BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGANdlh.kulonprogokab.go.id/files/SLHD 2014 Bab IV Upaya...
Transcript of BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGANdlh.kulonprogokab.go.id/files/SLHD 2014 Bab IV Upaya...
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-1
A. Rehabilitasi Lingkungan
Gambar 4.1. Penanaman Pohon Durian oleh Masyarakat
Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun
spiritual. Secara umum penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Tidak semua
wilayah di Kabupaten Kulonprogo merupakan lahan subur, namun ada beberapa
wilayah yang merupakan lahan kritis.
Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak produktif untuk penggunaan tertentu
sebagai lahan pertanian akibat degradasi lahan oleh proses erosi longsor lahan, dan
atau kegiatan pertambangan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahan atau daya dukung untuk pertanian akan menimbulkan erosi
degradasi lahan pada tingkat berat, lahan tidak produktif atau terjadi lahan kritis.
BAB IV
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-2
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain : penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan; kegiatan penambangan,
pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan faktor alami
seperti kekeringan.
Penurunan kualitas lahan dipengaruhi oleh kegiatan manusia maupun alam.
Kegiatan pertambangan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak negatif
terhadap sumber daya lahan. Pada lokasi pertambangan sering dijumpai
ketidakteraturan topografi berupa lubang bekas galian yang cukup dalam, sehingga
lebih sulit untuk difungsikan menjadi produktif. Sedangkan upaya rehabilitasi lahan
seringkali masih diabaikan oleh para penambang ataupun pengusaha pertambangan.
Terlebih lagi kegiatan pertambangan tanah liat di lahan pertanian yang subur,
akibatnya tanah menjadi rusak dan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Disamping itu adanya kerusakan hutan juga disebabkan oleh faktor manusia. Di
Kabupaten Kulonprogo tidak ada kerusakan akibat kebakaran hutan tetapi karena
kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pelestarian dan fungsi
hutan, menyebabkan maraknya penjarahan dan pencurian kayu bahkan untuk kayu
yang belum layak tebang, hal ini semata-mata hanya memperhatikan aspek ekonomi
tanpa mempedulikan aspek lingkungan hidup.
Mensikapi hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo
melakukan beberapa hal berkaitan dengan upaya rehabilitasi lingkungan tahun 2014,
yaitu :
1. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan pembangunan taman kota
di wilayah Kecamatan Wates dan Pengasih;
2. Konservasi mata air, kegiatan ini dilakukan dengan melakukan penanaman pohon
disekitar mata air, untuk melindungi sumber-sumber air yang ada, antara lain :
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-3
- Penanaman pohon untuk perlindungan mata air sejumlah 1.000 batang
untuk 20 lokasi mata air yang dikelola oleh KT. Karya Tani di Pedukuhan
Beteng, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo;
- Konservasi 10 buah sumber mata air (penanaman 500 batang dan
pengembangan kearifan local) di KT. Rukun Makaryo, Pedukuhan
Girinyono, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih
- Konservasi 5 sumber mata air (penanaman dan pengembangan kearifan
local) di KT. Mekar Gerbosari, Pedukuhan Gerpule, Desa Banjarharjo,
Kecamatan Kalibawang.
3. Pembangunan sumur resapan
Selain perlindungan mata air juga upaya konservasi air melalui
pembangunan sumur resapan dan lubang resapan biopori mulai tahun 2009. Data
sumur resapan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sejumlah 197 unit, tahun
2013 sejumlah 39 unit dan 2014 sejumlah 60 unit terbangun di wilayah Kabupaten
Kulonprogo.
4. Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak
lingkungan, yakni pengawasan & pengendalian usaha pertambangan dan energi.
Pengawasan terutama untuk kegiatan reklamasi/pasca tambang sehingga
keadaan lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya;
5. Kegiatan Pengendalian Longsor
Pengembangan tanaman aren sangat potensial di lahan kritis dan lahan rawan
bencana longsor di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Program ini bertujuan untuk
menopang kehidupan petani dan sebagai penyangga lingkungan diatas. Untuk itu
perlu dilakukan pengembalian kejayaan aren di bukit Menoreh Kulonprogo, antara
lain dengan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha;
6. Rehabilitasi dan konservasi pesisir dan pantai
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-4
Rehabilitasi dan konservasi pesisir dan pantai dilakukan bekerjasama dengan
berbagai pihak, salah satunya adalah BLH DIY melalui kegiatan penanaman
pandan pantai dan cemara udang pada tahun 2014 di Pasir Mendit, Jangkaran,
Temon.
