BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN -...

32
BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN 5.1 Analisa Data Analisa data dalam penelitian ini menggunakan struktur analisis Van Dijk. Dalam Eriyanto (2011:227-228), Van Dijk menyebutkan tiga struktur tersebut tersusun dalam Struktur Makro, Superstruktur, dan Struktur Mikro. Pada level Makro akan melihat bagaimana makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Dari struktur ini akan terlihat jelas bagaimana pandangan sutradara pada suatu peristiwa yang menguntungkan kelompok-kelompok tertentu Sedangkan Superstruktur merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Dari hal ini muncul kesan yang dibuat sutradara dalam benak khalayak. Dan pada Struktur Mikro merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, klaimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Struktur ini melihat bagaimana pandangan sutradara dalam pemakaian bahasa dalam struktur pendahuluan, isi, dan penutup film. 5.1.1 Struktur Makro Pada sturktur ini terlihat bagaimana makna global di bangun pada film ini. Struktur makro berbicara tentang teks dalam hal ini film yang dimaknai dan ditangkap oleh khalayak keseluruhan. Dalam struktur ini akan terlihat bagaimana pandangan sutradara/film pada suatu peristiwa atau masalah. Sebuah tema yang hampir sulit ditemukan di dunia perfilman Indonesia yakni “Toleransi Agama” berhasil diangkat oleh film Tanda Tanya “?” ini. Aroma toleransi agama kental terasa pada tiga bagian pra-cerita yang menggambarkan suasana gereja. Pertama, tampak seorang petugas gereja yang diistilahkan dengan misdinar sedang membunyikan lonceng gereja. Lilin yang menyala dan seorang perempuan berkulit putih sedang berdoa, 46

Transcript of BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

BAB V

ANALISIS DATA & PEMBAHASAN

5.1 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan struktur analisis Van Dijk.

Dalam Eriyanto (2011:227-228), Van Dijk menyebutkan tiga struktur tersebut

tersusun dalam Struktur Makro, Superstruktur, dan Struktur Mikro. Pada level

Makro akan melihat bagaimana makna global dari suatu teks yang dapat diamati

dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Dari struktur ini akan terlihat jelas

bagaimana pandangan sutradara pada suatu peristiwa yang menguntungkan

kelompok-kelompok tertentu Sedangkan Superstruktur merupakan kerangka

suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Dari hal ini

muncul kesan yang dibuat sutradara dalam benak khalayak. Dan pada Struktur

Mikro merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan

kata, klaimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Struktur ini melihat

bagaimana pandangan sutradara dalam pemakaian bahasa dalam struktur

pendahuluan, isi, dan penutup film.

5.1.1 Struktur Makro

Pada sturktur ini terlihat bagaimana makna global di bangun pada film

ini. Struktur makro berbicara tentang teks dalam hal ini film yang dimaknai

dan ditangkap oleh khalayak keseluruhan. Dalam struktur ini akan terlihat

bagaimana pandangan sutradara/film pada suatu peristiwa atau masalah.

Sebuah tema yang hampir sulit ditemukan di dunia perfilman

Indonesia yakni “Toleransi Agama” berhasil diangkat oleh film Tanda Tanya

“?” ini. Aroma toleransi agama kental terasa pada tiga bagian pra-cerita yang

menggambarkan suasana gereja. Pertama, tampak seorang petugas gereja

yang diistilahkan dengan misdinar sedang membunyikan lonceng gereja. Lilin

yang menyala dan seorang perempuan berkulit putih sedang berdoa,

46

Page 2: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

memperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid dimunculkan

dengan umat Islam yang sedang bergotong-royong membersihkan masjid.

Dan ketiga, yakni terlihat beberapa orang sedang melakukan sembahyang di

depan altar dengan menggunakan dupa yang identik dengan umat Kong Hu

Cu.

Tiga poin tersebut menjadi menarik, karena dimunculkan sebelum

tokoh dan cerita dimunculkan. Penonton akan merasa penasaran dengan tema

yang sudah menyinggung tentang tiga latar belakang agama yang dikemas

dalam sebuah film secara bersamaan. Dari ketiga penggambaran pra-cerita

tersebut mengarah pada satu tema yakni tentang toleransi agama.

Menilik kembali makna toleransi yang dijelaskan pada bab II, maka

dapat dikatakan bahwa toleransi berarti membiarkan dalam damai orang-

orang yang mempunyai keyakinan dan praktik hidup yang lain. Sedangkan

Soerjono Soekanto melihat bahwa toleransi yakni suatu sikap yang

merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak

setuju (Soekanto, 1985:518).

Mengacu pada makna toleransi tersebut mengarah pada beberapa

adegan cerita dalam film Tanda Tanya “?” dimana tema tentang toleransi

agama digambarkan dengan begitu jelas. Makna toleransi agama tersebut

tergambar jelas pada beberapa adegan berikut.

a. Suasana restoran Chinesse Food yang penuh toleransi meskipun banyak

perbedaan.

- Menjawab salam dalam cara Islam

Scene 1

Menuk : (datang) “Assalamualaikum”Pak Tan: “Waalaikumsalam”Menuk : “Pagi, Koh”Pak Tan: “Pagi, Nuk”

47

Page 3: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Pemilik restoran Tan Kat Sun yang beragama Kong Hu Cu

selalu menjawab salam “Waalaikumsalam” yang diberikan

Menuk dengan cara Islam.

- Mengingatkan Sholat

Scene 1

Pak Tan : “Nggak papa, Nuk. Eh yang lain dah pada sholat tuh. Kamu sholat gih”

Menuk : (menganggukkan kepala)

Tan Kat Sun selalu mengingatkan sholat kepada para

pegawainya yang sebagian besar adalah beragama Islam.

Kebiasaanya inilah yang membuat pegawai betah dan loyal

terhadap restoran ini. Terbukti pada adegan saat Tan Kat Sun

jatuh sakit, Menuk dan teman-temannya bersedia mengurus

restoran.

- Restoran Chinnese Food yang memiliki peraturan ketat

Pengunjung : “Babi semua ya?”Menuk : “Nggak kok bu, disini ada ayam juga”Pengunjung : “Tapi pancinya sama kan sama yang buat masak babi?”Menuk : “Nggak bu, disini panci, penggorengan, pisau, talenan sampai sendok garpu disini semuanya di pisah bu, ngga satu. Disini peraturannya memang begitu”Pengunjung : “Nggak deh, disini babi semua”

Meskipun menyediakan masakan babi di restorannya, namun Tan

Kat Sun tetap menyediakan masakan bukan babi seperti ayam dan

daging sapi. Ia pun memiliki peraturan ketat dengan memisahkan

seluruh peralatan memasak dan memakan, yang babi dengan yang

bukan babi.

- Memberikan cuti hari raya

Scene 7

48

Page 4: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Pak Tan : “Ping Hend, apa-apaan ini. Pulang-pulang, pulang, sudah sana pulang. Ini kan masih hari kedua lebaran”Hendra: “Pi tunggu denger dulu pi, disaat lebaran itu justru orang akan makan diluar karena pembantu pada mudik. Kalo kita tutup kita ndak dapet untung pi”Pak Tan: “Denger ya kamu ya, denger! Ngejalanin bisnis itu bukan Cuma untung doang, ngerti kamu. Tutup, tutup!”

Adegan ini bercerita tentang kelalaian yang dilakukan Hendra

karena tidak memberikan cuti lebaran pada pegawai. Tak Kat Sun

yang sedang terbaring karena sakit, memberikan kepercayaan

kepada Hendra, anaknya, untuk mengelola restoran. Ia marah besar

saat mengetahui Hendra tidak memberikan cuti lebaran kepada

pegawainya.

b. Ustad memberikan kebebasan kepada Surya berperan menjadi Yesus

- Ustadz tidak melarang Surya menjadi Yesus

Scene 5

Ustadz : “Ndak ada salahnya sih kamu coba Sur”Surya: “Berarti saya harus menggereja?”Ustadz: “Itu kan Cuma fisikmu, hanya tubuhmu. Walaupun kamu di negeri zolim sekalipun, tapi kalo kamu yakni kamu bisa jaga hatimu, keimananmu hanya untuk Allah SWT. Insyaallah aku yakin tidak ada apa-apa, ya? He, tanya sik atimu!”

