Bab Ivjadi
-
Upload
muhammad-syarif-hidayatullah -
Category
Documents
-
view
109 -
download
1
Transcript of Bab Ivjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengolahan air sungai dilakukan dengan cara penambahan koagulan biji asam jawa,
menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitri Lailla Amatullah dan Widi Liani (2012) biji
asam jawa dapat dipertimbangkan sebagai koagulan alami karena senyawa tannin yang
terkandung didalamnya. Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai
senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid (Wikipedia).
Pengolahan air dengan koagulan bertujuan mempercepat pengendapkan partikel-partikel
koloid dari air limbah sehingga kekeruhan air limbah dapat berkurang. Karena kestabilan
yang dimiliki koloid menyebabkan pengendapan terjadi dalam waktu yang lama.
Proses pengolahan air sungai ini dilakukan pada dua kondisi pH yang berbeda yaitu pada pH
2 dan pH netral, dengan variasi penambahan dosis koagulan dan variasi dosis campuran
koagulan dan flokulan.
4.1 Pengaruh penambahan koagulan biji asam jawa dengan variasi pH terhadap %
penurunan kekeruhan dan ketinggian endapan
Parameter awal air sungai yang dianalisis adalah kekeruhan dan derajat keasaman
(pH), dari hasil analisis didapatkan pengukuran nilai kekeruhan dan derajat keasaman
terhadap sampel air yang sama namun pada kondisi dan waktu sampling yang berbeda.
Pengukuran kedua dilakukan seminggu setelah pengukuran pertama. Pada table 4.1
didapatkan data kekeruhan dan derajat keasaman pengukuran ke 1 dan ke 2, nilai kekeruhan
pada pengukuran ke 2 lebih kecil dibanding dengan kekeruhan pada pengukuran pertama.
Pada pengukuran pertama nilai kekeruhannya yaitu 40,88 NTU, sedangkan pada pengukuran
kedua nilai kekeruhan yang di dapat yaitu 31,77 NTU. Begitu pula pada pengukuran pH,
pada pengukuran pertama pH awal sampel air adalah 6,8 sedangkan pada pengukuran kedua
pH awal sampel air adalah 6,65. Perbedaan ini bisa disebabkan karena waktu pengambilan
sampel yang berbeda sehingga kondisi sampel pada pengukuran pertama dan kedua berbeda.
Pada pengukuran ke-2 nilai kekeruhan yang didapat merupakan hasil rata-rata dari
pengukuran kekeruhan tiap sampel air yang akan diberikan variasi dosis koagulan. Tabel 4.2
menunjukan pengukuran kekeruhan pada setiap sampel air .
Dari table 4.2 terlihat bahwa nilai kekeruhan dalam setiap sampel air berbeda. hal ini dapat
disebabkan oleh proses pengadukan yang tidak merata. Pada saat awal pengambilan sampel
air tersebut, pengadukan yang dilakukan tidak merata, jumlah padatan terlarut cenderung
berada di bawah sehingga dengan berkurangnya volume sampel air maka jumlah padatan
yang terlarut akan semakin besar,hal inilah yang menyebabkan tingkat kekeruhan pada
sampel air bertambah seiring volume sampel yang di ambil.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitri Lailla Amatullah dan Widi Liani (2012),
koagulan biji asam jawa bekerja optimum pada pH 3, pada percobaan kali ini pengolahan air
sungai dengan koagulan biji asam jawa dilakukan pada dua kondisi yaitu pada pH 2 dan pada
pH netral. pengolahan air sungai pada pH 2 dilakukan dengan penurunan pH menggunakan
H2SO4 4N, meskipun bukan pada pH optimumnya namun kemampuan biji asam jawa sebagai
koagulan tetap optimal, menurut literatur semakin rendah pH maka kemampuan asam jawa
sebagai koagulan semakin optimal. Biji asam jawa dijadikan sebagai koagulan karena
bermuatan positif sedangkan pengotor-pengotor dari limbah tersebut bermuatan negatif.
Perbedaan muatan tersebutlah yang menyebabkan terjadinya gaya tarik menarik hingga
terjadilah penggumpalan pengotor. Semakin banyak koagulan diberikan semakin banyak pula
pengotor yang terikat. Pengikatan kotoran menyebabkan penurunan kekeruhan pada air
tersebut.
Table 4.3 menunjukan tingkat % Penurunan kekeruhan dan volume endapan pada berbagai
dosis koagulan dalam kondisi pH yang berbeda, dari tabel tersebut terlihat bahwa %
Penurunan kekeruhan maksimal pada pH netral dengan penambahan Koagulan 0,2 g/L,
dengan % Penurunan kekeruhannya yaitu 63,31%.Sedangkan pada pH 2 % Penurunan
kekeruhan maksimal pada dosis koagulan 0,7 g/L, dengan % Penurunan kekeruhannya yaitu
78.94%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitri Lailla Amatullah dan Widi Liani (2012), dosis
optimum koagulan biji asam jawa sebesar 0,6 g/L pada kondisi pH 3, dari hasil percobaan pada
kondisi pH 2 di dapatkan % penurunan kekeruhan maksimum berada pada dosis koagulan
0,7 g/L, sedangkan pada kondisi pH netral di dapatkan % penurunan kekeruhan maksimum
berada pada dosis koagulan 0,2 g/L. Hal ini terjadi karena percobaan tidak dilakukan pada ph
optimumnya yang berada pada kondisi asam, Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitri
Lailla Amatullah dan Widi Liani (2012),hal ini dikarenakan kandungan tertarat yang ada
pada biji asam jawa menyebabkan ion H + pada asam tertarat tersebut berikatan dengan ion
negatif yang berda pada air sungai.
