BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub...
Transcript of BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub...
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Obyek Daya Tarik Wisata Suaka Alam Merapi
Obyek daya tarik wisata (ODTW) Suaka Alam Merapi dibagi menjadi dua
cluster, yaitu obyek di dalam kawasan dan obyek di luar kawasan (Gambar 4).
Sembilan obyek yang berada di dalam kawasan, yaitu Pesangrahan Bung Hatta
(PBH), Parak Batuang (PB), Shelter Paninjauan (SP), Terowongan Pakis (TP),
Cadas (C), Tugu Abel Tasman (TAT), Kawah Merapi (KM), Puncak Merpati
(PM) dan Taman Edelweis (TE). Lima obyek yang berada di luar kawasan, yaitu
nagari tenunan/ukiran Pandai Sikek, komplek makam Haji Miskin, komplek
makam dan mesjid Tuanku Pamansingan, air terjun Lembah Anai dan kawasan
pertanian Koto Baru. Selain obyek-obyek tersebut, juga terdapat berbagai atraksi
budaya, seperti randai dan adu kerbau, serta makanan tradisional “bika”.
Gambar 4 Denah obyek Suaka Alam Merapi dan nagari sekitarnya.
Sembilan obyek yang berada di dalam kawasan Suaka Alam Merapi (Jalur
Koto Baru) akan dianalisis dengan menggunakan tabel kriteria penilaian dan
pengembangan obyek daya tarik wisata oleh Ditjen PHKA (2003) yang telah
dimodifikasi. Unsur yang dinilai meliputi unsur daya tarik dan unsur kadar
hubungan (aksesibilitas).
32
5.1.1 Daya Tarik
Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut
adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang
menonjol, kepekaan sumberdaya alam, variasi kegiatan wisata, kebersihan lokasi
dan keamanan kawasan.
5.1.1.1 Keunikan Sumberdaya Alam
Lima obyek yang memiliki nilai tertinggi (20), yaitu Pesangrahan Bung
Hatta, Shelter Paninjauan, Cadas, Puncak Merpati dan Taman Edelweis.
Kelimanya masing-masing mempunyai tiga jenis sumberdaya alam yang
menonjol, secara umum keunikan sumberdaya alam yang dapat dinikmati di
lokasi obyek adalah pemandangan alam (Tabel 16).
Tabel 16 Penilaian keunikan sumberdaya alam No Obyek Keunikan Sumberdaya Alam Nilai 1.
Pesangrahan Bung Hatta a) Sumber air panas b) Peninggalan sejarah: bekas bangunan
Pesangrahan Bung hatta c) Flora: Pinus (Pinus merkusii)
20
2. Parak Batuang a) Flora: hutan bambu 10 3. Shelter Paninjauan a) Pemandangan alam
b) Fauna: burung Sepah (suku Caepephagidae) dan Kelasi
c) Air: Mata ai r Barakaik
20
4. Terowongan Pakis a) Flora: pakis dan lumut b) Gua tanah berbentuk terowongan
15
5. Cadas a) Pemandangan alam b) Flora: Cantigi c) Batuan gunung berapi
20
6. Tugu Abel Tasman a) Tugu: Abel Tasman, seorang pendaki yang meninggal di Gunung Merapi.
10
7. Kawah Merapi a) Kawah: 7 buah kawah Merapi (Verkeed, Bungsu, Tuo, Bungo, a, b dan c)
b) Batuan gunung berapi
15
8. Puncak Merpati a) Puncak tertinggi Gunung Merapi: puncak Merpati
b) Pemandangan alam c) Batuan gunung berapi
20
9. Taman Edelweis a) Flora: bunga Edelweis (Anaphalis javanica)
b) Pemandangan alam c) Peninggalan sejarah: bekas makam
Tungku Tigo Sajarangan
20
33
Gambar 5 Pesangrahan Bung Hatta.
Gambar 6 Shelter Paninjauan.
Gambar 7 Cadas.
Gambar 8 Tugu Abel Tasman.
Gambar 9 Kawah Merapi.
Gambar 10 Puncak Merpati.
Gambar 11 Taman Edelweis (Sumber: Mapala UNAND).
34
Gambar 12 Parak Batuang.
Gambar 13 Terowongan Pakis.
5.1.1.2 Sumberdaya Alam yang Menonjol
Sumberdaya alam yang menonjol adalah obyek-obyek yang mudah dilihat
oleh pengunjung karena jumlahnya banyak. Terdapat dua obyek yang memiliki
nilai tertinggi (20), yaitu Shelter Paninjauan dan Cadas. Keduanya sama-sama
memiliki tiga jenis sumberdaya alam yang menonjol.
Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Tugu Abel Tasman, Puncak
Merpati dan Taman Edelweis sama-sama hanya memiliki satu jenis sumberdaya
alam yang menonjol sehingga diberi nilai 10. Pesangrahan Bung Hatta memiliki
sumber air panas, Parak Batuang memiliki hutan bambu, Tugu Abel Tasman dan
Puncak Merpati memiliki pemandangan alam, sedangkan Taman Edelweis
memiliki flora (Edelweis). Terowongan Pakis dan Kawah Merapi masing-
masingnya memiliki dua jenis sumberdaya alam yang menonjol sehingga nilainya
15.
Tabel 17 Penilaian banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol No Obyek Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol Nilai 1.
Pesangrahan Bung Hatta
Air: sumber air panas 10
2. Parak Batuang Flora: Bambu 10 3. Shelter Paninjauan Pemandangan alam, fauna: burung dan Kelasi, flora:
pohon Shorea sp. 20
4. Terowongan Pakis Flora : Pakis, air : sumber mata air 15 5. Cadas Pemandangan alam, batuan gunung berapi, flora: Cantigi
gunung (Vaccinium sp.) 20
6. Tugu Abel Tasman Pemandangan alam 10 7. Kawah Merapi Kawah, batuan gunung berapi 15 8. Puncak Merpati Pemandangan alam 10 9. Taman Edelweis Flora: bunga Edelweis 10
35
5.1.1.3 Kepekaan Sumberdaya Alam
Kepekaan sumberdaya alam meliputi nilai sejarah/mitos, nilai
pengetahuan, nilai keindahan dan nilai pengobatan (Tabel 18). Seluruh obyek
umumnya memiliki nilai sejarah/mitos. Hal ini disebabkan karena kesembilan
obyek tersebut merupakan bagian dari kesatuan Gunung Merapi yang bernilai
sejarah tinggi bagi masyarakat Minangkabau. Obyek yang memiliki nilai
kepekaan tertinggi adalah Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Cadas, Kawah
Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Ketiganya memiliki tiga nilai
kepekaan, sehingga masing-masingnya bernilai 20. Tugu Abel Tasman memiliki
dua nilai kepekaan sehingga diberi nilai 15, sedangkan Shelter Paninjauan dan
Terowongan Pakis memperoleh nilai terendah (10) karena masing-masingnya
hanya memiliki satu nilai kepekaan.
Tabel 18 Penilaian kepekaan sumberdaya alam No Obyek Kepekaan Sumberdaya Alam Nilai 1. Pesangrahan Bung Hatta Nilai sejarah/mitos, pengetahuan dan pengobatan 20 2. Parak Batuang Nilai sejarah/mitos, pengetahuan dan pengobatan 20 3. Shelter Paninjauan Nilai keindahan 10 4. Terowongan Pakis Nilai keindahan 10 5. Cadas Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20 6. Tugu Abel Tasman Nilai sejarah / mitos, pengetahuan 15 7. Kawah Merapi Nilai sejarah / mitos, pengetahuan dan keindahan 20 8. Puncak Merpati Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20 9. Taman Edelweis Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20
1) Nilai sejarah/mitos
Keberadaan Gunung Merapi sangat kental karena mempunyai nilai historis
bagi masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Menurut sejarahnya, nenek
moyang orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Merapi, hal ini ditandai
dengan terdapatnya Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar. Nagari
Pariangan merupakan cikal bakal dari lahirnya sistem pemerintahan masyarakat
berbasis nagari di Sumatera Barat.
Catatan sejarah Minangkabau menyebutkan bahwa Nagari Pariangan
adalah nagari asal suku Minangkabau. Tambo (Catatan sejarah Minangkabau)
menyatakan bahwa nenek moyang orang Minangkabau adalah keturunan Iskandar
Zulkarnain, yaitu dari salah seorang puteranya yang bernama Sutan Maharajo
Dirajo. Sutan Maharajo Dirajo melakukan rute pelayaran sampai akhirnya beliau
terdampar disebuah puncak gunung yang belakangan dikenal dengan sebutan
Gunung Merapi. Terkait dengan hal ini, falsafah adat Minangkabau:
36
“Dek lamo bakalamoan, nampaklah gosong dari lauik yang sagadang talua itiak
sadang dilamun-lamun ombak”
(artinya: setelah lama berlayar, terlihat pulau yang sangat kecil kira-kira sebesar
telur itik, yang kelihatan hanya timbul tenggelam sesuai dengan naik turunnya
ombak). Pulau yang kecil itu adalah puncak Gunung Merapi.
Sutan Maharajo Dirajo dan pengikutnya di kapal adalah cikal bakal nenek
moyang orang Minangkabau. Pada lereng Gunung Merapi bagian tenggara
tersebut Sutan Maharajo Dirajo membangun Nagari Pariangan (sekitar tahun 1119
M). Berkaitan dengan hal ini, masyarakat Minangkabau memiliki pantun adat
yang berbunyi:
Darimano asa titik palito (Darimana asal titik pelita)
Dibaliak telong nan batali (Dari balik telong yang bertali)
Darimano asa niniak moyang kito (Darimana asal nenek moyang kita)
Dari lereang Gunuang Marapi (Dari lereng Gunung Merapi)
Anai-anai tabang ka rimbo (Anai-anai terbang ke hutan)
Tibo di rimbo mamakan padi (Sampai di hutan memakan padi)
Darimano datang nenek moyang kito (Darimana nenek moyang kita)
Dari puncak Gunuang Marapi (Dari puncak Gunung Merapi)
Obyek berikutnya yang memiliki nilai sejarah yang penting adalah
Pesangrahan Bung Hatta yang dahulunya bernama Amore Nature. Pada tahun
1822, tempat ini digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda sebagai tempat
peristirahatan tentara Belanda yang bermarkas di Benteng Fort de Kock, Bukit
Tinggi. Pada tahun 1942, tempat ini diambil alih oleh pemerintahan Jepang
dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat peristirahatan tentara Jepang.
Hingga saat kemerdekaan Indonesia (1945) Pesangrahan diambil alih oleh Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) di bawah naungan Batalyon Marapi. Berikutnya saat
terjadi Agresi Militer Belanda II di Indonesia, Pesangrahan digunakan oleh Bung
Hatta dan pejuang-pejuang Indonesia untuk mengadakan rapat dan pertemuan
rahasia. Sejak itu, tempat ini dinamakan masyarakat sebagai Pesangrahan Bung
Hatta.
Taman Edelweis terletak di kawasan puncak Gunung Merapi juga
mempunyai nilai sejarah. Menurut wawancara dengan masyarakat Nagari Koto
Baru, di dalam Taman Edelweis ini terdapat bekas makam Tungku Tigo
37
Sajarangan, lambang sejarah rakyat Minangkabau. Taman Edelweis ditengahnya
dilalui oleh sungai kecil yang airnya sangat jernih. Dari taman ini dapat dinikmati
langsung pemandangan Danau Maninjau dan Danau Singkarak.
2) Nilai pengetahuan
Nilai pengetahuan dihubungkan dengan status kawasan sebagai Suaka
Alam. Suaka Alam Merapi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi cagar alam dan
fungsi suaka margasatwa (PP No. 68 Tahun 1998). Nilai pengetahuan dari
fungsinya sebagai Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang dimanfaatkan
untuk penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, wisata alam
terbatas dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. Nilai
pengetahuan diaplikasikan dalam kegiatan pengamatan flora/fauna, pengetahuan
gejala geologi dan vulkanologi dan pendidikan konservasi. Enam dari sembilan
obyek memiliki nilai pengetahuan, yaitu Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang,
Tugu Abel Tasman, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis.
3) Nilai pengobatan
Nilai pengobatan hanya dimiliki oleh Pesangrahan Bung Hatta dan Parak
Batuang. Pesangrahan Bung Hatta memiliki sumber air panas yang berasal dari
Gunung Merapi. Sumber air panas tersebut mengandung zat belerang yang dapat
digunakan sebagai media pengobatan bagi pengunjung. Parak Batuang memiliki
nilai pengobatan karena obyek tersebut berupa hutan bambu. Bagian bambu yang
berkhasiat obat adalah air batang, sebagai obat batuk. Batang bambu yang masih
muda (rebung) dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan.
4) Nilai keindahan
Nilai keindahan dimiliki oleh obyek Shelter Paninjauan, Terowongan
Pakis, Cadas, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Keenam
obyek tersebut memiliki nilai keindahan berupa pemandangan alam dan atau
gejala alam.
5.1.1.4 Variasi Kegiatan Wisata
Pesangrahan Bung Hatta dan Cadas adalah dua obyek yang memiliki lebih
dari lima variasi kegiatan wisata (Tabel 19). Keduanya mendapatkan nilai 30.
38
Tabel 19 Penilaian variasi kegiatan wisata No Obyek Variasi Kegiatan Wisata Nilai 1.
Pesangrahan Bung Hatta
Camping, kegiatan pendidikan, wisata sejarah, wisata kesehatan, hiking, fotografi dan menikmati pemandangan alam
30
2. Parak Batuang Camping, hiking dan kegiatan pendidikan 20 3. Shelter Paninjauan Camping, hiking, fotografi dan kegiatan pendidikan 25 4. Terowongan Pakis Fotografi, hiking dan kegiatan pendidikan 20 5. Cadas Fotografi, Hiking, camping, menikmati pemandangan
alam dan kegiatan pendidikan 30
6. Tugu Abel Tasman Fotografi, wisata sejarah dan hiking 20 7. Kawah Merapi Fotografi, hiking dan wisata pendidikan 20 8. Puncak Merpati Fotografi dan menikmati pemandangan alam 15 9. Taman Edelweis Fotografi, menikmati pemandangan dan wisata
pendidikan 20
5.1.1.5 Kebersihan Lokasi
Nilai kebersihan lokasi tertinggi diperoleh obyek Parak Batuang (20).
