Bab v
-
Upload
diajenglabfisikaunjani -
Category
Engineering
-
view
89 -
download
5
Transcript of Bab v
![Page 1: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB V
ANALISA
5.1 Pengukuran Dasar
Analisa dalam praktikum Modul I Pengukuran
Dasar adalah adanya perhitungan atau pengukuran setiap
panjang, tebal, dan lebar harus di ulang sebanyak lima
kali. Adanya perhitungan yang diulang karena setiap
barang yang melakukan proses permesinan tidak akan
memiliki kesuksesan 100% dalam permesinannya.
Adanya unsur kesalahan yang dilakukan oleh manusia
atau pun mesin itu sendiri. Pasti selalu ada perbeda
anwalan pun tidak signifikan pada setiap permukaan
balok tersebut. Adanya lima kali pengukuran tersebut
untuk meminimalisir kesalahan dalam pengukuran, dan
untuk mendapatkan angka atau nilai ketelitian dari
pengukuran menggunakan Jangka sorong.
V-124
![Page 2: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Sedangkan untuk penggunaan pengukuran dengan
micrometer skrup adanya pengukuran dengan micrometer
skrup untuk mengetahui ketebalan dari masing –
masingbalok. Pengukuranmenggunakan micrometer
skrup juga dilakukan sebanyak 5 kal untuk mendapatkan
angka yang seakurat mungkin. Walaupun penggunaan
micrometer skrup hanya digunakan untuk mengukur
tebal saja namun micrometer skrup jauh lebih teliti
dibandingkan jangka sorong karena memiliki nilai
ketelitian 0,005 mm.
Jangka sorong dan mikrometer skrup memiliki
kelebihan dan kekurangan, keuntungan jangka sorong
dibandingkan dengan mikrometer skrup adalah jangka
sorong dapat mengukur 3 bagian materi seperti bagian
dalam materi, bagian luar materi, dan kedalaman materi.
Sedangkan mikrometer skrup memiliki keuntungan dari
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 125
![Page 3: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
pada jangka sorong adalah dengan ketelitian yang lebih
teliti karena mikrometerskrup mengukur dengan satuan
mm sedangkan jangka sorong cm jadi ada seperskian cm
yang tidak tepat akan tetapi lebih tepat mm.
Neraca teknik hanya digunakan untuk
menghitung berat dari ke 3 benda kerja tersebut,
Menghitung berat tersebut hanya dilakukan sekali tidak
lima kali seperti saat mengukur panjang, lebar, dan tebal
dari benda kerja tersebut. prinsip dari neraca teknis
adalah kesetimbangan atau bisa juga disebut
perbandingan massa. Neraca teknis hanya bisa digunakan
dibidang datar saja. satuan dari neraca teknis ini adalah
gram
5.2 Pesawat Atwood modern dan Konvensional
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 126
![Page 4: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Pada percobaan ini membuktikan bahwa F = m.a.
Dimana jika massa ditambahkan maka kecepatan benda
pun akan bertambah karena ada tekanan benda yang
searah dengan gravitasi. Ini pula membuktikan dari
pengolahan data bahwa akselerasi atau percepatan yang
terjadi pada GLBB di Pesawat Atwood konvensionaldan
Pesawat Atwood Modern sesuai dengan teori gerak lurus
berubah beraturan yang mana percepatan atau akselerasi
konstanta tetap.
Namun untuk kasus Gerak Lurus Beraturan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Ketika masuk kedalam
pengolahan data bahwa kecepatan pada GLB tidak
konstan (tidak sesuai dengan teori GLB) yang
menyebutkan. Adapun penyebab mengapa terjadinya
kasus ini adalah :
Kurang telitinya dalam mencatat waktu
Alat yang digunakan belum tersetting dengan
seharusnya
Kurang ahlinya dalam menggunakan alat ukur
Keadaan lingkungan yang dapatmempengaruhi
alat
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 127
![Page 5: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Dalam praktikum tersebut data pada percobaan
GLB kecepatannya naik disebabkan karena adanya
gaya yang membuat benda tersebut bergerak
sehingga adanya juga percepatan benda yang
dilakukan, dijelaskan bahwa GLB adalah gerak lurus
beraturan yang ada hubungannya dengan hukum
newton 1 yang mana resultan gaya sama dengan nol
atau tidak adanya percepatan serta penambahan
kecepatan materi akan tetapi saat materi tersebut
melewati batas GLBB kecepatan benda tersebut
konstant atau biasa disebut GLB.
Pada percobaan GLBB yang kita cari percepatan
itu bukan percepatan akan tetapi perlambatan benda,
ada teori mengatakan benda memiliki kemalasan itu
sendiri yaitu tidak mau melawan gaya yang bekerja,
tapi kenapa benda tersebut bisa berhenti pada jarak
tertentu karena gaya gesek udara dan katrol yang
digunakan kenapa kami bisa berbicara begitu karena
saya memiliki contoh bahwa gaya gesekan udara
tidak dapat diabaikan”seorang penerjun lompat dari
pesawat dan ketika hampir sampai ketanah ia
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 128
![Page 6: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
langsung membuka parasutnya dan terjadinya
perlambatan drastis yang dialami penerjun
tersebut.Hal tersebut bisa terjadi karena luas
permukaan penerjun yang kecil membuat kurangnya
perlambatan akan tetapi saat buka parasut luas
permukaannya besar dan mengalami perlambatan
yang drastis.
Jadi faktor percepatan dari pesawat atwood ini
adalah luas permukaan yang hubunganya dengan
gesekan udara, massa katrol, jari – jari katrol, dan
massa yang diberikan pada kedua tali. Dan semua
gerak jatuh bebas adalah GLBB.
5.3 Modulus Elastisitas
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 129
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
100200300400500600700
132193
259 292354
415475
597
Batang I (kayu besar)
Beban (kg)
f (kg
mm
?N)
![Page 7: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Gambar 5.1 Hubungan beban terhadap f
Gambar 5.2 Hubungan beban terhadap f
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 130
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
2000400060008000
1000012000
1591.73169.57
4505.535695.31
6903.418100
9415.12999999998
10340.43
Batang II (kayu sedang)
Beban(kg)
f (kg
m/N
)
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
2000
4000
6000
8000
10000
1195.532499.7083013.45
4686.655783.78
6890.18184.95
8999.7
Batang III (kayu kecil)
Beban (kg)
f (kg
mm
/N)
![Page 8: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Gambar 5.3 Hubungan beban terhadap f
Nilai pelenturan berbanding lurus dengan beban
yang diberikan. Semakin berat beban yang diberikan,
maka semakin besar nilai pelenturanya. Jika beban yang
diberikan melebihi batas keelastisanya, maka material
akan patah/ retak. Batas elastisitas adalah gaya
maksimum yang dapat diberikan ke suatau benda
sebelum benda berubah bentuk secara tetap. Hukum
Hooke hanya berlaku hingga batas elastisitas.
Dari grafik batang kayu besar, kecil dan sedang di
hasilkan bahwa nilai keelastisanya : batang besar <
Batang sedang < Batang kecil. Artinya batng kayu kecil
memiliki tingkat keelastisan yang opaling besar diantara
ketiga batang yang diuji.
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai
keelastisan suatu benda pada grafik diatas yaitu panjang,
penyangga, jenis beban (batang kayu besar, kecil dan
sedang), berat beban dan juga gravitasi. Semakin berat
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 131
![Page 9: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
beban yang diberikan, mka semakin besar nilai
pelenturanya.
5.4 Bandul Sederhana Dan Resonansi Bandul
Sederhana
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.650
0.51
1.52
2.5
1.019
1.8532.316
Grafik hubungan panjang bandul dan T
Panjang tali l (m)
Perio
da k
uadr
at T
2(s2
)
Gambar 5.4 Hubungan m dengan T
Pada percobaan praktikum bandul sederhana dan
resonansi ini dapat di analisa bahwa perioda berayun
sebuah bandul ditentukan panjang tali bandul , kekuatan
gravitasi , serta amplitudo, perioda tidak bergantung pada
massa bandul , karena dampak terhadap pertambahan dan
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 132
![Page 10: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
pengurangan beban hanya sedikit perubahannya terhadap
perioda berbeda dengan panjang tali pengaruh
pertambahan dan pengurangan panjang sangat besar
terhadap perioda maka dari itu massa beban diabaikan ,
suatu getaran lama kelamaan akan diam sama halnya
dengan bandul lama kelamaan ia akan diam.
Pertambahan panjang membuat perioda tersebut
juga bertambah seperti percobaan dengan panjang tali
0.20 m periodanya 1.0095 s , sedangkan pada panjang
tali 0.40 m periodanya adalah 1.3615 s dan juga pada
panjang tali 0.60 periodanya 1.522 s dan juga bandul
berbanding terbalik oleh gravitasi .
Pertambahan serta pengurangan massa tidak ada
pengaruh terhadap perioda karena sangat sedikit
perubahannya massa 35gram memiliki perioda 1.522 dan
70 gram 1.566 s . pertambahan massa juga membuat
pertambahan perioda tetapi hanya sedikit dan juga gaya
pemulihan berbanding lurus oleh massa .
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 133
![Page 11: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Jadi perioda bandul tersebut dapat di rumuskan dengan
T=2π √ lgPerbedaan antara bandul sederhana dan bandul
resonansi adalah pada bandul resonansi adalah akibat
tangan kita memegang tali bandul yang di kasih ayunkan
3 kali dengan simpangan lebih kurang 3 cm dikarenakan
bandul tersebut bergetar akibat tangan kita yang di
ayunkan. Sedangkan bandul sederhana adalah pemberian
simpangan 3 cm dikarenakan bandul tersebut bergetar
akibat berat bandul tersebut.
Perbedaan T dan T2 adalah T=2π √ lg dan
T 2=4 π2 lg
dari persamaan rumus tersebut sudah dapat
dibedakan antara T dan T2 data pada percobaan ini
membuktikan pada T panjang tali 0.20 periodenya adalah
0.2866 s, panjang tali 0.40 periodenya adalah 0.4053 s,
dan panjang tali 0.60 periodenya adalah 0.4964 s.
sedangkan pada T2 panjang tali 0.20 periode kuadratnya
adalah 0.804 s, panjang tali 0.40 periode kuadratnya
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 134
![Page 12: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
adalah 1.609 s, dan panjang tali 0.60 periode kuadratnya
adalah 2.414 s.
5.5 Resonansi Pada Pegas Heliks
Pada praktikum Gelombang Resonansi pada
Pegas Helix ini di lakukan beberapa percobaan
menggunakan pegas 4.5 N/m dan 25 N/m serta
perubahan pada massa yang di ujikan yaitu menggunakan
beban 100 gr dan 200 gr. Percobaan ini bertujuan
mengamati perbandingan frekuensi pada keadaan
resonansi dan tidak alami, pengaruh konstanta pegas ,
serta berat beban yang digunakan pada frekuensi.
Pada percobaan pegas 4.5 N/m dengan beban 200
gram di dapat waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan 100 gram, hal ini disebabkan karena renggangan
yang terjadi pada massa 100 gram dan 200 gram berbeda
pada 200 gram renggangan yang didapatkan lebih
panjang dibandingkan dengan 100 gram, serta waktu
yang diperlukan renggangan yang lebih panjang lebih
lama dibandingkan dengan 100 gram, seperti data ini :
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 135
![Page 13: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Pada pegas 4.5 N/m dengan beban 100 gram
perioda yang didapat adalah 1.1025 s dan beban 200
gram 1.359 s.
Pada pegas 25 N/m dengan beban 100 gram
perioda yang didapatkan adalah 0.5355 s dan beban 200
gram 0.6885 s.
Jadi dari data tersebut perioda berbanding lurus
dengan massa beban dan berbanding tebalik dengan
konstanta pegas .
Perbandingan antara pegas helix resonansi dengan
pegas helis tidak alami adalah periode yang didapatkan
pada pegas helix 4.5 N/m massa beban 100 gram T0=
1.1025 s dan Tr= 1.112 s, sedangkan pada massa beban
200 gram T0=1.359 dan Tr= 1.390, T0<Tr . Berbeda
dengan pegas helis 25 N/m massa beban 100 gram
T0=0.5355 s dan Tr=0.5510 s, sedangkan pada massa
beban 200 gram 5 T0=0.6885 dan Tr=0.6825, pada massa
100 gram T0<Tr , akan tetapi pada massa 200 gram
T0>Tr. Hal ini disebabkan pada resonansi kita memegang
pegas yang telah di beri beban dan diberi gaya alami
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 136
![Page 14: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
pada pegas hal tersebut yang membuat tidak dapat
dipastikan kalau tangan kita akan diam atau bergerak
karena kita tidak nentu apakan kita melawan berat beban
tersebut saat benda jatuh atau mengikuti benda jatuh
tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pecobaan
kali ini adalah ketepatan perhitungan 20 getaran baik
pada saat mencari fo ataupun fr. Pengukuran pemberian
simpangan juga harus teliti agar di dapatkan data yang
sesuai atau meminimalisir kesalahan pada saat praktikum
berlangsung.
5.6 Hambatan Listrik
0 1 2 3 4 5 6 7 80
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.0014
0.00840000000000001
0.02660.0396
0.07740.0911
0.1174
Percobaan 1
Volt (V)
I (A)
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 137
![Page 15: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Gambar 5.6 Hubungan V dengan I
Gambar 5.7 Hubungan V dengan I
Hukum Ohm berbunyi : “ Besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar atau konduktor akan
berbanding lurus dengan tegangan (V) yang ditetapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya
(R).
Sehingga dapat dirumuskan,
R=VI
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 138
0 1 2 3 4 5 6 7 80
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.0004 0.0052
0.0595
0.0930000000000002
0.1393
0.1696
0.21
Percobaan 2
Volt (V)
I (A)
![Page 16: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Artinya semakin besar kuat arus, maka tegangannya pun
akan semakin besar, ataupun sebaliknya.
Hal ini menunjukkan bahwa pada Grafik 1.1.pada
percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan Hukum
Ohm yang berlaku, ditunjukkan dengan grafik yang
semakin meningkat.
Pada saat V naik, kuat arusnya (I) pun ikut naik.
Oleh karena itu, maka nilai hambatannya (R) hampir
sama pada volt dan ampere yang diamati.
0 1 2 3 4 5 6 7 897.5
98
98.5
99
99.5
100
100.5
101
101.5
100 100
98.8
99.5
100
101.1
99.6
Percobaan 1
Beda potensial (V)
R (o
hm)
Gambar 5.8 Hubungan V terhadap R
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 139
![Page 17: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
0 1 2 3 4 5 6 7 80
10
20
30
40
50
60
25
38.46
53.1147.53
53.19 52.7155.43
Percobaan 2
Beda potensial (V)
R (o
hm)
Gambar 5.9 Hubungan V terhadap R
Besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi
oleh besar tegangan dan arus listrik, tetapi dipengaruhi
oleh panjang penampang, luas penampang, dan jenis
bahan.
Hambatan dipengaruhi oleh tiga faktor panjang,
luas dan jenis bahan. Hambatan berbanding lurus dengan
panjang benda, semakin panjang maka semakin besar
hambatan suatu benda. Hambatan berbanding terbalik
dengan luas penampang benda, semakin luas
penampangnya maka semakin kecil hambatannya.
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 140
![Page 18: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
R=ρ lA
Ket. : R = Hambatan Kawat (Ω)
ρ = Hambatan Jenis (Ω m)
l = Panjang Kawat (m)
A = Luas Penampang (m2)
Jika penghantar yang dilalui sangat panjang,
maka kuat arusnya akan berkurang. Hal ini terjadi karena
diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan
arus listrik pada penghantar panjang. Makin panjang
penghantar, maka makin turun juga tegangan listrik
karena kuat arusnya kecil dan maka dari itu hambatannya
besar. Kawat dengan jenis berbeda, maka hambatannya
juga akan berbeda pula.
5.7 Elektromagnetik
Pada praktikum elektromagnet ini dilakukan tiga
percobaan dengan menggunakan bentuk penghantar yang
berbeda , yaitu kawat lurus, kawat melingkar dan kawat
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 141
![Page 19: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/19.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
solenoida. Dari ketiga percobaan menggunakan tegangan
yang sama yaitu 2A. Dari percobaan ini pengamatan
dilakukan pada pola-pola garis medan magnet yang
terbentuk oleh butiran serbuk besi pada setiap percobaan.
Pada percobaan pertama menggunakan kawat
penghantarlurus, pola yang terbentuk di sekitar kawat
kumparan seperti lingkaran yang mengisi dari kumparan
dari pada sisi lain berbentuk lurus.
Gambar tersebut di akibatkan oleh arus yang
mengalir sehingga magnet di sumber kawat kumparan itu
bereaksi oleh arus listrik dan arus listrik tersebut
menentukan medan magnetnya. Seperti di gambar
Gambar 5.10 Penghantar lurus
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 142
![Page 20: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/20.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Gambar 5.11 Penghantar melingkar
Gambar 5.12 Penghantar solonaida
Arah tersebut di temukan dalam praktikum
menggunakan kompas. Karena kompas akan bereaksi
bila ada arus listrik dan menentukan arah medan
magnetnya.
