BAB Pendahuluan 1 - · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki...

188
1 Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan BAB BAB BAB BAB Tjahjanulin Domai Tjahjanulin Domai Tjahjanulin Domai Tjahjanulin Domai 1.1 1.1 1.1 1.1 Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Perubahan situasi yang terjadi hampir setiap saat, baik pada tataran kondisi internal maupun tataran kondisi eksternal membuat semua jajaran pimpinan harus selalu jeli mencermatinya. Semua asumsi dalam penyusunan perencanaan keuangan yang pernah sukses pada masa yang lalu harus dikaji ulang. Perubahan-perubahan yang terjadi dipicu oleh berbagai faktor antara lain, pengaruh globalisasi, krisis keuangan internasional, peraturan pemerintah dan kebijakan pemerintah lainnya, termasuk juga kondisi ekonomi. Dalam perkembangannya perubahan terjadi pada pengelolaan keuangan publik yaitu dengan ditetapkannya 5 (lima) paket undang-undang: 1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, 3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, 4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, 5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Menghadapi perubahan ini pemimpin dituntut untuk cepat tanggap terhadap kondisi yang terjadi dan memiliki kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri. Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang Inovatif, adaptif dan merespon dengan cepat perubahan yang terjadi, sehingga pemimpin mampu bertahan dan menang dalam mengelola perubahan. Disamping itu juga pemimpin dapat memegang kendali dalam mengelola keuangan publik, sehingga diperlukan pemimpin yang dapat meramu visi dan misinya, sumber 1

Transcript of BAB Pendahuluan 1 - · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki...

Page 1: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

1

Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

1.11.11.11.1 Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin Reformasi Pengelolaan Keuangan Publik dan Peran Pemimpin

Perubahan situasi yang terjadi hampir setiap saat, baik pada tataran

kondisi internal maupun tataran kondisi eksternal membuat semua jajaran

pimpinan harus selalu jeli mencermatinya. Semua asumsi dalam penyusunan

perencanaan keuangan yang pernah sukses pada masa yang lalu harus dikaji

ulang. Perubahan-perubahan yang terjadi dipicu oleh berbagai faktor antara

lain, pengaruh globalisasi, krisis keuangan internasional, peraturan pemerintah

dan kebijakan pemerintah lainnya, termasuk juga kondisi ekonomi. Dalam

perkembangannya perubahan terjadi pada pengelolaan keuangan publik yaitu

dengan ditetapkannya 5 (lima) paket undang-undang:

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Pembangunan Nasional,

5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan

Keuangan (BPK).

Menghadapi perubahan ini pemimpin dituntut untuk cepat tanggap

terhadap kondisi yang terjadi dan memiliki kemampuan untuk dapat

menyesuaikan diri.

Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang Inovatif, adaptif dan

merespon dengan cepat perubahan yang terjadi, sehingga pemimpin mampu

bertahan dan menang dalam mengelola perubahan. Disamping itu juga

pemimpin dapat memegang kendali dalam mengelola keuangan publik,

sehingga diperlukan pemimpin yang dapat meramu visi dan misinya, sumber

1

Page 2: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

2

daya manusianya dan strategi bersaing untuk dapat mengelola keuangan publik

yang efisien, efektif dan akuntabel.

Pemimpin yang memiliki visi dan misi dapat beradaptasi dan lebih

fleksibel, mementingkan “stakeholder”-nya dan menganggap sumber daya

aparaturnya merupakan aset yang paling penting dalam merumuskan,

merencanakan dan mengimplementasikan serta mengawasi pengelolaan

keuangan publik.

1.21.21.21.2 Peran Pemimpin Dalam Perumusan Visi dan MisiPeran Pemimpin Dalam Perumusan Visi dan MisiPeran Pemimpin Dalam Perumusan Visi dan MisiPeran Pemimpin Dalam Perumusan Visi dan Misi

Setiap pemimpin telah mempunyai rumusan visi dan misi, namun

apakah rumusan itu masih relevan dengan tuntutan keadaan yang sekarang?

Banyak pemimpin memiliki visi dan misi namun karena ketidaktahuannya

rumusan visi dan misi itu sangat sulit untuk diimplementasikan. Oleh karena itu

saat seperti ini sangat diperlukan pemimpin yang dapat menciptakan visi baru

ini agar dapat diimplementasikan secara “full committed” dan konsisten. Tentu

saja sumber perumusan kembali visi dan misi tidak hanya berasal dari

pemimpin saja tapi bisa juga dari situasi, kondisi dan potensi yang dimiliki oleh

pemimpin.

Menurut Bennis (1992) pakar kepemimpinan bagaimana menggerakkan

seluruh sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien, ini terletak pada

pemimpin yang menyadari akan visi dan misi perusahaan. Sejalan dengan

pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa para pemimpin sebagai pelopor dan

pelaku visi dan misi harus dapat memotivasi para aparatur pemerintah untuk

terus meyakini bahwa visi yang mereka miliki itu sesuatu yang penting dan

berguna untuk menyusun suatu perencanaan strategis. Visi yang mereka yakini

ini juga membuat mereka termotivasi dan menimbulkan semangat yang tinggi

dalam melaksanakan visi dan misi tersebut. Setelah tercipa visi dan misi baru

ini, peran dan langkah pemimpin adalah membangun kerjasama dengan para

aparatur pemerintah atau dengan kata lain perlu kerjasama persepsi dan

langkah dalam melaksanakan visi dan misi tersebut.

1.31.31.31.3 VisiVisiVisiVisi

1.3.11.3.11.3.11.3.1 Pengertian UmPengertian UmPengertian UmPengertian Umumumumum

Perubahan paradigma dalam kegiatan pemerintah diperlukan agar

pemerintah senantiasa dapat mengakomodasi kebutuhan perubahan

Page 3: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

3

dalam masyarakat dan memungkinkan administrasi publik menata

kembali masyarakat. Hal tersebut memerlukan suatu kerangka

pemikiran upaya yang terstruktur untuk memberdayakan fungsi publik

agar lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, politik,

sosial, dan budaya. Perubahan paradigma dapat mendorong tercapainya

kepemerintahan yang baik (good governance), memperbaiki kinerja

sektor publik, dan mengobati praktek administrasi yang tidak sehat (mal-

administration).

Semakin besarnya tantangan sebagai konsekuensi logis dari era

globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia memberi makna

peningkatan persaingan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan yang

prima. Instansi pemerintah harus secara terus menerus melakukan

perubahan ke arah perbaikan agar dapat tetap berarti keberadaan dan

agar dapat unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam

lingkungan yang berubah secara cepat.

Penetapan visi, sebagai bagian dari perencanaan strategik, merupakan

suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Visi tidak

hanya penting pada waktu mulai berkarya, tetapi juga pada kehidupan

organisasi itu selanjutnya. Kehidupan organisasi sangat dipengaruhi oleh

perubahan lingkungan internal dan eksternal. Oleh karenanya, visi

organisasi juga harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut dan jika

memang perlu, visi dapat diubah dan disempurnakan.

Pemimpin yang sukses mengatakan bahwa visi adalah suatu pedoman

dan pendorong organisasi untuk mencapai tujuannya. Pemimpin yang

efektif mempunyai visi, agenda, dan berorientasi hasil (Burt Nanus,

1992). Mereka selalu memperbaharui atau menyesuaikan visinya agar

dapat diwujudkan dan diinginkan, mengkomunikasikannya kepada

semua anggota dan berusaha memperoleh dukungan partisipasi semua

pihak untuk terwujudnya visi. (LAN dan BPKP, 2010).

1.3.21.3.21.3.21.3.2 Tujuan Penetapan Visi OrganisasiTujuan Penetapan Visi OrganisasiTujuan Penetapan Visi OrganisasiTujuan Penetapan Visi Organisasi

Pada hakekatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran

bersama mengenai masa depan, berupa komitmen murni tanpa adanya

rasa terpaksa. Visi adalah mental model masa depan, dengan demikian

visi harus menjadi milik bersama dan diyakini oleh seluruh anggota

organisasi.

Page 4: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

4

Di dalam konteks kehidupan bernegara, visi memainkan peran yang

menentukan dalam dinamika perubahan lingkungan sehingga

pemerintah pada umumnya dan instansi pemerintah pada khususnya

dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.

Visi yang tepat bagi masa depan suatu instansi pemerintah akan mampu

menjadi akselator kegiatan instansi tersebut, termasuk perancangan

rencana strategik secara keseluruhan, pengelolaan sumber daya,

pengembangan indikator kinerja, cara pengukuran kinerja, evaluasi

pengukuran kinerja, yang akan diintegrasikan menjadi sinergi yang

diperlukan oleh instansi tersebut.

Bagi suatu organisasi, tujuan penetapan visi adalah:

a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi

b. Memberikan arch dan fokus strategi yang jelas

c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik

d. Memiliki orientasi terhadap masa depan

e. Menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan

organisasi

f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi

Untuk menghasilkan visi yang baik, dimulai dengan perumusan visi

yang jelas dan mampu:

a. Menarik komitmen dan menggerakkan anggota organisasi

b. Memberikan makna bagi kehidupan anggota organisasi

c. Membentuk suatu standar keunggulan

d. Menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan

1.3.31.3.31.3.31.3.3 Proses Penetapan Visi OrganisasiProses Penetapan Visi OrganisasiProses Penetapan Visi OrganisasiProses Penetapan Visi Organisasi

Organisasi yang bermaksud untuk membentuk visi bersama, perlu secara

terus menerus mengajak anggotanya untuk mengembangkan visi

individu mereka. Ketiadaan visi individu cenderung menghasilkan hanya

sekedar “persetujuan” terhadap visi orang lain. Hasilnya adalah

kepatuhan, dan bukan komitmen. Bagian terbesar dari kita berada dalam

keadaan “kepatuhan”. Anggota yang taat berjalan bersama suatu visi.

Mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Mereka

mendukung visi sesuai dengan konteksnya. Namun, mereka tidak

menjadi anggota sebenarnya.

Page 5: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

5

Sama seperti visi individu yang merupakan gambaran atau image yang

dibawa oleh seseorang dalam dirinya, begitu juga visi bersama (shared

vision) merupakan gambaran yang dibawa oleh orang-orang dalam

suatu organisasi. Visi bersama muncul dari visi individu, sehingga

muncul enerji dan komitmen dari anggota organisasi. Visi bersama

berakar dari visi individu, yang kemudian terbentuk berdasarkan adanya

aspirasi bersama.

Visi bersama akan kekurangan penopang kritis apabila diterapkan tanpa

pemikiran sistemik. Pada kenyataannya, banyak terdapat visi yang tidak

pernah berakar dan menyebar luas keseluruh organisasi. Pengembangan

dan penyebarluasan visi yang tepat merupakan tugas utama dan tujuan

yang sebenarnya dari kepemimpinan.

Visi bersama pada umumnya bersifat ekstrinsik. Visi tersebut memberi

fokus kepada pencapaian sesuatu dan membandingkan dengan pihak

luar, seperti misalnya pesaing organisasi tersebut (dalam arti positif).

Proses pembentukan visi merupakan refleksi keadaan dari organisasi

tersebut.

Visi bukan merupakan jawaban dari suatu masalah, tetapi lebih kepada

sarana pemecahan masalah sehari-hari yang dihadapi organisasi. Suatu

visi yang tidak konsisten dengan nilai-nilai yang mendasari kehidupan

sehari-hari, tidak hanya akan gagal untuk membangkitkan antusiasme,

tetapi dilain pihak dapat menimbulkan sinisme. Harus ada keinginan

untuk melihat keajekan dari visi kita.

Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana instansi pemerintah Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana instansi pemerintah Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana instansi pemerintah Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diidiidiidiinginkan oleh instansi pemerintah.nginkan oleh instansi pemerintah.nginkan oleh instansi pemerintah.nginkan oleh instansi pemerintah.

Rumusan visi yang demikian seharusnya mencakup:

a. Tujuan terluas dan terumum, termasuk semuanya yang berarti

memperjelas arah yang akan dicapai organisasi

b. Gambaran aspirasi di masa depan

c. Inspirasi untuk mendapatkan yang terbaik

d. Pencapaian pada hasil

e. Komunikasi pernyataan mini dan persuasif pimpinan

Page 6: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

6

Walaupun sebenarnya visi merupakan suatu impian, visi harus

memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai berikut:

a. Dapat dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi (imaginable)

b. Memiliki nilai yang memang diinginkan oleh anggota organisasi

(desirable)

c. Memungkinkan untuk dicapai

d. Terfokus pada permasalahan utama instansi agar dapat

beroperasi secara 3E

e. Berwawasan jangka panjang dan tidak mengabaikan

perkembangan zaman

f. Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh jajaran

organisasi. (LAN dan BPKP, 2010)

1.41.41.41.4 MisiMisiMisiMisi

Sedangkan, misi merupakan cara pandang yang ajeg sepanjang masa

atas komitmen terbaik organisasi bagi seluruh stakeholder utama. Pernyataan

misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa

organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya.

Dalam konteks organisasi publik, proses perumusan misi instansi publik harus

juga memerhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)

dan memberikan peluang untuk penyesuaian sesuai dengan tuntutan

lingkungan.

Pengertian misi menurut Pearce dan Robinson (1997) sebagai berikut :

“… the unique purpose that sets it apart from other companies of its type and identifies the scope of its operations. In short, the mission describes the company’s product, market, and technological areas of emphasis in a way that reflects the values and priorities of the strategic decision makers.” (adalah sebuah tujuan yang unik yang berbeda dengan perusahaan lain dari jenis dan ciri-ciri dari jangkauan wilayah operasinya. Pendeknya misi menggambarkan produk dari perusahaan, pasar, dan daerah teknis yang menekankan pada penggambaran nilai-nilai dan prioritas dari pembuat keputusan).

Misi yang baik diungkapkan secara jelas dan pasti (clearly and exactly)

apa yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Menurut James A. Bailey, CMA

(1999) beberapa syarat atau karakteristik misi yang baik adalah measurable

(dapat diukur), understandable (dapat dipahami), relevant, dan reliable. Suatu

misi harus dapat diukur tingkat pencapaiannya agar posisi organisasi dapat

diukur dengan baik pula. Pengukuran tersebut dilakukan sehubungan dengan

tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan misi yang telah ditentukan dalam

Page 7: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

7

suatu waktu, baik misi yang telah tercapai maupun yang masih harus dicapai.

Dengan demikian, pernyataan misi harus achievable (dapat dicapai) dan

acceptable (dapat diterima) bagi keseluruhan organisasi. Hal ini berkaitan

dengan komitmen mereka untuk merealisasikannya dalam suatu rentang waktu.

Suatu misi harus dapat dipahami, dan pernyataannya harus sederhana, jelas,

dan tepat. Harus dihindari penggunaan jargon-jargon dan kata-kata lain yang

tidak dipahami oleh seluruh pegawai dalam organisasi. Seluruh pegawai harus

dapat memahami tujuan dasar dari tiap misi. Misi harus relevan dalam

kaitannya dengan feedback yang diberikan kepada manajemen. Tolok ukur misi

juga harus terpercaya. Meskipun terdapat perbedaan tingkat keandalan, tolok

ukur lebih andal jika ia memiliki tingkat bias yang rendah terhadap hasil yang

telah ditetapkan dan ketika kelompok-kelompok yang berbeda dapat

memperoleh hasil pengukuran yang sama dengan data yang sama. Dari misi

inilah, tujuan-tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi dapat diidentifikasi

dengan lebih jelas.

Perumusan misi dapat dilakukan dengan memerhatikan hal-hal berikut :

1. Melibatkan seluruh stakeholders utama yang mencakup para pegawai,

masyarakat yang akan dilayani, mitra kerja, akademisi, dan birokrasi.

2. Menilai lingkungan eksternal organisasi dan menyelaraskannya dengan

kebijakan internal organisasi.

3. Menyelaraskan kegiatan, proses utama, dan sumber daya untuk

memungkinkan instansi melaksanakan kegiatannya secara lebih baik

dan dengan biaya yang lebih efisien.

Misi merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi yang diwujudkan

dalam produk dan layanan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi kelompok

masyarakat, nilai yang diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa mendatang

(Kotler, 19.87). Dart batasan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam merumuskan trust suatu organisasi sebagai berikut :

1. Layanan apa yang dihasilkan dan akan ditawarkan.

2. Apakah layanan tersebut memang dibutuhkan masyarakat.

3. Sasaran publik mana yang akan dilayani.

4. Kualitas layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing.

5. Aspirasi apa yang diinginkan di masa mendatang yang berhubungan

dengan manfaat dan keuntungan masyarakat dengan layanan tersebut.

(Yuwono dkk, 2005)

Page 8: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

8

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Bennis Warren (1992) Leader on Leadership : Intervies With Top executives.

A Hervard Business Review Book

James A Bailey (1999) dikutip oleh Yuwono dkk (2005) Penganggaran Sektor

Publik, Bayu media Malang

Kotler (1987) dikutip Yuwono dkk (2005) Penganggaran Sektor Publik, Bayu

media Malang

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pemeriksa Keuangan dan

Pembangunan (2010)

_________ (2010)

_________ (2010)

Robinson, Pearce (1997) dikutip oleh Yuwono dkk (2005) Penganggaran Sektor

Publik, Bayu media Malang.

Yuwono. S. Indrajaya T.A. Hariyaudi (2005) Penganggaran Sektor Publik,

Bayumedia Malang

Page 9: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

9

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

2.12.12.12.1 Peran Pemimpin Dalam Perencanaan Strategis Peran Pemimpin Dalam Perencanaan Strategis Peran Pemimpin Dalam Perencanaan Strategis Peran Pemimpin Dalam Perencanaan Strategis

Setelah adanya kesamaan persepsi tentang visi dan misi para pemimpin

tertantang untuk menyiapkan berbagai perangkat kebijakan untuk dapat

mengimplementasikan visi dan misi tersebut kedalam suatu perencanaan

strategis.

Perencanaan strategis merupakan proses secara sistematis yang

berkelanjutan dari pembuatan keputusan yang berisiko, dengan memanfaatkan

sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif, mengorganisasi secara sistematis

usaha-usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui

umpan balik yang terorganisasi dan sistematis. (LAN dan BPKP, 2010).

Perencanaan strategis dalam beberapa dekade terakhir ini telah menjadi

bidang kajian yang menarik sebagai salah satu alternatif model dalam membuat

perencanaan organisasi (Yuwono dkk, 2005). Istilah strategi, sebuah fokus dari

perencanaan, sejatinya mulai dikenal melalui tulisan Sun Tsu dan Napoleon

(Fakih, 1999) dalam Yuwono dkk (2005) dan banyak digunakan dalam dunia

“militer”. Hal ini dapat dilihat dari asal arit kata “strategi” yang berasal dari

bahasa Yunani yang berarti “a general set of maneuver carrica out over come

and enemy during combat” yang menggambarkan betapa strategi adalah

memang ilmunya para jenderal dalam medan pertempuran. Namun

sebagaimana dijelaskan oleh Quin (1980) dan Bracker (1980) dan Yuwono dkk

(2005) bahwa dalam abad ini, sebagian besar pekerjaan dalam perencanaan

strategis banyak difokuskan bagi organisasi yang bertujuan meraih laba. Ini

menunjukkan bahwa peranan strategis telah banyak dielaborasi oleh dunia

bisnis dalam memenangkan persaingan.

Disini, pendekatan perencanaan strategis yang dikembangkan di sektor

swasta pada akhirnya dapat diadopsi oleh organisasi publik dan nirlaba maupun

komunitas lainnya dalam mengatasi lingkungan yang sedang berubah secara

dramatis. Dengan demikian perencanaan strategis dimulai sebagai seni dari

2

Page 10: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

10

jenderal (the art of the general) yang kini menjadi seni dari manajer umum (the

art of general manager).

Suatu perencanaan strategis menggambarkan bagaimana setiap isu

strategis akan dipecahkan. Suatu strategi mencakup sejumlah langkah atau

teknik yang dirancang untuk mencapai setiap strategi yang dicanangkan,

termasuk pemberian tanggung jawab, jadwal, dan sumber-sumber daya.

Strategi merupakan komitmen organisasi secara keseluruhan terhadap

sekelompok nilai-nilai, filosofi-filosofi operasional, dan prioritas-prioritas.

Perwujudan suatu strategi dari suatu organisasi membentuk suatu

“Rencana Induk” (master plant) yang komprehensif, yang menyatakan

bagaimana organisasi akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi tersebut

memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan kelemahan

kompetitif.

Perencanaan strategik merupakan kebutuhan nyata untuk mengatasi

persoalan yang dihadapi dalam milenium ketiga ini. Perencanaan stratewgik

merupakan serangkain rencana tindakan dan kegiatan memdasar yang dibuat

oleh pimpinan puncak untuk diimpelentasikan oleh seluruh jajaran suatu

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. (LAN dan BPKP, 2010)

Dalam konteks organisasi sektor publik, Olsen dan Edil (1982) dalam

Yowono dkk (2005) mendefinisikan perencanaan strategis sebagai upaya untuk

membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu

bagaimana menjadi dan apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa organisasi

mengerjakan hal tersebut. Perencanaan strategis masyarakat pengumpulan

informasi secara luas, eksploitasi alternatif, dan menekankan pada pemahaman

atas implikasi masa depan atas keputusan sebarang. Perencanaan strategis dapat

memfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi kepentingan dan nilai

yang berbeda, dan membantu pembuatan keputusan secara tertib maupun

keberhasilan implementasi.

Pengembangan strategi dan implementasi yang efektif adalah penting

untuk kelangsungan hidup organisasi. Pimpinan organisasi harus memastikan

bahwa strategi yang dilakukannya sesuai untuk organisasinya dan sesuai

dengan waktunya. Banyak terdapat contoh organisasi yang semula besar dan

kuat, tetapi kemudian tidak mampu mengembangkan strategi pada saat yang

tepat atau tidak mampu menjalankan strategi secara efektif.

Page 11: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

11

Apa yang ingin dicapai oleh organisasi untuk keberhasilan dapat tetap

tidak berubah selama bertahun-tahun. Tetapi, bagaimana organisasi tersebut

mencapai apa yang diinginkan dapat berubah setiap saat. Straegi bisa beruah

sebagai hasil usaha para pimpinan yang terus-menerus mencoba memperbaiki

proses dan hasil. Organisasi harus mengenali dan menghadapi secara efektif

perubahan lingkungan yang terjadi terus-menerus.

Model perencanaan strategik secara umum dapat dilihat dari model yang

dikembangkan oleh Whittaker (1993) dalam LAN (2010) sebagai berikut :

Gambar 1Gambar 1Gambar 1Gambar 1. Model Perencanaan Stretegik

SumberSumberSumberSumber : LAN dan BPKP, 2010

Sejalan dengan gambar 1 dari Model Perencanaan Strategik Domai

(2010) menggambarkan Model Perencanaan Strategik sebagai berikut :

Gambar 2.Gambar 2.Gambar 2.Gambar 2. Perencanaan Strategik

SumberSumberSumberSumber : Domai (2010)

NOW HOW FUTURE

Analisis

TOWS MISI VISI

Kebijakan GOAL

Achievement

Hasil

Isu-isu

Strategik

Program OBJECTIVE

tujuan

Kegiatan Target

Sasaran

Ukuran

Page 12: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

12

2.22.22.22.2 Manfaat Perencanaan StrategikManfaat Perencanaan StrategikManfaat Perencanaan StrategikManfaat Perencanaan Strategik

Ada beberapa alasan mengapa perencanaan strategi bagi pemimpin

sangat bermanfaat dan diperlukan untuk beberapa alasan :

� PertamaPertamaPertamaPertama : Diperlukan untuk merencanakan perubahan dalam lingkungan

yang semakin kompleks. Berbagai perkembangan yang sangat

cepat dalam era informasi mengakibatkan meningkatnya

kebutuhan pelayanan masyarakat yang lebih prima, semakin

menipisnya sumber daya, serta semakin beragamnya tuntutan

pelayanan yang baru disediakan. Hal inilah yang mendorong

organisasi untuk melakukan perubahan mendasar. Dengan

dicanangkannya perencanaan strategik, organisasi dapat

Menyiapkan perubahan secara proaktif yang bukan hanya

sekedar bereaksi terhadap perubahan yang terjadi.

� KeduaKeduaKeduaKedua : Diperlukan untuk pengelolaan keberhasilan. Perencanaan

strategik akan menuntut diagnosa organisasi terhadap

pencapaian hasil yang diinginkan secara obyektif. Dengan

perencanaan strategik, organisasi dapat membangun strateginya

sebagai bagian penting organisasi yang berorientasi hasil.

Kapabilitas dan sumber daya difokuskan secara optimal untuk

mencapai hasil yang diinginkan.

� KetigaKetigaKetigaKetiga : Berorientasi pada masa depan. Perencanaan strategik

memungkinkan organisasi untuk memberikan komitmen pada

aktivitas dan kegiatan dimasa mendatang. Perencanaan strategik

memerlukan pengumpulan informasi secara menyeluruh untuk

kemudian Menyiapkan analisis atas berbagai alternatif dan

implikasi yang dapat diarahkan pada masa mendatang.

� KeempatKeempatKeempatKeempat : Adaptif. Fleksibitas merupakan suatu kriteria yang sangat

penting dalam perencanaan strategik walaupun pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan jangka panjang.

Penyesuaian terhadap perkembangan yang muncul dapat

dilakukan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Capaian

terhadap indikator kinerja dan mengukur kemajuan capaian

hasil tetap menjadi fokus utama dalam perencanaan strategik.

� KelimaKelimaKelimaKelima : Pelayanan prima (service excellence). Dalam era globalisasi ini,

pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang utama

Page 13: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

13

untuk diperhatikan. Disamping itu, dalam era keterbukaan

masyarakat menuntut instansi pemerintah dan aparat untuk

memberikan pelayanan yang prima. Kepuasan pelanggan

merupakan faktor penentu keberhasilan bagi setiap organisasi

untuk dapat tetap diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu

pemahaman terhadap siapa pelanggan dan pihak-pihak yang

berkepentingan sangat diperlukan. Untuk itu pola-pola

pelayanan yang perlu diselenggarakan harus disesuaikan

dengan kebutuhan pelanggan.

� KeenamKeenamKeenamKeenam : Meningkatkan komunikasi. Implementasi perencanaan strategik

akan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi,

mengakomodasi perbedaan kepentingan dan nilai, dan

mendorong proses pengambilan keputusan yang teratur serta

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dengan

implementasi perencanaan strategik, organisasi dapat

meningkatkan komunikasi baik vertikal maupun horizontal

antara unit kerja.

(LAN dan BPKP, 2010)

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Domai T. (2010) Manajemen Keuangan Publik, UB Press Malang

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pemeriksa Keuangan dan

Pembangunan (2010)

_________ (2010)

_________ (2010)

Olseu dan Edil (1982) dikutip Yuwono dkk (2005) Penganggaran Sektor Publik,

Bayumedia Malang

Quin (1980), Bracker (1980) dikutip Yuwono dkk (2005) Penganggaran Sektor

Publik, Bayumedia Malang

Sun Tsu, Napoleon, Fakih (1999) dikutip Yuwono dkk (2005) Penganggaran

Sektor Publik, Bayumedia Malang

Whittaker (1993) dalam LAN dan BPKP (2010)

Yuwono, S. Indrajaya, T.A. Hariyaudi (2005) Penganggaran Sektor Publik,

Bayumedia Malang.

Page 14: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

14

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

3.13.13.13.1 Dasar Hukum Pimpinan Dalam Pengelolaan Keuangan PublikDasar Hukum Pimpinan Dalam Pengelolaan Keuangan PublikDasar Hukum Pimpinan Dalam Pengelolaan Keuangan PublikDasar Hukum Pimpinan Dalam Pengelolaan Keuangan Publik

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII hal keuangan, antara lain

disebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap

tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan

lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga

mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Hal ini mengenai keuangan

negara sesuai dengan amanat Pasal 23C diatur dengan undang-undang.

Tuntutan pembahasan sistem keuangan publik merupakan suatu

keharusan, agar pengelolaan uang rakyat secara transparan, sehingga tercipta

akuntabilitas publik. Mengantisipasi tuntutan tersebut pemerintah dalam

pengelolaan keuangan publik mengeluarkan beberapa undang-undang yang

berkaitan dengan pengelolaan keuangan publik yaitu :

1. Undang-Undang RI, Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. Undang-Undang RI, Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara

3. Undang-Undang RI, Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

4. Undang-Undang RI, Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

5. Undang-Undang RI, Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan

Keuangan.

3.23.23.23.2 UndangUndangUndangUndang----Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Hal-hal baru dan/ atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan

negara yang diatur dalam undang-undang ini meliputi pengertian dan ruang

lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan negara,

kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan

3

Page 15: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

15

Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan mengenai

penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, pengaturan hubungan keuangan

antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan pemerintah/

lembaga asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah dengan

perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan

pengelola dana masyarakat, serta penetapan bentuk dan batas waktu

penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

Undang-undang ini juga telah mengantisipasi perubahan standar

akuntansi di liingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepada

perkembangan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secara

internasional.

3.2.1 Pengertian dan Ruing Lingkup Keuangan Negara3.2.1 Pengertian dan Ruing Lingkup Keuangan Negara3.2.1 Pengertian dan Ruing Lingkup Keuangan Negara3.2.1 Pengertian dan Ruing Lingkup Keuangan Negara

Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara

adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang

dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara

yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang

fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala

sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik

negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi

subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek

sebagaimana tersebut diatas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan

lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan

Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan

pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan

kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.

Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan

hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan

obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat

dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan

moneter, dan Sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

Page 16: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

16

3.2.2 Asas3.2.2 Asas3.2.2 Asas3.2.2 Asas----asas Umum Pengelolaanasas Umum Pengelolaanasas Umum Pengelolaanasas Umum Pengelolaan Keuangan NegaraKeuangan NegaraKeuangan NegaraKeuangan Negara

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam

penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan

secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok

yang telah ditetapkan, dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat

Pasal, 23 C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Keuangan

Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-

Undang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas

yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas

tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-

asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang

baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :

- Akuntabilitas berorientasi pada hasil;

- Profesionalitas;

- Proporsionalitas;

- Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

- Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin

terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana yang telah

dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dianutnya

asas-asas umum tersebut di dalam, Undang-undang tentang Keuangan Negara,

pelaksanaan Undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi

manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh

landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

3.2.3 Kekua3.2.3 Kekua3.2.3 Kekua3.2.3 Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara saan atas Pengelolaan Keuangan Negara saan atas Pengelolaan Keuangan Negara saan atas Pengelolaan Keuangan Negara

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan

keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan

tersebut meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang

bersifat khusus. Untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan

dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri

Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan

kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga

selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/ lembaga

Page 17: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

17

yang dipimpinnya. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang

keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah

Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada

hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang

tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar

terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab,

terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya

peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan

kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi

perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan

keuangan.

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/

Bupati/Walikota selaku Pengelola keuangan daerah. Demikian Pula untuk

mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

dilakukan oleh bank sentral.

3.2.4 3.2.4 3.2.4 3.2.4 Penyusunan danPenyusunan danPenyusunan danPenyusunan dan PenePenePenePenetapantapantapantapan APBN dan APAPBN dan APAPBN dan APAPBN dan APBBBBDDDD

Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam

undang-undang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran

pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses

penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas

kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran,

penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka jangka menengah dalam

penyusunan anggaran.

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.

Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan

pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam

rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali

tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas

peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan

anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang

Page 18: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

18

ini disebutkan bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit

organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti

bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan

antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki

proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis

prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil

memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk

menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran

kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan

sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran dengan

memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian

negara/lembaga/perangkat daerah. Dengan penyusunan rencana kerja dan

anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi

sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran

akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang

bersangkutan.

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran

berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi

anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional.

Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan

untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan

gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah,

menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan

penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.

Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran

belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam

anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang semula

bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan

dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi,

penumpukan, dan penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan rencana

pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang

ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak

sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era

globalisasi.

Page 19: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

19

Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan

membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan

anggaran tahunan yanc, dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran

Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana

dilaksanakan dikebanyakan negara maju.

Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses

penetapannya terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam

pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini diatur secara jelas

mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian

tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja

kementerian negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD.

3.2.5 Hubungan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Bank Sentral, 3.2.5 Hubungan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Bank Sentral, 3.2.5 Hubungan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Bank Sentral, 3.2.5 Hubungan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Bank Sentral,

Pemerintah Daerah, Pemerintah/ LemPemerintah Daerah, Pemerintah/ LemPemerintah Daerah, Pemerintah/ LemPemerintah Daerah, Pemerintah/ Lembaga Asbaga Asbaga Asbaga Asing, Perusahaan Negara, ing, Perusahaan Negara, ing, Perusahaan Negara, ing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana MasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat Sejalan dengan semakin lugs dan kompleksnya kegiatan pengelolaan

keuangan negara, perlu diatur ketentuan mengenai hubungan keuangan antara

pemerintah dan lembaga-lembaga. infra/supranasional. Ketentuan tersebut

meliputi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,

pemerintah daerah, pemerintah asing, badan/lembaga asing, serta hubungan

keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah,

perusahaan swasta dan badan pengelola dana masyarakat. Dalam hubungan

keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral ditegaskan bahwa

pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan

pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam hubungan dengan

pemerintah daerah, undang-undang ini menegaskan adanya kewajiban

pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah

daerah. Selain itu, undang-undang ini mengatur pula perihal penerimaan

pinjaman luar negeri pemerintah. Dalam hubungan antara pemerintah dan

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan

pengelola dana masyarakat ditetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan

pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari

perusahaan negara/daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Page 20: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

20

3.2.6 Pelaksanaan APBN dan APBD3.2.6 Pelaksanaan APBN dan APBD3.2.6 Pelaksanaan APBN dan APBD3.2.6 Pelaksanaan APBN dan APBD

Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan Undang-Undang,

pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai

pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran.

Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal

yang belum dirinci di dalam Undang-Undang APBN, seperti alokasi anggaran

untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian negara/lembaga,

pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan

yang menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain itu, penguangan

dimaksud meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/

kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang

menerima.

Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan

APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan

laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun

anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan dalam laporan

tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama

dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya.

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka

pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang

mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut

hubungan administratif antarkementerian negara/lembaga di lingkungan

pemerintah.

3.2.7 Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Negara3.2.7 Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Negara3.2.7 Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Negara3.2.7 Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Negara

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip

tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang

telah diterima secara umum.

Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporan pertanggung-

jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang

setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus

kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar

akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang telah

diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR

Page 21: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

21

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang

bersangkutan, demikian pula laporan keuangan pemerintah daerah yang telah

diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang

bersangkutan.

Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/

pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/

pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang

ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang

APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan Pimpinan unit organisasi

kementerian negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN, demikian pula Kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/

atau jasa yang disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam Undang-

Undang ini diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/

gubernur/bupati/walikota, serta Pimpinan unit organisasi kementerian negara/

lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan

penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam Undang-

undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD. Ketentuan sanksi

tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi

sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-Undang tentang APBN/Peraturan

Daerah tentang APBD yang bersangkutan.

Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang

siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau

menyerahkan uang, Surat berharga atau barang milik negara

bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam

pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh

para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian

intern yang andal.

3.33.33.33.3 UndangUndangUndangUndang----Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan NegaraPerbendaharaan NegaraPerbendaharaan NegaraPerbendaharaan Negara

Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan

bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam

Page 22: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

22

suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan

bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang

diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai landasan hukum pengelolaan keuangan negara tersebut, pada

tanggal 5 April 2003 telah diundangkan Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ini

menjabarkah lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ke dalam asas-

asas umum pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

29 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dalam

rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara yang

ditetapkan dalam APBN dan APBD, perlu ditetapkan kaidah-kaidah hukum

administrasi keuangan negara.

Sampai dengan saat ini, kaidah-kaidah tersebut masih didasarkan pada

ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/ Indische

Comptabiliteitswet (ICW) Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2860) Undang-undang Perbendaharaan Indonesia

tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara

yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi.

Oleh karena itu, Undang-undang tersebut periu diganti dengan undang-undang

baru yang mengatur kembali ketentuan di bidang perbendaharaan negara,

Sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi

modern.

3.3.1 3.3.1 3.3.1 3.3.1 PengertiPengertiPengertiPengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umuman, Ruang Lingkup, dan Asas Umuman, Ruang Lingkup, dan Asas Umuman, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan NegaraPerbendaharaan NegaraPerbendaharaan NegaraPerbendaharaan Negara

Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan

untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara.

Dalam, Undang-undang Perbendaharaan Negara ini ditetapkan bahwa

Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban

Page 23: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

23

keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang

ditetapkan dalam APBN dan APBD.

Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam Undang-undang

Perbendaharaan Negara ini diatur ruang lingkup dan asas umum

perbendaharaan negara, kewenangan pejabat perbendaharaan negara,

pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang negara/

daerah, pengelolaan piutang dan utang negara/daerah, pengelolaan investasi

dan barang milik negara/daerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban

APBN/APBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian kerugian negara/

daerah, serta pengelolaan keuangan badan layanan umum.

Sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan

negara, Undang-undang Perbendaharaan Negara ini menganut asas kesatuan,

asas universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas. Asas kesatuan

menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah disajikan

dalam satu dokumen, anggaran. Asas universalitas mengharuskan agar setiap

transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran. Asas

tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.

Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara

jelas peruntukannya. Demikian pula Undang-undang Perbendaharaan Negara,

ini memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas serta menjamin

keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.

Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara

ini dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi

dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi

daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan yang luas, demikian pula

dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. Agar

kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk

penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, diperlukan kaidah-kaidah

sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu

Undang-undang Perbendaharaan Negara ini selain menjadi landasan hukum

dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara pada tingkat

pemerintahan pusat, berfungsi pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Page 24: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

24

3.3.2 Pejabat Perbendaharaan Negara3.3.2 Pejabat Perbendaharaan Negara3.3.2 Pejabat Perbendaharaan Negara3.3.2 Pejabat Perbendaharaan Negara

Sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Menteri Keuangan sebagai pembantu

Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah Chief Financial

Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/

pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational Officer (COO)

untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.

Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian Keuangan berwenang dan

bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional,

sementara kementerian negara/ lembaga berwenang dan bertanggung jawab

atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing.

Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para

menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk meningkatkan

akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling-uji (check and balance)

dalam proses pelaksanaan anggaran perlu dilakukan pemisahan secara tegas

antara pemegang kewenangan administratif dengan pemegang kewenangan

kebendaharaan. Penyelenggaraan kewenangan administratif diserahkan kepada

kementerian negara/lembaga, sementara penyelenggaraan kewenangan

kebendaharaan diserahkan kepada Kementerian Keuangan. Kewenangan

administratif tersebut meliputi melakukan perikatan atau tindakan-tindakan

lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara,

melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada

kementerian negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut,

serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul

sebagai akibat pelaksanaan anggaran.

Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan

pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara

bukanlah sekedar kasir yang hanya berwenang melaksanakan penerimaan dan

pengeluaran negara tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan

pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

adalah pengelola keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus

sebagai kasir, pengawas keuangan, dan manajer keuangan.

Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek rechmatigheid

dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat terjadinya penerimaan atau

Page 25: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

25

pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh

kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan

fungsional. Dengan demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian

intern yang sangat penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya

pemisahan yang tegas antara pemegang kewenangan administratif

(ordonnateur) dan pemegang fungsi pembayaran (computable). Penerapan pola

pemisahan kewenangan tersebut, yang merupakan salah satu kaidah yang baik

dalam pengelolaan keuangan negara, telah mengalami “deformasi” sehingga

menjadi kurang efektif untuk mencegah dan/atau meminimalkan terjadinya

penyimpangan dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara. Oleh

karena itu, penerapan pola pemisahan tersebut harus dilakukan secara

konsisten.

3.3.3 3.3.3 3.3.3 3.3.3 Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan Yang Sehat Di Lingkungan Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan Yang Sehat Di Lingkungan Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan Yang Sehat Di Lingkungan Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan Yang Sehat Di Lingkungan

PemerintahanPemerintahanPemerintahanPemerintahan Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara,

dirasakan pula semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka

pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien.

Fungsi perbendaharaan tersebut meliputi, terutama, perencanaan kas yang baik,

pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan,

pencarian sumber pembiayaan yang paling murah dan pemanfaatan dana yang

menganggur (idle cash) untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya

keuangan.

Upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang

selama ini lebih banyak dilaksanakan di dunia usaha dalam pengelolaan

keuangan pemerintah, tidaklah dimaksudkan untuk menyamakan pengelolaan

keuangan sektor pemerintah dengan pengelolaan keuangan sektor swasta. Pada

hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik. Dalam kedudukannya yang

demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Melalui kegiatan

berbagai lembaga pemerintah, negara berusaha memberikan jaminan

kesejahteraan kepada rakyat (welfare state).

Namun, pengelolaan keuangan sektor publik yang, dilakukan selama ini

dengan menggunakan pendekatan superioritas negara telah membuat aparatur

pemerintah yang bergerak dalam kegiatan pengelolaan keuangan sektor publik

tidak lagi dianggap berada dalam kelompok profesi manajemen oleh para

profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan

Page 26: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

26

keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang

baik (good governance) yang sesuai dengan lingkungan pemerintahan.

Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini juga diatur prinsip-

prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kas,

perencanaan penerimaan dan pengetahuan, pengelolaan utang piutang dan

investasi serta barang milik negara/daerah yang selama ini belum mendapat

perhatian yang memadai.

Dalam rangka pengelolaan uang negara/daerah, dalam Undang-undang

Perbendaharaan Negara ini ditegaskan kewenangan Menteri Keuangan untuk

mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah, menyimpan uang

negara dalam rekening kas- umum negara pada bank sentral, serta ketentuan

yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi pemanfaatan dana pemerintah.

Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan piutang

negara/daerah, diatur kewenangan penyelesaian piutang negara dan daerah.

Sementara itu, dalam rangka pelaksanaan pembiayaan ditetapkan pejabat yang

diberi kuasa untuk mengadakan utang negara/daerah. Demikian pula, dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan investasi dan barang

milik negara/daerah dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara. ini diatur

pula ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan investasi serta kewenangan

mengelola dan menggunakan barang milik negara/daerah.

3.3.4 3.3.4 3.3.4 3.3.4 Penatausahaan dan Pertanggungjawaban pelaksanaan AnggaranPenatausahaan dan Pertanggungjawaban pelaksanaan AnggaranPenatausahaan dan Pertanggungjawaban pelaksanaan AnggaranPenatausahaan dan Pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan

keuangan negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu

disampaikan secara tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi

pemerintahan. Sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan ketentuan yang

mengatur mengenai hal-hal tersebut agar:

� Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi;

� Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan standar

akuntansi keuangan pemerintahan, yang terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas disertai dengan catatan

atas laporan keuangan;

� Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban setiap

entitas pelaporan yang meliputi laporan keuangan pemerintah pusat,

Page 27: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

27

laporan keuangan kementerian negara/ lembaga, dan laporan keuangan

pemerintah daerah;

� Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-

lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun Anggaran yang bersangkutan

berakhir;

� Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga pemeriksa ekstern

yang independen dan profesional sebelum disampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat;

� Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan

yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan pemerintah

(Government Finance Statistics/GFS) sehingga dapat memenuhi

kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan dan analisis

perbandingan antarnegara (cross country studies), kegiatan

pemerintahan, dan penyajian diselenggarakan Sistem Akuntansi

Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SAP)

yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi

Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.

Selain itu, perlu pula diatur agar laporan pertanggungjawaban keuangan

pemerintah dapat disampaikan tepat waktu kepada DPR/ DPRD. Mengingat

bahwa laporan keuangan pemerintah terlebih dahulu harus diaudit oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD, BPK

memegang peran yang sangat penting dalam upaya percepatan penyampaian

laporan keuangan pemerintah tersebut kepada DPR/ DPRD. Hal tersebut sejalan

dengan penjelasan Pasal 30 dan Pasal 31 Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara yang menetapkan bahwa audit atas Laporan

Keuangan Pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan

setelah Laporan Keuangan tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah. Selama

ini, menurut Pasal 70 ICW, BPK diberikan batas waktu 4 (empat) bulan untuk

menyelesaikan tugas tersebut.

3.3.5 3.3.5 3.3.5 3.3.5 Penyelesaian Kerugian NegaraPenyelesaian Kerugian NegaraPenyelesaian Kerugian NegaraPenyelesaian Kerugian Negara

Untuk menghindari terjadinya kerugian keuangan negara/daerah akibat

tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang, dalam Undang-undang

Perbendaharaan Negara ini diatur ketentuan mengenai penyelesaian kerugian

Page 28: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

28

negara/daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-undang Perbendaharaan

Negara ini ditegaskan bahwa setup kerugian negara/daerah yang disebabkan

oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang hares diganti oleh

pihak yang bersalah. Dengan penyelesaian kerugian tersebut negara/daerah

dapat dipulihkan dari kerugian yang telah terjadi.

Sehubungan dengan itu, setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/

kepala satuan kerja perangkat daerah wajib segera melakukan tuntutan ganti -

rugi setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan

kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian. Pengenaan ganti

kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan, sedangkan pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap

pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/

gubernur/bupati/walikota.

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang

telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi

administratif dan/atau sanksi pidana apabila terbukti melakukan pelanggaran

administratif dan/atau pidana.

3.3.6 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum3.3.6 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum3.3.6 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum3.3.6 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dapat

dibentuk Badan Layanan Umum yang bertugas memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara yang tidak

dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk

menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

Berkenaan dengan itu, rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan

kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan

kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum dilakukan oleh Menteri

Keuangan, sedangkan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang

bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Page 29: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

29

3.43.43.43.4 UndangUndangUndangUndang----Undang Republik IndonesiaUndang Republik IndonesiaUndang Republik IndonesiaUndang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004Nomor 15 Tahun 2004Nomor 15 Tahun 2004Nomor 15 Tahun 2004 TentangTentangTentangTentang Pemeriksaan Pengelolaan Pemeriksaan Pengelolaan Pemeriksaan Pengelolaan Pemeriksaan Pengelolaan ddddanananan Tanggung Jawab Keuangan NegaraTanggung Jawab Keuangan NegaraTanggung Jawab Keuangan NegaraTanggung Jawab Keuangan Negara

Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan oleh satu badan

pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri, sebagaimana telah ditetapkan

dalam Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, sampai saat ini, BPK masih berpedoman kepada Instructie en

Verdeŕe Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898

Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1933 Nomor

320).

Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun

1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, masih belum memiliki landasan

operasional yang memadai dalam pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Sebelum berlakunya

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, selain

berpedoman pada IAR, dalam pelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman

pada Indische Cornptabiliteitswet atau ICW (Staatsblad 1925 Nomor 448 Jo.

Lembaran Negara 1968 Nomor 53).

Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-

undang ini diatur hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagai berikut:

1. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;

2. Lingkup pemeriksaan;

3. Standar pemeriksaan;

4. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;

5. Akses pemeriksa terhadap informasi;

6. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;

7. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;

8. Pengenaan ganti kerugian negara;

9. Sanksi pidana.

Page 30: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

30

3.4.1 Lingkup Pemeriksaan BPK3.4.1 Lingkup Pemeriksaan BPK3.4.1 Lingkup Pemeriksaan BPK3.4.1 Lingkup Pemeriksaan BPK

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi

pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara.

Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara.

Sehubungah dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk

melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni:

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini

dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang

tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan

efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan

bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern

pemerintah.

Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja

pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk

mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga

perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja

dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/

daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi

sasarannya secara efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang

dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan

pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini

adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan,

dan pemeriksaan investigatif.

Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan

pada suatu standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan

mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional.

Sebelum standar dimaksud ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya

Page 31: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

31

dengan pihak pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang

pemeriksaan.

3.4.23.4.23.4.23.4.2 Pelaksanaan PemeriksaanPelaksanaan PemeriksaanPelaksanaan PemeriksaanPelaksanaan Pemeriksaan

BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap

pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil

pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam

menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya

telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan

permintaan khusus dari lembaga perwakilan.

Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat

memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,

memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari

berbagai pihak. Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan

pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu

pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang

bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan

negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana

pendukung lainnya yang memadai.

BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan

dilakukan dapat disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara

potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi

dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat pengawasan

intern pemerintah wajib menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.

BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan

keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik

setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi yang diperiksa,

termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang, dan/atau

dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.

3.4.33.4.33.4.33.4.3 Hasil Pemeriksaan dan Tindak LanjutHasil Pemeriksaan dan Tindak LanjutHasil Pemeriksaan dan Tindak LanjutHasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan

dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan

selesai. Pemeriksaan keuangan keuangan akan menghasilkan opini.

Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi,

Page 32: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

32

sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.

Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD

sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti, antara lain dengan

membahasnya bersama pihak terkait.

Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil

pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan

hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah

untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan

keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements) memuat koreksi

dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberi

kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yang dikemukakan

dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam

laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila

pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini mewajibkan BPK

melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan

selama 1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada

DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada Presiden serta

gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh informasi

secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.

Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-

undang ini menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah

disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum.

Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk

mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan sites web BPK.

Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjuti

rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan

menginformasikan hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada

DPR/DPD/DPRD.

3.4.43.4.43.4.43.4.4 Pengenaan Ganti Kerugian NegaraPengenaan Ganti Kerugian NegaraPengenaan Ganti Kerugian NegaraPengenaan Ganti Kerugian Negara

Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3) Undang-undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang ini

mengatur lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara/daerah

terhadap bendahara. BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu

Page 33: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

33

pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang yang terjadi,

setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam persediaan yang

merugikan keuangan negara/ daerah. Bendahara tersebut dapat mengajukan

keberatan terhadap putusan BPK. Pengaturan tata cara penyelesaian ganti

kerugian negara/ daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan

pemerintah.

3.53.53.53.5 Penjelasan Penjelasan Penjelasan Penjelasan AtasAtasAtasAtas UndangUndangUndangUndang----Undang Republik Undang Republik Undang Republik Undang Republik IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia Nomor 25 Tahun Nomor 25 Tahun Nomor 25 Tahun Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UmumUmumUmumUmum

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

merupakan landasan konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu

relatif singkat (1999-2002), telah mengalami 4 (empat) kali perubahan.

Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan

pembangunan, yaitu:

(1) penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

(2) ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman

penyusunan rencana pembangunan Nasional; dan

(3) diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia (MPR RI) berfungsi sebagai landasan perencanaan pembangunan

Nasional sebagaimana telah dilaksanakan dalam praktek ketatanegaraan selama

ini. Ketetapan MPR RI ini menjadi landasan hukum bagi Presiden untuk

dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan

memperhatikan secara sungguh-sungguh saran Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia (DPR RI), yang selanjutnya Pemerintah bersama DPR RI

menyusun APBN.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang mengatur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan

tidak adanya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk menyusun rencana

pembangunan maka dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses

perencanaan pembangunan Nasional.

Page 34: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

34

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan

memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada

Daerah. Pemberian kewenangan yang luas kepada Daerah memerlukan

koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan

pembangunan, baik pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah maupun

pembangunan antar daerah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu dibentuk Undang-Undang yang

mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

3.5.13.5.13.5.13.5.1 Ruang LingkupRuang LingkupRuang LingkupRuang Lingkup

Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan

pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan

pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka

panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan

masyarakat.

3.5.23.5.23.5.23.5.2 Proses PerencanaanProses PerencanaanProses PerencanaanProses Perencanaan

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Undang-Undang ini

mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:

(1) politik;

(2) teknokratik;

(3) partisipatif;

(4) atas-bawah (top-down); dan

(5) bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala

Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan

pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan

masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana

pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang

ditawarkan Presiden/ Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana

pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik

dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh

Page 35: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

35

lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan.

Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan

rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam

perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses

atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang

dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,

dan Desa.

Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni:

(1) penyusunan rencana;

(2) penetapan rencana;

(3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan

(4) evaluasi pelaksanaan rencana.

Keempat tahapan diselenggarakan secara, berkelanjutan sehingga secara

keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan

rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari

4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana

pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah

kedua, masing-masing instansi, pemerintah menyiapkan rancangan rencana

kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah

disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders)

dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing

jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.

Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana

pembangunan.

Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum

sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-

Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang Nasional/Daerah

ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, rencana pembangunan

jangka menengah Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan

Presiden/Kepala Daerah, dan rencana pembangunan tahunan Nasional/Daerah

ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

Page 36: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

36

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk

menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam

rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan

rencana tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah. Selanjutnya, Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis

hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing

pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan

togas dan kewenangannya.

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan

pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data

dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja

pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran

kiner a yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan

sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result),

manfaat (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan

pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah,

berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang

merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam

melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, Kementrian/Lembaga,

baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan

evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran

yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.

3.5.3 3.5.3 3.5.3 3.5.3 SistematikaSistematikaSistematikaSistematika

Undang-Undang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan, Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan

Nasional, Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional, Penyusunan dan

Penetapan Rencana, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana, Data dan

Informasi, Kelembagaan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup.

3.63.63.63.6 UndangUndangUndangUndang----Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan

Pemeriksa KeuanganPemeriksa KeuanganPemeriksa KeuanganPemeriksa Keuangan Undang-Undang Dasar, Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah

mengalami perubahan yang mendasar diantaranya Pasal 23 ayat (5) mengenai

kedudukan dan tugas Badan Pemeriksa Keuangan. Para Pembentuk Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyadari bahwa pemeriksaan

Page 37: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

37

pengelolaan dan tanggung jawab. Pemerintah tentang keuangan negara

merupakan kewajiban yang berat, sehingga perlu dibentuk suatu Badan

Pemeriksa Keuangan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah.

Tuntutan reformasi telah menghendaki terwujudnya penyelenggaraan negara

yang bersih dan bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) menuju tata

pemerintahan yang baik, mengharuskan perubahan peraturan perundang-

undangan dan kelembagaan negara.

Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 merupakan salah satu reformasi atas ketentuan Pasal 23 ayat (5)

tentang Badan Pemeriksa Keuangan telah memperkokoh keberadaan dan

kedudukan BPK yaitu sebagai satu lembaga negara yang bebas dan mandiri.

Kedudukan BPK sebagai lembaga negara pemeriksa keuangan negara, perlu

dimantapkan disertai dengan memperkuat peran dan kinerjanya. Kemandirian

dan kebebasan dari ketergantungan kepada Pemerintah dalam hal kelembagaan,

pemeriksaan, dan pelaporan sangat diperlukan oleh BPK agar dapat

melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan pemerintahan negara di

pusat dan di daerah telah mengalami perubahan antara lain penyelenggaraan

otonomi daerah yang disertai penyerahan sebagian besar urusan Pemerintah

Pusat kepada Daerah. Selain itu sebagai pelaksanaan Pasal 23C, Pasal 23E, Pasal

23F, dan Pasal 23G Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan' Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang

menggantikan sebagian besar ketentuan-ketentuan Undang-Undang

Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet/ICW Stbl. 1925 No.

448) dan Instructie en Verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR

Stbl. 1933 No. 320).

Berdasarkan perubahan-perubahan konstitusi, penyelenggaraan

pemerintahan di pusat dan daerah, peraturan perundang-undangan dan

ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan tidak memadai lagi,

sehingga perlu dicabut:

Page 38: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

38

1. Pencabutan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 diharapkan mampu

mengakomodasikan dan mendukung perubahan-perubahan meliputi

kedudukan, tugas, kewajiban, dan kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan

dan menggantikan ketentuan-ketentuan dalam Indische Comptabiliteitswet

(ICW), Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer

(IAR) Stbl. 1933 No., 320, dan peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Untuk menjamin mutu pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan

keuangan. negara, sistem pengendalian mutu BPK ditelaah oleh badan

pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi anggota organisasi badan

pemeriksa keuangan sedunia yang ditunjuk oleh BPK atas pertimbangan

DPR.

3. Guna menjamin peningkatan peran dan kinerja Badan Pemeriksa Keuangan

sebagai lembaga yang bebas dan mandiri serta memiliki profesionalisme,

selain pemilihan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dilakukan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden, juga didukung oleh

kemandirian pemeriksaan dan pelaporan.

4. Sejalan dengan perubahan penyelenggaraan pemerintahan negara di pusat

dan daerah, maka terjadi peningkatan pengelolaan dan tanggung jawab

tentang keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu lembaga

negara pemeriksa keuangan Negara memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Dengan meningkatnya ruang lingkup pekerjaan, maka jumlah Anggota

Badan Pemeriksa Keuangan ditetapkan menjadi 9 (sembilan) orang.

BPK adalah sebuah lembaga negara yang bertugas memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Peran dan tugasnya

bisa diuraikan dalam dua hal. Pertama BPK adalah pemeriksa semua asal-usul

dan besarnya penerimaan negara, dari manapun sumbernya. Kedua, BPK harus

mengetahui tempat uang negara itu disimpan dan untuk apa uang negara itu

digunakan. Sedangkan keuangan negara adalah hak dan kewajiban negara yang

dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun

barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban tersebut. Disamping itu pula pengelolaan keuangan negara

adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan

kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan pertanggung jawaban.

Page 39: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

39

BPK pada saat ini benar-benar berdiri sejajar dengan Presiden, BPK harus

memeriksa pengelolaan keuangan negara yang dijalankan pemerintah dan

lembaga-lembaga negara lainnya. Bila BPK berada di bawah kendali Presiden,

ruang gerak BPK untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara akan terbatas. Suatu lembaga yang dikendalikan Presiden tidak akan

mungkin berposisi independen saat memeriksa bagaimana pemerintahan yang

dipimpin Presiden menjalankan tanggung jawabnya. Disisi lain, lembaga ini

juga bukanlah badan yang berdiri di atas pemerintah. Dalam hal ini BPK adalah

lembaga yang berdiri terpisah dari pemerintah. Tidak ada hubungan ataupun

bawahan diantara keduanya. BPK dipilih dan bertanggung jawab kepada DPR.

Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara harus diperiksa, ini

perlu dilakukan agar setiap pihak yang mengelola uang negara akan

menjalankan amanat tersebut dengan cara yang sebaik-baiknya sehingga

membawa manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat. Pihak-pihak yang mengelola

uang negara harus menyadari bahwa mereka tidak dapat memanfaatkan uang

yang dipercayakan rakyat tersebut secara tidak bertanggung jawab. Bila para

pengelola keuangan negara merasa bahwa tidak ada pihak yang mengontrol

bagaimana uang tersebut digunakan, mungkin sekali terjadi penyimpangan

penggunaan uang negara, baik dengan untuk tujuan memperkaya diri sendiri

atau karena sekedar salah arus.

Konsep yang merajalela di jaman orde lama dan orde baru

dimungkinkan terjadi antara lain karena ketiadaan pemeriksaan pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara secara sungguh-sungguh. Dimasa itu

sangat lazim pengelolaan uang negara dijalankan dengan menyimpang dari

rencana anggaran semula. Tak mengherankan bahwa kekayaan negara yang

diperoleh pada masa kejayaan pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat

berlimpahnya kekayaan alam Indonesia, dalam jumlah besar tidak

dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat luas, melainkan hanya untuk

memperkaya segelintir pejabat dan mereka berada di lingkungan kekuasaannya.

Pada masa itu, banyak proyek pembangunan yang dilakukan secara

efektif. Dari anggaran pembangunan yang sudah disepakati seharusnya

digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang membawa manfaat bagi masyarakat

luas, sekian puluh persen diantaranya dikategorikan sebagai “bocor” dan di

korupsi untuk memperkaya diri sendiri. Dana pembangunan juga lazim

mengalir ke pihak-pihak yang bukan semestinya. Proses pemilihan rekanan juga

Page 40: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

40

diketahui sering dijalankan dengan cara yang tidak bertanggung jawab,

sehingga yang terpilih justru bukan pihak yang akan mampu menjalankan

program dengan cara paling efektif, efisien dan berkualitas, namun pihak-pihak

yang paling banyak memberikan komisi (BPK, 2010).

Ini semua terjadi karena, antara lain, ketiadaan pemeriksaan yang efektif

oleh lembaga audit independen. Kehadiran “Badan Pemeriksa” semacam ini

akan menjadikan setiap pihak yang mengelola keuangan negara sadar bahwa

bila mereka menyalahgunakan anggaran yang dikelolanya, tindakan

pengelolaan itu mungkin sekali diketahui dan dibongkar oleh lembaga

pemeriksaan independen sehingga ia harus menghadapi resiko serius, dan

dimasukkan kedalam penjara.

Dalam hal ini BPK berkewajiban menjaga agar keuangan negara dikelola

secara bertanggung jawab. Dalam hal ini, BPK akan mempelajari apakah

lembaga pemerintah atau lembaga negara menggunakan anggaran yang

dipercayakan kepada mereka dengan cara yang benar dan baik sesuai dengan

anggaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

BPR akan mempelajari apakah setiap rupiah yang dikeluarkan oleh

lembaga tersebut memang digunakan untuk program atau kegiatan yang sudah

dianggarkan atau tidak. Apakah kegiatan tersebut memang dilaksanakan?

Apakah realisasi penggunaan anggaran sesuai dengan kontrak? Apakah ada

penggelembagaan biaya? Apakah biaya produksi dan distribusi berada dalam

batas kewajaran? Apakah ada penyimpangan, apakah kegiatannya benar-benar

dijalankan secara efektif atau tidak. Selain itu BPK juga mempelajari apakah

pelaporannya dilakukan dengan benar atau tidak, transparan atau tidak. Para

proyek pembangunan jalan atau gudang, misalnya, dilakukan pemeriksaan

terhadap kualitas beban bangunan.

Peran BPK jauh lebih luas dari pada mencegah kebocaran korupsi. Yang

penting kehadiran BPK diharapkan dapat menjaga transparansi dan

akuntabilitas keuangan negara mengingat pengelolaan keuangan negara yang

bertanggung jawab merupakan prasarat bagi kesehatan perekonomian dan

pembangunan nasional. Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara

memudahkan pemerintah untuk mengetahui setiap saat kondisi keuangannya

sendiri agar dapat melakukan pengaturan perencanaan pendanaan

pembangunan dan memonitor pelaksanaanya dengan baik. Transparansi dan

Page 41: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

41

akuntabilitas ini juga akan mendorong peningkatan kinerja BUMN dan BUMD

sehingga mampu bersaing di pasar global.

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka Undang-Undang RI, Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang RI, Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang RI, Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Undang-Undang RI, Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Undang-Undang RI, Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan

Keuangan

Page 42: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

42

REFORMASI BUDGET ABAD 21:REFORMASI BUDGET ABAD 21:REFORMASI BUDGET ABAD 21:REFORMASI BUDGET ABAD 21:

KINERJA, ENTREPRENEURIAL, DANKINERJA, ENTREPRENEURIAL, DANKINERJA, ENTREPRENEURIAL, DANKINERJA, ENTREPRENEURIAL, DAN

BUDGETING KOMPETITIFBUDGETING KOMPETITIFBUDGETING KOMPETITIFBUDGETING KOMPETITIF

BAB BAB BAB BAB

Thomas D. Lynch Thomas D. Lynch Thomas D. Lynch Thomas D. Lynch Chyntia LynchChyntia LynchChyntia LynchChyntia Lynch

AbstrakAbstrakAbstrakAbstrak

Artikel ini mengamati evolusi budget publik yang terjadi akibat perubahan yang

ditimbulkan oleh revolusi informasi. Penulis berpendapat bahwa sebuah

perubahan historis mendasar bisa terjadi dan bahwa budgeting sebagai praktek

perlu diadaptasikan dengan perubahan tersebut. Penulis pertama kali

mempelajari gerakan reformasi progresif dan bentuk public budgeting yang

umum digunakan dalam pemerintah sekarang ini. Penulis selanjutnya

mencermati literatur futurist untuk mendeskripsikan perubahan yang dirasakan

dalam masyarakat seiring adanya jaman informasi. Dari literatur tersebut,

penulis beranggapan bahwa bentuk budgeting baru mulai muncul. Jika ini

benar, maka kita memasuki era baru dengan implikasi kuat bagi public

budgeting. Meski banyak hasil buruk setelah reformasi budget baru, ada

beberapa realita negatif yang juga menimbulkan sakit kepala bagi leadership di

waktu mendatang. Para penulis perlu menyimpulkan ini dengan mempelajari

implikasi yang ada.

4.1 4.1 4.1 4.1 Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan

Artikel ini berspekulasi tentang reformasi budget yang sukses di abad

mendatang dan masalah yang bisa muncul terkait dengan reformasi tersebut.

Bagian pertama dari artikel ini mengemukakan set reformasi budget terakhir

yang dihasilkan oleh Era Progresif dan Liberal, dan menjelaskan pengaruhnya

terhadap cara pelaksanaan budgeting sekarang ini. Bagian kedua

mendiskusikan beberapa implikasi negatif dari tipe reformasi budget baru ini.

Artikel ini disimpulkan dengan beberapa observasi.

4

Page 43: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

43

4.2 4.2 4.2 4.2 Era Liberal Progresif Era Liberal Progresif Era Liberal Progresif Era Liberal Progresif

Beberapa ide menjadi panduan perilaku bila ini dipahami oleh sejumlah

orang. Ini dapat memberikan nilai bagi orang, sesuatu, dan aktivitas yang berisi

proses public budgeting (Lynch, 1996). Contoh dari ini bisa ditemukan dalam

peralihan abad 20 seiring adanya pengaruh dari Progressive Movement. Set

keyakinan ini mulai mendefinisikan prinsip masyarakat modern Amerika

dengan peran sentral kuat pemerintah di dalam masyarakat dan penekanannya

pada seorang eksekutif dengan perintah dan arahan kontrol yang kuat. Dalam

Progresivisme dan kemudian Liberalisme Amerika, pemerintah meregulasi

sektor privat dan terlibat langsung dalam realita sosial, ekonomi dan lingkungan

dari bangsa. Realita ini berisi buruh anak, keselamatan pabrik, keamanan

makanan, regulasi obat, korupsi politik, dan monopoli ekonomi (Brier, 1992).

Di awal abad 20, Progresivisme menghendaki supaya pemerintah, khususnya

pemerintah federal, mengambil peran aktif dalam masyarakat. Ini melibatkan

peran sebagai penjamin stabilisasi ekonomi nasional, keselamatan, pertahanan

dan kesehatan masyarakat.

Perubahan abad ini menghasilkan perubahan dalam masyarakat

Amerika sebagai wujud reaksi terhadap Gilded Age. Beberapa kota tumbuh

dengan kecepatan pesat ketika orang mulai datang ke kota dari desa dan bekerja

di pabrik. Gelombang imigrasi menghasilkan buruh murah bagi pabrik yang

dimungkinkan lewat adanya lini assembly dan produksi barang secara massal.

Negara telah berubah dari negara agraris menjadi negara yang didominasi oleh

penduduk kota. “Gilded Age dan kapitalisme industri telah merambah ke setiap

sudut kehidupan bangsa” (Brier, 1992).

Darwinisme Sosial menghendaki adanya penjelasan ilmiah yang mana

bahwa kondisi manusia ditentukan oleh karakteristik massa yang tidak saling

bersesuaian. Mayoritas politik di abad 19 merasakan bahwa interferensi

pemerintah untuk mendukung yang lemah dan yang miskin hanya akan

mempertahankan ketidaksesuaian tersebut dan membuat masyarakat Amerika

menjadi negara yang kurang ber-evolusi. Kalangan Progresif tidak setuju

dengan Darwinisme Sosial dan berpendapat bahwa tatanan industri baru

memperburuk kondisi manusia dan menjadikannya sebagai korban dari

kebijakan yang diselewengkan. Humoris Mark Twin di dalam novelnya 1874

berjudul Gilded Age menemukan materialisme keinginan terhadap uang dalam

Page 44: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

44

kalimat berikut: Jikalau bisa, jadilah orang kaya meski tidak jujur, tapi kejujuran

tetap harus ada” (Dikutip dalam Brier, 1992).

Gaya pemerintah Amerika di abad 19 sangat diinspirasikan oleh Thomas

Jefferson yang berkeyakinan bahwa “pemerintah yang paling sedikit adalah

pemerintah yang terbaik”. Menurut pemikiran abad 19, pemerintah belum

punya sarana untuk menindaklanjuti kondisi sosial yang muncul akibat

perubahan cepat dalam Gilded Age. Dalam kondisi riilnya, “gerakan progresif

mendorong pemerintah untuk menindaklanjuti munculnya ekonomi

industribaru yang menciptakan masalah baru dan peluang baru dalam

kehidupan Amerika” (Osborne dan Gaebler, 1993). Progresivisme mencakup

banyak area dan juga elemen yang saling berlawanan. Para wanita berjuang

mendapatkan kesetaraan dan hak untuk memilih; ini adalah sebuah dorongan

untuk membuat pemerintah kota menjadi mirip bisnis; para politisi termasuk

presiden mulai menambah kekuasaan pemerintah untuk meregulasi aktivitas

korporat. Setiap elemen merespon dalam beberapa cara terhadap perubahan

sosial dan ekonomi dari Gilded Age (Brier, 1992).

Dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya di dunia, pemerintah

Amerika adalah yang efisien dan efektif dalam menciptakan keamanan nasional.

Negara tersebut memberikan kesan ekuitas dan keadilan dalam layanan yang

dibutuhkan untuk memperkuat era industri, termasuk sejumlah jalan, jembatan,

terowongan, alat komunikasi, pengerjaan air dan saluran pembuangan, proyek

listrik dan sekolah. Model command-and-control eksekutif bisa berjalan baik

dalam saat krisis bila tujuannya sudah ditetapkan dengan jelas dan disebarkan

secara luas. Tugas bisa terukur dan terkesan langsung. Kemungkinan karena

sifat demokrasi, maka nilai kebersamaan akan muncul. Kemauan yang luas

akan muncul untuk bekerjasama demi tujuan yang sama pada saat krisis seperti

depresi dan perang. Seperti masyarakat industri lain di dunia, Amerika

merespon baik terhadap mentalitas command-and-control (Osborne dan

Gaebler, 1993).

Dalam arahan Progresif, budgeting modern mulai digunakan (Lynch,

1996). Reformis terkenal seperti Woodrow Wilson menekankan perlunya

penguatan otoritas eksekutif dalam pemerintah lewat reformasi proses budget.

Contoh, dia sukses menerapkan pajak penghasilan progresif yang menghasilkan

aliran pendapatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan pemerintah aktivist.

Page 45: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

45

Pada saat itu, kepentingan bisnis menghendaki adanya ekonomi dan

efisiensi pemerintah yang lebih besar yang sebagian karena bereaksi terhadap

sistem pajak progresif baru. Reformasi budget menfokuskan pada penciptaan

kebijakan pendapatan dan pengeluaran bagi pemerintah tetap sebelum awal

tahun fiskal, meningkatkan kontrol eksekutif, manajemen yang lebih baik, dan

perencanaan yang lebih banyak. Dengan fokus pada kontrol, format budget

seperti budgeting item-lini menekankan pada penjaminan akuntabilitas

lembaga dengan memastikan bahwa lembaga yang ada hanya menggunakan

uang yang disediakan untuk menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh

hukum. Ilustrasi 1 menunjukkan format budget item-lini yang menfokuskan

pada kontrol manajerial dan akuntabilitas unit kerja. Pelaksanaan audit

diperlukan dan kemudian diperkuat untuk meningkatkan kontorl sentral,

melawan korupsi, dan mengurangi kecerobohan pegawai publik dalam

pembuatan keputusan.

Era Progresif dan Liberal menekankan pentingnya perencanaan rasional

dan manajemen yang di dalam pemerintah. Dengan fokus pada perencanaan,

reformasi proses budget menitikberatkan pada pembuatan keputusan rasional,

termasuk penambahan dan penggunaan perencanaan dan analisis lebih dini di

dalam proses pengembangan budget. Sebuah pola pikir command-and-control

tersentral cenderung menilai adanya rasionalitas lebih besar dalam proses

pembuatan kebijakan (Lynch, 1996).

Ilustrasi 2 menunjukkan format budget program yang menfokuskan

pembuat keputusan kepada perencanaan dan analisis rasional. Dengan fokus

tersebut, manajemen eksekutif akan bekerja lewat arahan top-down yang kuat

dan menekankan efisiensi dan ekonomi dalam administrasi. Budget menjadi

sebuah alat untuk menghasilkan arahan operasional yang efektif dan efisiensi

yang optimal.

Ilustrasi 3 menunjukkan format budget kinerja yang menfokuskan

pembuat keputusan kepada pencapaian efisiensi. Budgeting kinerja

dimaksudkan untuk menfokuskan pembuat keputusan pada penggunaan

sumberdaya termasuk produk dan layanan pemerintah, bukan pada

sumberdayanya. Secara ringkas, reformasi budget Era Progresif berisi

perubahan yang mencakup: budget tahunan; budget komprehensif; budget

item-lini detail setidaknya dalam budget operasional tahun sekarang, dan

Page 46: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

46

format budget kinerja dan program bagi manajemen dan pembuat kebijakan

(Lynch, 1996).