Parak Batuang tidak mendapat pengaruh dari tiga faktor, yaitu alam, binatang
penganggu dan sampah (Tabel 20).
Tabel 20 Penilaian kebersihan lokasi No Obyek Kebersihan Lokasi Nilai 1.
Pesangrahan Bung Hatta Tidak mendapat pengaruh dari: a) Alam b) Binatang penganggu
15
2. Parak Batuang Tidak mendapat pengaruh dari: a) Alam b) Binatang penganggu c) Sampah
20
3. Shelter Paninjauan Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu
10
4. Terowongan Pakis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu
10
5. Cadas Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu
10
6. Tugu Abel Tasman Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu
10
7. Kawah Merapi Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu b) Sampah
15
8. Puncak Merpati Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu
10
9. Taman Edelweis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu
10
Kebersihan lokasi obyek lainnya dipengaruhi alam, sampah dan coretan
(vandalisme). Pengaruh alam karena sebagian besar obyek berada di lereng
Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan gunung berapi aktif yang telah
mengalami beberapa kali letusan (1822-1973). Mutu lingkungan Suaka Alam
Merapi (Jalur Koto Baru) semakin menurun karena terdapatnya banyak sampah
dan coretan (vandalisme) pada obyek (Gambar 14).
39
Gambar 14 Kebersihan lokasi di Suaka Alam Merapi. Ket: (A) Sampah bekas
pendaki di Shelter Paninjauan; (B) Vandalisme di batuan Cadas; (C) vandalisme pada obyek Tugu Abel Tasman.
5.1.1.6 Kemanan Kawasan
Obyek yang disekitarnya terdapat hutan, relatif aman dari penebangan liar
dan kegiatan perambahan. Seluruh obyek umumnya aman dari ancaman binatang
penganggu (Tabel 21). Tujuh dari sembilan obyek (kecuali Pesangrahan Bung
Hatta dan Parak Batuang) dipengaruhi peristiwa kebakaran yang disebabkan oleh
letusan kawah Gunung Merapi. Masalah utama terkait keamanan kawasan yang
paling sering dihadapi pengelola adalah kegiatan pengambilan dan pencurian
Bunga Edelweis di Taman Edelweis oleh pengunjung (Gambar 15).
Gambar 15 Pengambilan bunga edelweis dan bunga padi adalah salah satu
bentuk gangguan terhadap kawasan.
Tabel 21 Penilaian keamanan kawasan No Obyek Kebersihan Lokasi Nilai 1.
Pesangrahan Bung Hatta Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Kebakaran c) Jenis flora dan fauna eksotik
20
2. Parak Batuang Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Kebakaran c) Jenis flora dan fauna eksotik
20
A B C
40
Tabel 21 (Lanjutan) No Obyek Kebersihan Lokasi
(6) Nilai
3. Shelter Paninjauan Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik
15
4. Terowongan Pakis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik
15
5. Cadas Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik
15
6. Tugu Abel Tasman - 1 7. Kawah Merapi - 1 8. Puncak Merpati Garuda - 1 9. Taman Edelweis Tidak mendapat pengaruh dari:
a) Jenis flora dan fauna eksotik 10
Bobot total sembilan obyek di Suaka Alam Merapi (Tabel 22) yang
memiliki daya tarik tertinggi hingga terendah, yaitu Pesangrahan Bung Hatta
(690), Cadas (690), Parak Batuang (600), Shelter Paninjauan (600), Taman
Edelweis (540), Kawah Merapi (516), Terowongan Pakis (510), Puncak Merpati
(456) dan Tugu Abel Tasman (396). Delapan obyek termasuk ke dalam klasifikasi
sedang karena berada dalam selang 420-750 (Tabel 6), sedangkan satu obyek
termasuk ke dalam klasifikasi rendah, yaitu Tugu Abel Tasman (396).
Tabel 22 Rekapitulasi penilaian daya tarik Suaka Alam Merapi No Unsur / Sub Unsur PBH PB SP TP C TAT KM PM TE 1. Keunikan sumberdaya
alam 20 10 20 15 20 10 15 20 20
2. Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol
10 10 20 15 20 10 15 10 10
3. Kepekaan sumberdaya alam
20 20 10 10 20 15 20 20 20
4. Variasi kegiatan wisata 30 20 25 20 30 20 20 15 20 5. Kebersihan lokasi 15 20 10 10 10 10 15 10 10 6. Keamanan kawasan 20 20 15 15 15 1 1 1 10
Total Nilai Sub Unsur 115 100 100 85 115 66 86 76 90 Bobot Total =
Total Nilai Sub Unsur x 6 690 600 600 510 690 396 516 456 540
Klasifikasi Penilaian S* S* S* S* S* R* S* S* S* Keterangan PBH : Pesangrahan Bung Hatta C : Cadas TE : Taman Edelweis PB : Parak Batuang TAT : Tugu Abel Tasman S* : Klasifikasi Sedang SP : Shelter Paninjauan KM : Kawah Merapi B* : Klasifikasi Rendah TP : Terowongan Pakis PMG: Puncak Merpati
5.1.2 Kadar Hubungan (Aksesibilitas)
Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk berpindah/bepergian dari
tempat tinggal wisatawan ke tempat yang menyediakan atraksi wisata. Obyek-
41
obyek di Suaka Alam Merapi dapat diakses melalui 3 jalur, yaitu jalur Koto Baru
di Nagari Koto Baru, jalur Simabur di Nagari Pariangan dan jalur Kacawali di
Nagari Candung. Jalur Koto Baru (Gambar 16) adalah jalur aktif yang digunakan
oleh pengunjung untuk tujuan pendakian, jalur ini sudah sangat jelas dan relatif
mudah diakses. Jalur Koto Baru dimulai pada ketinggian 1.225 m dpl dengan
waktu tempuh 5-6 jam perjalanan, jaraknya ± 80 km dari Padang dengan kondisi
jalan baik, bobot untuk kategori ini adalah 60. Perjalanan dari Padang
membutuhkan waktu 1 jam 20 menit, dari Bukit Tinggi membutuhkan waktu 20-
30 menit dan dari Padang Panjang hanya membutuhkan waktu 15-20 menit.
Pengunjung naik angkutan umum dari Koto Baru menuju persimpangan
Nagari Pandai Sikek. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ojek (15
menit) menuju tower (pintu masuk kawasan). Jalan menuju tower adalah jalan
aspal yang sebagiannya sudah rusak, sepanjang perjalanan pengunjung dapat
melihat pemandangan lahan perkebunan penduduk yang asri. Dari tower,
pengunjung menuju Pesangrahan Bung Hatta, berupa areal datar bekas bangunan
bersejarah “Bung Hatta”. Pengunjung selanjutnya akan menemukan Parak
Batuang, jalur dari Parak Batuang berupa tanjakan dari undakan akar kayu. Pada
ketinggian 1.750 m dpl, pengunjung akan menemukan Shelter Paninjauan.
Pengunjung dapat melihat pemandangan kota Bukit Tinggi dan sekitarnya, tempat
ini menjadi lokasi favorit pemberhentian sementara pengunjung. Obyek
berikutnya yang ditemui adalah Terowongan Pakis, berupa goa sempit yang
dipayungi oleh jalinan daun paku/pakis. Pada salah satu titik di hutan pakis,
terdapat sumber mata air yang bernama mata air Pintu Angin (2.277 m dpl).
Akses jalur menuju kawasan puncak (Cadas, Kawah Merapi, Puncak
Merpati dan Taman Edelweis) akan terus berupa alur naik, akar pohon, bebatuan
gamping dan jalan yang licin serta berbatu. Pada beberapa titik, jalur akan
terpecah menjadi dua, akan tetapi di jalur berikutnya akan menjadi satu lagi. Dari
Cadas, pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan alam khas
pegunungan dengan deretan kawasan pegunungan Bukit Barisan. Sekitar 2,5 km
(2 jam perjalanan) dari Cadas, pengunjung sampai di kawasan puncak, disana ada
obyek berupa Tugu Abel Tasman, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman
Edelweis.
42
Gambar 16 Denah Obyek Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).
43
Unsur aksesibilitas terdiri dari tiga sub unsur. Ketiga unsur tersebut adalah
kondisi dan jarak jalan darat dari ibukota provinsi ke kawasan, pintu gerbang
nasional/internasional dan waktu tempuh dari ibukota provinsi (Tabel 23).
Tabel 23 Penilaian kriteria aksesibilitas Suaka Alam Merapi No Aksesibilitas Nilai 1. Kondisi dan jarak jalan dari darat ibukota provinsi ke
kawasan 60
2. Pintu gerbang nasional/internasional 40 3. Waktu tempuh dari ibukota provinsi 30 Total Nilai Sub Unsur 130 Bobot Total = Total Nilai Sub Unsur x 5 650 Klasifikasi Penilaian Tinggi
Nilai bobot aksesibilitas kesembilan obyek tidak berbeda karena berada
pada jalur yang sama, yaitu Jalur Koto Baru. Kondisi jalan darat yang baik akan
memudahkan perjalanan pengunjung. Kawasan Suaka Alam Merapi (Jalur Koto
Baru) dapat ditempuh dari berbagai daerah di Sumatera Barat (Tabel 23) melalui
jalan darat dengan kondisi yang relatif baik. Suaka Alam Merapi dikelilingi jalan
raya yang sebagian besarnya beraspal hot mix.
Tabel 24 Aksesibilitas Suaka Alam Merapi dari kantor pusat pengelola dan pemerintahan
No Nama Lokasi Lokasi Jarak (km) 1 Balai KSDA (Pengelola) Padang ± 80 2 Seksi KSDA (Pengelola) Batusangkar ± 20 3 Ibukota Kabupaten Tanah Datar Batusangkar ± 15 4 Ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung ± 75
Sumber: BKSDA Sumatera Barat (2007)
Transportasi merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan agar
pengunjung dapat mengakses lokasi dengan mudah. Jalan menuju Suaka Alam
Merapi (Jalur Koto Baru) merupakan jalan lintas yang menghubungkan berbagai
kota besar di Sumatera Barat, seperti Padang, Padang Panjang dan Bukit Tinggi.
Suaka Alam Merapi berdekatan dengan pintu gerbang nasional/internasional,
yaitu Bandara Internasional Minangkabau (BIM), jaraknya ± 78 km dan diberi
skor 40. Waktu tempuh dari pusat ke obyek Suaka Alam Merapi adalah 1,5-2 jam
perjalanan dan diberi skor 30. Nilai bobot total kadar hubungan/aksesibilitas
bernilai 650. Artinya, kadar hubungan (aksesibilitas) Suaka Alam Merapi dan
obyek-obyek didalamnya termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tinggi berada
dalam selang 525-750.
44
5.1.3 Rekapitulasi Kriteria Penilaian ODTW Suaka Alam Merapi
Rekapitulasi penilaian ODTW Suaka Alam Merapi (Tabel 25) diketahui
melalui penjumlahan bobot total kriteria daya tarik dan aksesibilitas pada
sembilan obyek yang dilakukan penilaian (Gambar 17). Obyek-obyek dengan
total skor tertinggi hingga terendah, yaitu Pesangrahan Bung Hatta (1340), Cadas
(1340), Parak Batuang (1250), Shelter Paninjauan (1250), Taman Edelweis
(1190), Kawah Merapi (1166), Terowongan Pakis (1160), Puncak Merpati (1106)
dan Tugu Abel Tasman (1046).
Tabel 25 Rekapitulasi kriteria penilaian ODTW SA Merapi No Unsur / Sub
Unsur PBH PB SP TP C TAT KM PM TE
1. Daya Tarik 690 600 600 510 690 396 516 456 540 2. Aksesibilitas 650 650 650 650 650 650 650 650 650 Bobot Total = Daya tarik + Aksesibilitas
1340 1250 1250 1160 1340 1046 1166 1106 1190
1340
1250
1250
1160
1340
1046
1166
1106
1190
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
PBH
PB
SP
TP
C
TAT
KM
PM
TE
Oby
ek
Bobot Total (Daya Tarik + Aksesibilitas)
Jumlah nilai minimal dari kedua klasifikasi (daya tarik dan aksesibilitas)
untuk bisa dikembangkan sebagai obyek wisata adalah 720 (Tabel 6), yaitu limit
terendah dari klasifikasi sedang (daya tarik = 420, aksesibilitas = 300). Delapan
dari sembilan obyek direkomendasikan sebagai obyek ekowisata. Tugu Abel
Tasman mendapatkan total skor melebihi 720, namun obyek tersebut mendapat
Keterangan PBH : Pesangrahan Bung Hatta TP : Terowongan Pakis PM : Puncak Merpati PB : Parak Batuang TAT : Tugu Abel Tasman TE : Taman Edelweis SP : Shelter Paninjauan KM : Kawah Merapi
Gambar 17 Rekapitulasi kriteria penilaian ODTW Suaka Alam Merapi.
45
skor rendah untuk unsur utama, yaitu daya tarik, sehingga tidak direkomendasikan
sebagai obyek ekowisata.
5.2 Obyek Daya Tarik Wisata Sekitar Suaka Alam Merapi
Jalur Koto Baru berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang memiliki
obyek wisata budaya dan sejarah. Obyek-obyek tersebut dapat dijadikan obyek
ekowisata penunjang. Obyek-obyek tersebut adalah nagari tenunan dan ukiran
“Pandai Sikek”, komplek makam dan mesjid Tuanku Pamansingan, situs makam
Haji Miskin, air terjun Lembah Anai, makanan tradisional “Bika Si Mariana”,
atraksi budaya (randai dan adu kerbau) dan kawasan pertanian Koto Baru.
5.2.1 Tenunan dan Ukiran “Pandai Sikek”
Tahun 1347, Raja Minangkabau “Adityawarman” memindahkan pusat
kerajaan Minangkabau ke Pagaruyung yang terletak di sekitar Gunung Merapi.
Sejak itu berkembang kebudayaan dan kesenian Minangkabau, seperti budaya
menenun. Adat istiadat Minangkabau mewajibkan masyarakatnya, terutama
datuk, raja dan puti untuk selalu memakai kain tenunan dalam setiap acara adat.
Kata-kata adat hampir selalu diabadikan dalam setiap nama motif tenunan kain.
Gambar 18 Nagari Pandai Sikek. Ket: (A) Ibu Hj. Sanuar, pimpinan “Rumah
Pusako”; dan (B) Pusat kerajinan Pandai Sikek “Rumah Pusako”. Seluruh nagari di Minangkabau (Sumatera Barat) umumnya memiliki
pusat-pusat kerajinan tenunan, masing-masing mempunyai corak tersendiri.