Pada percobaan kedua dengan menggunakan
kawat melingkar dengan tegangan yang sama 2A di
dapatkan pola garis medan magnet berbentuk seperti 2
lingkaran yang arahnya keluar dari penghantarnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 143
![Page 21: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Gambar tersebut di akibatkan oleh arus yang
mengalir sehingga serbuk magnet disekitar kawat
kumparan itu bereaksi oleh arus listrik dan arah arus
listrik tersebut menentukan arah medan magnet jika arus
lai ke atas yang akan keluar medan magnetnya jika
kebawah ya akan masuk medan magnetnya seperti pada
gambar :
Arah tersebut di temukan dalam praktikum
menggunakan kompas. Karena kompas akan bereaksi
jika ada arus listrikdan menemukan arah medan
magnetnya.
Percobaan ketiga menggunakan solenoida . Pola
garis medan magnet yang terbentuk di sekitar
penghantarnya seperti lingkaran yang arahnya keluar dari
dalam solenoida dan seperti terhubung antara keduda
sisinya. Seperti gambar di bawah ini :
Gambar tersebut diakibatkan oleh arus listrik
yang mengalir sehingga serbuk maagnet di sekitar kawat
kumparan itu vbereaksi oleh arus listrik dan arah arus
listrik tersebut menentukan arah medan magnet jika arus
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 144
![Page 22: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/22.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
naik ke atas ya akan keluar medan magnet. Jika ke bawah
ya akan masuk medan magnetnya. Seperti gambar di
bawah ini :
Arah tersebut di temukan dalam praktikum
menggunakan kompas karena kompas akan bereaksi bila
arus dan arah arus listrik tersebut menentukan arah
medan magnetnya. Percobaan ketiga ini arah arusnya
berputar-putar atau naik turun sehingga arah medan
magnetnya tidak jelas saat kompas di letakan di dalam
solenoida kompas tersebut berputar putar akibat arusnya
naik turun di kompas tersebut dan arus yang tidak
konsisten.
Pada percobaan ini ada beberapa faktor yang
mempengaruhi gaya medan magnet yaitu tegangan yang
di gunakan atau arus yang mengalir, bentuk kawatnya
penghantarnya dan banyaknya serbuk besi. Pada besi ini
dipakai adalh serbuk besi. Ketika percobaan berlangsung
jika kawat sebuk besi terlalu sedikit atau banyak.
Membuat polanya menjadi susah dilihat pada arah medan
magnet di tentukanyta oleh arah arus ya ng mengalir dari
positif ke negatif. Jadi kawat tangan kanan itu benar
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 145
![Page 23: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/23.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
terjadi jempol adalah arus listrik dan jari adalah arah
medan magnet. Arah medan magnet selalu tegak lurus
dengan arah arus
5.8 Kalorimeter
Pada percobaan praktikum calorimeter ini dapat
di analisan pengaruh kalor terhadap suatu zat yaitu jika
suatu benda dipanaskan, maka suhu atau temperatur
benda tersebut akan naik karena adanya perpindahan
energi / panas dari lingkungan system. Sebaliknya jika
suatu benda didinginkan , maka suhu/temperatur benda
akan turun karena ada pelepasan energi panas dari sistem
ke lingkungan. Pengaruh terhadap kubus yang di ujikan
adalah kalor jenis dari kubus tersebut, berat dari kubus
tersebut serta suhu kubus tersebut.
Dalam percobaan kalorimeter ini terjadi 2
perpindahan kalor yaitu konduksi dan konveksi, konduksi
saat air dipanaskan,sendangkan konveksi saat benda yang
telah di panaskan di masukan kedalama kalorimeter yang
telah berisi air.
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 146
![Page 24: Bab v](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062304/55c36eecbb61eb49298b4616/html5/thumbnails/24.jpg)
BAB V ANALISA KEL 21
Pada hukum azas black benar bahwa kalor yang
di serap sama dengan kalor yang dikeluarkan hal ini
membuktikan bahwa kalor jenis yang kami dapat lebih
kurang dari hasil data kami.
Faktor yang memperngaruhi kalorimeter ialah
massa zat,suhu,kalor jenis benda tersebut. mengapa hasil
nya lebih kuran dari kalor jenis logam tersebut hal itu
disebabkan saat kita mengeluarkan kubus dari air didih
terjadi pemindahan kalor kubus dan udara sekitar yang
membuat kalor dari kubus tersebut keluar.
LABORATORIUM FISIKA DASAR 2014/2015 V- 147