Selama Era Progresif, kekuatan eksekutif yang kuat di atas legislasi akan

tumbuh pesat dan ini dicerminkan dalam reformasi budget. Proses budget

federal terkesan disentralkan lewat peran kuat dari US Office of Management

and Budget (OMB). Meski begitu, White (1991) berpendapat bahwa struktur

hukum dan tatacara Amerika seputar kekuasaan dana sepertinya masih

mempertahankan dominansi kongresional. Tanggungjawab dan kekuatan

kendali dalam penentuan kebijakan budget masih di tangan eksekutif.

Beberapa budget dan reformasi progresi yang mempengaruhi eksekutif

yang kuat adalah sebagai berikut: (1) Di tahun 1950, Hoover Commission telah

sukses menghasilkan Budgeting and Accounting Procedures Act, dan

memperjuangkan Performance Budgeting (PB); (2) Di tahun 1961, Department

of Defense membuat Planning Programming Budget System (PPBS); (3) Di tahun

1965, administrasi Johnson menunjukkan bahwa semua lembaga federal telah

menggunakan PPBS; (4) Di tahunu 1971, administrasi Nixon mengharuskan

semua lembaga federal untuk menggunakan Zero Based Budgeting (ZBB); dan

(5) Di tahun 1981, administrasi Reagan mencabut ZBB.

4.3 4.3 4.3 4.3 Budgeting Era Entrepreneurial Budgeting Era Entrepreneurial Budgeting Era Entrepreneurial Budgeting Era Entrepreneurial

Jaman Informasi Jaman Informasi Jaman Informasi Jaman Informasi

Model command-and-control eksekutif yang berkembang saat itu punya

banyak perbedaan dengan yang sekarang. Era Progresif adalah ketika:

masyarakat berkembang jauh lebih lambat; manufaktur menciptakan pekerjaan

baru; korporasi besar dan pemerintah menggunakan hirarki untuk mengontrol

organisasinya; pasar massa adalah kunci kesuksesan ekonomi; dan populasi

sering berhubungan erat dengan unit keluarga yang kuat.

Ketika mendekati abad baru, kita merasakan kondisi yang sangat

berbeda. Kita berada dalam suatu waktu ketika: ada perubahan yang

mendebarkan; ada industri jasa dan pengetahuan yang menciptakan pekerjaan

baru; organisasi dengan network dan web; pasar global dengan niche pasar

yang kritis; dan orang yang hidup dalam komunitas terisolasi dengan unit

keluarga yang terfragmentasi (Osborne dan Gaebler, 1993).

Kalangan futurist seperti Toffler, Naisbitt, Drucker dan Reich selama

beberapa dekade mengatakan bahwa teknologi akan merubah cara masyarakat

Page 47: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

47

dalam bekerja, dan bahwa organisasi kita perlu dan akan berubah untuk

mengakomodasi kekuatan teknologi ini. Di tahun 1970, Future Shock dari Alvin

Toffler berbicara tentang perubahan dalam teknologi, khususnya komputer dan

pengaruhnya terhadap masyarakat. John Naisbitt menulis Megatrends di tahun

1982 dan memberikan perhatian kepada perubahan yang terjadi di masyarakat.

Evolusi cepat dalam komputer dan software terkaitnya membuat penggunaan

informasi dalam aktivitas kerja keseharian menjadi sangat berbeda. Sifat

bagaimana kita dapat menyelesaikan tugas kerja kita akan berubah secara

dramatis. Organisasi dapat bekerja secara lebih baik sebagai unit desentral yang

berhubungan bersama bukan dengan hirarki tapi dengan web (Naisbitt, 1982).

Reich menindaklanjuti tema Naisbitt. Di tahun 1983, Robert B. Reich

menuliskan The Next American Frontier yang mana dia menekankan bahwa

metode tua dari manajemen telah lama usang dan sebuah perubahan mendasar

telah terjadi. Dia berpendapat bahwa Amerika perlu beradaptasi dengan realita

baru dengan merubah organisasinya. Di tahun 1991, Reich melanjutkan

argumennya dalam Work of Nations dengan mengemukakan tipe keahlian

pekerjaan yang perlu dijalankan dalam organisasi baru sekarang ini. Dia

menambahkan bahwa keahlian ini adalah tentang pemecahan masalah,

identifikasi masalah, dan broker strategis. Keahlian ini menciptakan ide dan

pekerjaan yang bukan hanya memperluas ekonomi, tapi juga meningkatkan

produktivitas dan standar hidup bangsa (Reich, 1983, 1991).

Sejak tahun 1989, Peter F. Drucker berpendapat bahwa organisasi,

khususnya yang besar, punya pilihan sedikit dan hanya menggunakan informasi

yang tersedia. Bila dijelaskan secara langsung, pekerja pengetahuan bisa

dianggap lebih berharga (yaitu, nilai tambah) dalam masa informasi baru

daripada pekerja manual dan klerikal. Teknologi informasi yang berkembang

dengan cepat yang diikuti dengan kompetisi dalam sebuah skala dunia bukan

hanya menciptakan perubahan, tapi juga memaksakan perubahan. Drucker

berpendapat bahwa kita harus menggunakan organisasi berbasis informasi atau

jika tidak, kita tidak akan survive secara ekonomi. Akibat dari perubahan ini

bukan hanya munculnya organisasi yang lebih datar, tapi juga perubahan dasar

dalam cara pekerjaan dilakukan di dalam organisasi.

Di tahun 1993, Michael Hammer dan James Champy dalam

Reengineering the Corporation mengatakan bahwa kita harus mengabaikan

prinsip dan prosedur organisasi dan operasional, dan menciptakan yang baru

Page 48: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

48

(Hammer dan Champy, 1993). Mereka menambahkan bahwa perubahan ini

seharusnya tidak berada dalam kadar yang kecil; ini adalah “sebuah pemikiran

yang kembali ke dasar”, dan “redesain radikal dari semua proses”.

Juga di tahun 1993, Osborne dan Gaebler menggunakan prinsip

reengineering dari lingkungan korporat dan menerapkannya pada sektor

publik. Dalam bukunya, Reinventing Government, mereka berbicara tentang

“kebangkrutan birokrasi” (Osborne dan Gaebler, 1993). Ini menekankan

pikiran futurist lainnya dan menggunakan gaya perancangan birokrasi

pemerintah dari Hammer dan Champy dalam cara yang radikal dan yang

merubah fokus dari proses ke hasil dalam penyediaan public service.

4.4 4.4 4.4 4.4 ParadigmaParadigmaParadigmaParadigma Baru Untuk Perubahan Baru Untuk Perubahan Baru Untuk Perubahan Baru Untuk Perubahan

Ketika kompleksitas masyarakat mulai bertambah pada beberapa dekade

terakhir, kebutuhan akan sebuah pemerintah yang fleksibel, adaptif dan

bertanggungjawab akan meningkat. Ironisnya, kebutuhan publik akan layanan

pemerintah seringkali bertambah pada saat yang sama ketika masyarakat

berusaha membatasi pengeluaran pemerintah (Osborne dan Gaebler, 1993).

Dalam birokrasi pemerintah yang besar, ketidakseimbangan fiskal dan

bertambahnya ketidakpercayaan politisi karir juga menambah masalah alokasi

sumberdaya publik. Seperti yang dikatakan oleh Derry Ormond (1993), “Dalam

satu dekade terakhir, efisiensi sektor publik mulai mendapat pertimbangan lebih

kuat”.

Aturan dan regulasi pemerintah juga dirasakan sebagai gangguan dan

rintangan terhadap fleksibilitas dan kompetisi. Konsumen barang dan jasa

publik menjadi lebih pintar dalam mengekspresikan kebutuhannya. Sistem,

kontrol dan mentalitas umum adalah produk reformasi seratus tahun yang lalu.

Sebuah kutipan kalimat Thomas Jefferson dalam monumennya di Washington

DC berbunyi: “Ketika ada penemuan baru, maka kepercayaan baru akan

muncul, dan cara dan opini akan berubah, sehingga institusi harus

menindaklanjuti ini seiring waktu” (Managing Results Conference Proceedings,

1995). Mungkin, waktu bisa berubah dan administrasi publik perlu

menyamainya.

Reformasi seperti PPBS dan ZBB ataupun beragam legislasi reformasi

budget selama empat dekade terakhir tidak berhasil dalam mencegah hutang

nasional dari pertambahannya menjadi tiga kali lipat, atau gagal dalam

mencegah kota seperti New York, Philadelphia, dan Washington DC dari

Page 49: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

49

masalah finansial serius. Reformasi mana pun tidak bisa membatasi gelombang

pasang pengeluaran defisit dan rusaknya public service. Sistem budget yang ada

mendorong orang di semua level untuk mengeluarkan uangnya tanpa

mempertimbangkan sumber pendapatannya. Sedikit orang dalam pemerintah di

luar departemen keuangan dan pendapatan masih mempertimbangkan

pendapatan, dan tidak ada orang yang berpikir tentang profit.

Dalam sektor privat, ada dua aturan untuk survival. Yang pertama

adalah punya tambahan satu dolar daripada mengeluarkan satu dolar. Yang

kedua adalah menjaga kualitas produk dan jasa setinggi mungkin sehingga

konsumen akan kembali. Prinsip yang sama dapat dan harus diterapkan dalam

pemerintahan. Visi ini tidak dapat digunakan secara serius dalam pemerintah

tanpa mempertanyakan apa posisi kita dan bagaimana cara kita berbeda secara

dasar dan radikal dari sektor bisnis. Banyak kata-kata yang digunakan pada

waktu sekarang, seperti “reengineering, rethinking, redesigning, resetting, dan

remodeling” sudah menggambarkan kondisi yang dimaksud; ada sebuah

kebutuhan akan perubahan paradigma yang menantinya mempermudah

adanya perubahan. Mainstream dari budgeting tidak mampu menghindari

reformasi. Kita perlu merekognisi bahwa ini adalah waktu untuk perubahan.

4.5 4.5 4.5 4.5 Iklim Entrepreneurial Iklim Entrepreneurial Iklim Entrepreneurial Iklim Entrepreneurial

Istilah entrepreneur dikemukakan oleh pakar ekonom Perancis J.B. Say di

sekitar tahun 1800. Dia mengatakan bahwa “Entrepreneur mengalihkan

sumberdaya ekonomi dari area yang lebih rendah produktivitasnya kepada area

dengan produktivitas dan hasil yang lebih tinggi” (dikutip dalam Drucker,

1989; Osborne dan Gaebler, 1993). Dengan kata lain, entrepreneur

menciptakan profit paling besar secara sukarela dan kreatif dalam dunia bisnis.

Dia tahu bagaimana cara menggunakan sumberdaya ekonomi maksimum ke

dalam produktivitas yang lebih tinggi dan hasil yang lebih besar antar pesaing

lainnya. Meski begitu, cepat atau lambat, meski tidak tergesa-gesa, sektor publik

akan mengharuskan civil servanat untuk menjalankan program pemerintahnya

sebagai layaknya entrepreneur dalam cara yang meningkatkan-pendapatan

untuk menjaga akuntabilitas finansial.

Stress fiskal di pemerintah terasa memuncak di beberapa dekade.

Penentangan pajak di tahun 1970-an diwujudkan dalam bentuk Proposition 13

di Kalifornia dan 2 ½ di Massachusetts. Di tahun 1980-an, ada kemorosotan

Page 50: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

50

ekonomi, peningkatan kebutuhan akan public service, dan pertanyaan seputar

kemampuan pemerintah untuk menjalankan tugasnya. Administrator publik

tidak lagi menitikberatkan pada pengeluaran. Mereka mulai berpikir tentang

sisi pendapatan dari budget. Bagian penting dari Entrepreneurial budgeting

menfokuskan manajer publik pada penciptaan sumberdaya pendapatan

alternatif untuk aktivitasnya. Dalam cara ini, mereka mulai berpikir tentang

satu dolar tambahan daripada satu dolar pengeluaran dalam programnya.

Kemungkinan untuk penambahan uang tidak pernah berhenti dalam

pemerintah seperti halnya di sektor privat. Ini bisa dilakukan tanpa

mengabaikan tujuan publik dari pemerintah. Palang tertinggi untuk dilompati

saat merubah pola pikir budaya birokratik adalah membiasakan diri dengan

prinsip bahwa pemerintah dapat, dan di beberapa kasus, harus menghasilkan

uang.

Titik penting yang perlu diingat saat menindaklanjuti iklim

entrepreneurial adalah sama seperti sepuluh point dari Osborne dan Gaebler

(1993):

• persaingan antar penyedia jasa,

• penggunaan mekanisme pasar,

• penguatan potensi earning,

• pemberdayaan warga negara,

• kepuasan konsumen,

• organisasi menurut misi,

• otoritas yang didesentralisasi,

• tindakan proaktif dan preventif,

• mengukur kinerja, dan

• bertindak selayaknya katalis bagi sektor lain.

Dari situ, sepuluh karakteristik yang ada menciptakan aliran pemikiran yang

mendorong pemerintah untuk menjalankan public service berkualitas tinggi.

Untuk tujuan kesederhanaan dan kejelasan, peneliti mengelompokkan

sepuluh prinsip tersebut menjadi dua kelompok yang mencerminkan tujuannya.

Mereka mengelompokkan lima prinsip pertama dalam Entrepreneurial Attitudes

dan lima prinsip kedua dalam Self-Direction.

Page 51: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

51

4.6 4.6 4.6 4.6 Entrepreneurial Attitudes (Sikap Entrepreneurial)Entrepreneurial Attitudes (Sikap Entrepreneurial)Entrepreneurial Attitudes (Sikap Entrepreneurial)Entrepreneurial Attitudes (Sikap Entrepreneurial)

Memberdayakan warga negara dengan memberikannya input dalam

penentuan layanan adalah bagian dari sikap menurut konsumen. Ini dilakukan

untuk mempermudah definisi kualitas parameter layanan yang bermuatan

semangat entrepreneurial. Beberapa layanan dianggap penting oleh publik

meski ada biaya, dan tidak dianggap perlu untuk merubah biaya penyediaan

layanan tersebut. Contoh, transit massa bisa menguntungkan setiap orang baik

ini digunakan atau tidak. Jika ini dihargai sampai biaya penuh, semakin sedikit

orang yang menggunakannya, dan masalah perkotaan lain seperti kemacetan

lalu lintas dan polusi akan menambah kerugian dari populasi keseluruhan.

Menguatkan potensi earning, menciptakan kompetisi antara dan antar

penyedia jasa, dan memperbolehkan mekanisme pasar untuk menentukan biaya

unit akan memberikan kebebasan bagi manajer program dan kepala lembaga

untuk menemukan berbagai kemungkinan yang tanpa akhir. Dengan

menggunakan sebuah profit dari satu program untuk mendanai “leader yang

rugi” di program lain adalah sebuah strategi entrepreneurial. Penggunaan

beban user dalam bentuk baru seperti franchising, lisensi, atau peningkatan

return investasi adalah beberapa cara yang menjadikan manajer seperti

layaknya entrepreneur.

Untuk mendukung dan mendorong entrepreneur semacam ini, beberapa

sistem harus berubah. Pertama, “Formula budget diperlukan untuk melindungi

manajer dari perampasan profit yang diperoleh dengan kerja keras” (Osborne

dan Gaebler, 1993). Kedua, untuk menghasilkan uang membutuhkan uang.

Manajer harus punya akses untuk memperbanyak uang guna meluncurkan

perusahaan baru. Ketiga, “Jika kita menginginkan supaya pegawai publik

menjadi paham akan pendapatan, kita membutuhkan insentif yang mendorong

mereka untuk menghasilkan uang”. Dana usaha atau dana putaran perlu

digunakan untuk mendukung unit yang mandiri. Meski tidak tepat bagi semua

public service, seperti kepolisian dan pemadam kebakaran, contohnya, ini

sepenuhnya dikatakan tepat untuk layanan seperti golf course, marina dan

airport. Dana usaha dapat dipecah menjadi kategori berikut: (1) aktivitas yang

dimaksudkan untuk menciptakan profit; aktivitas yang dimaksudkan untuk

break even tapi tidak menghasilkan profit; dan aktivitas yang dapat memberikan

dukungan parsial, atau sepenuhnya.

Page 52: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

52

Keempat adalah menciptakan pusat profit. Meski sektor privat dan labor

union sering mengkomplain tentang ketidakadilan perusahaan publik yang

bersaing dengan pusat profit, ada beberapa waktu ketika ini sepenuhnya

dianggap wajar. Pada saat terjadi penyusutan sumberdaya, persaingan dan joint

ventura publik/privat menjadi cara yang umum digunakan.

Pertimbangan dalam inovasi berkaitan dengan anggapan bahwa biaya

sebenarnya dari layanan tersebut bisa ditentukan oleh sehingga bisa diketahui

break even point-nya. Analisis harus menjawab: Bagaimana nilai return tentang

sebuah investasi bisa ditentukan oleh jika biaya sebenarnya dari investasi tidak

diketahui? Bagaimana profit bisa diupayakan jika pengeluarannya tidak

diketahui? Bagaimana subsidi yang tepat ditentukan oleh jika biaya sebenarnya

dari layanan masih menjadi sebuah misteri? Entrepreneurial Budget

menunjukkan subsidi yang ada kepada publik, menggunakan tekanan publik

sebagai acuan tindak lanjutnya, dan menemukan cara baru untuk menghasilkan

uang dari layanan yang menguntungkan guna mendanai usaha non-profit yang

esensial.

4.7 4.7 4.7 4.7 SelfSelfSelfSelf----Directing Directing Directing Directing

Pikiran dasar dari demokrasi adalah bahwa pemerintah yang dipilih oleh

rakyat akan bertanggungjawab kepada rakyat. Hal penting untuk kesuksesan

pemerintah adalah tanggungjawab dan akuntabilitas. Meski pemberdayaan

warga negara dan kepuasan konsumen menentukan parameter dari semangat

entrepreneurial di dalam pemerintah, persoalan etika dari akuntabilitas dalam

pengeluaran uang publik masih tetap ada. Jika seorang manajer lembaga dan

program diberi kepercayaan untuk mengurusi uang publik tanpa manajemen

mikro command-and-control, maka mereka harus bertanggungjawab dalam

cara lain.

Banyak pemerintah telah menjalankan ukuran kinerja yang didasarkan

pada hasil. Ukuran tersebut menciptakan akuntabilitas manajerial dan

seringkali dibentuk lewat memoranda pemahaman: persetujuan kontrak kinerja

dengan insentif seperti bonus personal; percent split dari earning profit bagi

program atau lembaga, dan seed fund; dan rencana bisnis dengan laporan rugi

dan laba. Kontrak kinerja tersebut dapat diperluas ke ventura publik/privat atau

provider jasa yang dikontrak, lisensi, dan franchise dalam hampir semua area

jasa.

Page 53: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

53

Dengan menggunakan sepuluh prinsip pemikiran entrepreneurial dari

Osborne dan Gaebler (1993), bisa diciptakan sebuah pemerintah yang

bertanggungjawab dan fleksibel – yaitu yang mampu mengantisipasi

kebutuhan, masalah, dan peluang. Dengan kata lain, yang proaktif dan

preventif, bukan yang reaktif dan menindaklanjuti krisis. Ketika pemerintah

mampu merespon secara lebih baik dan lebih cepat dalam cara yang lebih

efektif dan efisien, pemerintah bisa mampu mendapatkan kepercayaan publik

dan bisa menjadi katalis bagi sektor privat dan non-profit.

4.8 4.8 4.8 4.8 Entrepreneurial budgetingEntrepreneurial budgetingEntrepreneurial budgetingEntrepreneurial budgeting

Semangat entrepreneurial dalam budgeting berarti merubah pendekatan

manajemen dan kebijakan yang digunakan dalam sektor publik untuk membuat

institusi untuk berpikir dalam cara entrepreneurial. Dengan kata lain, ini seperti

mengharuskan institusi publik untuk menggunakan sumberdayanya secara

konstan dalam cara baru untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya

(Osborne dan Gaebler, 1993). Konsep ini tidak berarti bahwa sektor publik

harus dijalankan seperti sebuah bisnis. Perbedaan antara sektor publik dan

privat terkesan mendasar. Karena itu, kita perlu memikirkan pelaksanaan public

service dalam sebuah cara yang mirip bisnis. Fakta bahwa pemerintah tidak

dapat dijalankan mirip sebuah bisnis bukan berarti bahwa pemerintah tidak

dapat menjadi lebih entrepreneurial.

Konsep Entrepreneurial budgeting masih berada dalam proses awal

perkembangan dan penelitian ini adalah salahsatu dari upaya tersebut. Stephen

M. King (1996) mendefinisikan ini sebagai “sebuah metode budgeting dimana

kebijakan dan chief executive menciptakan batasan pengeluaran total dan

prioritas kebijakan, kemudian memberikan fleksibilitas dan insentif mirip

sektor-privat bagi manajer program untuk menentukan bagaimana cara terbaik

untuk mengeluarkan budget dan menentukan cara mencapai prioritas. Sebagai

pertukaran dari peningkatan otoritas pengeluarannya, manajer dimintai

akuntabilitas atas hasilnya. Prosedur yang ada dimaksudkan untuk menciptakan

lingkungan organisasi yang “ramping, desentralis, inovatif, fleksibel, adaptif,

cepat mempelajari cara baru ketika kondisi berubah, dan menyelesaikan sesuatu

secara efektif dan kreatif” (Osborne dan Gaebler, 1993).

Tidak seperti budgeting tradisional dimana pembuat kebijakan

menunggu kepala departemen dan manajer program untuk mengajukan

Page 54: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

54

permintaan kepada otoritas yang lebih tinggi, Entrepreneurial budgeting

menciptakan delegasi. Batas pengeluaran dibenchmark dari pengeluaran tahun

sebelumnya untuk menciptakan sebuah titik tolak. Ini diekspresikan dalam

sebuah formula yang menentukan semua pengeluaran dalam kenaikan atau

penurunan satu persen seperti yang ditentukan oleh pembuat kebijakan. Budget

ini sangat ringkas – kadangkala hanya beberapa halaman saja, dan pendeknya

berlawanan dengan budgeting berorientasi item-lini yang umumnya sangat

panjang. Pendekatan ini membebaskan pembuat kebijakan untuk menfokuskan

pada persoalan kebijakan besar daripada lembaga mikro dan programnya

(Cothran, 1993).

Kepala lembaga dan manajer program punya kebebasan untuk

mengalokasikan dan mengeluarkan uangnya dalam cara yang sebaik mungkin

untuk menjalankan mandat misi kebijakan. Sebagai imbal balik kebebasan ini,

setiap program harus punya pernyataan misi yang jelas, tujuan terukur yang

menggunakan ukuran kinerja spesifik untuk membuat kepala agensi dan

manajer program bertanggungjawab kepada pembuat kebijakan. Salah satu

fitur pembeda Entrepreneurial Budget adalah kemampuan lembaga, dan di

beberapa kasus, kemampuan program, untuk mempertahankan porsi uang yang

tidak dikeluarkan dan penghasilan yang diperoleh.

Kesuksesan Entrepreneurial Budget didasarkan pada pendahulunya –

performance budgeting. Cara sebelumnya membutuhkan pernyataan misi,

tujuan dan target terukur, ukuran kinerja untuk efisiensi dan efektivitas, dan

loop feedback untuk menggunakan survey kepuasan warga negara dan

kelompok fokus. Performance budgeting menetapkan tanggungjawab dan

menghasilkan akuntabilitas dari kepala lembaga dan manajer program

(Cothran, 1993). Dengan indikator akuntabilitas dan kinerja yang cukup,

pembuat kebijakan menggunakan sistem birokratik untuk mendesentralisasi

otoritas budget. Sebagai efeknya, ini memberikan “block grant” bagi kepala

lembaga atau mengumpulkan alokasi untuk digunakan ketika dianggap sesuai.

Sebagai imbal balik atas kepercayaan kepada manajer publik, mereka

diharapkan memberi bukti pencapaian dalam hasil yang berdasarkan pada

ukuran kinerjanya.

Entrepreneurial budgeting membutuhkan peralihan radikal dan

mendasar dari pendekatan command-and-control sebelumnya menuju cara

budgeting (Hammer dan Champy, 1993). Meski begitu, Entrepreneurial

Page 55: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

55

budgeting yang dideskripsikan di dalam literatur ini mengesampingkan

organisasi hirarkis command-and-control tetap pada tempatnya, dan ini adalah

sebuah kesalahan. Entrepreneurial budgeting harus menfokuskan perhatiannya

pada perubahan perilaku birokratik dari kepala lembaga atau direktur program

menjadi perilaku yang mirip ruang dewan korporat. Mereka ini harus lebih

mempertimbangkan kinerja program dan return investasi daripada sekadar

pengeluaran, yaitu pengeluaran sebelum akhir tahun fiskal. Dengan tidak

meminta lebih banyak uang sepertinya menjadi sebuah langkah menjauh dari

pendekatan command-and-control. Dengan Entrepreneurial budgeting, pikiran

mereka terdorong untuk bertanya: Bagaimana daya saing bisa dimasukkan ke

dalam sebuah aktivitas monopolistik esensial, saat kita membutuhkan layanan

pemerintah?

Pertanyaan lain sebagai imbas dari ini adalah:

• Apakah pemerintah perlu memberikan layanan tersebut?

• Apakah ini menjadi metode terbaik dari pemberian layanan?

• Dapatkan ini diselesaikan dalam cara lain?

• Dapatkah seseorang bisa melakukannya secara lebih baik?

• Di masa lalu ketika harus mengkontrakluarkan dan memprivatisasi

pemerintah, apakah kita hanya memperdagangkan monopoli publik untuk

mendapatkan monopoli privat?

Budaya dan literatur Amerika menggunakan mekanisme pasar dan

persaingan yang ada. Ini dapat dilakukan dalam pemerintah. Reformasi budget

Era Progresif sepertinya terlalu berhati-hati untuk tidak mengabaikan praktek

publik atau privat yang monopolistik. Kita perlu menggunakan pendekatan

yang lebih kompetitif dalam pemerintah dan mengabaikan pendekatan

monopolistik. Dengan beberapa perkecualian kecil, tidak ada jasa atau fungsi

pemerintah yang tidak dapat dipengaruhi oleh proses atau tatanan kompetitif.

Phoenix, Arizona, menjadi contoh dari jenis proses kompetitif ini (Osborne dan

Gaebler, 1993). Kota tersebut memutuskan untuk memprivatisasi pekerjaan

pengumpulan sampah padat. Greater Phoenix terbagi menjadi lima zona dan

setiap zona diberi tawaran kontrak. Dengan memastikan bahwa ada minimum

tiga kontraktor yang menyediakan layanan ini, kota Phoenix bisa merasakan

sebuah proses kompetitif. Hasil terbaru adalah layanan yang lebih baik pada

biaya yang lebih murah bagi publik.

Page 56: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

56

Entrepreneurial budgeting didasarkan pada pendekatan sama seperti

yang digunakan oleh kota Phoenix dan dapat diterapkan di hampir semua

layanan dan fungsi pemerintah. Seperti yang ditunjukkan oleh Lawrence Martin

(1993), ada banyak layanan publik yang dengan mudah diprivatisasi atau

dikontrak luarkan, termasuk pengumpulan sampah, pembersihan salju, layanan

makanan, dan penderekan kendaraan. Fungsi lain seperti penjara, sistem

sekolah, dan penampungan tunawisma juga mulai diprivatisasi. Karena

semuanya berada di luar norma tradisional untuk layanan terkontrak, maka ini

terkesan sangat kontroversial .

Di sejumlah kasus, ide privatisasi adalah sekadar memilih dan

berkontrak dengan provider tunggal yang karena itu seperti beralih dari situasi

monopoli publik ke privat. Kompetisi digunakan dalam proses seleksi satu

provider jasa. Meski begitu, ketika provider ini punya kontrak di tangan, maka

provider tidak perlu lagi berkinerja secara kompetitif sampai saat berharap

memperbarui kontraknya. Pemikiran ini bukannya menonjolkan semangat

entrepreneurial seperti yang dideskripsikan Osborne dan Gaebler (1993).

Kunci dari proses kompetitif yang sukses adalah setidaknya ada tiga

provider jasa untuk layanan yang sama. Proses semacam itu dapat diterapkan di

hampir setiap jasa atau fungsi yang dapat dibagi menjadi sejumlah proporsi

tertentu. Contoh, auditing bisa dikontrak luarkan berbasis fungsi kepada

perusahaan akuntansi dan perusahaan pengumpul data. Jumlah pegawai publik

bisa berkurang secara radikal. Penghematan biaya dan avoidans dalam benefit

personal, ruang kantor fiskal, suplai dan perlengkapan kantor, layanan

pendukung sepertinya bertambah banyak. Dengan menjaga minimum tiga

provider jasa untuk setiap layanan atau fungsi atau menurut zona geografis,

maka kekuatan pasar kompetitif sepertinya bisa memberikan layanan terbaik

dengan harga terbaik.

Ilustrasi 4 menunjukkan format Entrepreneurial budgeting yang

menjelaskan bagaimana konsep ini dapat dijalankan.

Bahaya dan Tantangan Era Baru Bahaya dan Tantangan Era Baru Bahaya dan Tantangan Era Baru Bahaya dan Tantangan Era Baru

Amerika dan negara industri lainnya tidak diam begitu saja dalam

perubahan paradigma dalam kadar proporsi tertentu; negara-negara tersebut

malahan berada dalam perubahan. Secara realistik, memang tidak ada

perubahan yang menonjol. Kesadaran akan beberapa faktor kritisnya telah

Page 57: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

57

membantu memaksimalkan aspek positif dan meminimalkan aspek negatif dari

perubahan paradigma. Jaman informasi ini menghasilkan desentralisasi

kekuasaan jauh dari pusat dalam sektor privat dan publik menuju individu dan

kelompok kecil yang bekerja lebih efektif lewat keuntungan jaman informasi.

Pendekatan keempat terhadap budgeting sepertinya menekankan pada proses

desentralisasi dalam organisasi publik.

Desentralisasi menguntungkan orang entrepreneurial atau unit dalam

sektor publik dan privat. Format dan prosedur budgeting yang dibuat untuk

membantu mereka akan bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemerintah.

Tapi, ada hal penting yang harus dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan dan

manajer bila ingin sukses dalam reformasi. Hal tersebut adalah (1) penguatan

dan pemberdayaan inovasi dalam pemerintah harus menjadi hallmark dari

pendekatan baru kepada budgeting; (2) nilai kolektif harus dihormati dan

digunakan dalam membuat keputusan; (3) parameter dan batasan harus

dibutuhkan dan didefinisikan; (4) pendidikan dan pelatihan dianggap penting

untuk kesuksesan pendekatan; (5) keahlian negosiasi dan kontrak yang tepat

adalah penting; dan (6) kebutuhan keseluruhan harus diperhatikan.

Pertama, pemerintah entrepreneurial harus dipahami secara dalam.

Beberapa orang mengatakan bahwa pengambilan resiko yang “menyesatkan”

bisa menciptakan kekacauan dan fragmentasi. Kalangan lainnya mengatakan

bahwa ini adalah tindakan “jenius” “kreatif” yang diwariskan oleh Yang Di Atas

(Drucker, 1985; Lewis, 1980; Fisher, 1983; Stever, 1988; deLeon, 1996). Seperti

perubahan signifikan lainnya, perubahan ini punya pendukung dan penentang.

Sebuah karakteristik yang masih diperdebatkan adalah elemen inovasi yang

dapat berupa sesuatu yang sepenuhnya baru atau sebuah kombinasi elemen

biasa (deLeon, 1996). Karena itu, jika ada budgeting entrepreneurial, maka ini

harus memfasilitasi inovasi antar unit, bukannya sebagai barrier dan batasan

kepada keberadaannya meski ini dianggap umum dalam teknik budgeting

command-and-control tradisional.

Kedua, konsep nilai kolektif dianggap penting. Apapun teknik yang

digunakan, sebuah konsensus opini dalam warga tentang pentingnya public

service atau fungsinya harus ada. Konsensus tersebut harus menunjukkan dan

menentukan misi program publik dan menciptakan prioritas tujuan. Jelasnya,

keputusan konsensus atau demokratik seringkali tidak terbentuk, dan orang

dapat mengantisipasinya hanya lewat marjin yang dipenuhi orang dengan

Page 58: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

58

keputusan kolektif. Meski begitu, keputusan tersebut mencerminkan pemikiran

dasar tentang ideologi demokratik selama pertimbangan yang tepat diberikan

kepada hak minoritas politik dan persoalan ekuitas. Masyarakat sepertinya

terbiasa dengan sulitnya membuat keputusan dan kurangnya efisiensi.

Ketiga, karena ada pertimbangan akan kekacauan dan fragmentasi,

parameter dan batasan yang ada perlu didefinisikan bagi individu dan unit

dengan menggunakan pemerintah entrepreneurial. Ini dapat dilakukan lewat

panduan, kode etik, regulasi atau sarana lain yang dirasakan berguna. Contoh,

pendekatan ini bukanlah yang tepat untuk semua program publik dan jasa jika

melihat potensi dari konflik kepentingan. Beberapa aktivitas dan program harus

dibebaskan dari aktivitas entrepreneurial sepenuhnya. Di kasus lain, beberapa

level batasan perlu diterapkan menurut kondisi tertentu. Beberapa kritik

terhadap entrepreneurship publik meyakini bahwa civil servant bisa menjadi

egoistik, selfish, suka menentang, suka mendominasi, dan oportunistik dalam

usahanya menggunakan nilai profit sektor privat ke aktivitas sektor publik

(Stever, 1988; Lewis, 1980; Bellone dan Goerl, 1992; deLeon, 1996).

Sayangnya, ada sarana profesional, perilaku, dan organisasi tapi tidak

sepenuhnya menekankan aspek negatif dari ekses entrepreneurial. Contoh,

deLeon (1996) mengemukakan perlunya: (1) penciptaan zona buffer antara

eksperimen dan organisasi; (2) pengkayaan profesionalisme dan organisasi

profesional; (3) upaya entrepreneurial dalam sektor publik harus ditemani oleh

citizen board yang tugasnya memberi nasehat; dan (5) pelaksanaan program uji

coba untuk menguji kelayakan inovasi.

Keempat, level pendidikan dan pelatihan yang tinggi adalah penting

untuk kesuksesan pendekatan ini karena ini membutuhkan talenta unik dari

partisipan warga, analis, manajemen atas, manajemen unit, dan pembuat

keputusan politik. Kemajuan dalam hardware dan software berarti bahwa

semua tipe data dapat dikumpulkan, disimpan, dan dianalisis dalam cara yang

sebelumnya tidak memungkinkan. Contoh, internet dan jalur informasi yang

cepat memudahkan komunikasi antar organisasi, sekelompok orang, dan

individu dalam cara yang tanpa batas dan terjangkau. Karena itu, semua tipe

orang perlu mengenal kemajuan ini tapi, di luar kadar teknisnya, mereka perlu

mengetahui cara memasukkan kemajuan ini ke dalam organisasinya dalam

aplikasi yang produktif.

Page 59: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

59

Pelatihan menjadi penting karena itu. Contoh, bagaimana informasi

dapat digunakan untuk menciptakan partisipasi rakyat yang lebih baik sehingga

memberikan wawasan dan memperkuat program yang ada? Peningkatan

karakter dan tipe analisis data faktual dan finansial menjadi lebih terasa, tapi

para analis perlu mengetahui bagaimana melakukan analisis ini, dan pembuat

keputusan perlu memahami kegunaan dari analisis ini. Hanya dengan

mengumpulkan data bisa menyebabkan perilaku disfungsional dalam

organisasi, dan pihak yang mengumpulkan informasi perlu dilatih tentang

bahaya yang muncul akibat keputusan pengumpulan data yang tidak sensitif.

Manajer atas dan pembuat keputusan politik harus memahami cara

menginterpretasikan trend, mengantisipasi perubahan, dan memformulasikan

rencana manajemen dan kebijakan berbasis informasi analitik.

Yang penting di sini adalah ukuran kinerjanya. Pemain kunci perlu

memahami bahwa ada beragam jenis ukuran kinerja yang saling terkait dan

yang berhubungan dengan tipe keputusan manajerial dan kebijakan yang

berbeda. Konsep seperti desain penelitian dan ukuran non-reaktif bersifat

mendasar dan harus dipahami dari profesional level rendah sampai pembuat

keputusan politik yang tertinggi. Pendekatan manajerial dan pembuatan-

keputusan seperti manajemen untuk hasil, manajemen strategis, pelaporan

program, evaluasi program, dan banyak di antaranya harus diketahui dan

digunakan secara berhubungan satu sama lain.

Partisipan harus menyadari bahwa sarana ini bisa dibilang sangat sulit

meski kepentingan dukungan level atas tidak boleh mengesampingkan sarana

ini begitu saja. Fakta yang terbaru adalah bahwa ini jelas menyulitkan orang

yang terpilih secara politis, yaitu yang berorientasi teknis dan menginginkan

hasil cepat supaya bisa mendapatkan dukungan di pemilihan selanjutnya. Bagi

mereka, teori idelogi dan fakta terpilih jauh lebih relevan bagi kemenangan di

pemilihan selanjutnya.