Tenunan yang terkenal adalah tenunan dan sulaman Pandai Sikek. Nagari Pandai
Sikek sangat berdekatan dengan Nagari Kotobaru yang merupakan jalur masuk
menuju obyek-obyek dalam kawasan. Salah satu pusat kerajinan Pandai Sikek
yang terkenal adalah “Rumah Pusako” yang saat ini dipimpin oleh Ibu Hj. Sanuar.
Keluarga Hj. Sanuar sudah lebih dari 250 tahun bermukim di Nagari Pandai Sikek
dan mengembangkan kerajinan tenunan dan sulaman Pandai Sikek.
A B
46
Gambar 19 Berbagai bentuk ukiran Pandai Sikek. Ket: (A,B) Ukiran pada
lemari; dan (C) Ukiran pada lampu.
Nagari Pandai Sikek menjadi sentral untuk belajar kerajinan tenunan,
sulaman dan ukiran, memiliki 446 unit usaha sentra industri kecil/kerajinan
dengan jumlah tenaga kerja mencapai 796 orang (BPS Tanah Datar 2006). Berikut
adalah daftar beberapa toko souvenir dan pengrajin Pandai Sikek (Tabel 26).
Tabel 26 Daftar beberapa toko souvenir dan pengrajin Pandai Sikek No Nama Toko Alamat Pimpinan A. TENUNAN 1. Pandai Sikek Art Centre Jl. Pandai Sikek No. 5 (0752) 498240 2. Fatimah Sayuti Simpang Koto Tinggi (0752) 498162 3. Indah Karya Jl. Pandai Sikek No. 293 (0752) 498466 4. Yun’s Traditional Weaving Pasar Pandai Sikek 5. Pusako Traditional Weaving Jl. Pandai Sikek (0752) 498193 6. Pusako Minang Jl. Koto Laweh, Pandai Sikek 7. Ati Pinang Jorong Koto Tinggi, Pandai Sikek (0752) 498017 8. Hj. Jalisah Jorong Tanjuang, Pandai Sikek (0752) 498305 9. Srikandi Jorong Tanjuang, Pandai Sikek (0752) 498496
10. Songket Balapah Nagari Pandai Sikek 11. Nan Sari Baruah, Pandai Sikek Dt.Mangkuto Kayo 12. Tenun Pusako Baruah, Pandai Sikek Hj. Sanuar 13. Weaving House Baruah, Pandai Sikek Hj. Yurni 14. Hj. Marlis Baruah, Pandai Sikek Hj. Marlis 15. Minang Maimbau Pagu-Pagu, Pandai Sikek Wawan S. 16. Puti Rumah Gadang Koto Tinggi, Pandai Sikek Sulnita Rahim 17. Amanah Tanjuang, Pandai Sikek B. UKIRAN 1. Istana Art Shop Baruah, Pandai Sikek 2. Can Umar Nagari Pandai Sikek 3. Atrinovrizal Nagari Pandai Sikek 4. Nivia Warman Nagari Pandai Sikek 5. Lima Saudara Nagari Pandai Sikek M. Natsir 6. Afrizal Nagari Pandai Sikek 7. Istiqamah Nagari Pandai Sikek Alwirzal 8. Limbago Nagari Pandai Sikek Afauzi 9. Fatimah Sayuti Nagari Pandai Sikek (0752) 498162
10. Saciok Bak Ayam Nagari Pandai Sikek Sumber: Observasi lapang dan Disbudpar Kabupaten Tanah Datar (2009)
A B C
47
5.2.2 Cagar Budaya (Komplek Makam dan Mesjid)
Nagari Pandai Sikek dan Nagari Koto Laweh memiliki situs cagar budaya,
berupa komplek makam dan mesjid. Nagari Pandai Sikek memiliki situs makam
Haji Miskin, sedangkan Nagari Koto Laweh memiliki komplek makam dan
mesjid Tuanku Pamansingan.
Gambar 20 Komplek makam Haji Miskin. Ket: (A) Pintu masuk; (B) Komplek
makam; (C) Makam Haji Miskin; dan (D) Pemandangan Gunung Merapi dari makam Haji Miskin.
Haji Miskin dan Tuanku Pamansingan adalah anggota dari Harimau
Salapan (Harimau Delapan berarti 8 orang wali), keduanya adalah pejuang Perang
Paderi di Sumatera Barat. Ajaran Islam di Minangkabau dahulunya tidak
dijalankan secara ketat karena penganutnya masih menganut tradisi adat yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Pada waktu itu segolongan ulama di
Minangkabau (1803) melakukan perang Paderi dengan membentuk “Harimau
Salapan”, anggotanya terdiri dari Tuanku Nan Renceh, Tuanku Kubu Sanang,
Tuanku Ladang Laweh, Tuanku Ambalau, Tuanku Padang Lua, Tuanku Koto
Ambalau, Tuanku Pamansingan dan Tuanku Haji Miskin. Haji Miskin sendiri
adalah salah satu dari empat asisten Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Paderi
(1803-1836).
A B
C D
48
Gambar 21 Komplek makam Tuanku Pamansingan. Ket: (A) Mesjid Tuanku
Pamansingan; (B) Pintu masuk ke makam; (C) Komplek makam Tuanku Pamansingan dan pengikutnya; dan (D) Wisata ziarah yang dilakukan salah seorang pengunjung.
5.2.3 Air Terjun Lembah Anai
Lembah Anai berupa air terjun yang terletak di Nagari Singgalang.
Bentang alamnya berupa lembah dan air terjun Lembah Anai. Pengunjung yang
menempuh perjalanan Padang – Koto Baru – Bukit Tinggi pasti menikmati
pemandangan air terjun Lembah Anai karena letaknya tepat di seberang jalan
lintas utama. Air terjun Lembah Anai sangat indah dan belum pernah berhenti
mengalir meski musim kemarau sekalipun.
A
B
C D
49
Gambar 22 Air terjun Lembah Anai. 5.2.4 Makanan Tradisional “Bika Si Mariana”
Koto Baru memiliki makanan tradisional “Bika Si Mariana”. Bika adalah
sejenis penganan (kue) yang terbuat dari tepung beras yang diisi parutan kelapa,
gula merah dan sedikit aroma kayu manis, adonannya dibakar bersama kulit
pisang. Bika dibuat dengan cara dibakar di dalam kuali belanga di atas api kayu
bakar. Kayu yang digunakan sebagai bahan bakarnya adalah kayu manis
(Cinnamomum burmanii), kayu bakar akan terus diganti hingga bika matang.
Gambar 23 Bika, makanan khas Koto Baru.
5.2.5 Atraksi Budaya: Randai dan Adu Kerbau
Atraksi budaya lainnya yang dapat ditemukan di Kecamatan X Koto
adalah randai dan adu kerbau. Randai adalah salah satu kesenian tradisional
Minangkabau. Randai merupakan perpaduan antara seni sastra, seni musik, seni
tari, seni suara dan pencak silat yang keseluruhannya digabungkan hingga
membentuk sebuah drama. Cerita yang disampaikan di dalam sebuah atraksi
randai biasanya diambil dari cerita-cerita rakyat yang terdapat dalam tambo alam
50
Minangkabau. Randai Nilam Suri adalah salah satu group randai yang paling
terkenal di Sumatera Barat, terdapat di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto.
Group ini dipimpin oleh Datuk Gindo dengan jumlah anggotanya sebanyak 25
orang.
Gambar 24 Atraksi randai, kebudayaan khas Minangkabau (Sumber: Disbudpar
Kab. Tanah Datar).
Suku Minangkabau mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan
kerbau. Hal ini terlihat pada berbagai identitas budaya Minangkabau, seperti atap
Rumah Gadang (rumah tradisional Sumatera Barat) yang berbentuk seperti tanduk
kerbau. Begitu pula pada pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau). Kegiatan adu
kerbau di Nagari Koto Baru umumnya dilakukan pada perayaan-perayaan besar,
seperti Hari Kemerdekaan RI.
Gambar 25 Adu kerbau, atraksi budaya Koto Baru (Sumber: Disbudpar Kab.
Tanah Datar).
51
5.2.6 Kawasan Pertanian Koto Baru
Nagari Koto Baru telah mengembangkan tanaman pertanian dengan jenis
tanaman hortikultura, yaitu wortel, kubis, kentang, tomat, buncis, cabai, bawang
daun dan labu siam (hasil wawancara dengan Wali Nagari Koto Baru). Nagari
Koto Baru berada di dataran tinggi Gunung Merapi.
Kecamatan X Koto umumnya memiliki banyak pasar yang menjual hasil
sayuran, seperti Pasar Koto Baru di Koto Baru, Pasar Rabaa di Panyalaian dan
Pasar Baruah di Pandai Sikek. Sayur-sayuran disini langsung didatangkan dari
kebun masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari lokasi pasar itu juga terhampar
pemandangan kebun sayur masyarakat yang dilatarbelakangi pemandangan alam
Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Pasar yang terdapat di Nagari Koto Baru
luasannya 1,5 ha. Fasilitas yang ada terdiri dari 22 petak los berukuran rata-rata
2x2 m dan 14 gudang berukuran rata-rata 2x4 m. Akan tetapi pasar ini
mempunyai permasalahan ketidaktersediaan fasilitas penunjang, seperti lokasi
parkir dan jumlah gudang yang memadai. Oleh karena itu sejak Oktober 2005
telah dibangun Sub Terminal Agropolitan (STA) yang berada di Jorong Koto,
tepatnya di depan rumah industri makanan tradisional “Bika Si Mariana”.
Luasannya 2,5 ha dan memiliki sarana prasarana yang relatif lengkap, yaitu
gedung pemasaran, gedung penyimpanan, tempat pameran sayur-sayuran, ruang
penyortiran, perkantoran, mushola, ruang pertemuan dan lapangan parkir.
Gambar 26 Gedung pasar Sub Terminal Agropolitan di Koto Baru.
5.3 Obyek Daya Tarik Wisata di Luar Suaka Alam Merapi
Suaka Alam Merapi (Koto Baru) berbatasan langsung dengan kota wisata
Bukit Tinggi yang memiliki obyek-obyek wisata yang menarik. Bukit Tinggi
52
adalah kota wisata yang paling terkenal di Sumatera Barat, waktu tempuh dari
Kecamatan X Koto adalah 20 menit menggunakan kendaraan umum. Bukit Tinggi
mempunyai 11 obyek wisata terkenal yang terbagi menjadi obyek wisata alam,
obyek wisata sejarah dan budaya dan obyek wisata pendidikan (Tabel 27).
Tabel 27 Obyek wisata di Bukit Tinggi No Obyek Wisata Gambar Obyek A. OBYEK WISATA ALAM 1. NGARAI SIANOK
Ngarai Sianok berupa lembah yang indah, hijau dan subur. Di bawahnya mengalir anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Keindahan alam Ngarai Sianok dapat dinikmati di pusat Kota Bukittinggi dengan panjang ± 15 km, kedalaman ± 100 m dan lebar ± 200 m.
Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi
2. TAMAN PANORAMA Lokasinya di Jl. Panorama (± 1 Km dari pusat Kota Bukittinggi). Dari dalam taman ini kita menikmati pemandangan yang indah dan mempesona terutama kearah lembah Ngarai Sianok dengan latar belakang Gunung Singgalang. Di lokasi ini terdapat kios-kios souvenir khas Minangkabau, warung makanan dan minuman, tempat duduk permanen, parkir dan berbagai fasilitas lainnya.
Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi
3. JANJANG SARIBU Jenjang 1000 merupakan objek wisata yang masih alami, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Jenjang 1000 ini digunakan masyarakat setempat untuk mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok, juga untuk berolah raga jalan kaki dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang yang anggun dan mempesona. Pada tempat wisata ini tersedia tempat peristirahatan (kopel) WC, kolam pancing, lokasi camping serta lapangan parkir yang luas. Disamping itu kita menyaksikan perilaku binatang liar seperti kera dan burung.
Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi
B. OBYEK WISATA SEJARAH DAN BUDAYA 1. JAM GADANG
Didirikan oleh Controleur Rook Maker pada (1926) dan terletak di pusat kota Bukit Tinggi, bangunan ini dirancang oleh Putra Minangkabau Jazid dan Sutan Gigih Ameh. Jam Gadang ini merupakan lambang Kota Wisata Bukittinggi yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon-pohon pelindung, yang dapat memberikan kesejukan dan berfungsi sebagai alun-alun kota. Dari puncaknya kita dapat rnenikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam sekitar Bukittinggi vang dihiasi Gunung, Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago dan Ngarai Sianok.
Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi
53
Tabel 27 (Lanjutan) No Obyek Wisata Gambar Obyek 2. BENTENG FORT DE KOCK
Didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun (1825) pada masa Baron Hendrik Markus De Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya perang Paderi (1821-1837). Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya.
Sumber:
Disbudpar Bukit Tinggi 3. LUBANG JEPANG
Lubang ini dibangu tahun 1942 sebagai pusat pertahanan tentara Jepang dalam PD II dan perang Asia Timur Raya. Lubang Jepang ini memiliki panjang ± 1400 m dan lebar ± 2 m. Jika dilakukan penelusuran, di dalamnya terdapat ruang makan, ruang minum, ruang penyiksaan, dapur dan ruang persenjataan. Pintu masuk Lubang Jepang ini terdapat dibeberapa tempat seperti di tepi Ngarai Sianok, Taman Panorama dan disamping Istana Bung Hatta.
Sumber:
Disbudpar Bukit Tinggi 4.
MUSEUM TRIDAYA EKA DHARMA Lokasinya di depan Taman Panorama. Museum ini menjadi sarana komunikasi antar generasi untuk mewariskan nilai-nilai juang 45. Di museum ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah seperti pesawat, senjata, sarana komunikasi serta foto perjuangan sewaktu melawan penjajah Belanda dan Jepang dan lain sebagainya.
Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi
5. RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA Rumah ini adalah tempat lahirnya Muhammad Hatta atau yang lebih akrab dipanggil Bung Hatta yang merupakan seorang tokoh nasional dan internasional, seorang pejuang dan proklamator kemerdekaan Indonesia. Rumah ini berlokasi di Jl. Soekarno Hatta dan dapat dijadikan salah satu alternatif obyek wisata bila berkunjung ke Bukittinggi dan didalamnya juga terdapat foto-foto kenangan Bung Hatta dan keluarga.
Sumber:
Disbudpar Bukit Tinggi 6. ISTANA BUNG HATTA
Istana Bung Hatta berada di depan taman Jam Gadang. Pada zaman Jepang gedung ini dijadikan tempat kediaman Panglima Jepang (Seiko Seikikan Kakka) dan dizaman revolusi fisik 1946 menjadi Istana Wakil Presiden M.Hatta. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan nasional dan regional serta sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas berjumlah 12 buah.
Sumber:
Disbudpar Bukit Tinggi
54
Tabel 27 (Lanjutan) No Obyek Wisata Gambar Obyek C. OBYEK WISATA PENDIDIKAN 1. PUSTAKA BUNG HATTA
Perpustakaan ini sangat lengkap dan bertaraf nasional. Lokasinya di Bukit Gulai Bancah. Dibangun diatas tanah seluas 5609 m² pustaka ini merupakan kembaran dari pustaka nasional yang ada di Blitar. Pustaka ini dilengkapi dengan sarana audio visual, ruang konferensi, auditorium serta mushola. Meeting Room yang ada di lantai 3 juga disewakan untuk berbagai kegiatan seperti pesta perkawinan dan sebagainya.
Sumber:
Disbudpar Bukit Tinggi 2. TAMAN MARGASATWA KINANTAN
Taman Marga Satwa Kinantan atau Kebun Binatang Bukit Tinggi dibangun tahun 1900 oleh seorang Belanda yang bernama Controleur Strom Van Govent. Pada tahun 1929 dijadikan kebun binatang oleh Dr. J. Hock dan merupakan satu-satunya kebun binatang yang ada di Sumatera Barat. Kebun binatang ini juga merupakan kebun binatang tertua di Indonesia.
Sumber:
Disbudpar Bukit Tinggi Sumber: Observasi lapang dan Disbudpar Bukit Tinggi
5.3 Pengunjung
5.3.1 Karakteristik Pengunjung
Jumlah pengunjung Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) setiap
minggunya adalah 30 orang (hasil wawancara dengan petugas resort Merapi dan
anggota Merapi Adventure Camp). Peningkatan jumlah pengunjung dipengaruhi
oleh faktor cuaca dan hari libur nasional. Jika cuaca bagus dan pada saat hari libur
nasional, jumlah pengunjung dapat mencapai 100 orang setiap minggunya.
10 %
45 %
35 %
10 %
05
101520253035404550
Anak Remaja Dewasa Dewasa tua
Jum
lah
Kategori Umur
Gambar 27 Karakteristik pengunjung berdasarkan umur.
55
79 %
21 %
0102030405060708090
Laki-laki PerempuanJu
mla
hJenis Kelamin
79 %
13 % 8 %
0102030405060708090
Sum-Bar Luar Sum-Bar Luar negeri
Jum
lah
Daerah Asal
10 % 9 %
61 %
20 %
010203040506070
SD SMP SMA PT
Jum
lah
Pendidikan Terakhir
Gambar 28 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.
Gambar 30 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.
Gambar 29 Karakteristik pengunjung berdasarkan daerah asal.
56
18 %
31 % 32 %
19 %
05
101520253035
Pelajar Mahasiswa PNS/Swasta Lainnya
Jum
lah
Profesi/Pekerjaan
Daya tarik Gunung Merapi menjadi semakin penting sebagai pusat
perhatian mengingat adanya kecenderungan bahwa wisatawan yang berkunjung
ke Gunung Merapi sebagian besar terdiri dari remaja (kelompok usia 15-24
tahun). Kelompok wisatawan remaja ini umumnya secara aktif menghabiskan
sebagian besar waktu dan aktivitas wisata mereka di kawasan pendakian Gunung
Merapi. Pengunjung terbanyak adalah laki-laki 79% (Gambar 28). Pengunjung
terbanyak berasal dari daerah-daerah di Sumatera Barat (79%), sedangkan 13%
sisanya berasal dari luar Sumatera Barat (Jambi, Pekan Baru, Medan, Jakarta,
Manado dan lain-lain) dan sebanyak 8% adalah pengunjung mancanegara yang
berasal dari Polandia, Belanda, Prancis, Belgia, Mesir, Inggris dan lain-lain
(Gambar 29).
Pengunjung terbanyak adalah dari lulusan SMA (61%), menyusul
kemudian Perguruan Tinggi (20%), SD (10%) dan SMP (9%) (Gambar 30).
Berdasarkan tingkat profesinya (Gambar 31), pengunjung terbanyak berasal dari
kalangan PNS / Swasta (32%), mahasiswa (31%) menyusul kemudian profesi
lainnya (pedagang, pegawai freelance, ahli kubah, fotografer, mekanikal dan
petani) sebanyak 19% dan pelajar (18%).
5.3.2 Tujuan dan Pola Kunjungan
Wisatawan datang ke Suaka Alam Merapi untuk melakukan pendakian ke
puncak Gunung Merapi (50%) disusul berjalan-jalan menikmati pemandangan
Suaka Alam Merapi (47%) (Gambar 32). Aktivitas pendakian di Gunung Merapi
sudah lama dilakukan oleh masyarakat umum. Kegiatan favorit yang dilakukan
pengunjung saat berada dalam kawasan adalah melihat dan menikmati suasana/
pemandangan alam (71%) disusul kegiatan mendaki gunung (20%) (Gambar 33).
Gambar 31 Karakteristik pengunjung berdasarkan profesi/pekerjaan.
57
50%
47%
2% 1%
Gambar 32 Tujuan kunjungan.
Pendakian ke puncak Gunung Merapi
Berjalan-jalan menikmati pemandangan SA Merapi
Kegiatan penelitian
Fieldtrip
20%
71%
4%
5%
Gambar 33 Kegiatan yang dilakukan di Suaka Alam Merapi.
Mendaki gunung
Melihat dan menikmati suasana/pemandangan alam
Melihat dan mengamati satwa
Melihat dan mengamati tumbuhan
28%
1%
10%61%
Gambar 34 Daya tarik utama Suaka Alam Merapi.
Gunung Merapi
Satwa
Hutan dan tumbuhan
Pemandangan alam
58
9%
80%
11%
Gambar 35 Rekan kunjungan.
Sendiri
Teman
Keluarga
27%
57%
13% 3%
Gambar 36 Lama kunjungan.
1 hari2 hari3 hari7 hari
16%
56%
23%
5%
Nilai ekonomi/harganyaCiri fisiknya (batang besar, daun lebat, kayu kuat, dll)Fungsinya (tempat hidup satwa, seperti burung/beruang)Lainnya
Suaka Alam Merapi memiliki bentang alam yang menarik, obyek
utamanya Gunung Merapi dapat dilihat dari berbagai sisi diberbagai kota besar di
Sumatera Barat, khususnya kota-kota di Kabupaten Tanah Datar dan Agam.
Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) memerlukan data tentang daya dukung
pengunjung (carrying capacity). Pendakian ke Gunung Merapi sudah marak
dilakukan sehingga menyebabkan ledakan pengunjung.
Gambar 37 Alasan utama jenis tumbuhan menarik.
59
Sumber: Linda BKSDA Sumbar
Sumber: Linda BKSDA Sumbar
Sumber: Linda BKSDA Sumbar
Sumber: Linda BKSDA Sumbar
Gambar 38 Ledakan pengunjung pada hari besar nasional dan hari libur. Pemandangan alam Suaka Alam Merapi menempati 61% daya tarik utama
kawasan (Gambar 34). Pengunjung umumnya datang bersama teman (80%),
keluarga (11%) dan sendiri (9%) (Gambar 35). Lama kunjungan bervariasi
(Gambar 36), 57% pengunjung datang selama 2 hari, 27 % pengunjung datang
selama 1 hari, 13% pengunjung datang selama 3 hari dan sisanya (3%) berkunjung
selama 1 minggu.
Merapi memiliki keindahan alam yang didukung oleh keanekaragaman
flora fauna. Beberapa jenis satwa yang dijumpai oleh pengunjung terutama dari
jenis burung, tupai, kelasi, babi hutan dan terkadang ular. Dari jenis tumbuhan,
umumnya responden menjawab Cantigi gunung (Vaccinium sp.), pohon shorea,
bunga edelweiss dan anggrek hutan. Jenis tumbuhan tersebut diklasifikasikan
menarik dilihat dari ciri fisiknya (56%) dan dari fungsinya (23%) (Gambar 37).
Unsur-unsur keindahan alam Suaka Alam Merapi yang perlu diperhatikan adalah
kelestarian hutan dan ekosistemnya, sungai dan sumber-sumber mata air di
dalamnya, lembah dan Gunung Merapi itu sendiri. Sama halnya dengan faktor-
faktor daya tarik Suaka Alam Merapi lainnya, faktor keberadaan penduduk
setempat juga menjadi daya tarik wisatawan datang ke kawasan. Peran penduduk
60
setempat sebagai tuan rumah turut mempengaruhi kualitas pengalaman berwisata
selama berada di Suaka Alam Merapi.
5.3.3 Pengetahuan tentang Jenis yang Dilindungi
Pengunjung umumnya belum mengetahui jenis-jenis satwa dan tumbuhan
dilindungi yang terdapat di Suaka Alam Merapi. 57% responden menjawab tidak
tahu, namun 43% responden sudah mengetahuinya.
43%
57%
TahuTidak tahu
5.3.4 Penilaian Pengunjung
Penilaian pengunjung untuk mengetahui bentuk fasilitas yang diinginkan
oleh pengunjung (Gambar 49).
33%
37%
30%
Fasilitas lengkap dengan pelayanan pengunjung yang intensifFasilitas sederhana dengan pelayanan pengunjung yang intensif
Tanpa fasilitas, dibiarkan berjalan alami saja
Sarana prasarana dibutuhkan dalam ekowisata karena merupakan satu
faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan ekowisata. Pengunjung Suaka Alam
Merapi tetap menginginkan suasana alami dari obyek-obyek wisata yang
dinikmatinya, sehingga bentuk fasilitas yang diinginkan adalah fasilitas sederhana
dengan pelayanan pengunjung yang intensif (37%) (Gambar 40).
Gambar 39 Pengetahuan pengunjung tentang jenis yang dilindungi.
Gambar 40 Penilaian pengunjung tentang bentuk fasilitas yang diinginkan.
61
5.4.5 Harapan Pengunjung
Harapan pengunjung terutama adalah dilaksanakannya kegiatan Operasi
Bersih Merapi (OPSI) dari sampah-sampah pengunjung, khususnya di sepanjang
jalur pendakian ke Gunung Merapi. Beberapa harapan pengunjung lainnya terkait
pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan kualitas sarana prasarana yang sudah ada, terutama yang
menunjang kegiatan pendakian ke Gunung Merapi. Contohnya adalah
perbaikan jalur.
2) Penyediaan sarana akomodasi, seperti penginapan di sekitar kawasan
Suaka Alam Merapi yang akan dikembangkan untuk kegiatan ekowisata.
5.5 Pendapat Pengelola (BKSDA Sumatera Barat) tentang Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi Suaka Alam Merapi dikelola oleh BKSDA Provinsi Sumatera Barat.
BKSDA Sumatera Barat merupakan salah satu UPT pusat Direktorat Jendral
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) yang mengelola 21
kawasan konservasi di Sumatera Barat. BKSDA Sumatera Barat mempunyai
tugas pokok dan fungsi yang berorientasi pada Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor: P/02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Konservasi Sumberdaya Alam. Tugas pokok BKSDA Sumatera Barat
adalah “Sebagai pengelola Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam
dan Taman Buru serta konservasi jenis di alam (insitu) dan di luar kawasan
(exsitu)”. Sedangkan fungsi-fungsi BKSDA Sumatera Barat adalah:
a. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan kawasan
konservasi yang dikelola dan konservasi tumbuhan dan satwaliar di dalam
dan di luar kawasan hutan.
b. Pengelolaan kawasan konservasi serta konservasi insitu dan eksitu.
c. Perlindungan, pengamanan dan karantina sumberdaya alam di dalam dan
di luar kawasan.
d. Pengamanan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan.
e. Promosi dan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem
kawasan yang dikelola.
f. Kerjasama pengembangan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
62
Balai KSDA Sumatera Barat dalam tugas operasionalnya dilaksanakan
dalam 3 seksi wilayah, yaitu:
a. Seksi Konservasi Wilayah I (Pasaman) di Pasaman. Wilayah kerjanya
meliputi Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Lima Puluh Kota,
Kota Payakumbuh dan Kota Bukit Tinggi.
b. Seksi Konservasi Wilayah II (Tanah Datar) di Batu Sangkar. Wilayah
kerjanya meliputi Kabupaten Tanah Datar, Padang Panjang, Padang
Pariaman dan Kota Pariaman.
c. Seksi Konservasi Wilayah III (Sawah Lunto Sinjunjung) di Muaro
Sijunjung. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Sijunjung, Sawah Lunto,
Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pesisir
Selatan.
Merapi mempunyai karakteristik kawasan yang unik, berupa pegunungan
berapi yang masih aktif, namun mekanisme pengelolaan yang dilaksanakan
selama ini masih kurang kondusif ke arah pengelolaan yang lebih maju.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola diketahui bahwa terdapat banyak
obyek potensial di Suaka Alam Merapi, seperti potensi bentang alam (Gunung
Merapi), kawasan hutan, potensi sejarah “Pesangrahan Bung Hatta” dan potensi
budaya berupa kehidupan masyarakat adat Minangkabau yang tinggal di sekitar
kawasan. Salah satu fungsi Suaka Alam adalah mengimplementasikan fungsi
pendidikan/penelitian didalamnya. Dalam periode pengelolaan jangka menengah
untuk Suaka Alam Merapi, BKSDA Sumatera Barat merencanakan beberapa
kegiatan, yaitu:
a. Penataan blok kawasan (blok inti & blok rimba).
b. Pengembangan kawasan Gunung Merapi, Koto Baru.
c. Pedampingan masyarakat Koto Baru, khususnya tim Merapi Adventure
Camp (MAC) yang merupakan partner BKSDA dalam pemantauan
aktivitas wisata pengunjung di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).
d. Penyusunan rancangan topik-topik penelitian dan pendidikan tentang
potensi Suaka Alam Merapi (tumbuhan, satwa, ekosistem, gejala alam,
hidrologi, sosial ekonomi, budaya dan pola-pola adat di masyarakat).
e. Promosi dan pengembangan pola kerjasama penelitian dan pendidikan
dengan perguruan tinggi negeri / swasta, Governmental Organization
63
(seperti ADB, World Bank, FAO, JICA dan sebagainya), LSM dalam dan
luar negeri (seperti WALHI, KEHATI dan Yayasan Suaka Alam
Indonesia).
f. Pembinaan generasi muda dan pecinta alam yang berada di sekitar
kawasan Suaka Alam Merapi khususnya dan Sumatera Barat umumnya.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui pelatihan dan pendidikan konservasi.
Gunung Merapi merupakan obyek yang menjadi pusat perhatian dalam
beberapa dekade terakhir ini. Secara faktual, sebelum Merapi ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam, Merapi telah dijadikan lokasi untuk aktivitas pendakian di
Jalur Koto Baru. Kegiatan pendakian di Jalur Koto Baru dipandang sebagai dua
busur panah yang memberikan efek berbeda. Kegiatan pendakian yang tidak
terkendali telah memberikan ancaman serius bagi kawasan, seperti masalah
sampah, sementara kegiatan wisata alam berupa pendakian ini juga potensial
untuk menyebarluaskan pendidikan konservasi dan informasi hidupan liar di
Suaka Alam Merapi.
Pengelola (BKSDA Sumatera Barat) telah aktif melakukan pendampingan
terhadap masyarakat sekitar kawasan, khususnya dalam mengontrol aktivitas
pendakian ke Gunung Merapi. Pengelola telah membentuk organisasi Merapi
Adventure Camp (MAC) yang anggotanya berasal dari masyarakat Nagari Koto
Baru. Organisasi ini telah mendapat dukungan dari Pemerintahan Nagari Koto
Baru dengan pembaharuan masa kerja setiap jangka waktu 3 tahun.
Pengelola terus melakukan penataan blok pengelolaan Suaka Alam
Merapi. Sejak tahun 2007 terus dilakukan evaluasi batas kawasan konservasi
Suaka Alam Merapi. Blok pengelolaan Suaka Alam Merapi dalam
perencanaannya akan dibagi menjadi blok inti dan blok rimba. Blok inti diarahkan
pada bagian-bagian kawasan yang kondisinya masih asli, sedangkan blok rimba
diarahkan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan, seperti wisata pendidikan,
kegiatan penelitian, pengambilan plasma nutfah dan pengelolaan wisata alam
terbatas.
5.6 Pendapat Masyarakat tentang Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi
Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi didukung sepenuhnya
oleh masyarakat sekitar kawasan. Wawancara dilakukan terhadap 30 orang untuk
64
mengetahui pendapat masyarakat terhadap rencana pengembangan ekowisata di
Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru). Responden adalah 20 orang laki-laki dan
10 orang perempuan. Masyarakat yang menjadi responden (63,3%) umumnya
berprofesi sebagai petani, sisanya berprofesi sebagai pedagang dan buruh.
0%
100%
Tidak Setuju
Setuju
90%
10%
Pernah
Tidak pernah
0%
100%
Tidak mendukungMendukung
Seluruh responden (100 %) menyatakan setuju untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan alam Suaka Alam Merapi (Gambar 41). Banyak falsafah adat
Gambar 41 Dukungan terhadap pelestarian lingkungan Suaka Alam Merapi.
Gambar 42 Pengetahuan masyarakat: pernah/tidak mendengar istilah ekowisata.
Gambar 43 Dukungan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi.
65
masyarakat setempat yang berhubungan erat dengan alam Suaka Alam Merapi,
seperti ungkapan “Bumi sanang, padi manjadi”. Padi hanya bisa hidup dan
berbuah dengan baik apabila kelestarian alam disekitarnya dijaga dengan baik.
Logika ilmu pengetahuan alam ini disadari masyarakat yang tinggal di
sekitar Suaka Alam Merapi yang sebagian besar hidupnya tergantung pada sawah
dan kebun. Masyarakat bertani di area sekitar Gunung Merapi yang menyuplai air
untuk kebutuhan hidup, pengairan sawah dan kebun mereka. Air tersebut mengalir
dari lembah-lembah di Suaka Alam Merapi. Masyarakat tidak perlu membeli air
untuk kebutuhan hidup mereka karena hutan telah menyediakannya secara gratis.
Air gunung mengalir sampai ke rumah penduduk, bahkan sebagian dimanfaatkan
untuk kolam alami. Lahar-lahar bekas muntahan dan letusan Gunung Merapi
menyuburkan tanah pertanian mereka. Oleh sebab itu, masyarakat mengharapkan
agar pengunjung yang datang ke Suaka Alam Merapi hendaknya memperhatikan
aspek kebersihan lingkungan Merapi.
Kerusakan hutan di sekitar Gunung Merapi dapat mendatangkan bencana
bagi masyarakat sekitar, seperti banjir, tanah longsor dan bencana kemarau yang
panjang. Hal ini telah dipahami masyarakat sehingga tingkat gangguan terhadap
kawasan hutan di Suaka Alam Merapi oleh masyarakat sangat rendah. Di
Kabupaten Tanah Datar khususnya, tidak pernah ada pembalakan hutan (illegal
logging), kebakaran hutan dan perladangan liar di dalam kawasan Suaka Alam
Merapi.
Masyarakat (90%) umumnya pernah mendengar istilah “ekowisata”
(Gambar 42), namun pandangan masyarakat secara umum cenderung
mengkategorikan ekowisata sebagai kegiatan berwisata di alam dan lingkungan.
Kalangan masyarakat yang memahami istilah ekowisata umumnya adalah
responden yang pernah berinteraksi langsung dengan pengelola (BKSDA
Sumatera Barat), seperti Wali Nagari dan anggota Merapi Adventure Camp.
Mereka mengungkapkan bahwa yang membedakan ekowisata dengan wisata pada
umumnya adalah kepedulian yang lebih tinggi terhadap alam dan ekologinya.
Masyarakat umumnya mengetahui status kawasan Merapi sebagai Suaka Alam,
akan tetapi cenderung menyebutnya dengan istilah “hutan lindung” yang menjadi
milik pemerintah dan tidak boleh diganggu keberadaannya.
66
Masyarakat (100%) menyatakan setuju terhadap pengembangan ekowisata
di Suaka Alam Merapi (Gambar 43). Obyek-obyek yang potensial untuk
dikembangkan adalah Gunung Merapi dan Pesangrahan Bung Hatta. Masyarakat
mengharapkan agar pengembangan ekowisata Suaka Alam Merapi (Jalur Koto
Baru) dapat dikelola dengan baik, seperti lokasi-lokasi wisata gunung berapi
lainnya di Indonesia. Masyarakat meyakini bahwa Suaka Alam Merapi (Jalur
Koto Baru) juga mempunyai potensi wisata yang besar, namun pengembangan
yang dilakukan hendaknya berorientasi pada kelestarian lingkungan Suaka Alam
Merapi dan selaras dengan norma adat dan norma kesopanan yang berlaku.
5.7 Prinsip Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi
Prinsip pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi harus
memperhatikan tujuh hal sebagaimana yang dijelaskan oleh Muntasib et al.
(2004). Ketujuh prinsip tersebut adalah:
1) Berhubungan/kontak langsung dengan alam (touch the nature)
Kegiatan ekowisata bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dengan
menikmati alam. Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi membutuhkan
interaksi antara wisatawan dengan alam sekitarnya, ini karena Suaka Alam Merapi
mempunyai daya tarik utama berupa bentang alam (gunung, kawah, flora, fauna
dan sebagainya).
2) Pengalaman yang bermanfaat, baik secara pribadi ataupun secara sosial
Faktor yang membedakan ekowisata dengan kegiatan wisata lainnya
adalah adanya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh wisatawan
setelah melakukan kegiatan ekowisata. Pengembangan ekowisata di Suaka Alam
Merapi diharapkan mampu menerapkan prinsip tersebut. Sarana prasarana
penunjang diperlukan untuk memberikan pengalaman berekowisata bagi
wisatawan, seperti pusat informasi dan sarana interpretasi.
3) Ekowisata bukan wisata massal
Pengembangan ekowisata umumnya tidak ditujukan untuk mendatangkan
pengunjung dalam jumlah besar, melainkan pengunjung dalam jumlah kecil yang
mempunyai ketertarikan tertentu (special interest). Pengunjung dalam jumlah
besar dikhawatirkan mendatangkan dampak negatif, seperti pengrusakan terhadap
lingkungan. Agar kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi tidak berubah
67
menjadi mass tourism maka dapat dilakukan pengaturan jumlah/kuota pengunjung
yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.
Hasil wawancara memberikan informasi bahwa wisatawan mancanegara
datang ke Sumatera Barat pada puncaknya dibulan Maret, April, Mei, Juni, Juli,
Agustus dan Desember. Waktu ini merupakan waktu liburan bagi wisatawan
mancanegara. Wisatawan nusantara biasanya berkunjung ke Suaka Alam Merapi
pada masa liburan sekolah, hari raya dan akhir tahun serta tahun baru. Waktu ini
juga merupakan waktu ramai kunjungan ke Suaka Alam Merapi.
4) Program-program ekowisata harus membuat tantangan fisik dan mental
bagi wisatawan
Pengalaman wisata yang menarik dan menantang pastinya memberikan
tantangan fisik dan mental bagi pengunjung. Bentang alam Suaka Alam Merapi
dapat dikembangkan untuk variasi jenis dan program wisata yang menarik dan
memberi pengalaman petualangan (adventure).
5) Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat
Pengembangan ekowisata harus memperhatikan interaksi antara
wisatawan dengan masyarakat sekitar kawasan, tujuannya agar terjadi pertukaran
informasi antara wisatawan dengan masyarakat setempat. Masyarakat sekitar
Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) didominasi oleh masyarakat Minangkabau
(Sumatera Barat). Masyarakat tersebut memiliki berbagai adat dan budaya
tradisional, khususnya yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Seperti
tenunan masyarakat Pandai Sikek yang motif-motifnya diambil dari fenomena
alam Minangkabau, sesuai dengan falsafah hidup masyarakat Minangkabau
”Alam takambang jadikan guru” (alam terkembang jadikan guru).
6) Adaptif atau sesuai dengan akomodasi pedesaan
Akomodasi pedesaan diharapkan untuk memberikan pendapatan bagi
penduduk setempat, selain untuk meningkatkan hubungan antara wisatawan
dengan masyarakat. Akomodasi tidak harus mewah dan mahal, melainkan
disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat setempat.
7) Pengalaman lebih utama dari kenyamanan.
Pengembangan ekowisata tidak perlu membangun sarana prasarana yang
banyak, melainkan lebih ke arah pemanduan (interpretasi). Pembangunan sarana
prasarana di Suaka Alam hendaknya bersifat sederhana dan lebih alami.
68
Wisatawan disajikan cerita masyarakat setempat, kondisi sosial budaya dan
pengalaman di alam dibandingkan fasilitas yang lengkap dan mewah.
Gunn (1994) menyatakan bahwa pengembangan ekowisata pada suatu
lokasi perlu mencakup sepuluh kegiatan penting. Kesepuluh kegiatan tersebut
adalah pengembangan atraksi wisata (sumberdaya alam dan budaya), perbaikan
sarana prasarana dan infrastruktur, perbaikan usaha-usaha jasa wisata (misalnya
akomodasi), perbaikan fasilitas penunjang atraksi wisata, pengembangan peluang
pasar wisata, peningkatan promosi, penguatan organisasi dan kelembagaan,
penguatan kompetensi sumberdaya manusia, penguatan ekonomi lokal / regional /
nasional dan dukungan kebijakan lingkungan / politik / ekonomi.
5.8 Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi
Pengembangan ekowisata Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)
diperlukan sebagai alternatif peningkatan fungsi dan daya jual kawasan, serta
benteng dalam pelestarian keanekaragaman hayati Suaka Alam Merapi. Dasar
pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi mengacu pada PP 68 tahun 1998
yang menyatakan bahwa pada Kawasan Suaka Alam dapat dilakukan pengelolaan
wisata alam terbatas yang kegiatannya terbatas pada kegiatan mengunjungi,
melihat dan menikmati keindahan alam, tumbuhan atau perilaku satwaliar di
dalamnya. Pemilihan obyek-obyek Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) yang
akan dikembangkan untuk ekowisata bersumber dari hasil penilaian ODTW,
wawancara pengunjung, pengelola dan masyarakat (Tabel 28).
Tabel 28 Obyek ekowisata yang dikembangkan di Suaka Alam Merapi
Keterangan Sumber Informasi
Hasil Penilaian ODTW
Pengunjung Masyarakat Pengelola (BKSDA Sumbar)
Obyek Potensial untuk Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)
1) Pesangrahan Bung Hatta
2) Parak Batuang 3) Shelter
Paninjauan 4) Terowongan
Pakis 5) Cadas 6) Kawah Merapi 7) Puncak Merpati 8) Taman Edelweis
Obyek-obyek yang terdapat di sepanjang jalur pendakian Gunung Merapi (sama dengan obyek-obyek yang dinilai pada Hasil Penilaian ODTW)
Gunung Merapi, meliputi Pesangrahan Bung Hatta, Shelter Paninjauan, Cadas, Kawah Merapi, puncak Merpati, Tugu Abel Tasman dan Taman Edelweis.
1) Gunung Merapi dan obyek-obyek di sepanjang jalur pendakian Koto Baru.
2) Pesangrahan Bung Hatta
3) Obyek-obyek penunjang, seperti kawasan pertanian Koto Baru, Nagari Pandai Sikek, kebudayaan, dll
69
Obyek-obyek yang dikembangkan sebagai obyek ekowisata (Tabel 28)
diketahui berdasarkan hasil skoring penilaian ODTW, wawancara pengunjung,
masyarakat dan pengelola. Berdasarkan hasil tersebut maka delapan obyek yang
ditemukan di sepanjang jalur Koto Baru layak dikembangkan untuk kegiatan
wisata alam. Lima bentuk pengembangan yang dilakukan di Suaka Alam Merapi
(Jalur Koto Baru) adalah pengembangan obyek dalam kawasan, pengembangan
kegiatan ekowisata, pengembangan pelayanan ekowisata, pengembangan promosi
dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) ekowisata.
5.8.1.1 Pengembangan Obyek Dalam Kawasan
Delapan obyek yang dikembangkan adalah Pesangrahan Bung Hatta,
Parak Batuang, Shelter Paninjauan, Terowongan Pakis, Cadas, Kawah Merapi,
Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Pada masing-masingnya dapat dilakukan
pengembangan ekowisata (Tabel 29).