Dialog ini terjadi di rumah pak Ustadz yang sedang

memberikan saran kepada Surya. Ia bimbang dengan tawaran Rika,

yaitu menjadi Yesus dalam drama penyaliban. Ia menanyakan hal itu

kepada Ustadz sekaligus meminta ijin.

- Ustadz tidak marah saat Surya berlatih menjadi Yesus di Masjid

Scene 6

49

Page 5: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Ustad: “Dah..udah mirip Yesus (sambil tersenyum)”Surya: “Aduh, jangan gitu donk Ustad jadi nggak pede”Ustad: “Piye Sur, wis mantap atimu?”Surya: “Insya’allah saya tetep Istiqomah, Ustad!”Ustad: “Amin” (sambil beranjak pergi)Surya: “Eh Ustad (kembali memanggil), gimana caranya biar dihormatin ya Ustad ya?”Ustad: “Hm...caranya, jangan pernah berfikir ingin dihormati, tapi kamu harus berfikir bahwa kamu ada Sur, ndak cuma sekedar ada melainkan kamu harus menjadikan dirimu bermanfaat untuk orang yang ada disekelilingmu, ya paham?Suya: (menganggukkan kepala)

Adegan ini bercerita saat Ustadz memergoki Surya sedang

berlatih menjadi Yesus di dalam Masjid. Surya terpaksa tinggal di

Masjid karena ia diusir dari kontrakan karena tidak mampu membayar.

Saat ia menerima tawaran menjadi Yesus, ia harus berlatih dan ia

lakukan di Masjid tempat ia tinggal.

c. Pembacaan Asmaul Husna pada pelajaran Baptis Katholik

Scene 4

Pastor: “Dan sekarang giliran Rika, mana Rika? Ya, arti Tuhan dimata Rika. Tuhan itu Allah. Dia Al-Rahman Maha-pengasih; Al-Rahim Maha-penyayang (beberapa peserta pelajaran babtis menggeleng-gelengkan kepala dan menunjuk-tunjuk Rika)....... Al-Maliq Maha-memerintah; Al-Kudus Maha-suci; Al-Mukmin Maha-pemberi keamanan; Al-Muhaimin Maha-pemelihara”

Pembacaan Asmaul Husna ini dibacakan dalam kelas baptis

yang diikuti oleh Rika. Ia yang sedang memperlajari agama Katholik,

menuliskan tugas yang diberikan Pastor tentang “arti Tuhan di mata

kamu” dengan Asmaul Husna. Ia yang belum mengerti tentang agama

Katholik, mendeskripsikan arti Tuhan secara Islam. Pastor pun tetap

membacakannya dan tidak menegur Rika.

50

Page 6: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

d. Petugas Banser menjaga perayaan hari raya umat Katholik di gereja

Scene 6Soleh: “Kita sebagai orang Islam kok jaga gereja tho, eh kan nggak boleh masuk kedalam mas?”Pimpinan: “Heh yang bilang nggak boleh siapa?”Soleh : “Ya haram tho mas?”Pimp : “Ndak ada yang haram, Leh. Kamu denger nggak rangkaian berita BOM yang dilakukan teroris itu?”Soleh: “Denger, denger”Pimp: “Kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu, ya? Kita sebagai ormas Islam terbesar, menolak pandangan seperti itu, dengan menjaga gereja seperti ini, dan ini Jihad! Tahu nggak?Soleh: “Berarti harus siap kalo ngadepin bom?”Pimp: “Iya lah, berani nggak?”Soleh: “Insya’allah!”Pimp: “Wani ra?”Soleh: “Insya’allah, Mas!”

Pimp: “Ya sudah jaga situ”

Dialog ini terjadi pada Soleh dan pimpinan Banser, tempat

Soleh bekerja. Ini adalah kali pertama ia melakukan tugasnya, sejak

bergabung bersama Banser. Ia meragukan tugas Banser dengan

menjaga gereja. Setelah dialog ini akhirnya ia paham bahwa menjaga

gereja adalah termasuk jihad yang wajib ia jalankan.

e. Pastor menegur Doni yang akan menggagalkan drama dengan alasan

karena pemeran Yesus adalah seorang Islam

Scene 6

Figuran 1 : “He Totok, kita minta drama penyaliban Yesus ini

dibatalkan!”

Doni : “Kamu tahu yang memerankan Yesus ini agama Islam”

Figuran 1: “Itu bisa mencemarkan kebesaran Tuhan kita Tok”

Figuran 2 : “Ih apaan sih lebay deh”

Doni : “Diem kamu! Pokoknya saya minta ini dibatalkan,

51

Page 7: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

dibatalkan!”

Totok : “Tapi pertunjukkan drama 2 jam lagi”

Doni : “Nggak bisa Tok, pokoknya harus dibatalkan”

Pastor : “Hei hei hei, kenapa mesti mempersoalkan hal yang

kecil dan mengorbankan hal yang besar?”

Figuran 1 : “Romo romo, romo bilang kalau tokoh Yesus itu

diperankan oleh orang Islam itu hal yang kecil? Saya

tidak setuju Romo”

Doni : “Iya romo, ini mencemarkan agama kita Romo”

Pastor : “Pernahkan kalian mendengar, kehancuran iman hanya

karena adegan drama? Sejarah telah membuktikan

bahwa kehancuran iman dan agama karena kebodohan.

Jangan sekali-kali berbuat bodoh!”

Dialog ini terjadi dua jam sebelum pertunjukkan drama dimulai.

Dimana Doni dan temannya ingin membatalkan pertunjukkan drama, karena

pemeran Yesus beragama Islam. Saat itu juga Pastor mendengar, dan menegur

mereka dengan tegas.

5.1.2 Superstruktur

Superstruktur berbicara tentang kerangka suatu teks, seperti bagian

pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Film Tanda Tanya “?” terbagi dalam 8

scenes yang terdiri dari bagian awal, tengah hingga akhir.

Pada bagian awal film menceritakan tentang latar belakang film, pengenalan

tokoh serta memunculkan sisi perbedaan-perbedaan yang adaa ditengah masyarakat.

Selanjutnya pada bagian pertengahan film konflik-konflik mulai muncul antar relasi

tokoh, dan pada bagian akhir merupakan bagian kesimpulan dari film yang sekaligus

menjawab konflik-konflik yang muncul pada bagian pertengahan film.

52

Page 8: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Pada struktur ini akan terlihat bagaimana Sutradara mengemas detail-detail

film, yang akan penulis paparkan dengan bantuan gambar untuk membantu

memperjelas analisa.

a. Pendahuluan

Tan Kat Sun dan

Menuk

(Gambar 3)

(Cuplikan dialog Tan Kat Sun dan Menuk pada scene 1)

Menuk : (datang) “Assalamualaikum”Pak Tan: “Waalaikumsalam”Menuk : “Pagi, Koh”Pak Tan: “Pagi, Nuk

(Cuplikan dialog Menuk dan pengunjung restoran pada scene 1)

Pengunjung : “Babi semua ya?”Menuk : “Nggak kok bu, disini ada ayam juga”Pengunjung : “Tapi pancinya sama kan sama yang buat masak babi?”Menuk : “Nggak bu, disini panci, penggorengan, pisau, talenan

sampai sendok garpu disini semuanya di pisah bu, nggak jadi satu. Disini peraturannya memang begitu”

Pengunjung : “Nggak deh, disini babi semua”Menuk : (melihat ke arah pak Tan)Pak Tan : “Nggak papa, Nuk. Eh yang lain dah pada Sholat tuh.

