Bab Ll Laporan Akhir
-
Upload
widiana-safaat -
Category
Documents
-
view
79 -
download
4
description
Transcript of Bab Ll Laporan Akhir
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 1
BAB I
2.1. Umum
Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal
tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum.
Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5
(lima) tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek
geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing
daerah.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa
abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda
Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang
berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan
Melayu Riau di Pulau Bintan.
Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu
tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah
kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi
daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri
Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di
seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau
meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya
sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk
daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau
Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling
Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman
yang kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk
seorang Residen.
GGGAAAMMMBBBAAARRRAAANNN UUUMMMUUUMMM LLLOOOKKKAAASSSIII KKKEEEGGGIIIAAATTTAAANNN
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 2
Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI) maka
Provinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam
Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang
dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah
kewedanan sebagai berikut:
1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk
Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur
sekarang).
2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.
3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan
Kecamatan Senayang.
4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,
Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten
yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten
Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja, meliputi:
Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk
Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan,
Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian
dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2001, maka Kota Administratif
Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang mana statusnya sama dengan
kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang
Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi Kecamatan
Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan Tambelan.
Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah
Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 3
2.2. Aspek Geografis dan Demografi
Aspek geografi dan demografi mengambarkan karateristik lokasi wilayah
pengembangan wilayah, kerentanaan wilayah dan domegrafi Kabupaten Lingga.
Kabupaten Lingga- Provinsi Kepulauan Riau dengan luas wilayah daratan
dan lautan berdasarkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
31Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan UU RI seperti tersebut di atas, wilayah Kabupaten Lingga
mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2 dengan luas
daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209.654 Km2 (99%), dengan jumlah pulau
531 buah pulau besar dan kecil, serta 447 buah pulau diantaranya belum
berpenghuni. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga
sebesar 455.086,60 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar2.235,51 Km2
(4,91%), dan lautan sebesar 432.731,50 Km2 (95,09%).
Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 9
Kecamatan (Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep
Selatan, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur,
Kecamatan Lingga Barat, Kecamatan Lingga Utara, dan Kecamatan Senayang), dan 59
Desa/Kelurahan. Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan
dan 103° 30’ - 105°00’
Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Lingga, antara lain:
a. Sebelah Utara : Galang Kota Batam dan Laut Natuna.
b. Sebelah Timur : Laut Natuna.
c. Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala.
d. Sebelah Barat : Laut Indragiri (Provinsi Riau).
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 4
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Lingga
Sumber: Dokumen LPPD Kab. Lingga, 2010
2.2.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan
batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga.
a. Luas dan Batas Wilayah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003
tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 5
Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2 dengan
luas daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209.654 Km2 (99%), dengan jumlah
pulau 531 buah pulau besar dan kecil, serta 447 buah pulau diantaranya belum
berpenghuni. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga
sebesar 455.086,60 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 2.235,51 Km2
(4,91%), dan lautan sebesar 432.731,50 Km2 (95,09%).
Tabel 2.1 Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga
No Kecamatan Banyaknya Luas Daratan
Km2 Kelurahan Desa
1 Singkep Barat 1 8 337,10
2 Singkep 2 9 491,90
3 Lingga 1 17 609,51
4 Lingga Utara 1 7 283,21
5 Senayang 1 10 396,00
Jumlah 6 51 2.177,72
Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009.
Gambar 2 .2. Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 6
Dari Kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, terluas adalah Kecamatan
Lingga yaitu 609,51 km2 (29% dari total luas daratan) yang terdiri dari 17 Desa dan 1
Kelurahan, kemudian Kecamatan Singkep yaitu 491,90 km2 (23% dari total luas daratan)
yang terdiri dari 9 Desa dan 2 Kelurahan. Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan jumlah
Desa/Kelurahan yang ada dimasing-masing Kecamatan.
Tabel 2.2 Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Singkep Barat Raya Sungai Buluh
Bakong Sungai Raya
Kuala Raya Sungai Harapan
Marok Tua Jagoh
Posek
2 Singkep Dabo Berhala
Dabo Lama Tanjung Harapan
Berindat Batu Berdaun
Kote Batu Kacang
Lanjut Sedamai
Marok Kecil
3 Lingga Daik Panggak Darat
Pekajang Panggak Laut
Kelombok Musai
Mapar Kerandi
Penuba Pekaka
Selayar Keton
Kelumu Sei Pinang
Mentuda Bukit Langkap
Merawang Kudung
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 7
No Kecamatan Desa/Kelurahan
4 Lingga Utara Pancur Resun
Bukit Harapan Sekanah
Duara Teluk
Limbung Linau
5 Senayang Senayang Mensanak
Mamut Tanjung Kelit
Pasir Panjang Pulau Batang
Rejai Benan
Temiang Batu Belubang
Pulau Medang
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
b. Letak dan Kondisi Geografis
Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang
Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur.
Topografi
Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah
berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat
73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar
11.015 ha. Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal
untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %,
wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh wilayah
dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 berikut ini:
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 8
Tabel 2.3 Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan
No Kecamatan Tinggi (m dpl)
1. Singkep Barat 0-415
2. Singkep 0-519
3. Lingga 0-1.272
4. Lingga Utara 0-800
5. Senayang 0-200
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik
merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah
sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk
jenis batu-batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis
granit tersebar pada kawasan Gunung Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu
terdapat juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau
Lingga.
Tabel 2.4. Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga
No Kecamatan 0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha)
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1 Singkep Barat 13,810.34 40.97 4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53 11.56 33,798.34 100
2 Singkep 31,250.60 63.53 13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22 1.05 49,288.90 100
3 Lingga 35,281.80 57.89 1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18 34.24 61,016.71 100
4 Lingga Utara 16,571.13 58.51 - - 1,478.35 5.21 10,271.52 36.19 28,384.72 100
5 Senayang 39,247.41 99.11 - - 352.59 0.89 - - 39,700.00 100
Jumlah 136,161.28 64.30 19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45 16.77 212,188.68 100
Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, 2009
Geomorfologi
Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan
dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 9
1) Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan
antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18-45 meter di atas permukaan
laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur
daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga
Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.
2) Perbukitan berelief halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus
dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara
45-144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam
satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini
antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan
Kecamatan Singkep.
3) Perbukitan berelief sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang
dengan kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah
150-400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam
satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah.
Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar sebagian di Kecamatan
Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga.
4) Perbukitan berelief agak kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak
kasar dengan kemiringan lereng 30-50% (17-270), dengan ketinggian
wilayah 200-550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk
dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran
satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, dan sebagian
kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga dan
Kecamatan Lingga Utara.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 10
5) Perbukitan berelief kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar
dengan kemiringan lereng 50-70% (27-360), dengan ketinggian wilayah 225-
644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara
lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan
Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.
6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat
kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan
ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang
termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi,
terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain terdapat di
sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara
serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.
Iklim dan Hidrologi
Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan
rata-rata 216,7 mm sepanjang tahun 2009. Setiap bulannya curah hujan cenderung
bervariasi. Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling
banyak.
Berdasarkan data-data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah
Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 ⁰C; kelembaban relatif rata-rata
84%; Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah
curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang
menjadi potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun
kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus
sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn
dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat
dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 11
Tabel 2.5. Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Kabupaten Lingga
Nama Daerah Curah Hujan
(mm/th)
Air Tersedia
(mm)
Kondisi Air (mm/th)
Defisit Surplus
Lingga 2600,7 64 0 968
Singkep 2600,7 82,2 0 968
Senayang 2600,7 62,7 0 968
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Kemampuan Lahan
Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui di Kabupaten Lingga
antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi, kemampuan lahan morfologi, kestabilan
lereng, kemampuan lahan pertambangan, dan kemampuan lahan bencana alam. Sebagai
dasar dalam melakukan analisis kemampuan lahan digunakan sebagai pedoman adalah
peta geologi kuarter yang merupakan peta geologi yang memperlihatkan proses
pembentukan alam pada periode kuarter sampai sekarang sehingga informasi yang
diperoleh akan lebih relevan. Karakteristik lahan mencerminkan potensi, kendala dan
limitasi yang berperan sebagai faktor penunjang dan penghambat dalam pengembangan
pola tataguna lahan, yaitu:
a. Lahan yang dapat dikembangkan (disebut wilayah kemungkinan), merupakan
wilayah yang mempunyai kendala relatif kecil. Kemungkinan kesuaian lahan
wilayah ini antara lain kesesuaian lahan untuk permukiman serta kesesuaian
lahan pertanian lahan basah dan kering.
b. Lahan yang mungkin dikembangkan dengan berbagai konsekuensi ekonomi dan
fisik (Wilayah Kendala). Wilayah kendala dalam pemanfaatan lahan sebaiknya
diprioritaskan sebagai kawasan hutan produksi, perkebunan, dan persawahan.
c. Lahan yang tidak mungkin dikembangkan, karena merupakan limitasi mutlak
yang berkonsekuensi luas secara ekonomi maupun fisik (Wilayah Limitasi).
Wilayah ini harus dikonservasi atau dikembangkan sebagai kawasan lindung.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 12
Tabel 2.6. Karakteristik Lahan Berdasarkan Kawasan
URAIAN
KAWASAN DAYA DUKUNG LAHAN (Ha)
SINGKEP
BARAT SINGKEP LINGGA
LINGGA
UTARA SENAYANG TOTAL
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) % Luas (Ha) %
KAWASAN
LINDUNG 9,230.30 28.01 2,038.02 6.19 14,421.67 43.77 2,817.10 8.55 4,441.41 13.48 32,948.50
16
Hutan Lindung 6,204.19 27.53 2,038.02 9.04 13,202.66 58.59 1,088.41 4.83 - - 22,533.28 68.39
Hutan Bakau 3,026.10 13.43 - - 1,219.01 - 1,728.69 - 4,441.41 - 10,415.22 46.22
KAWASAN
BUDIDAYA 24,479.70 13.69 47,151.98 26.37 46,529.34 26.02 25,503.89 14.26 35,158.59 19.66 178,823.50
50
Hutan Produksi 8,091.89 35.91 16,160.03 71.72 22,216.53 98.59 12,489.93 55.43 - - 58,958.38 55.69
Pesawahan 475.15 2.11 2,351.17 10.43 1,589.73 7.06 1,205.35 5.35 6,508.59 28.88 12,129.99 11.46
Perkebunan 3,492.56 15.50 799.37 3.55 7,881.25 34.98 1,205.35 5.35 21,394.98 94.95 34,773.51 32.85
Permukiman 1,017.10 4.51 554.15 2.46 266.57 1.18 476.31 2.11 73.02 0.32 2,387.15 3.27
PertanianLahan Basah 4,483.00 19.90 15,357.26 68.15 10,071.26 44.70 3,198.00 14.19 4,908.00 21.78 38,017.52 52.11
PertanianLahan
Kering 6,920.00 30.71 11,930.00 52.94 4,504.00 19.99 6,928.95 30.75 2,274.00 10.09 32,556.95
44.62
T O T A L 33,710.00 15.92 49,190.00 23.23 60,951.00 28.78 28,321.00 13.37 39,600.00 18.70 211,772.00 100
Sumber: Hasil Analisis, 2009
a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng erat kaitannya dengan morfologi dan sifat batuan/tanah. Untuk
wilayah Kabupaten Lingga, sifat tanah/batuan pada umumnya juga dapat
dikatakan stabil, kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung laut (M),
serta endapan sungai yang muda.
b) Kemampuan Lahan Sumber Air
Kemampuan lahan hidrogeologi didasarkan kondisi topografi (morfologi), jenis
batuan dan pola aliran sungai, juga kenampakannya di lapangan. Kemampuan
lahan hidrogeologi Kabupaten Lingga adalah kemampuan lahan mata air,
kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan air daerah pantai.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 13
c) Kemampuan Lahan Mata Air
Suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat munculnya mata air di permukaan.
Biasanya pada lereng punggung perbukitan, dicirikan oleh mulai berkembangnya
sungai di beberapa tempat dapat pula dikontrol oleh perselingan litologi.
Pola aliran meandering mulai sedikit tampak tetapi disini proses sedimentasi
umumnya belum terjadi kecuali pada sungai-sungai yang agak besar,
kemampuan lahan mata air berpengaruh regional dalam kesetimbangan air
khususnya air permukaan.
Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air
adalah diantaranya Sungai Sergang di Kecamatan Singkep, Pelakak Kecamatan
Singkep, Pulau Penuba Kecamatan Lingga, Kampung Putus Kecamatan Lingga,
sekitar Sungai Keton Kecamatan Lingga, Kudung Kecamatan Lingga, Teluk
tebing Kecamatan Lingga Utara, dan sekitar Limbong dan Sungai Limbong
Kecamatan Lingga Utara.
d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas
Kemampuan lahan air tanah bebas adalah suatu wilayah yang didominasi oleh
kedalaman muka air tanah bebas sampai dangkal. Biasanya pada daerah landaian
sampai dataran, dicirikan oleh pola aliran sungai yang kadang meandering
dengan diisi oleh proses sedimentasi fluvial. Proses erosi lateral sudah nyata
berkembang membentuk penampang sungai U. Kemampuan lahan air tanah
bebas mempunyai pengaruh atas ketersedian air tanah dangkal yang sangat
bermanfaat untuk kehidupan. Litologi di daerah ini berupa endapan aluvial yaitu
endapan limpah banjir dan endapan sungai muda (sungai aktif). Batuan di daerah
zona air tanah bebas ini umumnya telah lapuk menjadi lempung (tanah liat)
berwarna abu-abu kecoklatan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lingga
mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal).
e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai
Kemampuan lahan hidrologi pantai adalah suatu wilayah yang berfungsi sebagai
daerah pantai serta fungsi pelestarian air tanah tawar. Fisiografinya datar serta
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 14
litologinya aluvium pantai. Bentuk sungai menganyam dan dimuaranya terbentuk
endapan delta ataupun tidak. Proses sedimentasi kuat dan arus lemah.
Kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata air dengan fungsi
penahan intrusi air laut dan abrasi air laut, yang termasuk kawasan pantai adalah
sepanjang pantai timur dan utara Lingga termasuk Kecamatan Lingga Utara,
Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan lahan hidrologi pantai ini dibagi
dua zona, yaitu zona pantai sendiri dan zona rawa.
2.2.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi
kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri,
salah satunya adalah potensi sektor pertanian. Luas wilayah daratan Kabupaten Lingga
untuk potensi lahan pertanian dan perkebunan pada tahun 2008 adalah seluas 78.232 ha.
Potensi lahan pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas 2.250 ha, potensi lahan
perkebunan seluas 46.112 ha dan potensi lahan pertanian seluas 29.870 ha, sedangkan
potensi lahan yang sudah dimanfaatkan baru seluas 21.610 ha yang terdiri dari
perkebunan seluas 15.477 ha dan pertanian seluas 6.133 ha. Sisa lahan seluas 56.622 ha
belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga
didominasi oleh komoditas sagu yang luas lahannya mencapai 1.323 Ha dengan
produksi yang dihasilkan seluruhnya adalah 12.439,564 Ton pada tahun 2009. Potensi
perkebunan lainnya yang menjadi unggulan yaitu karet dengan luas lahan perkebunan
mencapai 9.275,15 Ha dengan hasil produksi perkebunan karet seluruhnya sebanyak
3.118,082 Ton. Kemudian kelapa dengan luas lahan perkebunan mencapai 2.787,46 Ha
dengan hasil produksi perkebunan kelapa sebanyak 1.160,698 Ton. Pada tahun 2009
pemerintah Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan
yang telah digunakan seluas 73,87 Ha dan telah berproduksi sebesar 31.542 ton.
Selain potensi sumber daya alam Kabupaten Lingga tersebut, potensi pengembangan
wilayah juga menjelaskan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga yang
merupakan peruntukan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten
Lingga untuk melaksanakan cita-cita pembangunan, yang meliputi peruntukkan ruang
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 15
untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana
pola ruang wilayah Kabupaten Lingga dijelaskan pada Tabel 2.7 berikut ini:
Tabel 2.7. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031
No POLA RUANG
RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha) TOTAL
(Ha) %
LINGGA LINGGA
UTARA SENAYANG SINGKEP
SINGKEP
BARAT
I KAWASAN LINDUNG
1. Hutan Lindung 18.859 - - 5.573 957 25.389 11,99
2. Hutan bakau 2,788 2.308 13.518 1.331 8.648 28.593 13,50
3. Perlindungan Setempat 1.046 177 208 2.540 331 2.765 1,31
4. Resapan Air 1.801 - - 2.540 1.259 5.600 2,64
5. Hutan Kota 1.674 - - 315 - 1.989 0,94
6. Cagar Budaya 157 - - - - 157 0,07
7. Kawasan Lindung Lainnya 96,00 3,00 305,00 11,00 68,00 483 0,23
LUAS KAWASAN
LINDUNG
64.977 30,68
II KAWASAN BUDIDAYA
1. Hutan Produksi Terbatas 4.415 3.172 4.747 1.968 1.169 15.471 7,31
2. Hutan Produksi Konversi 3.457 4.292 369 - - 8.118 3,83
3. Hutan Tanaman Rakyat 3.698 802 3.022 163 4.453 12.138 5,73
4. Industri 164 - - - 384 548 0,26
5. Pusat Pemerintah 121 - - - - 121 0,06
6. Pemukiman Perkotaan 5.156 164 779 3.056 643 9.798 4,63
7. Pemukiman Pedesaan 1.210 1.599 1.515 1.400 1.073 6.797 3,21
8. Perkebunan 9.845 12.755 20.493 15.660 18.247 77.000 36,36
9. Perikanan 538 74 267 - 443 1.322 0,62
10. Tanaman Pangan 3.647 40 - - 2.001 5.688 2,69
11. Hortikultura 860 1.489 - - 2.874 5.223 2,47
12. Peternakan 121 - 1.355 614 381 2.471 1,17
13. Pariwisata 706 269 788 549 45 2.357 1,11
14. TNI AL - - - 200 - 200 0,09
15. TPST 5 - - 5 - 10 0,00
16. TPU 7 - - 4 - 11 0,00
17. PLTGB - - - - 6 6 0,00
LUAS KAWASAN
BUDIDAYA
147.278 69,55
JUMLAH TOTAL 211.772 100,00
Sumber: RTRW Kab. Lingga 2011-2031
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 16
2.2.3. Wilayah Rawan Bencana
Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan
sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi
termasuk wilayah rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng
lebih besar dari 70% (>360), ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut,
dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan
2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209,654 km2 (99%). Dapat dipastikan ancaman abrasi
laut didukung dengan perubahan cuaca yang ekstrim dapat saja terjadi. Aktivitas
penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus meningkat, akan
menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas
publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara baik
maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem
dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung
menimbulkan bencana longsor dan banjir. Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut
walaupun tidak dapat diprediksi kejadiannya juga masih menjadi tantangan di masa 20
tahun mendatang, sehingga upaya-upaya penanggulangan bencana dan penyadaran
masyarakat bahwa wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana
harus terus dilakukan.