Selain itu di di bidang kehutanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo,
melaksanakan kebijakan pembangunan kehutanan diarahkan pada peningkatan
peranan hutan secara optimal sesuai dengan fungsinya dan juga sebagai upaya
merehabilitasi hutan dan lingkungan secara umum, dengan cara :
1. Rehabilitasi hutan dan lahan baik secara sipil teknis maupun vegetatif;
2. Penyediaan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan untuk pengembangan
aneka usaha kehutanan;
3. Optimalisasi peran stakeholders dalam rangka pengendalian penebangan kayu
secara liar dan pengendalian tebang untuk yang belum memenuhi syarat; dan
4. Sosialisasi dan pemasyarakatan pengurusan dokumen penebangan dan
pengangkutan kayu;
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 ini masih terus melanjutkan
program untuk menanam 1,5 juta pohon hidup di seluruh wilayah kabupaten salah
satunya melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo telah
melakukan penghijauan lingkungan di 12 kecamatan dengan menanam pohon
sejumlah 948.058 batang pada luasan 214,61 Ha. Sedangkan untuk tahun 2014
tidak ada kegiatan reboisasi pada hutan negara yang dilakukan oleh Dinas
Kehutanan DIY. Program penghijauan dilaksanakan dengan bekerjasama
berbagai pihak, perusahaan daerah maupun swasta dengan kegiatan CSR, LSM,
Pemerintah DIY maupun organisasi sosial masyarakat.
Melihat hutan mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting, salah satunya
adalah sangat berpengaruh terhadap munculnya persoalan lingkungan seperti
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-5
kekeringan, banjir, erosi dan sebagainya, maka perlu upaya-upaya penyelamatan
hutan. Untuk itu peran serta semua pihak khususnya masyarakat sangat diharapkan
agar hutan sebagai kekayaan alam di Kabupaten Kulon Progo dapat dimanfaatkan
sesuai fungsinya serta tetap terjaga kelestariannya.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-6
B. Amdal
Setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan masalah lingkungan yang
spesifik, demikian juga setiap usaha dan atau kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Untuk meminimalisir dampak yang
dimungkinkan terjadi dari suatu usaha/kegiatan tersebut maka diperlukan suatu
instrumen untuk menilai kelayakan suatu kegiatan. Instrumen tersebut dapat berupa
izin lingkungan yang meliputi dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan), UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan
Lingkungan), serta SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) untuk kegiatan
usaha skala kecil sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan
instrumen tersebut diharapkan akan tercipta pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sesuai
dengan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Kabupaten Kulonprogo tidak
lagi memiliki Komisi Penilai Amdal, sehingga apabila ada kegiatan dan atau usaha
yang wajib Amdal, kewenangan penilaian pada Komisi Penilai Amdal DIY.
Dokumen sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang diajukan dan yang
direkomendasikan tahun 2014 sejumlah 309 dokumen, terdiri atas : 23 UKL/UPL, 3
DPLH dan 283 SPPL, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Jumlah Dokumen Lingkungan menurut Jenis Usaha Tahun 2014
No. Jenis Kegiatan / Usaha
Jumlah
Dokumen
1.
