BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Representesi ...€¦ · 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Representesi ...€¦ · 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN...
1
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap
Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film Thapki.
Fiske (dalam Eriyanto 2001 : 114), mengungkapkan bahwa persoalan
utama dalam representasi adalah bagaimana suatu realitas ditampilkan. Dalam
menampilkan suatu peristiwa, objek , gagasan, seseorang ataupun kelompok, ada
beberapa proses yang dihadapi.
Level pertama yakni peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas.
Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai
realitas oleh media. Dalam bahasa gambar (terutama televisi) hal ini pada
umumnya dapat berupa pakaian, lingkungan, tindakan atau tingkah laku serta
ekspresi.
Level kedua yakni bagaimana realitas itu digambarkan. Dalam media
(terutama televisi) hal ini digambarkan melalui teknik pengambilan gambar,
pemakaian kata, kalimat atau proposisi tertentu yang membawa makna tertentu
ketika diterima oleh khalayak.
Pada level ketiga yakni bagaimana sebuah peristiwa atau realitas
dikonvesi ke dalam kode- kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana
kode – kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan kedalam koherensi
sosial seperti kelas sosial atau kepercayaan yang dominan ada dalam
masyarakat.
Agar lebih jelas melihat representasi tindakan penerimaan dan penolakan
terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup dalam Film Thapki, berikut
ini akan dipaparkan beberapa potongan film yang peneliti ambil.
5.2. Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki.
Gambar 5.2.1.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki pada Screen Shoot 1.
Deskripsi Gambar.
Garis besar keseluruhan gambar dibawah menceritakan sebuah acara, yang dalam kebudayaan India disebut dengan
“Sayembar” yang diambil dari bahasa sansekerta “Swayamvara” yang memiliki arti “Memilih Sendiri”. Dalam kebudayaan
India, sayembar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dimana dalam kegiatan ini para orang tua dari gadis-
gadis dewasa di India melakukan semacam sayombara dengan mengundang para orang tua dari kaum pria untuk
memperkenalkan anak gadis mereka, dengan harapan bahwa ada salah satu dari sekian banyak pria beserta orang tuanya mau
menerima anak gadis yang diperkenalkan dalam acara ini untuk menjadi pasangan hidup. Demikian pula rangkaian gambar
dibawah.
SCENE DESKRIPSI
Thapki dan ayahnya diperkenankan oleh pembawa acara untuk
memperkenalkan diri dan menceritakan secara singkat latar
belakang keluarga mereka.
Ekspresi Thapki saat memperkenalkan dirinya, namun ekspresi
tersebut adalah ekspresi dimana Thapki memperkenalkan diri
namun dengan keadaan yang terbata-bata dalam berucap.
Beberapa orang tua beserta anak laki-lakinya yang secara
langsung meninggalkan tempat acara setelah mengetahui
kondisi Thapki, meskipun acara belum selesai.
Ekspresi kekecewaan dari para laki-laki dan beberapa orang
tua saat mengetahui bahwa Thapki adalah seorang gadis
gagap, sekalipun memiliki wajah yang cantik.
Tabel 5.2.1.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 1.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Tindakan / Tingkah Laku :
Tingkah laku yang tampak dari rangkaian
gambar diatas yaitu beberapa orang tua
beserta anaknya meninggalkan diadakannya
“sayembar” setelah mengetahui dan melihat
secara langsung keadaan Thapki yang
sesungguhnya.
Ekspresi :
Beberapa kelompok laki-laki dan beberapa
orang tua menunjukan ekspresi heran, tidak
dapat menerima, serta kecewa setelah
mengetahui bahwa Thapki adalah seorang
gadis yang cantik namun gagap.
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,Medium
shots dan teknik Close-up.Dalam gambar
(a) dan (c) digunakan teknik long shots
untuk menunjukan seluruh objek dan
background yang ada, kemudian pada
gambar (d), (e) dan (f) digunakan teknik
Medium shot, untuk menunjukkan lebih
dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek – objek yang ada,
serta menunjukan gerak – gerik maupun
ekspresi dari para objek. Pada gambar (b)
menggunakan teknik pengambilan gambar
Close-up, yang secara mendetail
menunjukan ekspresi serta memperlihatkan
Etnosentrisme
Serangkaian gambar diatas
menunjukan adanya sikap
merendahkan serta mengganggap
Thapki sebagai orang yang memiliki
kekurangan sehingga Thapki dianggap
tidak dan cocok bagi mereka yang
memiliki kondisi fisik normal.
Sombong / Takabur.
Rangkaian gambar diatas juga
menjelaskan adanya sikap yang sulit
menerima kekurangan yang dimiliki
orang lain, sehingga mengasingkan
orang yang memiliki kekurangan,
terutama kekurangan secara fisik
sebagaimana Thapki.
aktifitas atau kegiatan dari suatu objek
yang lebih dalam atau detail.
Kalimat Yang Diucapkan :
Pada gambar (d) terlihat pembawa acara
mencoba mengendalikan situasi serta
meyakinkan para laki-laki beserta orang
tua yang meninggalkan tempat acara agar
tidak hanya melihat kekurangan seorang
Thapki saja tapi bisa menilai sisi lain yang
di miliki oleh Thapki. Pembawa acara
menggunakan kata “Kekurangan” untuk
menunjukan kondisi Thapki yang gagap
dalam berbicara.
Gambar 5.2.2
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 2.
Deskripsi Gambar.
Tempat serta situasi pada rangkaian gambar dibawah ini masih sama dengan rangkaian gambar pada screen
shoot 1 pada halaman sebelumnya. Rangkaian gambar ini lebih menampilkan bagaimana para orang tua dari pihak laki-laki
menyampaikan rasa penolakan secara langsung pada pembawa acara atas kekurangan yang dimiliki oleh Thapki.
SCENE DESKRIPSI
Orang tua dari pihak laki-laki yang menyampaikan rasa
kekecewaan kepada pembawa acara atas kekurangan yang
dimiliki Thapki.