Table 4.3 menunjukan volume endapan dari variasi dosis koagulan yang diberikan, dari tabel
tersebut terlihat bahwa semakin banyak dosis koagulan yang diberikan volume endapan juga
semakin banyak, hal ini terjadi karena dengan banyaknya dosis koagulan yang diberikan
maka semakin banyak partikel yang terendapkan dan semakin banyak jumlah koagulan biji
asam jawa yang kemudian ikut terendapkan dan menambah volume endapan yang terukur.
4.2 Pengaruh penambahan koagulan biji asam jawa dan flokulan aquaclear dengan
variasi pH terhadap penurunan kekeruhan dan ketinggian endapan
Pada percobaan kali ini koagulan biji asam jawa di kombinasikan dengan menambahakan
flokulan 1 ml aguaclear 1%. Pengaruh penambahan aquaclear terhadap penurunan
kekeruhan dan tinggi endapan dapat dilihat pada table 4.4.
Table 4.4 menunjukan tingkat % Penurunan kekeruhan dan volume endapan pada berbagai
dosis koagulan dengan penmabahan flokulan dalam kondisi pH yang berbeda, dari tabel
tersebut terlihat bahwa % Penurunan kekeruhan maksimal pada pH netral dengan
penambahan Koagulan 0,5 g/L, dengan % Penurunan kekeruhannya yaitu 85,08%. Sedangkan
pada pH 2 % Penurunan kekeruhan maksimal pada dosis koagulan 0,7 g/L, dengan %
Penurunan kekeruhannya yaitu 80.04%
Dari tersebut dapat dilihat bahwa % penurunan kekeruhan lebih besar pada kondisi pH netral,
yaitu 85,08%, Table 4.4 juga menunjukan volume endapan dari variasi dosis koagulan yang
diberikan, dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin banyak dosis koagulan yang diberikan
volume endapan juga semakin banyak, hal ini terjadi karena dengan banyaknya dosis
koagulan yang diberikan maka semakin banyak partikel yang terendapkan dan semakin
banyak jumlah koagulan biji asam jawa yang kemudian ikut terendapkan dan menambah
volume endapan yang terukur.
4.3. Penentuan dosis optimum pada proses koagulasi juga koagulasi-flokulasi
Telah disebutkan bahwa pada percobaan ini proses koagulasi dan flokulasi dilakukan pada
dua variasi PH yaitu pada PH 2 dan PH netral. Pada penambahan koagulan biji asam jawa
dosis optimum untuk % Penurunan Kekeruhan pada PH 2 yaitu 0,7 g/L yaitu 78.94% sedangkan
pada PH netral dosis optimum koagulan biji asam jawa berada pada dosis 0,2 g/L yaitu 63,31%,
sedangkan dosis optimum untuk volume endapan pada PH 2 yaitu 0,7 g/L dengan volume endapan 9,
pada PH netral dosis optimum koagulan biji asam jawa berapa pada dosis 0,7 g/L yaitu 5,5.
Pada penambahan koagulan biji asam jawa yang di kombinasikan dengan flokulan aquaclear
dosis optimum untuk % Penurunan Kekeruhan pada PH 2 yaitu 0,7 g/L dengan % kekruhan
80.04%, sedangkan pada PH netral dosis optimum koagulan biji asam jawa berada pada dosis
0,5 g/L dengan % kekruhan 85,08% , sedangkan dosis optimum untuk volume endapan pada PH 2
yaitu 0,7 g/L yaitu 8 sedangkan pada PH netral dosis optimum koagulan biji asam jawa berapa
pada dosis 0,7 g/L yaitu 5,5.
Perbandingan % Penurunan kekeruhan koagulan dengan koagulan dan flokulan ditunjukan
pada tabel 4.5.
Dari tabel tersebut dapat dilihat % Penurunan kekeruhan nmaksimal pada pH netral berada
pada penambahan Koagulan dan flokulan sebesar 0,5 g/L, dengan % Penurunan
kekeruhannya yaitu 85,08%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penurunan kekeruhan
pemakai flokulan lebih besar, ini disebabkan karena sifat pengikat pada flokulan tersebut.
Hasil dari ikatan pengotor dengan koagulan diikatkan keambali oleh flokulan sehingga
tebentuk flok-flok yang lebih besar yang memiliki masa yang lebih besar yang
memungkinkan pengendapan lebih banyak. Begitu pula pada PH 2 % Penurunan kekeruhan
nmaksimal terdapat pada penmabhan flokulan dengan % Penurunan kekeruhan yaitu 80.04%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Semakin banyak dosis koagulan yang diberikan pada sampel pada pH 2 semakin
besar pula % penurunan kekeruhannya, sedangkan pada pH netral semakin
banyak koagulan diberikan semakin sedikit penurunan kekeruhannya. Pada pH
2 dan netral volume endapan meningkat ketika semakin banyak koagulan
diberikan
2. Semakin banyak dosis koagulan dengan penambahan flokulan yang diberikan
pada sampel pada pH 2 semakin besar pula % penurunan kekeruhannya,
sedangkan pada pH netral semakin banyak koagulan dengan penambahan
flokulan diberikan semakin sedikit penurunan kekeruhannya. Pada pH 2 dan
netral volume endapan meningkat ketika semakin banyak koagulan diberikan
3. Dosis optimum penurunan kekeruhan pada pH 2 didapatkan pada penambahan
koagulan 0,7 g/L sedangkan pada pH netral dosis optimum didapatkan pada
penambahan koagulan 0,5 g/L
5.2 Saran
Disarankan apabila dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaan koagulan biji
asam jawa dengan dosis yang berbeda, kombinasi koagulan-flokulan yang bervariasi, dan
kondisi pH yang berbeda agar dapat diketahui nilai optimum dari proses koagulasi
flokulasi tersebut