Penambangan
12
2. Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik) 6
3. Kegiatan Lain (SPBU, Hotel, IPAL komunal, Bangunan gedung,
Operasional pabrik, SPAM, Menara Telekomunikasi, dan Peternakan
8
Jumlah 26
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kab Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-7
Dalam setiap pengajuan dokumen UKL/UPL dan DPLH, KLH Kulonprogo
melakukan klarifikasi dokumen tersebut dengan pihak pemrakarsa dengan
menghadirkan masyarakat terkena dampak dari suatu usaha dan atau kegiatan
tersebut beserta SKPD terkait. Jumlah masing-masing jenis usaha/kegiatan yang
mendapatkan dokumen UKL/UPL dan DPLH dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 4.2. Grafik Jumlah Dokumen UKL-UPL Berdasar Jenis Usaha/Kegiatan
Tahun 2013 dan 2014
Kegiatan pengawasan pelaksanaan UKL/UPL juga dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo untuk mengetahui sejauh mana ketaatan dari
pemilik usaha dan atau kegiatan/pemrakarsa dalam melaksanakan ketentuan-
ketentuan seperti yang tercantum dalam dokumen lingkungannya.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-8
Tahun 2014 Kantor Lingkungan Hidup melakukan pengawasan terhadap
kegiatan dan atau usaha antara lain :
Tabel 4.2. Hasil Pengawasan Kegiatan/Usaha Tahun 2014
No. Nama Kegiatan / Usaha
Hasil Pengawasan
1. PT. Selo Adikarto, Nanggulan Tidak Taat
2. RS Riski Amalia Medika, Lendah Tidak Taat
3. RSUD Wates Tidak Taat
4. RS PKU Muhammadiyah Nanggulan Tidak Taat
5. PT. Sunchang Indonesia Tidak Taat
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kab Kulonprogo, 2014
Dari tabel hasil pengawasan tersebut dapat dilhat bahwa semua kegiatan/usaha
yang dijadikan sasaran pengawasan belum ada yang taat terhadap ketentuan
peraturan perundangan terutama dalam pelaksanaan dokumen UKL/UPL nya.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-9
C. Penegakkan Hukum
Untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu usaha dan atau kegiatan terhadap
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup perlu
dilakukan kegiatan pengawasan dan penegakkan hukum.
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam melaksanakan pengawasan dan
penegakkan hukum tidak hanya terkait pada pengawasan rutin terhadap
perusahaan/pemrakarsa atas pelaksanaan UKL/UPL tetapi juga pada upaya untuk
mengakomodir kasus-kasus lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat. Untuk
tahun 2014 kasus-kasus lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat melalui
KLH sejumlah 6 (enam) kasus , yang antara lain dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Pengaduan Masalah dan Status Masalah Lingkungan Hidup Tahun 2014
No.
Masalah Yang Diadukan
Jumlah Pengaduan
Status
1.
Dugaan pencemaran udara akibat kegiatan usaha pembuatan arang kayu di Kalipetir Lor, Margosari, Pengasih
1 Ditindaklanjuti
2.
Dugaan pencemaran udara akibat kegiatan
usaha peternakan ayam di Clawer,
Pengasih, Pengasih
1 Ditindaklanjuti
3.
Dugaan pencemaran sungai dan sumur
penduduk akibat kegiatan usaha
pengolahan kembali tailing emas tanpa izin
di Plampang II, Kalirejo, Kokap
1 Ditindaklanjuti
4.
Dugaan pencemaran udara dan sungai
akibat pembuangan tinja di areal
persawahan di Gotakan, Panjatan, Panjatan
1 Ditindaklanjuti
5.
Kekhawatiran warga akan terjadinya
pencemaran lingkungan akibat kegiatan
usaha peternakan ayam di Suruhan,
Karangsari, Pengasih
1 Ditindaklanjuti
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-10
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo berupaya untuk selalu menyelesaikan kasus-
kasus lingkungan hidup yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi suatu kasus
lingkungan hidup, masyarakat dapat mengadukan masalah tersebut kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo secara tertulis atau secara lisan/langsung.
Pihak pemerintah daerah akan mengklarifikasi tentang kebenaran masalah tersebut
kepada masyarakat, setelah itu baru pemerintah daerah memediasi/mempertemukan
antara pihak pengusaha/pemrakarsa dengan pihak masyarakat yang dirugikan untuk
mencari penyelesaian yang terbaik untuk semua pihak dan lingkungan hidup secara
umum. Data jumlah aduan kasus lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo dalam
lima tahun terakhir yang telah ditindaklanjuti dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut :
Tabel 4.4. Jumlah Aduan Kasus Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014
No. Tahun Jumlah Pengaduan yang
Ditindaklanjuti
Jumlah Pengaduan yang
Diterima
1 2 3 4
1.
2010 9 9
2.
2011 12 12
3.
2012 9 9
4. 2013 6 6
5.
2014 5 5
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-11
Gambar 4.3. Grafik Aduan Kasus LH di Kab Kulonprogo Tahun 2010-2014
Dari tabel dan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 ke tahun 2014
jumlah aduan kasus lingkungan hidup ada kecenderungan semakin sedikit, hal ini
dapat disebabkan oleh semakin baiknya pemilik usaha dan atau kegiatan dalam
mengelola usaha dan kegiatannya sesuai dengan dokumen lingkungan sehingga
tidak meninmbulkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sekitarnya.
Gambar 4.4. Penanganan Kasus Dugaan Pencemaran Udara dan Sungai Akibat Pembuangan Tinja di Areal Persawahan di Gotakan, Panjatan, Panjatan
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-12
D. Peran Serta Masyarakat
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 70, bahwa masyarakat memiliki hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dapat berupa :
pengawasan sosial; pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan
atau; penyampaian informasi dan atau laporan. Dan semua itu dapat dilakukan untuk :
meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;
menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial; mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, melalui beberapa kegiatan antara lain :
- Evaluasi pengelolaan lingkungan hidup
Evaluasi ini dilakukan setiap tahun dengan sasaran masyarakat terutama
untuk masyarakat sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA (sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan hidup/adiwiyata); masyarakat pondok pesantren
(evaluasi pondok pesantren berwawasan lingkungan hidup); kelompok
masyarakat/kelompok tani/tokoh masyarakat/LSM, dan lain-lain (evaluasi
kalpataru, kehati award, kampung hijau, dan kampung iklim).
- Penyuluhan Lingkungan
Pemerintah kabupaten bekerjasama dengan PPEJ, Perguruan Tinggi,
Pemerintah Daerah DIY, TP PKK, maupun Kementerian Agama untuk
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-13
menyelenggarakan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan
melibatkan masyarakat di wilayah Kabupaten Kulonprogo.
- Pengembangan Jejaring Pengelola Sampah Mandiri
Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Kabupaten Kulonprogo “Merti Bawono
Asri” telah mengembangkan kegiatan maupun keanggotaannya untuk selalu
aktif dalam upaya pengelolaan sampah di Kabupaten Kulonprogo..
Selain masyarakat dan instansi terkait, dalam pengelolaan lingkungan hidup di
Kabupaten Kulonprogo juga melibatkan pihak swasta / dunia usaha, antara lain :
- Penghijauan / konservasi pesisir, berupa penanaman vegetasi pantai terutama
mangrove di wilayah Jangkaran, Temon.
- Penghijauan / konservasi lahan kritis
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak ketiga di Kabupaten Kulonprogo pada
tahun 2014 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5. Kegiatan Konservasi LH oleh Pihak Ketiga Tahun 2014
No. Nama Pihak Ketiga Kegiatan
1.
UGM
Penanaman mangrove 1.300 batang di Jangkaran Temon
2. SMKN 1 Pengasih Konservasi Lahan Kritis dengan tanaman Eucaliptus 1000 batang
3. Paguyuban Kawula Penderek Sultan (Kapsul) Kulon Progo
Konservasi Lahan Kritis dengan menyediakan 16.000 bibit untuk 12 kecamatan
4. PT. Jogjatronik Konservasi Pesisir : Penanaman mangrove 1.600 batang di Pasir Mendit Temon
5. Komunitas Sepeda MTB Federal Indonesia
Konservasi Pesisir : Penanaman mangrove 1.000 batang di Pasir Mendit Temon
6. Poltekkes Yogyakarta Penanaman mangrove 200 batang di Jangkaran Temon
7. Bhayangkari Pengurus Cabang Kulon Progo
Penanaman pohon di lahan kritis sejumlah 750 batang
8. PT. Pertamina (Persero), Depo Rewulu Yogyakarta
Konservasi daerah sekitar Waduk Sermo Kokap, penanaman tanaman buah dan penyimpan air sejumlah 8.800 batang; Konservasi Pesisir, penanaman mangrove 5.000 batang di Pasir Mendit Temon
9. Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Konservasi Pesisir, penanaman mangrove 1.000 batang di Pasir Mendit
Sumber data : KLH Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-14
Gambar 4.5. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan LH
Dengan adanya kerjasama antara pihak pemerintah daerah, masyarakat,
perguruan tinggi, dunia usaha maupun LSM diharapkan seluruh program dan
kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
Kabupaten Kulonprogo dapat terlaksana dengan baik.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-15
E. Kelembagaan
Produk Hukum
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 menghasilkan 5
( lima ) buah produk hukum di bidang tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
antara lain :
1. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batubara;
2. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok,
salah satu tujuan penyusunan peraturan ini adalah untuk menyediakan
udara yang bersih dan sehat untuk masyarakat;
3. Peraturan Bupati No. 22 Tahun 2014 tentang Pedoman Penerbitan Izin
Lingkungan;
4. Peraturan Bupati No. 30 Tahun 2014 tentang Tata Kelola Hijau RSUD
Wates;
5. Keputusan Bupati No. 322 Tahun 2014 tentang Pendelegasian Wewenang
Penerbitan Izin Lingkungan kepada Kepala Kantor Ligkungan Hidup
Kabupaten Kulonprogo.
Dengan berkembangnya industri di Kabupaten Kulonprogo, beberapa
peraturan perundangan yang harus segera disusun oleh Pemda Kabupaten
Kulonprogo antara lain peraturan tentang izin penyimpanan sementara limbah B3
dan juga izin pembuangan limbah cair ke badan air.
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-16
Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten Kulonprogo untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengelola lingkungan hidup daerah, selain
anggaran murni dari APBD daerah juga mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Lingkungan Hidup. Anggaran yang tersedia untuk pembiayaan .... program
dan .... kegiatan pada tahun 2014. Adapun peruntukan anggaran untuk tahun 2013
dan 2014 dapat diuraian pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014
No. Sumber
Anggaran Uraian
Jumlah Anggaran
2013 2014
1.
APBD
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Lingkungan Hidup
24.735.000,-
59.391.600,-
2. APBD Program Perlindungan dan
Konservasi SDA
393.521.525,- 369.965.550,-
3. APBD Program Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan LH
448.808.400,- 132.704.650,-
4. APBD Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
306.202.500,- 315.173.230,-
5. APBD Kegiatan Lain 1.028.230.297,10,- 1.595.994.751,-
Jumlah
2.201.497.722,10,-
2.473.229.781,-
Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-17
Institusi Pengelola Lingkungan Hidup
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulonprogo Nomor : 16 Tahun
2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah,
maka organisasi dan lembaga pengelola lingkungan hidup di Kabupaten Kulon
Progo adalah Kantor Lingkungan Hidup (KLH).
Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Kulonprogo mempunyai struktur
organisasi sebagai berikut :
1. Kepala Kantor;
2. Sub. Bagian Tata Usaha;
3. Seksi Pengembangan Kapasitas;
4. Seksi Pengawasan dan Pengendalian;
5. Seksi Pemantauan dan Pemulihan;
6. Kelompok jabatan fungsional tertentu.
Jumlah pegawai yang dimiliki oleh Kantor LH Kabupaten Kulonprogo
sejumlah 16 orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.7. Jumlah Pegawai KLH Kulonprogo Berdasar Tingkat Pendidikan
No Uraian SD SLTP SLTA Diploma
I/II/III D IV / S1 S2 / S3 Jumlah
1. Sekretariat 0 1 3 1 1 1 7
2. Seksi Bangtas 0 0 0 0 3 0 3
3. Seksi Wasdal 0 0 0 0 3 0 3
4. Seksi Taulih 0 0 1 0 2 0 3
Jumlah 0 1 4 1 9 1 16
Sumber data : Kantor LH Kabupaten Kulonprogo, 2014
Meskipun dengan sumber daya manusia yang terbatas, Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Kulonprogo, tetap melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai
institusi pengelola lingkungan hidup daerah dengan baik. Secara kuantitas terbatas,
tetapi secara kualitas sumber daya manusia terus ditingkatkan, dengan mengikuti
Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014
Bab IV-18
diklat teknis yang diselenggarakan oleh BLH DIY, Kementerian LH dan Kehutanan
serta pihak lain yang terkait.
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo juga belum memiliki pejabat
fungsional tertentu, meskipun sudah tersedia personil yang telah mengikuti diklat
PPLH sejumlah 2 (dua) personil dan juga PPNS Daerah.
Dengan semakin meningkatnya permasalahan bidang lingkungan hidup di
Kabupaten Kulonprogo, diharapkan kelembagaan pengelola lingkungan hidup
daerah terus ditingkatkan statusnya demikian juga dengan kualitas dan kuantitas
sumber daya manusianya.