2.2.4. Demografi
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan.
Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam
rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan apabila
tidak diantisipasi secara dini maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia,
khususnya Kabupaten Lingga. Berdasarkan data penduduk tahun 2009, penduduk
Kabupaten Lingga berjumlah 91.600 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 50.180
jiwa (51,66 %) dan jenis kelamin perempuan 46.964 jiwa (48,34 %) dengan jumlah
penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Singkep (30.503 jiwa) sedangkan jumlah
penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Lingga Utara (11.517 jiwa), dengan jumlah
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 17
rumah tangga (Kepala Keluarga) sebanyak 19.344 Kepala Keluarga (KK). Jumlah
penduduk Kabupaten Lingga tersebar di 5 Kecamatan dan 51 Desa dan 6 Kelurahan di
Kabupaten Lingga. Dilihat dari jumlah rumah tangga, Kecamatan Singkep merupakan
kecamatan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) terbanyak karena kecamatan ini
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Jumlah rumah tangga
di Kecamatan Singkep adalah sebanyak 6.228 Kepala Keluarga dan Kecamatan yang
jumlah rumah tangganya paling sedikit adalah Kecamatan Lingga Utara dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 2.675 Kepala Keluarga. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk
dan rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Dan Kepala Keluarga Kabupaten Lingga
No Kecamatan Luas Wilayah
daratan (Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
Kepala
Keluarga
(KK)
Rata-rata
Angka
Kelahiran Laki-laki*) Perempuan*) Total
1 Singkep Barat 337,10 8,268 7,817 16,085 2,628 6
2 Singkep 491,90 15,228 14,520 29,748 6,228 5
3 Lingga 609,51 8,673 8,015 16,688 3,884 4
4 Lingga Utara 283,21 5,849 5,427 11,276 2,675 4
5 Senayang 396,00 10,383 9,603 19,986 3,929 5
Jumlah 22.117,72 48,401 45,382 93,783 19,344 5
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga dalam Angka tahun 2009 dan Hasil Analisis, 2009.
*) Data Aggregat Kependudukan tahun 2009
Jumlah penduduk di Kabupaten Lingga meningkat yaitu sebesar 3,04% bila
dibandingkan tahun 2004, dimana pada tahun 2009 berjumlah 93,783 jiwa, sedangkan
pada tahun 2004 berjumlah 80,289 jiwa. Dengan tingkat kepadatan penduduk 44 jiwa per
km2. Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak
diimbangi dengan persebaran penduduk. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk
dari Kabupaten Lingga tercatat 86.244 jiwa dengan kepadatan penduduk 41 jiwa per km2.
Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Lingga
bertambah sebanyak 9.892 jiwa.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 18
Gambar 2.3 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
KABUPATEN LINGGA, 1990 - 2010
Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011
2.3. Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan
kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.
a) Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan
ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan
pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun
2009 adalah sebesar 6,63%, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,65%.
1.23
0.24
0.82
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1990 2000 2010
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 19
Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005-2009
Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010
Ket:
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2005-
2009 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa
sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa
walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup
besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil. Laju pertumbuhan
ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Bangunan
(13,16%), Pengangkutan dan Komunikasi (12,03%), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan (11,60%). Sektor bangunan terjadi pertumbuhan setiap tahunnya dikarena
meningkatnya pembangunan fisik di Kabupaten Lingga, seperti pembangunan gedung
sekolah, gedung perkantoran, pustu, polindes, pembangunan infrastruktur jalan,
jembatan dan dermaga serta pembangunan fisik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
2.9 berikut ini.
6.05
6.5
6.716.65 6.63
2005 2006 2007 2008* 2009**
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 20
Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**
1. Pertanian 4,15 5,60 5,35 4,37 3,56
2. Pertambangan & Penggalian 7,47 10,07 10,67 10,72 10,73
3. Industri Pengolahan 6,13 (3,30) (1,19) (0.97) (0,08)
4. Listrik,Gas & Air Bersih 6,25 5,16 4,77 6,69 5,80
5. Bangunan 8,09 12,15 13,01 13,15 13,16
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,79 11,88 11,05 11,29 11,26
7. Pengangkutan & Komunikasi 9,28 13,16 11,46 12,06 12,03
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,44 13,42 11,25 11,66 11,60
9. Jasa-Jasa 4,71 10,81 10,43 10,67 10,66
PDRB 6,05 6,50 6,71 6,65 6,63
Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010
Keterangan:
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 2.10 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat
besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam
kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki
kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 41,63% pada tahun 2005 menjadi
37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini
adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran yaitu 22,00%. Berbeda dengan sektor pertanian, sektor ini memiliki
kecendrungan yang positif, yaitu 18,71% pada tahun 2005 menjadi 22,00% pada tahun
2009. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk diminati oleh
para pedagang karena wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah persimpangan atau
transit perjalanan laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan kontributor
terbesar terhadap pembentukan nilai tambah di sektor ini. Sedangkan sektor yang paling
kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air
bersih yang hanya 0,22%.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 21
Tabel 2.10 Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**
1. Pertanian 41,63 40,41 39,26 38,16 37,01
2. Pertambangan & Penggalian 1,58 1,64 1,72 1,77 1,82
3. Industri Pengolahan 15,82 14,16 12,92 11,66 10,73
4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22
5. Bangunan 5,97 6,98 7,92 8,57 9,12
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,71 19,53 20,24 21,18 22,00
7. Pengangkutan & Komunikasi 7,98 8,60 8,95 9,49 9,88
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,60 3,79 3,90 3,98 4,13
9. Jasa-Jasa 4,46 4,66 4,86 4,97 5,09
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010
Keterangan:
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Pengeluaran Rumah Tangga
Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan
pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial
adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan
Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga
yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan. Data pengeluaran
yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan
untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data pengeluaran (sebagai proksi dari
pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi
pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama
sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian
besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan
pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 22
porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan
makanan.Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga meng
alami kenaikan, yaitu dari Rp 347.195 pada tahun 2009 menjadi Rp 367.094 pada tahun
2010. Dari data susenas 2010 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga
menghabiskan sekitar 61.36% dari pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini
cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 64.19%. Sedangkan 38,64%
sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihat persentasenya
cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.
Distribusi Pendapatan
Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat ketidakmerataan
(ketimpangan) pendapatan penduduk adalah dengan menggunakan Indeks Gini atau Gini
ratio dan Kriteria Bank Dunia. Semakin kecil indeks Gini maka semakin kecil
ketimpangan distribusi pendapatan. Pada tahun 2010, 40% penduduk yang
berpengeluaran rendah menerima 21.53% dari seluruh pendapatan. Angka ini meningkat
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21.28. Peningkatan juga terjadi pada kelompok
penduduk berpengeluaran sedang yaitu dari 38.97 menjadi 39.49. Sedangkan pada
kelompok penduduk berpengeluaran tinggi terjadi penurunan persentase yaitu dari 39.75
pada tahun 2009 menjadi 38.99 pada tahun 2010. Indeks gini mengalami penurunan
yaitu sebesar 0.308 pada tahun 2009 menjadi 0.303 pada tahun 2010. Hal ini
menunjukkan bahwa pola distribusi pengeluaran penduduk cenderung membaik.
Penduduk Miskin
Indikator jumlah danpersentase penduduk miskin merupakan salah satu indikator
yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Mengindentifikasi seseorang
dikatakan miskin bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karakteristik penduduk
miskin antar daerah seringkali berbeda. Sementara di sisi lain, penentuan kriteria
penduduk miskin juga menuntut agar keterbandingan antar daerah dapat dilakukan.
Berdasarkan data yang tersaji dalam table 2.11 ini, jumlah rumah tangga miskin dan
penduduk miskin di Kabupaten Lingga terjadi penurunan, dari 7.026 rumah tangga
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 23
miskin menurun menjadi 6.810 rumah tangga miskin pada tahun 2009, begitu juga
dengan jumlah penduduk miskin dari 24.352 jiwa turun menjadi 21.417 jiwa pada tahun
2009.
Tabel 2.11 Banyaknya Rumah Tangga Miskin Dan Penduduk Miskin Menurut
Kecamatan
Di Kabupaten LinggaTahun 2005-2009
Kecamatan
Jumlah
Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin
2005 2009 2005 2009
1. Singkep Barat 888 711 2.841 2.061
2. Singkep 1.223 1.165 3.750 3.108
3. Lingga 1.430 1.454 4.964 4.593
4. Lingga Utara 1.053 1.009 3.304 3.235
5. Senayang 2.432 2.471 9.493 8.420
Jumlah 7.026 6.810 24.352 21.417
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009
b) Kesejahteraan Sosial
Pada fokus kesejahteraan soaial Kabupaten Lingga diukur dengan
sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan
dikeluarkannya nilai IPM tahun 2004, nilai IPM Kabupaten Lingga telah mencapai 67,7.
Meskipun tergolong baru, tingkat pencapaian angka IPM tahun 2004 ini telah
memposisikan Kabupaten Lingga pada peringkat ke-236 dari total sebanyak 434
Kabupaten/Kota Se-Indonesia.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 24
Gambar 2.5 Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004-2009
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009
Jika dilihat pada gambar 2.5 nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2004 s.d 2009
meningkat dari 67,7% tahun 2004, meningkat sebesar 69,4% tahun 2005, meningkat
sebesar 69,6% pada tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan meningkat
sebesar 70,4% pada tahun 2008 serta meningkat sebesar 71.05 pada tahun 2009.
Peningkatan angka IPM yang sangat signifikan diduga dipengaruhi oleh meningkatnya
penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga
pegawai daerah lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai
digulirkan.
Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun, namun
secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2008 dengan IPM sebesar 70,74.
menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk peringkat nasional,
Kabupaten Lingga berada pada peringkat 220 diantara 440 Kabupaten/Kota di Indonesia,
Sedangkan pada tahun 2009 dengan IPM sebesar 71,05 turun satu level ke peringkat 6 dari
tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dan untuk nasional berada pada peringkat 231 dari
497 Kabupaten/Kota di Indonesia. Selengkapnya, IPM kabupaten Lingga dapat dilihat pada
Tabel 2.12 berikut ini.
67.7
69.4 69.6 69.7
70.7471.05
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 25
Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan
Riau, Dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2009
Kabupaten/
Kota/Propinsi
Angka
Harapan
Hidup
(tahun)
Angka Melek
Huruf
(persen)
Rata2 Lama
Sekolah
(tahun)
Rata2
Pengeluaran per
Kapita Riil
Disesuaikan
(Rp 000)
IPM
Peringkat dari
semua kabupaten/
kota/propinsi di
Indonesia
Karimun 69,86 95,19 7,81 636,34 73,15 133
Bintan 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66 111
Natuna 68,21 95,92 6,93 615,21 70,11 290
Lingga 70,02 91,11 7,22 625,42 71,05 231
Kep. Anambas 67,23 90,00 5,35 626,35 67,94 393
Batam 70,76 98,85 10,71 648,13 77,51 16
Tanjungpinang 69,56 97,31 9,24 633,65 74,31 88
Prop. Kepri 69,75 96,08 8,96 641,63 74,54 6
Indonesia 69,21 92,58 7,72 631,50 71,76 -
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun
2009 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di
Kabupaten Lingga sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 288 orang,
kemudian lansia terlantar berjumlah 249 orang, tuna daksa sebanyak 131 orang, dan 93
orang penyandang tuna netra. Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki
penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 307 orang, kemudian
Kecamatan Lingga Utara sebanyak 230 orang, 187 orang di Kecamatan Lingga,
Kecamatan Singkep Barat 138 orang dan 119 orang di Kecamatan Senayang.
Angkatan Kerja
Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 26
bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur
kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu
kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan
bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau
menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi
karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan
jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.
Tabel 2.13 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas
Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin
Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr
1. Angkatan Kerja 83,44 34,17 57,26
1. Bekerja 79,02 31,03 53,52
2. Mencari Pekerjaan 4,42 3,14 3,74
2. Bukan Angkatan Kerja 16,56 65,83 42,74
1. Sekolah 7,80 4,60 6,10
2. Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63 33,85
3. Lainnya 4,14 1,61 2,79
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009
terdapat 57,26% penduduk angkatan kerja dan 42,74% penduduk bukan angkatan kerja.
Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki-laki yang
bekerja sebanyak 79,02% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyaj 31,03%.
Berdasarkan Tabel-2.14, penduduk di Lingga yang bekerja, sebagian besar bekerja di
sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (20,34%) . Sementara lapangan kerja yang
paling sedikit dijadikan mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas
dan air minum yaitu 0,15%.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 27
Tabel 2.14 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin
Lapangan Usaha Laki-
Laki
Perempu
an
Lk +
Pr
1
. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
47,59 21,47 39,54
2
. Pertambangan dan Penggalian
5,18 0,55 3,76
3
. Industri Pengolahan
6,96 16,07 9,76
4
. Listrik, Gas dan Air Minum
0,22 0,00 0,15
5
. Konstruksi
5,56 0,00 3,85
6
. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel
11,91 25,21 16,00
7
. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi
6,55 3,57 5,64
8
.
Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan
Jasa Perusahaan 1,11 0,61 0,96
9
. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 14,91 32,52 20,34
Jumlah 100,00 100,00 100,0
0
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga, wiraswasta adalah yang
paling banyak dijalankan oleh penduduk. Tabel 2.15 menunjukkan penduduk yang
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 28
penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan
sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32 % dari keseluruhan
jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.
Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
(Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas)
No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase
1 Wiraswasta 4.161 8,68
2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32
3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69
4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27
5 Karyawan Swasta 981 2,05
6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33
7 Guru 575 1,20
8 Karyawan Honorer 525 1,10
9 Petani/ Pekebun 437 0,91
10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91
11 Lainnya 30.456 63,53
Jumlah 47.936 100,00
Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lingga Tahun
2009
Pendidikan yang ditamatkan
Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan ukuran kualitas sumber daya
manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut sosial
maupun ekonomi.
Di Kabupaten Lingga persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang
menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai perguruan tinggi hanya sebesar 36%.
Tingkat pendidikan penduduk di dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 29
yaitu masing-masing sebesar 30,13% dan 20,90%. Hal ini dapat dilihat padaTabel 2.16 .
berikut ini.
Tabel 2.16 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin, 2009 (%)
Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Laki-Laki
Perem-
puan
Laki-Laki +
Perempuan
Tidak/belum pernah bersekolah
Tidak/belum tamat SD
SD/MI
SMP/MTs
SMU/MA/SMK
Akademi/universitas
9,72
19,21
29,78
14,09
23,55
3,67
22,45
16,85
30,51
9,77
18,00
2,43
15,80
18,08
30,13
12,02
20,90
3,08
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009
Pekerjaan Umum
Semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan pula menuntut
peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Panjang jalan dan jalan
yang diaspal di Kabupaten Lingga terjadi peningkatan, pada tahun 2009 panjang jalan
yaitu 504,65 km, dimana tahun sebelumnya hanya 488,6 km. Sedangkan jalan yang
diaspal sebesar 46,70% pada tahun 2009 dari total panjang jalan yang ada, dan tahun
sebelumnya sebesar 46,56%.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
lI‐ 30
Table 2.19 Panjang Jalan Dirinci Menurut Kecamatan Dan Status Jalan Tahun 2007-2009
Kecamatan
Status Jalan Jumlah
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Panjang Jalan Persentase
200
9
200
8
2007 200
9
200
8
2007 2009 2008 2007 2009 2008 2007 2009 2008 2007
Singkep
Barat
- - 39,50 22,4 22,4 4,00 82,47 77,2
2
36,90 104,8
7
99,62 80,40 20,78 20,38 12,09
Singkep 25,7 25,7 23,10 18 18 25,6
0
76,5 76,2 123,6
0
120,2 119,9 172,3 23,82 24,53 25,90
Lingga 15,9 13,9 - 45,1 45,1 18,9
0
86,29 79,9
9
275,5
5
147,2
9
138,9
9
294,4
5
29,19 28,43 44,26
Lingga
Utara
12,8 12,8 61,70 - - - 74,89 72,8
9
11,80 87,69 85,69 73,50 17,38 17,53 11,05
Senayang - - - - - - 44,6 44,6 44,60 44,6 44,6 44,60 8,84 9,12 6,70
Jumlah 54,4 52,4 124,3
0
85,5 85,5 48,5
0
364,7
5
350,
9
492,3
5
504,6
5
488,8 665,2
5
100,0
0
100,0
0
100,0
0
Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐31
Table 2.20 Panjang Jalan Dirinci Menurut Kecamatan Dan Kondisi Akhir Tahun
2008-2009
Kecamatan
Kondisi Jumlah
Baik Sedang Rusak Rusak
2008 2009 200
8
200
9 2008 2009 2008 2009 2008 2009
Singkep
Barat
17,05 29,5 - - 53,06 48,86 7,11 4,1 77,22 82,46
Singkep 52,64 52,9
4
- - 19,17 19,17 4,39 4,39 76,20 76,50
Lingga 53,46 67,1
6
- - 16,54 17,34 9,99 1,79 79,99 86,29
Lingga
Utara
5,6 13,5 - - 27,4 27 39,8
9
34,3
9
72,89 74,89
Senayang - 4 - - 10 10 34,6 30,6 44,60 44,60
Jumlah 128,7
5
167,
1
- - 126,1
7
122,3
7
95,9
8
75,2
7
350,9
0
364,7
4
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009
Perhubungan
Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi
masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka
pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk
penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan. Di Pelabuhan Dabo
Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2010 mencapai 853.935 ton.
Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2010 barang yang
dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 105.078 ton.
Tabel 2.21 Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas Dan Peranannya
Pelabuhan Laut Kelas Peranannya
Dabo Singkep Kanpel Kelas IV Umum
Sungai Buluh Satuan Kerja Umum
Penuba Satuan Kerja Umum
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐32
Daik Lingga Satuan Kerja Umum
Kuala Raya Satuan Kerja Umum
Pulau Mas Pos Kerja Umum
Senayang Kanpel Kelas V Umum
Pancur Satuan Kerja Umum
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Selain angkutan laut, terdapat juga angkutan udara. Lalu lintas pesawat dan
penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui Bandara Dabo Singkep tahun 2010
terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama tahun 2010 lonjakan penumpang yang
datang dan berangkat dari Bandara Dabo Singkep terjadi pada bulan Januari. Untuk
bongkar muat bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi.
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Dalam mengembangkan usahanya koperasi menghadapi kendala utama yang bersifat
internal yaitu kelemahan dalam permodalan. Sebagaimana diketahui modal secara otonomi
adalah sebagai “darah” yang akan mendorong sumber daya ekonomi lainnya dalam
kegiatan usaha. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi koperasi harus
diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi.
Jumlah koperasi tahun 2010 sebanyak 67 unit, dengan rincian11 KUD dan 56 Non
KUD, sedangkan jumlah anggota koperasi sebanyak 1.243 orang untuk KUD dan 3.705
orang untuk Non KUD.
Gambar 2.6 JUMLAH KOPERASI MENURUT JENIS TAHUN 2010
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐33
Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan
Riau. Secara Administrasi, maka Kabupaten Lingga terdiri dari 5 kecamatan dengan
rincian sebanyak 57 desa/kelurahan dan 6 diantaranya adalah berstatus kelurahan. Dan
kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Lingga adalah Singkep Barat, Singkep,
Lingga, Lingga Utara, dan Senayang. Dengan dijadikannnya Kabupaten Lingga sebagai
daerah otonom, maka kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga adalah
mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang Politik Luar
Negeri, Pertahanan Keamanan, Yuridis, Moneter dan Fiskal Nasional, Agama, serta
kewenangan di bidang lain seperti kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian
pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan di bidang Sumber Daya Manusia
(SDM), pendayagunaan SDM dan Sumber Daya Alam (SDA) serta teknologi tinggi yang
strategis, konservasi dan standarisasi nasional.
2.3.1. Perkebunan
KUD16% Koperasi
Perikanan3%
Koperasi Serba Usaha39%
Koperasi Lainnya42%
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐34
25%
8%
0%67%
Karet
Kelapa
Lada
Sagu
Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan yang ada di Kabupaten Lingga salah satunya adlah perkebunan.
Produksi perkebunan pada tahun 2010 mencapai 16.160,96 ton. Produksi tertinggi
didominasi oleh sagu sebesar 10.812,98 ton, kemudian diikuti karet sebesar 4.071,40 ton.
Data perkebunan Kabupaten Lingga dapat pada gambar 2.8. berikut ini:
Gambar 2.8 JUMLAH PRODUKSI PERKEBUNANAN MENURUT KOMODITI
DI KABUPATEN LINGGA, 2010 (TON)
Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011
Perindustrian
Pembangunan di sektor industri adalah merupakan upaya dalam meningkatkan nilai
tambah, menciptakan lapangan usaha, memperoleh kesempatan kerja, menyediakan barang
dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di dalam negeri dan luar negeri,
meningkatkan ekspor guna menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor
pembangunan lainnya serta mengembangkan kemampuan teknologi
Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri
sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2009 jumlah
industri rumah tangga sebanyak 53 usaha, bertambah dibandingkan tahun 2008 yang hanya
51 usaha. Hal yang sama juga terlihat pada industri kecil yang semula terdapat 79 usaha
pada tahun 2008 naik menjadi 81 usaha pada tahun 2009. Untuk industri besar sedang juga
mengalami peningkatan yang semula sebanyak 6 usaha menjadi 10 usaha pada tahun 2009.
Peningkatan jumlah usaha di masing-masing kelompok ini tentunya akan berpengaruh
positif terhadap peningkatan keterserapan tenaga kerja. Pembangunan industri diharapkan
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐35
0 10 20 30 40
Singkep BaratSingkepLingga
Lingga UtaraSenayang
Singkep Barat
Singkep Lingga Lingga Utara Senayang
Industri Besar Sedang 3 5 3 1 1
Industri Kecil 15 36 18 11 7
Industri Rumah Tangga 10 18 13 8 7
Chart Title
dapat berperan dalam pembangunan selama lima tahun kedepan dengan memaksimalkan
sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lingga diolah dengan sistem industrilisasi.
Gambar 2.13 JUMLAH INDUSTRI MENURUT KATEGORI DAN KECAMATAN
KABUPATEN LINGGA 2010
Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011
2.3. Aspek Ekonomi Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan
otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya
saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan
pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah
dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
a. Kemampuan Ekonomi Daerah
Tinjauan terhadap kemampuan ekonomi daerah bertujuan untuk
mengetahui kualitas pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin baik kualitas
pertumbuhan maka semakin tinggi pula daya saing daerah tersebut.
Data-data perkembangan PDRB, khususnya sektor pertanian dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran menunjukkan daya saing daerah ini pada
kedua sektor tersebut. Daya saing ini semakin diperkuat dengan telah
mapannya peran industri pengolahan untuk selanjutnya terus dikembangkan
guna membangun keterkaitan antar sektor yang lebih kokoh.
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐36
PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita
Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam
pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan
secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan tahun 2000.
Pada tahun 2005 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 7.396.861,14
meningkat menjadi Rp. 10.268.877,17 pada tahun 2009, sedangkan atas dasar harga
konstan, dari Rp. 5.213.480,29 meningkat menjadi Rp. 6.283.218,39 (20,52%). Begitu juga
dengan Pendapatan perkapita dari Rp.6.762.210,45 menjadi Rp. 9.387.807,51 atau
meningkat sebesar 38.83%. Sedangkan atas dasar harga konstan 2000, dari Rp.
4.766.163,68 meningkat menjadi Rp. 5.744.118,25.
Tabel 2.24 PDRB Dan Pendapatan Perkapita Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)
Rincian Harga Berlaku Harga Konstan Thn
2000
I . PDRB per Kapita
2005 7.396.861,14 5.213.480,29
2006 7.869.963,35 5.393.411,38
2007 8.534.184,24 5,705.821,76
2008* 9.491.060,69 5.985.995,59
2009* 10.268.877,17 6.283.218,39
II. Pendapatan per Kapita
2005 6.762.210,45 4.766.163,68
2006 7.194.720,49 4.930.656,68
2007 7.801.951,23 5.216.262,25
2008* 8.676.727,68 5.472.397,17
2009* 9.387.807,51 5.744.118,25
Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 ( Keterangan:*) Angka Estimasi
b. Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
Sarana dan prasarana merupakan aspek yang sangat penting dalam mengelola suatu
kawasan perkotaan. Ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan sangat menentukan
dalam pengembangan suatu kota. Sarana perkotaan meliputi infrastuktur jalan, jaringan
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐37
0
2,500,000
5,000,000
7,500,000
10,000,000
12,500,000
15,000,000
17,500,000
20,000,000
22,500,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
listrik, air bersih, serta jaringan utilitas lainnya. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten
Lingga saat ini perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya saing Kabupaten Lingga.
Infrastuktur Jalan
Jalan merupakan salah satu prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan sektor perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha
pembangunan, maka akan pula menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke
daerah lain. Panjang jalan di Kabupaten Lingga pada tahun 2010 mencapai 504,65 km.
Pada tahun tersebut jalan yang diaspal sebesar 46,7% dari total panjang jalan yang ada.
Listrik
Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Pada tahun 2010 jumlah mesin ada 23 unit dengan daya
terpasangnya sebesar 7.560 kwh dengan produksi listrik yang dihasilkan sebesar
19.675.380 kwh. Kebutuhan listrik Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. PLN Cabang
Tanjungpinang.
Gambar 2.16 JUMLAH PRODUKSI LISTRIK PADA PT.PLN TAHUN 2001-2010
Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011 (KWH)
Air Minum
Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti pada tahun
sebelumnya, pada tahun 2010 jumlah perusahaan air minum di Kabupaten Lingga
mencapai dua perusahaan. Untuk jumlah tenaga kerja yang berkerja di kedua perusahaan
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐38
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Daik
Dabo
tersebut ada sebanyak 20 orang. Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air
minum yang bersih dan sehat, jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2010
sebanyak 248.640 meter kubik dengan pelanggan sebanyak 994 orang di PDAM Cabang
Daik sementara di PDAM cabang Dabo didistribusikan sebanyak 458.168 meter kubik
dengan pelanggan sebanyak 2.236 orang.
Gambar 2.17
KAPASITAS PRODUKSI AIR MINUM DI PERUSAHAAN AIR MINUM
MENURUT BULAN TAHUN 2010(M3)
Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011
Dalam memenuhi kebutuhan air minum yang sehat yang dibutuhkan masyarakat.
Kabupaten Lingga memiliki dua perusahaan daerah air minum, yaitu Perusahaan Daerah
Air Minum Cabang Dabo Singkep, dengan kapasitas produksi sebanyak 320.591 M3 dan
Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga dengan kapasitas produksi sebanyak
196.380 M3.
Tabel 2.25 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2008-2009
Uraian Jumlah
2008 2009
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐39
01. Kapasitas Produksi (M3) 178.668 M3 196.380 M3
02. Jumlah Tenaga Kerja 12 12
- Pekerja Teknis 6 6
- Pekerja Administrasi 3 3
- Tenaga Keamanan 3 3
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009
Tabel 2.26 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2009
Uraian Jumlah
01. Kapasitas Produksi (M3) 320.591
02. Jumlah Tenaga Kerja 13
- Pekerja Teknis 6
- Pekerja Administrasi 7
- Tenaga Keamanan -
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas air minum yang bersih dan sehat,
jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2009 sebanyak 194.240 meter kubik
dengan pelanggan sebanyak 780 orang di PDAM Cabang Daik sementara di PDAM
Cabang Dabo didistribusikan sebanyak 429.933 meter kubik dngan pelanggan sebanyak
2.046 orang.
Tabel 2.27 Banyaknya Air Minum Yang disalurkan Menurut Kategori Pelanggan
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2008-2009
Kategori Pelanggan Jumlah (M3)
2008 2009
01. Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 152.208 159.140
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐40
02. Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 24.960 30.600
03. Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 1.500 4.500
04. Sarana Umum -
05. Hydran Pelabuhan -
10. Lainnya -
Jumlah 178.668 194.240
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009
Tabel 2.28 Banyaknya Air Minum Yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2009
Kategori Pelanggan Jumlah (M3)
Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 318.585 354.118
Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 40.982 41.703
Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 27.560 34.112
Sarana Umum -
Hydran Pelabuhan -
Lainnya -
Jumlah 387.127 429.933
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009
Pos dan Telekomunikasi
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa kegiatan pengiriman dan
penerimaan benda-benda pos, seperti surat menyurat, paket pos, wesel, giro, dan tabungan,
telah didukung dengan keberadaan Kantor Pos. Pada tahun 2009 Surat tercatat yang
dikirim sebanyak 487 surat. Surat kilat khusus yang diterima dan dikirim masing-masing
sebanyak 5.307 dan 5.771 surat. Sedangkan jumlah paket pos diterima sebanyak 343 paket
dan dikirim sebanyak 230 paket.
c. Sumber Daya Manusia
Tinjauan terhadap tingkat pendidikan sumber daya manusia dalam konteks daya
saing daerah menunjukkan bahwa pada saat ini kualitas sumber daya manusia Kabupaten
Lingga masih perlu banyak peningkatan. Beban rasio tanggungan penduduk (Dependensy
Ratio) dapat digunakan sebagai indikator daya saing suatu daerah. Tingginya angka beban
tanggungan menyimpulkan tingginya juga faktor penghambat pembangunan ekonomi,
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga
II‐41
karena penduduk yang produktif harus menopang kehidupan yang tidak produktif. Usia
tidak produktif adalah usia antara 0–14 dan 65 tahun ke atas, jumlah penduduk tidak
produktif Kabupaten Lingga adalah 35.134 orang. Sedangkan usia produktif Kabupaten
Lingga adalah 51.110 (15-55 tahun. Rasio ketergantungan diketahui dari umur produktif
dibagi dengan usia tidak produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten Lingga adalah 1,5
orang atau 2 orang. Rasio tanggungan Kabupaten Lingga yaitu 2 orang produktif
menanggung 1 orang tidak produktif. Dengan angka beban tanggungan yang cukup rendah
ini maka daya saing daerah sebenarnya relatif lebih baik. Penguatan daya saing pada sisi
sumber daya manusia adalah dengan mengoptimalkan kualitas penduduk usia produktif
melalui program pelatihan dan pendidikan agar lebih siap masuk dalam lapangan kerja
yang membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi.