardjito

memiliki beberapa instalasi rawat inap dan bangsal

perawatan yang berbeda. Instalasi Rawat Inap I memiliki

15 bangsal dengan tiap-tiap bangsal memiliki

pengelompokkan pasien dengan kasus-kasus tertentu.

Selain itu juga terdapat Instalasi Rawat Inap VIP dan

ruang perawatan intensif seperti Intensive Care Unit

(ICU) dan Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Pada

Instalasi Rawat Darurat, terdapat ruang IMC untuk

pasien yang membutuhkan observasi lanjutan dibawah

pengawasan IRD. Hasil analisis bivariat antara lokasi

rawat inap pasien dengan masa rawat inap umum

mengungkapkan hubungan yang bermakna secara statistik

(p=0,05). Pada uji ini didapatkan pula bahwa angka

kejadian HAP tertinggi berada pada bangsal Dahlia 2

(N=12) dan diikuti bangsal Dahlia 4 (N=6).

Pada tabel 3 dinyatakan bahwa asosiasi antara

perpindahan lokasi rawat dengan masa rawat inap umum

bermakna secara statistik (p=0,008). Pada jumlah

Page 14: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

36

beberapa faktor prediktor mortalitas memiliki nilai

p<0,05 sehingga asosiasinya dengan masa rawat inap

dapat dianggap bermakna secara statistik. Faktor

prediktor mortalitas tersebut antara lain riwayat

merokok (p=0,001), diabetes (p=0,030), anemia

(p=0,011), tindakan operasi (p=0,007), serta transfusi

darah (p=0,007). Bersama dengan faktor prediktor

mortalitas lain dengan nilai p<0,2 yaitu stroke

(p=0,190), analisis dilanjutkan dengan analisis

multivariat dengan metode regresi linear.

Tabel 6. Analisis multivariat* antara faktor

prediktor mortalitas dengan masa rawat inap

setelah terdiagnosis HAP

*regresi linear dengan enter method, 90% CI

Analisis multivariat yang dilakukan antara faktor

prediktor mortalitas dengan masa rawat inap umum pasien

HAP menunjukkan bahwa hanya faktor transfusi darah saja

yang bermakna secara statistik (p=0,027), sedangkan

analisis multivariat faktor prediktor mortalitas dengan

masa rawat inap setelah terdiagnosis HAP memunculkan

Variabel Koefisien

B

Std

Error t P R2

(Constant) -1,037 10,755 -0,096 0,923 0,258

Riwayat merokok -6,454 2,933 -2,200 0,032

Diabetes 5,774 3,564 1,620 0,110

Stroke 0,356 3,208 0,111 0,912

Kanker 0,154 2,625 0,059 0,953

Anemia -1,721 3,205 -0,537 0,593

Operasi 4,963 2,755 1,801 0,077

Transfusi darah 3,748 2,600 1,441 0,155

Page 15: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

35

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3, hasil

analisis bivariat pada faktor prediktor mortalitas

dengan masa rawat inap umum menunjukkan bahwa terdapat

asosiasi yang bermakna (p<0,05) antara beberapa faktor

prediktor mortalitas, seperti perpindahan lokasi rawat

(p=0,007), onset (p=0,038), riwayat merokok (p=0,018),

kanker (p=0,007), anemia (p=0,019), tindakan operasi

(p=0,002), dan transfusi darah (p=0,000). Bersama

dengan faktor prediktor lain dengan nilai p<0,2, faktor

prediktor mortalitas yang bermakna dilanjutkan dengan

analisis multivariat dengan metode regresi linear.

Tabel 5. Analisis multivariat* antara faktor

prediktor mortalitas dengan masa rawat inap umum

*regresi linear dengan enter method, 90% CI

Sedangkan hasil analisis bivariat antara faktor

prediktor mortalitas dengan masa rawat inap setelah

terdiagnosis HAP yang diungkapkan oleh tabel 4,

Variabel Koefisien

B

Std

error t P R2

(Constant) 10,641 17,484 0,609 0,545 0,466

Rawat darurat -5,650 4,880 -1,158 0,252

Perpindahan

lokasi rawat

5,978 3,741 1,598 0,116

Onset 5,166 3,613 1,430 0,158

Riwayat merokok -5,662 3,765 -1,504 0,138

Stroke 2,756 4,995 0,552 0,583

Kanker -4,723 3,795 -1,245 0,218

Penyakit jantung 2,224 3,052 0,729 0,469

Anemia 0,414 4,046 0,102 0,919

Nasogastric tube 4,359 3,676 1,186 0,241

Kateter urin 2,429 3,083 0,788 0,434

Operasi 5,348 3,737 1,431 0,158

Transfusi darah 7,418 3,262 2,274 0,027

Page 16: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

34

Tabel 4. Analisis bivariat antara faktor

prediktor mortalitas dengan masa rawat inap

setelah terdiagnosis HAP

*uji T

Variabel N Mean (days) P*

Faktor umum

Usia >60 tahun

<60 tahun

27

43

10,07

10,74

0,794

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

36

34

10,33

10,65

0,900

Rujukan Ya

Tidak

40

30

11,55

9,07

0,324

Rawat darurat Ya

Tidak

63

7

10,08

14,14

0,328

Perpindahan

lokasi rawat

Ya

Tidak

25

45

12,44

9,40

0,233

Onset Early-onset

Late-onset

17

53

9,88

10,68

0,785

Riwayat merokok Ya

Tidak

14

56

4,43

12,00

0,001

Komorbiditas

Diabetes Ya

Tidak

9

61

6,11

11,13

0,030

Stroke Ya

Tidak

13

57

7,08

11,26

0,190

Kanker Ya

Tidak

23

47

12,74

9,38

0,205

Penyakit jantung Ya

Tidak

30

40

10,30

10,63

0,898

Penyakit saluran

kemih

Ya

Tidak

41

29

10,95

9,83

0,658

Fraktur Ya

Tidak

6

64

11,67

10,38

0,855

Anemia Ya

Tidak

51

19

12,10

6,16

0,011

Intervensi klinis

Nasogastric tube Ya

Tidak

25

45

10,11

11,16

0,688

Kateter urin Ya

Tidak

31

39

11,71

9,51

0,382

Trakeostomi Ya

Tidak

1

69

2,00

10,61

0,413

Operasi Ya

Tidak

23

47

15,22

8,17 0,007

Transfusi darah Ya

Tidak

31

39

14,32

7,44 0,007

Page 17: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

33

Tabel 3. Analisis bivariat antara faktor

prediktor mortalitas dengan masa rawat inap umum

*uji T

Variabel N Mean (days) P*

Faktor umum

Usia >60 tahun

<60 tahun

27

43

19,56

19,09

0,898

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

36

34

18,17

20,44

0,516

Rujukan Ya

Tidak

40

30

19,85

18,50

0,703

Rawat darurat Ya

Tidak

63

7

18,25

28,43

0,078

Perpindahan

lokasi rawat

Ya

Tidak

25

45

25,40

15,78

0,007

Onset Early onset

Late onset

17

53

12,94

21,30

0,038

Riwayat merokok Ya

Tidak

14

56

13,43

20,73 0,018

Komorbiditas

Diabetes Ya

Tidak

9

61

13,67

20,10

0,217

Stroke Ya

Tidak

13

57

13,00

20,70

0,084

Kanker Ya

Tidak

23

47

25,87

16,04

0,007

Penyakit jantung Ya

Tidak

30

40

16,13

21,63

0,118

Penyakit saluran

kemih

Ya

Tidak

41

29

20,78

17,14

0,304

Fraktur Ya

Tidak

6

64

24,67

18,77

0,344

Anemia Ya

Tidak

51

19

21,73

12,68

0,019

Intervensi klinis

Nasogastric tube Ya

Tidak

25

45

23,40

16,98

0,076

Kateter urin Ya

Tidak

31

39

22,39

16,79

0,110

Trakeostomi Ya

Tidak

1

69

3,00

19,51

0,262

Operasi Ya

Tidak

23

47

27,91

15,04

0,002

Transfusi darah Ya

Tidak

31

39

26,35

13,64

<0,0001

Page 18: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

32

penggunaan nasogastric tube, kateter urin, tindakan

trakeostomi, operasi, dan transfusi darah.

Tabel 2. Analisis univariat pada faktor prediktor

mortalitas

Variabel N Persentase

Faktor umum

Usia ≥60 tahun

<60 tahun

27

43

38,6

61,4

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

36

34

51,4

48,6

Rujukan Ya

Tidak

40

30

57,1

42,9

Rawat darurat Ya

Tidak

63

7

90,0

10,0

Perpindahan lokasi

rawat

Ya

Tidak

25

45

35,7

64,3

Onset Early-onset

Late-onset

17

53

24,3

75,7

Riwayat merokok Ya

Tidak

14

56

20,0

80,0

Komorbiditas

Diabetes Ya

Tidak

9

61

12,9

87,1

Stroke Ya

Tidak

13

57

18,6

81,4

Kanker Ya

Tidak

23

47

32,9

67,1

Penyakit jantung Ya

Tidak

30

40

42,9

57,1

Penyakit saluran kemih Ya

Tidak

41

29

58,6

41,4

Fraktur Ya

Tidak

6

64

8,6

91,4

Anemia Ya

Tidak

51

19

72,9

27,1

Intervensi klinis

Nasogastric tube Ya

Tidak

25

45

35,7

64,3

Kateter urin Ya

Tidak

31

39

44,3

55,7

Trakeostomi Ya

Tidak

1

69

1,4

98,6

Operasi Ya

Tidak

23

47

32,9

67,1

Transfusi darah Ya

Tidak

31

39

55,7

44,3

Page 19: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

31

adalah 19,24 + 14,54 sedangkan masa rawat inap setelah

terdiagnosis HAP adalah 10,49 ± 10,36 hari. Gambar 3

menyatakan bahwa luaran klinis yang terjadi adalah

62,9% meninggal dunia dan 37,1% pulang, baik dalam

keadaan sembuh ataupun atas permintaan sendiri.

Tabel 1. Analisis univariat variabel tergantung

Gambar 3. Luaran klinis pada subjek penelitian

Secara umum, faktor prediktor mortalitas dapat

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu faktor umum,

komorbiditas, dan intervensi klinis. Faktor umum yang

dianalisis adalah kelompok usia, jenis kelamin,

rujukan, rawat darurat, perpindahan lokasi rawat,

onset, dan riwayat merokok. Faktor komorbiditas yang

dianalisis adalah diabetes, stroke, kanker, penyakit

jantung, penyakit saluran kemih, fraktur, dan anemia.

Sedangkan intervensi klinis yang dianalisis adalah

Hidup; 37,10%

Meninggal; 62,90%

Variabel Mean (days) Range (days)

Masa rawat inap total 19,24 ± 14,54 1 – 70

Masa rawat inap setelah

terdiagnosis HAP

10,49 ± 10,36 1 - 38

Page 20: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diambil dari Panitia

Pengendali Infeksi RSUP Dr. Sardjito tahun 2012,

terdapat 70 kasus Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)

dari populasi berisiko terinfeksi sebanyak 3.778 orang

(prevalensi 1,85%) dan 21.590 orang total pasien rawat

inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (0,32%). Populasi

berisiko terinfeksi adalah pasien dengan usia lanjut,

masa tirah baring lama, pemakaian instrument terkait

saluran nafas, penggunaan nasogastric tube, kondisi

paru abnormal, dan obesitas.

Terdapat 2 jenis infeksi Hospital-Acquired

Pneumonia (HAP) berdasarkan onset, antara lain early-

onset dan late-onset. Dalam analisis ini, masa rawat

inap umum pasien Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)

dihitung dari waktu terjadinya luaran klinis dikurangi

waktu masuk perawatan, sedangkan masa rawat inap

setelah terdiagnosis HAP dihitung dari waktu terjadinya

luaran klinis dikurangi dengan waktu pasien

terdiagnosis HAP. Tabel 1 menungkapkan rerata masa

rawat inap umum pada pasien HAP di RSUP Dr. Sardjito

Page 21: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

29

H. Analisis Hasil

Analisis hasil yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Uji T digunakan untuk menganalisis uji beda rerata

masa rawat inap menurut kelompok faktor prediktor.

2. Uji ANOVA digunakan untuk menganalis uji beda

rerata masa rawat inap menurut lokasi rawat inap.

3. Uji regresi linear digunakan untuk menganalisis

hubungan antara faktor prediktor mortalitas dengan

masa rawat inap.

Page 22: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

28

17 Trakeostomi Pasien yang mengalami

trakeostomi selama

perawatan

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

18 Operasi Pasien yang menjalani

operasi terbuka maupun

tertutup selama

perawatan

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

19 Transfusi darah Pasien yang mengalami

transfusi darah selama

perawatan

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

20 Masa rawat inap Masa rawat inap dihitung

dengan mengurangi

tanggal keluar dengan

tanggal masuk

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Hari Numerik

Page 23: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

27

8 Diabetes Pasien dengan riwayat

penyakit diabetes

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

9 Stroke Pasien yang dirawat

karena stroke atau

mempunyai riwayat stroke

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

10 Kanker Pasien yang didiagnosis

mengalami kanker

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

11 Penyakit jantung Pasien yang dirawat

karena penyakit jantung

atau mempunyai riwayat

penyakit jantung

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

12 Penyakit saluran

kemih

Pasien yang dirawat

karena penyakit saluran

kemih atau mempunyai

riwayat

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

13 Fraktur Pasien yang dirawat

karena fraktur

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

14 Anemia Pasien dengan tingkat HB

<13g/dL pada laki-laki

dan <12g/dL pada

perempuan

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

15 Nasogastric tube Pasien yang menggunakan

NGT selama perawatan

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

16 Kateter urin Pasien yang menggunakan

kateter urin selama

perawatan

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

Page 24: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

26

G. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No Variabel Pengertian Alat ukur Cara ukur Parameter Skala

1 Usia Usia pasien lebih dari

60 tahun

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

≥ 60 tahun

< 60 tahun

Nominal

2 Jenis kelamin Jenis kelamin pasien Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Laki-laki

Perempuan

Nominal

3 Rujukan Pasien yang dirujuk dari

rumah sakit lain

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

4 Rawat darurat Pasien yang masuk ke IRD

sebelum dirawat di

bangsal rumah sakit

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

5 Perpindahan

lokasi rawat

Pasien yang mengalami

perpindahan lokasi rawat

selama di rumah sakit

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

6 Onset Onset infeksi Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Early-onset

Late-onset

Nominal

7 Riwayat merokok Pasien dengan riwayat

merokok

Catatan

medis

Baca

catatan

medis

Ya

Tidak

Nominal

Page 25: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

25

rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit, baik

hidup maupun meninggal dunia.

Variabel tergantung kedua dalam penelitian ini

adalah masa rawat inap pada pasien setelah terdiagnosis

HAP. Masa rawat inap setelah terdiagnosis HAP ini

dihitung sejak pasien terdiagnosis HAP sampai dengan

pasien keluar dari rumah sakit, baik dalam luaran

klinis meninggal dunia maupun hidup, sembuh atau atas

permintaan sendiri.

Page 26: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

24

i. stroke

j. kanker

k. penyakit jantung

l. penyakit saluran kemih

m. fraktur

n. anemia

o. nasogastric tube

p. kateter urin

q. trakeostomi

r. operasi

s. transfusi darah

Variabel-variabel bebas dijelaskan dalam definisi

operasional pada halaman 25.

Penderita HAP didefinisikan sebagai seseorang

yang mengalami pneumonia setelah > 48 jam mulai

menjalani rawat inap di rumah sakit dan bukan pada masa

inkubasi bakteri saat memulai perawatan di rumah sakit

dan bukan disebabkan oleh pemasangan ventilator

mekanik.

II. Variabel tergantung

Variabel tergantung pertama dalam penelitian ini

adalah masa rawat inap pada pasien yang terdiagnosis

HAP secara umum. Masa rawat inap didefinisikan sebagai

lama pasien dirawat sejak mulai menjalani rawat inap di

Page 27: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

23

E. Instrumen Penelitian

I. Catatan medis

II. Cara penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode observasi

catatan medis pasien rawat inap di RSUP Dr. Sardjito

yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian data pasien

akan dikelompokkan berdasarkan penyakit yang mendasari

saat perawatan HAP kemudian dihubungkan dengan masa

rawat inap.

F. Variabel Penelitian

I. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor

prediktor luaran klinis pada penderita HAP, antara

lain:

a. usia

b. jenis kelamin

c. rujukan

d. rawat darurat

e. perpindahan lokasi rawat

f. onset

g. riwayat merokok

h. diabetes

Page 28: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

22

Gambar 2. Alur penentuan subjek penelitian

II. Metode Sampling

Metode sampling yang digunakan adalah total

sampling dari semua catatan medis pasien rawat inap

dengan kode ICD-10 J16.8 dan dengan diagnosis Hospital-

acquired Pneumonia (HAP) di RSUP Dr. Sardjito pada

tahun 2012.

Kriteria inklusi : pasien dewasa dengan catatan

medis cukup lengkap, yaitu catatan medis yang memiliki

data demografis dan klinis dasar lengkap (usia, jenis

kelamin, penyakit dasar, intervensi klinis).

21.590 pasien rawat inap di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2012

3778 pasien rawat inap berisiko terinfeksi

70 pasien HAP dewasa memenuhi kriteria

inklusi subjek penelitian

70 pasien dianalisis hubungan faktor

prediktor mortalitasnya dengan masa rawat

inap pasien

Page 29: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

21

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2013 di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan menggunakan data

sekunder dari catatan medis pasien rawat inap yang

terdiagnosis HAP.

D. Populasi Penelitian

I. Populasi

a. populasi target

Populasi target adalah pasien dengan

diagnosis Hospital-Acquired Pneumonia (HAP).

b. populasi terjangkau

Populasi target adalah pasien rawat inap

terdiagnosis HAP dengan kode ICD-10 J16.8 di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012.

c. eligible subject

Eligible subject adalah pasien HAP dewasa

dengan kode ICD-10 J16.8 di RSUP Dr. Sardjito

yang memenuhi kriteria inklusi.

Page 30: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian dilakukan dengan rancangan penelitian

observasional analitik dengan metode retrospective

cohort study.

Gambar 1. Desain penelitian

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien rawat inap dengan

diagnosis Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) pada tahun

2012 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Hospital-

Acquired

Pneumonia

(HAP)

Faktor

Prediktor

Mortalitas (+)

Faktor

Prediktor

Mortalitas (-)

Masa Rawat

Inap

retrospektif

penelitian

dimulai

Page 31: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

19

G. Kerangka Konsep

H. Hipotesis

Terdapat hubungan antara faktor prediktor mortalitas

dengan masa rawat inap pada pasien Hospital-acquired

Pneumonia (HAP) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada

tahun 2012.

Faktor

Risiko Variabel

Prediktor Luaran

Klinis

Demografik

Rujukan

Rawat darurat

Perpindahan

Riwayat merokok

Diabetes

Stroke

Kanker

Penyakit jantung

Penyakit saluran kemih

Fraktur

Anemia

Intervensi klinis

HAP

Luaran klinis

Meninggal Hidup

Early

onset

Late

onset

Masa

rawat

inap

Page 32: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

18

masker, gaun, kacamata, maupun pelindung lainnya akan

mengurangi risiko transmisi mikroorganisme dari pasien

ke tenaga kesehatan.

F. Kerangka Teori

Faktor risiko

internal:

Penggunaan antibiotik

yang irasional

Tingkat keparahan

penyakit utama

Status nutrisi

HAP

Early onset

Late onset

Hidup

Meninggal

Masa rawat inap

sebelum

terdiagnosis HAP

Patogen penyebab

H influenza

S pneumoniae

Methicillin susceptible S.

aureus

Patogen penyebab

P aeruginosa

Acitenobacter

Methicillin resistant S.

aureus

Faktor risiko

eksternal:

Masa rawat inap

Intervensi klinis

Perpindahan pasien

Penempatan pasien

Faktor Prediktor Mortalitas

Riwayat penyakit yang mendasari

Komorbiditas

Keadaan immunocompromized

Implementasi PPI pada HAP

Intervensi klinis

Masa rawat inap

setelah

terdiagnosis HAP

P

P

I

Page 33: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

17

(clinical governance). Pada tingkat rumah sakit,

terdapat Panitia Pengendali Infeksi yang terdiri dari

berbagai macam satuan, seperti administrasi, ahli

penyakit infeksi, ahli bedah, ahli mikrobiologi,

farmasi, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lain

lain. Fungsi utama Panitia Pengendalian Infeksi adalah

membentuk peraturan-peraturan-peraturan dan prosedur

mengenai pencegahan infeksi di rumah sakit tersebut

(Murphy et.al.,2001).

Garner (1996) menyatakan bahwa ada beberapa dasar

penting dalam pengendalian infeksi di rumah sakit.

Pertama, cuci tangan adalah langkah paling penting

untuk mengurangi risiko transmisi mikroorganisme dari

seeorang ke orang lainnya atau ke tempat yang berbeda

pada orang yang sama. Mencuci tangan dilakukan sebelum

dan sesudah kontak dengan pasien maupun darah atau

cairan tubuh lainnya. Kedua, penempatan pasien.

Penempatan pasien pada ruang rawat pribadi dapat

mengurangi transmisi mikroorganisme dibandingkan dengan

ruang rawat bersama. Ketiga, perpindahan pasien yang

terinfeksi. Pembatasan perpindahan atau pergerakan

pasien yang terinfeksi akan mengurangi adanya

kesempatan transmisi mikroorganisme di rumah sakit.

Selain itu, penggunaan alat pelindung diri seperti

Page 34: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

16

Johnston (2011) pada 69 pasien HAP di Kanada, rata-rata

masa rawat inap adalah 53,3 hari perawatan. Penelitian

lain dari Graves et.al. (2007) menyebutkan bahwa 27

pasien HAP di Australia memiliki rata-rata masa rawat

inap selama 15,19 hari. Sementara itu, penelitian Berba

et.al. (1999) mengemukakan bahwa HAP meningkatkan masa

rawat inap sebanyak hampir dua kali lipat, dari rata-

rata 15,1 hari perawatan pada 456 pasien non-HAP

menjadi rata-rata 29,7 hari perawatan pada pasien HAP

di rumah sakit di Filipina

Namun, faktor lain seperti keinginan pasien untuk

tinggal lebih lama di rumah sakit akan meningkatkan

risiko terjadinya HAP, sehingga dapat mempengaruhi

korelasi langsung antara HAP dan masa rawat inap

(Glance et.al., 2009).

E. Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

Healthcare-associated infection (HCAI) adalah

infeksi yang terjadi pada pasien atau tenaga kesehatan

sebagai hasil dari intervensi perawatan kesehatan.

Menurut Hawker et.al. (2005), pengendalian infeksi

dapat menurunkan tingkat infeksi nosokomial hingga 32%

di Amerika Serikat dan 10-15% di Inggris. Pengendalian

infeksi adalah bagian penting dari tata kelola klinis

Page 35: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

15

D. Masa Rawat Inap

Masa Rawat Inap atau Length of Stay (LOS) dapat

didefinisikan sebagai lamanya hari perawatan pasien di

rumah sakit. Secara umum dapat dihitung dari awal

pasien masuk ke rumah sakit (admission) sampai dengan

pasien keluar (discharge) atau meninggal dunia. Masa

rawat inap yang terlalu panjang dapat mencerminkan

ketidakefisiensian pada perawatan pasien, sedangkan

masa rawat inap yang terlalu pendek dapat berpengaruh

pada outcome pasien, seperti tingkat pemulihan maupun

kenyamanan pasien (OECD, 2011).

Pasien dengan kondisi HAP akan mengalami

peningkatan masa rawat inap di intensive care unit

(ICU), peningkatan lama perawatan di rumah sakit, serta

biaya perawatan pun juga akan bertambah (Connelly,

2009). Menurut Kollef et.al. (2005) pada 835 pasien HAP

di Amerika Serikat, rata-rata masa rawat inap adalah

15,2 hari. Sedangkan menurut penelitian Rosenthal

et.al. (2003) pada rumah sakit di Argentina, 307 pasien

dengan HAP (exposed) mengalami rata-rata masa rawat

inap di ICU sebanyak 19,68 hari dibandingkan dengan 307

pasien kontrol (unexposed) yang mengalami masa rawat

inap di ICU sebanyak 10.73 hari. Hal ini berarti adanya

perbedaan rata-rata sebanyak 8,95 hari. Menurut

Page 36: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

14

mereka yang dirawat pada bangsal geriatri. Selain itu,

juga terdapat faktor adverse event saat dirawat di

rumah sakit, seperti jatuh, deep vein thrombosis,

reaksi anafilaktik, dan lain lain. Intervensi klinis

pun mempengaruhi pula, seperti penggunaan kateter,

nasogastric tube, terapi obat anti inflamasi non-

steroid, terapi obat anti-koagulan, dan lain-lain.

Penyakit atau faktor risiko penyerta, seperti obesitas,

riwayat stroke, keganasan, jejas spinal, infeksi, serta

anemia saat perawatan.

Penyakit pada system saraf pusat menjadi salah

satu faktor prediktor mortalitas yang signifikan,

karena pada kondisi ini, dapat terjadinya penurunan

refleks batuk, melemahkan mekanisme menelan, dan

perubahan pada pola pernafasan. Keadaan-keadaan

tersebut akan memudahkan masuknya mikroorganisme

patogen penginfeksi HAP ke dalam saluran pernafasan

bawah (Fortaleza et. al., 2009). Selain komorbiditas

dan intervensi klinis, faktor demografi seperti usia

lebih dari 60 tahun juga menjadi salah satu faktor

prediktor mortalitas yang bermakna (Connelly, 2009).

Page 37: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

13

adalah Streptococcus alpha (33,3%), Staphylococcus

aureus (33,3%), E coli (11,1%), dan K pneumoniae

(22,2%).

C. Faktor Prediktor Mortalitas

Menurut Kollef et.al. (2005), pada 835 pasien HAP

yang dirawat di Amerika Serikat tahun 2002-2003,

terdapat berbagai macam faktor prediktor mortalitas

seperti riwayat kanker (23,6%), keadaan metastasis

(4,7%), terapi immunosupresan (19,0%), riwayat

peripheral vascular disease (13,8%), diabetes (28,6%),

riwayat penyakit liver kronis (3,2%), riwayat penyakit

paru-paru kronis (51,6%), riwayat penyakit ginjal

kronis (14,4%), penyakit kardiovaskular (47,4%),

keadaan immunocompromized (2,9%), HIV positif (0,6%),

riwayat stroke (15,6%), riwayat amputasi (4,9%),

riwayat CABG (9,9%), CHF (27,8%), riwayat PTCA (6,8%),

terapi insulin (10,4%), riwayat TIA (5,3%), riwayat

respiratory distress syndrome (0,2%), serta riwayat

AICD (0,6%).

Penelitian Graves et.al. (2007) menyebutkan

terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam masa

rawat inap, seperti kondisi kegawatan pasien saat

dirujuk dari rumah sakit lain, riwayat merokok, atau

Page 38: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

12

B. Klasifikasi HAP Berdasarkan Onset

Onset infeksi merupakan variabel epidemiologis

yang penting, karena merupakan faktor risiko patogen

spesifik dan outcome pasien yang terinfeksi. Early-

onset HAP didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi

pada 4 hari pertama perawatan, biasanya memiliki

prognosis yang lebih baik, dan kebanyakan disebabkan

oleh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik.

Sedangkan late-onset HAP merupakan infeksi yang terjadi

pada hari ke-5 perawatan atau seterusnya, kebanyakan

disebabkan oleh bakteri yang resisten (multi-drug

ressistant), dan diasosiasikan dengan dengan

peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien.

Bakteri patogen yang menyerang pada early onset

adalah Haemophyllus influenza, Streptococcus pneumonia,

dan Methicillin-susceptible Staphylococcus aureus

(Lynch, 2001). Late-onset HAP kebanyakan disebabkan

oleh bakteri gram negatif seperti P aeruginosa,

Enterobactericeae, Acitenobacter, atau Methicillin-

ressistant Staphylocccus aureus (MRSA). Menurut Hisyam

dan Suseno (1998) pada kejadian HAP di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta dari tahun 1990 sampai dengan

1994, bakteri tipikal terbanyak adalah Klabsiella

pneumoniae (100%), sedangkan bakteri campuran terbanyak

Page 39: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

11

Staphylococcus aureus menyebabkan 20% kasus HAP dan 13%

bakteremia (Richards et. al., 1999).

Terdapat beberapa faktor risiko lain dalam

terjadinya infeksi nosokomial, termasuk HAP, dimana

menurut Eveillard (2001) transfer pasien baik

intrahospital (antar bangsal perawatan) maupun

interhospital menjadi salah satu faktor risiko

terjadinya infeksi nosokomial. Hal ini terjadi karena

pasien dapat terpapar berbagai macam mikroorganisme

yang berbeda di tiap bangsal, dan juga kontak dengan

lebih banyak tenaga medis maupun pasien lain yang

mungkin terkolonisasi oleh mikroorganisme tertentu atau

bahkan terinfeksi.

Diagnosis klinis HAP ditentukan sebagai berikut:

Pasien dengan temuan positif pada kultur bakteri dari

saluran pernafasan lebih setelah lebih dari 2 hari

setelah hari pertama dirawat di rumah sakit (Kollef

et.al., 2005). Selain itu, juga adanya temuan klinis

seperti demam dengan suhu >38.8° C, leukositosis

(jumlah leukosit >10.000/mm3) atau leukopenia (jumlah

leukosit <4.000/mm3), sekresi purulen pada trakea, dan

temuan infiltrat yang baru atau persisten pada rontgen

thorax.

Page 40: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

10

Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter sp, Acinetobacter

sp terdapat pada 55-85% kasus, sedangkan kokus gram

negatif seperti Staphylococcus aureus terjadi pada 20-

30% kasus, dan 40% kasus adalah polimikrobial (Lynch,

2001). Faktor risiko lain seperti tingkat keparahan

penyakit utama, pemakaian alat bantu pernapasan mekanik

(ventilator), durasi perawatan di rumah sakit, dan

terapi antibiotik yang tidak adekuat atau rasional akan

mempengaruhi bakteri penginfeksi HAP.

Resistensi antimikrobial (microbial resistance)

juga salah satu faktor yang berpengaruh terhadap jenis

bakteri penginfeksi HAP. Menurut The National

Nosocomial Infection Surveillance System yang dikutip

Lynch (2001), di rumah sakit dan fasilitas kesehatan

lainnya di Amerika Serikat, dalam data sejak tahun

1970, disimpulkan bahwa beberapa patogen merupakan

penginfeksi oportunistik pada pasien Intensive Care

Unit (ICU), antara lain Acitenobacter sp, Methicillin-

resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dan

Enterobacter sp, sementara bakteri lain seperti

Klabsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa

memiliki angka prevalensi yang menurun. Sebuah analisis

di 97 rumah sakit di Amerika Serikat menyebutkan bahwa

Page 41: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)

Menurut ATS (2005), hospital-acquired pneumonia

adalah infeksi nosokomial dengan jumlah kasus terbanyak

kedua di Amerika Serikat. Dalam 1000 orang yang dirawat

di rumah sakit, diperkirakan terdapat 5-15 kasus HAP,

dengan tingkat insidensi yang meningkat 6 sampai dengan

20 kali lipat pada pasien dengan alat bantu pernapasan

mekanik (ventilator).

Angka mortalitas HAP berkisar antara 30% sampai

dengan 70%, namun kebanyakan pasien kritis yang

terinfeksi HAP meninggal karena penyakit utamanya,

bukan disebabkan langsung oleh infeksi HAP. Kematian

yang berhubungan dengan HAP diperkirakan sebesar 33%

sampai dengan 50% (ATS, 2004). Namun, angka mortalitas

pasien yang mendapatkan terapi antibiotik yang adekuat

lebih rendah 13% daripada pasien yang diterapi dengan

antibiotik empirik yang setelah pemeriksaan kultur,

ditemukan bahwa patogen tersebut resisten dengan

antibiotik tersebut (Uvizl et al, 2011).

Bakteri patogen yang menyebabkan infeksi HAP ada

berbagai macam. Bakteri gram positif, seperti

Page 42: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

8

Anemic during

hospital stay

2,63 hari (2,25-

3,06)

Emergency admission 2,23 hari (1,90-

2,61 hari)

Interhospital

transfer

2,57 hari (2,13-

3,10 hari)

Admitted to

geriatric unit

0,97 hari (0,78-

1,22 hari)

2. Berba, et.al. prospective

cohort,

635 pasien

179 HAP

456 non-HAP

Diagnosis HAP Catatan

medis

Masa rawat

inap

Catatan

medis

Pasien dengan

HAP mean masa

rawat inap 29,7

hari

Pasien tanpa HAP

mean masa rawat

inap 15,1 hari

p value <0,001

3. Rosenthal,

et.al.

prospective

cohort,

614 pasien

307 HAP

307 non-HAP

Diagnosis HAP Catatan

medis

Masa rawat

inap

Catatan

medis

Pasien dengan

HAP mean masa

rawat inap 19,68

hari

Pasien tanpa HAP

mean masa rawat

inap 10,73 hari

p value <0.000

Page 43: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

7

E. Keaslian Penelitian

No. Penulis,

Tahun

Desain,

Besar Sampel

Variabel Bebas Cara

Pengukuran

Variabel

Tergantung

Cara

Pengukuran

Hasil

1. Graves

et.al.,2007

prospective

cohort,

4.488 pasien

37 HAP

27 pasien

termasuk

inklusi masa

rawat inap

<40 hari

Any adverse event

during hospital stay

Catatan

medis

Masa rawat

inap

Catatan

medis

2,90 hari (2,43-

3,48 hari )

Deep vein thrombosis 2,81 hari (1,78-

4,42 hari )

Gastrointestinal

bleeding

1,36 hari (1,09-

1,70 hari)

NSAID therapy 1,98 hari (1,72-

2,29 hari)

Anti-coagulant

therapy

2,45 hari (2,08-

2,89 hari)

History of stroke 2,24 hari (1,82-

2,75 hari)

Malignancy 2,03 hari (1,72-

2,39 hari)

Coronary artery

disease

1,49 hari (1,27-

1,75 hari)

Obesity 1,74 hari(1,50-

2,02 hari)

Diabetes 1,98 hari(1,68-

2,34 hari)

Dyspnea during

hospital stay

2,06 hari (1,78-

2,38 hari)

Admitted with

fracture/dislocation

2,66 hari (2,10-

3,38 hari)

Page 44: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

6

III. Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran lebih

jelas mengenai hubungan faktor prediktor

mortalitas dan masa rawat inap pada pasien HAP,

dan juga dapat menjadi dasar untuk penelitian

lebih lanjut.

Page 45: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

5

C. Tujuan Penelitian

I. Tujuan umum adalah untuk mengetahui hubungan

antara faktor prediktor mortalitas dengan masa

rawat inap pada pasien HAP di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta pada tahun 2012.

II. Tujuan khusus adalah sebagai berikut:

a. Mengevaluasi prevalensi HAP di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2012.

b. Mengevaluasi masa rawat inap pada pasien HAP

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2012.

c. Menilai hubungan antara faktor prediktor

mortalitas dengan masa rawat inap pada pasien

HAP di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun

2012.

D. Manfaat Penelitian

I. Bagi pasien, dapat meningkatkan awareness terhadap

faktor risiko HAP dan kemungkinan-kemungkinan yang

akan terjadi, seperti masa perawatan di rumah

sakit serta hubungannya dengan biaya perawatan.

II. Bagi rumah sakit, dapat menjadi bahan evaluasi

mengenai masa rawat inap kasus HAP yang dalam hal

ini akan berpengaruh pada tingkat perputaran

tempat tidur (bed turn over) rumah sakit dan

kapasitas perawatan.

Page 46: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

4

komorbiditas terjadinya HAP yang bermakna, antara lain

adalah penyakit pada sistem saraf pusat dan ginjal.

Sedangkan menurut Kollef et.al. (2005), penyakit

kardiovaskular dan immunocompromized juga menjadi

faktor komorbiditas yang signifikan.

Infeksi nosokomial, dalam hal ini HAP, berpengaruh

pada length of stay atau masa rawat inap pasien dan

pada akhirnya berhubungan dengan biaya perawatan

pasien. Penelitian Glance et.al. (2011) menyebutkan

bahwa infeksi nosokomial, termasuk HAP, berpengaruh

secara signifikan dengan masa rawat inap dan biaya yang

dikeluarkan pasien untuk perawatan. Selain itu,

tingginya prevalensi HAP dan dampak signifikan pada

masa rawat inap dan terapi menjadikan HAP salah satu

kunci dalam penentuan total biaya perawatan (Baker

et.al, 2000).

B. Perumusan Masalah

Dari uraian mengenai latar belakang penelitian di

atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut: Bagaimana hubungan faktor prediktor

mortalitas dan masa rawat inap pada pasien Hospital-

Acquired Pneumonia (HAP) di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta?

Page 47: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

3

HAP merupakan infeksi nosokomial dengan jumlah

tertinggi kedua di Amerika Serikat, dan berhubungan

langsung dengan peningkatan angka mortalitas,

morbiditas, serta kenaikan biaya perawatan. Insidensi

cukup tinggi, antara lain antara 5 sampai dengan 15

kasus per 1.000 pasien, ditambah jumlah yang meningkat

6-20 kali pada pasien yang dirawat di layanan Intensive

Care Unit (ICU) dan menggunakan ventilator. Beberapa

studi juga menunjukkan bahwa HAP menyebabkan lama

perawatan pasien di rumah sakit bertambah rata-rata 7-9

hari (ATS, 2005) Namun, Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia (2003) menyebutkan, angka kejadian infeksi

HAP yang sebenarnya terjadi di Indonesia tidak

diketahui, karena balum ada studi komprehensif secara

nasional, dan hanya terdapat studi-studi yang dilakukan

oleh beberapa rumah sakit pemerintah dan swasta.

Tingkat mortalitas infeksi HAP adalah sekitar 30-

70%, namun pada pasien kritis, kebanyakan kematian

disebabkan oleh penyakit dasar kronis daripada infeksi

tersebut. Penyakit dasar tersebut merupakan faktor

komorbiditas HAP, seperti chronic heart disease,

cerebrovascular disease, neoplastic disease, serta

keadaan umum yang lemah (Miyashita, 2012). Menurut

Fortaleza et.al. (2009) terdapat beberapa faktor

Page 48: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

2

lebih dari 48-72 jam setelah pemasangan ventilator

(ATS, 2005). Kasus NVHAP terjadi pada instalasi rawat

inap dan terjadi pada pasien yang tidak menggunakan

ventilator, ataupun ditemukan positif bakteri pada

pasien dengan ventilator selama kurang dari 48 jam

setelah pemasangan (Connelly, 2009).

Patogen yang menyebabkan HAP berbeda dengan

patogen yang menyebabkan infeksi CAP. Hal ini

dipengaruhi oleh penggunaan antibotik berlebih dan

tidak rasional, serta penggunaan terapi immunomodulator

yang mulai berkembang (Lynch, 2001).

ATS (2005) menyebutkan bahwa onset infeksi HAP

adalah variabel epidemiologis penting dan merupakan

faktor risiko untuk patogen spesifik, serta berpengaruh

pada prognosis pasien. Early-onset HAP merupakan

infeksi yang terjadi pada 4 hari pertama perawatan,

biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dan

kebanyakan disebabkan oleh bakteri yang sensitif

terhadap antibiotik. Late-onset HAP adalah infeksi yang

terjadi pada hari ke-5 perawatan dan seterusnya,

kebanyakan disebabkan oleh bakteri multi-drug resistant

(MDR) yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas

pasien.

Page 49: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al. (2005),

selain community-acquired pneumonia (CAP) yang

disebabkan oleh patogen umum seperti Streptococcus

pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Haemophillus

influenza, dan lain lain, terdapat kategori Health-care

associated pneumonia (HCAP) dan Hospital-acquired

pneumonia (HAP). Health-care associated pneumonia

(HCAP) adalah infeksi yang dimana pada pasien ditemukan

kultur positif bakteri pernafasan selama 2 hari setelah

perawatan di pelayanan kesehatan, hemodialisis jangka

panjang, atau perawatan di rumah sakit 30 hari

sebelumnya tanpa penggunaan ventilator. Sedangkan

Hospital-acquired pneumonia (HAP) dapat dibagi lagi

menjadi dua subtipe, yaitu Ventilator-associated

pneumonia (VAP) dan Non-ventilator associated pneumonia

(NVHAP). VAP adalah kasus infeksi pneumonia yang

berhubungan langsung dengan intubasi endotrakeal yang

dihubungkan dengan ventilator mekanik untuk membantu

proses pernapasan pasien, dan ditemukan positif bakteri

Page 50: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

xii

ABSTRACT

Background : Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) is the second-most nosocomial infection in the United States which directly associated to the increase of mortality, morbidity, and hospital costs. HAP is associated to patients’ length of stay (LOS) in hospital and could be one of the evaluations of infection control in hospital.

Objectives : The research was done to evaluate the prevalence of HAP, LOS, and the relationship between predicting factors of mortality and LOS in Dr. Sardjito General Hospital in 2012.

Methods : The research was a retrospective cohort study. The research subjects were the inpatients diagnosed with HAP in Dr. Sardjito General Hospital in 2012. The variables that were assessed could be divided into 3 groups, general factors, comorbidity, and clinical intervention. The variables then analyzed with univariate, bivariate, and multivariate analysis.

Results : The prevalence of HAP in Dr. Sardjito General Hospital were 0,32% among all the hospitalized patients and 1,85% of the high risk population. The mean of patients’ entire LOS were 19,24 � 14,54 days and the mean of patients’ LOS after diagnosed with HAP were 10,49 � 10,36 days. Bivariate analysis showed the relationship between predicting factors of mortality and entire LOS were the intrahospital transfer, onset, smoking history, cancer, anemia, and surgical procedure, meanwhile the relationship between predicting factors of mortality and LOS after diagnosed with HAP were smoking history, diabetes, cancer, anemia, and surgical procedure. Multivariate analysis showed no significant relationship between predicting factors of mortality and LOS.

Conclusion : There were the relationship between the predicting factors of mortality and LOS

Keywords : Hospital-Acquired Pneumonia (HAP), nosocomial infection, length of stay, predicting factors of mortality.

Page 51: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

xi

INTISARI

LATAR BELAKANG : Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)merupakan infeksi nosokomial dengan jumlah tertinggi kedua di Amerika Serikat dan berhubungan langsung dengan peningkatan mortalitas, morbiditas, serta kenaikan biaya perawatan. HAP berpengaruh pada masa rawat inap pasien dan dapat menjadi evaluasi program pengendalian infeksi pada rumah sakit.TUJUAN PENELITIAN :Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi HAP dan masa rawat inap pada pasien HAP, menilai hubungan antara faktor prediktor mortalitas dengan masa rawat inap pada pasien HAP di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2012.METODE PENELITIAN : Penelitian ini dilakukan dengan rancangan kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien HAP di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012. Variabel yang diamati antara lain faktor demografis dan umum, komorbiditas, dan intervensi klinis. Data kemudian dianalisis univariat, bivariat, dan multivariat.HASIL PENELITIAN : Prevalensi HAP di RSUP Dr. Sardjito adalah 1,85% dari populasi berisiko dan 0,32% dari total pasien rawat inap. Rerata masa rawat inap umum pasien HAP adalah 19,24 � 14,54 hari, sedangkan rerata masa rawat inap pasien setelah terdiagnosis HAP adalah 10,49 � 10,36 hari. Analisis bivariat menunjukkan asosiasi faktor prediktor mortalitas dengan masa rawat inap umum yaitu perpindahan lokasi rawat, onset, riwayat merokok, kanker, anemia, operasi, dan transfusi darah. Sedangkan pada masa rawat inap setelah terdiagnosis HAP ditemukan hubungan dengan faktor riwayat merokok, anemia, operasi, dan transfusi darah. Analisis multivariat menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara faktor prediktor mortalitas dengan masa rawat inap.KESIMPULAN : Terdapat hubungan antara faktor prediktor mortalitas dengan masa rawat inap pada pasien HAP di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

KATA KUNCI : Hospital-acquired pneumonia (HAP), infeksi nosokomial, masa rawat inap, faktor prediktor mortalitas.

Page 52: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 …………………………………………………………………………………………………………….20Gambar 2 …………………………………………………………………………………………………………….22Gambar 3 …………………………………………………………………………………………………………….31Gambar 4 …………………………………………………………………………………………………………….40

Page 53: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ……………………………………………………………………………………………………………….31Tabel 2 ……………………………………………………………………………………………………………….32Tabel 3 ……………………………………………………………………………………………………………….33Tabel 4 ……………………………………………………………………………………………………………….34Tabel 5 ……………………………………………………………………………………………………………….35Tabel 6 ……………………………………………………………………………………………………………….36Tabel 7 ……………………………………………………………………………………………………………….39Tabel 8 ……………………………………………………………………………………………………………….39

Page 54: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

viii

4. Analisis Lokasi Rawat Inap terhadap Masa Rawat Inap ……………………………………………………………. 45

C. Kekurangan Penelitian ……………………………………………………. 48BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………….49B. Saran ……………………………………………………………………………………………………….49

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………….51Lampiran …………………………………………………………………………………………………………….54

Page 55: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………………………… iHalaman Pengesahan ………………………………………………………………………………… iiHalaman Pernyataan ………………………………………………………………………………… iiiPrakata ……………………………………………………………………………………………………………… ivDaftar Isi ……………………………………………………………………………………………………… viiDaftar Tabel ………………………………………………………………………………………………… ixDaftar Gambar ……………………………………………………………………………………………… xIntisari …………………………………………………………………………………………………………… xiAbstract …………………………………………………………………………………………………………… xiiBAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian ……………………………………….. 1B. Perumusan Masalah ………………………………………………………………. 4C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………. 5D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………. 5E. Keaslian Penelitian …………………………………………………………. 7

BAB II Tinjauan PustakaA. Hospital-Acquired Pneumonia ……………………………………. 9B. Klasifikasi HAP Berdasarkan Onset ……………………. 12C. Faktor Prediktor Mortalitas ……………………………………. 13D. Masa Rawat Inap ……………………………………………………………………. 15E. Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit ………………. 16F. Kerangka Teori ………………………………………………………………………. 18G. Kerangka Konsep ……………………………………………………………………. 19H. Hipotesis ……………………………………………………………………………………. 19

BAB III Metode PenelitianA. Jenis Penelitian ………………………………………………………………… 20B. Subjek Penelitian ………………………………………………………………. 20C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ……. 21D. Populasi dan Subjek Penelitian ……………………………. 21E. Instrumen Penelitian ………………………………………………………. 23F. Variabel Penelitian …………………………………………………………. 23G. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran … 26H. Analisis Hasil ………………………………………………………………………. 29

BAB IV Hasil dan PembahasanA. Hasil Penelitian …………………………………………………………………. 30B. Pembahasan …………………………………………………………………………………. 38

1. Ikhtisar Data …………………………………………………………………. 382. Analisis Hubungan Faktor Prediktor

Mortalitas dengan Rerata Masa RawatInap Umum ……………………………………………………………………………. 40

3. Analisis Hubungan Faktor Prediktor Mortalitas dengan Rerata Masa RawatInap Setelah Terdiagnosis HAP ………………………. 44

Page 56: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63149/potongan/S1-2013... · keadaan pasien tertentu, misalnya pasien yang harus dipindahkan

vi

menjadi motivasi penulis selama berkuliah di

Fakultas Kedokteran UGM.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

banyak pihak, walaupun penulis sadar masih banyak

kekurangan dalam penelitian maupun penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan

bimbingan dari berbagai pihak agar menjadi lebih baik

lagi di masa depan.

Yogyakarta, 1 Maret 2013

Penulis,

Nezzar Erraldin