Kamu sholat gih”Menuk : (menganggukkan kepala)

53

Page 9: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Dua cuplikan dialog tersebut terjadi pada restoran Chinnesse Food

milik Tan Kat Sun. Pada dialog pertama menggambarkan bahwa tokoh Tan

Kat Sun adalah sosok yang memiliki rasa toleransi tinggi. Meskipun ia adalah

seorang beragama Kong Hu Cu, namun ia tetap mengucapkan salam kepada

Menuk (gambar 5.1) sesuai dengan tata cara sapaan dalam agama Islam.

Setiap pagi saat Menuk tiba di restoran ia selalu mengucapkan

“Assalamualaikum” kemudian Tan Kat Sun menjawab dengan

“Waalaikumsalam”.

Tokoh Tan Kat Sun merupakan salah satu tokoh yang ditonjolkan

memiliki rasa toleransi agama yang tinggi dalam film ini. Selain ia selalu

mengucapkan salam dengan tata cara Islam, salah satu bentuk toleransinya

kepada Menuk adalah Tan tidak pernah lupa mengingatkan Menuk dan

karyawan lain untuk Sholat. Dialog ini terjadi ketika seorang pengunjung

berjilbab (gambar 5.2) yang memutuskan untuk tidak makan di restoran Tan,

karena menjual masakan lain yang mengandung daging Babi. Ditengah

perbincangan tersebut, Tan kemudian mengingatkan Sholat pada dialog

berikut:“Nggak papa, Nuk. Eh yang lain dah pada sholat tuh. Kamu sholat

gih”.

Hubungan yang terjalin baik antara Tan Kat Sun dengan karyawan-

karyawannya yang beragama lain (mayoritas: Islam), terutama pada Menuk,

menunjukkan adanya sebuah upaya dalam mewujudkan toleransi antar agama.

Wujud toleransi yang dilakukan Tan Kat Sun juga terlihat pada peraturan

ketat yang ia buat dengan memisahkan seluruh peralatan memasak dan

memakan, yang menggunakan danging babi dan bukan babi. Meskipun disisi

lain, adanya penolakan atas toleransi Tan Kat Sun oleh salah satu pengunjung

seperti yang terjadi pada dialog diatas. Meski begitu, Tan Kat Sun tetap

menerima penolakan tersebut dengan ikhlas hati. Tidak ada perlawanan

54

Page 10: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

maupun upaya yang dilakukan Tan, justru ia hanya terlihat tersenyum dengan

mengatakan “Nggak papa, Nuk”.

b. Isi

Surya dan Ustadz(Gambar 4)

(Cuplikan dialog yang dilakukan Surya dan Ustadz pada scene 5)

Ustadz : “Ndak ada salahnya sih kamu coba Sur”Surya: “Berarti saya harus menggereja?”Ustadz: “Itu kan Cuma fisikmu, hanya tubuhmu. Walaupun kamu ada di negeri zolim sekalipun, tapi kalo kamu yakni kamu bisa jaga hatimu, keimananmu hanya untuk Allah SWT. Insyaallah aku yakin tidak ada apa-apa, ya? He, tanya sik atimu!”

(Cuplikan dialog yang dilakukan Surya dan Ustadz pada scene 6)

Ustad: “Dah..udah mirip Yesus (sambil tersenyum)”Surya: “Aduh, jangan gitu donk Ustad jadi nggak pede”Ustad: “Piye Sur, wis mantap atimu?”Surya: “Insya’allah saya tetep Istiqomah, Ustad!”Ustad: “Amin” (sambil beranjak pergi)Surya: “Eh Ustad (kembali memanggil), gimana caranya biar dihormatin ya Ustad ya?”Ustad: “Hm...caranya, jangan pernah berfikir ingin dihormati,

tapi kamu harus berfikir bahwa kamu ada Sur, ndak cuma sekedar ada melainkan kamu harus menjadikan dirimu

55

Page 11: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

bermanfaat untuk orang yang ada disekelilingmu, ya paham?

Suya: (menganggukkan kepala)

Dalam dua scene ini terjadi adanya dialog antara Surya dan Ustadz

yang mendiskusikan mengenai tawaran yang ditujukan kepada Surya untuk

berperan menjadi Yesus dalam drama. Surya yang dalam keadaan bimbang

karena pada satu sisi ia membutuhkan uang dan disisi lain ia beragama Islam,

akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi pada Ustadz.

Seperti pada gambar 5.3 Surya berkunjung di rumah Ustadz untuk

membicarakan hal ini. Ustadz mendukung Surya untuk mengambil tawaran

tersebut dengan berkata: “Ndak ada salahnya sih kamu coba Sur”. Dengan

alasan bahwa yang “menggereja” hanyanya fisik Surya, kemudian secara

lebih jelas Ustadz memberikan perumpamaan kepada Surya. Perumpamaan

tersebut terdapat dalam dialog berikut: “Walaupun kamu ada di negeri zolim

sekalipun, tapi kalo kamu yakni kamu bisa jaga hatimu, keimananmu hanya

untuk Allah Swt. Insya’allah aku yakin tidak ada apa-apa, ya?”.Ustadz yang

digambarkan dalam film ini memiliki jiwa toleransi yang tinggi akan agama

lain. Salah satu wujud toleransi yang dilakukan oleh Ustadz yakni dengan

tidak melarang Surya berperan menjadi Yesus dalam drama, meskipun Surya

adalah seorang Muslim.

Tokoh Ustadz dalam film ini digambarkan sebagai seorang Ustadz

yang memiliki hubungan dekat dengan jemaahnya dan orang lain yang tidak

se-agama. Ia bahkan pernah melindungi Hendra yang beragama Kong Hu Cu

dari pengeroyokan yang dilakukan beberapa pemuda Masjid karena terpantik

akibat ulah Hendra. Namun Ustadz tetap melindungi dan membela Hendra.

Perbuatan ini semakin menunjukkan bahwa sosok Ustadz yang diceritakan

dalam film ini mencerminkan seorang pemuka agama yang baik dan memiliki

rasa toleransi yang tinggi.

56

Page 12: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

- Tokoh: Rika

Pastor dalam pelajaran Baptis

(Gambar 5)

(Cuplikan dialog Pastor dengan Rika dalam pelajaran Baptis, scene 4)

Pastor: “Dan sekarang giliran Rika, mana Rika? Ya, arti Tuhan dimata Rika. Tuhan itu Allah. Dia Al-Rahman Maha-pengasih; Al-Rahim Maha-penyayang (beberapa peserta pelajaran babtis menggeleng-gelengkan kepala dan menunjuk-tunjuk Rika)....... Al-Maliq Maha-memerintah; Al-Kudus Maha-suci; Al-Mukmin Maha-pemberi keamanan; Al-Muhaimin Maha-pemelihara”

Scene ini menceritakan tentang suasana pelajaran baptis yang

sedang dilakukan Rika sebagai syarat untuk masuk menjadi umat

Katholik. Rika yang pada saat itu belum mengenal sedikitpun dengan

agama Katholik, memberikan jawaban yang cukup mencengangkan

peserta kelas baptis. Jawaban Rika pada tugas yang diberikan Pastor

tentang “arti Tuhan dimata kamu?” mendeskripsikan arti Tuhan secara

Islam. Rika menuliskan 99 Asmaul Husna yang merupakan deksripsi

kebaikan Tuhan pada agama Islam.

Meskipun peserta lain terlihat tidak menghargai jawaban Rika,

namun Pastor tetap membacakan jawaban Rika hingga selesai. Tidak ada

penolakan dan kemarahan yang dilakukan Pastor, justru ia terlihat

memahami jawaban yang diberikan oleh Rika.

57

Page 13: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Jawaban Rika tersebut pun tidak berpengaruh pada keinginannya

untuk segera memeluk agama Katholik secara resmi. Ia bahkan

diceritakan resmi di baptis dengan memperoleh nama baptis, sebagai

tanda resminya ia diterima sebagai umat Katholik. Meskipun ia pernah

memberikan jawaban secara Islam pada tugas nya dalam kelas baptis,

namun Rika akhirnya tetap diluluskan dan resmi menjadi Katholik.

