BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... ·...

29
81 VBAB V RUMUSAN KONSEP V.1 Peta Alur Perumusan Konsep Gambar V.01. Peta Alur Konsep Perancangan

Transcript of BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... ·...

Page 1: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

81

VBAB V RUMUSAN KONSEP

V.1 Peta Alur Perumusan Konsep

Gambar V.01. Peta Alur Konsep Perancangan

Page 2: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

82

Konsep perancangan yang dipilih, diharapkan dapat menjadi salah satu

alternatif solusi dari permasalahan yang ada. Perumusan konsep diawali

dengan tahap penguatan isu yang diangkat seperti analisa isu yang

berkembang terkini, permasalahan yang timbul, serta solusi dari

permasalahan isu tersebut. Setelah penguatan isu dilakukan, selanjutnya

adalah menguraikan jejak permasalahan yang ada (problem seeking) baik

diskala makro, messo, maupun mikro. Setelah mendapat rumusan

permasalahan dan didukung isu-isu yang kuat, tahap selanjutnya adalah

menyusun solusi dari permasalahan yang timbul (problem solving) berupa

konsep perancangan baik diskala messo maupun mikro yang diwujudkan

dengan sebuah solusi dalam bentuk desain. Dengan demikian antara isu,

permasalahan, dan konsep perancangan yang diambil akan membentuk peta

alur perumusan konsep yang dapat menyelesaikan masalah yang diangkat.

V.2 Konsep Messo Konsep messo yang diusung adalah “URBAN REVITALIZATION

HERITAGE DISTRICT”. Adalah upaya mem”vital”kan kembali sebuah distrik

bangunan pusaka (warehouse Stasiun Tugu), dengan memberikan pemantik

aktifitas baru berupa tipologi bangunan komersial berupa pusat ritel tematik

berbasis olah desain arsitektur pusaka (ODAP). Penggunaan tipologi

bangunan ini di harapkan dapat menjadi jalan tengah antara kepentingan

investor, pemerintah kota, dan warga kota. Dari sisi warga kota, tipologi ini

merupakan alternatif dari tipologi bangunan mall yang pada pembahasan

sebelumnya mendapatkan reaksi penolakan dari warga kota. Konsep yang

diusung ini tidak hanya mempertimbangkan nilai ekonomi semata

(memfasilitasi kapitalis), namun juga memiliki nilai kemanfaatan sehingga

diharapkan dapat diterima oleh warga kota. Dari sisi investor, dengan

tipologi bangunan komersial dengan konsep ODAP tetap dapat menanamkan

investasinya sekaligus mendapatkan “image branding” dari pengolahan

bangunan pusaka tersebut. Dari sisi pemerintah kota, adanya kehadiran

investor diposisikan sebagai public-privat partnership dalam upaya

pelestarian bangunan pusaka dan PAD.

Gambar V.02. Konsep Messo Perancangan

Page 3: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

83

Upaya revitalisasi bukan berarti hanya pada definisi “beautification”

bangunan pusaka saja, namun lebih pada “menghidupkan” bangunan pusaka

dengan seting aktifitas dalam bentuk desain yang memuliakan bangunan

lama. Dengan demikian diharapkan bangunan pusaka yang ada dapat

“dimiliki” oleh semua pihak.

Gambar V.03. Suasana yang Menghidupkan Bangunan Pusaka Sumber gambar : http://www.asiatique-sky.com/files/gallery/Asiatique-Sky-8.1.jpg . pada

12 Januari 2014, pukul 16.48

Dalam desain pusat ritel tematik berbasis ODAP, terdapat dua sisi

kepentingan yang diharapkan dapat saling menguntungkan. Dua sisi tersebut

adalah dari sisi ekonomi (profit), dan sisi pelestarian (non profit). Dengan

desain pusat ritel tematik berbasis ODAP diharapkan dapat mempermudah

upaya pelestarian (pembiayaan) dengan hadirnya peran Public-privat

Patnership. Dari sisi ekonomi, pusat ritel berbasis ODAP dapat memberikan

alternatif pengembangan tipologi bangunan komersial (mall) sekaligus

mempunyai “image branding” tersendiri. Dengan demikian, upaya pelestarian

merupakan upaya jangka panjang, sedangkan upaya ekonomi merupakan

upaya jangka pendek yang saling menguntungkan.

Gambar V.04. Hubungan Mutualis Sisi Ekonomi dan Sisi Pelestarian

V.2.1 Strategic Plan Untuk mendukung upaya konsep messo, terdapat dua perencanaan

strategis dalam mengembangkan desain pusat ritel tematik dalam skala

messo. Yaitu pusat ritel tematik sebagai ekstensi malioboro (penguatan

marketing dan ekonomi) dan sebagai urban void kota (menjawab isu sosial,

dan penguat branding).

Page 4: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

84

V.2.1.1 Sebagai Ekstensi Kawasan Malioboro

Gambar V.05. Hubungan Site Dengan Kawasan Malioboro Sumber Gamber: Foto Udara Kota Yogyakarta

Menjawab isu yang berkembang di sekitar Malioboro terkait dengan

penataaan kawasan dan kepadatan yang terjadi, perencanaan pusat ritel

tematik ini sebagai “Ekstensi Kawasan Malioboro”. Strategi ini diambil

bagaimana desain pusat ritel dapat menjadi “bagian” dari Malioboro, bukan

sebagai kompetitornya. Dengan demikian dapat menekan tingkat tingkat

kegagalan dalam pengembangan pemasaran. Sebagai ekstensi Malioboro,

pusat ritel ini juga berperan dalam pemecahan permasalahan di Malioboro

terkait dengan kepadatan konsentrasi wisatawan dan PKL. Pusat ritel tematik

juga diharapkan dapat menampung sebagian dari pedagang kaki lima yang

berlebihan di Malioboro yang memiliki produk-produk kreatif untuk

dipasarkan dan menjadi pusat aktifitas baru yang dapat mengurangi

kepadatan di sepanjang Jalan Malioboro.

Gambar V.06. Skema Desain

V.2.1.2 Sebagai Urban Void Kota Pada analisa fungsi disekitar kawasan, disimpulkan bahwa site

dikelilingi distrik komersial (warna biru) yang berbentuk city block. Selain itu berdasarkan tinjauan lapangan, pada site terjadi surplus lahan sebanyak 17.017 m2. Site memiliki potensi selain dikembangkan sebagai pusat ritel tematik, juga dapat diintegrasikan dengan fungsi ruang publik hijau. Dengan demikian strategi sebagai urban void menjadi potensial untuk dikembangkan.

Page 5: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

85

Gambar V.07. Letak Site yang Dikelilingi Distrik Komersial

Gambar V.08. Pembagian Fungsi Lahan Pada Site

Pada site terpilih, lokasi yang dapat dikembangkan menjadi urban void

(ruang publik hijau) adalah pada sisi Barat (kotak merah) atau ditepi Jalan

Margo Utomo. Pemilihan lokasi tersebut mempertimbangkan sebaran

bangunan pusaka yang ada tidak terlalu banyak. Selain itu dengan adanya

ruang publik hijau di lokasi tersebut akan memperkuat vista ke arah pusat

komersial yang merupakan pusat sebaran bangunan pusaka.

Gambar V.09. Suasana Ruang Publik Sumber gambar: (kiri)http://www.bangkokpost.com/media/content/20120518/

389216.jpg,(kanan) http://reginaurbanecology.files.wordpress.com/2010/10/highline1.jpg , pada tanggal 12 Januari 2014 Pukul 19.32

Page 6: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

86

V.2.2 Transit Oriented Development (TOD)

Gambar V.10. Fungsi Distrik Terkait dengan TOD Sumber Gambar: Foto Udara Kota Yogyakarta.

Stasiun Tugu menjadi salah satu “gerbang masuk” para wisatawan yang

ada berkunjung di Kota Yogyakarta barik dari arah Timur (Solo, Malang,

Surabaya), maupun dari arah Barat (Cilacap, Bandung, Jakarta). Berdasarkan

data dari BPS 201350, jumlah penumpang kereta api di Pulau Jawa tiap

bulannya rata-rata mencapai 16.000 penumpang tiap bulannya. Ditambah

lagi dengan isu pembangunan bandara baru di kota Yogyakarta di Kulon

Progo yang dapat menampung sekitar 10 juta penumpang51. Salah satu moda

transportasi publik yang akan dikembangkan dan potensial menjadi

tansportasi utama penghubung antara kota Yogyakarta dan bandara. Jika di

asumsikan 50% penumpang bandara menggunakan kereta api sekitar 5 juta

penumpang akan masuk ke Kota Yogyakarta melewati Stasiun Tugu. Dengan

membaca demand yang begitu besar, kawasan di sekitar stasiun tugu menjadi

potensial untuk dikembangkan sebagai zona Transit Oriented Development.

Peluang emas tersebut sudah dibaca oleh para isvestor, dengan membangun

bangunan-bangunan komersial berupa hotel di sisi Utara site.

Gambar V.11. Perkembangan Fungsi Komersial di Sekitar Site Sumber gambar: Foto Udara Kota Yogyakarta

Dapat disimpulkan site terletak di zona penyangga stasiun yang kecenderungannya berkembang menjadi distrik komersial sebagai area transit. Perkembangan fungsi komersial di zona penyangga stasiun tersebut masih berfokus pada pembangunan fungsi hotel dan penginapan sehingga

50 BPS, jumlah penumpang kereta api , diakses dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=16, pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 20.15 51 Neni Ridarineni, “Bandara Baru Yogya akan Tampung 10 Juta Penumpang”, Republika Online, diakses dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/12/08/09/m8hs0i-bandara-baru-yogya-akan-tampung-10-juta-penumpang, pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 20.06.

Page 7: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

87

pengembangan site sebagai pusat ritel tematik merupakan peluang yang potensial.

Gambar V.12. Konsep TOD

V.2.3 Integrasi Kawasan Sekitar Terkait dengan site sebagai ekstensi dari Kawasan Malioboro maka

diperlukan integrasi langsung antar keduanya. Melihat tingkat intensitas

kendaraan yang melewati pintu masuk kawasan stasiun tugu dan adanya

jalur kereta api yang memotong jalan antara jalan Margo Utomo dan Jalan

Malioboro, integrasi yang digunakan menggunakan sistem underground.

Konsep yang digunakan tersebut sejalan dengan konsep yang diajukan

pemkot yaitu menghubungkan Stasiun Tugu dengan Kawasan Malioboro

pada pengembangan kawasan Stasiun Tugu dan Kawasan Malioboro pada

tinjauan lapangan.

Gambar V.13. Integrasi Site Terhadap Kawasan

Gambar V.14. Perlintasan Kereta Api di Depan Stasiun Tugu Sumber Gambar: (Kiri) http://www.panoramio.com/photo/11488228, (Kanan)

http://images.harianjogja.com/2014/01/malioboro-dari-utara.jpg, pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 21.48.

Sepanjang Pedestrian underground menuju site dari Jalan Malioboro,

terdapat empat titik sebagai akses keluar masuk. Node tersebut terletak di

Page 8: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

88

depan dua sisi jalan Malioboro (sisi kiri: infill di bangunan shophouse kosong

yang terletak di ujung Malioboro, sisi kanan: depan Hotel Garuda), di depan

Stasiun Tugu, dan di Site Lokasi.

Gambar V.15. Shophouse (Sebagai Landmark Gerbang) yang Di-infill Sumber Gambar: (Kanan) http://www.flickr.com/photos/27413787@N03/2555209953/

sizes/m/in/photostream/, pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 21.52

Terkait dengan TOD Stasiun Tugu, perlunya integrasi antara stasiun

tugu dengan distrik komersial (transit wisatawan). Bentuk integrasi dapat

menggunakan sistem skyway maupun underground.

Gambar V.16. Subway & Skyway Penghubung Sumber Gambar: (Kiri) http://www.labelscar.com/wp-content/uploads/2006/07/Bergen-Mall-

24.jpg, (kanan) http://www.rgbstock.com/bigphoto/mWyrzji%2Fskyway, pada tanggal 12 Januari 2012, pukul 22.26.

V.2.4 Sirkulasi kawasan Konsep sirkulasi yang digunakan adalah konsep sirkulasi searah. Pada

sisi Barat site dapat diakses melalui Jalan Bumijo dan Jalan Suryonegaran.

Pada sisi Timur site dapat diakses melalui Jalan Margo Utomo. Kantong parkir

yang disediakan terpusat di sisi Barat maupun sisi Timur sebagai respon dari

sirkulasi searah tersebut. Untuk Jalan Wongsidirjan bersama jalur sirkulasi di

sisi Utara site di jadikan Streetscape atau jalur pedestrian hijau. Untuk jalur

sisi Utara juga difungsikan sebagai jalur servis yang diseting pada jam-jam

tertentu.

Page 9: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

89

Gambar V.17. Konsep Sirkulasi Kawasan

V.2.5 Sirkulasi Kebakaran Dikarenakan merupakan bangunan publik sehingga perlu diperhatikan

jika terjadi sebuah keadaan darurat. Pintu-pintu yang ada di desain membuka

keluar sehingga memudahkan jika terjadi keadaan darurat. Selain itu

disekeliling kawasan dibuat aksesibel untuk sirkulasi mobil kebakaran jika

terjadi kebakaran. Mobil kebakaran dapat mengelilingi kawasan melewati

streetscape yang ada. Untuk evakuasi pengunjung, Pada kawasan juga dibagi

beberapa titik kumpul yang aman dari bahaya robohnya bangunan.

Gambar V.18. Konsep Sirkulasi Evakuasi Kebakaran

Bangunan pusaka menggunakan sistem struktur baja sehingga sangat rawan collapse jika terjadi kebakaran. Maka selain memberikan skenario ekvakuasi juga harus disediakan titik water ground tank khusus untuk kebakaran yang tersebar di kawasan site. Untuk menanggulangi kebakaran kecil dapat dengan memakai fire extinguisher yang diletakkan pada tiap unit bangunan.

V.2.6 Pembagian Distrik Tematik

Berdasarkan sebaran dan kedekatan bangunan pusaka serta

merchandice mix yang ditentukan, site dibagi menjadi lima distrik tematik.

Tiap distrik tersebut mengusung produk-produk tertentu yang mewujudkan

tema basar “the best product of Jogja”. Peritel yang ada diseting dari

berbagai segmen (tenancy mix) mulai dari peritel kecil, sedang maupun

besar. Dengan demikin unit-unit ritel yang disediakan mulai dari skala

Anchor (600 m2), mini anchor (300 m2), FnB (180 m2), Ritel Besar (120 m2),

ritel sedang (60 m2), dan ritel kecil (20 m2).

Page 10: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

90

Gambar V.19. Pembagian Distrik Tematik pada Site

Ke lima distrik tematik tersebut adalah, (1) fashion zone, (2) tourist and

home décor zone, (3) café and franchise zone, (4) urban park zone, (5) food

festival zone. Dan untuk mendukung distrik-distrik tersebut diperlukan

fasilitas servis dan pendukung yang terletak di sisi Barat site (A).

V.2.6.1 Fashion Zone

Gambar V.20. Letak Distrik Fashion Zone

Distrik ini menempati 3 buah bangunan pusaka dengan total luas lantai

sebesar 3360 m2. Tenanxy mix yang digunakan adalah dengan 1 unit anchor, 2

unit mini anchor, 5 unit ritel besar, 18 Unit ritel sedang, dan 35 unit retail

kecil. Total tenant yang disediakan sebanyak 61 unit. Dari kebutuhan total

luasan tenant ditambah dengan sirkulasi 20% (belum termasuk fasilitas

servis) luasan kebutuhan ruang masih kurang 2644 m2 dari luasan bangunan

eksisting yang tersedia. Berikut merupakan tabel perhitungan luasannya;

Page 11: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

91

Tabel V.01. Kebutuhan NLA Distrik Fashion Zone

Pada fashion zone menawarkan “the best product of Jogja” dalam

bentuk produk pakaian, aksesoris, dan tekstil. Sasaran peritel yang di tuju

adalah yang produk-produk kreatif berbahan batik, para desainer pakaian

muda, outlet-outlet distro, butik, dan produk produk tekstil yang kreatif dan

unik.

V.2.6.2 Tourist and Home Decor Zone

Gambar V.21. Letak Distrik Tourist and Home Décor Zone

Distrik ini menempati 2 buah bangunan pusaka dengan total luas lantai

sebesar 1249 m2. Tenanxy mix yang digunakan adalah dengan 2 unit mini

anchor, 5 unit ritel besar, 12 Unit ritel sedang, dan 15 unit retail kecil. Total

tenant yang disediakan sebanyak 44 unit. Dari kebutuhan total luasan tenant

ditambah dengan sirkulasi 20% (belum termasuk fasilitas servis) luasan

ruang masih kurang 1655 m2 dari luasan bangunan eksisting yang tersedia.

Tourist and Home Decor Zone menawarkan “the best product of Jogja”

dalam bentuk produk kerajinan, furnitur, dan benda seni. Sasaran peritel

yang di tuju adalah yang produk-produk kerajinan tangan khas, karya-karya

seni, dolanan bocah, peralatan dan dekorasi rumah, furniture, produk

keramik, produk spa dan herbal. Berikut merupakan tabel perhitungan

luasannya;

Page 12: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

92

Tabel V.02. Kebutuhan NLA Distrik Tourist and Home Décor Zone

V.2.6.3 Caffe and Franchise Zone

Gambar V.22. Letak Distrik Caffe and Restaurant Zone

Distrik ini menempati 1 buah bangunan pusaka dengan total luas lantai

sebesar 744 m2. Tenanxy mix yang digunakan adalah dengan 2 unit anchor

(restoran), dan 10 ritel FnB. Total tenant yang disediakan sebanyak 12 unit.

Dari kebutuhan total luasan tenant ditambah dengan sirkulasi 20% (belum

termasuk fasilitas servis) luasan bangunan masih kurang 2856 m2 dari luasan

bangunan eksisting yang tersedia. Pada caffe and franchise zone menawarkan

produk kuliner khas maupun restoran franchise. Sasaran peritel yang di tuju

adalah yang kafe, bakery atau restoran yang menyajikan kuliner khas

Yogyakarta. Berikut merupakan tabel perhitungan luasannya.

Tabel V.03. Kebutuhan NLA Distrik Caffe and RestoZone

Page 13: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

93

V.2.6.4 Urban Park Zone

Gambar V.23. Letak Distrik Urban Park Zone

Pada dasarnya distrik ini difungsikan sebagai area semi komersial.

Ruang-ruang yang ada didesain sebagai ruang publik hijau dan dapat

digunakan untuk fungsi-fungsi kegiatan seni maupun festival. Dengan

mempertimbangkan adanya aktifitas dengan banyak massa, kemudian

diberikan fasilitas kuliner sederhana dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel V.04. Kebutuhan NLA Distrik Urban Park Zone

Urban park selain difungsikan sebagai ruang publik hijau, juga sebagai

penarik aktifitas yang ada di Jalan Margo Utomo agar dapat menarik

pengunjung untuk masuk ke dalam pusat ritel tematik. Pada distrik ini juga

untuk mewadahi aktifitas kuliner Kopi Joss yang ada di kawasan site dengan

setting dengan selera yang lebih baik.

V.2.6.5 Food Festival Zone

Gambar V.24. Letak Distrik Food Festival Zone

Page 14: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

94

Konsep dari Food Festival Zone adalah mempertemukan kuliner-

kuliner ringan khas Yogyakarta dengan kuliner-kuliner internasional. Zona

ini membutuhkan ruang 1 Unit Food Circus (600 m2), 2 Unit ritel FnB

(180m2) dengan perhitungan sebagai berikut.

Tabel V.05. Kebutuhan NLA Distrik Food Festival Zone

V.2.7 Penambahan Massa Bangunan Baru Untuk merespon kekurangan luas bangunan yang dibutuhkan, dan

menghubungkan satu bangunan pusaka ke bangunan pusaka yang lain, maka

dikembangkan massa-massa bangunan baru di sekitar bangunan pusaka

berdasarkan strategi ODAP yang sudah ditentukan pada analisa adaptive

reuse sebelumnya. Strategi ODAP yang di gunakan mengacu pada teori

Cramer and Breitling (2007) pada lingkup Adaptation dan Modernization.

Gambar V.25. Contoh Strategi Modernization dan Adaptation Sumber gambar: ( kiri) http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building4037/media

/chq%20-%2004%20-%20part%20south%20elevation.jpg, (kanan) http://www.loftwork.jp /~/media/Images/News/2013/20130510_taipei/taipei02.ashx, pada tanggal 13 Januari 2014

pukul 04.58.

Strategi Adaptation lebih ditekankan pada massa bangunan baru yang

dibutuhkan di sekitar bangunan pusaka, sedangkan strategi Modernization

lebih ditekankan pada pengolahan bangunan pusaka.

Kata kunci dalam pengambangan massa bangunan baru adalah,

menunjukan dengan jelas mana yang menjadi bangunan lama dan mana yang

menjadi bangunan baru (sejalan dengan guideline desain retail reuse).

Pembedaan dari lama dan baru dapat di lakukan dengan pemilihan material,

gubahan massa, dan teknologi yang digunakan. Namun, dalam dalam proses

pembedaan tersebut harus tetap memperhatikan dialog dan keselarasan

Page 15: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

95

dengan bangunan lama. Dengan demikian akan terbentuk citra bangunan

yang kontras namun masih tetap selaras (memuliakan) bangunan lama.

Gambar V.26. Strategi Dialog Bangunan Baru dengan Bangunan Lama

Berikut merupakan peta sebaran letak massa-massa bangunan baru

(berwana merah) yang berdampingan dengan bangunan lama;

Gambar V.27. Sebaran Massa Bangunan Baru Pada Site

V.2.8 Sebaran Magnet (Anchor) Anchor (magnet primer) dan mini anchor (magnet sekunder) memiliki

peran sebagai pemantik adanya pergerakan dari tempat satu ke tempat

lainnya. Letak anchor dan mini anchor disebar pada seluruh distrik tematik

yang ada agar dapat menghasilkan efek pergerakan “ping-pong” ke seluruh

site.

Gambar V.28. Sebaran Anchor dan Mini Anchor pada Site

Anchor yang dibidik secara umum memiliki dua karakter yang

berbeda untuk menyesuaikan dalam dengan tema besar yang di angkat “the

best product of jogja”. Karakter pertama yaitu yang membutuhkan luasan

ruang standar anchor (antara 300-600 m2). Anchor yang seperti ini

merupakan anchor yang menawarkan produk-produk hasil dari berbagai

Page 16: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

96

pengrajin dan ukm yang ada di Yogyakarta. Sedangkan yang ke dua tidak

membutuhkan luasan yang relatif luas, namun dapat menarik para

pengunjung. Biasanya anchor seperti ini sudah memiliki brand lokal yang

kuat dan khas. Berikut sasaran anchor yang dituju tiap distriknya.

Tabel V.06. Anchor yang Dibidik

Distrik Anchor yang dibidik

Fashion Zone, Butik Nita Azhar, butik para desainer mudah

Yogyakarta, Olahan kreatif Batik, Dowa

Tourist and Home Décor Zone Dagadu, Mirota Batik, Sarinah Handycraft,

Anshor’r Silver

Café and Franchise Zone, Bale Raos, Gudeg Bu Tjitro, Gudeg Yu Djum,

Raminten, Bakpia 75.

Urban Park Zone -

Food Festival Zone. Angkringan Kopi Jos. Lesehan

V.2.9 Zoning Desain Messo

Gambar V.29. Zoning Desain Messo

Zona kantong parkir( kuning) terletak di sisi Barat dan Timur dengan

menggunakan lantai basement. Warna cokelat merupakan zona profit

terletak diseputaran bangunan pusaka. Warna hijau difungsikan sebagai

zona Publik.

V.2.10 Pentahapan Pengembangan Site

Dikarenakan luasan site yang relatif luas dan skala fungsi yang

kompleks, maka diperlukan strategi pentahapan dari sisi konstruksi maupun

penggunaan fungsi agar pemgembangan desain pada site dapat

dirasionalkan. Secara umum, terdapat 7 tahap dalam pengembangan site

sebagai berikut:

a) Tahap 1- Tahap pembebasan lahan di sekitar bangunan pusaka.

Pada tahap ini dilakukan pembebasan lahan dari pemukiman informal yang

ada dengan alternatif-alternatif penyelesaian pada analisa sosial sebelumnya.

Page 17: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

97

Gambar V.30. Tahap 1 Pengembangan Site

b) Tahap 2- Perlakuan pada bangunan pusaka.

Berdasarkan hasil analalisa adaptive reuse, bangunan pusaka dengan kondisi

tertentu dilakukan upaya preservasi sederhana untuk persiapan sebelum

proses infill desain. Untuk bangunan pusaka yang membahayakan

keselamatan pengguna dilakukan proses demolisi (bangunan nomor 3 dan 5)

sesuai dengan tata cara ODAP.

Gambar V.31. Tahap 2 Pengembangan Site

c) Tahap 3- Pengembangan distrik tourist shop and home decorate zone

dan integrasi dengan dalam Stasiun Tugu.

Pemilihan distrik tourist shop and home decorate zone mempertimbangkan

jumlah wisatawan Yogyakarta yang relatif tinggi, nilai arsitektur bangunan

yang tinggi dibanding yang lain, lokasi bangunan yang berdekatan dengan

Stasiun Tugu, dan kemungkinan adanya dialog antara peritel skala besar dan

peritel kecil (ukm kecil-menengah). Untuk bangunan pusaka yang berada di

sekitarnya dapat digunakan sebagai ruang-ruang seni dan galleri terlebih

dahulu, sembari mengunggu pengembangan distrik tematik selanjutnya.

Page 18: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

98

Gambar V.32. Tahap 3 Pengembangan Site

d) Tahap 4- Pengembangan bangunan penunjang dan kantor.

Pengembangan bangunan penunjang dan kantor yang menempati bangunan

pusaka di sisi Barat site. Urgensinya adalah untuk tempat/ruang mengolah

manajemen pengembangan site (kantor pengelola) , marketing, dan

memberikan fasilitas penunjang.

Gambar V.33. Tahap 4 Pengembangan Site

e) Tahap 5- Pengembangan Distrik Fashion Zone

Distrik fashion zone yang terletak di samping sisi Barat distrik tourist shop

and home decorate zone dan kedekatan produk dan sasaran pemasaran

(wisatawan) menjadi alasan pengembangan di tahap 5.

Gambar V.34. Tahap 5 Pengembangan Site

f) Tahap 6- Pengembangan urban park zone , kantong parkir (basement)

dan integrasi dengan Kawasan Malioboro.

Perkembangan distrik tourist shop and home decorate zone dan fashion zone

yang dirasa sudah stabil, tahap selanjutnya adalah pengembangan urban Park

zone, kantong parkir di bawahnya (basement) dan integrasi dengan Kawasan

Page 19: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

99

Malioboro. Urgensinya adalah distrik tematik pembutuhkan pemantik pusat

aktifitas dan koneksi langsung dari Jalan Margo Utomo dan Kawasan

Malioboro.

Gambar V.35. Tahap 6 Pengembangan Site

g) Tahap 7- Pengembangan Caffe and Franchise Zone, Food Festival

Zone,dan Street Scape.

Pada tahap terakhir. dikembangkan distrik caffe and franchise zone, food

festival Zone,dan street scape. Alasan diletakkan pada tahap terakhir, distrik

tematik ini khususnya caffe and franchise zone memiliki kebutuhan luasan

pengembangan bangunan baru yang paling tinggi. Akan lebih baik

dikembangkan pada saat distrik-distrik tematik yang lain sudah berkembang

dengan baik (stabil).

Gambar V.36. Tahap 7 Pengembangan Site

V.2.11 Sistem Transportasi Dalam Kawasan.

Kawasan memiliki panjang site sekitar 450 m sehingga diperlukan

beberapa alternatif transportasi dalam kawasan untuk mempermudah akses.

Ada beberapa alternatif transportasi dalam site. Yang pertama

menghidupkan kembali jalur rel kereta api yang ada di dalam kawasan site.

Jalur tersebut dapat menggunakan untuk moda transporrtasi publik menuju

site dari jalan Tentara Pelajar dengan trem (kereta kecil) yang dulu

dipergunakan untuk mengangkut penumpang dan hasil pertanian di jalur

Magelang dan Bantul.

Page 20: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

100

Gambar V.37. Jalur Kereta Api Tahun 1940-an dan Kereta Trem Sumber Gambar: (Kiri) koleksi KITLV Digital Media Library ,http://media-kitlv.nl/, dengan kata kunci “yogyakarta”, pada tanggal 8 Desember 2013 pukul 11.30, (Kanan) https://fbcdn-

sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak ash4/1404661_10151821315493940_ 651200149_o.jpg?dl=1, pada tanggal 27 Januari 2014, pukul 03.30.

Selain itu, juga dimungkinkan beberapa transportasi lainnnya seperti

transportasi modern berupa sepeda/skuter elektrik yang dapat dipinjam di

beberapa titik peminjaman.

Gambar V.38. Sepeda dan Skuter Elektrik

Sumber Gambar: (kiri) http://image2.indotrading.com/co7480/productimages/p42243/ f8990820-e1bc-4213-b0d8-1b182094fce5w.jpg. pada tanggal 27 Januari 2014, pukul 05.00

V.3 Konsep Mikro Konsep mikro yang diusung adalah, “RETAILEMENT BERBASIS

DESAIN INFILL”. Yang dimaksud demikian adalah retail (tata ruang dalam)

pada bangunan pusaka dengan proses desain infill yang didialogkan dengan

fungsi hiburan/entertainment (tata ruang luar). Konsep ini merupakan

turunan dari konsep kawasan sebagai Urban Revitalization Heritage Distric

pada skala unit bangunan pusaka yang ada.

Gambar V.39. Skema Konsep Mikro

Page 21: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

101

Dengan mempertimbangkan pentahapan pembangunan yang sudah

disusun dan potensi pengembangan, dalam konsep mikro akan dibahas hanya

pada desain distrik Tourist and Home Décor Zone sebagai contoh proses

pengembangan konsep pada skala mikro.

Gambar V.40. Letak Distrik Tourist and Home Décor Zone Pada Kawasan

Pada distrik tersebut memiliki dua bangunan pusaka dengan orientasi

yang berlawanan. Bangunan 1 (kiri) memiliki ukuran 17 m x 37 m dengan

orientasi Utara-Selatan. Sedangkan Bangunan 2(kanan) memiliki ukuran 20

m x 31 m dengan orientasi Barat timur. Disekeliling bangunan masih

memiliki lahan kosong terutama dibagian sisi Utara bangunan 2. Kedua

Bangunan pusaka dalam kondisi kurang terawat dan mengalami kerusakan

antara 30-40 %.

Gambar V.41. Bangunan Pusaka Pada Site

Bangunan pusaka tersebut memiliki sistem open plan didalamnya,

menggunakan struktur bentang panjang antara 17-20 m dengan struktur

baja. Kulit dan penutup atap bangunan menggunakan metal gelombang

(seng) dalam kondisi berkarat (rusak).

Page 22: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

102

GambarV.42. Kondisi Bangunan Pusaka

Detail-detail arsitektural yang memiliki potensi untuk dipertahankan

adalah adanya bukaan di atas atap sebagai pelepas udara panas, sistem

rangka bangunan yang di ekspose, dan bukaan pada Dinding bangunan

seperti pada pintu, jendela dan konsol atap.

Gambar V.43. Detail Kondisi Pintu dan Jendela

V.3.1 Tata Luar Bangunan Konsep tata luar bangunan meliputi penambahan massa bangunan, dan

desain tampilan luar bangunan (desain storefront) yang terdiri dari material,

artikulasi, transparansi, dan koneksi.

V.3.1.1 Penambahan Massa Bangunan Pada perhitungan kebutuhan ruang , distrik Tourist and Home Décor

Zone membutuhkan lahan profit 2420m2 sedangkan luasan pada bangunan

pusaka memiliki luas 1249 m2. Dengan demikian membutuhkan massa

bangunan baru dengan luasan 1655 m2. Penambahan massa bangunan baru

diletakkan pada sisi Utara bangunan 2 agar tidak mengganggu visual

bangunan pusaka jika dilihat dari arah Stasiun Tugu.

Page 23: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

103

Gambar V.44. Bangunan Baru dan Bangunan Lama

V.3.1.2 Desain Storefront Desain Storefront meliputi 4 aspek yang dipergunakan dalam

mendesain tampilan luar bangunan pusat ritel. yaitu material, artikulasi, transparansi, dan konektifitas.

V.3.1.2.1 Material Material yang digunakan pada bangunan baru dipilih yang kontras

dengan bangunan lama agar dapat dibedakan jelas mana bangunan bangunan baru dan mana bangunan lama. Material yang digunakan pada bangunan pusaka mayoritas menggunakan bahan metal, dengan demikian material yang baru dimungkinkan banyak menggunakan material kayu pabrikasi, beton ekspose, susunan batuan (masonry), dan kaca.Pada bangunan pusaka yang dengan pendekatan strategi Moderni-zation, material-material lama yang masih dapat dipertahankan adalah pada sistem struktur utama (baja). Material pada penutup atap dan dinding dapat mengalami penyesuaian dengan fungsi ritel. Dimungkinkan adanya penambahan material baru yang dapat selaras dengan visual bangunan pusaka namun dapat dibedakan dengan penggunaan warnanya.

Gambar V.45. Penggunaan Material yang Kontras (Tekstur atau Warna) sumber gambar. Plevoets (2009)

Page 24: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

104

V.3.1.2.1 Artikulasi Adalah mengolah dan mendialogkan material lama dan baru dengan

teknik - teknik tertentu menjadi art detailing yang dapat dijadikan sebagai architectural branding dari pusat ritel tematik.

Gambar V.46. Detail Artikulasi Detail pada Explanade Sumber gamber: http://www.quintinlake.com/data/photos/178_1IMG_0044.jpg, pada

tanggal 27 September 2014, pukul 09.50

V.3.1.2.1 Transparansi Pada bangunan pusaka, bagain sisi bawah bangunan disobek dan

menggantinya dengan bidang-bidang transparan agar aktifitas ritel yang ada di dalamnya dapat terlihat dari luar bangunan.

Gambar V.47. Transparansi pada Bangunan Dapat Menciptakan Interaksi sumber gambar. http://cdn.travel.cnn.com/sites/default/files/styles/

604x453_gallery/public/2012/05/06/asiatique_8_1.jpg?itok=Ta1NQ-BY, pada 7 Januari 2014 Pukul 09.05

V.3.1.2.1 Koneksi Bangunan direncanakan hanya memiliki 2 lantai bangunan (1 lantai

dasar dan 1 lantai messanine). Koneksi pada lantai satu menggunakan gang jalan yang berada diantara dua bangunan pusaka. Pada lantai messanine dapat dihubungkan dengan skywalk.

Gambar V.48. Koneksi Luar Bangunan dan Contoh Skywalk

Sumber gambar: (kiri)Plevoets(2009)

Page 25: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

105

V.3.2 Tata Dalam Bangunan Bangunan Konsep tata dalam bangunan meliputi integrasi ruang dalam dan ruang

luar. Peletakan fungsi ritel, dan sirkulasi dalam bangunan.

V.3.2.1 Integrasi Ruang Dalam dan Ruang Luar Akses ke ruang dalam menggunakan gang jalan diantara dua bangunan

pusaka. Gang jalan tersebut difungsikan sebagai ruang publik dan zona antara jalur pedestrian yang berada di sisi Utara maupun Selatan. Pada zona ini dapat digunakan untuk fungsi-fungsi kegiatan publik dan seni yang bersifat entertainment. Sedangkan pada bagian dalam bangunan difungsikan sebagai area komersial berupa ritel-ritel dengan berbagai skala. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi dialog antara ruang dalam maupun ruang luar.

Gambar V.49. Integrasi Ruang Dalam dan Ruang Luar

V.3.2.2 Peletakan Fungsi Ritel

Gambar V.50. Peletakan Fungsi Ritel

Page 26: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

106

Ritel dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu ritel skala anchor/mini anchor dan ritel ukuran besar,sedang, dan kecil. Untuk kategori anchor/mini anchor karena membutuhkan luasan yang relatif besar, maka dikonsep dalam 2 lantai (lantai dasar dan lantai messanine). Untuk ritel besar,sedang, dan kecil hanya menggunakan 1 lantaai dasar saja. Ritel anchor/mini anchor diletakkan pada ujung-ujung bangunan dan ritel besar,sedang dan kecil diletakkan diantaranya. Hal tersebut dimaksudkan agar ritel besar,sedang mapun kecil dapat dilewati oleh para pengunjung.

V.3.2.3 Sirkulasi Dalam Bangunan Sirkulasi dalam bangunan diharapkan semua area dapat dilewati oleh

para pengunjung dengan meletakan magnet-magnet (anchor) di ujung bangunan.

Gambar V.51. Sirkulasi Dalam Bangunan

V.3.3 Sistem Bangunan Konsep sistem bangunan meliputi sistem struktur bangunan, sistem

pencahayaan alami, sistem penghawaan, dan sistem penghawaan serta

utilitas.

V.3.3.1 Sistem Struktur Bangunan Sistem struktur utama pada bangunan pusaka masih tetap

dipertahankan dengan proses perawatan dan pebaikan terlebih dahulu. Pada

rangka kuda-kuda dan kolom utama dilakukan upaya perlindungan dengan

memberikan cat khusus anti karat agar struktur tersebut dapat bertahan

lebih lama dan lebih menarik jika terekspos.

Page 27: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

107

Gambar V.52. Upaya Perawatan Struktur Kuda-Kuda Sumber Gambar .http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building4037/media/chq%20-%2011%20-%20cast%20iron%20truss%20ends%20before%20and%20after.jpg, pada 03

Januari 2014, pukul 09.00

Pada sistem struktur bangunan baru (diluar bangunan),

dimungkinkan menggunakan rangka baja, beton bertulang, maupun struktur

kayu. Untuk struktur bangunan ritel dengan 2 lantai (Anchor/ Mini anchor)

dapat menggunakan sistem rangka baja dengan pertimbangan agar dapat

dibongkar pasang. Juga tidak menganggu sistem struktur utama (bangunan

pusaka) dan kemudahan dalam proses perakitan di dalam bangunan pusaka.

Gambar V.53. Lantai Mezzanine Dalam Bangunan

Sumber gambar: http://www.beingdevelopment.com/static/img/uploads/goods-shed-

north-4.jpg , pada tanggal 27 Januari 2014, pukul 10.12

Gambar V.54. Contoh Unit Ritel yang di-Infill

Sumber Gambar;http://www.chq.ie/files/chq/20071108033914_MeadowsandByrne% 20opening.jpg, pada tanggal 03 Januari 2014, Pukul 09.30

Page 28: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

108

Pada unit-unit ritel besar, sedang, maupun kecil menggunakan sistem

unit dengan rangka pabrikasi sehingga memiliki tingkat fleksibilitas yang

tinggi. Struktur yang digunakan juga dimungkinkan dapat merespon adanya

perubahan ukuran ritel yang disediakan. Ritel-ritel yang didesain memiliki

ketinggian antara 2-3 m agar struktur utama (kuda-kuda) tidak tertutup

plafond ritel.

V.3.3.2 Sistem Pencahayaan Bangunan Konsep pencahayaan terbagi dalam dua tipe, yaitu pencahayaan alami

dan pencahayaan buatan. Untuk pencahayaan alami saat siang hari, pada

bagian atap bangunan pusaka beberapa bagian menggunakan material

transparan (skylight) agar dapat memasukkan cahaya ke dalam bangunan.

Gambar V.55. Penambahan Skylight Pada Bangunan Pusaka

Sumber Gambar; http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building4037/media/chq%20-%2005%20%20interior%201%20before%20and%20after.jpg, pada 03 Januari 2014, pukul

09.23

Untuk pencahayaan buatan terbagi dalam 2 fungsi, yaitu pada

pencahayaan bangunan dan pada tiap unit ritel. Pada pencahayaan bangunan

menggunakan lampu-lampu general lighting yang menggantung di struktur

atap. Sedangkan pada unit ritel menggunakan pencahayaan yang disesuaikan

dengan kebutuhan ritel itu sendiri. Biasanya terdapat jenis display lingting,

wash lingting, dan general ligting untuk lingkup unit ritel.

Gambar V.56. General Lighting Pada Bangunan Pusaka Sumber gambar; http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building5519/media/06-

GoodsShedNorth-BCPIC-AnsonSmart.jpg, Pada 27 Januari 2014, Pukul 10.00.

V.3.3.3 Sistem Penghawaan Bangunan Jika dilihat dari bangunan pusaka yang ada, bangunan ini memang

sudah didesain menggunakan penghawaan alami. Hal tersebut dengan

Page 29: BAB V - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78159/potongan/S1-2015... · Peta Alur Konsep Perancangan. 82 ... diskala makro, messo, ... diusung ini tidak

109

adanya bukaan di atas atap untuk melepaskan udara panas yang ada di dalam

bangunan. Namun jika melihat kondisi udara Yogyakarta yang relatif panas

dimungkinkan untuk menggunakan penghawaan buatan (AC) dengan sistem

sentral maupun unit. Namun juga dimungkinkan penghawaan buatan hanya

digunakan pada unit-unit ritel saja, pada koridor-koridor ritel tetap

menggunakan penghawaan alami dengan pengkondisian sebelumnya.

Pengkondisian tersebut dapat berupa penggunaan fan, insulasi di penutup

atap, penanaman pohon di sekeliling bangunan, maupun dengan memberikan

kolam-kolam untuk mendinginkan suhu udara di dalam bangunan.

V.3.3.4 Sistem Utilitas Bangunan Untuk sistem listrik menggunakan aliran dari PLN. Jika dalam keadaan

darurat (listrik padam) dapat menggunakan genset dengan kapasitas besar.

Berikut merupakan sistem distribusi dri PLN hingga sampai ke unit-unit

bangunan.

Gambar V.57. Skema Sistem Distribusi Listrik

Untuk sistem distribusi air bersih menggunakan sistem upfeed yang kemungkinan bersumber dari sumur dalam atau dari PDAM. Berikut merupakan skema distribusi air berih hingga sampai ke unit-unit pengguna.

Gambar V.58. Skema Sistem Distribusi Air Bersih