Kelima, keahlian negosiasi dan kontrak yang bagus dianggap penting.

Banyak kegagalan di pemerintah entrepreneurial adalah karena negosiasi dan

administrasi kontrak yang buruk (Bloomfield, 1996). Sayangnya, sebagian besar

program MPA tidak punya atau punya sedikit kesesuaian dalam keahlian

negosiasi, penyelesaian konflik, hukum kontrak, dan prosedur evaluasi untuk

kontrak. Tentunya, bertambahnya crossover antara sektor privat dan pegawai

publik perlu diantisipasi di masa depan. Tapi di luar itu, orang beranggapan

Page 60: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

60

bahwa penggunaan organisasi virtual, partnership, dan pendekatan

entrepreneurial lainnya, pada intinya berisi negosiasi dan manajemen kontrak.

Keenam, setiap orang yang terlibat harus menyadari bahwa kebutuhan

pihak keseluruhan harus lebih dipertimbangkan daripada keinginan

entrepreneurial dari satu unit atau seseorang. Organisasi publik perlu

memikirkan kepentingan publik. Di dalam pemerintah, sering ditemukan

kepentingan khusus dari sebuah lembaga atau kelompok kepentingan tertentu,

dan sepertinya kepentingan masyarakat keseluruhan kurang diperhatikan. Ini

tidak boleh diinterpretasikan sebagai aturan mayoritas nilai rejim dari sebuah

tempat, profesi atau kelompok. Ini adalah sebuah level wawasan dan

pemahaman yang jauh lebih dalam. Apa yang bisa menjadi kepentingan terbaik

jangka panjang bagi setiap orang?

Baik pendekatan command-and-control atau pendekatan

entrepreneurial, uang publik adalah yang harus dipertanggungjawabkan oleh

public servant. Dalam pendekatan entrepreneurial, ventura entrepreneur publik

yang masuk ke dalam “perairan tidak terbatas” dipersenjatai dengan tenaga,

keahlian dan penilaiannya sendiri (Cleveland, 1972). Kesalahan omisi dalam

manajemen dan administrasi karena aversi dan avoidans resiko adalah seperti

resiko terjadinya error komisi dalam pendekatan command-and-control. Seperti

yang dikatakan Linda deLeon (1996), “Entrepreneurship etika tetap menjadi

sarana yang berguna dan penting dalam menemukan cara yang lebih baik

dalam mewujudkan tujuan publik”. Pendekatan entrepreneurial bukanlah

layaknya seorang satria berkuda putih untuk menyelesaikan masalah, dan

bukan juga seekor serigala berbaju domba yang mengambil keuntungan dari

publik (Bellone dan Goerl, 1993). Ini adalah sebuah alat yang berguna untuk

mengelola secara kreatif. Apapun pendekatan yang diambil, kesalahan

manajemen dan administratif untuk omisi dan komisi masih bisa terjadi.

4.9 4.9 4.9 4.9 Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan

Pengenalan teknologi baru seperti sebuah komputer dapat menimbulkan

perubahan kekuasaan dalam masyarakat dari kekuasaan sentral menjadi

desentral yang akan merubah masyarakat termasuk pemerintahnya. Pada saat

itu, inovasi dapat merubah masyarakat kepada point yang mana bisa terjadi

hubungan politik dan ekonomi mendasar. Reformasi budget adalah bagian dari

perubahan tersebut. Contoh dalam arahan desentral menuju sentral adalah

pada era Progresif dan Liberal. Di sini, kekuatan cabang eksekutif dan

pemerintah sentral ditingkatkan dengan reformasi budget seperti pajak

penghasilan, budgeting program, PPBAS, dan ZBB.

Page 61: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

61

Jika trendnya adalah mengurangi kekuatan relatif dari pemerintah

eksekutif dan sentral, seperti yang terjadi di lima tahun yang lalu, maka sistem

pendapatan dan budget punya arahan yang kurang sentral. Contoh terbaru dari

reformasi budaget tersebut adalah Proposition 13, potongan pengeluaran

pemerintah, dan reformasi format budget yang menfokuskan pada desentralisasi

pembuatan keputusan budget. Artikel ini menunjukkan bahwa reformasi

Performance, Entrepreneurial, dan Competitive Budgeting akan berjalan dan

menguat di jaman informasi. Seperti dalam Era Progresif dan Liberal, reformasi

budget bertujuan untuk menindaklanjuti lingkungan budgetary yang

mendorong terciptanya perubahan.

Apa yang tidak diinginkan adalah bahwa perubahan mendasar dalam

masyarakat dan reformasi terkaitnya bisa menghasilkan set tantangan baru bagi

pembuat kebijakan dan manajer. Dalam artikel ini, penulis menemukan enam

hal dan tantangan yang harus dipertimbangkan. Dari sudut pandang

profesional, kesulitan yang ada bukannya menolak perubahan atau reformasi,

tapi menindaklanjuti masalah dalam sebuah cara yang menghasilkan

keuntungan terbesar bagi masyarakat.

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Bellone dan deLeon (1996) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Bloomfield (1996) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Brier (1992) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

_______ (1992) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

_______ (1992) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Cleveland (1972) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Cothran (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Page 62: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

62

_______ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

De Leon (1996) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1996) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Drucker (1985), Lewis (1980), Fisher (1983), Stever (1988), deLeon (1996)

dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan

Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Hammer dan Champy (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21,

Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State

University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

J.B. Say (1800) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

Lawrence Martin (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Linda deLeon (1996) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Lynch (1996) Reformasi Budget Abad 21, Kinerja Entrepreneurial dan

Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

_______ (1996) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting

Kompetitif Louisiana State University.

_______ (1996) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting

Kompetitif Louisiana State University.

_______ (1996) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting

Kompetitif Louisiana State University.

Nixon (1971) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Ormond Derry (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

Osborne dan Gaebler (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21,

Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State

University.

Page 63: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

63

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

________ (1993) Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial

dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (1993) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University

Regun (1981) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Stephen M. King (1996) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Stever (1988), Lewin (1980), Bellone dan Goerl (1992), de Leon (1996) dikutip

Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan

Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Thomas Jefferson dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

________ (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting

Kompetitif Louisiana State University.

Page 64: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

64

Toffler (1970), Naisbitt (1982), Drucker (1989), Reich (1991) dikutip Lynch

(2006) Reformasi Budget 21, Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting

Kompetitif Louisiana State University

Twin : Mark (1874) dikutip Brier (1992) dalam Lynch (2006) Reformasi Budget

21, Kinerja Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State

University.

White (1991) dikutip Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Woodrow, Wilson dalam Lynch (2006) Reformasi Budget 21, Kinerja

Entrepreneurial dan Budgeting Kompetitif Louisiana State University.

Page 65: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

65

PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN

KEUANGAN PUBLIKKEUANGAN PUBLIKKEUANGAN PUBLIKKEUANGAN PUBLIK

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

5.15.15.15.1 Ketentuan Pengelolaan Keuangan PublikKetentuan Pengelolaan Keuangan PublikKetentuan Pengelolaan Keuangan PublikKetentuan Pengelolaan Keuangan Publik

Pada prinsipnya pengelolaan keuangan publik oleh pemerintah baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pengelolaan

keuangan publik sebagaimana dimaksud adalah mencakup keseluruhan kegiatan

perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban.

(Domai, 2010)

Berkaitan dengan ketentuan pengelolaan tersebut berikut ini akan diuraikan

sebagai berikut :

5.1.15.1.15.1.15.1.1 Anggaran Pendapatan dan BelanjaAnggaran Pendapatan dan BelanjaAnggaran Pendapatan dan BelanjaAnggaran Pendapatan dan Belanja

Anggaran Pendapatan dan Belanja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

anggaran pendapatan dan belanja yang dikelola pemerintah pusat dan anggaran

pendapatan belanja yang dikelola oleh pemerintah daerah.

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran pendapatan dan belanja pemerintah pusat yang disebut Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih. Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah

pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

1) APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setup

tahun ditetapkan dengan undang-undang.

2) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi

kewajiban negara dalam 'tahun anggaran yang bersangkutan harus

dimasukkan dalam APBN.

3) Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran

negara tahun anggaran berikutnya.

5

Page 66: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

66

4) Dalam hal surplus penerimaan negara sebagaimana dimaksud di atas yang

akan digunakan untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada

Perusahaan Negara, pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan terlebih

dahulu dari DPR.

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah yang disebut

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Propinsi/ Kabupaten/ Kota.

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah

daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

1) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap

tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

2) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi

kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus

dimasukkan dalam APBD.

3) Surplus penerimaan daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran

negara/ daerah tahun anggaran berikutnya.

4) Dalam hal surplus penerimaan daerah sebagaimana dimaksud di atas akan

digunakan untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada

Perusahaan Daerah, pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan terlebih

dahulu dari DPRD.

5.1.25.1.25.1.25.1.2 Fungsi APBN Fungsi APBN Fungsi APBN Fungsi APBN dan APBDdan APBDdan APBDdan APBD

APBN/ APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi.

• Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

• Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman

bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

• Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman

untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

• Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk

mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan

efisiensi dan efektivitas perekonomian.

Page 67: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

67

• Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

• Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk

memelihara flan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

5.1.35.1.35.1.35.1.3 Tahun Anggaran, Satuan Hitung, dan Penggunaan Mata Uang lainTahun Anggaran, Satuan Hitung, dan Penggunaan Mata Uang lainTahun Anggaran, Satuan Hitung, dan Penggunaan Mata Uang lainTahun Anggaran, Satuan Hitung, dan Penggunaan Mata Uang lain

a. Tahun Anggaran

Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai

dengan tanggal 31 Desember.

b. Satuan Hitung

Satuan hitung yang dipergunakan dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggung

jawaban APBN / APBD adalah mata uang Rupiah.

c. Penggunaan Mata Uang Lain

Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan APBN/APBD diatur oleh Menteri

Keuangan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

5.25.25.25.2 KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAKEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAKEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAKEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

5.2.15.2.15.2.15.2.1 Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan NegaraPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan NegaraPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan NegaraPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara

Presiden selaku Kepala Pemerintahan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan

keuangan negara ini meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang

bersifat khusus.

• Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum,

strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman

pelaksanaan dan pertanggung jawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan

rencana kerja kementerian negara/ lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta

pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.

• Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/ kebijakan teknis yang

berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di

bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan,

dan penghapusan aset dan piutang negara.

Kekuasaan sebagaimana dimaksud di atas:

a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil

pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

b. Dikuasakan kepada menteri/ pimpinan lembaga selaku Pengelola Anggaran/

Pengguna Barang kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya;

(Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan lembaga adalah lembaga Negara dan

lembaga pemerintah non kementerian negara. Di lingkungan lembaga negara,

Page 68: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

68

yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab

atas pengelolaan keuangan lembaga yang bersangkutan)

c. Diserahkan kepada gubernur/ bupati/ walikota selaku kepala pemerintahan

daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam

kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain

mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Keuangan Negara, kekuasaan atas

pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud di atas digunakan untuk

mencapai tujuan bernegara. Sejalan, dengan itu, dalam rangka penyelenggaraan fungsi

pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara, maka setiap tahunnya disusun APBN

dan APBD (Atep dkk, 2004).

5.2.25.2.25.2.25.2.2 Tugas Menteri Keuangan SeTugas Menteri Keuangan SeTugas Menteri Keuangan SeTugas Menteri Keuangan Selaku Pemegang Kekuasaan Atas Pengelola Fiskallaku Pemegang Kekuasaan Atas Pengelola Fiskallaku Pemegang Kekuasaan Atas Pengelola Fiskallaku Pemegang Kekuasaan Atas Pengelola Fiskal

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri

Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;

b) Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN;

c) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

d) Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

e) Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan

undang-undang;

f) Melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN;

h) Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan

ketentuan undang-undang.

5.2.35.2.35.2.35.2.3 Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna

BaraBaraBaraBarangngngng

Menteri/ pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

b) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c) Melaksanakan anggaran kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya;

d) Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya

ke kas negara;

e) Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian

negara lembaga yang dipimpinnya;

Page 69: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

69

(Piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara bukan pajak yang

pemungutannya menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang

bersangkutan. Utang adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam rangka

pengandaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggung jawab

kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggaran dan/atau

kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undang-undang/ putusan pengadilan)

f) Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya;

g) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/ lembaga

yang dipimpinnya;

(Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka

akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk

prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran)

h) Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan

ketentuan undang-undang.

5.2.45.2.45.2.45.2.4 Kekuasaan Pengelolaan Keuangan DaerahKekuasaan Pengelolaan Keuangan DaerahKekuasaan Pengelolaan Keuangan DaerahKekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Sehubungan dengan pengelolaan keuangan di daerah, Presiden menyerahkan

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepada gubernur/ bupati/ walikota selaku

kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili

pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah tersebut di atas :

1) Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat

pengelola APBD;

2) Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna

anggaran/barang daerah.

5.2.55.2.55.2.55.2.5 Tugas Pejabat Pengelola Keuangan DaerahTugas Pejabat Pengelola Keuangan DaerahTugas Pejabat Pengelola Keuangan DaerahTugas Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;

b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan

Peraturan Daerah;

d. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.

Page 70: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

70

5.2.65.2.65.2.65.2.6 Tugas Kepala Satuan Kerja Perangkat DaerahTugas Kepala Satuan Kerja Perangkat DaerahTugas Kepala Satuan Kerja Perangkat DaerahTugas Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna

anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya;

f. Mengelola barang milik/ kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan

kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah

yang dipimpinnya dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan

keuangan daerah, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.

(Atep dkk, 2004)

5.35.35.35.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud

pengelolaan keuangan negara setiap tahunnya ditetapkan dengan undang-undang, dan

didalamnya terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.

Berikut ini akan diuraikan tentang :

5.3.15.3.15.3.15.3.1 Pendapatan NegaraPendapatan NegaraPendapatan NegaraPendapatan Negara

Pendapatan Negara adalah semua hak pemerintah pusat yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih. Arti Pendapatan Negara secara lebih luas dapat

didefinisikan sebagai semua penerimaan kas umum negara yang menambah ekuitas

dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan, yang menjadi hak pemerintah

pusat, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan negara

terdiri atas :

a. Penerimaan pajak (termasuk bea masuk dan cukai)

b. Penerimaan bukan pajak, dan

c. Hibah.

5.3.25.3.25.3.25.3.2 Belanja NegaraBelanja NegaraBelanja NegaraBelanja Negara

Belanja Negara adalah semua kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih. Jadi, Belanja Negara ini dapat diartikan sebagai

semua pengeluaran kas umum negara yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam

periode tahun anggaran bersangkutan, yang tidak akan diperoleh kembali

pembayarannya oleh pemerintah pusat.

Page 71: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

71

Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan daerah. Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

a. Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan

kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat.

b. Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan

umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup,

perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendi-

dikan, dan perlindungan sosial.

c. Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri

dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,

bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

5.3.35.3.35.3.35.3.3 PembiayaanPembiayaanPembiayaanPembiayaan

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Arti pembiayaan (financing) secara lebih luas dapat didefinisikan sebagai

seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang

perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah

terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus

anggaran.

Penerimaan untuk pembiayaan atau disebut dengan istilah penerimaan

pembiayaan dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi pengeluaran untuk

pembiayaan atau disebut dengan istilah pengeluaran pembiayaan antara lain

digunakan untuk melakukan pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian

pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAHA. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAHA. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAHA. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH I. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

B. BELANJA NEGARAB. BELANJA NEGARAB. BELANJA NEGARAB. BELANJA NEGARA I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja lain-lain

II. Belanja untuk Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. KESEIMBANGAN PRIMERC. KESEIMBANGAN PRIMERC. KESEIMBANGAN PRIMERC. KESEIMBANGAN PRIMER D. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAND. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAND. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAND. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAN E. PEMBIAYAANE. PEMBIAYAANE. PEMBIAYAANE. PEMBIAYAAN

Dalam Atep dkk (2004)

Page 72: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

72

Berikut ini akan dikemukakan tentang :

1)1)1)1) Penyusunan APBNPenyusunan APBNPenyusunan APBNPenyusunan APBN

APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan

negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun

APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan

dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara, penyusunan

Rancangan APBN sebagaimana dimaksud di atas harus berpedoman pada rencana kerja

pemerintah.

Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, maka sumber-sumber pembiayaan

untuk menutup defisit tersebut ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN.

Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto dan

jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto. (Atep dkk, 2004)

Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, pemerintah Pusat dapat

mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Penggunaan surplus anggaran tersebut perlu mempertimbangkan prinsip pertanggung

jawaban antar generasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan

utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Dalam penyusunan rancangan APBN dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Penyampaian Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan

kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan

Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.

Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka

ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah

Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran

berikutnya.

Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,

Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum

dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian

negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

b. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga

selaku pengguna anggaran/ pengguna barang menyusun rencana kerja dan

anggaran kementerian negara / lembaga tahun berikutnya.

Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan

prestasi kerja yang akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran ini harus disertai

Page 73: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

73

dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang

sedang disusun.

Selanjutnya, rencana kerja dan anggaran tersebut disampaikan kepada DPR

untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN. Kemudian,

hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri

Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN

tahun berikutnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran

kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

c. Pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang APBN dan Persetujuan DPR

Pemerintah pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN

untuk tahun anggaran yang akan datang, disertai nota keuangan dan dokumen-

dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya.

Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN tersebut dilakukan

sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. DPR

dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan

pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN sepanjang

perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN yang diusulkan oleh DPR

tersebut tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.

Pengambilan keputusan oleh Dewan mengenai Rancangan Undang-undang

tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun

anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui oleh DPR tersebut

terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang APBN,

maka Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar

angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

2)2)2)2) Pelaksanaan APBNPelaksanaan APBNPelaksanaan APBNPelaksanaan APBN

Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan

lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

a. Pemerintah pusat menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan

prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

b. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas disampaikan kepada DPR

selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk

dibahas bersama antara DPR dan pemerintah pusat.

c. Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/ atau perubahan keadaan dibahas

bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka penyusunan prakiraan

perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:

Page 74: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

74

(1) Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang

digunakan dalam APBN;

(2) Perubahan pokok-pokok kebijakan finansial;

(3) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar

unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

(4) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus

digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

d. Dalam keadaan darurat pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum

tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan

APBN dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pengajuan

pemerintah pusat mengenai rancangan undang-undang tentang pengeluaran

tersebut termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan

dalam Undang-undang tentang APBN yang bersangkutan

e. Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan

sebagaimana dimaksud dalam huruf c di atas untuk mendapatkan persetujuan

DPR, sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

3)3)3)3) Pertanggung jawaban APBNPertanggung jawaban APBNPertanggung jawaban APBNPertanggung jawaban APBN

Sebelum dipertanggung jawaban kepada DPR, laporan keuangan Pemerintah

Pusat, harus diperiksa dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Pemeriksaan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan itu harus diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan

setelah diterimanya dari Pemerintah Pusat.

Catatan:Catatan:Catatan:Catatan:

Tata cara pemeriksaan pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan

negara oleh Badan Pemerika Keuangan didasarkan pada ketentuan pemeriksaan yang

diatur dalam undang-undang tersendiri.

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggung

jawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan tentang keuangan yang telah

diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah

tahun anggaran berakhir.

Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi :

a. Laporan Realisasi APBN,

b. Neraca,

c. Laporan Arus Kas, dan

d. Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan

perusahaan negara dan badan lainnya.

Laporan Realisasi Anggaran, selain menyajikan realisasi pendapatan dan

belanja, juga menjelaskan prestasi kerja setiap kementerian negara / lembaga.

Page 75: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

75

3)3)3)3) Penerimaan Dan Pengeluaran NegaraPenerimaan Dan Pengeluaran NegaraPenerimaan Dan Pengeluaran NegaraPenerimaan Dan Pengeluaran Negara

1.1.1.1. Uraian Penerimaan NegaraUraian Penerimaan NegaraUraian Penerimaan NegaraUraian Penerimaan Negara

Penerimaan atau pendapatan pemerintah (government revenue) terdiri dari

pendapatan dari sektor pajak, bukan pajak, hibah, dan penerimaan pembiayaan.

a. Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan. Dalam Negeri

1. Penerimaan Perpajakan

a. Pajak Dalam Negeri

1) Pajak Penghasilan (migas dan non-migas)

2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah

3) Penerimaan Pajak. Bumi dan Bangunan

4) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

5) Cukai

6) Pajak lainnya

b. Pajak Perdagangan Internasional

1) Bea Masuk

2) Pajak Ekspor

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

1) Penerimaan Sumber Daya Alam

2) Bagian Laba BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

3) PNBP lainnya

3. Hibah

b. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan pemerintah pusat, antara lain berupa:

i. Pinjaman Sektor Perbankan

ii. Privatisasi BUMN

iii. Penjualan Aset

iv. Penjualan Obligasi Pemerintah

v. Pinjaman Luar Negeri

2.2.2.2. Uraian Pengeluaran Negara Uraian Pengeluaran Negara Uraian Pengeluaran Negara Uraian Pengeluaran Negara

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) di Indonesia, pengeluaran

negara/ pemerintah (government expenditure) dibedakan menjadi dua, yaitu

pengeluaran yang dimasukkan sebagai kelompok belanja, dan pengeluaran yang

dimasukkan sebagai kelompok pengeluaran pembiayaan.

a. Belanja Negara

I. Belanja Pemerintahan Pusat

1. Pengeluaran Rutin

Page 76: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

76

a. Belanja Pegawai

b. Belanja Barang

c. Belanja Modal

d. Pembiayaan Bunga Utang

e. Subsidi

f. Belanja Hibah

g. Bantuan Sosial

h. Belanja Lain-lain

2. Pengeluaran Pembangunan

a. Pembiayaan Pembangunan Rupiah

b. Pembiayaan Proyek

II. Dana yang Dialokasikan ke Daerah

1. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang/ Penyesuaian Belanja operasi dan

belanja modal sebagaimana diuraikan di atas disajikan berdasarkan jenis

belanja. Dalam hal belanja disajikan menurut fungsinya seperti contoh

berikut:

Belanja :

• Pelayanan umum;

• Pertahanan;

• Ketertiban dan keamanan;

• Ekonomi;

• Lingkungan hidup;

• Perumahan dan fasilitas umum;

• Kesehatan;

• Pariwisata, budaya, dan agama;

• Pendidikan;

• Perlindungan sosial;

b. Pengeluaran Pembiayaan

1) Pengeluaran Obligasi Pemerintah

2) Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri

3) Pembayaran lain-lain

Page 77: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

77

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Atep A.B. dan Bambang T. (2004) Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah,

PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Kompas – Gramedia Jakarta.

_______ (2004) Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, PT. Elex Media

Komputindo, Kelompok Kompas – Gramedia Jakarta.

_______ (2004) Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, PT. Elex Media

Komputindo, Kelompok Kompas – Gramedia Jakarta

Domai T. (2010) Manajemen Keuangan Publik, UB Press malang

Page 78: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

78

ANGGARAN PUBLIKANGGARAN PUBLIKANGGARAN PUBLIKANGGARAN PUBLIK

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

6.16.16.16.1 ANGGARANANGGARANANGGARANANGGARAN

Dalam dasa warsa terakhir ini persoalan Keuangan Publik merupakan hal yang

sangat potensial bagi setiap Negara, karena Keuangan Publik jika ditinjau secara

perdefinisi sangat luas sekali yaitu semua hak dan kewajiban Negara yang bernilai

uang dan segala sesuatu yang berupa uang atau benda-benda yang menjadi milik

Negara berdasarkan hak-hak itu. Hal ini ditandai didalam Keuangan Publik itu sendiri

selain mengandung unsur-unsur hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan

uang, juga didalamnya dijumpai unsur kekayaan Negara baik uang diurus langsung

Pemerintah maupun kekayaan Negara yang dipisahkan.

Kekayaan Negara yang diurus langsung oleh Pemerintah dituangkan dalam

Anggaran Publik. Jadi Anggaran Publik merupakan alat pelaksana manajemen

Keuangan Publik. Dimana melalui anggaran Publik, kekayaan Negara dapat bertambah

atau berkurang, kekayaan Negara dapat bertambah jika pembangunan proyek-proyek

yang dibiayai selesai dilaksanakan, sedangkan pengeluaran Negara yang membiayai

fungsi regular Pemerintah akan mengurangi uang-uang Negara, dengan demikian

secara otomatis mengurangi kekayaan Negara.

Di lain pihak penerimaan Negara yang bersifat penerimaan dalam Negeri

(pajak dan non pajak dan hibah) dan penerimaan pinjaman (kredit luar negeri dan

hutang/ pinjaman yang berasal dari dalam negeri) bersifat menambah uang-uang

Negara, dan dapat dianggap sebagai menambah kekayaan Negara.

Dapat juga pengurangan uang-uang Negara yang berada dalam Kas Negara

tetapi bersifat menambah kekayaan Negara, misalnya penyertaan modal Pemerintah

pada perusahaan-perusahaan, baik berupa Pemerintah membeli saham-sahamnya

maupun mendirikan sendiri perusahaan-perusahaan Negara. Memperhatikan uraian-

uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwasanya:

(1) Anggaran Publik merupakan alat penggerak untuk melaksanakan manajemen

Keuangan Publik yang dikelola langsung oleh pemerintah, dan

(2) Alat penggerak pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan dilaksanakan

melalui pengurusan Perusahaan-Perusahaan Negara atau badan-badan usaha

6

Page 79: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

79

lainnya, dimana cara bekerjanya sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum

dagang/ perdata ataupun peraturan-peraturan lainnya.

(3) Anggaran Publik merupakan sesuatu kebijaksanaan Pemerintah dalam

menggunakan kekayaan Negara dalam rangka mencapai tujuan Negara/

pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.

(4) Melalui anggaran Publik rakyat dapat mengetahui prioritas-prioritas pembangunan

yang dilaksanakan oleh pemerintah.

(5) Melalui anggaran Publik rakyat juga dapat mengetahui hendak dibawa ke mana

Negara ini selama satu tahun anggaran oleh para penguasa, apakah untuk

pembangunan demi kesejahteraan rakyat atau menambah kemiskinan rakyat.

Pemerintah dalam melaksanakan tugas umum Pemerintah dan pembangunan

sebagaimana dilakukan oleh Departemen-Departemen, lembaga Tinggi Negara,

Sekretaris Negara dan lembaga-lembaga non departemen secara langsung atau tidak

langsung melakukan tindakan yang mengakibatkan beban atas anggaran Publik untuk

itu diperlukan dana untuk membiayai tindakan-tindakan itu.

Hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendapatan dan belanja Negara atau

penerimaan dan pengeluaran Negara telah diatur didalam. Undang-Undang dasar

1945 Bab VIII pasal 23 ayat 1, 2 dan 3, Pasal 23A, 23B, 23C dan 23D.

Pasal 23Pasal 23Pasal 23Pasal 23

1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan

keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat

2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan

oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden. Pemerintah

menjalankan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu

Pasal 23 APasal 23 APasal 23 APasal 23 A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan

undang-undang.

Pasal 23 BPasal 23 BPasal 23 BPasal 23 B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang

Pasal 23 CPasal 23 CPasal 23 CPasal 23 C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.

Page 80: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

80

Pasal 23 DPasal 23 DPasal 23 DPasal 23 D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung

jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

Pasal dan ayat inilah yang menjadi sumber hukum penyusunan anggaran

Publik Republik Indonesia.

Berturut-turut akan dijelaskan tentang : pengertian anggaran, perkembangan

anggaran, fungsi anggaran, sistematika anggaran, klasifikasi anggaran, anggaran dasar

nol serta anggaran pendapatan dan belanja Negara Republik Indonesia (APBN RI)

6.26.26.26.2 PPPPENGERTIAN ANGGARAN PUBLIKENGERTIAN ANGGARAN PUBLIKENGERTIAN ANGGARAN PUBLIKENGERTIAN ANGGARAN PUBLIK

Dalam kehidupan modern, dimana setiap kegiatan atau aktivitas baik untuk

individu, keluarga, organisasi Negara maupun organisasi swasta diperlukan

uang. Kegiatan-kegiatan itu supaya mencapai hasil yang baik perlu direncanakan, baik

untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

Demikian pula masalah keuangan perlu direncanakan dengan baik, mengingat

uang adalah merupakan motor dari setiap kegiatan baik oleh Pemerintah maupun oleh

pihak swasta dan rumah tangga individu. Rencana-rencana kegiatan tersebut kalau

dinilai dengan uang disebut dengan anggaran atau budget dalam bahasa Inggris.

Sejarah istilah anggaran (budget), mula-mula berarti dompet Negara, dimana

didalamnya ada pendapatan-pendapatan dan pengeluaran-pengeluaran Negara. Di

Inggris mula-mula berarti tas kulit Menteri Keuangan yang dibawa ke Parlemen

dimana didalamnya berisi rencana-rencana akhirnya berarti dokumen yang ada

didalamnya tas kulit tadi (Domai, T. 2010)

Dari uraian di atas dapatlah dikemukakan tentang pengertian anggaran

(budget) dari para pakar yaitu:

1. Due et al., (1984) dalam bukunya “Government Finance of Economic Analysis of

the Public Sector” mengemukakan sebagai berikut:

Anggaran Belanja dapat dirumuskan sebagai rencana keuangan yang dipakai

sebagai dasar untuk pengambilan keputusan mengenai pengeluaran serta

pengawasan lebih lanjut.

2. Menurut Azmy Achir (1975) dalam bukunya masalah Pengurusan Keuangan

Negara : Suatu Pengantar teknis yang mengutip dari beberapa pendapat para pakar

yaitu:

• Welsch : Anggaran adalah suatu bentuk statement dari pada rencana dan

kebijaksanaan management yang dipakai dalam suatu periode tertentu sebagai

petunjuk atau “blue print” dalam periode itu.

Page 81: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

81

• Bukhari : Anggaran merupakan kompas yang menunjuk arah yang harus

dianut oleh Pemerintah didalam menjalankan administrasi keuangan dan

sekaligus merupakan roda yang dapat mengemudikan arah itu.

• Marsono, anggaran ialah suatu rencana pekerjaan keuangan yang pada satu

pihak mengandung jumlah pengeluaran yang sebesar-besarnya yang mungkin

diperlukan untuk membiayai kepentingan. Negara pada suatu masa depan, dan

pada pihak lain perkiraan pendapatan (penerimaan) yang mungkin dapat

diterima dalam masa tersebut.

3. Menurut pendapat dari Badri (1983) :

• Anggaran adalah : rencana yang memuat taksiran-taksiran dari pada

pengeluaran Negara, yang diusulkan untuk periode tertentu dan maksud

tertentu serta pendapatan-pendapatan yang diharapkan untuk membiayai -

pengeluaran-pengeluaran tadi. Disini tekanannya pada taksiran-taksiran yang

berwujud angka-angka uang.

4. Ichwan (1989) memberikan pengertian anggaran secara sederhana adalah rencana

kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka uang), yang akan dijalankan

untuk masa mendatang lazimnya satu tahun.

5. Menurut Hadi (1976) dalam bukunya : Ikhtisar Administrasi Keuangan Republik

Indonesia.

Budget adalah anggaran belanja Negara (APBN) dalam arti formil material dan

kebijaksanaan Pemerintah.

6. Menurut Geodhart (1982) dalam bukunya:

Garis-garis besar ilmu keuangan Negara Anggaran Negara biasanya digunakan

untuk menamai perkiraan normatif daripada semua pengeluaran Negara dan alat-

alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran mengenai sesuatu

jangka waktu tertentu di masa yang akan datang yang pada waktu-waktu yang

teratur disusun secara sistematis. Dengan demikian anggaran Negara itu

dirumuskan dalam arti sosial ekonomis, sebagai rencana keuangan.

Dipandang dari sudut hukum tata Negara, anggaran Negara dapat dirumuskan

sebagai keseluruhan Undang-Undang yang ditetapkan secara periodik yang

memberi kuasa kepada kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan pengeluaran

mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat-alat pembiayaan yang

diperlukan untuk menutuk pengeluaran tersebut.

7. Menurut Suparmoko (1986) dalam bukunya

Keuangan Negara : dalam teori dan praktek yang dimaksud dengan anggaran

(budget) ialah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan

dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu yang biasa

adalah satu tahun.

Page 82: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

82

Lebih lanjut dikemukakan oleh Suparmoko pada pokoknya budget harus

mencerminkan politik pengeluaran Pemerintah yang rasional baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif sehingga akan terlihat bahwa :

a) Ada pertanggung jawab pemungutan pajak dan lain-lain pungutan oleh

Pemerintah, misalnya untuk memperlancar proses pembangunan ekonomi.

b) Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan dana dan

penarikannya.

c) Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai

pertimbangan didalam menentukan pola penerimaan pemerintah yang pada

akhirnya menentukan pula tingkat distribusi penghasilan dalam

perekonomian.

8. Tjahjanulin (2010) Budget dalam arti sempit mengandung arti anggaran publik,

sebagai rencana kerja keuangan (planning).

Dalam arti luas atau internasional budget mempunyai arti anggaran publik

(sebagai planning atau Voor calculatie) dan perhitungan anggaran sebagai hasil

daripada anggaran yang telah dijalankan (Na calculatie).

9. Menurut Suharyanto (2005) Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara

sistematis; yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit

(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan

datang. Anggaran (budget) juga dimaksudkan sebagai pernyataan mengenai

estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang

dinyatakan dalam ukuran financial. Dengan pengertian tersebut, maka unsur-

unsur yang terdapat dalam anggaran adalah sebagai berikut:

1) Rencana, suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang

akan dilakukan di waktu yang akan datang. Rencana yang disusun merupakan

kegiatan yang mempunyai spesifikasi khusus dan disusun secara sistematis.

Beberapa alasan yang mendorong penyusunan anggaran:

a) Waktu yang akan datang penuh dengan ketidakpastian

b) Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai alternatif pilihan

c) Rencana diperlukan sebagai pedoman kerja di waktu yang akan datang

d) Rencana diperlukan sebagai alat koordinasi seluruh kegiatan yang ada di

masing-masing lembaga tersebut

e) Rencana diperlukan sebagai alat pengawasan terhadap pelaksanaan

kegiatan-kegiatan lembaga

2) Meliputi seluruh kegiatan lembaga, yaitu mencakup semua kegiatan yang

dilakukan oleh semua bagian yang ada di lembaga tersebut.

3) Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan

pada berbagai kegiatan lembaga yang beraneka ragam. Untuk di Indonesia unit

Page 83: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

83

yang berlaku adalah rupiah. Dengan adanya persamaan unit satuan tersebut

maka dimungkinkan untuk melakukan perbandingan antara satu anggaran

dengan yang lainnya dan untuk melakukan analisis lebih lanjut.

4) Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa

berlakunya anggaran untuk masa yang akan datang. Sehingga dua hal yang

harus dimuat dalam anggaran adalah taksiran-taksiran (forecast) tentang apa

yang akan dilakukan/ kegiatan apa yang akan dilakukan di masa yang akan

datang. Dalam kaitannya dengan waktu, anggaran dibagi dalam dua macam,

yaitu:

a) Anggaran strategis

Adalah anggaran yang berlaku untuk jangka panjang, yaitu jangka waktu

yang melebihi satu periode akuntansi (melebihi satu tahun)

b) Anggaran taktis

Adalah anggaran yang berlaku untuk jangka waktu pendek, yaitu satu

periode akuntansi atau kurang. Anggaran yang disusun untuk satu periode

akuntansi dinamakan anggaran periodik, sedangkan anggaran yang

disusun untuk kurang dari satu periode akuntansi dinamakan anggaran

bertahap

5) Adapun beberapa pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan jangka

waktu anggaran adalah sebagai berikut:

Jangkauan pelayanan, posisi lembaga dalam persaingan, jenis dan kualitas

produk pelayanan, tersedianya data/ informasi untuk melakukan forecasting

dan keadaan perekonomian pada umumnya.

Anggaran publik menurut Suharyanto (2005) adalah rencana kegiatan yang

direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam

satuan moneter

• Suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi

publik yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas

• Suatu rencana finansial yang menyatakan

(1) Berapa biaya atas rencana pengeluaran/ belanja yang dibuat

(2) Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai

rencana aktivitas

• Blue print keberadaan (keuangan) sebuah negara dan merupakan arahan di

masa yang akan datang

Dari pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan tentang anggaran Publik

adalah :

a) Anggaran merupakan gambaran kebijaksanaan Pemerintah yang tercermin dalam

angka-angka, selama satu tahun anggaran.