Meskipun ia mendapatkan perlawanan di masyarakat dengan dicela

dan dikucilkan karena keputusannya yang cukup berani, namun Rika

tetap tidak menghiraukannya. Ia tetap ingin merubah agamanya dari Islam

menjadi Katholik.

- Tokoh : Soleh

Soleh dan Pemimpin Banser

(Gambar 6)

(Cuplikan dialog Soleh dan pimpinan Banser, pada scene 6)

Soleh : “Kita sebagai orang Islam kok jaga gereja tho, eh kan nggak boleh masuk kedalam mas?”Pimpinan: “Heh yang bilang nggak boleh siapa?”Soleh : “Ya haram tho mas?”Pimp : “Ndak ada yang haram, Leh. Kamu denger nggak rangkaian

58

Page 14: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

berita BOM yang dilakukan teroris itu?”Soleh: “Denger, denger”Pimp: “Kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu, ya? Kita sebagai ormas Islam terbesar, menolak pandangan seperti itu, dengan menjaga gereja seperti ini, dan ini Jihad! Tahu nggak?Soleh: “Berarti harus siap kalo ngadepin bom?”Pimp: “Iya lah, berani nggak?”Soleh: “Insya’allah!”Pimp: “Wani ra?”Soleh: “Insya’allah, Mas!”

Pimp: “Ya sudah jaga situ”

Dialog ini terjadi pada tugas pertama yang harus dilakukan Soleh

sejak ia bergabung dengan Banser. Soleh yang pada saat itu pertama kali

berada di gereja, merasa ragu memasuki gedung gereja karena takut

dianggap haram. Dalam dialog tersebut juga menyinggung tentang jihad.

Pengertian jihad yang dimaknai Soleh diluruskan oleh pemimpin Banser

pada dialog berikut: “Ndak ada yang haram, Leh. Kamu denger nggak

rangkaian berita BOM yang dilakukan teroris itu?” “Kita sebagai umat

Islam jadi jelek gara-gara berita itu, ya? Kita sebagai ormas Islam

terbesar, menolak pandangan seperti itu, dengan menjaga gereja seperti

ini, dan ini Jihad! Tahu nggak?”

Dengan pemahaman inilah akhirnya Soleh memberanikan diri

memasuki dan menjaga keamanan gereja. Sejak banyaknya peristiwa

ancaman bom yang ditujukkan pada gedung gereja, setiap hari raya umat

Kristiani memerlukan bantuan petugas untuk menjaga keamanan dan

ketertiban. Penjagaan gereja oleh petugas yang sebagian besar beragama

Islam ini menunjukkan bahwa adanya hubungan toleransi antara umat

Kristiani dan Islam. Hingga film Tanda Tanya “?” pun mengangkat

fenomena ini sebagai bagian dari cerita yang diperankan oleh salah satu

tokoh utama, sebagai perwujudan toleransi antar agama. Unsur jihad yang

menjadi sub-tema dalam adegan ini, mengibaratkan adanya sebuah

59

Page 15: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

tindakan yang baik yang dilakukan oleh umat Islam dengan menjaga

gereja dengan sepenuh hati.

c. Penutup

Tokoh : Tan Kat Sun

Perusakan Restoran Tan Kat Sun

(Gambar 7)

Pak Tan : “Ping Hend, apa-apaan ini. Pulang-pulan, pulang, sudah sana pulang. Ini kan masih hari kedua lebaran”Hendra: “Pi tuggu denger dulu pi, disaat lebaran itu justru orang akan makan diluar karena pembantu pada mudik. Kalo kita tutup kita ndak dapet untung pi”Pak Tan: “Denger ya kamu ya, denger! Ngejalanin bisnis itu bukan Cuma

untung doang, ngerti kamu. Tutup, tutup!”

“Denger ya kamu ya, denger! Ngejalanin bisnis itu bukan Cuma

untung doang, ngerti kamu. Tutup, tutup!”. Dialog tersebut adalah dialog

yang dilontarkan Tan saat marah besar dengan anaknya, demi menegakkan

toleransi yang sudah menjadi ciri khasnya. Hendra telah lalai memberikan hari

Lebaran kepada karyawannya yang sebagian besar bergama Islam, dengan

tidak memberikan cuti libur pada hari kedua lebaran. Demi alasan keuntungan

bagi restoran, Hendra mengambil hak karyawan yang biasanya sangat

dijunjung tinggi oleh Tan, Ayahnya.

60

Page 16: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Sikap Tan Kat Sun yang demikian, semakin menggambarkan tokoh ini

sebagai tokoh utama toleransi dalam film Tanda Tanya “?”. Kekecewaannya

yang mendalam pada Hendra ia tumpahkan dengan memukul Hendra habis-

habisan dan menyuruh seluruh pegawainya untuk segera pulang. Ekspresi Tan

tersebut ditunjukkan pada dialog berikut: Ping Hend, apa-apaan ini. Pulang-

pulan, pulang, sudah sana pulang. Ini kan masih hari kedua lebaran.

Sikap Tan yang demikian menunjukkan betapa ia sangat menghargai

dan menjunjung tinggi hak karyawan-karyawannya yang sebagian besar

beragama Islam. Sikap Tan seperti inilah yang membuat seluruh karyawannya

betah bekerja disana, termasuk saat puasa mereka tetap bekerja untuk restoran

Tan Kat Sun. Selain itu, loyalitas seluruh karyawan ditunjukkan pada sikap

mereka yang tidak melawan dan menentang pada saat Hendra meminta

mereka tetap bekerja pada hari libur kedua Lebaran. Sikap ini mereka lakukan

semata untuk menghormati Tan Kat Sun dan demi menghargai restoran

dimana mereka bekerja. Meskipun apa yang mereka lakukan, ditentang oleh

Tan dengan meminta seluruh karyawan untuk segera pulang merayakan

Lebaran

5.1.3 Struktur Mikro

Struktur Mikro merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Dalam stuktur mikro

ini akan terlihat bagaimana sesungguhnya makna lokal yang ingin dibangun dalam

film ini. Penulis mengamati beberapa scene yang menjadi objek kajian dalam struktur

ini, menunjukkan adanya hubungan yang berkait dan berstruktur dengan struktur

makro dan superstruktur dalam analisis sebelumnya. Analisis tersebut terdapat dalam

analisa tokoh-tokoh berikut ini:

a. Dibalik sikap toleransi Tan Kat Sun

Dalam struktur Makro dan Superstruktur telah dipaparkan berbagai

macam bentuk sikap toleransi yang ditunjukkan Tan Kat Sun. Bahkan dari

61

Page 17: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

salah satu sikapnya, ia bahkan sampai memarahi anaknya demi menjunjung

hak-hak karyawannya. Dalam pemaparan yang lain, juga terlihat bagaimana

hasil dari kebaikkan Tan terhadap karyawan-karyawannya yakni loyalitas

karyawan pada restoran. Rasa memiliki yang dilakukan oleh karyawan

terhadap restoran memberikan keuntungan tersendiri kepada Tan Kat Sun.

Toleransi bagi Tan Kat Sun harus diwujudkan baik inter-agama

maupun antar agama. Perwujudan toleransi yang ia lakukan atas kerangka

hubungan dalam kehidupan sosial. Dimana di dalam hubungan tersebut,

makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian dan memerlukan bantuan orang

lain dalam kelangsungan hidup. Hubungan tersebut juga ditunjukkan dalam

film pada relasi yang saling menguntungkan antara Tan dengan karyawan-

karyawannya. Hubungan tersebut ditunjukkan dalam beberapa hal berikut:

1. Hubungan antara majikan dan pegawai

Sebagai majikan yang penulis artikan sebagai pemilik restoran, Tan Kat

Sun memiliki kewajiban untuk memberikan upah/gaji kepada karyawan

setiap bulan. Selain sebagai apresiasi atas pekerjaan yang dilakukan, gaji

juga merupakan salah satu faktor pengikat. Karyawan yang bekerja karena

membutuhkan penghasilan sedangkan sebagai majikan, Tan membutuhkan

karyawan untuk membantu bisnis restorannya sebagai pramusaji, juru

masak maupun sekedar membersihkan tempat dan peralatan makan.

Hubungan yang wajar ini selain menjadi keuntungan besar bagi karyawan

yang memiliki penghasilan dan diperlakukan baik oleh majikannya,

tampaknya hal tersebut justru menjadi keuntungan yang lebih tinggi bagi

bisnis keluarga Tan Kat Sun tersebut.

2. Karyawan: mayoritas beragama Islam sebagai jaminan kelangsungan

bisnis restoran

Hubungan yang kedua yakni relasi yang diciptakan baik oleh Tan

Kat Sun memiliki maksud agar bisnis restorannya berjalan dengan mulus.

62

Page 18: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Hal ini menjawab sikap Tan yang luar biasa baik kepada karyawannya

serta toleransi agama yang dijunjung tinggi terhadap karyawannya.

Karyawan Tan Kat Sun yang sebagian besar memeluk agama Islam

memiliki keuntungan bagi restoran. Restoran Chinnesse Food milik Tan

yang berdiri ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang mayoritas

adalah Muslim, menuntut Tan untuk memperkerjakan karyawan beragama

Islam lebih banyak dibanding agama lainnya. Hal ini dikarenakan restoran

Tan yang juga menjual masakan berbahan dagung babi yang menjadi ciri

khas masakan kaum ras Tiong Hoa.

Meskipun memiliki peraturan yang ketat, namun tidak cukup untuk

menjamin pengunjung yang beragama Islam dapat menikmati makanan

yang halal, jika seandainya Tan memperkerjakan karyawan beragama lain

(non-Muslim). Untuk itulah ia lebih banyak memperkerjakan karyawan

yang beragama Islam dengan jumlah lebih dibanding yang beragama lain.

Apalagi Menuk, wanita yang menarik, cantik dan berjilbab dapat menjadi

senjata bagi Tan untuk memberikan rasa nyaman kepada pengunjung.

Dengan asumsi bahwa, jika pemilik restoran Chinnesse Food

memperkerjakan lebih banyak karyawan beragama Islam, maka tidak akan

ada kecurangan yang dilakukan terkait label masakan haram dan tidak

haram. Sehingga pengunjung yang beragama Islam akan merasa lebih

aman makan di restoran tersebut. Dengan demikian pelanggan Tan Kat

Sun akan lebih banyak, karena tidak hanya pada kalangan Tiong Hoa saja

melainkan juga masyarakat umum.

b. Tujuan Jihad Soleh

Dalam dialog antara Soleh dan pimpinan Banser tentang jihad,

membawa pemahaman baru pada Soleh dalam pekerjaaannya. Ia menjadi

lebih siap menjalankan tugasnya dalam mengamankan gereja.

63

Page 19: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Atas dasar jihad Soleh akhirnya melakukan tugasnya sebagai

seorang Banser dengan tulus hati. Dalam scene terakhir dari film, Soleh

diceritakan mati karena ledakan bom, demi menyelamatkan umat

Katholik yang sedang merayakan perayaan Misa Natal. Keberanian Soleh

mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan umat yang beragama lain

dapat dikatakan sebagai jihad dalam film ini. Konsep jihad yang

dirumuskan kembali dalam film Tanda Tanya “?” pada adegan yang

tersebut merepresentasikan Islam kembali. Beberapa adegan yang

dilakukan Soleh, memiliki makna seperti dalam analisa berikut ini.

1. Meluruskan kembali definisi Jihad

Maraknya aksi teorisme di Indonesia yang membawa nama agama

Islam, menciptakan citra buruk. Hampir di semua aksis terorisme

membawa istilah Jihad. Aksi bom yang dilakukan para teroris selalu

membawa misi atas nama Jihad. Sehingga kata istilah “Jihad”

menjadi momok di masyarakat karena dikaitkan dengan aksi

terorisme. Pemaknaan terhadap ‘jihad” menjadi berkembang di

masyarakat yang mengakibatkan makna satu orang/kelompok dengan

yang lain menjadi berbeda. Sama hal nya pada adegan dalam scene

ini. Dialog antara Soleh dan pimpinannya yang mengatakan, “Kita

sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu, ya? Kita sebagai

ormas Islam terbesar, menolak pandangan seperti itu, dengan

menjaga gereja seperti ini, dan ini Jihad! Tahu nggak?” mencoba

meluruskan makna jihad yang selama ini simpang siur kepada

penonton. Citra buruk Islam yang sudah melekat dengan kekerasan

dan aksi anarkis dalam terorisme kemudian diluruskan oleh dialog

ini.

2. Soleh dicitrakan sebagai pahlawan

Aksi berani yang dilakukan Soleh demi menyelamatkan umat

yang beragama Katholik merupakan salah satu tindakan yang

64

Page 20: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

mencerminkan toleransi agama. Tindakan terpuji yang ia lakukan

tersebut menunjukkan sikap kepahlawanan. Pahlawan yang identik

dengan pengorbanan diri dan berani mati, melekat pada Soleh dalam

scene terakhir film ini.

Tokoh dalam adegan ini mewacanakan makna toleransi yang

berbeda, karena tidak hanya sebatas menghargai atau memberikan

ruang pada agama lain, namun apa yang dilakukan Soleh lebih

daripada hal itu. Ia bahkan rela mati dan pengorbankan diri bagi umat

beragama lain.

c. Pembacaan Asmaul Husna, sebagai bentuk toleransi kepada Islam

Dalam adegan pembacaan Asmaul Husna dalam pelajaran baptis yang

dilakukan Rika, memperlihatkan adanya hubungan toleransi yang baik. Pastor

yang disatu sisi memahami kondisi Rika dan pada sisi lain menghormati

agama Islam, tetap membacakan jawaban Rika meskipun hal ini diluar

kewajaran pada suasana pelajaran Baptis. Adegan yang penuh toleransi ini,

selain memberikan makna kerukunan sejati antar umat beragama namun juga

memberikan makna toleransi yang lain.

Adegan yang dikemas dengan cerita demikian, jika dipersandingkan

dengan kehidupan nyata., tampaknya tidak rasional. Rika yang masih belum

mengerti tentang arti Tuhan di mata Katholik, mendeskripsikan makna Tuhan

secara Islam. Bilamana ia tidak mengerti, Rika bisa saja menuliskan arti

Tuhan secara umum. Tetapi tidak terjadi pada scene ini. Kemasan cerita ini

dikemas oleh sutradara untuk memberikan sebuah makna bahwa agama

Katholik memiliki sikap toleransi terhadap agama Islam. Pernyataan ini

terlihat disaat Pastor tidak melakukan penolakan pada Rika, justru ia tetap

membacakan jawaban Rika.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Bentuk Dominasi Mayoritas dalam Film Tanda Tanya “?”

65

Page 21: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

5.2.1.1 Ketergantungan Agama Kong Hu Cu pada Islam

Konsep tentang toleransi agama tidak dapat dipisahkan dari konsep

Multikultural karea kedua nya saling berkaitan. Di dalam kehidupan multikultural

membutuhkan adanya sebuah usaha, upaya dan pengertian satu sama lain akan

perbedaan yang istilah tersebut biasa disebut dengan toleransi. Pada kenyataannya

toleransi ini sulit untuk diwujud-nyatakan dalam kehidupan bersama.

Bahkan di dalam adegan sebuah film, toleransi sulit untuk dilakukan. Salah

satu tokoh bernama Bu Novi seorang wanita pemilik kostan yang sangat tidak toleran

terlebih pada agama lain. Terbukti ketika Rika akan merubah identitas agamaya, Bu

Novi selalu mencela, mebanding-bandingkan dan memojokkan Rika dihadapan

anaknya. Lain lagi dengan tokoh Hendra, seorang ras keturuanan Cina yang sulit

menerima perbedaan disekitarnya dengan memaki-maki pemuda Islam dengan

makian “Teroris, Asu!”. Begitu pun sebaliknya, pemuda masjid tersebut memanggil

Hendra dengan istilah “Sipit” karena Hendra seorang keturunan Cina. Hal semacam

ini tidak hanya terjadi di film melainkan di dalam kehidupan sosial masyarakat,

rasisme dan etnosentrisme masih berkembanng.

Teori-teori Multikultural mengemukakan sebuah kenyataan ini, bahwa dalam

mewujudkan toleransi di dalam masyarakat multikultural sangat sulit. Melting Pot

membahas tentang dominasi mayoritas lebih tinggi, dibandingkan dengan kelompok

minoritas dalam kehidupan ber-multikultural. Teori ini berpandangan bahwa

masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang beragam latar belakang seperti

agama, etnik, bahasa, dan budaya harus disatukan ke dalam satu wadah yang paling

dominan. Teori ini melihat individu dalam masyarakat secara hirarkis, yaitu

kelompok mayoritas dan minoritas. Bila mayoritas individu dalam suatu masyarakat

adalah pemeluk agama Islam, maka individu lain yang memeluk agama non-Islam

harus melebur ke dalam Islam. Teori ini hanya memberikan peluang kepada

kelompok mayoritas untuk menunjukkan identitasnya. Sebaliknya, kelompok

minoritas sama sekali tidak memperoleh hak untuk mengekspresikan identitasnya.

Identitas di sini bisa berupa agama, etnik, bahasa, dan budaya.

66

Page 22: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Analisis yang penulis lakukan pada beberapa bagian scene film Tanda Tanya “?”

menunjukkan adanya dominasi yang dilakukan Islam sebagai mayoritas. Pernyataan

tersebut merujuk pada analisis tokoh-tokoh sebagai berikut:

a. Tan Kat Sun

Tan Kat Sun selalu menjunjung tinggi toleransi agama di restorannya.

Ia selalu menjawab salam “Waalaikumsalam” dan mengingatkan Sholat pada

karyawan yang sebagian besar beragama Islam. Tindakan terpuji ini tentu

menunjukkan adanya sikap toleransi dari Tan Kat Sun. Namun apakah

keadaan tersebut masih disebut dengan toleransi, ketika hanya Tan yang

melakukan hal ini. Tidak muncul di dalam cerita, karyawan-karyawannya

menyapa Tan dengan cara Kong Hu Cu ataupun sekedar mengingatkan Tan

Kat Sun untuk beribadah.

Dalam kehidupan bersama, bertoleransi harus dilakukan dengan adil.

Tidak hanya satu pihak yang melakukan toleransi. Jika demikian, konsep

toleransi gagal diwujud-nyatakan. Memahami konsep toleransi yang

diungkapkan oleh Gerald O’Collins SJ dan Edward G. Farrugia SJ (1996:335)

bahwa toleransi agama adalah adalah membiarkan dalam damai orang-orang

yang mempunyai keyakinan dan praktik hidup yang lain. Dalam kerangka

kehidupan bersama, hal tersebut harus dilakukan oleh kedua pihak agar

keselarasan dan kerukunan dapat terwujud. Apabila hanya dilakukan oleh satu

pihak saja, artinya konsep toleransi gagal dilaksanakan.

Hardjana menyebutkan bahwa dengan toleransi dogmatis maka

pemeluk agama tidak menonjolkan keunggulan ajaran agamanya masing-

masing (1993:115). Kondisi ini dapat terwujud apabila ada upaya untuk

melakukan toleransi dalam hubungan timbal balik. Tidak hanya satu pihak

saja yang melakukan toleransi. Jika hanya satu pihak, maka pihak tersebut

diartikan dengan menonjolkan keunggulan agamanya sendiri.

67

Page 23: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Kebaikan Tan kepada karyawannya yang sebagian besar beragama

Islam, bukan dalam rangka mewujudkan toleransi yang murni diantra

keduanya. Melainkan hal tersebut mencitrakan bahwa Tan Kat Sun

bergantung dan membutuhkan Islam, meskipun ia seorang Kong Hu Cu. Tan

sangat memerlukan karyawan bukan sebagai individu untuk meringankan

pekerjaan di restoran, melainkan identitas “Islam” dari karyawan-

karyawannya yang mampu menyelamatkan kelangsungan bisnis Chinnesse

Food nya. Adegan ini menunjukkan bahwa adanya ketergantungan agama

Kong Hu Cu yang menjadi identitas Tan Kat Sun pada agama Islam.

5.2.1.2 Toleransi yang Dipaksakan Hanya Mengarah kepada Islam

Dominasi mayoritas yang kedua tergambar pada tokoh Rika. Rika

yang pada saat melaksanakan pelajaran baptis, menuliskan Asmaul Husna

pada jawaban soal tentang “arti Tuhan di mata kamu”. Tetapi tidak ada

penolakan maupun kemarahan oleh Pastor kepada Rika.

Asmaul Husna adalah nama-nama terindah dari Sang Maha Agung,

yang merupakan perwujudan dari sifat-sifat Allah SWT. Dalam Asmaul

Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan itu menggambarkan betapa

baiknya Allah sebagai pemilik segala bentuk penjagaan, yang memberikan

keberkahan, kenikmatan, kesehatan dan keselamatan bagi makhluk-Nya

(Ahmad, 2009).

Pastor sebagai tokoh agama Katholik memberikan pengertian kepada

Rika. Toleransi yang dilakukan Pastor pada ungkapan Asmaul Husna dalam

kelas baptis, menjadi salah stau wujud toleransi agama Katholik yang

dilakukan pada agama Islam dalam film.

Namun hubungan toleransi antara agama Katholik kepada Islam dan

Islam kepada Katholik tidak berjalan seimbang. Hal ini terlihat pada adegan

68

Page 24: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

disaat Rika yang akan pindah keyakinan menjadi Katholik, ditentang oleh

Islam yang dalam film diwakilkan dengan tokoh Bu Novi (pemilik kos) dan

warga. Tidak terjadi wujud toleransi yang dinyatakan pada film dari pihak

agama Islam.

Kenyataan ini dapat diartikan bahwa tidak ada toleransi yang terjalin

jika hanya satu pihak saja yang melakukan. Artinya adanya dominasi kedua

yang dilakukan dari pihak mayoritas, yakni Islam. Agama lain, dalam hal ini

Katholik dituntut untuk selalu mentoleran dan memahami Islam, namun

hubungan ini tidak terjadi sebaliknya. Dengan demikian dominasi Islam

sebagai mayoritas terjadi pada film ini.

5.2.2 Pencitraan Islam Sebagai Agama yang Baik

Film Tanda Tanya “?” menuai kontroversi karena dianggap telah melecehkan

agama Islam. Ormas-ormas yang melakukan aksi protes seperti FPI, menuding film

ini penuh dengan ajaran sesat dan menginjak-injak agama Islam.

Tetapi semua pernyataan tersebut tidak ditemukan penulis dalam analisa film

Tanda Tanya “?” ini. Melainkan fakta sebaliknya terjadi, yakni adanya sebuah

pencitraan kembali yang dilakukan oleh agama Islam. “Citra merupakan gambaran,

angan atau imaji yang timbul dalam proses pembacaan” (Effendy, 1995:25). Menurut

Rakhmat bersamaan dengan proses pembacaan citra-citra yang disajikan di media

massa, khalayak akan membentuk pula dunia yang berdasarkan persepsi mereka.

Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Bagi khalayak, informasi

itulah yang akan membentuk, mempertahankan, dan mendefinisikan citra.

Film Tanda Tanya “?” sebagai salah satu bentuk media massa memiliki

kekuatan dalam hal mendefinisikan citra. Kekuatan ini lebih besar dibandingkan

dengan kekuatan yang ditunjukkan media massa bentuk lain. Hal ini dikarenakan film

mampu mengemas pesan dengan menarik, bahkan hingga penonton tidak sadar

69

Page 25: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

bahwa ideologi tertentu terkadang merasuk di dalam pesan film. Menurut Ernest Van

den Haag dalam Rakhmat (2005:226), media massa salah satunya film telah

menampilkan realitas tangan kedua (second hand reality).

Demikian yang terjadi pada film Tanda Tanya “?”yang menampilkan sebuah

realitas yang terjadi di dalam film, yang bertujuan sebagai pencitraan ulang bagi

Islam.Pernyataan tersebut tergambar pada beberapa analisis tokoh berikut ini:

a. Soleh

Soleh adalah seorang Muslim yang taat, rajin beribadah dan sayang

terhadap keluarga. Tetapi separuh kehidupan Soleh dalam film, diceritakan

penuh dengan konflik terkait dengan masalah ekonomi keluarga.

Disamping kebutuhan yang semakin meningkat, adiknya Rifka yang belum

membayar uang SPP selama 3 bulan, Soleh merasa dirinya tidak berguna

karena belum mendapatkan pekerjaan.

Tetapi menginjak pada akhir cerita, Soleh justru diceritakan sebagai

seorang yang sangat berguna. Disaat ia mulai mendapat pengakuan karena

berhasil bergabung menjadi anggota Banser, Soleh juga melakukan hal

besar yakni rela mati demi menyelamatkan orang lain.

Keputusan yang diambilnya untuk menyelamatkan umat Katholik

dari bom menewaskan dirinya. Ia rela mati demi keselamatan umat

Katholik pada saat itu yang sedang merayakan perayaan hari raya Natal.

Kebaikan Soleh diakui sebagai seorang pahlawan yang

menyelamatkan orang banyak. Atas keberanian ini, Soleh diberikan

penghargaan dari masyarakat yakni dengan mencantumkan nama “Soleh”

pada sebuah gapura yang sebelumnya bertuliskan “Pasar Baru” menjadi

“Pasar Soleh”. Gapura ini diresmikan oleh warga dengan perayaan besar-

besaran dan sangat meriah dengan pesta kembang api. Dalam adegan

terakhir film ini, Menuk sebagai istri Soleh menerima banyak ucapan

selamat dari anggota Banser. Menuk terlihat tersenyum bangga.

70

Page 26: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Perlakuan ini mengartikan suatu perayaan yang tidak biasa.

Meskipun tidak disebut atau diceritakan tentang tujuan perayaan tersebut,

namun penonton mampu mengartikan bahwa perayaan tersebut adalah

untuk mengenang jasa Soleh yang berani mengorbankan diri seperti

seorang pahlawan. Soleh yang kental membawa identias Islam atas aksinya

tersebut mengartikan bahwa Islam telah menang, yang ditunjukkan dengan

perayaan tersebut. Islam telah berhasil memberikan satu makna toleransi

yang berbeda dengan yang lain. Tidak sebatas menerima, mengerti dan

menghargai agama lain, namun Soleh bahkan berani mati untuk

keselamatan agama lain.

Adegan ini juga mengartikan ulang makna “Jihad” yang sempat

disinggung pada dialog. Pemahaman Jihad yang dalam kehidupan nyata,

yang telah dirusak oleh oknum teroris yang mengatasnamakan Islam,

mencoba diluruskan kembali oleh film dalam adegan ini.

b. Hendra

Anak Tan Kat Sun tersebut diceritakan pada awal film sebagai

seorang anak pembangkang, tidak pernah mengerti keluarga atau sekedar

membantu orang tua. Hendra juga sering membuat keributan di

masyarakat.

Namun Hendra baru seperti lahir kembali pada bagian akhir film.

Hendra diceritakan berpindah keyakinan dari Kong Hu Cu menjadi Islam.

Saat ia resmi masuk menjadi Islam, kehidupan Hendra diceritakan lebih

mapan dari sebelumnya, saat ia beragama Kong Hu Cu.

Cerita yang diletakkan pada akhir film ini menunjukkan adanya

sebuah usaha untuk mencitrakan Islam sebagai jawaban atas segala

permasalahan. Selain itu dapat diartikan pula bahwa hanya pemeluk

agama Islam yang memiliki kehidupan yang baik. Hal ini dicitrakan

secara singkat dan jelas pada kahidupan yang dialami Hendra.

71

Page 27: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

5.2.3 Wacana Toleransi di Film Tanda Tanya “?” dalam Kehidupan Multikultural

Dalam teori ini Multikulturaisme – Melting Pot yang berpandangan

bahwa masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang beragam latar

belakang—seperti agama, etnik, bahasa, dan budaya—harus disatukan ke

dalam satu wadah yang paling dominan, melihat individu dalam masyarakat

secara hirarkis, yaitu kelompok mayoritas dan minoritas. Film Tanda Tanya

“?” yang menyuguhkan makna toleransi di tengah perbedaan, memberikan

tataran hierarkis yang sama dimana di dalam cerita tampak kelompok mana

yang termasuk dalam mayoritas dan mana yang minoritas. Teori ini hanya

memberikan peluang kepada kelompok mayoritas untuk menunjukkan

identitasnya. Sebaliknya, kelompok minoritas sama sekali tidak memperoleh

hak untuk mengekspresikan identitasnya. Identitas di sini bisa berupa agama,

etnik, bahasa, dan budaya.

Konsep Oposisi Biner yang diungkapkan Pamerdi (Untoro & Madio,

2011:123) melihat adanya perbedaan pandangan-pandangan mengenai suatu

hal yaitu kebudayaan lama vs baru, kelompok-kelompok lama vs pendatang,

sisi kehidupan baik vs buruk, dan sebagainya. Film Tanda Tanya “?”

menempatkan pemahaman toleransi dengan menerapkan konsep ini. Maka

muncul di dalam beberapa adegan, tentang kebaikan agama Islam dan

keburukan agama lain. Oposisi Biner dalam hal ini kemudian ditempatkan

dalam cara pandang vertikalisme, dimana cara pandang yang melihat suatu

perkara ke dalam tataran hirarkis; satu perkara/hal diletakkan pada peringkat

lebih tinggi atau lebih kuat daripada yang lainnya (Pamerdi dalam Hari &

Madio, 2011:123).

Hanung Bramantyo dalam mengemas toleransi dalam film Tanda

Tanya “?” ini menempatkan pemaknaan toleransi dalam masyarakat

multikultural. Ia beranggapan bahwa bangsa Indonesia yang hidup dalam

masyarakat multikultur belum mampu mewujudkan makna toleransi yang

72

Page 28: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

sebenarnya. Inilah alasan yang disampaikan Hanung Bramantyo untuk perlu

membuat film Tanda Tanya “?” ini.

“Kalau kita bilang bahwa situasi keagamaan kita, relasi antar agama

kita sebut sebagai toleransi itu kok nggak pas. Kenapa? Karena

toleransi kok ada yang tidak toleran, terus kalo kita sebut bahwa

situasi agama kita ini adalah situasi yang kebhinekaan tunggal ika

kok ya tidak pas. Karena didalam bhineka tunggal ika itu ada

kesadaran penuh kita menyikap perbedaan itu sebagai suatu

kekuatan. Tapi disini kita seolah-olah digiring untuk bahwa orang

berbeda itu salah, gitu. Nah sehingga membuat kita itu menjadi

bingung sekarang, situasi keagamaan kita ini kita namai apa,

makannya karena kita bingung, kita tidak tahu, kita kasih aja ini

tanda tanya besar.

Dari pernyataan Hanung ini dapat diartikan bahwa melalui Film Tanda

Tanya “?” ia ingin memberikan sebuah pengertian toleransi yang baik, dimana

bangsa Indonesia yang terdiri dari 6 agama diperlukan adanya sebuah

hubungan yang selaras.

Namun melalui film ini, Hanung Bramantyo telah gagal memberikan

makna toleransi yang seharusnya berbeda dengan situasi yang ia paparkan

dalam penyataan diatas. Dari beberapa analisa menunjukkan bahwa wacana

toleransi yang ingin disampaikan Hanung Bramantyo dalam kerangka

multikulturalisme tidak berbeda dengan situasi toleransi keagamaan yang ada

di Indonesia saat ini, seperti pada pernyataan sebelumnya. Bahwa di dalam

kehidupan multikulturalisme, toleransi masih sulit untuk diwujudkan apabila

di dalamnya masih terdapat praktik-praktik ideologi kelompok tertentu serta

adanya praktik kekuasaan oleh kelompok tertentu. Sehingga dari situasi ini,

ada kelompok yang direndahkan ada pulan kelompok mayoritas yang semakin

ditinggikan. Hanung Bramantyo sebagai sutradara telah melakukan konsep ini

73

Page 29: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

dalam memberikan wacana toleransi yang direpresentasikan melalui film

Tanda Tanya “?”.

5.2.4 Ideologi Sutradara dalam Film Tanda Tanya “?”

5.2.4.1 Ideologi Liberalisme

Liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan

oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak

adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Dalam

masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi,

hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas

(Sukarna, 1981).

Dalam membuat sebuah karya film, sutradara yang berperan sebagai

pemimpin sekaligus yang mengatur segala jalan cerita memiliki andi yang

sangat besar. Maka tidak jarang, ketika suatu film dikatakan baik, buruk

maupun kontroversial, nama sutradara dari film tersebut lah yang disebut dan

selalu diingat.

Hanung Bramantyo sebagai sutradara film Tanda Tanya “?” menjadi

penting terlibat dalam setiap pemberitaan. Berbagai tudingan ditujukkan

kepada nya saat film ini menuai kontroversi dari berbagai pihak. Namun

dalam press conference, Hanung mengungkapkan bahwa ia memiliki

kebebasan dan kekuasaan dalam membuat film sesuai dengan gagasannya.

(Cuplikan wawancara)

“Film ini bener-bener saya jadikan jabang bayi yang akan keluar, yang

saya gadang-gadang bisa menjadi semacam sebuah kreasi yang muncul

dari lubuk hati saya”.

“Ya ini adalah film ke 14 saya yang saya akui lahir dari gagasan yang

liberal. Liberal itu dalam pengertian saya bebas, saya punya

kemerdekaan dalam menggagas sesuatu dan akhirnya kemudian

didanai gitu kan. Saya bebas melakukan eksplorasi visual, eksplorasi

74

Page 30: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

gagasan dimana pada awalnya gagasan ini saya tawarkan kepada

sebuah PH (Production House) konvensional gitu, sebuah PH main

stream menolak dia, karena dianggap ini terlalu inilah, terlalu idealis

kurang begini kurang begitu. Akhirnya kita bikin ini sendiri dan di-

support sama temen yang bukan orang film, tapi mereka cukup punya

potensi pendanaan, cukup kreatif dan cerdas dalam menilai, punya

estetika, punya selera gitu kan, dan ternyata punya kegelisahan yang

sama”

Dari pernyataan Hanung tersebut dia memiliki kekuasaan penuh atas

film ini, baik dari segi cerita, alur, latar maupun penokohan. Selain itu ia juga

bebas melakukan eksplorasi gagasan, dimana cara pandang Hanung dalam

memandang toleransi hingga menuangkannya dalam sebuah cerita film.

5.2.4.2 Ideologi Kapitalisme

Kapitalisme dan Kebebasan Tatanan ekonomi memainkan peranan

rangkap dalam memajukan masyarakat yang bebas. Di satu pihak, kebebasan

dalam tatanan ekonomi itu sendiri merupakan komponen dari kebebasan

dalam arti luas. Sehingga kebebasan di bidang ekonomi itu sendiri menjadi

tujuan. Di pihak lain, kebebasan di bidang ekonomi adalah juga cara yang

sangat yang diperlukan untuk mencapai kebebasan politik. Pada dasarnya,

hanya ada dua cara untuk mengkoordinasikan aktivitas jutaan orang di bidang

ekonomi. Cara pertama ialah bimbingan terpusat yang melibatkan penggunaan

paksaan – tekniknya tentara dan negara dan negara totaliter yang modern.

Cara lain adalah kerjasama individual secara sukarela – tekniknya sebuah

sistem pasaran. Selama kebebasan untuk mengadakan sistem transaksi

dipertahankan secara efektif, maka ciri pokok dari usaha untuk mengatur

aktivitas ekonomi melalui sistem pasaran adalah bahwa ia mencegah campur

tangan seseorang terhadap orang lain. Jadi terbukti bahwa kapitalisme adalah

salah satu perwujudan dari kerangka pemikiran liberal.

75

Page 31: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

Menurut McQuail (1987:14) film ini dapat digunakan sebagai sebuah

arena bisnis pertunjukkan yang laris di pasaran. Film yang merupakan salah

satu bentuk industri kreatif yang berbentuk cerita. Film sering kali menjadi

laris di arena pertunjukkan karena film memiliki kekuatan magis dalam

menarik khalayak. Dari kekuatan inilah film adalah sebuah industri yang

sangat menjanjikan bagi para pemilik modal.

Salah satu pemilik modal tersebut adalah Mahaka Pictures yang

merupakan Production House yang ikut mendanai Flm Tanda Tanya “?”.

Berikut adalah transkrip pernyataan Executive Producer dalam wawancara:

“Ya dari grup MAHAKA tentu dalam berkarya selalu ingin berbuat

yang terbaik, karena itu kita tahu Hanung adalah sutrada yang terbaik.

Makannya kita mau bekerja sama dan tentu dari pengalaman lainnya,

kita bisa melihat track-record dari pada saudara Hanung sendiri

banyak-cukup mendalami film-film yang bertema religius juga. Nah

pada kesempatan ini juga, makannya MAHAKA ingin sekali, kebetulan

punya visi yang sama mengeluarkan film bertemakan toleransi, tetapi

tentu ada percintaannya, tidak jauh dari kehidupan bangsa kita. Kalau

kita lihat dari perjalanan juga bangsa Indonesia yang ber-Garuda

Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, itu kan kita berbeda. Tetapi

bagaimana kita menjadi satu bangsa, menjadi suatu kebanggaan

daripada yang bisa kita ciptakan bersama-sama untuk generasi yang

masa datang”

Tema tentang toleransi agama yang sedang hangat di Indonesia

menjadi nilai industri yang diangkat oleh Tanda Tanya “?”. Peristiwa-

peristiwa yang menyangkut tentang SARA dan Multikulturalisme sedang

menjadi pembicaraan di Indonesia. Film ini kemudian muncul dengan tema

yang sama, serta menyuguhkan berbagai kontroversi.

Selain menyuguhkan adegan-adegan yang dianggap salah oleh

beberapa Ormas Islam, Film Tanda Tanya “?” hadir dengan sisi cerita

76

Page 32: BAB V ANALISIS DATA & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2729/6/TI_362008008_BAB_V.pdfmemperjelas gambaran suasana gereja. Kedua, suasana masjid

kehidupan yang lain, diluar tema toleransi agama. Yakni menyuguhkan kisah-

kisah percintaan dengan konflik di dalamnya. Seperti cinta segitiga antara

Hendra, Menuk dan Soleh yang harus dimenangkan oleh Soleh, karena

kandasnya hubungan Hendra dan Menuk akibat perbedaan agama. Selain itu,

cerita cinta beda agama berhasil dijalani oleh tokoh Surya dan Rika yang

tergolong cerita cinta yang unik. Kedua tema cinta ini menambah nilai jual

daripada Film Tanda Tanya “?”, dimana cerita cinta masih menjadi idola bagi

penonton khususnya di Indonesia.

77