Orang tua dari pihak laki-laki yang menyampaikan rasa
kekecewaan kepada pembawa acara atas kekurangan yang
dimiliki Thapki.
Orang tua dari pihak laki-laki yang menyampaikan rasa
kekecewaan kepada pembawa acara atas kekurangan yang
dimiliki Thapki.
Pembawa acara meminta kepada Thapki dan ayahnya untuk
meninggalkan tempat acara, karena mereka tidak diterima oleh
pihak laki-laki serta keluarga mereka untuk terus mengikuti
acara tersebut.
Pembawa acara mengembalikan berkas-berkas yang
berhubungan dengan pribadi Thapki, dan meminta Thapki dan
ayahnya untuk meninggalkan acara tersebut.
Tabel 5.2.2
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 2.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Tindakan / Tingkah Laku :
Tingkah laku yang tampak dari rangkaian
gambar diatas yaitu beberapa orang tua secara
langsung menyampaikan pendapat yang
bersifat menolak untuk menjodohkan anak
laki-laki mereka dengan Thapki setelah
mengetahui bahwa dia adalah gadis gagap.
Hal ini ditunjukan pada gambar (a) dan (b).
Selain menyampaikan rasa penolakan dan
keberatan, ada pula orang tua yang langsung
meninggalkan acara “sayembar”. hal ini
ditunjukan melalui gambar (d).
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium
shots.Dalam gambar (c) dan (e) digunakan
teknik long shots untuk menunjukan
seluruh objek danbackgroundyang ada,
kemudian pada gambar (a), (b), (d) dan (f)
digunakan teknik Medium shot, untuk
menunjukkan lebih dekat
mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek – objek yang ada,
serta menunjukan gerak – gerik maupun
ekspresi dari para objek.
Kesempurnaan Fisik.
Adanya pandangan bahwa
kesempurnaan fisik seseorang turut
menjadi ukuran dalam memilih
pasangan hidup.
Kepercayaan.
Adanya pandangan kepercayaan
bahwa, orang yang lahir dengan
ketidaksempurnaan secara fisik, maka
kelahiran orang tersebut tidak direstui
oleh Tuhan.
Kelas Sosial.
Adanya pandangan bahwa seseorang
atau sekelompok orang dengan status
sosial yang tinggi sulit menerima
orang lain atau kelompok lain dengan
Penggunaan Kata :
Pada gambar (a) terlihat salah satu orang
tua menyampaikan penolakannya terhadap
Thapki. Berikut kalimat penolakan yang
diucapkan “bagaimana bisa kami
membawa putra kami untuk dinikahkan
dengan putri anda, sedangkan anak kami
terlahir sempurna dan dia (Thapki) dengan
keadaan yang seperti ini”
Hal diatas mendapat dukungan dari orang
tua lainnya, yang ditunjukan pada gambar
(b). Kalimat dukungan tersebut sebagai
berikut “jika dia (Thapki) terlahir dengan
keadaan seperti ini, itu membuktikan
bahwa kelahirannya tidak disertai oleh
restu para dewa”.
Penolakan juga ditunjukan melalui gambar
(d), dimana salah satu orang tua
menyatakan penolakannya kepada
pembawa acara dengan kalimat berikut
status sosial yang lebih rendah untuk
menjadi bagian dari orang atau
kelompok yang status sosialnya lebih
tinggi, terlebih lagi orang atau
kelompok yang status sosialnya lebih
rendah memiliki kekurangan secara
fisik, maka penerimaan akan sulit
terjadi.
“kami minta maaf untuk hal ini tuan
(pembawa acara). Kami datang dari
keluarga yang terhormat, mana mungkin
kami membawa gadis seperti dia untuk
menjadi bagian dari keluarga kami, untuk
itu kami akan meninggalkan acara ini”
Gambar 5.2.3.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 3.
Deskripsi Gambar.
Rangkaian gambar dibawah menceritakan tentang situasi dimana keluarga Thapki mengundang keluarga Dwikar
datang ke rumah mereka untuk memperkenalkan Thapki dengan Dwikar. Pada saat pertama Dwikar melihat Thapki, terlihat
senyuman kekaguman Dwikar atas kecantikan dari Thapki, sebaliknya dengan Thapki, dia juga tersenyum kagum melihat
ketampanan yang dimiliki oleh Dwikar. Senyum mereka menggambarkan adanya ketertarikan satu sama lain. Namun
senyuman kekaguman yang dipancarkan oleh Dwikar akhirnya berubah menjadi sebuah ekpresi heran, kecewa dan seakan tak
percaya bahwa Thapki tak sesempurna yang Dwikar bayangkan ketika Thapki memberi salam dan memperkenalkan dirinya
dengan terbata-bata mengucapkan salam perkenalan.
SCENE DESKRIPSI
Situasi bertemunya keluarga Thapki dengan keluarga Dwikar.
Dwikar melihat kekaguman dan kecantikan Thapki.
Ketika Thapki memperkenalkan dirinya dengan Dwikar.
Ketika Thapki memperkenalkan dirinya dengan terbata-bata
kepada Dwikar, terlihat Dwikar heran dan kecewa.
Ekspresi kekecewaan Dwikar setelah mengetahui bahwa
Thapki memiliki kekurangan dalam hal berbicara.
Tabel 5.2.3.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 3.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Ekspresi :
Adanya perubahan ekspersi dari senyuman
penuh kekaguman yang kemudian berubah
menjadi ekspresi penuh rasa heran dan seakan
tidak percaya bahwa Thapki yang cantik
ternyata tak sesempurna apa yang lihat dan
dibayangkan oleh Dwikar. Perubahan ekspresi
tersebut juga menggambarkan adanya
perubahan rasa dari rasa suka dan kagum
menjadi rasa penolakan dan tak bisa
menerima keadaan Thapki yang gagap.
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,Medium
shots dan teknik Close-up.Dalam gambar
(a) dan (b) digunakan teknik long shots
untuk menunjukan seluruh objek
danbackgroundyang ada, kemudian pada
gambar (c), (d) dan (e) digunakan teknik
Medium shot, untuk menunjukkan lebih
dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek – objek yang ada,
serta menunjukan gerak – gerik maupun
ekspresi dari para objek. Pada gambar(f)
menggunakan teknik pengambilan gambar
Close-up, yang secara mendetail
menunjukan ekspresi serta memperlihatkan
Anti Sosial
Garis besar dari rangkaian gambar
menunjukan adanya sikap anti sosial
yang tergambar melalui perubahan
ekspresi Dwikar. Perubahan ekspresi
ini menunjukan adanya sikap tidak
bisa menerima kekurangan yang
dimiliki oleh Thapki, sehingga rasa
suka yang awalnya timbul berubah
menjadi rasa penolakan dan
menganggap Thapki tidak layak untuk
dijadikan pasangan hidup.
Lebih detail, sikap sosial yang muncul
disini adalah antipati biologis, dimana
timbulnya rasa penolakan dan rasa
tidak suka terhadap seseorang atau
aktifitas atau kegiatan dari suatu objek
yang lebih dalam atau detail.
kelompok lain karena orang atau
kelompok tersebut dianggap memiliki
kekurangan atau ketidaksempurnaan
secara fisik.
Gambar 5.2.4.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 4.
Deskripsi Gambar.
Rangkaian gambar dibawah menggambarkan situasi dimana pada tempat Thapki bekerja diadakan talk show
yang membahas tentang pekerjaan. Salah satu narasumber dalam acara tersebut ialah Thapki, dan pemilik media swasta tempat
Thapki bekerja bertindak langsung sebagai pembawa acara. Dalam acara tersebut Thapki menyampaikan tentang pengalaman
bagaimana dia berjuang dalam dunia pekerjaan dengan kondisi fisik yang ia miliki. Jawaban –jawaban yang diberikan oleh
Thapki membuat Dhruv Pandey terkesima dan kagum terhadap pengetahuan, cara berpikir dan semangat juang yang dimiliki
oleh Thapki. Pada momen inilah awal mula Dhruv merasa tertarik dan menyukai Thapki.
SCENE DESKRIPSI
Situasi ketika Dhruv Pandey selaku pembawa acara bertanya
kepada Thapki tentang pengalaman kerja dengan kekurangan
yang dimiliki Thapki.
Ekspresi Dhruv Pandey ketika mendegar jawaban Thapki yang
membuat heran sekaligus kagum.
Ekspresi Dhruv Pandey ketika mendegar jawaban Thapki yang
membuat heran sekaligus kagum akan penegtahuan dan kerja
keras Thapki walaupun memiliki kekurangan.
Tabel 5.2.4.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 4.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Ekspresi :
Adanya ekspresi rasa kekaguman yang
muncul dari senyuman dan raut wajah Dhruv
Pandey ketika Thapki menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang Dhruv tanyakan.
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium
shots.Dalam gambar (a) digunakan teknik
long shots untuk menunjukan seluruh
Kerendahan Hati & Berjiwa Besar
Rangkaian gambar diatas menunjukan
adanya nilai kerendahan hati serta
berjiwa besar yang dimiliki oleh
Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai
objek danbackgroundyang ada, kemudian
pada gambar (b) dan (c) digunakan teknik
Medium shot, untuk menunjukkan lebih
dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek – objek yang ada,
serta menunjukan gerak – gerik maupun
ekspresi dari para objek.
Ucapan :
Sambil tersenyum dan menatap Thapki
dengan penuh kekaguman, dalam hatinya
Dhruv berkata demikian “Baru kali ini aku
melihat gadis seperti dia. Sekalipun dengan
kondisi yang terbatas dia memiliki
semangat dan kedewasaan yang belum
pernah ku temui pada gadis manapun,
selain itu dia wanita yang sangat cantik,
aku kagum padanya”
Thapki dari fisik semata, dia juga
melihat serta kagum dengan semangat
juang serta kedewasaan Thapki dalam
berpikir. Sekalipun kondisi Thapki
demikian tapi bagi Dhruv kekurangan
yang dimiliki Thapki bukanlah sebuah
halangan untuk menerima keberadaan
Thapki.
Gambar 5.2.5.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 5.
Deskripsi Gambar.
Rangkaian gambar dibawah memperlihatkan kondisi dimana Dhruv Pandey dan Thapki berada dalam satu mobil dan
duduk bersebelahan. Kejadian ini bermula ketika Thapki hendak pulang kerumah dan saat itu pula Dhruv Pandey pun hendak
meninggalkan kantor. Saat bertemu dengan Thapki, Dhruv menawarkan jasa tumpangan pada Thapki, tak hanya itu Dhruv
juga mengajak Thapki untuk makan bersama. Lebih spesifik rangkaian gambar diatas menunjukan saling memandang antar
Dhruv dan Thapki. Suasana didalam mobil saat itu hening karena antara keduanya bingung harus bagaimana memulai
percakapan. Pada saat yang sama Thapki merasa kedinginan karena suhu udara dalam mobil saat itu sangat dingin yang
disebabkan oleh tingginya suhu dingin pada AC mobil. Melihat Thapki kedinginan, Dhruv segera menutup fan AC yang
berada tepat didepan Thapki. Kejadian ini membuat Dhruv dan Thapki bertatapan dengan jarak yang lebih dekat dari
sebelumnya.
SCENE DESKRIPSI
Dhruv Pandey dan Thapki berada di mobil bersama dan duduk
bersebelahan.
Ekspresi ketika Dhruv Pandey memalingkan wajahnya ke
Thapki.
Ekspresi ketika Thapkimemalingkan wajahnya keDhruv
Pandey.
Dhruv Pandey dan Thapki saling memandang tanpa adanya
percakapan.
Thapki yang merasa kedinginan karena suhu udara yang ada di
dalam mobil.
Dhruv Pandey inisiatif menutup fan AC yang berada di depan
Thapki.
Dhruv Pandey berinisiatif menutup fan AC yang ada di depan
Thapki dan ekspresi Thapki akan kekaguman seorang Dhruv
Pandey.
Tabel 5.2.5.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 5.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Tindakan / Tingkah Laku :
Sekalipun tanpa mengucap sepatah kata,
namun Dhruv dengan cepat merespon bahasa
tubuh Thapki yang mengisyaratkan bahwa dia
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium
shots.Dalam gambar (a), (d) dan (e)
Kelas Sosial.
Busana serta latar tempat dari
rangkaian gambar diatas menunjukan
perbedaan kelas sosial antara Thapki
merasa kedinginan, sambil memerintahkan
sopirnya utuk menurunkan suhu AC mobil.
Ekspresi :
Keduanya hanya saling menatap satu sama
lain, tatapan tersebut menunjukan adanya rasa
sungkan dan kebingungan, dimana keduanya
merasa bingung harus dari mana membangun
percakapan di tengah suasana yang hening.
Busana& Latar.
Pakaian yang digunakan Dhruv terlihat lebih
mewah dan mahal dibandingkan dengan yang
digunakan Oleh Thapki. Selain itu latar dari
rangkaian gambar diatas menunjukan bahwa
momen tersebut terjadi didalam mobil milik
Dhruv pandey. Kedua hal ini menunjukan
perbedaan yang signifikan antara Dhruv dan
Thapki. Lebih jelas perbedaan ini merujuk
pada perbedaan status sosial keduannya.
digunakan teknik long shots untuk
menunjukan seluruh objek
danbackgroundyang ada, kemudian pada
gambar (b) dan (c) digunakan teknik
Medium shot, untuk menunjukkan lebih
dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek–objek yang ada, serta
menunjukan gerak–gerik maupun ekspresi
dari para objek. Pada gambar (f), (g) dan
(h) menggunakan teknik pengambilan
gambar Close-up, yang secara mendetail
menunjukan ekspresi serta memperlihatkan
aktifitas atau kegiatan dari suatu objek
yang lebih dalam atau detail.
dengan Dhruv, hal tersebut bukanlah
sebuah sekat penghalang badi Dhruv
untuk menerima keberadaan Thapki.
Sosialisme.
Dasar dari pandangan ini menekankan
bahwa manusia harus saling
membantu satu sama lain. Rangkaian
gambar diatas menunjukan nilai
tersebut melalui sikap cepat Dhruv
untuk menutup Fan AC yang berada
tepat didepan Thapki ketika dirinya
melihat bahwa Thapki merasa
kedinginan .
Gambar 5.2.6.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 6.
Deskripsi Gambar.
Rangkaian gambar dibawah menunjukan bahwa Dhruv dan Thapki sedang makan bersama. Pada momen tersebut
Thapki dengan rasa malu bercampur sedih mencurahkan isi hatinya kalau saja dirinya lebih sering merepotkan banyak orang di
tempat ia bekerja (kantor media swasta milik Dhruv Pandey). Thapki juga mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak pantas
untuk di berikan tumpangan apa lagi ditraktir makan oleh seorang Boss, ia merasa tak pantas untuk hal tersebut. Atas hal
tersebut Dhruv mengatakan bahwa bagi dirinya semua mahluk sama dimata Tuhan. Bagi Dhruv, momen yang sedang terjadi
adalah momen yang sangat jarang terjadi, terutama dengan seorang gadis cantik yang pintar dan punya semangat hidup yang
luar biasa. Hal tersebut diungkapkan Dhruv sambil menirukan gaya berbicara Thapki. Hal itu membuat Thapki merasa lucu
sehingga yang awalnya terlihat sedih menjadi tertawa riang dan lepas. Melihat Thapki tertawa demikian, Dhruv tersenyum
menatap wajah Thapki sembari dalam hati berkata bahwa baru kali ini dirinya melihat senyuman paling indah seperti yang
dimiliki oleh Thapki.
SCENE DESKRIPSI
Dhruv Pandey mengajak Thapki untuk makan bersama.
Momen dimana Dhruv Pandey membuka percakapan agar
Thapki menceritakan kepribadianya.
Dhruv Pandey mendengarkan curahan hati Thapki dan
menunjukan ekspresi Thapki yang sedih.
Ketika Dhruv Pandey menirukan gaya bicara Thapki yang
terbata-bata sehingga Thapki yang semula bersedih menjadi
tersenyum.
Ekspresi Dhruv Pandey dan Thapki ketika mereka terlihat
sudah akrab dan mulai terbuka satu sama lain.
Tabel 5.2.6.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam Film
Thapki Pada Screen Shoot 6.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Tindakan / Tingkah Laku :
Tingkah laku yang tampak dari rangkaian
gambar diatas yaitu adanya interaksi antara
Dhruv Pandey dengan Thapki. Interaksi yang
terjadi berupa curahan hati Thapki kepada
Dhruv tentang keadaan yang terjadi
dilingkungan kerjanya. Interaksi yang terjadi
juga berupa candaan, dimana Dhruv
menyampaikan tanggapannya dengan
menirukan gaya berbicara Thapki.
Ekspresi :
Pada awalnya ekspresi yang tampak adalah
ekspresi kesedihan ketika Thapki
menyampaikan apa yang dirasakan. Ekspresi
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,Medium
shots dan teknik Close-up.Dalam gambar
(a),(b)dan (g) digunakan teknik long shots
untuk menunjukan seluruh objek
danbackgroundyang ada, kemudian pada
gambar (c), (e) dan (h) digunakan teknik
Medium shot, untuk menunjukkan lebih
dekat mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek – objek yang ada,
serta menunjukan gerak – gerik maupun
ekspresi dari para objek. Pada gambar (f)
dan (d) menggunakan teknik pengambilan
gambar Close-up, yang secara mendetail
menunjukan ekspresi serta memperlihatkan
Kelas Sosial.
Busana serta latar tempat dari
rangkaian gambar diatas menunjukan
perbedaan kelas sosial antara Thapki
dengan Dhruv, hal tersebut bukanlah
sebuah sekat penghalang badi Dhruv
untuk menerima keberadaan Thapki.
Kerendahan Hati & Berjiwa Besar.
Rangkaian gambar diatas menunjukan
adanya nilai kerendahan hati serta
berjiwa besar yang dimiliki oleh
Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai
Thapki dari fisik semata. Sekalipun
kondisi Thapki demikian tapi bagi
Dhruv kekurangan yang dimiliki
Thapki bukanlah sebuah halangan
ini kemudian berubah menjadi senyum lepas
yang diiringi canda dan tawa diantara
keduanya ketika Dhruv melakukan sebuah
lelucun yaitu menirukkan gaya Thapki
Berbicara.
Buasna Dan Latar.
Busana yang digunakan oleh keduanya
terlihat berbeda.perbedaan ini merujuk pada
perbedaan kelas sosial antara keduanya.
Tempat yang ditampilkan meruakan sebuah
tempat makan yang terletak di pinggr jalan.
Setting latar ini menunjukan adanya
penerimaan oleh Dhruv yang kelas sosialnya
jauh lebih tinggi dibandingkan Thapki. Hal ini
menunjukan bahwa Dhruv tidak keberatan
untuk masuk pada lingkungan atau ruang
lingkup hidup Thapki yang kelasnya jauh
dibawah jika dibandingkan dengan dirinya.
Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan tempat atau pilihan tempat makan,
aktifitas atau kegiatan dari suatu objek
yang lebih dalam atau detail.
Bentuk Kalimat :
Pada percakapan yang mewakili
serangkaian gambar diatas, terdapat bentuk
kalimat tidak langsung yang menandakan
rasa penerimaan Dhruv pada Thapki.
Kalimat ini diucapkan Dhruv untuk
meyakinkan Thapki bahwa dirinya tidak
perlu khawatir ataupun sungkan kepada
Dhruv. Kalimat tersebut sebagai berikut
“Tak ada yang perlu kamu cemaskan
Thapki, karena kita semua sama dihadapan
Sang Pencipta”
Melalui kalimat ini, sesungguhnya Dhruv
ingin mengungkapkan bahwa seperti
apapun keadaan Thapki, dirinya akan tetap
menerima karena bagi Dhruv baik kaya
maupun miskin, sempurna ataupun tidak,
semuanya manusia posisinya sama
untuk menerima keberadaan Thapki.
Religius.
Nilai atau pandangan religius juga
ditonjolkan dalam serangkaian gambar
diatas. Nilai ini gambarkan melalui
kalimat yang diucapkan Dhruv Pandey
yang menekankan pada kesamaan
posisi manusia di hadapan Tuhan
sebagai sang pencipta.
karena tempat makan sebagaimana yang di
gambarkan merupakan tempat yang biasanya
didatangi oleh kelompok masyarakat sekelas
Thapki.
dihadapan Tuhan, dan atas dasar pemikiran
inilah ia dapat menerima keadaan Thapki
apa adanya.
Gambar 5.2.7.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 7.
Deskripsi Gambar.
Peristiwa yang ditampilkan melalui serangkaian gambar dibawah adalah peristiwa dimana ibunda dari Dhruv Pandey
datang kekamar Dhruv dan memaksa agar Dhruv memutuskan hubungannya serta membatalkan niatnya untuk menikahi
Thapki, karena Dhruv akan dinikahkan dengan Bihaan anak gadis dari sahabat ibunya Dhruv Pandey. Sang ibu menilai bahwa
mereka adalah keluarga kaya yang terpandang sehingga ia merasa tidak cocok apabila anaknya menjalani hubungan dengan
seorang gadis dari kalangan biasa dan juga gagap dalam berbicara. Sang ibu menyatakan bahwa gadis yang terlahir cacat
adalah kutukan dari para Dewa karena kesalahan masa lalu orangtunya, sehingga akan membawa malapetaka apabila Dhruv
menikahi Thapki dikemudian hari. Namun demikian Dhruv tetap pada pendiriannya dan dengan tegas akan mempertahankan
hubungannya dengan Thapki walaupun dia berasal bukan dari keluarga yang kaya dan terpandang. Dhruv bersikeras akan
menikahi Thapki dan menerima Thapki dengan keadaan apapun, termasuk menerima Thapki walaupun ia gagap.
SCENE DESKRIPSI
Ibunda Dhruv Pandey ketika menemui anaknya untuk segera
memutuskan hubungannya dengan Thapki karena melihat
kondisi Thapki yang memiliki kekurangan dan menurutnya
tidak pantas untuk Dhruv Pandey.
Dhruv Pandey meyakinkan ibunya akan tetap menjalani
hubungannya dengan Thapki.
Dhruv Pandey meninggalkan ibundanya begitu saja setelah
meyakinkan Ibundanya untuk tetap menjalani hubungannya
dengan Thapki.
Tabel 5.2.7.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup
Dalam Film Thapki Pada Screen Shoot 7.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Tindakan / Tingkah Laku :
Tingkah laku yang tampak dari rangkaian
gambar diatas yaitu adanya interaksi antara
Dhruv Pandey dengan ibunda Dhruv Pandey.
Interaksi yang terjadi berupa dimana ibunda
Dhruv Pandey memaksa agar Dhruv
memutuskan hubungannya serta membatalkan
niatnya untuk menikahi Thapki.
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,dan Medium
shots.Dalam gambar (a), dan (e) digunakan
teknik long shots untuk menunjukan
seluruh objek danbackgroundyang ada,
kemudian pada gambar (b), (c) dan (d)
digunakan teknik Medium shot, untuk
menunjukkan lebih dekat
Kelas Sosial.
Busana serta konteks pembicaraan dari
rangkaian gambar diatas nemunjukan
perbedaan kelas sosial antara Thapki
dengan keluarga Dhruv. hal tersebut
menjadi salah satu alasan utama
ibunda dari Dhruv Pandey menolak
anaknya menjalin hubungan dengan
Thapki.
Ekspresi :
Ekspresi yang tampak dari wajah Dhruv
adalah ekspresi kesedihan dan kekecewaan
karena dirinya dipaksa memutuskan
hubungan dengan Thapki, wanita yang
dicintainya.
Busana.
Busana yang digunakan oleh Dhruv dan
ibunya terlihat mewah dan elegan, ditambah
lagi dengan beberapa perhiasan mahal yang
digunakan oleh ibunda dari Dhruv Pandey.
Hal ini menggambarkan dengan jelas
tingkatan kelas sosial dari keluarga Dhruv
Pandey.
Intonasi.
Tekanan suara atau intonasi dalam
percakapan yang tergambar melalui rangkaian
gambar diatas terdengar keras, hal ini
menandakan bahwa level pembicaraan sangat
serius dan mengandung ketegasan.
mengenaiaktifitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh objek – objek yang ada,
serta menunjukan gerak – gerik maupun
ekspresi dari para objek.
Bentuk Kalimat :
Bentuk penolakan digambarkan melalui
beberapa kalimat yang menyatakan adanya
perbedaan sosial antara keluarga Pandey
dengan keluarga dari Thapki. Selanjutnya
penolakan digambarkan dengan rangkaian
kalimat yang merujuk pada kondisi Thapki
yang gagap serta menganggap bahwa
kondisi tersebut adalah kutukan sejak lahir
dan akan membawa dampak buruk bagi
keluarga Pandey ababila Dhruv kelak akan
menikahi Thapki. Kalimat yang dimaksut
sebagai berikut “Dhruv anakku, alangkah
baiknya kamu segera mengahiri hubungan
mu dengan gadis cacat itu. Lihatlah diri
mu, kamu terlahir sebagai orang yang
Kepercayaan.
Percakapan yang terkandung dalam
rangkaian gambar diatas menunjukan
adanya unsur keyakinan atau
kepercayaan masyarakat india bahwa
gadis yang terlahir cacat adalah
kutukan dari Tuhan atas kesalahan
orang tuanya di masa lalu dan gadis
tersebut akan membawa malapetaka
bagi keluarga laki-laki yang
menikahinya.
Diskriminasi.
Adanya unsur diskriminasi bahwa
orang yang terlahir cacat tidak layak
dan pantas menjadi bahagian dari
orang yang terlahir dengan keadaan
tanpa cacat. Unsur diskriminasi ini
digambarkan melalui perkataan yang
dilontarkan ibunda dari Dhruv Pandey.
terhormat, keluargamu sangat terpandang,
sangat tidak pantas jika kamu terus
menjalin hubungan dengan gadis itu.
Lagipula ia membawa kutukan
keluarganya sejak lahir, hal ini akan
membawa bencana jika kamu memilih
untuk menikahi gadis itu. Ingat Dhruv, ibu
tidak akan pernah merestui jika kamu lebih
memilih gadis cacat itu.
Bentuk penerimaan digambarkan melalui
kalimat yang diucapkan Dhruv sebagai
berikut “aku tidak perduli apapun yang ibu
katakan atau dunia katakan tentang Thapki.
Aku sangat mencintai dia, sekalipun dia
adalah gadis cacat, seperti yang ibu
katakan !
Kerendahan Hati & Berjiwa Besar.
Rangkaian gambar diatas menunjukan
adanya nilai kerendahan hati serta
berjiwa besar yang dimiliki oleh
Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai
Thapki dari fisik semata. Sekalipun
kondisi Thapki demikian tapi bagi
Dhruv kekurangan yang dimiliki
Thapki bukanlah sebuah halangan
untuk menerima keberadaan Thapki.
Ketulusan & Berjiwa Besar.
Rangkaian gambar diatas menunjukan
adanya nilai ketulusan hati serta
berjiwa besar yang dimiliki oleh
Dhruv Pandey. Dhruv tidak menilai
Thapki dari fisik semata. Sekalipun
kondisi Thapki demikian tapi bagi
Dhruv kekurangan yang dimiliki
Thapki bukanlah sebuah halangan
untuk menerima keberadaan Thapki.
Gambar 5.2.8.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 8.
Deskripsi Gambar.
Rangkaian gambar dibawah menunjukan momen dimana Dhruv Pandey datang kerumah Thapki kemudian
bertemu seluruh keluarganya dan kemudian melamar Thapki dihadapan orang tua dan saudara-saudari dari Thapki. Dengan
kesungguhan hati Dhruv menyatakan niatnya untuk menikahi Thapki. Pada saat itu Thapki sempat menolak bahwa dia beserta
keluarganya bukan keluarga yang pantas dan layak dimata keluarga Dhruv. Thapki juga mengatakan bahwa dirinya bukanlah
gadis yang terlahir dengan sempurna yang nantinya akan membawa aib serta malapetaka bagi Dhruv dan keluarganya, namun
Dhruv meyakinkan Thapki bahwa dirinya tulus mencintai Thapki, ia bahkan tidak mempermasalahkan masalah status sosial
keluarga dan juga kondisi Thapki yang berkekurangan, karena Dhruv mencintai Thapki apa adanya, Thapki sangat berarti
dalam kehidupan Dhruv Pandey.
SCENE DESKRIPSI
Dhruv Pandey menemui Thapki berserta keluarga Thapki
untuk serius melamar Thapki.
Ekspresi Dhruv Pandey tampak serius ketika melamar Thapki
dan Dhruv Pandey memberikan sebuah cincin untuk
meyakinkan Thapki.
Ekspresi kebahagiaan Thapki ketika dilamar Dhruv Pandey.
Ekspresi Kegembiraan Dhruv Pandey ketika lamarannya
diterima oleh Thapki.
Tabel 5.2.8.
Representesi Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan Hidup Dalam
Film Thapki Pada Screen Shoot 8.
LEVEL REALITAS LEVEL REPRESENTASI LEVEL IDEOLOGI
Tindakan / Tingkah Laku :
Dhruv Pandey datang menemui Thapki dan
melamar Thapki didepan orang tua dan
saudara–saudarinya. Dhruv menunjukan
cincin emas yang dibawanya untuk melamar
Thapki.
Ekspresi :
Baik Thapki maupun Dhruv, sama – sama
memancarkan ekspresi yang penuh dengan
keseriusan dan kesungguhan hati, yang
Editing:
Editing yang digunakan yang dalam scene
diatas yaitu teknikLong shots,dan dan
Close Up.Dalam gambar (a), digunakan
teknik long shots untuk menunjukan
seluruh objek danbackgroundyang ada.
Pada gambar yang lainnya menggunakan
teknik pengambilan gambar Close-up,
yang secara mendetail menunjukan
ekspresi serta memperlihatkan aktifitas
Kelas Sosial.
Busana serta konteks pembicaraan dari
rangkaian gambar diatas menunjukan
perbedaan kelas sosial antara Thapki
dengan keluarga Dhruv. Hal tersebut
menjadi salah satu alasan utama
ibunda dari Dhruv Pandey menolak
anaknya menjalin hubungan dengan
Thapki.
diakhiri dengan ekspresi senyum haru bahagia
ketika Thapki dan kelarganya menerima
lamaran Dhruv Pandey.
Intonasi.
Intonasi yang terdengar pada momen ini ialah
intonasi lembut serta perlahan yang diiringi
dengan getaran suara baik oleh Dhruv
maupun Thapki. Hal ini menggambarkan
bahwa momen ini penuh dengan unsur
keseriusan dan juga kondisi haru dan
menyentuh.
Buasna.
Busana yang digunakan oleh Dhruv Pandey
dengan Thapki beserta keluarganya terlihat
berbeda. Busana yang dikenakan oleh Dhruv
terlihat mewah dibandingkan busana yang
dikenakan Thapki beserta keluarganya yang
terlihat biasa saja. Perbedaan ini merujuk
pada perbedaan kelas sosial antara keduanya.
atau kegiatan dari suatu objek yang lebih
dalam atau detail.
Ketulusan & Berjiwa Besar.
Rangkaian gambar diatas menunjukan
adanya nilai ketulusan hati serta
berjiwa besar yang dimiliki oleh
Dhruv Panday. Dhruv tidak menilai
Thapki dari fisik semata. Sekalipun
kondisi Thapki demikian tapi bagi
Dhruv kekurangan yang dimiliki
Thapki bukanlah sebuah halangan
untuk menerima keberadaan Thapki.
5.3. Pembahasan
Tindakan Penerimaan Dan Penolakan Terhadap Penyandang Stutter Sebagai Pasangan
Hidup Dalam Film Thapki.
Setelah melakukan proses seleksi, pengelompokan, serta analisis beberapa Scene dari
filmThapki dengan teori semiotika John Fiske sebagaimana telah dilakukan diatas, ditemukan
bahwa penerimaan dan penolakan perhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup
sebagai berikut :
5.3.1. Pada Level Realitas
Level menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai
realitas oleh media, Fiske (dalam Eriyanto, 2001:114). Melalui kajian atas level ini
ditemukan bahwa penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter sebagai
pasangan hidup dikonstruksi sebagai realitas dalam film Thapki melalui beberapa hal
yakni sikap dan tingkah laku. Hal ini digambarkan dengan adanya sikap acuh dan
menjauhi penyandang stutter. Selain sikap dan tingkah laku, adanya perubahan
ekspresi. Pada tahap awal mungkin saja ekspresi yang akan timbul adalah ekpresi
kekaguman,rasa senang dan bahagia bahkan ekspresi yang menunjukan adanya
ketertarikan terhadap lawan jenis, namun ekspresi ini dalam sekejap dapat berubah
menjadi ekspresi kekecewaan, setelah mengetahui bahwa lawan jenis tersebut
memiliki kekurangan secara fisik, dalam hal ini penyandang stutter atau gagap dalam
berbicara.
Hal berikutnya adalah tata busana. Setiap individu tentunya memiliki standar
tertentu dalam memilih pasangan. Standar ini bisa saja berbagai macam hal dan salah
satunya adalah tata busana. Penggunaan busana oleh seseorang menggambarkan
selera modis serta kelas sosial tertentu. Rasa kecewa, rasa ketidakcocokan yang
berujung pada tindakan yang bersifat penolakan biasanya akan muncul ketika orang
yang diharapkan menjadi pasangan berpenampilan atau berbusana jauh dibawah
standar yang telah ditetapkan.
Berbagai tindakan tersebut menggambarkan bahwa adanya penolakan
terhadap penyandang stutter, sekalipun penyandang stutter tersebut memiliki wajah
yang cantik serta berkepribadian baik. Tindakan penolakan yang demikian secara
tidak langsung merendahkan keadaan fisik seseorang. Penolakan ini didasarkan pada
penilaian atas kelas sosial, selera dalam berbusana serta kesempurnaan dari kondisi
fisik seseorang, atau dengan katalain, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Andi
Mappiere (dalam Putra, 2014:07) bahwa penolakan – penolakan seperti ini adalah
penolakan yang didasari ciri pribadi atau kepribadian orang yang melakukan
penolakan tersebut.
Pada level realitas juga menunjukan adanya tindakan penerimaan terhadap
penyandang stutter sebagai pasangan hidup. Hal ini tampak dari tingkah laku dimana
munculnya tingkah laku yang memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa
rendah diri dalam diri penyandang stutter tersebut. Selain tindakan tersebut, adanya
kerterbukaan serta membuka ruang interaksi dan komunikasi, merupakan tindakan
yang menggambarkan adanya penerimaan terhadap penyandang stutter tanpa melihat
kekurangan yang dimiliki.
Sikap menerima apa adanya tanpa memandag latar belakang sosial, serta
senyum tulus yang terpancar dari setiap ekspresi saat berinteraksi, menjadi langkah
yang tepat untuk membuka sekat perbedaan yang ada. Tindakan serta ekspresi yang
demikian menjadi suatu tanda atau signal bagi penyadang stutter bahwa merekapun
layak dan pantas untuk diterima dalam bahkan menjadi pendamping hidup bagi
mereka yang terlahir tanpa ada kekurangan secara fisik. Dengan adanya merasa
diterima, para penyandang stutter akan mendapatkan kembali indentitas diri, rasa
percaya diri, serta harga diri mereka.
5.3.2. Level Representasi
Level representasi yaitu level yang menunjukan bagaimana realitas itu
digambarkan. Melalui kajian atas level ini ditemukan bahwa penerimaan dan
penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup digambarkan melalui
teknik pengambilan gambar. Hal ini bertujuan menunjukan latar, objek, serta berbagai
tindakan, ekspresi maupun kegiatan yang menggambarkan tindakan penolakan dan
penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan hidup.
Selain menggunakan teknik pengambilan gambar, tindakan penerimaan dan
penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pendamping hidup juga digambarkan
melalui penggunaan kata kekurangan, cacat, lahir dengan kondisi tidak sempurna,
pembawa bencana, kutukan sang pencipta. Sederetan kata dan kalimat tersebut
merupakan kata maupun kalimat yang menggambarkan adanya penolakan
digambarkan yang merujuk pada kondisi fisik dari orang yang menyandang sttuter.
Selain merujuk pada kondisi fisik, adapula kata maupun kalimat yang
menggambarkan penolakan terhadap penyandang stutter, dimana kata atau kalimat
yang dimaksud merujuk pada status sosial, seperti ; terlahir sebagai orang yang
terhormat, kelarga sangat terpandang, dan ada pula kalimat penegasan yang
menggambarkan penolakan terhadap penyandang stutter, seperti “ibu tidak akan
pernah merestui jika kamu lebih memilih gadis cacat itu.”
Gambaran penolakan tersebut menunjukan minimnya rasa untuk menghargai
secara keseluruhan apa yang ada di dalam diri orang lain tanpa syarat, sekalipun orang
tersebut memiliki kekurangan secara fisik. Gambaran penolakan seperti ini membuat
penyandang stutter merasa bahwa kesempatannya untuk bebas berada dalam
lingkungan tertentu dan menjadi bagian dari kelompok tertentu, bahkan menjadi
bagian dari hidup orang lain adalah sesuatu yang mustahil. Hal inilah yang dimaksud
oleh Andi Mappiere (dalam Putra, 2014:07) bahwa penolakan membunuh hak dan
kesempatan bagi seseorang untuk menikmati lingkungannya secara utuh.
Pada level ini, tindakan penerimaan digambarkan dengan kata maupun kalimat
seperti “aku tidak perduli apapun yang ibu katakan atau dunia katakan tentang dia”,
“kita semua sama dihadapan Sang Pencipta”. Kalimat-kalimat ini menunjukan adanya
tindakan penerimaan terhadap penyandang stutter sebagai pendamping hidup tanpa
melihat kekurangan serta kelemahan fisik yang dimiliki. Gambaran penerimaan
seperti ini memberi kesempatan dan hak mereka untuk menikmati lingkungannya
secara untuh.
5.3.3. Level Ideologi
Level ini bagaimana sebuah peristiwa atau realitas dikonvesi ke dalam kode -
kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana kode–kode representasi
dihubungkan dan diorganisassikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial atau
kepercayaan yang dominan yang ada dalam masyarakat, Fiske (dalam Eriyanto,
2001:114). Melalui kajian atas level ini, ditemukan beberapa pandangan serta nilai-
nilai dalam kehidupan realitas yang tersaji. Pandangan, gagasan atau nilai-nilai yang
dimaksud seperti etnosentrisme, kesombongan, kepercayaan, kelas sosial, sikap anti
sosial, ketulusan, dan kerendahan hati.
Dalam hubungannya dengan tindakan penolakan dan penerimaan terhadap
penyandang stutter sebagai pasangan hidup, maka dapat dilihat bahwa pandangan,
gagasan dan nilai- nilai tersebut mempengaruhi keputusan untuk melakukan tindakan
penolakan dan penerimaan. Etnosentrisme, kesombongan, sikap anti sosial yang
dimiliki tentunya akan mempengaruhi individu untuk menerima kekurangan
seseorang. Individu dengan pandangan, gagasan atau nilai-nilai tersebut cenderung
menganggap kekurangan yang dimiliki oleh seseorang, terutama ketidaksempurnaan
fisik sebagai individu yang lemah, sehingga kelemahan orang lain menjadi faktor
pendorong dilakukannya tindakan penolakan, terutama dalam memilih pasangan
hidup.
Kepercayaan terhadap ajaran, pandangan, serta budaya tertentu turut
mempengaruhi keputusan untuk menolak atau menerima seseorang dengan
kekurangan atan keterbatasan fisik untuk menjadi pasangan hidup. Sebagaimana yang
terungkap pada pemaparan sebelumnya bahwa bagi masyarakat di India, gadis yang
lahir dengan keterbatasan fisik dianggap sebagai kutukan dari pencipta atas
kesalahan-kesalahan orangtuanya pada masa lalu, dan gadis yang lahir dengan
keterbatasan ini akan membawa dampak buruk bagi setiap lelaki yang menikahi
mereka. Sadar ataupun tidak, kekuatan dari budaya inilah yang menggerakan tindakan
penolakan terhadap gadis dengan keterbatasan fisik. Hal ini secara tidak langsung
telah menutup ruang interaksi serta kesempatan bagi gadis-gadis di India yang lahir
dengan keterbatasan fisik untuk menikmati lingkungannya seara utuh serta menjadi
bagian dari kelompok lain ataupun memperoleh pasangan hidup yang diimpikan.