Tabel 29 Pengembangan ekowisata pada masing-masing obyek di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)
No Obyek Pengembangan Obyek 1. Pesangrahan
Bung Hatta Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah: a) Pemugaran kembali situs bangunan Pesangrahan Bung Hatta dan
penyediaan sarana informasi tentang Pesangrahan Bung Hatta b) Guide khusus yang mengetahui sejarah Pesangrahan Bung Hatta c) Perbaikan jalur akses, khususnya jembatan penyeberangan di atas
sungai menuju Pesangrahan d) Penataan lokasi, khususnya lokasi camping dan areal api unggun,
serta penataan khusus untuk lokasi war game e) Pengadaan sarana berupa perlengkapan war game f) Penyediaan tempat pembuangan sampah di sekitar Pesangrahan g) Pembuatan tungku / areal api unggun h) Pembuatan papan interpretasi i) Pembuatan akses jalan menuju sumber air panas Pesangrahan
2. Parak Batuang Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah: a) Penataan lokasi, khususnya lokasi camping dan lokasi api unggun,
serta penataan khusus untuk lokasi war game b) Penyediaan tempat pembuangan sampah di sekitar Parak Batuang c) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan jenis tumbuhan bambu
yang terdapat di Parak Batuang d) Pembuatan tungku / areal api unggun
3. Shelter Paninjauan
Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Perbaikan jalur jelajah di Shelter Paninjauan. Jalur yang ada saat ini
kondisinya sudah banyak tertutup belukar b) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan penunjuk arah menuju
Shelter Paninjauan, papan jenis tumbuhan dan satwa c) Pembuatan menara pandang. Lokasi Shelter Paninjauan
menyediakan pemandangan Suaka Alam Merapi secara keseluruhan d) Kegiatan operasi bersih sampah sepanjang jalur Shelter Paninjauan
4. Terowongan Pakis
Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pembuatan shelter, khususnya di sumber air Pintu Angin (setelah
keluar dari Terowongan Pakis)
70
Tabel 29 (Lanjutan) b) Guide khusus
c) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan nama jenis tumbuhan, papan penunjuk arah dan papan penunjuk lokasi Pembenahan jalur akses ke Terowongan Pakis, penggunaan bantuan kernmantel pada beberapa lokasi track yang menanjak dan licin karena banyak ditumbuhi lumut
5. Cadas Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah: a) Penataan lokasi, khususnya titik-titik lokasi untuk camping dan
lokasi yang menyediakan pemandangan alam yang indah b) Pembuatan papan penunjuk lokasi, seperti lokasi camping dan
lokasi yang menyediakan pemandangan alam (view) yang indah c) Guide yang mengetahui sejarah Gunung Merapi d) Pembuatan akses jalan untuk menuju sumber air minum sekitar
Cadas e) Pembuatan akses jalan yang aman dari Cadas menuju kawasan
puncak dengan bantuan kernmantel f) Kegiatan operasi bersih sampah-sampah sekitar Cadas g) Pengadaan rescue tim
6. Kawah Merapi Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pengadaan rescue tim b) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan peringatan dan papan
penunjuk arah c) Pembuatan akses dengan jarak relatif aman untuk melakukan
pengamatan Kawah Merapi, dibantu dengan kernmantel d) Pemantauan aktivitas magma Gunung Merapi, bekerja sama dengan
tim pemantau Gunung Merapi di Batu Palano (kawasan Suaka Alam Merapi Kabupaten Agam)
7. Puncak Merpati
Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pembenahan jalur yang aman menuju kawasan puncak. Jalur yang
ada saat ini berbentuk zig-zag dan rawan longsor batuan Gunung Merapi., dibantu dengan kernmantel
b) Pengaturan jumlah pengunjung dengan sistem antri, saat menuju Puncak Merpati. Puncak Merpati memiliki luasan kecil, hanya bisa dipenuhi sekitar 6 – 7 orang pengunjung
c) Guide khusus d) Pengadaan rescue tim
6. Taman Edelweis
Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan jenis Edelweis di
kawasan puncak Merapi, papan peringatan dan papan larangan untuk melakukan pengambilan tumbuhan di lokasi
b) Pembuatan batas “Taman Larangan”, batasan jarak pengunjung boleh mengakses Taman Edelweis
c) Pengadaan rescue tim d) Pembuatan jalur akses ke Taman Edelweis dengan menggunakan
kernmantel di beberapa titik dengan topografi menanjak/menurun
5.8.2 Pengembangan Kegiatan Ekowisata Dalam Kawasan
Pengembangan kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi (Tabel 30)
berorientasi pada obyek-obyek di sepanjang jalur Koto Baru. Terdapat 9 bentuk
kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan pada obyek-obyek di dalam kawasan
dan 3 bentuk kegiatan ekowisata yang dilakukan pada obyek-obyek di luar
kawasan.
71
Tabel 30 Pengembangan Kegiatan Ekowisata di Suaka Alam Merapi 1. Obyek: Kawah Merapi Judul Kegiatan Wisata Vulkanologi dan Geologi di Gunung Merapi Deskripsi Pengunjung melakukan pengamatan aktivitas gunung berapi yang dilakukan
melalui kegiatan pengamatan kawah Gunung Merapi (vulkanologi) dan pengamatan bebatuan Gunung Merapi (geologi). Obyek yang diamati adalah Kawah Merapi, khususnya Kawah Verkeed dan Kawah Bungsu
Sasaran Dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 07.00 – 09.00 WIB 2. Obyek: Puncak Merpati, Kawah Merapi dan Taman Edelweis Judul Kegiatan Pendakian ke Gunung Merapi (Road to Merapi Summit) Deskripsi Pengunjung melakukan kegiatan pendakian dengan menggunakan jalur
pendakian yang sudah ada, yaitu jalur Koto Baru. Jalur ini adalah jalur yang paling sering digunakan oleh pengunjung. Pendakian ke puncak Merapi membutuhkan waktu ± 6 jam perjalanan. Tujuan pendaki adalah obyek-obyek yang berada di kawasan puncak Gunung Merapi, yaitu Puncak Merpati, Kawah Merapi dan Taman Edelweis
Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 04.00 – 11.00 WIB, maksimal 6 jam untuk perjalanan (pengunjung juga
dapat menginap) 3. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang dan Shelter Paninjauan Judul Kegiatan Wisata Gunung Hutan (Tracking Pesangrahan – Parak Batuang – Shelter
Paninjauan) Deskripsi Jenis kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan hiking, camping,
penjelajahan hutan, pengamatan flora dan fauna dan penjelajahan trail / jalur pendakian Gunung Merapi. Lokasi yang cocok adalah Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang hingga Shelter Paninjauan
Sasaran Semua umur Waktu 06.00 – 10.00 WIB, maksimal 3,5 jam untuk penjelajahan hingga ke Shelter
Paninjauan 4. Obyek: Cadas Judul Kegiatan Menikmati Pesona Alam Sumatera Barat dari Cadas Gunung Merapi Deskripsi Pengunjung diajak menikmati view (pemandangan) alam dari obyek
sepanjang jalur. Lokasi yang memiliki pemandangan alam paling indah adalah Cadas. Sambil menikmati sunset, pengunjung disuguhi pemandangan unik. Di sebelah barat Cadas dapat dilihat menjulang tinggi Gunung Singgalang, di belakangnya berdiri Gunung Tandikat yang dijuluki gunung pemalu. Di kaki utara Gunung Singgalang dapat dilihat Ngarai Sianok dan jika kabut tidak tebal maka di sebelah barat laut akan terlihat Gunung Talamau yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Barat. Dari Cadas wisatawan juga dapat menikmati panorama kota-kota besar di Sumatera Barat, seperti Bukit Tinggi, Padang dan Padang Panjang
Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 17.00 – 18.30 WIB. Maksimal 6 jam untuk perjalanan (pengunjung dapat
menginap) 5. Obyek: Seluruh obyek Judul Kegiatan Mengabadikan Keindahan dan Fenomena Alam Gunung Merapi melalui
Fotografi Deskripsi Fotografi dengan obyek gunung berapi merupakan hobi khusus yang dapat
dijadikan pilihan oleh wisatawan. Kegiatan wisata yang satu ini dipadukan dengan potensi alam Gunung Merapi, sifatnya sangat fleksibel. Artinya dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan 1, 2, 3 dan 4
Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative, dapat dilakukan selama 1 hari penuh
72
Tabel 30 (Lanjutan) 6. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta Judul Kegiatan Mandi Sehat di Sumber Air Panas Pesangrahan Bung Hatta Deskripsi Di sekitar Pesangrahan terdapat sumber mata air panas yang sering
digunakan oleh Bung Hatta dahulunya. Oleh karena ini juga Pesangrahan mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Sumber air panas tersebut dapat diberdayakan sebagai obyek wisata kesehatan, pengunjung dapat mandi di sumber air panas tersebut. Sumber air panas tersebut berasal dari Gunung Merapi
Sasaran Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 08.00 – 15.00 WIB, 1,5 jam untuk 1 orang pengunjung 7. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta Judul Kegiatan Camping Kemah Konservasi Deskripsi Kegiatan ini cocok dilakukan di Pesangrahan Bung Hatta. Lokasinya berada
di bawah tegakan pinus dengan topografi yang relatif datar sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai areal camping ground. Kegiatan kemah konservasi dapat dibarengi dengan berbagai kegiatan seperti pendidikan konservasi, pelatihan daur ulang kompos yang berasal dari sampah organik di sekitar Pesangrahan Bung Hatta dan kegiatan penanaman pohon di areal hutan sekitar Pesangrahan Bung Hatta
Sasaran Remaja, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative, dapat dilakukan 2 – 3 hari 8. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta Judul Kegiatan Mendengarkan Sejarah Pesangrahan Bung Hatta di Masa Perang
Kemerdekaan Deskripsi Wisata ini memerlukan kemampuan seorang interpreter yang mengetahui
banyak tentang sejarah Pesangrahan Bung Hatta. Pesangrahan Bung Hatta mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Akan tetapi kondisi bangunannya sudah hancur, hanya tersisa sedikit puing-puing bekas bangunan. Wisata ini dapat diaplikasikan dengan kegiatan camping
Sasaran Remaja, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative, 2 – 3 hari, diutamakan setiap akhir pekan dan hari libur 9. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta dan Parak Batuang Judul Kegiatan Perang Paderi Melawan Belanda dan Kaum Adat yang Sesat (War Game) Deskripsi Topografi areal sekitar Pesangrahan Bung Hatta dan Parak Batuang yang
bervariasi menjadi lokasi yang cocok untuk dikembangkan kegiatan War Game. War Game mengajarkan pengunjung bagaimana pengalaman berperang seperti yang dialami Bung Hatta, Tuanku Imam Bonjol, Haji Miskin, Tuanku Pamansingan dan para pejuang Sumatera Barat lainnya. Hal ini mengingat Pesangrahan Bung Hatta dahulunya adalah lokasi gerilya dan Perang Paderi di Sumatera Barat. Dapat dilakukan berkelompok, 10 – 30 orang
Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 10.00 – 15.00 WIB, 3 jam untuk satu kali War Game
73
Gambar 44 Kegiatan pengamatan gunung berapi. Ket: (A) Pengamatan kawah
Merapi (Sumber: Linda BKSDA Sumbar); dan (B) Pengamatan bebatuan Gunung Merapi.
Gambar 45 Kegiatan pendakian ke Gunung Merapi oleh pengunjung (Sumber:
Linda BKSDA Sumbar).
Gambar 46 Wisata Gunung – Hutan (Sumber: Linda BKSDA Sumbar). Ket: (A)
Hiking; dan (B) Penjelajahan trail / jalur pendakian.
Gambar 47 Berbagai pemandangan di kawasan puncak Gunung Merapi (Sumber:
Linda BKSDA Sumbar).
A B
A B
74
Gambar 48 Panorama Cadas. Ket: (A) Sunset Gunung Singgalang; dan (B)
Pemandangan kota-kota besar di Sumatera Barat.
Gambar 49 Berbagai hasil fotografi dengan obyek kawah Gunung Merapi (Sumber: Linda BKSDA Sumbar).
Pengembangan atraksi/kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi perlu
memperhatikan tingkat gangguan yang ditimbukan oleh pengunjung terhadap
kawasan, untuk pengunjung dengan tujuan mendaki telah diterapkan aturan-aturan
khusus oleh pengelola. Ketentuan umum pendakian dapat diterapkan bagi
pengunjung adalah sebagai berikut:
1) Setiap pendaki harus memiliki Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi
(SIMAKSI) yang diproses di kantor BKSDA Sumatera Barat dan/atau di
pos jaga resort Merapi di Koto Baru dengan ketentuan yang berlaku dan
menyerahkan kepada petugas pintu masuk kawasan pada saat akan
mendaki.
2) Perijinan pendakian di merapi menggunakan sistem booking.
3) Batas lama pendakian adalah 2 hari 1 malam.
4) Membayar tiket masuk dan asuransi sebagai berikut:
a. Wisatawan Domestik : Rp. 5.000,-/orang
b. Wisatawan Mancanegara : Rp. 40.000,-/orang
A B
75
c. Asuransi : Rp. 2.000,-/orang
5) Membayar retribusi untuk nagari sebagai berikut:
a. Wisatawan Domestik : Rp. 2.000,-/orang
b. Wisatawan Mancanegara : Rp. 10.000,-/orang
6) Batas maksimum jumlah pendaki per hari adalah 200 orang.
7) Untuk keselamatan diri, setiap pendaki diwajibkan memakai sepatu serta
membawa keperluan pribadi seperti jaket, obat-obatan, tenda, senter, jas
hujan, matras, makanan dan minuman secukupnya.
8) Petugas BKSDA/ penjaga pada pintu masuk kawasan akan memeriksa
barang bawaan dan SIMAKSI sebelum dan sesudah memasuki kawasan.
9) Tidak membawa binatang ke dalam kawasan.
10) Tidak memetik, memindahkan atau mencabut tanaman di dalam kawasan.
11) Tidak membuat api ungun di dalam kawasan, kecuali di lokasi
Pesangrahan Bung Hatta (pada areal yang telah disediakan).
12) Tidak mengganggu, memindahkan, atau melakukan vandalisme pada
fasilitas yang tersedia di dalam kawasan.
13) Berjalan pada jalur yang sudah ditentukan/disediakan.
14) Tidak meninggalkan sampah dan wajib membawa turun kembali sampah
bawaannya.
15) Tidak membawa minuman beralkohol.
16) Wajib mengikuti semua peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan
BKSDA Sumatera Barat.
5.8.3 Pengembangan Kegiatan Ekowisata Sekitar Kawasan
Pengembangan kegiatan ekowisata di luar Suaka Alam Merapi bertujuan
untuk mengantisipasi tingginya aktivitas pengunjung pada obyek-obyek di dalam
kawasan. Kawasan yang berstatus Suaka Alam perlu mengantisipasi terjadinya
ledakan pengunjung. Salah satu cara untuk mengatasinya melalui pengembangan
variasi kegiatan ekowisata yang ada di luar kawasan.
Suaka Alam Merapi berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang
memiliki obyek wisata sejarah dan budaya. Beberapa bentuk kegiatan ekowisata
pendukung yang dapat dilakukan di sekitar Suaka Alam Merapi diantaranya
wisata budaya, wisata sejarah dan wisata pertanian (Tabel 31).
76
Tabel 31 Pengembangan Kegiatan Ekowisata di Sekitar Suaka Alam Merapi 1. Wisata Budaya Judul Kegiatan Mengenal Tenunan Tradisional “Pandai Sikek” Deskripsi Bentuk-bentuk kegiatan wisata yang dapat dikembangkan untuk
pengunjung adalah sebagai berikut: a. Aktivitas menenun, mulai dari proses mengantih, menata benang
hingga menjadi kain b. Eksplorasi peranan dan fungsi tenun, seperti mempelajari berbagai
motif tenunan Pandai Sikek, praktek memakai pakaian adat Minangkabau, dan membuat desain tenun
c. Eksplorasi budaya masyarakat Nagari Pandai Sikek, seperti kebiasaaan hidup masyarakat, aktivitas sehari-hari, arsitektur rumah adat dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat
d. Eksplorasi tata niaga tenun, seperti kegiatan penjualan dan pemasaran tenun di Pandai Sikek
Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative 2. Wisata Pertanian Judul Kegiatan Agrowisata Sayuran Organik di Nagari Koto Baru Deskripsi Lokasinya adalah Nagari Koto Baru. Rangkaian kegiatan yang dapat
diikuti pengunjung adalah: a. Wisata pertanian: para pengunjung dapat menikmati dan memetik
sendiri beraneka ragam sayuran, antara lain wortel, kol/kubis, lobak sawi, labu, tomat, cabai dan sebagainya. Pengunjung akan dilibatkan dalam kegiatan menanam dan memanen sayur-sayuran langsung di kebun
b. Homestay: pengunjung menginap di rumah warga untuk ikut merasakan nuansa kehidupan petani. Oleh karena itu berkaitan dengan sarana akomodasi, masyarakat disarankan untu membangun ecolodge (rumah penginapan selaras alam)
c. Wisata Belanja: kegiatan ini dilakukan di pasar tradisional masyarakat di Koto Baru setiap hari Selasa dan Rabu. Pengunjung dapat membeli berbagai macam jenis sayuran segar yang berasal dari areal perkebunan masyarakat Koto Baru
Sasaran Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Pagi hari di saat petani aktif di ladang pertanian mereka, serta saat hari
pasar, yaitu Selasa dan Rabu. 3. Wisata Sejarah Judul Kegiatan Berziarah ke makam Haji Miskin dan Haji Tuanku Pamansingan Deskripsi Pengunjung diajak untuk berkunjung sambil berziarah ke situs cagar
budaya, berupa komplek makam dan mesjid. Haji Miskin dan Tuanku Pamansingan adalah anggota dari Harimau Salapan (Harimau Delapan), ini berhubungan dengan Perang Paderi di Sumatera Barat. Haji Miskin sendiri adalah salah satu dari empat asisten Tuanku Imam Bonjol. Wisata ziarah ke makam merupakan perjalanan yang diwarnai banyak cerita misteri yang mengasyikkan yang akan menarik minat pengunjung
Sasaran Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative
77
Gambar 50 Tenunan Pandai Sikek. Ket: (A, B) Berbagai bentuk warna kain
songket; dan (B) Contoh penggunaan tenunan Pandai Sikek untuk penghias pelaminan pengantin adat Minangkabau.
Gambar 51 Aksesoris Pandai Sikek. Ket: (A, B) Dompet; dan (C) kerajinan kayu.
Gambar 52 Kerajinan tenunan Pandai Sikek. Ket: (A) Aktivitas menenun; dan (B)
Alat tenun yang digunakan.
A B C
A B C
A B
B A
78
Gambar 53 Agrowisata di Merapi. Ket: (A) Kelompok Tani Subur dan Lereng
Merapi; (B) Contoh area perkebunan; dan (C, D) Aktivitas petani sayuran.
5.8.4 Pengembangan Sarana Prasarana Ekowisata
Pengembangan sarana prasarana diperlukan untuk meningkatkan
pelayanan demi kepuasan pengunjung. Pembangunan sarana prasarana di kawasan
yang berstatus Suaka Alam harus disesuaikan dengan penataan blok-blok dalam
kawasan (blok inti dan blok rimba). Pengembangan sarana prasarana wisata
tersebut juga tidak harus selalu ada pada setiap obyek. Hal ini karena obyek-obyek
berada pada satu jalur, sehingga keduanya dianggap sebagai satu kesatuan obyek.
Pengembangan sarana prasarana pada lokasi obyek di Suaka Alam Merapi dapat
saling menunjang satu sama lainnya.
5.8.4.1 Sarana Prasarana Dalam Kawasan
Sarana prasarana yang terdapat di dalam kawasan belum lengkap. Suaka
Alam Merapi memiliki 1 jalur pendakian dengan kondisi yang jelas dan mudah
diakses, 1 unit pos jaga yang berlokasi di 200 m sebelum Pesangrahan dan
fasilitas interpretasi berupa papan penunjuk arah, papan petunjuk obyek, papan
himbauan dan papan peringatan dengan kondisi yang sederhana serta sudah rusak.
C D
A
79
Gambar 54 Sarana prasarana dalam kawasan. Ket: (A) Pos jaga BKSDA &
MAC; (B) Papan penunjuk arah; (C) Papan himbauan; dan (D) Papan petunjuk obyek.
Sarana prasarana di dalam kawasan perlu ditingkatkan. Peningkatan
tersebut meliputi kegiatan perbaikan jalur Koto Baru, penyediaan sarana prasarana
dasar, penambahan sarana interpretasi, penyediaan tempat sampah dan sistem
pengelolaan sampah dan pembuatan areal api unggun.
1) Perbaikan jalur Koto Baru
Kuisioner menunjukkan hasil bahwa sarana prasarana yang paling
diinginkan adalah perbaikan jalan dan jalur Koto Baru (46%). Jalur Koto
Baru relatif sudah aman diakses dan sudah cukup jelas. Hanya diperlukan
perbaikan jalur menuju obyek di sekitar Shelter Paninjauan yang
kondisinya sudah tertutup dengan tumbuhan semak. Sarana pembantu
yang perlu disediakan adalah kernmantel, disediakan pada lokasi-lokasi
dengan topografi menanjak dan rawan longsor, khususnya Cadas. Jalur
dari Cadas menuju kawasan puncak dan Taman Edelweis juga perlu
diperbaiki.
2) Prasarana dasar
Prasarana dasar dibutuhkan oleh petugas Merapi dan MAC yang
memantau kegiatan ekowisata dan pengamanan kawasan. Prasarana
tersebut adalah peta dasar Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru), 1 unit
radio komunikasi dan 5 unit handy talky di pos jaga Kecamatan X Koto,
pengadaan peralatan navigasi (kompas, 5 unit altimeter dan 1 unit GPS), 2
unit peralatan camping dan lapangan, 1 unit kamera, 1 unit mesin tik dan 1
unit komputer, 5 unit kendaraan patroli roda dua, 5 unit senjata api laras
panjang dan 1 pucuk senjata laras pendek.
3) Penambahan sarana interpretasi
Muntasib (2001) mendefinisikan interpretasi sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang seni dalam memberikan penjelasan
B C D
80
tentang suatu kawasan. Interpretasi memuat berbagai materi yang dapat
disajikan kepada pengunjung, contohnya materi sejarah pengelolan Suaka
Alam Merapi, materi flora dan fauna pada masing-masing obyek dan
materi keunikan kawasan dengan ekosistem Gunung Merapi. Interpretasi
pada Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) didukung dengan sarana
interpretasi, seperti jalur interpretasi, data potensi kawasan (flora, fauna,
ekosistem), papan interpretasi (papan petunjuk arah, papan petunjuk jarak,
papan nama obyek, papan cerita, papan larangan / tanda bahaya), shelter,
menara pandang dan sebagainya.
4) Penyediaan tempat sampah dan pengelolaan sampah
Sampah adalah masalah utama yang dihadapi pengelola di Suaka Alam
Merapi. Lokasi yang terkonsentrasi seperti Pesangrahan Bung Hatta
membutuhkan tempat-tempat sampah. Areal sekitar tower juga
membutuhkan lokasi pembuangan sampah karena pengunjung (khususnya
pendaki) umumnya membawa perbekalan berupa makanan dan minuman
yang memakai kemasan, dengan tidak adanya tempat pembuangan sampah
akhir maka pengunjung cenderung tidak mempunyai kesadaran untuk
membawa sampah mereka kembali.
5) Pembuatan tungku/areal api unggun
Pesangrahan Bung Hatta digunakan sebagai areal aktivitas camping.
Lokasi ini memerlukan fasilitas tambahan berupa tungku atau areal api
unggun untuk mengantisipasi sikap pengunjung menggunakan areal sekitar
pohon di Pesangrahan Bung Hatta sebagai lokasi untuk membuat
tungku/api unggun. Alternatif bahan bakar juga perlu disediakan, seperti
arang/sabut untuk mengantisipasi pengunjung mengambil kayu-kayu
pohon di sekitar Pesangrahan Bung Hatta. Kegiatan ini mengajarkan
kepada pengunjung akan pentingnya fungsi vegetasi pada kawasan hutan
sekitar Pesangrahan Bung Hatta.
6) Pengadaan sarana pusat informasi
Pusat informasi diperlukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap
pengunjung saat memasuki kawasan. Pos jaga Merapi Adventure Camp
dapat berfungsi sebagai pusat informasi bagi pengunjung. Pusat informasi
tersebut perlu difasilitasi dengan sumber-sumber informasi tentang
81
kawasan, seperti foto-foto, peta kawasan, alat peraga dan buku-buku
informasi yang memberikan pengetahuan bagi pengunjung tentang
kawasan Suaka Alam Merapi.
7) Sarana MCK
Belum ada sarana MCK yang memadai yang terdapat di kawasan. Selama
ini pengunjung hanya menggunakan MCK sederhana di tower dengan
meminta izin pada petugas tower. Sarana MCK adalah salah satu
kebutuhan mendasar bagi pengunjung yang harus dipenuhi dan jumlahnya
cukup. Penyediaan sarana MCK cukup dibangun di pusat informasi (pos
jaga BKSDA dan MAC).
5.8.4.2 Sarana Prasarana Penunjang
Sarana prasarana penunjang dibutuhkan untuk memudahkan pengunjung
mengakses obyek. Sarana prasarana penunjang yang terdapat di kawasan sekitar
Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) adalah:
a. Jalan menuju kawasan tower (pintu masuk Jalur Koto Baru). Jalan tersebut
sepanjang 2,5 km dan lebar 4 m, permukaan aspal dan banyak yang rusak.
Jalan dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 dan roda 4.
b. Jalan tower – batas nagari sepanjang 1.400 m dengan lebar jalan 2,5 m,
400 m diaspal dan 1 km berupa jalan tanah.
c. Angkutan Koto Baru – tower menggunakan ojek dengan biaya Rp 5.000,-
dan angkutan tower – pos jaga BKSDA menggunakan ojek dengan biaya
Rp 3.000,- . Ojek tower – pos jaga BKSDA akan dibatasi pada hari-hari
yang menjadi puncak kunjungan.
d. 1 unit warung sederhana terletak di tower (aktif Sabtu / Minggu dan hari
ramai pengunjung).
e. Jaringan listrik dan telekomunikasi sampai ke kawasan tower.
f. 1 unit mushola dengan kondisi kurang terawat dan kurang memadai.
Sarana prasarana penunjang yang diperlukan meliputi perbaikan prasarana
infrastruktur jalan menuju tower (pintu masuk Jalur Koto Baru), sarana angkutan
dari Koto Baru menuju tower, sarana MCK, warung masyarakat, toko penjualan
cenderamata (souvenir shop), sarana menginap dan perbaikan sarana ibadah
sekitar tower.
82
1) Prasarana infrastruktur jalan menuju tower
Tower merupakan pintu masuk menuju Jalur Koto Baru. Jalan aspal
sepanjang 2,5 km menuju tower sudah banyak mengalami kerusakan.
Perbaikan jalan perlu dilakukan untuk memudahkan akses kendaraan roda
dua dan roda empat yang digunakan oleh pengunjung mencapai kawasan.
2) Sarana angkutan Koto Baru menuju tower
Jalan Koto Baru – tower dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua dan roda
empat. Sarana angkutan yang tersedia saat ini hanya berupa ojek motor
dengan frekuensi jarang. Pada saat musim liburan dan kunjungan ke Suaka
Alam Merapi (Jalur Koto Baru), warga sekitar yang tidak berprofesi
sebagai tukang ojek ikut menjadi tukang ojek untuk menambah
penghasilan mereka. Pengaturan jumlah tukang ojek perlu dilakukan agar
pengunjung dapat selalu menggunakan jasa tersebut. Tukang ojek tersebut
dapat diberdayakan menjadi ojek wisata, mengingat dalam perjalanan
menuju tower, pengunjung disajikan pemandangan asri alam perkebunan
Nagari Koto Baru yang berlatar belakang Gunung Merapi dan Gunung
Singgalang.
3) Sarana MCK
Sarana MCK di kawasan tower sangat minim, pengunjung menumpang di
WC darurat pada ladang perkebunan masyarakat atau WC di kantor
stasiun pemancar tower. Sarana MCK terletak cukup jauh dari perumahan
penduduk. Masyarakat dapat membangun WC sederhana dengan sistem
sewa, sehingga menambah pendapatan masyarakat.
4) Warung masyarakat di sekitar tower
Warung masyarakat menyediakan kebutuhan pengunjung, baik wisatawan
yang akan melakukan kunjungan maupun wisatawan yang sudah
melakukan kunjungan. Saat ini hanya terdapat 1 unit warung sederhana di
sekitar tower yang hanya aktif pada hari-hari ramai kunjungan. Warung
tersebut menyediakan kebutuhan seperti minuman (kopi, teh, air mineral),
makanan (gorengan, mie instant) dan rokok untuk keperluan pengunjung.
Warung di sekitar tower perlu ditambah agar pelayanan terhadap
pengunjung meningkat.
5) Sarana menginap
83
Pengunjung dengan lama kunjungan lebih dari 1 hari biasanya
membutuhkan sarana menginap di sekitar kawasan. Nagari Koto Baru
sendiri belum memiliki tempat sewa untuk penginapan. Pengunjung
umumnya menginap di kota terdekat, seperti Padang Panjang dan Bukit
Tinggi. Pengunjung dengan tujuan pendakian bahkan hanya menginap
secara sederhana di areal sekitar tower, yaitu di pelataran warung dan
mushola. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 9% pengunjung
menginginkan sarana penginapan (guest house). Sarana penginapan
tersebut dibangun sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
6) Perbaikan sarana ibadah
Sarana ibadah juga menjadi faktor penting dalam hal meningkatkan
kepuasan pengunjung. Pengunjung (3%) menginginkan perbaikan sarana
ibadah, khususnya mushola di tower.
5.8.5 Pengembangan Pelayanan Ekowisata
Jasa pelayanan dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mempermudah
aktivitas pengunjung dalam mengunjungi obyek. Jasa pelayanan terdiri dari
fasilitas menuju kawasan, pelayanan dan keramahtamahan.
5.8.5.1 Fasilitas
Transportasi merupakan fasilitas utama yang harus diperhatikan agar
pengunjung dapat mengakses lokasi dengan mudah. Jalan menuju Suaka Alam
Merapi (Jalur Koto Baru) merupakan jalan lintas yang menghubungkan berbagai
kota besar di Sumatera Barat, yaitu Padang – Padang Panjang dan Bukit Tinggi.
Faktor tersebut menyebabkan transportasi kendaraan menuju lokasi selalu ada,
seperti mini bus, bus antar kota dan travel car.
Lokasi pemberangkatan dimulai dari pintu gerbang nasional dan
internasional, yaitu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang.
Jaraknya ± 80 km dari Koto Baru. Padang dijadikan lokasi pemberangkatan (point
of departure) dan Koto Baru adalah lokasi tujuan (point of arrival). Padang dipilih
sebagai lokasi pemberangkatan dengan asumsi bahwa Padang merupakan ibukota
provinsi Sumatera Barat yang menjadi pusat lapangan udara (BIM), pelabuhan
laut (Teluk Bayur) dan pusat loket bus antar provinsi. Koto Baru dijadikan lokasi
tujuan karena menjadi pintu masuk lokasi terdapatnya obyek-obyek. Fasilitas
84
pendukung yang dapat ditemui di sepanjang perjalanan Padang– Padang Panjang–
Koto Baru relatif lengkap, seperti rumah makan, pusat ATM, pasar, tempat
menginap, tempat pengisian bahan bakar dan sebagainya. Fasilitas yang relatif
lengkap tersebut tersedia karena pengunjung melalui jalan lintas antar kota.
Akses dari Padang menuju Koto Baru membutuhkan waktu tempuh sekitar
1 jam 20 menit. Nagari Koto Baru berdekatan dengan kota-kota besar di Sumatera
Barat, seperti kota wisata Bukit Tinggi dan kota budaya Padang Panjang. Kedua
kota tersebut dapat dicapai dalam jarak tempuh 20-30 menit pejalanan.
Transportasi dapat menggunakan jalur darat dengan angkutan umum/bus ataupun
travel car. Dari Koto Baru, pengunjung menggunakan ojek selama 10 menit
perjalanan dengan membayar Rp 5.000,-.
Hasil kuisioner menunjukkan fasilitas yang ada di sekitar Suaka Alam
Merapi terbilang cukup memuaskan (52%), jika dilakukan penambahan jenis
fasilitas. Pengunjung menginginkan fasilitas yang sederhana dan alami.
Pengunjung tetap menginginkan suasana alami dari obyek-obyek wisata yang
dinikmatinya, sehingga bentuk fasilitas yang diinginkan adalah fasilitas sederhana
dengan pelayanan pengunjung yang intensif (37%) (Gambar 61).
5.8.5.2 Pelayanan dan Keramahtamahan
Pelayanan dan keramahtamahan berkaitan dengan kegiatan pemanduan
oleh pramuwisata. Pramuwisata merupakan jembatan penghubung antara
pengunjung dengan kawasan. Pramuwisata dibutuhkan terutama bagi pengunjung
yang berasal dari luar Sumatera Barat. Berdasarkan hasil observasi lapang selama
penelitian (Juli–September 2009), pengunjung dari luar Sumatera Barat yang
datang ke Suaka Alam Merapi berasal dari Jambi, Pekan Baru (Riau), Medan
(Sumatera Utara), Jakarta dan Manado (Sulawesi Utara). Pengunjung
mancanegaranya berasal dari Prancis, Belanda, Polandia, Belgia dan Mesir.
Pengunjung-pengunjung tersebut cenderung belum mengenal obyek.
Pramuwisata tidak hanya berperan sebagai pihak yang mengantarkan
pengunjung menuju obyek, tetapi juga harus memiliki pengetahuan lebih tentang
kawasan dan obyek yang dikunjungi. Anggota Merapi Adventure Camp dapat
diberdayakan menjadi pramuwisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).
Mereka telah diikutsertakan dalam beberapa kali seminar dan pelatihan
85
pemanduan wisata, baik yang diadakan oleh BKSDA Sumatera Barat maupun
instansi lainnya. Pramuwisata penting memiliki kemampuan berbahasa Inggris.
5.8.6 Pengembangan Promosi
Pengembangan promosi Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) belum
dilakukan secara khusus. Pengelola BKSDA Sumatera Barat melakukan promosi
dalam bentuk pameran, pembuatan leaflet dan CD interaktif tentang Suaka Alam
Merapi. Komunikasi personal oleh staf/petugas BKSDA Sumatera Barat kepada
teman/relasi kerja mereka merupakan satu bentuk komunikasi langsung.
Tim Merapi Adventure Camp telah melakukan promosi kawasan melalui
komunikasi dengan sejumlah Kelompok Pecinta Alam (KPA), baik yang ada di
Sumatera Barat maupun luar Sumatera Barat, contohnya pada tahun 2007 pernah
diadakan kegiatan Operasi Bersih Merapi (OPSI) oleh KPA Universitas Negeri
Jambi dengan tim Merapi Adventure Camp yang pada saat itu masih melakukan
pengelolaan swadaya tanpa bantuan BKSDA Sumatera Barat. Promosi melalui
KPA tersebut dianggap sangat efektif. Hal ini terbukti dengan banyaknya tingkat
kunjungan ke Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) yang dilakukan berbagai
KPA SMP, KPA SMA, KPA Universitas/Organisasi dan KPA pemuda dari
berbagai daerah. KPA tersebut kemudian mengenalkan obyek- obyek di Suaka
Alam Merapi (Jalur Koto Baru) melalui cerita pengalaman yang dilengkapi foto-
foto kegiatan mereka di website/ blog pribadi/ organisasi.
Promosi Suaka Alam Merapi juga dipelopori oleh wisatawan mancanegara
yang pernah berkunjung ke Suaka Alam Merapi (jalur Koto Baru) dan
mempromosikan kawasan di website dunia (www.lonelyplanet.com). Bentuk-
bentuk promosi yang bisa dilakukan untuk pengembangan ekowisata di Suaka
Alam Merapi (Jalur Koto Baru) adalah:
a. Ikut serta dalam kegiatan seminar/ pameran/ lomba foto.
b. Kerjasama dengan berbagai biro perjalanan (travel agent).
c. Pembuatan leaflet, booklet, stiker dan brosur tentang Suaka Alam Merapi.
d. Publikasi melalui media massa (cetak/ elektronik).
5.8.7 Pengembangan SDM Ekowisata
Pengembangan SDM ekowisata di Suaka alam Merapi ditujukan pada
pengelola BKSDA Sumatera Barat dibantu oleh tim Merapi Adventure Camp
86
(MAC). Pengembangan SDM pengelola diantaranya penambahan jumlah petugas
(saat ini hanya ada 1 orang PEH dan 1 orang petugas resort Merapi) dan
peningkatan keterampilan petugas dalam teknis bidang manajemen pengelolaan,
khususnya pengelolaan wisata. Dalam pengelolaan Suaka Alam Merapi (Jalur
Koto Baru), BKSDA Sumatera Barat dibantu oleh 15 orang anggota MAC (Tabel
32). MAC merupakan badan usaha nagari yang bersama dengan pengelola
melakukan kegiatan pemantauan aktivitas ekowisata di Jalur Koto Baru.
Tabel 32 SDM Merapi Adventure Camp (MAC) No Nama Umur
(Tahun) Pekerjaan / Profesi
Pendidikan Terakhir
Diklat yang Pernah Diikuti
1. Jovri A. 35 Pimpinan MAC/Petani
SMA Pelatihan Gunung Hutan (2003) Pelatihan SAR
2. Randi 24 Mahasiswa SMA Diklat pemandu wisata di Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 3. Son 38 Petani SMP Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 4. Rusdi
Efendi 24 Petani SMP Diklat pemandu wisata di
Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 5. Aulia
Ramadhan 24 Mahasiswa SMA Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 6. Kojek 26 Wiraswasta/
Supir SMP Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 7. Hendra 28 Wiraswasta/
Pendaki Gunung
SMP Diklat pemandu wisata di Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 8. Ujang 30 Wiraswasta/
Pengojek SD Pelatihan Gunung Hutan
(2003) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 9. Novrial 31 Petani SMP Pelatihan Gunung Hutan
(2003) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 10. Adi
Wijaya 43 Petani SMA Diklat pemandu wisata di
Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 11. Arman
Maulana 46 Petani SMA Diklat pemandu wisata di
Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 12. Amelia
Ramadhani 22 Mahasiswa SMA Diklat pemandu wisata di
Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) Sumber: Wawancara dengan Pimpinan MAC
87
Tabel 32 (Lanjutan) No Nama Umur
(Tahun) Pekerjaan / Profesi
Pendidikan Terakhir
Diklat yang Pernah Diikuti
13. Erwin 33 Wiraswasta/ Pendaki Gunung
SMA Pelatihan Gunung Hutan (2003) Pelatihan SAR
14. Riki 22 Petani SMA Pelatihan Gunung Hutan (2003) Pelatihan Gunung Hutan
(2003) 15. Edi 33 Wiraswasta /
Pedagang SMA Pelatihan Gunung Hutan
(2003) Sumber: Wawancara dengan Pimpinan MAC
Merapi Adventure Camp (MAC) dilibatkan dalam pengembangan
ekowisata di Suaka Alam Merapi. Anggota MAC (Tabel 32) harus memiliki
pengetahuan tentang lokasi, keadaan dan situasi obyek serta pengetahuan
mengenai flora/ fauna/ ekosistem Suaka Alam Merapi. Muntasib dan Rahmawati
(2003) menyatakan bahwa masyarakat dapat berperan menjadi pemandu wisata
pada suatu kawasan karena masyarakat memiliki pengalaman dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan mampu melihat fenomena pada obyek yang bersangkutan.
Sebesar 46,7% (7 orang) anggota MAC berprofesi sebagai petani, 20% (3 orang)
berprofesi sebagai mahasiswa dan 33,3% (5 orang) berprofesi sebagai wiraswasta
(supir, pengojek, pedagang dan pendaki gunung). Sebesar 60% (9 orang) anggota
MAC adalah lulusan SMA, 33,3% (5 orang) adalah lulusan SMP dan 6,7% (1
orang) adalah lulusan SD.
Enam orang (40%) anggota MAC sudah pernah mengikuti pelatihan
pemandu wisata, 13,33% (2 orang) pernah beberapa kali mengikuti pelatihan
SAR tingkat daerah dan nasional, sedangkan secara keseluruhan (100%) anggota
MAC sudah pernah mengikuti kegiatan Pelatihan Gunung Hutan. Anggota MAC
beberapa kali dilibatkan dalam kegiatan SAR, seperti penanggulangan longsor
Bukik Lantiak (Padang), penanggulangan korban banjir bandang Malalo
(Singkarak), pencarian korban wisatawan yang hilang di Ngarai Sianok dan
pencarian korban wisatawan yang hilang di Gunung Merapi dan Gunung
Singgalang.
Anggota MAC memiliki kualitas dan kuantitas dalam hal pelayanan
pengunjung. Kemampuan mereka dapat terus ditingkatkan, caranya adalah dengan
terus melakukan pembinaan dan peningkatan ilmu pengetahuan/ keterampilan,
88
baik dalam teknis bidang pemanduan dan bidang lainnya. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan maka diberikan saran sebagai berikut:
1) Jenis-jenis keterampilan yang diperlukan adalah:
a. Keterampilan berbahasa dan etika/sopan santun dalam pemanduan.
b. Keterampilan berbahasa asing, khususnya bahasa inggris.
c. Keterampilan pengetahuan dibidang pengelolaan kawasan konservasi,
khususnya Kawasan Suaka Alam.
d. Keterampilan dibidang ilmu kehutanan.
e. Keterampilan administrasi.
f. Keterampilan pengelolaan obyek wisata, seperti sistem promosi,
penataan fisik obyek dan sebagainya.
2) Jenis-jenis pelatihan yang perlu diberikan adalah:
a. Pelatihan pemandu wisata.
b. Pelatihan bahasa inggris.
c. Pelatihan interpreter.
d. Kursus kepariwisataan.
e. Peningkatan keterampilan SDM, khususnya dibidang wisata.
3) Contoh-contoh materi pelatihan yang perlu diberikan:
a. Kode etik dan norma seorang pramuwisata.
b. Mengenal perilaku dan karakter wisatawan.
c. Cara pelayanan wisata yang baik terhadap pengunjung.
d. Penguasaan nama-nama jenis flora dan fauna di Suaka Alam Merapi
(Jalur Koto Baru).
e. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung tentang obyek-
obyek di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).