Page 84: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

84

b) Perkiraan jumlah tertinggi Belanja/ Pengeluaran Negara yang dibutuhkan oleh

Pemerintah dalam satu periode tertentu (lazimnya satu tahun)

c) Perkiraan jumlah pendapatan Negara yang diperlukan oleh pemerintah membiayai

beban/ pengeluaran Pemerintah dalam satu periode tertentu (lazimnya satu

tahun).

d) Dengan adanya anggaran publik dapat diketahui sektor-sektor mana yang paling

diprioritaskan oleh pemerintah dalam tahun anggaran tersebut.

e) Melalui anggaran Negara rakyat dapat mengetahui akan dibawa ke mana kekayaan

Negara ini olah para penguasa negara selama satu tahun anggaran.

Pentingnya Anggaran :Pentingnya Anggaran :Pentingnya Anggaran :Pentingnya Anggaran :

• Alat ekonomi pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial-ekonomi,

keseimbangan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat

• Adanya keterbatasan sumberdaya (scarcity of resources) dan pilihan (choice)

• Menjadi instrumen akuntabilitas publik

Beberapa alasan pentingnya anggaran :

• Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan

pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan

kualitas hidup masyarakat.

• Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang

senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan sumber daya sangat terbatas.

Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya, pilihan

dan trade off.

• Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung

jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen

pelaksana akuntabilitas.

6.36.36.36.3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN NEGARAMAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN NEGARAMAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN NEGARAMAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN NEGARA

Untuk memberikan gambaran tentang maksud dan tujuan anggaran Negara

dapat dikemukakan sebagai berikut :

Menurut pendapat Mosher dalam Badri (1983) :

(1) Kategori Policy dari sudut badan legislatif yang mengambil keputusan anggaran

tujuannya:

• Kesempatan legislatif menilai tujuan Pemerintah.

• Memudahkan legislatif membanding-bandingkan tujuan Pemerintah yang

beraneka dan biaya-biayanya.

• Dasar menguji peranan Pemerintah dalam masyarakat.

Page 85: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

85

• Sebagai dasar bagi ketentuan pengawasan legislatif yang bersifat demokratis.

(2) Kategori Administratur: dari sudut alat menjalankan kebijaksanaan Pemerintah/

eksekutif secara legal dan efisien. Tujuannya:

• Memberi dasar hukum bagi pengeluaran-pengeluaran dan

penerimaan-penerimaan.

• Memberi kerangka perhitungan.

• Mengujian kembali operasi-operasi Pemerintah dari sudut efisiensi dan segi

ekonomisnya.

Disamping itu pula tujuan umum dari anggaran Publik adalah untuk

kemakmuran masyarakat.

Berdasarkan pendapat Domai (2010) Tujuan dan maksud anggaran Publik

adalah:

(1) Memanfaatkan semaksimal mungkin sumber-sumber pendapatan dari suatu

Negara.

(2) Setiap anggaran Publik yang dibuat/disusun diusahakan perbaikan-perbaikan dari

anggaran Publik sebelumnya.

(3) Sebagai landasan formal dari suatu kegiatan yang lebih terarah dan teratur dan

memudahkan untuk melakukan pengawasan.

(4) Memudahkan koordinasi dari masing-masing departemen dan dapat diarahkan

sesuai dengan apa yang diprioritaskan dan dituju oleh Negara.

(5) Untuk menampung dan menganalisis serta memudahkan dalam pengambilan

keputusan tentang alokasi pembiayaan terhadap proyek-proyek atau kebutuhan

lainnya yang diajukan oleh masing-masing Departemen, lebih terarah dan

terkendali.

6.46.46.46.4 AZASAZASAZASAZAS----AZAS ANGGARANAZAS ANGGARANAZAS ANGGARANAZAS ANGGARAN

Dalam menyusun atau membuat anggaran perlu diperhatikan beberapa asas

atau prinsip. Menurut Burkhead dalam Badri (1983) tentang asas-asas anggaran yang

ideal menyatakan yaitu:

a. Anggaran harus bersifat Comprehensiveness, maksud anggaran harus mencakup

seluruh kegiatan Keuangan Pemerintah dengan kata lain meliputi semua

pendapatan/ penerimaan dan pengeluaran harus dimasukkan dalam anggaran.

b. Exclusiveness (tidak termasuk yang lain dari pada keuangan) hanya yang

berhubungan dengan soal keuangan saja.

c. Unity/Bruto/Universalitas : maksud memuat pendapat kotor dan pengeluaran

kotor (bukan Nettonya).

d. Annuality, pada prinsipnya anggaran harus dibuat tiap-tiap tahun, meliputi satu

tahun dinas.

Page 86: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

86

e. Accuracy maksudnya anggaran harus dibuat, disusun ditaksir dengan teliti dan

cermat serta hati-hati.

f. Clarity dan publicity : maksudnya dalam membuat dan menyusun anggaran harus

jelas sasarannya, mudah dipahami serta dimengerti dan dapat diumumkan secara

luas.

Menurut pendapat Domai (2010) yang mengatakan bahwa asas-asas anggaran

adalah asas hasil sintesa dari bermacam-macam segi, sebagai tongkat ukuran yang

dipakai pada kategori administrasi, bukan sebagai keharusan. Untuk itu haruslah :

a. Asas-asas pertanggung jawaban, maksud harus ada tanggung jawab terhadap

pelaksanaan tugas dan penggunaan sumber-sumber uang.

b. Wewenang tanggung jawab harus didelegasikan sampai tingkat operasi.

c. Hak suara utama diberikan pada yang bertanggung jawab melaksanakan tugas

dan juga menaksir sumber-sumber biaya.

d. Kesatuan komando (Unity of Command) Pegawai yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan menerima wewenang atau tanggung jawab dari 1 (satu) orang

sebagai sumber program dan biaya-biayanya.

e. Diparsatukan : tanggung jawab keuangan dan sumber-sumber keuangan

disatukan dengan tanggung jawab program pelaksanaannya.

f. Metode/kreteria : Hal ini harus ditetapkan agar tiap-tiap pegawai bertanggung

jawab pada tugas dan biaya yang dikeluarkan, demikian juga kreteria bagi

pegawai yang lain.

g. Dibuat sungguh-sungguh tanggung jawab dengan cara : dihargai bila pekerjaan

hasilnya baik dan diberi hukuman bila pekerjaannya buruk.

Lebih lanjut dikatakan asas-asas anggaran menurut meliputi yaitu :

a) Program dan penganggaran : antara program kerja dan lapangan keuangan harus

ada hubungan.

b) Fiscal Policy dan The Budget : anggaran harus sebagian dari pada politik ekonomi

negara.

c) Flexibility : maksudnya badan eksekutif diberi hak/ alat mengurus anggaran sesuai

dengan keinginan legeslatif.

d) Principle of Economy dalam budget proses: Pengeluaran-pengeluaran/ biaya tidak

boleh melebihi biaya wajar.

6.56.56.56.5 SIFAT ANGGARANSIFAT ANGGARANSIFAT ANGGARANSIFAT ANGGARAN

Pada dasarnya anggaran menurut sifatnya dapat dibedakan atas:

a. Anggaran biasa yang dimaksud dengan anggaran biasa adalah rencana kegiatan

yang dinilai dengan uang baik penerimaan ataupun pengeluaran untuk mencapai

tujuan dalam waktu yang telah ditentukan dan mempunyai sifat yang selalu atau

Page 87: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

87

sering dilakukan. Anggaran biasa dapat dibedakan menjadi penerimaan biasa dan

pengeluaran biasa.

b. Anggaran luar biasa

Yang dimaksud dengan anggaran luar biasa adalah rencana kegiatan yang

dinilai dengan uang baik penerimaan luar biasa maupun pengeluaran luar biasa

untuk mencapai tujuan dalam waktu yang telah ditentukan dan mempunyai sifat

yang luar biasa artinya dana luar biasa tersebut diterima dan dipergunakan khusus

untuk pengeluaran pembangunan/ bencana.

Anggaran luar biasa dapat dibedakan menjadi penerimaan luar biasa dan

pengeluaran luar biasa.

6.66.66.66.6 FUNGSI ANGGARANFUNGSI ANGGARANFUNGSI ANGGARANFUNGSI ANGGARAN

Anggaran mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Alat perencanaan

Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan untuk mencapai tujuan

organisasi, yang berisikan rencana-rencana kegiatan/ program yang akan

dilaksanakan, rencana biaya yang akan dikeluarkan dan hasil yang akan dicapai.

Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk :

(a) Merumuskan tujuan dan sasaran agar sesuai dengan visi dan misi yang

diterapkan

(b) Merencanakan berbagai program/ kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi

serta merencanakan alternatif sumber pembiayaan

(c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

(d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

b. Alat pengendalian

Anggaran berfungsi sebagai media yang penting untuk menghubungkan

antara proses perencanaan dan pelaksanaan. Anggaran memberikan kerangka dan

(sekaligus) rambu-rambu yang mengendalikan penerimaan dan pengeluaran yang

dilakukan oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan kepada publik,

sehingga pemborosan-pemborosan dapat dihindari. Anggaran sebagai alat

pengendalian digunakan untuk :

a) Menghindari adanya over-spending, under-spending dan salah sasaran

pembiayaan pada kegiatan/ program yang bukan prioritas

b) Memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional kegiatan/ program

pemerintah

c) Meyakinkan kepada pihak masyarakat dan lembaga legislatif bahwa

pemerintah mempunyai dana yang cukup untuk melaksanakan kewajibannya

Page 88: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

88

d) Memberikan informasi bahwa pelaksanaan kegiatan/program dapat berjalan

dengan efisien dan efektif serta tanpa ada pemborosan maupun korupsi

c. Alat kebijakan fiskal

Anggaran digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk menstabilkan

perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran pemerintah yang

memuat arah kebijakan fiskal pemerintah, dapat dilakukan prediksi-prediksi dan

estimasi ekonomi yang digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan

mengkoordinasikan ke ekonomi masyarakat.

d. Alat politik

Anggaran merupakan salah satu bentuk komitmen lembaga eksekutif dan

kesepakatan lembaga legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan

tertentu. Oleh karena itu penyusunan anggaran membutuhkan kemampuan politik,

maupun koalisi, keahlian bernegosiasi dan pemahaman tertentu mengelola

keuangan publik. Hal ini didasarkan pada logika dan kenyataan bahwa kegagalan

pelaksanaan anggaran dapat menjatuhkan kredibilitas pemerintah (dan lembaga

legislatif) serta hilangnya kekuasaan politik yang sebelumnya dipegang.

e. Alat koordinasi dan komunikasi

Anggaran tidak hanya memuat kegiatan/program dari suatu instansi atau

departemen, melainkan melibatkan seluruh departemen bahkan hingga unit kerja

(pelaksana) pada level terbawah dalam struktur pemerintahan. Sehingga anggaran

dapat berfungsi sebagai alat untuk berkoordinasi dan berkomunikasi antar bagian

lembaga eksekutif dalam pelaksanaan kegiatan/ program yang termuat dalam

anggaran.

f. Alat motivasi

Anggaran sebagai alat motivasi bagi pelaksanaanya agar bekerja secara

ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai target atau tujuan yang telah

ditetapkan. Untuk itu, anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat

dicapai (challenging but attainable) atau berisikan tuntutan namun bisa dijalankan

(demanding but achievable).

g. Alat penilai kerja

Anggaran merupakan wujud komitmen antara lembaga eksekutif dan

lembaga legislatif. Sehingga kinerja lembaga eksekutif akan dinilai oleh lembaga

legislatif berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan

anggaran. Sedangkan kinerja manajer publik dinilai berdasarkan target yang dapat

dicapai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu anggaran

merupakan alat untuk mengendalikan dan menilai kinerja pemerintah.

Mengutip pendapat dari Azmy Achir (1975) menurut fungsinya anggaran

dapat dibedakan yaitu:

Page 89: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

89

a. Anggaran berfungsi sebagai tata usaha anggaran yang demikian biasanya berlaku

bagi Negara-Negara yang memakai Pemerintahan Monarchi Absolut atau bersifat

otoriter/ diktator.

Dalam hal ini fungsi anggaran hanya untuk mengetahui pencatatan

pengeluaran dan pemasukan keuangan guna dipakai untuk membuat perencanaan

maupun pertanggung jawab keuangan dan hanya untuk kepentingan penguasa

saja. Dengan kata lain semua kekuasaan keuangan berada pada satu tangan

penguasa.

b. Anggaran berfungsi ketata Negaraan, timbulnya pada saat pemerintah demokratis

yaitu pada pemerintahan yang menganut ajaran Trias politica, dalam hal ini

sahnya anggaran dapat dijalankan kalau sudah ada persetujuan dari badan

legeslatif atau Dewan Perwakilan Rakyat.

Anggaran disini tidak sebagai ketentuan Tata Usaha saja, tetapi sebagai suatu

kegiatan yang harus dijalankan oleh lembaga eksekutif yang dinilai dengan uang.

Dalam anggaran yang demikian itu baik penerimaan atau pengeluaran

adalah produk politik dari pemerintah yang berkuasa, tujuannya adalah untuk

kemakmuran rakyat.

c. Anggaran berfungsi sebagai hukum, dapat dipahami dengan adanya persetujuan

rencana anggaran menjadi Undang-undang yang harus mendapatkan persetujuan

dari Dewan Perwakilan Rakyat, hal ini ditemui dalam pasal 23 UUD 1945 ayat 1,

2, dan 3 yang berbunyi sebagai berikut:

1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan

keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat

2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan

oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden. Pemerintah

menjalankan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu

Dengan kata lain anggaran yang dijalankan berdasarkan Undang-Undang

yang sedang berlaku.

d. Anggaran berfungsi sebagai materiil

Anggaran yang berfungsi sebagai materiil tidak lain merupakan gambaran

perencanaan yang memuat rencana-rencana keuangan, dimana termuat jumlah

yang setinggi-tingginya untuk membiayai tugas-tugas negara disegala bidang serta

memuat pula jumlah dari sumber-sumber pendapatan Negara yang diperkirakan

Page 90: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

90

dapat diterima yang digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran Negara

yang telah dilaksanakan.

Disamping keempat hal tersebut diatas ditambahkan pula oleh Azmy Achir

yaitu anggaran berfungsi sosial ekonomi, maksudnya adalah penunjukkan bahwa

kegiatan-kegiatan Pemerintah didalam anggarannya sedikit banyak didalamnya

tercermin pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan sosial, selain itu tercermin

pula kegiatan-kegiatan pengeluaran yang bersifat ekonomis misalnya

pembangunan proyek bendungan, listrik, jalan tol dan sebagainya.

Disamping itu pula menurut pendapat dari Ichwan (1989) dalam bukunya

administrasi Keuangan Negara : Suatu pengantar pengelolaan anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara mengemukakan fungsi anggaran diantaranya ada

tiga, yakni :

1) Fungsi Hukum (Formil)

Dalam anggaran Negara yang berfungsi hukum diwujudkan dalam

bentuk Undang-Undang Anggaran pendapatan dan Belanja Negara yang

ditetapkan sebagai Undang-Undang berarti mempunyai fungsi hukum, dalam

hal ini berarti Badan Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat) memberikan kuasa

kepada Badan Eksekutif (Pemerintah) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

dan proyek-proyek pembangunan yang ditetapkan dalam anggaran yang mana

sumber pembiayaannya berasal dari anggaran penerimaan/pendapatan.

Disamping itu pula anggaran berfungsi sebagai fungsi hukum adalah sebagai

alat untuk membatasi ruang gerak Pemerintah, yang mana dalam pengeluaran

yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah, tidak boleh melampaui batas

anggaran.

2) Fungsi Materiil

Dalam anggaran yang berfungsi materiil anggaran Negara merupakan

suatu rencana (Planning) yang diwujudkan dalam nilai mata uang di satu

pihak berisi jumlah-jumlah pengeluaran (belanja) Negara yang setinggi-

tingginya. Untuk membiayai kegiatan-kegiatan proyek-proyek pembangunan

Pemerintah untuk masa satu tahun mendatang, di lain pihak berisi jumlah-

jumlah dari sumber-sumber penerimaan/ pendapatan Negara, yang

diperkirakan akan dapat diterima selama masa satu tahun mendatang untuk

menutup pengeluaran-pengeluaran Negara tersebut.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa perlu pula diketahui walaupun

anggaran Negara sudah ditentukan dengan Undang-Undang, namun anggaran

Negara tersebut tetap berfungsi sebagai “rencana”. Apabila antara rencana dan

realisasinya tidak sesuai karena terjadi perubahan-perubahan keadaan baik

intern maupun ekstern maka rencana tersebut perlu disesuaikan dengan

Page 91: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

91

keadaan tersebut. Penyesuaian tersebut tetap memperhatikan fungsi hukum

dari anggaran yakni dengan diadakan pembahasan-pembahasan antara

Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang pada akhirnya

menghasilkan Undang-Undang tentang tambahan dan perubahan anggaran

pendapatan dan belanja Negara.

3) Fungsi Kebijaksanaan.

Anggaran Negara berfungsi kebijaksanaan berarti anggaran Negara

menggambarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan dilaksanakan atau

dijalankan oleh Pemerintah untuk masa satu tahun mendatang.

6.76.76.76.7 KEGIATAN ANGGARANKEGIATAN ANGGARANKEGIATAN ANGGARANKEGIATAN ANGGARAN

Anggaran Publik khususnya di Indonesia menurut kegiatannya dapat

dibedakan menjadi:

a. Anggaran Negara yaitu anggaran yang harus disusun oleh Negara (Pemerintah)

setiap tahun.

Anggaran Negara menurut kegiatannya dibedakan lagi atas:

a) Anggaran Pemerintah pusat yaitu anggaran yang dikuasai dan dikelola oleh

Pemerintah Pusat yang dipimpin oleh Presiden.

b) Anggaran Daerah Provinsi yaitu anggaran yang dikuasai dan dikelola oleh

Gubernur.

c) Anggaran Daerah Kabupaten/Kota yaitu anggaran yang dikuasai dan dikelola

oleh Bupati atau Walikota sebagai Kepala Daerah.

d) Anggaran Kecamatan yaitu anggaran yang dikuasai dan dikelola oleh Camat

selaku Kepala Kecamatan.

e) Anggaran Desa yaitu anggaran yang dikuasai dan dikelola oleh Kepala Desa,

kecuali Kelurahan.

b. Anggaran Perusahaan Negara yaitu anggaran yang disusun dan dikelola/ dikuasai

oleh Perusahaan-perusahaan milik Negara.

Anggaran Perusahaan Negara dapat dibedakan pula atas; yaitu:

a) Anggaran Perusahaan Negara yang dikelola dan dikuasai oleh Pemerintah Pusat

(Departemen-Departemen).

b) Anggaran Perusahaan Daerah Provinsi yang dikelola dan dikuasai oleh

Gubernur Kepala Daerah.

c) Anggaran Perusahaan Daerah Kabupaten/Kota yang dikelola dan dikuasai oleh

Bupati atau Walikota.

Page 92: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

92

6.86.86.86.8 KEWENANGAN DALAM MEMBUAT KEWENANGAN DALAM MEMBUAT KEWENANGAN DALAM MEMBUAT KEWENANGAN DALAM MEMBUAT ANGGARANANGGARANANGGARANANGGARAN

Pada prinsipnya secara umum kita mengenal ada 3 (tiga) kewenangan didalam

membuat anggaran Negara.

Mengutip pendapat dari Badri (1984) dalam bukunya Administrasi Keuangan

Negara di Indonesia mengatakan ada 3 (tiga) tipe kewenangan dalam membuat

anggaran yaitu:

1. Tipe Legislatif yaitu kewenangan dalam membuat anggaran ada pada badan

Legislatif.

2. Tipe Eksekutif yaitu kewenangan dalam membuat anggaran ada pada badan

Eksekutif.

3. Tipe Panitia/ Komite/ Badan yaitu dimana anggota-anggota komite/ Panitia/

badan tersebut diambil dari golongan legislatif, pegawai administrasi pembantu-

pembantu eksekutif (jadi bersifat, campuran)

Dari ketiga tipe kewenangan dalam pembuatan anggaran tersebut di atas pada

umumnya tipe eksekutiflah yang paling banyak dipergunakan. Hal ini disebabkan

karena :

1. Eksekutif relatif sedikit dipengaruhi orang-orang.

2. Dari segi prestise eksekutif lebih besar.

3. Dari segi tanggung jawab eksekutif lebih besar.

4. Eksekutif selaku pelaksana dari pada kegiatan Pemerintahan lebih memahami

secara operasional kegiatan-kegiatan Pemerintah.

5. Sifat anggaran administratif sehingga lebih dekat pada eksekutif.

6. Eksekutif pada dasarnya adalah petugas manajemen sedangkan anggaran adalah

alat dari pada manajemen.

7. Sekaligus sebagai alat pengawasan eksekutif.

8. Eksekutif mempunyai susunan vertikal yang lebih komplit.

9. Anggota/ personil dari Eksekutif lebih banyak.

10. Eksekutif dalam hal ini presiden adalah selaku Kepala Negara/ Kepala Pemerintah

dan mewakili kewenangan dalam memimpin dan memanfaatkan kekayaan Negara

(Keuangan Negara) demi kepentingan masyarakat banyak.

Di Indonesia pada prinsipnya menganut tipe Eksekutif hal ini nampak termuat

dalam pasal 23 ayat 1, 2, 3 Undang-Undang Dasar 1945 mengatakan :

1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan

keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat

Page 93: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

93

2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan

oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden. Pemerintah

menjalankan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu

Dari kalimat apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui/ setuju nyata

disini bahwa yang membuat/ menyusun rencana Undang-Undang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Pemerintah (Eksekutif).

6.96.96.96.9 TAHUN ANGGARANTAHUN ANGGARANTAHUN ANGGARANTAHUN ANGGARAN

Selain tahun anggaran ada beberapa istilah lain lagi yang dapat digunakan

untuk menunjukkan tahun anggaran antara lain:

a. Tahun Dinas

b. Tahun Fiskal

Adapun pengertian dari tahun anggaran/ tahun dinas/ tahun fiskal adalah

jangka waktu (satu tahun) selama anggaran dijalankan. Secara umum kita mengenal

ada tiga macam tahun dinas/ anggaran yaitu:

1. Tahun Kalender ini biasanya dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal

31 Desember dalam tahun yang sama. Tahun Kalender ini dipakai di Indonesia.

2. Bukan tahun Kalender contoh seperti Indonesia pernah dimulai tanggal 1 April dan

berakhir tanggal 31 Maret tahun yang akan datang. Amerika Serikat mulai tanggal

1 Juli sampai dengan tanggal 31 Juni tahun yang akan datang.

3. Anggaran jangka panjang hal ini biasanya lebih dari satu tahun (5 tahun) biasanya

hal ini berhubungan dengan proyek-proyek pembangunan.

Adapun istilah Inggrisnya adalah Long term Budget lawan dari istilah tersebut

adalah Current Budget.

Seperti yang kita ketahui bahwa setiap anggaran ada permulaan dan ada

akhirnya. Mengenai tahun anggaran dapat dikelompokkan menjadi tiga sistem atau

teknik yaitu:

1. Sistem mandat.

Dasar dari sistem mandat dalam menentukan tahun anggaran yang akan

dibebankan dengan sesuatu pengeluaran, ialah hak yang diperoleh atas tagihan itu

terhadap Negara terlebih dahulu kita harus menyelidiki/ mengetahui bila hak itu

diperoleh seseorang penagih.

Tahun anggaran dalam sistem ini berlangsung dari tanggal 1 Januari

sampai dengan akhir bulan Juni tahun berikutnya. Jadi tahun anggaran selama 1

tahun 6 bulan.

Page 94: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

94

2. Sistem Kas.

Perubahan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar No.17 Tahun

2003 Tahun anggaran sama dengan tahun takwin yaitu dari tanggal 1 Januari

sampai dengan tanggal 31 Desember dalam tahun yang sama. Untuk

membebankan sesuatu pengeluaran Negara sesuai dengan tanggal dan tahun uang

tersebut dikeluarkan oleh Negara.

Menurut pendapat dari Badri (1984) mengemukakan tentang tahun anggaran

(teknik/ sistem) adalah sebagai berikut :

1. Fiscal Year System/ Financial Year System (Sistem Kas)

Mulai tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010 (contoh

Inggris)

a) Yang boleh masuk rekening-rekening, yang tersebut dan dibebankan anggaran

tahun 2010 (tergantung realita kaluarnya uang Kas)

b) Sesudah tanggal 31 Desember 2010 tersebut rekening-rekening masuk tahun

dinas yang akan datang dan dibebankan anggaran tahun yang akan datang.

2. Budget Year System (sistem mandat penuh)

Umpama 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010 Kas buka terus

(contoh Prancis).

a) Semua rekening-rekening pembayaran hutang tahun dinas yang bersangkutan

masuk anggaran tahun dinas yang bersangkutan (tentang keluarnya budget/

mandat)

Umpama membayar tanggal 1 Mei 2010 boleh tapi masuk anggaran tahun

2010.

b) Alternatif-alternatifnya ada 2 (dua) yaitu:

1. Rekening tahun dinas yang bersangkutan terus dibuka sampai hutang-

hutang tahun dinas yang bersangkutan lunas.

2. Rekening tahun dinas yang bersangkutan ada 2 (dua) yaitu:

• Tunai

• Hutang-hutang yang belum lunas

Alternatif nomor 2 (dua) ini mengakibatkan administrasi yang complek,

maka yang Bering dipakai alternatif nomor 1.

3. Limited Budget Year System (Sistem mandat terbatas). Contoh Belanda.

Umpama tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010, tetap dibuka

sampai dengan 6 (enam) bulan. Rekening-rekening sampai tahun dinas 31

Desember 2010 tetap dibuka sampai dengan batas waktu.

Page 95: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

95

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Azmy. A (1975) Masalah Pengurusan Keuangan Negara Suatu Pengantar Teknis.

Julianti Bandung

_______ (1975) Masalah Pengurusan Keuangan Negara. Suatu Pengantar Teknis,

Julianti Bandung

Badri S. (1983) Administrasi Keuangan Negara, UGM Yogyakarta

_______ (1989) Administrasi Keuangan Negara, UGM Yogyakarta

_______ (1989) Administrasi Keuangan Negara, UGM Yogyakarta

_______ (1984) Administrasi Keuangan Negara, UGM Yogyakarta

Domai T. (2010) Manajemen Keuangan Publik, UB Press Malang

_______ (2010) Manajemen Keuangan Publik, UB Press Malang

_______ (2010) Manajemen Keuangan Publik, UB Press malang

_______ (2010) Manajemen Keuangan Publik, UB Press Malang

Due et al (1984) Keuangan Negara Perekonomian Sektor Publik, Terjemahan Ellen G. &

Rudy S. Penerbit Erlangga Jakarta

Geodhart C. (1982) Garis-garis besar Ilmu Keuangan Negara. Terjemahan Ratmoko,

Jambatan Cetakan Kedua Jakarta

Hadi (1975) Ikhtisar Administrasi Keuangan Negara, Diktat Kuliah Tanpa Penerbit

Ichwan M (1989) Administrasi Keuangan Negara. Suatu Pengantar Pengelolaan APBN.

Liberty Yogyakarta

_______ (1989) Administrasi Keuangan Negara : Suatu Pengantar Pengelolaan APBN,

Liberty Yogyakarta

Mosher dikutip Badri (1983) Administrasi Keuangan Negara, UGM Yogyakarta

Suharyanto H. (2005) Anggaran Berbasis Kinerja Konsep dan Aplikasi. Konsep

Anggaran Kinerja Program MAP, UGM Yogyakarta

Suparmoko (1989) Keuangan Negara dalam Praktek BPFE Yogyakarta

Page 96: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

96

BAB BAB BAB BAB

Kementrian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kementrian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kementrian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kementrian Dalam Negeri Direktorat Jenderal

Bina Administrasi Keuangan DaerahBina Administrasi Keuangan DaerahBina Administrasi Keuangan DaerahBina Administrasi Keuangan Daerah

7.1 Perencanaan Dan Penganggaran7.1 Perencanaan Dan Penganggaran7.1 Perencanaan Dan Penganggaran7.1 Perencanaan Dan Penganggaran

Gambar Landasan PemikiranGambar Landasan PemikiranGambar Landasan PemikiranGambar Landasan Pemikiran

Esensi dari landasan pemikiran pemerintah daerah yaitu :

Bagaimana wewenang hak dan kewajiban daerah ditopang oleh manajemen

keuangan “modern”.

Perlu PP tentang Penyusunan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan,

Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan daerah.

Gambar Desain Pengelolaan Keuangan DaerahGambar Desain Pengelolaan Keuangan DaerahGambar Desain Pengelolaan Keuangan DaerahGambar Desain Pengelolaan Keuangan Daerah

7

Page 97: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

97

Gambar Hirarki PerencanaanGambar Hirarki PerencanaanGambar Hirarki PerencanaanGambar Hirarki Perencanaan

Pasal 150 ayat (3)Pasal 150 ayat (3)Pasal 150 ayat (3)Pasal 150 ayat (3)

Perencanaan Pembangunan Daerah disusun untuk menjamin keterkaitan

dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan (Pasal 153)

Tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

rencana pembangunan daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

(Pasal 154)

Gambar Produk PerencanaanGambar Produk PerencanaanGambar Produk PerencanaanGambar Produk Perencanaan

Pendekatan Perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang

terdapat pada PP No. 21 Tahun 2004 dan PP No. 28 Tahun 2005 adalah:

a. Kerangka pengeluaran jangka menengah

b. Penganggaran terpadu

c. Penganggaran berbasis kinerja

Adapun tujuan dari kerangka pengeluaran jangka menengah (MTEF) yaitu:

(a) memelihara kelanjutan fiskal (fiscal sustainability) dan disiplin fiscal secara

berkelanjutan; (b) meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan

penganggaran; dan (c) menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

Page 98: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

98

Metode yang digunakan dalam kerangka pengeluaran jangka menengah

yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah :

a. Estimasi pengeluaran di masa datang atas dasar pendekatan baseline,

seperti pengeluaran perawatan aset fisik yang telah selesai dibangun.

b. Estimasi pengeluaran akibat adanya penghematan (saving) dari

program/ kegiatan yang tidak lagi dianggap prioritas, sehingga tersedia

dana untuk program/ kegiatan yang tinggi prioritasnya.

c. Estimasi pengeluaran untuk program/ kegiatan baru yang sudah

mendapatkan sumber pendanaan yang pasti seperti: dari pinjaman atau

hibah.

d. Estimasi pengeluaran dengan memasukkan seluruh program/ kegiatan

baru yang belum mendapatkan kepastian pendanaan.

Penganggaran terpadu. Penyusunan rencana keuangan tahunan yang

dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan

kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi

alokasi dana. Tidak lagi mengenal anggaran belanja rutin dan pembangunan,

belanja aparatur dan belanja publik.

Penganggaran berbasis kinerja meliputi : Pendekatan dengan keluaran/

hasil dari kegiatan yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan

penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Setiap

alokasi dana yang direncanakan harus terkait dengan tingkat pelayanan dan

hasil yang dapat dicapai dan penyusunan anggaran didasarkan capaian kinerja,

analisis standar belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal.

Tabel DokuTabel DokuTabel DokuTabel Dokumen Perencanaan Daerah Sesuai UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 25 men Perencanaan Daerah Sesuai UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 25 men Perencanaan Daerah Sesuai UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 25 men Perencanaan Daerah Sesuai UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004

UU No. 25 Tahun 2004UU No. 25 Tahun 2004UU No. 25 Tahun 2004UU No. 25 Tahun 2004 Jangka WaktuJangka WaktuJangka WaktuJangka Waktu

Jangka Panjang (20 tahun)

• RPJP (Nasional dan Daerah)

• 20 TAHUN Ditetapkan 6 bulan setelah pelantikan presiden. Daerah menyusun RPJP nasional ditetapkan

Jangka Menengah (5 tahun)

• RPJM

• RENSTRA SKPD

• 5 TAHUN RPJM ditetapkan 3 bulan setelah Kdh terpilih dilantik dan dituangkan ke dalam Perda sedangkan Renstra SKPD ditetapkan dalam bentuk SK KDH.

Jangka Pendek (1 tahun)

• RKPD

• RENJA SKPD

• APBD

• DPA

• 1 TAHUN Peraturan Kepala Daerah

Page 99: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

99

Tabel Dokumen Perencanaan dan Penganggaran DaerahTabel Dokumen Perencanaan dan Penganggaran DaerahTabel Dokumen Perencanaan dan Penganggaran DaerahTabel Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah

SELAMA INISELAMA INISELAMA INISELAMA INI PERIODEPERIODEPERIODEPERIODE (Tahun)(Tahun)(Tahun)(Tahun)

KEDEPANKEDEPANKEDEPANKEDEPAN

Poldas Propeda / Renstra Renstra Dinas / UK - AKU-SP / Repetada RASK RAPBD / APBD DASK

20 5 5 1 1 1 1 1

RPJP Daerah RPJM Daerah Renstra SKPD Kebijakan Umum APBD RKPD Renja SKPD RKA SKPD RAPBD / APBD DPA-SKPD

Gambar Penyusunan Dan Penetapan Perda APBDGambar Penyusunan Dan Penetapan Perda APBDGambar Penyusunan Dan Penetapan Perda APBDGambar Penyusunan Dan Penetapan Perda APBD

7.2 Pendekatan Prestasi Kerja (Anggaran Kinerja)7.2 Pendekatan Prestasi Kerja (Anggaran Kinerja)7.2 Pendekatan Prestasi Kerja (Anggaran Kinerja)7.2 Pendekatan Prestasi Kerja (Anggaran Kinerja)

Pendekatan prestasi kerja merupakan suatu sistem anggaran yang

mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output) dari perencanaan alokasi

biaya (input) yang ditetapkan. Input (masukan) adalah besarnya sumber-

sumber seperti dana, sumber daya manusia, material, waktu dan teknologi yang

digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan sesuai dengan (input)

yang digunakan. Output (keluaran) menunjukkan produk (barang atau jasa)

Page 100: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

100

yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan (input) yang

digunakan. Kinerja tersebut ditunjukkan oleh adanya hubungan antara input

(masukan dengan output (keluaran). Indikator kinerja meliputi masukan

(input) keluaran (output) dan hasil (income).

Tolok ukur kinerja merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai

dari keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas,

efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan. Target

kinerja adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang

diharapkan dari suatu kegiatan.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menilai hasil yang

diharapkan dari suatu kegiatan dengan menetapkan tolak ukur kinerja berupa

indikator sebagai berikut :

• Masukan (Masukan (Masukan (Masukan (inputinputinputinput)))) adalah tolak ukur kinerja berdasarkan tingkatan atau

besaran sumber dana, SDM, material, waktu, teknologi dan sebagainya

yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan.

• Keluaran (Keluaran (Keluaran (Keluaran (outputoutputoutputoutput)))) adalah tolak ukur kinerja berdasarkan produk yang

dihasilkan dari program dan kegiatan sesuai dengan masukan yang

digunakan.

• Hasil (Hasil (Hasil (Hasil (outoutoutoutcomecomecomecome)))) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat

keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran program atau

kegiatan yang sudah dilaksanakan.

• Manfaat (Manfaat (Manfaat (Manfaat (benefitbenefitbenefitbenefit)))) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat

kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat

dan pemerintah daerah dari hasil.

• Dampak (Dampak (Dampak (Dampak (impactimpactimpactimpact)))) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya

terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari manfaat.

Page 101: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

101

Gambar Contoh KegiatanGambar Contoh KegiatanGambar Contoh KegiatanGambar Contoh Kegiatan

Standar analisis belanja pemerintah daerah terdiri dari a) Dalam sistem

anggaran kinerja setiap usulan program, kegiatan dan anggaran dinilai

kewajarannya; b) Standar analisa belanja adalah standar atau pedoman yang

digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap

program atau kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran; c)

Penilaian kewajiban dalam standar analisis belanja; dan d) mencakup dua hal

yaitu kewajaran beban kerja dan kewajaran biaya.

Penilaian kewajaran beban kerja :

• Kaitan logis antara program/kegiatan yang diusulkan dengan strategi

dan prioritas APBD

• Kesesuaian antara program/ kegiatan yang diusulkan dengan tugas

pokok dan fungsi satuan kerja yang bersangkutan

• Kapasitas satuan kerja untuk melaksanakan program/ kegiatan pada

tingkat pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu satu tahun

anggaran

Sedangkan dalam penilaian kewajaran biaya :

• Kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan target pencapaian kinerja

(standar biaya)

• Kaitan antara standar biaya dengan harga yang berlaku

• Kaitan antara biaya yang dianggarkan, target pencapaian kinerja dengan

sumber dana

Page 102: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

102

Gambar Penilaian Kewajaran BiayaGambar Penilaian Kewajaran BiayaGambar Penilaian Kewajaran BiayaGambar Penilaian Kewajaran Biaya

Contoh dari penilaian kewajaran biaya : KEGIATAN KINERJAKEGIATAN KINERJAKEGIATAN KINERJAKEGIATAN KINERJA TARGETTARGETTARGETTARGET

Diklat Anggaran Kinerja 100 Peserta Terlatih

ANGGARAN BELANJA BIAYAANGGARAN BELANJA BIAYAANGGARAN BELANJA BIAYAANGGARAN BELANJA BIAYA Belanja Pegawai/ Personalia Belanja Barang/ Jasa Belanja Perjalanan Dinas

STANDARSTANDARSTANDARSTANDAR Belanja Rata-Rata Per Peserta

HARGA SATUANHARGA SATUANHARGA SATUANHARGA SATUAN Honor Fasilitator Biaya Makan & Minum Biaya Penggandaan Biaya Transport

7.3 Prinsip7.3 Prinsip7.3 Prinsip7.3 Prinsip----Prinsip Anggaran Berbasis KinerjaPrinsip Anggaran Berbasis KinerjaPrinsip Anggaran Berbasis KinerjaPrinsip Anggaran Berbasis Kinerja

a. Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan

pelaksanaan dan pelaporan evaluasi anggaran. Dengan demikian setiap

anggota masyarakat mempunyai hak dan akses yang sama untuk

mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan

masyarakat, terutama dalam hal jaminan terpenuhinya kebutuhan-

kebutuhan hidup masyarakat.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang mengandung

arti bahwa proses penganggaran benar-benar dapat dipertanggung-

jawabkan kepada masyarakat dan lembaga perwakilannya. Masyarakat

Page 103: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

103

mempunyai hak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana dan

implementasi anggaran. tersebut. Akuntabilitas berlandaskan asas efisiensi,

tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Value for Money

Proses penganggaran menerapkan prinsip ekonomis, efisien dan efektif.

Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam

jumlah dan kualitas tertentu dengan harga yang paling murah. Efisien

berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public money) dapat

menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Sedangkan efektif

adalah penggunaan anggaran tersebut hares mencapai target/tujuan

pelayanan publik. Implementasi prinsip value for money memberikan

manfaat: pertama, efektifitas pelayanan publik dalam arti tepat sasaran;

kedua, meningkatkan mutu pelayanan publik; ketiga, penghematan biaya

pelayanan karena berkurangnya inefisiensi dan penghematan sumber daya;

keempat, alokasi pembiayaan berorientasi pada kepentingan publik; dan

kelima, meningkatkan kesadaran penghargaan terhadap publik (public cost

awareness) sebagai akar pelaksanaan pertanggungjawaban publik.

Prinsip-prinsip pokok di atas bersifat mendasar bagi penyusunan

anggaran. Berikut im prinsip-prinsip pokok yang sebaiknya digunakan dalam

penganggaran dan manajemen keuangan daerah (World Bank 1998 dalam

Mardiasmo, 2002) :

a. Komprehensif dan disiplin

Anggaran daerah merupakan salah satu instrumen yang menjamin

terciptanya disiplin pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah. Oleh

karena itu anggaran daerah hares bersifat komprehensif, yaitu

menggunakan pendekatan yang holistik dalam mendiagnosa masalah yang

dihadapi, analisis antar masalah yang mungkin muncul, evaluasi kapasitas

kelembagaan yang dipunyai dan mencari cara-cara terbaik untuk

memecahkannya.

b. Fleksibilitas

Pemerintah pusat perlu memberikan ruang yang lebih memadai bagi

pemerintah daerah untuk menganalisa informasi, potensi sumber daya,

permasalahan dan rencana kegiatan/program yang akan disusun dalam

anggaran. “Intervensi” pemerintah pusat hanya bersifat masukan dan

Page 104: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

104

dilakukan dengan hati-hati tanpa mematikan prakarsa, inisiatif dan

kemampuan inovasi yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

c. Terprediksi

Prinsip ini menekankan terpenuhinya semua informasi yang berkaitan

dalam pelaksanaan kegiatan/program yang didanai oleh anggaran daerah

agar dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Dengan terpenuhinya

informasi, maka segala hal yang mungkin terjadi di masa yang akan datang

dapat diperkirakan dan dipersiapkan langkah-langkah antisipasinya.

Dengan demikian setiap penyusunan anggaran baru dapat ditingkatkan

kualitas implementasinya.

d. Kejujuran

Kejujuran dalam anggaran daerah tidak hanya menyangkut persoalan etika

atau moral pelaksana anggaran, namun juga berhubungan dengan

kemampuan dalam memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang

mempunyai kemungkinan terjadinya bias. Sumber bias yang memunculkan

ketidakjujuran ini dapat berasal dari aspek teknis dan politis dalam

pelaksanaan anggaran nantinya. Proyeksi yang terlalu optimis akan

mengesampingkan kendala-kendala yang akan muncul, sehingga

kemungkinan implementasi anggaran yang tidak efisien dan efektif akan

terjadi.

e. Informasi

Informasi adalah basis kejujuran dan proses pengambilan keputusan yang

baik. Karenanya, pelaporan yang teratur dan validitasnya terpercaya tentang

input, output, outcome dan pelaporan benefit serta impact suatu kebijakan

(anggaran) adalah sangat penting artinya.

Gambar Value for Gambar Value for Gambar Value for Gambar Value for MoneyMoneyMoneyMoney

A.A.A.A. Manfaat:Manfaat:Manfaat:Manfaat:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik dalam arti pelayanan yang

diberikan tepat sasaran

Page 105: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

105

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik dan menurunkan biaya

pelayanan publik karena terjadinya penghematan dan berkurangnya in-

efisiensi

3. Alokasi belanja lebih berorientasi pada kepentingan publik

4. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness)

B.B.B.B. Ekonomis :Ekonomis :Ekonomis :Ekonomis :

• Perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan

moneter atau

• Sejauhmana organisasi publik mampu meminimalisasi “Input Resources”

dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak Produktif

C.C.C.C. Efisiensi :Efisiensi :Efisiensi :Efisiensi :

Pencapaian output maksimum dengan input tertentu atau dengan input minimum untuk mencapai output tertentu

D.D.D.D. Efektivitas :Efektivitas :Efektivitas :Efektivitas :

Tingkat pencapaian program dengan target yang ditetapkan atau perbandingan outcome dengan output

E.E.E.E. InputInputInputInput

Resources yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan F.F.F.F. Output :Output :Output :Output :

Hasil yang dicapai suatu aktifitas G.G.G.G. Outcome :Outcome :Outcome :Outcome :

Dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan

Daerah

World Bank dalam Mardiasmo (2002) Otonomi dan Manajemen Keuangan

Daerah. Penerbit ANDI Yogyakarta.

Page 106: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

106

OMNIBUS OMNIBUS OMNIBUS OMNIBUS

REGULATIONSREGULATIONSREGULATIONSREGULATIONS

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

8.1 Dasar Hukum Omnibus Regulations 8.1 Dasar Hukum Omnibus Regulations 8.1 Dasar Hukum Omnibus Regulations 8.1 Dasar Hukum Omnibus Regulations

Dasar hukum yang digunakan antara lain Undang-Undang No. 17

Tahun 2003, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004, Undang-Undang No. 10

Tahun 2004, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004, Undang-Undang No. 25

Tahun 2004, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Dengan pengaturan yang

komprehensif dalam satu peraturan perundangan saja yang diatur dalam PP

No. 58 Tahun 2005.

Pertimbangan dalam peraturan-peraturan tersebut antara lain :

a. Kemudahan untuk diimplementasikan oleh Pemda

b. Sinkronisasi dan keselarasan antar pengaturan

c. Tidak membingungkan pelaksanaan dan pemeriksa

d. Kapasitas kemampuan daerah

8.2 Pokok 8.2 Pokok 8.2 Pokok 8.2 Pokok –––– Pokok Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005Pokok Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005Pokok Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005Pokok Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

Hal-Hal yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2005 antara lain :

� Menjelaskan secara rinci ruang lingkup pengelolaan Keuangan Daerah.

� Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah mendesentralisasikan

pelaksanaan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepada :

a. Kepala SKPD selaku pejabat pengelola keuangan daerah

b. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/ pengguna barang

daerah

c. Sekda selaku koordinator pengelola keuangan daerah

� Tata cara penunjukkan pejabat di lingkungan PPKD dan/ atau SKPD antara

lain :

a. Mengatur pendelegasian wewenang lebih lanjut

b. PPKD selaku BUD menunjuk pejabat selaku kuasa BUD dan dapat

melimpahkan wewenang lainnya kepada pejabat lainnya di lingkungan

SKPKD

8

Page 107: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

107

c. Kepala SKPD dalam melaksanakan tugasnya :

� Menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan

pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-

SKPD)

� Dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit

kerja di lingkungannya selaku kuasa pengguna anggaran/ pengguna

barang

� Pejabat pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran dalam

melaksanakan program dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada

unit kerja SKPD selaku PPTK

� Tentang pengubahan peristilahan pemegang kas menjadi bendahara

penerima dan bendahara pengeluaran yang pengangkatannya oleh KDH

atas usul PPKD. Status bendahara merupakan pejabat fungsional dan dalam

melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada PPKD selaku BUD

� Azas Umum dan Struktur APBD dalam hal ini menjelaskan fungsi-fungsi

APBD dan menegaskan mengenai prinsip-prinsip penganggaran

pendapatan, belanja dan pembiayaan.

8.3 Fungsi 8.3 Fungsi 8.3 Fungsi 8.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBDAPBDAPBDAPBD))))

1. Fungsi otorisasiFungsi otorisasiFungsi otorisasiFungsi otorisasi yaitu merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan

dan belanja pada tahun yang bersangkutan

2. Fungsi perencanaanFungsi perencanaanFungsi perencanaanFungsi perencanaan yaitu merupakan pedoman bagi manajemen dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan

3. Fungsi pengawasanFungsi pengawasanFungsi pengawasanFungsi pengawasan yaitu merupakan pedoman untuk menilai apakah

kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan

4. Fungsi alokasiFungsi alokasiFungsi alokasiFungsi alokasi yaitu harus diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja/ mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian

5. Fungsi distribusiFungsi distribusiFungsi distribusiFungsi distribusi yaitu merupakan kebijakan yang harus memperhatikan

rasa keadilan dan kepatuhan

6. Fungsi stabilisasiFungsi stabilisasiFungsi stabilisasiFungsi stabilisasi yaitu merupakan alat untuk memelihara dan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah

Page 108: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

108

8.4 Prinsip8.4 Prinsip8.4 Prinsip8.4 Prinsip----Prinsip Penganggaran APBDPrinsip Penganggaran APBDPrinsip Penganggaran APBDPrinsip Penganggaran APBD

1. Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang dan/ atau jasa

dianggarkan dalam APBD

2. Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara bruto

3. Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai

serta berdasarkan ketentuan perundang-undangan

4. Penganggaran pengeluaran harus diukur dengan adanya kepastian

tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung

dengan dasar hukum yang melandasinya

Struktur APBD yang terdapat dalam PP No. 58 Tahun 2005 adalah :

1. Menjelaskan cakupan pengertian dan rincian dari setiap pendapatan,

belanja dan pembiayaan

2. Pendapatan dirinci menurut kelompok pendapatan dan jenis pendapatan

3. Klasifikasi belanja menurut organisasi, urusan pemerintahan/ fungsi,

program dan kegiatan serta jenis belanja

4. Pembiayaan dirinci menurut jenis sumber penerimaan dan pengeluaran

pembiayaan

Penyusunan rancangan APBD : (1) Mengatur jadwal penyusunan dan

pembahasan KUA dan PPAS yang dilakukan oleh kepala Daerah; (2)

Memperjelas keterkaitan dan hubungan antara dokumen perencanaan dengan

penyusunan rancangan kebijakan umum APBD, PPAS untuk dibahas dan

disepakati bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD; (3)

Menekankan penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran

jangka menengah dan prestasi kerja yang dilakukan berdasarkan capaian

kinerja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal; (4) Mempertegas

PPKD menyusun rancangan Perda APBD berikut dokumen pendukung

berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah oleh Tim Anggaran Pemerintah

Daerah

Tabel Jadwal Penyusunan APBDTabel Jadwal Penyusunan APBDTabel Jadwal Penyusunan APBDTabel Jadwal Penyusunan APBD NONONONO URAIANURAIANURAIANURAIAN WAKTUWAKTUWAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN A. APBDA. APBDA. APBDA. APBD 1. Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei 2. Penyampaian Rancangan KUA kepada

Kepala Daerah Awal bulan Juni 1 bulan

3. Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala Daerah kepada DPRD

Pertengahan bulan Juni

3 minggu 4. KUA disepakati antara Kepala Daerah

dengan DPRD Minggu pertama bulan Juli

5. Penyusunan Rancangan PPAS 1 minggu

Page 109: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

109

NONONONO URAIANURAIANURAIANURAIAN WAKTUWAKTUWAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 6. Penyampaian Rancangan PPAS dan DPRD Minggu kedua bulan Juli 3 minggu 7. PPAS disepakati antara Kepala Daerah

dengan DPRD Akhir bulan Juli

8. Penetapan pedoman penyusunan RKA-SKPD oleh Kepala Daerah

Awal bulan Agustus 1 minggu

9. Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD

Minggu pertama bulan Oktober

2 bulan

10. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan Kepala Daerah terhadap RAPD

Paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan (awal bulan Desember)

11. Penetapan hasil evaluasi 15 hari kerja (pertengahan bulan Desember)

12. Penetapan Perda tentang APBD & Raper KDH tentang penjabatan APBD bila sesuai hasil evaluasi

Akhir Desember (31 Desember)

13. Menyempurnakan sesuai hasil evaluasi 7 hari kerja Akhir bulan Desember

14. Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi 7 hari kerja setelah hasil evaluasi dari Menteri Dalam Negeri/ Gubernur

15. Penghentian dan pencanutan pelaksanaan Perda tentang APBD bersama DPRD

7 hari kerja Awal bulan Januari

16. Penetapan keputusan pimpinan DPRD tentang penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi

3 hari kerja setelah keputusan

17. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD

31 Desember

18. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabatan APBD kepada Menteri Dalam Negeri/ Gubernur

7 hari kerja

B. B. B. B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBDTENTANG APBDTENTANG APBDTENTANG APBD

1. Penyampaian rancangan Peraturan Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri/ Gubernur dalam hal DPRD tidak mengambil keputusan bersama terhadap Raperda tentang APBD sampai dengan batas waktu yang ditetapkan undang-undang

Paling lama 15 hari kerja setelah Raperda tidak disetujui DPRD (pertengahan bulan Desember)

2. Pengesahan Menteri Dalam Negeri/ Gubernur terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah

Paling lama 30 hari kerja (pertengahan bulan Januari)

1 bulan

C.C.C.C. APBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRDAPBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRDAPBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRDAPBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD 1. Penyampaian rancangan KUA dan PPAS

kepada Menteri Dalam Negeri/ Gubernur bagi daerah yang belum memiliki DPRD

Pertengahan bulan Juni

2. Persetujuan Menteri Dalam Negeri/ Gubernur

Minggu pertama bulan Juli

15 hari

3. Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD

30 hari kerja sejak KUA dan PPAS disahkan Menteri Dalam Negeri/ Gubernur

Minggu pertama bulan Agustus

Page 110: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

110

Tabel Jadwal Pelaksanaan APBDTabel Jadwal Pelaksanaan APBDTabel Jadwal Pelaksanaan APBDTabel Jadwal Pelaksanaan APBD

NONONONO URAIANURAIANURAIANURAIAN WAKTUWAKTUWAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN A. PELAKSANAAN APBDA. PELAKSANAAN APBDA. PELAKSANAAN APBDA. PELAKSANAAN APBD 1. Pemberitahuan menyusun DPA-SKPD 3 hari setelah Perda

APBD ditetapkan

2. Penyerahan Rancangan DPA-SKPD dan rancangan anggaran kas dari SKPD kepada PPKD

6 hari kerja

3. Verifikasi dan pengesahan rancangan DPA-SKPD dan rancangan anggaran kas

15 hari kerja setelah ditetapkan Perda APBD

Minggu kedua bulan Januari

4. Penyampaian DPA-SKPD dan anggaran kas yang telah disahkan ke SKPD

7 hari kerja Minggu ketiga bulan Januari

B. B. B. B. DPALDPALDPALDPAL----SKPDSKPDSKPDSKPD 1. Kepala SKPD menyampaikan laporan

akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan kepada PPKD untuk pengesahan menjadi DPAL-SKPD tahun anggaran berikutnya

Pertengahan bulan Desember

Tabel Jadwal Perubahan APBDTabel Jadwal Perubahan APBDTabel Jadwal Perubahan APBDTabel Jadwal Perubahan APBD

NONONONO URAIANURAIANURAIANURAIAN WAKTUWAKTUWAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 1. Penyampaian Rancangan Perubahan

KUA dan PPAS kepada DPRD Minggu pertama bulan Agustus

2. Kesepakatan Perubahan KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dan DPRD

Minggu kedua bulan Agustus

7 hari

3. Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Perubahan APBD

Minggu ketiga bulan Agustus

4. Penyampaian Raperda APBD beserta lampiran kepada DPRD

Minggu kedua bulan September

5. Persetujuan DPRD terhadap Raperda Perubahan APBD

3 bulan sebelum tahun anggaran berakhir

Akhir bulan September

6. Penyampaian kepada Menteri Dalam Negeri/ Gubernur untuk di evaluasi

3 hari kerja

7. Keputusan Mengeri Dalam Negeri tentang hasil evaluasi

15 hari kerja Pertengahan bulan Oktober

8. Pengesahan Perda yang telah di evaluasi dan dianggap sesuai dengan ketentuan

Pertengahan bulan Oktober

9. Penyempurnaan Perda sesuai hasil evaluasi apabila dianggap bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi

7 hari kerja Minggu ketiga bulan Oktober

10. Pembatalan Perda perubahan APBD bila tidak dilakukan penyempurnaan

7 hari kerja setelah pemberitahan untuk penyempurnaan sesuai hasil evaluasi

Minggu keempat bulan Oktober

11. Pencabutan Raperda perubahan APBD 7 hari kerja Minggu pertama bulan Nopember

12. Pemberitahuan untuk penyampaian rancangan perubahan DPA-SKPD

3 hari kerja setelah PAPBD disahkan

Minggu ketiga bulan Oktober

Page 111: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

111

Tabel Jadwal Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDTabel Jadwal Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDTabel Jadwal Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDTabel Jadwal Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

NONONONO URAIANURAIANURAIANURAIAN WAKTUWAKTUWAKTUWAKTU KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 1. Penyusunan Laporan Realisasi Semester

I Minggu kedua bulan Juni

2. Penyampaian laporan realisasi anggaran semester pertama dari pengguna anggaran ke PPKD

7 hari kerja setelah semester pertama berakhir

3. Penyampaian hasil konsolidasi laporan semester pertama oleh PPKD ke Sekda selaku koordinator pengelolaan keuda

Minggu kedua bulan Juli

4. Penyampaian rancangan laporan semester pertama dari Sekda kepada Kepala Daerah

Minggu ketiga bulan Juli

5. Penyampaian laporan realisasi semester pertama dari Kepala Daerah kepada DPRD

Akhir bulan Juli

6. Penyampaian laporan keuangan SKPD kepada Kepala Daerah melalui PPKD

2 bulan setelah tahun anggaran berakhir

Bulan Februari

7. Konsolidasi laporan keuangan SKPD oleh PPKD

3 bulan setelah tahun anggaran berakhir

Bulan Maret

8. Penyampaian laporan keuangan daerah kepada BPK

3 bulan setelah tahun anggaran berakhir

Akhir bulan Maret

9. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK

2 bulan setelah disampaikan

Bulan Mei

10. Penyampaian Raperda pertanggung jawaban yang telah diaudit oleh BPK dari Kepala Daerah kepada DPRD

6 bulan setelah tahun anggaran berakhir

Akhir bulan Juni

11. Persetujuan DPRD terhadap Raperda pertanggungjawaban yang telah dicabut BPK

1 bulan setelah disampaikan

Akhir bulan Juli

12. Rancangan Perda tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabatan pertanggung jawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri/ Gubernur untuk di evaluasi

Paling lama 3 (tiga) hari kerja

13. Penyampaian hasil evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri/ Gubernur

Paling lama 15 (lima belas) hari kerja

14. Kepala Daerah dan DPRD menyempurnakan hasil evaluasi sebelum ditetapkan

Paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi

8.5 Struktur Pendapatan8.5 Struktur Pendapatan8.5 Struktur Pendapatan8.5 Struktur Pendapatan A.A.A.A. Pendapatan Asli Daerah :Pendapatan Asli Daerah :Pendapatan Asli Daerah :Pendapatan Asli Daerah :

1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

4. Lain-lain PAD yang sah

B.B.B.B. Dana Perimbangan :Dana Perimbangan :Dana Perimbangan :Dana Perimbangan :

1. Dana Bagi Hasil

2. Dana Alokasi Umum

Page 112: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

112

3. Dana Alokasi Khusus

C.C.C.C. LainLainLainLain----Lain Pendapatan Daerah yang Sah :Lain Pendapatan Daerah yang Sah :Lain Pendapatan Daerah yang Sah :Lain Pendapatan Daerah yang Sah :

1. Hibah

2. Dana Darurat

3. Lain-lain Pendapatan

Struktur belanja yang tertera pada PP No. 58 Tahun 2005 adalah : 1. Belanja tidak langsung

• Belanja Pegawai

• Belanja Bunga

• Belanja Subsidi

• Belanja Hibah

• Belanja Bantuan Sosial

• Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keuangan

• Belanja Tak Terduga

2. Belanja langsung

Program …… Kegiatan ……

• Belanja Pegawai

• Belanja Barang

• Belanja Modal

Struktur Pembiayaan Struktur Pembiayaan Struktur Pembiayaan Struktur Pembiayaan Penerimaan pembiayaan :

• SiLPA tahun anggaran sebelumnya

• Pencairan dana cadangan

• Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

• Penerimaan pinjaman

• Penerimaan kembali pemberian pinjaman

Pengeluaran pembiayaan :

• Pembentukan dana cadangan

• Penyertaan modal pemerintah daerah

• Pembayaran pokok utang

• Pemberian pinjaman

Page 113: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

113

Gambar Kode RekeningGambar Kode RekeningGambar Kode RekeningGambar Kode Rekening

Page 114: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

114

Gambar Gambar Gambar Gambar Alur pengerjaan RKA Alur pengerjaan RKA Alur pengerjaan RKA Alur pengerjaan RKA –––– SKPDSKPDSKPDSKPD

Penetapan APBD Penetapan APBD Penetapan APBD Penetapan APBD

• Jadwal penyampaian, pembahasan Raperda APBD kepada DPRD dan

pengambilan keputusan bersama terhadap Raperda APBD dengan DPRD

serta proses evaluasi

• Menitik beratkan pembahasan Raperda APBD pada kesesuaian program

kegiatan dengan KUA dan PPAS

• Mengatur mengenai penetapan APBD apabila DPRD tidak mengambil

keputusan bersama terhadap Raperda APBD

Page 115: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

115

• Mekanisme, jadwal, penyempurnaan hasil evaluasi Raperda APBD dan

Raper KDH tentang penjabatan APBD serta penetapan Perda APBD dan

Per KDH tentang Penjabatan APBD oleh KDH (bersifat preventif)

Gambar Gambar Gambar Gambar Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD (UU No. 17 Tahun 2003, Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD (UU No. 17 Tahun 2003, Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD (UU No. 17 Tahun 2003, Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD (UU No. 17 Tahun 2003,

UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004)UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004)UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004)UU No. 25 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004)

Gambar Penyusunan dan Penetapan PERDA APBDGambar Penyusunan dan Penetapan PERDA APBDGambar Penyusunan dan Penetapan PERDA APBDGambar Penyusunan dan Penetapan PERDA APBD

Page 116: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

116

Pelaksanaan APBD Pelaksanaan APBD Pelaksanaan APBD Pelaksanaan APBD

Selain pada aspek pelaksanaan juga menekankan pada aspek penyiapan

dokumen, yang mencakup :

• Jadwal proses penyusunan DPA-SKPD oleh SKPD dan penyerahannya

kepada PPKD

• Isi DPA-SKPD mencakup : rincian sasaran yang hendak dicapai, fungsi,

program, kegiatan anggaran untuk mencapai sasaran dan rencana

penarikan dana serta pendapatan yang direncanakan

• Proses dan jadwal verifikasi DPA-SKPD oleh Tim Anggaran Pemda (15

hari)

• Proses dan jadwal pengesahan DPA-SKPD oleh PPKD setelah

memperoleh persetujuan SEKDA

• Pengaturan secara komprehensif mengenai penatausahaan pendapatan,

belanja dan pembiayaan berikut perubahan tata cara pencairan dan

penggunaan dana

Page 117: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

117

Gambar Persiapan Pelaksanaan APBDGambar Persiapan Pelaksanaan APBDGambar Persiapan Pelaksanaan APBDGambar Persiapan Pelaksanaan APBD

117

Page 118: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

118

Gambar Pelaksanaan APBDGambar Pelaksanaan APBDGambar Pelaksanaan APBDGambar Pelaksanaan APBD

118

Page 119: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

119

Tabel Pelaksanaan dan Penatausahaan APBDTabel Pelaksanaan dan Penatausahaan APBDTabel Pelaksanaan dan Penatausahaan APBDTabel Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD

NONONONO URAIANURAIANURAIANURAIAN KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN

1111 Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD SEKDA 2222 Mengesahkan DPA-SKPD dan Anggaran Kas PPKD 3333 Menerbitkan SPD PPKD selaku BUD 4444 Penyiapan dokumen SPP-LS PPTK 5555 Pengajuan SPP-UP/GU/TU (sistem UYHD) dan SPP-

LS Bendahara Pengeluaran

6666 Pengajuan SPM-UP/GU/TU & SPM-LS Kepala SKPD 7777 Menerbitkan SP2D Kuasa BUD 8888 Mengakutansikan dan menyiapkan laporan PPK-SKPD 9999 Pertanggung jawaban Dana (SPJ) Kepala SKPD 10101010 Laporan Keuangan & Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD PPKD

Gambar Proses Pencarian dan Pembayaran LSGambar Proses Pencarian dan Pembayaran LSGambar Proses Pencarian dan Pembayaran LSGambar Proses Pencarian dan Pembayaran LS

Gambar Proses Pencairan dan Pembayaran UPGambar Proses Pencairan dan Pembayaran UPGambar Proses Pencairan dan Pembayaran UPGambar Proses Pencairan dan Pembayaran UP

Tabel Perubahan APBDTabel Perubahan APBDTabel Perubahan APBDTabel Perubahan APBD

Page 120: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

120

LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG

PERUBAHANPERUBAHANPERUBAHANPERUBAHAN DOKUMENDOKUMENDOKUMENDOKUMEN

KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN PENGANGGARANPENGANGGARANPENGANGGARANPENGANGGARAN PELAKSANAANPELAKSANAANPELAKSANAANPELAKSANAAN

Perkembangan asumsi KUA yang tidak sesuai

RKA-SKPD DPA-SKPD Dapat mendahului perubahan DPPA-SKPD DPPA-SKPD

Dilakukan pergeseran DPPA-SKPD DPPA-SKPD Dapat mendahului

perubahan

Penggunaan saldo anggaran dalam tahun anggaran berjalan

RKA-SKPD DPA-SKPD Dapat mendahului perubahan dan menunggu perubahan

DPA-SKPD DPA-SKPD DPAL-SKPD DPAL-SKPD

Darurat

RKA-SKPD DPA-SKPD Dapat mendahului perubahan, dan jika terjadi setelah perubahan ditampung dalam laporan realisasi anggaran

DPPA-SKPD DPPA-SKPD

Luar biasa > 50% RKA-SKPD DPA-SKPD

Setelah perubahan kedua

DPPA-SKPD DPPA-SKPD Luar biasa < 50% DPPA-SKPD DPPA-SKPD

Gambar Model 1Gambar Model 1Gambar Model 1Gambar Model 1 Struktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPD

Gambar Modul 2Gambar Modul 2Gambar Modul 2Gambar Modul 2

Struktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPD

Gambar Modul 3Gambar Modul 3Gambar Modul 3Gambar Modul 3

Page 121: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

121

Struktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPDStruktur Organisasi SKPD Khusus Sekretariat DaerahKhusus Sekretariat DaerahKhusus Sekretariat DaerahKhusus Sekretariat Daerah

Aspek Pelaporan dan Pertanggungjawaban Aspek Pelaporan dan Pertanggungjawaban Aspek Pelaporan dan Pertanggungjawaban Aspek Pelaporan dan Pertanggungjawaban ::::

• Laporan keuangan diperiksa BPK sebelum diajukan dalam bentuk

Raperda kepada DPRD

• Jenis Laporan Keuangan (yang menggambarkan tentang hak, kewajiban,

dan kekayaan daerah pada akhir tahun serta sumber dan penggunaan,

termasuk pergeseran penyusunan laporan keuangan)

• Perubahan muatan hukum dalam dokumen pertanggungjawaban

• Penyusunan kebijakan akuntansi berdasarkan standar akuntansi

pemerintahan

Aspek Pembinaan dan PengawasanAspek Pembinaan dan PengawasanAspek Pembinaan dan PengawasanAspek Pembinaan dan Pengawasan

• MDN Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dibidang

pengelolaan keuangan daerah

• Menekankan pada aspek pembinaan manajerial dan saran perbaikan

kedepan

• Pemeriksaan oleh BPK

Page 122: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

122

Gambar Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan APGambar Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan APGambar Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan APGambar Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan APBDBDBDBD

122

Page 123: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

123

Ketentuan PeralihanKetentuan PeralihanKetentuan PeralihanKetentuan Peralihan. Dilaksanakan secara bertahap mulai tanggal tahun

2006, 2007 dan tahun anggaran 209.

A.A.A.A. Tahun Anggaran 2006Tahun Anggaran 2006Tahun Anggaran 2006Tahun Anggaran 2006

a. Status bendahara sebagai pejabat fungsional, Pasal 15 ayat (3)

b. Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja berdasarkan capaian

kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga,

dan standar pelayanan minimal Pasal 39 ayat (2)

c. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pasal 100 ayat (3)

B.B.B.B. Tahun Anggaran 2007Tahun Anggaran 2007Tahun Anggaran 2007Tahun Anggaran 2007

a. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah

daerah dan DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran

sementara yang disampaikan oleh kepala daerah. Pasal 35 ayat (1)

b. Penetapan Raperda tentang APBD dan Raper KDH tentang penjabaran

APBD PerKDH tentang penjabaran APBD yang dilakukan selambat-

lambatnya tanggal 31 Desember TA sebelumnya. Pasal 53 ayat (1) dan

ayat (2)

c. Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang

mengaku kepada standar akuntansi pemerintahan. Pasal 96 ayat (1)

C.C.C.C. Tahun Anggaran 2009Tahun Anggaran 2009Tahun Anggaran 2009Tahun Anggaran 2009

a. Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran

jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju yang

berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang

direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran

yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk

pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.

Pasal 37

Tindakan Lanjut yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah : a. Menyusun Peraturan Daerah tentang pokok-pokok pengelolaan

keuangan daerah

b. Menyusun Peraturan Kepala Daerah tentang sistem dan prosedur

pengelolaan keuangan daerah sebagai pelaksanaan dari Peraturan

Daerah tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

Issu Krusial :Issu Krusial :Issu Krusial :Issu Krusial :

1. PP tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah belum final

2. PP tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah belum final

Page 124: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

124

3. Penerapan penganggaran dengan perkiraan maju (MTEF)

4. Revisi PP No. 109 tahun 2000

5. Revisi Kedua PP No. 24 Tahun 2004

6. Belum adanya pengaturan penatausahaan dan pelaporan BLUD

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perundangan

Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah

Page 125: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

125

PROPROPROPROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SES PENYUSUNAN ANGGARAN SES PENYUSUNAN ANGGARAN SES PENYUSUNAN ANGGARAN

PENDAPATAN BELANJA (APBD)PENDAPATAN BELANJA (APBD)PENDAPATAN BELANJA (APBD)PENDAPATAN BELANJA (APBD)

BAB BAB BAB BAB

Drs. Agustinus PalebanganDrs. Agustinus PalebanganDrs. Agustinus PalebanganDrs. Agustinus Palebangan

Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan DaerahBina Administrasi Keuangan DaerahBina Administrasi Keuangan DaerahBina Administrasi Keuangan Daerah

9.1 Asas Umum dan Struktur APBD9.1 Asas Umum dan Struktur APBD9.1 Asas Umum dan Struktur APBD9.1 Asas Umum dan Struktur APBD

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan

dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD tersebut berpedoman

kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk

tercapainya tujuan bernegara. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,

pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan

pertanggung jawaban pelaksanaan APBD setiap tahunnya ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

A.A.A.A. Fungsi APBDFungsi APBDFungsi APBDFungsi APBD

1. Fungsi otorisasi yaitu APBD merupakan dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan

2. Fungsi perencanaan yaitu APBD merupakan pedoman bagi manajemen

dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan

3. Fungsi pengawasan yaitu APBD merupakan pedoman untuk menilai

apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan

kebutuhan yang telah ditetapkan

4. Fungsi alokasi yaitu APBD harus diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja/ mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian

5. Fungsi distribusi yaitu APBD merupakan kebijakan anggaran daerah

yang harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan

6. Fungsi stabilisasi yaitu APBD merupakan anggaran pemerintahan daerah

yang menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan

fundamental perekonomian daerah

9

Page 126: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

126

B.B.B.B. Prinsip Penyusunan APBDPrinsip Penyusunan APBDPrinsip Penyusunan APBDPrinsip Penyusunan APBD

Prinsip dari penyusunan APBD adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional

yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan

2. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung

dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang

cukup

3. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam

APBD harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-

undangan

4. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah

dianggarkan secara bruto dalam APBD

5. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1

(satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan

tanggal 31 Desember

C.C.C.C. Struktur APBDStruktur APBDStruktur APBDStruktur APBD

� PendapatanPendapatanPendapatanPendapatan � BelanjaBelanjaBelanjaBelanja

- Belanja Tidak Langsung - Belanja Langsung

_____________ (–) Surplus / Defisit

� Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan - Penerimaan - Pengeluaran

_____________ (–) Pembiayaan Neto Pembiayaan Neto Pembiayaan Neto Pembiayaan Neto

______________ (–) SILPA Tahun Berjalan

9.2 Pendapatan APBD9.2 Pendapatan APBD9.2 Pendapatan APBD9.2 Pendapatan APBD

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening

kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, yang merupakan hak daerah

dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan.

Pendapatan daerah dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana

perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Semua hak daerah

Page 127: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

127

yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan. Pendapatan tersebut berasal dari PAD dan dana

perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD

yang sah. Dana perimbangan berasal dari dana bagi hasil, DAU, dan DAK.

Sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat bersumber dari :

• Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/

kerusakan akibat bencana alam.

• Hibah, dapat berasal dari pemerintah, pemerintah Kabupaten/ kota di

wilayah provinsi, Kabupaten/kota di luar wilayah provinsi, pemerintah

provinsi dan/ atau provinsi lainnya, dari perusahaan daerah/ BUMD,

dari perusahaan negara/ BUMN atau dari masyarakat.

• Bantuan keuangan dari kabupaten/ kota di wilayah provinsi, bantuan

keuangan dari provinsi/kabupaten/kota lainnya di luar wilayah provinsi

A.A.A.A. Struktur PendaStruktur PendaStruktur PendaStruktur Pendapatanpatanpatanpatan

A)A)A)A) Pendapatan Asli Daerah :Pendapatan Asli Daerah :Pendapatan Asli Daerah :Pendapatan Asli Daerah :

1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

4. Lain-lain PAD yang sah

B)B)B)B) Dana Perimbangan :Dana Perimbangan :Dana Perimbangan :Dana Perimbangan :

1. Dana Bagi Hasil

2. Dana Alokasi Umum

3. Dana Alokasi Khusus

C)C)C)C) LainLainLainLain----lain Pendapatalain Pendapatalain Pendapatalain Pendapatan Daerah yang sah :n Daerah yang sah :n Daerah yang sah :n Daerah yang sah :

1. Hibah

2. Dana Darurat

3. Lain-lain Pendapatan

9.3 Belanja9.3 Belanja9.3 Belanja9.3 Belanja

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum

daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah

dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali

oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah,

Page 128: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

128

organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek

belanja.

Belanja daerah dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, terdiri

dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam

bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan

pemerintah daerah sesuai ketentuan perundang-undangan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi

dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi

kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan

dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta

mengembangkan sistem jaminan sosial.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi

kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib

pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan terdiri dari belanja urusan

wajib dan belanja urusan pilihan.

A)A)A)A) Klasifikasi Belanja Menurut Urusan WajibKlasifikasi Belanja Menurut Urusan WajibKlasifikasi Belanja Menurut Urusan WajibKlasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib

• Pendidikan

• Kesehatan

• Pekerjaan umum

• Perumahan rakyat

• Penataan ruang

• Perencanaan pembangunan

• Perhubungan

• Lingkungan hidup

• Pertanahan

• Kependudukan dan catatan sipil

• Pemberdayaan perempuan dan keluarga sejahtera

• Sosial

• Tenaga kerja dan transmigrasi

• Koperasi dan usaha kecil dan menengah

• Penanaman modal

Page 129: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

129

• Kebudayaan dan pariwisata, pemuda dan olahraga

• Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri

• Pemerintahan umum kepegawaian

• Pemberdayaan masyarakat dan desa

• Statistik

• Arsip

• Komunikasi dan informatika

B)B)B)B) Klasifikasi Belanja Menurut Urusan PilihanKlasifikasi Belanja Menurut Urusan PilihanKlasifikasi Belanja Menurut Urusan PilihanKlasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan

• Pertanian

• Kehutanan

• Energi dan sumber daya mineral

• Kelautan dan perikanan

• Perdagangan

• Perindustrian

Klasifikasi belanja menurut urusan yang penanganannya dalam bagian atau

bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan

pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-

undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang

diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

A.A.A.A. Klasifikasi Belanja Menurut FungsiKlasifikasi Belanja Menurut FungsiKlasifikasi Belanja Menurut FungsiKlasifikasi Belanja Menurut Fungsi

Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan dan

keterpaduan pengelolaan keuangan negara, terdiri dari :

• Pelayanan umum

• Ketertiban dan ketentraman

• Ekonomi

• Lingkungan hidup

• Perumahan dan fasilitas umum

• Kesehatan

• Pariwisata dan budaya

• Pendidikan

• Perlindungan sosial

Page 130: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

130

Dalam hal ini terdapat dua klasifikasi kelompok belanja yaitu Belanja

Tidak langsung yang merupakan belanja yang tidak dipengaruhi secara

langsung oleh ada tidaknya program dan kegiatan satuan kerja perangkat

daerah yang pengaruh kontribusinya terhadap prestasi kerja sukar diukur.

Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dipengaruhi secara

langsung oleh adanya program dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah

yang kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja dapat diukur.

B.B.B.B. Struktur Belanja :Struktur Belanja :Struktur Belanja :Struktur Belanja :

1) Belanja Tidak Langsung (BAU)

a. Belanja Pegawai

b. Belanja Bunga

c. Belanja Subsidi

d. Belanja Hibah

e. Belanja Bantuan Sosial, Organisasi Profesi Dan Politik

f. Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan

g. Belanja Tak Terduga

2) Belanja Langsung (BOP dan BM)

a. Belanja Pegawai

b. Belanja Barang dan Jasa

c. Belanja Modal

9.4 Surplus / (Defisit) APBD9.4 Surplus / (Defisit) APBD9.4 Surplus / (Defisit) APBD9.4 Surplus / (Defisit) APBD

Surplus/Defisit APBD merupakan selisih antara anggaran pendapatan

daerah dan anggaran belanja daerah. Surplus anggaran terjadi bila anggaran

pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.

Surplus, dapat dimanfaatkan untuk pembayaran cicilan pokok utang yang jauh

tempo, pembelian kembali obligasi daerah, penyertaan modal (investasi) daerah,

pemberian pinjaman daerah, transfer ke rekening dana cadangan dan

dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan.

Defisit anggaran terjadi bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan

lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Apabila defisit, meliputi sisi lebih

perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari rekening dana cadangan, hasil

penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah dan

Page 131: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

131

obligasi daerah, penerimaan piutang daerah dan dianggarkan pada penerimaan

pembiayaan.

A.A.A.A. Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup

defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Pembiayaan daerah terdiri dari

penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

B.B.B.B. Struktur PembiayaanStruktur PembiayaanStruktur PembiayaanStruktur Pembiayaan

I. Penerimaan pembiayaan :

a. Selisih Lebih Perhitungan (SILPA) Anggaran Tahunan Sebelumnya

b. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

c. Penerimaan pinjaman

d. Penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan

e. Penerimaan piutang

II. Pengeluaran pembiayaan :

a. Pembentukan dana cadangan

b. Penyertaan modal pemerintah daerah

c. Pembayaran pokok utang

d. Pemberian pinjaman

Pembiayaan Netto (A Pembiayaan Netto (A Pembiayaan Netto (A Pembiayaan Netto (A –––– B)B)B)B)

Gambar KodeGambar KodeGambar KodeGambar Kode

Page 132: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

132

Gambar Kelompok dan Jenis BelanjaGambar Kelompok dan Jenis BelanjaGambar Kelompok dan Jenis BelanjaGambar Kelompok dan Jenis Belanja

Gambar Penyusunan dan Penetapan Perda APBDGambar Penyusunan dan Penetapan Perda APBDGambar Penyusunan dan Penetapan Perda APBDGambar Penyusunan dan Penetapan Perda APBD

Page 133: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

133

9.5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)9.5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)9.5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)9.5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk

periode 1 (satu) tahun. Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan

penjabatan dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.

RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas

pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan

pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah

daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Penyusunan RKPD

diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan.

A.A.A.A. Kebijakan Umum APBDKebijakan Umum APBDKebijakan Umum APBDKebijakan Umum APBD

Kebijakan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen

yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta

asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari

setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan

daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang

disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

Capaian kinerja dalam KUA adalah capaian program, menjadi petunjuk

dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan RKA –

SKPD – APBD. Kebijakan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah

dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan

serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu).

Asumsi yang mendasari yakni pertimbangan perkembangan ekonomi

makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh

pemerintah. Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh

TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

Rancangan KUA disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator

pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal

bulan Juni. Rancangan KUA disampaikan kepada daerah kepada DPRD paling

lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

Page 134: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

134

Rancangan KUA yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA

paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan.

B.B.B.B. Prioritas dan Plafon Anggaran SementaraPrioritas dan Plafon Anggaran SementaraPrioritas dan Plafon Anggaran SementaraPrioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat

PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang

diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan

RKA-SKPD.

Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun

rancangan PPAS. Rancangan PPAS disusun dengan tahapan sebagai berikut :

� Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan

� Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan

� Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing urusan

Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS kepada DPRD untuk

dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Pembahasan dilakukan oleh tim anggaran pemerintah daerah bersama panitia

anggaran DPRD.

Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi

prioritas dan plafon anggaran paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran

berjalan. Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat

menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani nota

kesepakatan KUA dan PPA. Sedangkan jika kepala daerah berhalangan tetap,

penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPA dilakukan oleh pejabat yang

ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

C.C.C.C. RKA RKA RKA RKA –––– SKPDSKPDSKPDSKPD

RKA-SKPD merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang

berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk

melaksanakannya. Disusun dengan menggunakan pendekatan perkiraan maju

(MTEF), penganggaran terpadu dan penganggaran prestasi kerja.

RKA-SKPD disusun berdasarkan prestasi kerja yang kegiatannya

diuraikan dengan indikator kinerja, capaian atau target kinerja. Berdasarkan

nota kesepakatan KUA dan PPAS, TAPD Menyiapkan rancangan SE KDh tentang

pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun

RKA-SKPD.

Page 135: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

135

SE SDh perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD diterbitkan paling

lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan. RKA-SKPD disusun

dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah

daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.

Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD dan terciptanya

kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan

program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan

semester pertama tahun anggaran berjalan.

Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum dapat

dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya untuk

dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1

(satu) tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu

program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi

kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang

direncanakan.

Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja berdasarkan pada

indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar belajar, standar

satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Indikator kinerja adalah ukuran

keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.

Capaian kinerja merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang

berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap

program dan kegiatan.

Analisis standar belanja merupakan penilaian kewajaran atas beban

kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Standar

satuan harga yakni harga satuan setiap unit barang/ jasa yang berlaku disuatu

daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Standar pelayanan

minimal merupakan tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.

RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk masing-

masing program dan kegiatan untuk tahun yang direncanakan, serta rencana

pembiayaan dirinci sampai dengan rincian obyek pendapatan, belanja, dan

pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA-SKPD juga

memuat informasi tentang urusan pemerintahan daerah, organisasi, indikator

kinerja, standar biaya, prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan

kegiatan. Jenis indikator meliputi masukan, keluaran dan hasil.

Page 136: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

136

Tolok ukur kinerja adalah prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan

semula dengan mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas, dan efisiensi dan

efektifitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan. Target kinerja adalah

hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari

suatu kegiatan.

Tabel Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKA SKPD)Tabel Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKA SKPD)Tabel Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKA SKPD)Tabel Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKA SKPD)

KodeKodeKodeKode Nama FormulirNama FormulirNama FormulirNama Formulir

RKA SKPDRKA SKPDRKA SKPDRKA SKPD Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan

Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA SKPD 1RKA SKPD 1RKA SKPD 1RKA SKPD 1 Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat

Daerah

RKA SKPD 2.1RKA SKPD 2.1RKA SKPD 2.1RKA SKPD 2.1 Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja

Perangkat Daerah

RKA SKPD 2.2RKA SKPD 2.2RKA SKPD 2.2RKA SKPD 2.2 Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan

Program dan Kegiatan

RKA SKPD 2.2.1RKA SKPD 2.2.1RKA SKPD 2.2.1RKA SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Per Kegiatan Satuan

Kerja Perangkat Daerah

RKA SKPD 3.1RKA SKPD 3.1RKA SKPD 3.1RKA SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

RKA SKPD 3.2RKA SKPD 3.2RKA SKPD 3.2RKA SKPD 3.2 Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Gambar Alur Pengerjaan RKA SKPDGambar Alur Pengerjaan RKA SKPDGambar Alur Pengerjaan RKA SKPDGambar Alur Pengerjaan RKA SKPD

D.D.D.D. Apabila DPR Tidak Memberi Persetujuan Terhadap Perda DPRDApabila DPR Tidak Memberi Persetujuan Terhadap Perda DPRDApabila DPR Tidak Memberi Persetujuan Terhadap Perda DPRDApabila DPR Tidak Memberi Persetujuan Terhadap Perda DPRD (Pasal 45 PP (Pasal 45 PP (Pasal 45 PP (Pasal 45 PP

No. 58 Tahun 2005)No. 58 Tahun 2005)No. 58 Tahun 2005)No. 58 Tahun 2005)

KDH melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD

TA sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan yang disusun dalam

rancangan peraturan KDH tentang APBD. Pengeluaran tersebut seperti untuk

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, terjaminnya pemenuhan kebutuhan

Page 137: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

137

dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan, dan/atau

melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.

Raper KDH ditetapkan setelah memperoleh pengesahan Menteri Dalam

Negeri bagi provinsi dan Gubernur bagi kabupaten/kota. Jika pengesahan

melampaui 15 hari, KDH menetapkan menjadi peraturan kepada daerah.

E.E.E.E. Evaluasi Raperda Tentang APBD/ Perubahan APBD dan Raper KDH Tentang Evaluasi Raperda Tentang APBD/ Perubahan APBD dan Raper KDH Tentang Evaluasi Raperda Tentang APBD/ Perubahan APBD dan Raper KDH Tentang Evaluasi Raperda Tentang APBD/ Perubahan APBD dan Raper KDH Tentang

Penjabatan APBD/ Perubahan APBDPenjabatan APBD/ Perubahan APBDPenjabatan APBD/ Perubahan APBDPenjabatan APBD/ Perubahan APBD

Dasar hukum yang digunakan yaitu Pasal 185 Undang-Undang No 32

Tahun 1004 tentang Pemerintah Daerah, yang bertujuan :

a. Tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional

b. Keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur

c. Meneliti sejauh mana APBD tidak bertentangan dengan kepentingan

umum, peraturan perundangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah

lainnya

Gambar Proses Evaluasi Perda APBD Provinsi dan Gambar Proses Evaluasi Perda APBD Provinsi dan Gambar Proses Evaluasi Perda APBD Provinsi dan Gambar Proses Evaluasi Perda APBD Provinsi dan Peraturan Gubernur Tentang Penjabaran APBDPeraturan Gubernur Tentang Penjabaran APBDPeraturan Gubernur Tentang Penjabaran APBDPeraturan Gubernur Tentang Penjabaran APBD

Page 138: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

138

Gambar Proses Evaluasi Perda APBD Kabupaten/Kota danGambar Proses Evaluasi Perda APBD Kabupaten/Kota danGambar Proses Evaluasi Perda APBD Kabupaten/Kota danGambar Proses Evaluasi Perda APBD Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati/ Walikota Tentang Penjabaran APBDPeraturan Bupati/ Walikota Tentang Penjabaran APBDPeraturan Bupati/ Walikota Tentang Penjabaran APBDPeraturan Bupati/ Walikota Tentang Penjabaran APBD

F.F.F.F. Penyiapan Raperda tentang APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBDPenyiapan Raperda tentang APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBDPenyiapan Raperda tentang APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBDPenyiapan Raperda tentang APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD

Untuk mempercepat proses evaluasi, dianjurkan penyampaian Raperda

tentang APBD dan Raper KDH tentang penjabaran APBD dengan cara sebagai

berikut :

a. Asli disampaikan 1 (satu) eksemplar dalam bentuk hard copy.

b. Dalam bentuk soft copy berupa kepingan CD/Disket atau Flash Disk 1

(paket).

9.6 Penyempurnaan Hasil Evaluasi9.6 Penyempurnaan Hasil Evaluasi9.6 Penyempurnaan Hasil Evaluasi9.6 Penyempurnaan Hasil Evaluasi

Dalam hal ini yang memiliki kewenangan dalam penyempurnaan hasil

evaluasi adalah kepada daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Hasil

penyempurnaan ditetapkan pimpinan DPRD dilaporkan pada sidang paripurna

berikutnya. Disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk APBD provinsi

dan kepada Gubernur untuk APBD kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari

kerja setelah keputusan tersebut ditetapkan.

A.A.A.A. Pembatalan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD Pembatalan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD Pembatalan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD Pembatalan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD

Apabila Tidak Menindak Lanjuti Hasil EvaluasiApabila Tidak Menindak Lanjuti Hasil EvaluasiApabila Tidak Menindak Lanjuti Hasil EvaluasiApabila Tidak Menindak Lanjuti Hasil Evaluasi

Pembatalan Perda Provinsi dan Peraturan Gubernur dibatalkan oleh

Menteri Dalam Negeri, untuk kabupaten/kota oleh Gubernur. Dalam keputusan

Page 139: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

139

pembatalan, sekaligus dinyatakan berlakunya pagu APBD tahun anggaran

sebelumnya.

Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan diterima, KDH

harus memberhentikan pelaksanaanya dan DPRD bersama KDH mencabut

Perda dimaksud. Pencabutan Perda, dilakukan dengan Perda. Pelaksanaan

pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya, ditetapkan dengan peraturan

kepala daerah.

Perda APBDPerda APBDPerda APBDPerda APBD

1. Ringkasan APBD; 2. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi

SKPD; 3. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD,

pendapatan, belanja dan pembiayaan; 4. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi

SKPD, program dan kegiatan; 5. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

6. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan; 7. Daftar piutang daerah; 8. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah; 9. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah; 10. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain; 11. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; 12. Daftar dana cadangan daerah; dan 13. Daftar pinjaman daerah.

B.B.B.B. Perubahan APBDPerubahan APBDPerubahan APBDPerubahan APBD

Perubahan APBD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah TA

berakhir. Memuat tentang anggaran yang tidak mengalami perubahan dan

yang mengalami perubahan. Setiap perubahan supaya disertai dengan

penjelasan mengenai alasan dilakukannya perubahan. Penganggaran kegiatan-

kegiatan fisik yang tidak dapat diselesaikan sampai dengan TA berakhir supaya

dihindari, lebih baik dianggarkan dalam APBD TA berikutnya.

Hal-hal yang melatarbelakangi perubahan APBD :

� Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Kebijakan Umum APBD;

� Keadaan yang menyebabkan pergeseran anggaran (antar unit organisasi,

antar kegiatan dan antar jenis);

LampiranLampiranLampiranLampiran

Page 140: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

140

� Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya

harus digunakan untuk tahun anggaran berjalan;

� Keadaan darurat/ mendesak (bencana alam) dan keadaan luar biasa

(penerimaan melampaui 50% dari target yang direncanakan atau tidak

mencapai 50% dari target yang direncanakan)

Batas waktu penetapan Perda Perubahan APBD paling lambat 3 bulan

sebelum berakhirnya tahun anggaran. Hal-hal yang melatarbelakangi

terjadinya perubahan APBD, dibahas bersama dengan DPRD dan selanjutnya

dituangkan dalam perubahan KUA APBD serta perubahan Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara.

Perubahan KUA APBD dan perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai Pedoman Perangkat Daerah

dalam menyusun usulan perubahan program, kegiatan dan anggaran.

Perda Perda Perda Perda Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan APBDAPBDAPBDAPBD

1. Ringkasan APBD; 2. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi

SKPD; 3. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD,

pendapatan, belanja dan pembiayaan; 4. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi

SKPD, program dan kegiatan; 5. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

6. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan; 7. Neraca daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu)

tahun terakhir dari perubahan APBD; 8. Laporan arus kas yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1

(satu) tahun terakhir dari perubahan APBD; dan 9. Catatan atas laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan peraturan

daerah 1 (satu) tahun terakhir dari perubahan APBD

C.C.C.C. Perubahan Anggaran SKPDPerubahan Anggaran SKPDPerubahan Anggaran SKPDPerubahan Anggaran SKPD

Dalam keadaan mendesak pelaksanaan perubahan APBD untuk

mendanai kegiatan tertentu dapat dilakukan mendahului penetapan perda

perubahan APBD, sepanjang memperoleh persetujuan DPRD. Persetujuan DPRD

dikecualikan untuk menanggulangi keadaan darurat, seperti bencana alam/

sosial.

LampiranLampiranLampiranLampiran

Page 141: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

141

DPA-SKPD yang mengalami perubahan akibat dari angka 1 dan 2

dituangkan kembali dalam DPA-SKPD sebagai dasar pelaksanaan. Kegiatan-

kegiatan baru untuk ditampung dalam perubahan APBD dituangkan dalam

RKA-SKPD.

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Agustinus Palebangan; Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) Kementerian Dalam Negeri Dirjen Bina Administrasi

Keuangan Daerah

Page 142: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

142

METODE TEKNIK PENYUSUNAN METODE TEKNIK PENYUSUNAN METODE TEKNIK PENYUSUNAN METODE TEKNIK PENYUSUNAN

PROGRAM KERJA DPRDPROGRAM KERJA DPRDPROGRAM KERJA DPRDPROGRAM KERJA DPRD

(Penyusunan KUA (Penyusunan KUA (Penyusunan KUA (Penyusunan KUA ––––PPAS Menuju APBD yang Pro Rakyat)PPAS Menuju APBD yang Pro Rakyat)PPAS Menuju APBD yang Pro Rakyat)PPAS Menuju APBD yang Pro Rakyat)

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

10.1 10.1 10.1 10.1 Kebijakan Umum APBD (KUA)Kebijakan Umum APBD (KUA)Kebijakan Umum APBD (KUA)Kebijakan Umum APBD (KUA)

Kebijakan Umum APBD adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang

pendapatan, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1

(satu) tahun. Kepala Daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan

umum APBD berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan

oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Kepala daerah menyampaikan

rancangan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan

penyusunan RAPD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni

tahun anggaran berikutnya.

Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala daerah

bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPD selanjutnya disepakati

menjadi Kebijakan Umum APDB

Gambar Penyusunan KUAGambar Penyusunan KUAGambar Penyusunan KUAGambar Penyusunan KUA

A.A.A.A. Isi Rancangan KUAIsi Rancangan KUAIsi Rancangan KUAIsi Rancangan KUA

Memuat target Pencapaian Kinerja yang terukur dari program-program

yang akan dilaksanakan oleh Pemda untuk setiap urusan pemerintahan daerah.

Disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, Alokasi belanja daerah, sumber

dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

10

Page 143: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

143

Program-program dimaksud diselaraskan dengan prioritas

pembangunan yang ditetapkan pemerintah. Asumsi yang mendasarinya

mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-

pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan pemerintah.

B.B.B.B. Siapa Penyusun KUASiapa Penyusun KUASiapa Penyusun KUASiapa Penyusun KUA????

Rancangan KUA disusun oleh Kepala Daerah dibantu oleh Tim Anggaran

Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

C.C.C.C. Proses Penyusunan KUAProses Penyusunan KUAProses Penyusunan KUAProses Penyusunan KUA

• Rancangan KUA yang telah disusun disampaikan Sekretaris Daerah

selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah kepada Kepala Daerah

paling lambat awal Bulan Juni.

• Rancangan KUA disampaikan Kepada Daerah kepada DPRD paling

lambat pertengahan Bulan Juni Tahun Anggaran berjalan untuk dibahas

dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

• Rancangan KUA yang telah dibahas disepakati menjadi KUA paling

lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan.

D.D.D.D. FoFoFoFormat KUArmat KUArmat KUArmat KUA

I. Pendahuluan

II. Gambaran Umum RKPD

III. Kerangka Ekonomi Makro dan Implikasinya Terhadap Sumber

Pendanaan

IV. Penutup

A)A)A)A) PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan

Uraian kondisi/prestasi yang telah dicapai pada tahun sebelumnya,

tahun berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan

datang. Uraian ringkasan identifikasi permasalahan/ hambatan dan tantangan

utama yang dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan tahun yang

akan datang.

B)B)B)B) Gambaran Umum RKPDGambaran Umum RKPDGambaran Umum RKPDGambaran Umum RKPD

Memuat gambaran umum prioritas pembangunan daerah yang

diamanatkan dalam RKPD untuk menyesuaikan permasalahan/ hambatan dan

tantangan utama. Menjawab tantangan yang mendesak dan berdampak luas

Page 144: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

144

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung upaya

mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam RPJMD.

C)C)C)C) Kerangka Ekonomi Kerangka Ekonomi Kerangka Ekonomi Kerangka Ekonomi MakroMakroMakroMakro dan Implikasinya Terhadap Sumber Pendanaandan Implikasinya Terhadap Sumber Pendanaandan Implikasinya Terhadap Sumber Pendanaandan Implikasinya Terhadap Sumber Pendanaan

Dijelaskan tentang Asumsi, kondisi yang telah terjadi dan diperkirakan

akan terjadi yang menjadi dasar penyusunan KUA. Contoh asumsi dan kondisi:

laju inflasi, pertumbuhan ekonomi regional, tingkat pengangguran regional,

lain-lain asumsi yang relevan dengan kondisi daerah setempat.

Dalam rangka implementasinya asumsi dan kondisi yang menjadi dasar

pencapaian sasaran, KUA harus mampu menjelaskan kebijakan penganggaran

sesuai kebijakan pemerintah. Kondisi yang berbeda akan menghasilkan target/

sasaran yang berbeda. Juga diuraikan tentang perkiraan penerimaan untuk

mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang datang, baik dari PAD, DAU,

DBH, dan DAK maupun dari pinjaman dan hibah

D)D)D)D) PenutupPenutupPenutupPenutup

Demikian rancangan KUA ini disusun untuk dibahas dan disepakati

sebagai dasar penyusunan dan pembahasan prioritas dan plafon anggaran

sementara.

10.2 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)10.2 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)10.2 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)10.2 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Adalah program prioritas dan patokan batasan maksimum anggaran

yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam

penyusunan RKA-SKPD.

Gambar Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAGambar Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAGambar Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAGambar Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)S)S)S)

Page 145: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

145

A.A.A.A. Proses Penyusunan PPASProses Penyusunan PPASProses Penyusunan PPASProses Penyusunan PPAS

Rancangan PPAS disusun berdasarkan KUA yang telah disepakati. Kepala

daerah menyampaikan Rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas paling

lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan

dilakukan TAPD bersama Panitia Anggaran. Rancangan PPAS disepakati menjadi

PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

B.B.B.B. Format PPASFormat PPASFormat PPASFormat PPAS

I. Pendahuluan

II. Kebijakan Umum APBD

III. Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah

IV. Prioritas Program Dan Plafon Anggaran

V. Plafon Anggaran Menurut Organisasi

VI. Penutup

A)A)A)A) PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan

Uraikan kondisi/prestasi yang telah dicapai pada tahun sebelumnya,

tahun berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan

datang. Uraikan ringkas identitas permasalahan/ hambatan dan tantangan

utama yang dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan tahun yang

akan datang.

B)B)B)B) Kebijakan Umum APBDKebijakan Umum APBDKebijakan Umum APBDKebijakan Umum APBD

Memuat gambaran ringkas tentang target pencapaian kinerja yang

terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah dan proyeksi pendapatan,

belanja, dan pembiayaan daerah sebagai dasar penentuan prioritas program dan

plafon anggaran menurut bidang pemerintahan.

C)C)C)C) Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan DaerahProyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan DaerahProyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan DaerahProyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah

Memuat penjelasan tentang asumsi makro ekonomi yang disepakati

tentang implikasi kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam

upaya peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi tidak

terjadinya atau terjadinya peningkatan belanja daerah dan kebijakan

pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah. Penjelasan tersebut secara

ringkas digambarkan dalam ringaksan Proyeksi APBD

Page 146: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

146

D)D)D)D) Prioritas Program dan Plafon AnggaranPrioritas Program dan Plafon AnggaranPrioritas Program dan Plafon AnggaranPrioritas Program dan Plafon Anggaran

Menguraikan tentang prioritas dan plafon anggaran yang disepakati

mencakup capaian sasaran program, dasar pertimbangan penentuan besaran

pagu indikatif untuk mencapai sasaran program serta hal-hal yang perlu

mendapat perhatian SKPD dalam menjabarkan program lebih lanjut ke dalam

masing-masing kegiatan

E)E)E)E) PenutupPenutupPenutupPenutup

Demikian rancangan PPAS ini disusun untuk dibahas dan disepakati

sebagai dasar penyusunan Rancangan Perda tentang APBD.

10.3 Penyusunan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS10.3 Penyusunan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS10.3 Penyusunan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS10.3 Penyusunan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS

A.A.A.A. Format Nota Kesepakatan KUAFormat Nota Kesepakatan KUAFormat Nota Kesepakatan KUAFormat Nota Kesepakatan KUA

Menyebutkan Pihak-pihak yang Terkait :

I. Pendahuluan

II. Gambaran Umum RKPD

III. Kerangka Ekonomi Makro dan Implikasinya Terhadap Sumber

Pendanaan

IV. Penutup

B. Format Nota Kesepakatan PPA

Menyebutkan Pihak-Pihak yang Terkait :

I. Pendahuluan

II. Kebijakan Umum APBD

III. Proyeksi Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Daerah

IV. Prioritas Program Dan Plafon Anggaran

V. Plafon Anggaran Menurut Organisasi

VI. Penutup

Daftar Pustaka

Domai T. (2010) Metode Teknik Penyusunan Program Kerja DPRD,

Laboratorium Politik dan Tata Pemerintahan FIA-UB Malang

Page 147: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

147

RETRIBUSIRETRIBUSIRETRIBUSIRETRIBUSI

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

11.111.111.111.1 PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Retribusi adalah salah satu sumber dari pada Penerimaan Asli Daerah, berbagai

kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengembangkan dan

meningkatkan penerimaan daerah dari sektor ini.

Kebijakan pemerintah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan

penerimaan retribusi ini dengan menerbitkan Undang-undang Pajak dan Retribusi

Daerah Nomor 28 Tahun 2009. Salah satu upayanya adalah dengan mengembangkan

objek retribusi. Adapun objek Retribusi tersebut meliputi :

a. Jasa Umum;

b. Jasa Usaha; dan

c. Perizinan Tertentu.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa Retribusi yang dikenakan atas jasa umum

digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha

digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Retribusi yang dikenakan atas perizinan

tertentu digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

A.A.A.A. Retribusi Jasa UmumRetribusi Jasa UmumRetribusi Jasa UmumRetribusi Jasa Umum

Pada dasarnya objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan

atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh prang pribadi atau Badan. Adapun Jenis Retribusi Jasa

Umum adalah :

a. Retribusi Pelayaran Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

f. Retribusi Pelayanan Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

11

Page 148: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

148

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Disamping itu pula jenis Retribusi dapat tidak dipungut apabila potensi

penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan

pelayanan tersebut secara cuma-cuma.

Berikut ini akan dikemukakan tentang :

� Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas,

puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum

daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.

Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan

yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan

persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi :

a. PengambiIan/pengumpuIan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan

sementara;

b. Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau Iokasi pembuangan

sementara ke Iokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan

c. Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.

Yang tidak termasuk objek Retribusi adalah pelayanan kebersihan jalan

umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.

� Berkenaan dengan objek Retribusi ada Penggantian Biaya. Cetak Kartu Tanda

Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah pelayanan :

a. Kartu tanda penduduk;

b. Kartu keterangan bertempat tinggal;

c. Kartu identitas kerja;

d. Kartu penduduk sementara;

e. Kartu identitas penduduk musiman;

f. Kartu keluarga, dan

g. Akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta

pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing,

dan akta kematian.

� Adapun yang dimaksudkan dengan objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan

Pengabuan Mayat adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang

meliputi :

Page 149: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

149

a. Pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan,

pembakaran/pengabuan mayat; dan

b. Sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki

atau dikelola Pemerintah Daerah.

� Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan

parlor di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

� Objek Retribusi Pelayanan adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/ sederhana,

berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus

disediakan untuk pedagang. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan

fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan pengujian

kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

� Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pelayanan

pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan

kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat

pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa

yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

� Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang dibuat

oleh Pemerintah Daerah.

� Objek Retribusi penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah pelayanan

penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan dan/atau

penyedotan kakus yang disediakan dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD

dan pihak swasta.

� Objek Retribusi pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair

rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan

limbah cair.

� Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan pengolahan limbah cair yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, pihak

swasta, dan pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai, drainase,

dan/atau sarana pembuangan lainnya.

� Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah :

a. Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan

b. Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 150: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

150

� Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek

Retribusi adalah :

a. Pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah;

b. Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;

c. Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUNIN, BUMD; dan

d. Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

� Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang

untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan,

dan kepentingan umum. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau

Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum.

B.B.B.B. Retribusi JRetribusi JRetribusi JRetribusi Jasa Usahaasa Usahaasa Usahaasa Usaha

Pada dasarnya objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan

oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum

dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai

oleh pihak swasta.

Adapun jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

j. Retribusi Penyeberangan di Air; dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Untuk memberikan penjelasan tentang jenis Retribusi ini adalah sebagai

berikut:

Page 151: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

151

� Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan Daerah.

Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah adalah penggunaan

tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.

� Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas pasar

grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan,

yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek

Retribusi adalah fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki, dan/ atau dikelola oleh

BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang

secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan

ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas

lainnya yang disediakan di tempat pelelangan. Termasuk objek Retribusi adalah

tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan

sebagai tempat pelelangan. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah tempat

pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan

pihak swasta.

� Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk

kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya

di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah terminal yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak

swasta.

� Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari

objek Retribusi adalah pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki, dan/

atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan tempat

penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari obyek Retribusi adalah tempat

penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas

rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan

hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola

oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan

penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Page 152: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

152

� Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan,

termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi

adalah pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola

oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi,

pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah. Dikecualikan dan objek Retribusi adalah pelayanan tempat

rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan orang atau

barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola

oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan

penyeberangan yang dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

� Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah Penjualan hasil produksi

Usaha Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah Penjualan

produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Selanjutnya dikemukakan bahwa subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang

pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Jasa Usaha yang ber-

sangkutan. Disamping itu wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan

yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa

Usaha.

C.C.C.C. Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan Perizinan tertentu oleh

Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk

pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber

daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Adapun jenis Retribusi Perizinan Tertentu meliputi :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

� Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk

mendirikan suatu bangunan. Pemberian Izin tersebut meliputi kegiatan peninjauan

Page 153: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

153

desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan

rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan

koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien

ketinggian bangunan (KKR), dan pengawasan penggunaan bangunan yang

meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang

menempati bangunan tersebut. Adapun yang tidak termasuk objek Retribusi adalah

pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

� Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah pemberian izin

untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

� Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan

kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya,

kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan

usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban,

keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan

memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun yang tidak termasuk

objek Retribusi adalah tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh

Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

� Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau

Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu

atau beberapa trayek tertentu.

� Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pemberian izin kepada orang pribadi

atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan

ikan.

1. Tata Cara Penghitungan Retribusi1. Tata Cara Penghitungan Retribusi1. Tata Cara Penghitungan Retribusi1. Tata Cara Penghitungan Retribusi

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Pajak dan Retribusi maka:

besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat

penggunaan jasa dengan tarif Retribusi. Tingkat penggunaan jasa adalah jumlah

penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah

Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Apabila tingkat penggunaan

jasa sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus

yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Rumus yang digunakan harus mencerminkan

beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut.

Sedangkan yang berkaitan dengan tarif Retribusi adalah nilai rupiah atau persentase

tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya Retribusi yang terutang.

Dimana tarif Retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan

sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi.

Page 154: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

154

2. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi2. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi2. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi2. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Pada dasarnya prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum

ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas

pelayanan tersebut. Adapun mengenai biaya meliputi biaya operasi dan

pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya

memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup seba-

gian biaya. Sedangkan retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta hanya memperhitungkan biaya pencetakan

dan pengadministrasian.

Adapun prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa

Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Dimana

keuntungan yang layak adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa

usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Selanjutnya prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu

didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya penyelenggaraan

pemberian izin meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,

penetapan hokum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin

tersebut.

Berkenaan dengan masa tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)

tahun sekali. Peninjauan tarif Retribusi dilakukan dengan memperhatikan indeks

harga dan perkembangan perekonomian.

11.211.211.211.2 PENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATPENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATPENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATPENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH URAN DAERAH URAN DAERAH URAN DAERAH

TENTANG RETRIBUSITENTANG RETRIBUSITENTANG RETRIBUSITENTANG RETRIBUSI

Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tentang

Retribusi tidak dapat berlaku surut. Dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi paling

sedikit mengatur ketentuan mengenai :

a. Nama, objek, dan Subjek Retribusi;

b. Golongan Retribusi;

c. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;

d. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi;

e. Struktur dan besarnya tarif Retribusi;

f. Wilayah pemungutan;

g. Penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan

pembayaran;

h. Sanksi administratif;

Page 155: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

155

i. Penagihan;

j. Penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa; dan

k. Tanggal mulai berlakunya.

Peraturan Daerah tentang Retribusi dapat juga mengatur ketentuan mengenai :

a. Masa Retribusi;

b. Pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu

atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya; dan/atau;

c. Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.

Pengurangan dan keringanan diberikan dengan melihat kemampuan Wajib

Retribusi. Pembebasan Retribusi, diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi. Lebih

lanjut dikemukakan bahwa Peraturan Daerah untuk jenis Retribusi yang tergolong

dalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan dengan

masyarakat sebelum ditetapkan.

11.311.311.311.3 PENGAWASAN DAN PEMBATALAN PERATURAN DAERAHPENGAWASAN DAN PEMBATALAN PERATURAN DAERAHPENGAWASAN DAN PEMBATALAN PERATURAN DAERAHPENGAWASAN DAN PEMBATALAN PERATURAN DAERAH

TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSITENTANG PAJAK DAN RETRIBUSITENTANG PAJAK DAN RETRIBUSITENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI

Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang telah

disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi sebelum ditetapkan disampaikan

kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja

terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud. Sedangkan rancangan Peraturan Daerah

kabupaten/kota tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh

bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota sebelum ditetapkan disampaikan kepada

gubernur dan Menteri Keuangan. paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak

tanggal persetujuan dimaksud. Menteri Dalam Negeri melakukan evaluasi terhadap

Rancangan Peraturan Daerah untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerah

dengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umum, dan/atau peraturan

perundang-undangan lain yang lebih tinggi.

Gubernur berkewajiban melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan

Daerah untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan

Undang-Undang ini, kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan

lain yang lebih tinggi. Menteri Dalam Negeri dan gubernur dalam melakukan evaluasi

berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Berkaitan dengan hasil evaluasi yang telah

dikoordinasikan dengan Menteri Keuangan dapat berupa persetujuan atau penolakan.

Selanjutnya hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernur

untuk Rancangan Peraturan Daerah provinsi dan oleh gubernur kepada

bupati/walikota untuk Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota dalam jangka

waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan

Daerah dimaksud. Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan maka harus disampaikan

Page 156: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

156

dengan disertai alasan penolakan. Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan

Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat diperbaiki oleh gubernur, bupati/

walikota bersama DPRD yang bersangkutan, untuk kemudian disampaikan kembali

kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan untuk Rancangan Peraturan

Daerah provinsi dan kepada gubernur dan Menteri Keuangan untuk Rancangan

Peraturan Daerah kabupaten/kota. Apabila hasil evaluasi berupa persetujuan

Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat langsung ditetapkan,.

Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh gubernur/ bupati/ walikota

disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7

(tujuh) hari kerja setelah ditetapkan. Dalam hal Peraturan Daerah bertentangan

dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud

kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Penyampaian rekomendasi pembatalan

oleh Menteri Keuangan kepada. Menteri Dalam Negeri dilakukan paling lambat 20

(dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Peraturan Daerah.

Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampailan oleh Menteri

Keuangan, Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Peraturan

Daerah dimaksud kepada Presiden. Keputusan pembatalan Peraturan Daerah

ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak

diterimanya Peraturan Daerah. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusan

pembatalan Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah dan

selanjutnya DPRD bersama, Kepala. Daerah mencabut Peraturan Daerah dimaksud. Jika

provinsi/ kabupaten/ kota dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan Daerah

dengan alasan-alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan,

Kepala. Daerah dapat mengajukan keberatan kepada. Mahkamah Agung. Jika

keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut

menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mernpunyai kekuatan hukum.

Jika Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan

Peraturan Daerah Peraturan Daerah dimaksud dinyatakan berlaku. Pelanggaran

terhadap ketentuan oleh Daerah dikenakan sanksi berupa penundaan atau pemotongan

Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi. Tata cara pelaksanaan

penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau

restitusi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

11.411.411.411.4 TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSITATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSITATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSITATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pada dasarnya Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan dapat berupa karcis,

kupon, dan kartu langganan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat

Page 157: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

157

pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga.

sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau

kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. Penagihan Retribusi terutang

didahului dengan Surat Teguran. Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi

ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

11.511.511.511.5 KEBERATANKEBERATANKEBERATANKEBERATAN

Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala

Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-

alasan yang jelas. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat

menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar

kekuasaannya. Keadaan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang terjadi di

luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi. Pengajuan keberatan tidak, menunda

kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal

Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan

dengan menerbitkan Surat Keputusan keberatan. Ketentuan adalah untuk memberikan

kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi

keputusan oleh Kepala Daerah. Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa

menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang

terutang. Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu

keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Jika pengajuan

keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi

dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk

paling lama 12 (dua belas) bulan. Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan

sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

11.611.611.611.6 PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Apabila terjadi atas kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi, Wajib Pajak

atau Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala

Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak

diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak harus

memberikan keputusan. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)

bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi

harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu telah dilampaui dan Kepala

Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran

Page 158: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

158

Pajak atau Retribusi dianggap dikabulkan dan SKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan

dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Apabila Wajib Pajak atau Wajib Retribusi mempunyai utang Pajak atau utang

Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi langsung diperhitungkan

untuk melunasi terlebih dahulu utang Pajak atau utang Retribusi tersebut.

Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi dilakukan dalam jangka

waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB atau SKRDLB. Jika

pengembalian kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi dilakukan setelah lewat 2

(dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)

sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi.

Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi diatur dengan

Peraturan Kepala Daerah.

11.711.711.711.7 KEDALUWARSA PENAGIHANKEDALUWARSA PENAGIHANKEDALUWARSA PENAGIHANKEDALUWARSA PENAGIHAN

Apabila hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa setelah

melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecuali

apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

Kedaluwarsa penagihan Pajak tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; atau

b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak

langsung.

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa kedaluwarsa penagihan

dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut. Pengakuan utang Pajak

secara langsung adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih

mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Pengakuan utang secara tidak langsung dapat diketahui dari pengajuan permohonan

angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

Selanjutnya hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa

setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,

kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi. Kedaluwarsa

penagihan Retribusi tertangguh jika :

a. Diterbitkan Surat Teguran; atau

b. Ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun

tidak langsung.

Dalam, hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana kedaluwarsa penagihan

dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut. Pengakuan utang Retribusi

secara adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai

utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. Pengakuan utang

Page 159: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

159

Retribusi secara tidak langsung dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran

atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Berhubungan dengan piutang Pajak dan Retribusi yang tidak mungkin ditagih

lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

Berdasarkan kewenangannya Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang

Pajak dan/atau Retribusi provinsi yang sudah kedaluwarsa. Bupati/walikota

menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak dan/atau Retribusi kabupaten/kota

yang sudah kedaluwarsa.

11.811.811.811.8 PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAANPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAANPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAANPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Pajak dan Retribusi daerah

maka wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp.

300.000.000.00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan

pembukuan atau pencatatan. Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta

tata cara pembukuan atau pencatatan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Sesuai dengan kewenangannya maka Kepala Daerah berwenang melakukan

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan

kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah dan Retribusi. Wajib Pajak atau Wajib Retribusi yang diperiksa

wajib :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Pajak

atau objek Retribusi yang terutang;

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap

perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. Memberikan keterangan yang diperlukan.

11.911.911.911.9 INSENTIF PEMUNGUTANINSENTIF PEMUNGUTANINSENTIF PEMUNGUTANINSENTIF PEMUNGUTAN

Berdasarkan hasil kinerja dan ketentuan khusus yang diperoleh oleh instansi

yang melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar

pencapaian kinerja tertentu. Pemberian insentif ditetapkan melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah. Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang

diketahui atau diberitahukan kepadanya olah Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau

pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah. Larangan berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh

Page 160: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

160

Kepala Daerah untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan daerah.

Pengecualian ini dari ketentuan adalah :

a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam

sidang pengadilan;

b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk

memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi

Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan

daerah.

Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenang memberi izin tertulis

kepada pejabat agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau

tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. Untuk kepentingan pemeriksaan di

pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan

Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara perdata, Kepala Daerah dapat memberi izin

tertulis kepada pejabat dan tenaga untuk memberikan dan memperlihatkan bukti

tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. Permintaan hakim harus

menyebutkan nama tersangka dan nama tergugat, keterangan yang diminta, serta

kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang

diminta.

11.1011.1011.1011.10 PENYIDIKANPENYIDIKANPENYIDIKANPENYIDIKAN

Pejabat Pegawai Negeri Sipii tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Hukum Acara Pidana. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di

lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wewenang Penyidik meliputi :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar

keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau

Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan

dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di

bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

Page 161: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

161

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti

tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau

tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,

benda, dan/ atau dokumen yang dibawa;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan

Retribusi;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan; dan/atau

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

l. Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyi-

dikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum

Acara Pidana.

11.1111.1111.1111.11 KETENTUAN PIDANAKETENTUAN PIDANAKETENTUAN PIDANAKETENTUAN PIDANA

Berkaitan dengan ketentuan pidana wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak

menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau

melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah

dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda

paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Wajib Pajak yang dengan sengaja menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak

benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga

merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2

(dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang dibayar.

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui

jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak

atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang

bersangkutan. Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga

merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan

Page 162: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

162

atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau

kurang dibayar.

Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena

kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak

Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah). Selanjutnya pejabat atau tenaga ahli yang

ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau

seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.

10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Penuntutan terhadap tindak pidana hanya

dilakukan alas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Tuntutan pidana

sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan

selaku Wajib Pajak atau Wajib Retribusi, karena itu dijadikan tindak pidana

pengaduan. Denda merupakan penerimaan negara.

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Page 163: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

163

PAJAK DAERAHPAJAK DAERAHPAJAK DAERAHPAJAK DAERAH

BAB BAB BAB BAB

Tjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin DomaiTjahjanulin Domai

12.112.112.112.1 PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Dengan diimplementasikan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan

pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-

luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi

daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, dengan

demikian pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian

daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah, dan retribusi daerah dan

pemberian diskresi dalam penetapan tarif. Dengan demikian kebijakan pajak daerah

dan retribusi daerah dilakukan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan

keadilan, peran serta masyarakat, dan Akuntabilitas dengan memperhatikan potensi

daerah. (Tjahjanulin, 2010)

Adapun pengertian pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang

terutama oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan yang

dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. (Tunggal, 2009)

12.212.212.212.2 JENIS PAJAKJENIS PAJAKJENIS PAJAKJENIS PAJAK

Berdasarkan pada ketentuan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah ada bermacam-macam jenis pajak, apabila dilihat dari kewenangannya maka

ada kewenangan provinsi dan ada kewenangan kabupaten dan kota. Adapun jenis

pajak provinsi terdiri atas :

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

12

Page 164: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

164

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan, dan

e. Pajak Rokok.

Sedangkan pajak kabupaten/kota terdiri atas :

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Berkenaan dengan jenis pajak provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.a.a.a. Pajak Kendaraan BermotorPajak Kendaraan BermotorPajak Kendaraan BermotorPajak Kendaraan Bermotor

Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/ atau penguasaan

Kendaraan Bermotor. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah

kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis

jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor

GT 5 (lima Gross Tonnage) dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).

Adapun subjek dari Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan

yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Sedangkan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan

Bermotor. Apabila Wajib Pajak Badan, maka kewajiban perpajakannya diwakili oleh

pengurus atau kuasa Badan tersebut.

� Dasar Pengenaan PajakDasar Pengenaan PajakDasar Pengenaan PajakDasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak bagi Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari

2 (dua) unsur pokok:

a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor, dan

b. Bobot yang mencerminkan secara efektif tingkat kerusakan jalan dan/ atau

pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum,

termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan

Pajak Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor. Sedangkan bobot

dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu),

dengan pengertian sebagai berikut :

Page 165: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

165

a. Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran

lingkungan oleh pengguna Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih

dalam batas toleransi; dan

b. Koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan Kendaraan Bermotor

tersebut dianggap melewati batas toleransi.

Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum

atas suatu Kendaraan Bermotor. Dimana Harga Pasaran Umum adalah harga rata-

rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat. Berkenaan dengan

Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum pada

minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya.

Apabila Harga Pasaran Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui,

Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh

faktor-faktor :

a. Harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/ atau satuan tenaga yang

sama;

b. Penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi;

c. Harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang sama;

d. Harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor

yang sama;

e. Harga Kendaraan Bermotor dengan pembuatan Kendaraan Bermotor;

f. Harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis; dan

g. Harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor

Barang (PIB)

Sedangkan bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor :

a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/ as, roda dan berat

Kendaraan Bermotor;

b. Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin,

gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan

c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan Bermotor

yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 atau 4 tak, dan isi silinder

Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan dalam

suatu tabel yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah

mendapatkan pertimbangan dari Menteri Keuangan.

� Tarif Pajak Kendaraan BermotorTarif Pajak Kendaraan BermotorTarif Pajak Kendaraan BermotorTarif Pajak Kendaraan Bermotor

Persoalan yang berkenaan dengan tarif Pajak Kendaraan Bermotor dapat

dikemukakan sebagai berikut :

(1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:

Page 166: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

166

a) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar

1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen)

b) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat

ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Kepemilikan Kendaraan

Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.

(2) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkatan umum, ambulan, pemadam

kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/

TNI/ POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima

persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).

(3) Bagi tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling

tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). Semua Tarif Pajak Kendaraan

Bermotor tersebut di atas ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang

dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan Bermotor terdaftar. Pemungutan

Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan bersamaan dengan penerbitan Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor. Pemungutan pajak tahun berikutnya dilakukan di kas

daerah atau bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas) bulan

berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan Bermotor. Pajak

Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor

yang karena keadaan kahar (force majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (dua

belas) bulan, dapat dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi

Masa Pajak yang belum dilalui.

Adapun yang dimaksud dengan keadaan kahar adalah suatu keadaan yang

terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib pajak, misal Kendaraan Motor tidak

didapat digunakan lagi karena bencana alam. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara pelaksanaan restitusi diatur dengan Peraturan Gubernur. Sedangkan

berkenaan dengan hasil penerimaan Pajak Kendaraan Motor paling sedikit 10%

(sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,

dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan

moda dan sarana transportasi umum.

� Bea BaliBea BaliBea BaliBea Balik Nama Kendaraan Bermotork Nama Kendaraan Bermotork Nama Kendaraan Bermotork Nama Kendaraan Bermotor

Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Motor adalah penyerahan

kepemilikan Kendaraan Motor. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Motor

adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di

Page 167: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

167

semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan

ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross

Tonnage). Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor adalah :

a. Kereta api;

b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara;

c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/ atau dikuasai kedutaan, konsultan,

perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga

internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah;

dan

d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf

internasional

Berkaitan dengan Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Berotor adalah

orang pribadi atau Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor.

Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan

yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor.

Adapun dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai

Jual Kendaraan Bermotor. Dimana dalam hal tarif Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. Penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen); dan

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen.

Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang

tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing

sebagai berikut :

a. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

b. Penyerahan kedua seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima

persen. Selanjutnya tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

Berkaitan dengan penetapan besaran Pokok Pajak Balik Nama Kendaraan

Bermotor yang tertuang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

penggunaan pajak. Sedangkan dalam hal Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan Bermotor terdaftar.

Dimana pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dilakukan pada saat

pendaftaran.

Bagi wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaftarkan

penyerahan Kendaraan Bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak saat penyerahan. Sedangkan bagi orang pribadi atau Badan

yang menyerahkan Kendaraan Bermotor melaporkan secara tertulis penyerahan

Page 168: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

168

tersebut kepada gubernur atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak saat penyerahan. Dalam hal Laporan tertulis paling sedikit

berisi :

a) Nama dan alamat orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan;

b) Tanggal, bulan, dan tahun penyerahan;

c) Nomor polisi kendaraan bermotor;

d) Lampiran fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, dan

e) Khusus untuk kendaraan di air ditambahkan pas dan nomor pas kapal.

� Pajak Bahan Bakar Kendaraan BermotorPajak Bahan Bakar Kendaraan BermotorPajak Bahan Bakar Kendaraan BermotorPajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Berdasarkan undang-undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi yang

dimaksud dengan objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk

kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di

air.

Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah konsumen Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah

orang pribadi atau Badan yang menggunakan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan oleh penyedia

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

adalah produsen dan importir Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, baik untuk dijual

maupun untuk digunakan sendiri.

Sedangkan dasar pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah

Nilai Jual Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebelum dikenakan Pajak Pertambahan

Nilai. Berkaitan dengan tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling

sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi. Dengan kewenangannya

pemerintah dapat mengubah tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang

sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan Peraturan presiden. Kewenangan

Pemerintah untuk mengubah tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

dilakukan dalam hal :

a) Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% (seratus tiga puluh

persen) dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-

Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan;

atau

b) Diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu paling

lama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya Undang-Undang ini. Adapun

Page 169: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

169

mengenai tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan

Peraturan Daerah. Sedangkan besaran pokok Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan

dasar pengenaan pajak.

� Pajak Air PermukaanPajak Air PermukaanPajak Air PermukaanPajak Air Permukaan

Pengertian Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan dan/atau

pemanfaatan Air Permukaan. Dalam pajak air permukaan dikecualikan dari objek

Pajak Air Permukaan adalah :

a) Pengambilan dan pemanfaatan Air Permukaan untuk keperluan dasar rumah

tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

dan

b) Pengambilan dan pemanfaatan Air Permukaan lainnya yang ditetapkan dalam

Peraturan Daerah.

Pengertian dari subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan

yang dapat melakukan pengambilan dan pemanfaatan Air Permukaan. Sedangkan

yang dimaksudkan dengan Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

Dalam hal dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air

Permukaan. Dimana Nilai Perolehan Air Permukaan dinyatakan dalam rupiah yang

dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut:

a. Jenis sumber air;

b. Lokasi sumber air;

c. Tujuan pengambilan dan pemanfaatan air;

d. Volume air yang diambil dan dimanfaatkan;

e. Kualitas air;

f. Luas areal tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air; dan

g. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau

pemanfaatan air.

Berkaitan dengan besarnya Nilai Perolehan Air Permukaan ditetapkan dengan

Peraturan Gubernur. Mengenai tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi

sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Berkaitan dengan besaran pokok Pajak Air Permukaan yang terutang dihitung

dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Dalam hal

pemungutan Pajak Air Permukaan yang terutang dipungut di wilayah daerah

tempat air berada.

Page 170: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

170

� Pajak RokokPajak RokokPajak RokokPajak Rokok

Dalam hal objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok. Pengertian Rokok

meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun. Disamping itu pula dikecualikan dari

objek Pajak Rokok adalah rokok yang tidak dikenai cukai berdasarkan peraturan

perundang-undangan di bidang cukai.

Berkaitan dengan pengertian subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok.

Sedangkan wajib Pajak Rokok adalah pengusaha pabrik rokok/ produsen dan

importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok pengusaha Barang Kena

Cukai. Dalam hal pemungutan Pajak Rokok dipungut oleh instansi Pemerintah yang

berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Hasil

daripada Pajak Rokok yang dipungut oleh instansi Pemerintah disetor ke rekening

kas umum daerah provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.

Dalam hal Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh

Pemerintah terhadap rokok.

Mengenai tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari

cukai rokok. Sedangkan besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan

cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Berkaitan dengan

penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/ kota,

dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan

kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.

� Pajak HotelPajak HotelPajak HotelPajak Hotel

Yang dimaksud objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh

Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel

yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas

olahraga dan hiburan. Adapun jasa penunjang adalah fasilitas telepon, faksimile,

teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis

lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel. Disamping itu tidak termasuk objek

Pajak Hotel adalah :

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah;

b. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan,

dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel

yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

Adapun pengertian tentang subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang

Page 171: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

171

mengusahakan Hotel. Sedangkan Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau

Badan yang mengusahakan Hotel.

Dalam hal dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau

yang seharusnya dibayar kepada Hotel. Sedangkan tarif Pajak Hotel ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Dimana tarif Pajak Hotel ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Sedangkan besaran pokok Pajak Hotel yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Dalam hal

Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Hotel berlokasi.

� Pajak RestoranPajak RestoranPajak RestoranPajak Restoran

Yang dimaksud dengan Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang

disediakan oleh Restoran. Adapun pelayanan yang disediakan Restoran meliputi

pelayanan penjualan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik

dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain, yang tidak termasuk objek

Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai

penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Adapun pengertian daripada subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau

Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Sedangkan wajib

Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.

Dalam hal dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang

diterima atau yang seharusnya diterima Restoran. Sedangkan tarif Pajak Restoran

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Dimana tarif Pajak Restoran

ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dan besaran pokok Pajak Restoran yang

terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah

daerah tempat Restoran berlokasi.

� Pajak Hiburan Pajak Hiburan Pajak Hiburan Pajak Hiburan

Pengertian daripada objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan

Hiburan dengan dipungut bayaran. Dalam hal pengertian Hiburan adalah :

a. Tontonan film;

b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;

c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;

d. Pameran;

e. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;

f. Sirkus, akrobat, dan sulap;

g. Permainan bilyar, golf, dan boling;

h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;

i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan

Page 172: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

172

j. Pertandingan olahraga.

Pengertian tentang subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan

yang menikmati Hiburan. Sedangkan Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi

atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan. Dalam hal pengeluaran Pajak dasar

pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya

diterima oleh penyelenggara Hiburan. Sedangkan jumlah uang yang seharusnya

diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada

penerima jasa Hiburan.

Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima

persen). Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan,

diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi

uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh

puluh lima persen). Khusus Hiburan kesenian rakyat/ tradisional dikenakan tarif

Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Semua tarif

Pajak Hiburan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dimana besaran

pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan

dasar pengenaan pajak. Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah daerah

tempat Hiburan diselenggarakan.

� Pajak ReklamePajak ReklamePajak ReklamePajak Reklame

Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame.

Sedangkan objek Pajak meliputi :

a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;

b. Reklame kain;

c. Reklame melekat, stiker;

d. Reklame selebaran;

e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;

f. Reklame udara;

g. Reklame apung;

h. Reklame suara;

i. Reklame film/slide; dan

j. Reklame peragaan.

Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah :

a. Penyelenggaraan Reklame melalui Internet, televisi, radio, warta harian,

warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

b. Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,

yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;

Page 173: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

173

c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan

tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang

mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;

d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

dan

e. Penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Adapun pengertian daripada subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau

Badan yang menggunakan Reklame. Sedangkan Wajib Pajak Reklame adalah orang

pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame. Apabila dalam hat Reklame

diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau Badan, Wajib

Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut. Selanjutnya dalam hal

Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib

Pajak Reklame.

Adapun hal yang berkenaan dengan dasar pengenaan Pajak Reklame adalah

Nilai Sewa Reklame. Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai

Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame. Apabila dalam hal

Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame dihitung dengan

memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu,

jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame. Adapun cara

perhitungan Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dimana

hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima

persen), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sedangkan besaran pokok Pajak

Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak. Dalam pemungutannya pajak Reklame yang terutang dipungut di

wilayah daerah tempat Reklame tersebut diselenggarakan.

� Pajak Penerangan JalanPajak Penerangan JalanPajak Penerangan JalanPajak Penerangan Jalan

Pengertian tentang objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga

listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.

Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik. Pengecualian

dari objek Pajak Penerangan Jalan adalah :

a) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b) Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,

konsulat, dan perwakilan asing dengan asas timbal balik;

c) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu

yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait; dan

d) Penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

Page 174: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

174

Adapun yang dimaksudkan dengan subjek Pajak Penerangan Jalan adalah

orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Sedangkan

Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan

tenaga listrik. Dan dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, Wajib

Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.

Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik.

Nilai Jual Tenaga Listrik ditetapkan :

a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai

Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan

biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik;

b. Dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung

berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu

pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah

yang bersangkutan.

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh

persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan

minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi

sebesar 3% (tiga persen). Apabila penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan

sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (satu

koma lima persen). Sedangkan tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan

Peraturan Daerah. Dimana besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Pajak

Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat penggunaan

tenaga listrik. Sedangkan Hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagian

dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.

� Pajak Mineral Bukan Logam dan BatuanPajak Mineral Bukan Logam dan BatuanPajak Mineral Bukan Logam dan BatuanPajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Yang dimaksudkan dengan objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi :

a. Asbes;

b. Batu tulis;

c. Batu setengah permata;

d. Batu kapur;

e. Batu apung;

f. Batu permata;

g. Bentonit;

h. Dolomin;

i. Feldspar;

j. Garam batu (halite);

k. Grafit;

l. Granit/ andesit;

m. Gips;

n. Kalsit;

o. Kaolin;

p. Leusit;

q. Magnesit;

r. Mika;

s. Marmer;

t. Nitrat;

u. Opsidien;

v. Oker;

w. Pasri dan kerikil;

x. Pasir kuarsa;

Page 175: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

175

y. Perlit;

z. Phospat;

aa. Talk;

bb. Tanah serap (fullers earth); cc. Tanah diatome;

dd. Tanah liat;

ee. Tawas (alum);

ff. Tras;

gg. Yarosif;

hh. Zeolit;

ii. Basal;

jj. Trakkit; dan

kk. Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Adapun pengecualian dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

adalah :

a. Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-nyata

tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah

untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, pena-

naman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

b. Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang merupakan

ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara

komersial; dan

c. Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

Adapun pengertian tentang subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan dan

Batuan. Sedangkan yang dimaksud dengan wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral Bukan Logam

dan Batuan.

Adapun dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah

Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dinama nilai jual

dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar

atau harga standar masing-masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan nilai pasar adalah harga rata-rata yang

berlaku di lokasi setempat di wilayah daerah yang bersangkutan. Dalam hal nilai

pasar dari hasil produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan sulit diperoleh,

digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam

bidang pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Adapun dalam hal tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan

paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen). Lebih lanjut dikemukakan tarif

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Dalam penentuan besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar

Page 176: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

176

pengenaan pajak. Dalam hal pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan Mineral Bukan

Logam dan Batuan.

� Pajak ParkirPajak ParkirPajak ParkirPajak Parkir

Pengertian objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar

badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor. Adapun yang tidak termasuk objek pajak adalah :

a. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk

karyawannya sendiri;

c. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara

asing dengan asas timbal balik; dan

d. Penyelenggaraan tempat Parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

Adapun pengertian daripada subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan parlor kendaraan bermotor. Sedangkan Wajib Pajak Parkir

adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir. Adapun

dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya

dibayar kepada penyelenggaraan tempat Parkir. Selanjutnya dasar pengenaan Pajak

Parkir dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Penentuan dari pada tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%

(tiga puluh persen). Selanjutnya tarif Pajak Parkir ditetapkan dengan Peraturan

Daerah. Dimana besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Sedangkan Pajak Parkir yang

terutang dipungut di wilayah daerah tempat Parkir berlokasi.

� Pajak Air TanahPajak Air TanahPajak Air TanahPajak Air Tanah

Yang dimaksudkan dengan objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan

dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Adapun dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah

adalah :

a. Pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah

tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; dan

b. Pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur dengan

Peraturan Daerah.

Pengertian tentang subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan

yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Sedangkan wajib

Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang dilakukan pengambilan

dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

Page 177: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

177

Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah. Nilai

Perolehan Air Tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan memper-

timbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut :

a. Jenis sumber air;

b. Lokasi sumber air;

c. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;

d. Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan

e. Kualitas air; dan

f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/ atau

pemanfaatan air.

Penggunaan faktor-faktor disesuaikan dengan kondisi masing-masing

Daerah. Dalam penetapan besarnya Nilai Perolehan Air Tanah ditetapkan dengan

Peraturan Bupati/Walikota.

Adapun berkenaan dengan tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi

sebesar 20% (dua puluh persen). Selanjutnya tarif Pajak Air Tanah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Dimana besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Sedangkan

Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat air diambil.

� Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet

Yang dimaksudkan dengan objek Pajak Sarang Burung Walet adalah

pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet. Adapun yang tidak

termasuk objek pajak adalah :

a. pengambilan Sarang Burung Walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP);

b. kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet lainnya

yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pengertian dari pada Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi

atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung

Walet sedangkan Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung

Walet.

Sedangkan dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual

Sarang Burung Walet. Nilai Jual Sarang Burung Walet dihitung berdasarkan

perkalian antara harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku di

daerah yang bersangkutan dengan volume Sarang Burung Walet.

Dalam hal Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar

10% (sepuluh persen) selanjutnya Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Adapun Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang

Page 178: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

178

terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak

sedangkan Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di wilayah daerah

tempat pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

� Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan PerkotaanPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan PerkotaanPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan PerkotaanPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pengertian dari pada Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan

untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Adapun yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel,

pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks

Bangunan tersebut;

b. Jalan tol;

c. Kolam renang;

d. Pagar mewah;

e. Tempat olahraga;

f. Galangan kapal, dermaga;

g. Taman mewah;

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

i. Menara.

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan adalah objek pajak yang :

a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan

untuk memperoleh keuntungan;

c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan

itu;

d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,

tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum

dibebani suatu hak;

e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik; dan

f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional ditetapkan

dengan Peraturan Menteri Keuangan

Dalam hal besarnya Nilai Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling

rendah sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Page 179: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

179

Selanjutnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Pengertian tentang subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu

hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Selanjutnya yang

dimaksud dengan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas

Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,

dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

NJOP. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak

tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

Penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah. Sedangkan tarif Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%

(nol koma tiga persen), dan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Adapun besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan

pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.

Selanjutnya dikemukakan bahwa tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu)

tahun kalender. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut

keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. Tempat pajak yang terutang adalah di

wilayah daerah yang meliputi letak objek pajak.

Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP. Adapun SPOP harus diisi

dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada

Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek

Pajak.

Selanjutnya berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan SPPT.

Berdasarkan kewengannya Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-

hal sebagai berikut :

a. SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh

Kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak

yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP

yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

Page 180: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

180

� Bea Perolehan Hak atas Tanah dan BangunanBea Perolehan Hak atas Tanah dan BangunanBea Perolehan Hak atas Tanah dan BangunanBea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan

Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Dimana perolehan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan meliputi :

a. Pemindahan hak karena :

1) Jual beli;

2) Tukar menukar;

3) Hibah;

4) Hibah wasiat;

5) Waris;

6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;

7) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;

8) Penunjukan pembeli dalam lelang;

9) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

10) Penggabungan usaha;

11) Peleburan usaha;

12) Pemekaran usaha; atau

13) Hadiah.

b. Pemberian hak baru karena :

1) Kelanjutan pelepasan hak; atau

2) Diluar pelepasan hak.

Sedangkan hak atas tanah adalah :

a. Hak milik;

b. Hak guna usaha;

c. Hak guna bangunan;

d. Hak pakai;

e. Hak milik atas satuan ruman susun; dan

f. Hak pengelolaan.

Disamping itu pula ada objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh yaitu:

a. Perwakilan dipiomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum;

c. Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan

Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalanken usaha atau

melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan

organisasi tersebut;

Page 181: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

181

d. Orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum

lain dengan tidak adanya perubahan nama;

e. Orang pribadi atau Badan karena wakaf; dan

f. Orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

Pengertian tentang subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan. Sedangkan wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan.

Berkaitan dengan dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak. Nilai Perolehan Objek Pajak dalam

hal :

a. Jual belil adalah harga transaksi;

b. Tukar menukar adalah nilai pasar;

c. Hibah adalah nilai pasar;

d. Hibah wasiat adalah nilai pasar;

e. Waris adalah nilai pasar;

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;

h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan

hukum tetap adalah nilai pasar;

i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah

nilai pasar;

j. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;

k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar;

l. Peleburan usaha adalah nilai pasar;

m. Pemekaran usaha adalah nilai pasar;

n. Hadiah adalah nilai pasar; dan/atau

o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum

dalam risalah lelang.

Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana tidak diketahui atau lebih

rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah

NJOP Pajak Bumi dan Bangunan. Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta

rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. Dalam hal perolehan hak karena waris atau

hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga

sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah

Page 182: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

182

dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak

Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah). Selanjutnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena ditetapkan

dengan peraturan Daerah.

Penetapan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan

paling tinggi sebesar 5% (lima persen). Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah

dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak. Selanjutnya bea perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat

Tanah dan/atau Bangunan berada.

Dalam hal yang berhubungan dengan saat terutangnya pajak Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ditetapkan untuk :

a) Jual bell adalah sejak dibuat dan ditandatanganinya akta;

b) Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

c) Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

d) Hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

e) Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya

ke kantor bidang pertanahan;

f) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal

dibuat dan ditandatanganinya akta;

g) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

h) Putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pangadilan yang mempunyai

kekuatan hukum yang tetap;

i) Pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah

sejak diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;

j) Pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya

surat keputusan pemberian hak;

k) Penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

l) Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

m) Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

n) Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; dan

o) Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang.

Selanjutya Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan

hak. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta

pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan

Page 183: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

183

bukti pembayaran pajak. Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara

hanya dapat menandatangani risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan setelah wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak. Kepala kantor

bidang pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran Hak atas Tanah atau

pendaftaran peralihan Hak atas Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti

pembayaran pajak.

Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang membidangi

pelayanan lelang negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang Perolehan

Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepala Kepala Daerah paling lambat pada

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. Tata cara pelaporan bagi pejabat diatur

dengan Peraturan Kepala Daerah. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala

kantor yang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan

dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp. 7.500.000,00 (tujuh juta

lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran. Pejabat Pembuat Akta

Tanah/Notaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara, yang

melanggar ketentuan dikenakan sanksi administratif berupa Benda sebesar

Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan. Kepala

kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12.312.312.312.3 BAGI HASIL PAJAK PROVINSIBAGI HASIL PAJAK PROVINSIBAGI HASIL PAJAK PROVINSIBAGI HASIL PAJAK PROVINSI

Hasil penerimaan Pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi kabupaten/ yang

di provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar 30% (tiga puluh persen);

b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada

kabupaten/kota sebesar 70% (tujuh puluh persen);

c. Hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada kabupaten/kola sebesar 70%

(tujuh puluh persen); dan

d. Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar

50% (lima puluh persen).

Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada

hanya. pada 1 (situ) wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air Permukaan

dimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 80% (delapan

puluh persen). Bagian kabupaten/kota ditetapkan dengan memperhatikan aspek

pemerataan dan/atau potensi antar kabupaten/kota.

Page 184: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

184

12.412.412.412.4 PENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH PENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH PENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH PENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH

TENTANTENTANTENTANTENTANG PAJAKG PAJAKG PAJAKG PAJAK

Semua pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dan Peraturan Daerah

tentang Pajak tidak berlaku surut. Peraturan Daerah tentang Pajak paling sedikit

mengatur ketentuan mengenai :

1. Nama, objek, dan Subjek Pajak;

2. Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak;

3. Wilayah pemungutan;

4. Masa Pajak;

5. Penetapan;

6. Tata cara pembayaran dan penagihan;

7. Kedaluwarsa;

8. Sanksi administratif; dan

9. Tanggal mulai berlakunya.

Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan mengenai :

1) Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu

atas pokok pajak dan/atau sanksinya;

2) Tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa; dan/atau

3) Asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan

pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara using sesuai dengan

kelaziman internasional.

1.1.1.1. Tata Cara Pemungutan PajakTata Cara Pemungutan PajakTata Cara Pemungutan PajakTata Cara Pemungutan Pajak

Dalam Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. Dimana setiap Wajib Pajak

wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar

sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala

Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan. Wajib Pajak

yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD,

SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala

Daerah dapat menerbitkan :

a. SKPDKB dalam hal :

1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang

tidak atau kurang dibayar;

Page 185: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

185

2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu

tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya

sebagaimana ditentukan dalam surat Teguran;

3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidal( dipenuhi, pajak yang terutang dihitung

secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data barn dan/atau data yang semula belum terungkap

yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak

atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi

administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang

kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)

bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang

dalam SKPDKRT dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus

persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan tidak dikenakan jika Wajib

Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. Jumlah pajak yang

terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25%

(dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrant berupa bunga

sebesar, 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajiik yang kurang atau terlambat

dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak

saat terutangnya pajak.

2.2.2.2. Surat Tagihan Surat Tagihan Surat Tagihan Surat Tagihan PajakPajakPajakPajak

Kepala Daerah berdasarkan pada kewenangannya dapat menerbitkan STPD

jika:

a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat

salah tulis dan/atau salah hitung;

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD ditambah dengan sanksi

administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama

15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak. SKPD yang tidak atau kurang

dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa

bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih melalui STPD.

3.3.3.3. Tata Cara Pembayaran dan PenagihanTata Cara Pembayaran dan PenagihanTata Cara Pembayaran dan PenagihanTata Cara Pembayaran dan Penagihan

Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran

pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya

pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib

Pajak. SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Page 186: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

186

Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi

dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Kepala

Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur

atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua

persen) sebulan.

Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat

Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang

tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan

Surat Paksa.

4.4.4.4. Keberatan dan BandingKeberatan dan BandingKeberatan dan BandingKeberatan dan Banding

Bagi setiap wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala

Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu :

a. SPPT;

b. SKPD;

c. SKPDKB;

d. SKPDKBT;

e. SKPDLB;

f. SKPDN; dan

g. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Bagi wajib pajak keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

dengan disertai alasan-alasan yang jelas. Keberatan harus diajukan dalam jangka

waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau

pemungutan, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu

tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. Keberatan dapat

diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah

disetujui Wajib Pajak. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tidak dianggap

sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. Tanda penerimaan surat

keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atau

tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti

penerimaan surat keberatan.

Sesuai dengan kewenangannya Kepala Daerah dalam jangka waktu paling

lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi

keputusan atas keberatan yang diajukan. Keputusan Kepala Daerah atas keberatan

dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah

Page 187: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

187

besarnya pajak yang terutang. Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Daerah

tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap

dikabulkan.

Dalam hal banding Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding

hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang

ditetapkan oleh Kepala Daerah. Permohonan banding diajukan secara tertulis

dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan

tersebut. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar

pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Bagi wajib pajak jika pengajuan keberatan atau permohonan banding

dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan

dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling

Lama 24 (dua puluh empat) bulan. Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan

sampai dengan diterbitkannya SKPDLB. Apabila keberatan Wajib Pajak ditolak atau

dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda

sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan

keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan

keberatan. Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif

berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) tidak dikenakan. Selanjutnya dalam

hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai

sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak

berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah

dibayar sebelum mengajukan keberatan.

5.5.5.5. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau

Pengurangan Sanksi AdministratifPengurangan Sanksi AdministratifPengurangan Sanksi AdministratifPengurangan Sanksi Administratif

Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat

membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang

dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau

kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah. Kepala Daerah dapat :

a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda,

dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan

Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. Mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD,

SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

c. Mengurangkan atau membatalkan STPD;

Page 188: BAB Pendahuluan 1 -  · PDF fileMenurut Bennis (1992) ... ( good governance), memperbaiki kinerja sektor publik, ... cara pengukuran kinerja, evaluasi

188

d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau

diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan

e. Mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan

kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak.

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah