BAB IV TUJUAN, BUKTI DAN KERTAS KERJA AUDIT

download BAB IV TUJUAN, BUKTI DAN KERTAS KERJA AUDIT

of 46

description

audit keuangan

Transcript of BAB IV TUJUAN, BUKTI DAN KERTAS KERJA AUDIT

BAB IVTUJUAN, BUKTI DANKERTAS KERJA AUDITDalam 3 bab ini di muka telah dibahas berbgai hal yang mengyangkut lingkungan auditing. Mulai bab ini pembahasan akan difokuskan pada proses auditing atas laporan keuangan yang merupakan topik utama buku ini. Pada bab 4 ini akan dibahas empat hal fundamental dalam auditing, yaitu : (1) tujuan audit, (2) buku audit, (3) prosedur audit, dan (4) pendokumentasian bukti audit dalam kertas kerja.

TUJUAN PENGAJARANSetelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk :1. Menyebutkan lima kategoti asersi manajemen dalam laporan keuangan2. Menetapkan tujuan audit khusus dari kelima kategori asersi manajemen tersebut3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan dan kompetensi bukti audit4. Menyebutkan jenis-jenis informasi penguat yang tersedia bagi auditor5. Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis prosedur audit yang bisa digunakan dalam suatu audit6. Menjelaskan arti dan tujuan kertas kerja audit7. Menerapkan tehnik-tehnik penting dalam penyusunan suatu kertas kerja yang baik

TUJUAN AUDITseperti telah disinggung pada Bab 2, tujuan umum suatu audit atas laporan keuangan adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam audit biasanya dirumuskan tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan khusus ini berasal dari asersi-asersi yang dibuat manajemen dalam laporan keuangan.Asersi-Asersi Manajemen Dalam Laporan KeuanganLaporan keuangan berisi asersi-asersi manajemen yang eksplisit dan implisit. Sebagai contoh perhatikanlah komponen neraca berikut ini:Aktiva Lancar:KasRp. 100.000.000,00Dalam pe1aporan pos ini dineraca, manajemen membuat dua asersi eksplisit yaitu: (1) kas benar-benar ada, dan (2) jumlah kas yang benar adalah Rp100.000.000,00. Selain itu manajemen juga rnembuat tiga asersi implisit, yaitu: (1) semua kas yang harus dilaporkan telah dimasukkan, (2) semua kas yang dilaporkan merupakan milik satuan usaha, dan (3) tidak terdapat pembatasan dalam penggunaan kas. Asersi terakhir ini mengikuti persyaratan penyajian kas dalam aktiva lancer sebagaimana diatur oleh Standar Akuntansi Keuangan. Apabila salah satu dari asersi- asersi tersebur di atas tidak benar, maka laporan keuangan bisa menjadi salah saji materialAsersi-asersi yang sama melandasi semua aktiva, kewajiban, pendapatan,dan biaya komponen-komponen laporan keuangan. Dalam PSA No 07, Bukti Audit (SA 326.03), disebutkan lima golongan besar asersi-asersi laporan keuangan: Keberadaan atau keterjadian (existence occurrence) KeIegkapan (Completeness) Hak dan kewajiban (Right and Obligation) Penilaian (valuation) atau pengalokasian (allocation) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)Dalam uraian di bawah ini akan dibahas pengertian masing-masing asersi Sebagaimana tercantum dalam SA 326 disertai dengan contohnya. Selanjumva akan ditunjukan seperangkat tujuan khusus audit untuk kas pada berbagai kelompok asersi.

Keberadaan atau KeterjadianAsersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.Asersi manajemen tentang keberadaan berlaku baik bagi aktiva yang mempunyai ujud fisik seperi kas dan persediaan, maupun rekening-rekening yang tidak memiliki ujud fisik seperti piutang dagang dan utang dagang. Dalam contoh di atas, asersi keberadaan berhubungan dengan apakah hal-hal yang dimasukkan sebagai kas (seperti kas kecil, kas yang belum disetor ke bank, dan rekening giro) benar-benar ada. Asersi ini tidak berkaitan dengan apakah Rp 100.000.000,00 merupakan jumlah yang benar untuk pos ini, sebab hal itu berkaitan dengan penilaian dan pengalokasian yang akan dijelaskan kemudian.Dalam asersi ini manajemen juga menyatakan bahwa pendapatan dan biaya sehagaimana nampak dalam laporan rugi-laba adalah akibat dari transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang terjadi selama periode laporan. Asersi ini juga hanya menyangkut mengenai apakah transaksi dan kejadian benar-benar terjadi, dan tidak menyangkut mengenai kebenaran jumlah rupiah yang dilaporkan. Kesalahan dalam asersi ini bisa terjadi misalnva apabila pada jumlah penjualan yang dilaporkan terdapat di dalamnya penjualan fiktif atau apabila pada penjualan yang dilaporkan termasuk di dalamnya penjualan yang terjadi pada periode yang lain.Pada asersi kategori ini, auditor terutama mengkhawatirkan terjadinya pelaporan komponen-kompenen laporan keuangan melebihi yang sesungguhnya (overstatement) dengan cara memasukkan hal-hal yatig tidak ada atau memasukkan pengaruh transaksi yang tidak terjadi. Asersi ini tidak memperhatikan apakah sesuatu yang sesungguhnya ada dan transaksi atau kejadian yang sungguh sungguh terjadi, telah termasuk dalam jumlah rupiah yang dilaporkan.

KelengkapanAsersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi atau semua rekening (account) yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan tetah dicantumkan di dalamnya.JUntuk setiap rekening yarg dilaporkan dalam laporan keuangan, manajemen secara implisit menyatakan bahwa semua transaksi dan kejadian yang berhubingan telah dimasukkan. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa saldo kas sebesar Rp. 100.000.000,00, telah mencakup pengaruh semua transaksi kas dan semua elemen kas yang disebutkan di atas. Kesalahan penyataan asersi kelengkapan untuk kas bisa terjadi jika pengaruh beberapa transaksi penerimaan kas dihilangkan.Pada asersi kategori ini, auditor terutama mengkhawakan terjadinya pelaporan komponen-komponen laporan keuangan lebih sedikit dari yang seharusnya (understatement) dengan cara menghilangkan sesuatu yang sesungguhnya ada, atau dengan menghilangkan transaksi atau kejadian yang sesungguhnya terjadi.

Hak dan KewajibanAsersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.Perlu diketahui bahwa asersi ini adalah satu-satunya asersi yang hanya berkaitan dengan neraca (aktiva dan kewajiban), sedangkan asersi-asersi yang lain berkaitan dengan semua laporan keuangan. Asersi ini umumnya berhubungan dengan hak pemilikan dan kewajiban hukum. Sebagai contoh, manajemen secara implisit menyatakan bahwa perusahaan memiliki kas, persediaan dan aktiva-aktiva lain yang dilaporkan dalam neraca, dan utang dagang dan utang-utang lainnya adalah kewajiban hukum satuan usaha. Asersi hak dan kewajiban juga menyangkut hak atas penggunaan properti dan juga menngkut utang-utang tertentu yang bukan kewajjban hukurn_ Sebagai contoh properti milik pembeni sewa (less or) bisa dibenarkan dilaporkan sebagai aktiva dalam neraca penerima sewa apabila hak atas penggunaan properti telah diperoleh melalui peijanjian sewaguji yang dlkapita1isasi(capjta11J) Di pihak lain, biaya pensiun yang tidak dibentuk dananya (unfunded pension cost) bisa dimasukkan sebagai utang meskipun satu usaha pembuat laporan secara hukum tidak berkewajiban untuk itu

Penilaian dan PengalokasianAsersi tentang penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan Pada jumlah yang semestinya.Pelaporan komponen-komponen laporan keuangan pada jumlah yang semestinya berarti bahwa jumlah tersebut: (1) telah-ditentukan sesuai dengan prinsip-prinsp akuntansi berlaku umum, dan (2) ditulis dan dihitung dengan benar.Sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum. Penentuan jumlah-jumlah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum meliputi pengukuran secara tepat atas aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya yang mencakup semua hal di bawah ini: Penerapan prinsip penilaian secara tepat seperti harga perolehan, nilai bersih yang dapat direalisasi, nilai pasar, dan nilai sekarang (present value). Penerapan prinsip penandingan (matching principle) secara tepat. Kewajaran estimasi akuntansi oleh manajemen. Konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi.Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehannya dan harga perolehan tersebut secara sistematis dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwapiutang usaha yang tercantum dineraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.Ketelitian Pencatatan dan Perhitunga. Ketelitian pencatatan berhubungan dengan hal-hal seperti ketelitian dalam memasukkan data rinci dalam dokumen, dalam pencatatan ayat jurnal, dalam posting ke buku besar, dan dalam menyelenggarakan kesesuaian.anrara rekening kontrol dengan huku besar pembantu. Ketelitian perhitungan berhubungan dengan hal-hal seperti penentuan perhitungan dengan benar untuk jumlah dalam faktur, jurnal, dan saldo rekening selain itu juga kebenaran perhitungan hal-hal seperti akrual dan depresi. Kembali ke contoh tentang kas yang lalu, salah saji dalam asersi penilaian dan pengalokasian untuk kas bisa timbul sebagai akibat di dalam pencatatan penerimaan kas atau pengeluaran kas atau dalam psoting jurnak peneriamaan atau pengeluaran kas ke rekening buku besar kas, atau dari kesalahan perhitungan dalam menjumlahkan angka dalam jurnal penerimaan atau pengeluaran kas atau dalam rekening ka situ sendiri.

Penyajian dan Pengungkapan.Asersi tentang penilaian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.Dalam laporan keuangan, manajemen secara implisit menyatakan bahwa komponen-komponen laporan keuangan telah disajikan dengan repat dan pengungkapan yang menyertainya telah memadai Dalam contoh kas di atas, asersi akan menjadi keliru apabila terdapat pembatasan dalam penggunaan kas dan catatan atas laporan keuangan tidak menunjukkan adanya pembatasan ini. Demikian pula, asersi ini akan menjadi keliru apabila kas yang dibatasi penggunaannya diklasifikasin sebagai aktiva tak lancar.Ringkasan kelima asersi manajemen di atas dapat dilihat pada Gambar 4-1 berikut ini.Gambar 4.1Asersi-asersi Manajemen dalam Laporan KeuanganKategori AsersiMakna Asersi

Keberadaan atau kejadianAktiva dan kewajiban satuan usaha ada pada tanggal tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya terjadi pada periode tertentu

KelengkapanSemua transaksi dan rekening yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan, telah dimasukkan

Hak dan kewajibanAktiva adalah milik satuan usaha dan utang adalah kewajiban satuan usaha pada tanggal tertentu

Penilaian dan pengalokasianKomponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya telah dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat.

Penyajian dan pengungkapanKomponen-komponen tertentu laporan keuangan telah iklasifikasikan, diuraikan dan diungkapkan dengan tepat.

TUJUAN KHUSUS AUDITUntuk mendapatkan bukti sebagai pendukung pendapat atas laporan keuangan, auditor merumuskan tujuan-tujuan khusus audit untuk setiap rekening dalam laporan keuangan. Kategori-kategori asersi laporan keuangan yang disusun manajemen seperti diterangkan di atas, merupakan titik tolak yang sangat baik untuk merumuskan tujuan khusus audit. Tabel berikut ini memberi gambaran penjabaran tujuan khusus audit untuk kas berdasarkan pembahasan mengenai kategori-kategori asersi di atas:Kategori AsersiTujuan Khusus Audit

Keberadaaan atau KeterjadianDana kas kecil, penerimaan kas yang belum disetor ke bank, rekening giro, dan lain-lain yang dilaporkan sebagai kas, ada pada tanggal neraca.

KelengkapanKas yang dilaporkan meliputi semua kas kecil, kas yang belum disetor ke bank, dan kas lain yang ada di tangan (cash on hand).

Hak dan KewajibanKas yang dilaporkan meliputi semua yang tidak dibatasi penggunaannya. Semua hal yang dilaporkan dalam kas adalah milik satuan usaha pada tanggal neraca.

Penilaian dan PengalokasianSemua komponen kas telah dijumlah dengan benar.Jurnal peneriaman kas pengeluaran kas, benar-benar jumlah rupiahnya dan telah diposting dengan benar ke buku besar.Kas yang ada di tangan telah dihitung dengan benar.Saldo rekening gito telah direkonsiliasi dengan benar.

Penyajian dan PengungkapanSemua yang dimasukkan dalam kas tidak dibatasi (unrestricted) dan kas tersedia digunakan untuk operasi.Pengungkapan yang diperlukan telah memadai.

Perlu diingat bahwa tujuan khusus audit harus dirancang untuk masing-masing klien. SA 326.09 menyatakan bahwa dalam merumuskan tujuan audit, auditor hendaknya mempertimbangkan kondisi khusus perusahaan. termasuk di dalamnva sifat aktivitas perusahaan dan praktik akuntansi yang spesifik dalam perusahaan tersebut. Sebagai contoh, diperlukan tambahan tujuan khusus audit apabila sebagian dan kas satuan usaha berbentuk valuta asing. Demikian pula, sejumlah tujuan khusus untuk masing-masing kategori bisa berbeda-beda seperti nampak dalam contoh di atas.Dalam melaksanakan audit, auditor harus mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan setiap tujuan khusus. Dari data yang terkumpul, auditor akan sampai pada kesimpulan apakah ada asersi manajemen yang salah saji. Selanjutnya kesimpulan mengenai masing-masing asersi digabungkan untuk sampai pada pendapat mengenai laporan keuangan sebagai keseluruhan.

BUKTI AUDITBukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. SA.326.14 mentakan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Contoh bukti audit dari masing-masing kategori tersebut adalah:Data Akuntansi: Buku jurnal Buku besar dan buku besar pembantu Buku pedoman akuntansi Memorandum dan catatan tak resmi, seperti kertas kerja, perhitungan-perhitungan dan rekonsiliasiInformasi Pengual: Doktimen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat: Konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui. Informasi yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan. Informasi lain yang dikembangkan atau tersedia bagi auditor.Dalam sistem pengolahan data elektronik (electronic data processing) data akuntansi dan informasi penguat bisa berbentuk media elektronik seperti pita magnetik dan disk, tapi bisa juga dalam bentuk hard copy atau dalam bentuk cetakan.Kedua kategori bukti audit diperlukan dalam melakukan suatu audit sesuai dengan standar auditing. Kiranya tidak diragukan bahwa bukti yang berupa data akuntansi pasti harus dikumpulkan auditor, karena data akuntansi merupakan sumber atau dasar pembuatan laporan keuangan. Namun demikian, catatan-catatan ini bisa tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu sangatlah perlu bagi auditor untuk mendapatkan bukti penguat mengenai keandalan catatan-catatan keuangan tersebut. Bukti-bukti ini kebanyakan terdapat dalam organisasi klien, tetapi mencari bukti dan sumber-sumber di luar klien juga sangat penting.Proses pengidentifikasian sumber-sumber bukti untuk memenuhi tujuan audit untuk setiap saldo rekening akan dibahas secara mendalam pada sejumlah bab dalam buku ini. Bab ini akan membahas kerangka umum untuk mengidentifikasi jenis-jenis bukti dan kaitannya dengan asersi laporan keuangan.mengidentifikasi 1enis-;enis bukti dan kaitannya dengan asersi laporan keuangan.

TUJUANSTANDAR PEKERJAAN LAPANGAN KETIGAStandar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut:Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangain yang diaudit.Standar di atas menyebutl empat sumber, yaitu: inspeksi, observasi, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi. Sumber-sumber ini berkaitan dengan prosedur auditing menginspeksi, mengobservasi, mengajukan pertanyaan, dan mengkonfirmasi. Untuk sementara, baru empat prosedur auditing ini yang diperkenalkan. Prosedur-prosedur ini dan prosedur-prosedur lainnva akan dibahas pada bagian lain bab immi.Standar .ini juga menyatakan bahwa.bukti kompeten yang cukup harus: diperoleh sebagai dasar yang memadai (atau layak) untuk memberi pendapat SA 326.20 menyatakan bahwa jumlah dan jenis bukti yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya.Cukup atau Tidaknya Bukti AuditElemen standar pekerjaan lapangan ketiga ini berhubungan dengan jumlah bukti. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan auditor dalam menentukan cukup tidaknya bukti meliputi: Materialitas dan risiko Faktor-faktor ekonomis Besarnya dan karakteristik populasiMaterialitas dan RisikoSecafa urnum, diperlukan bukti lebih banyak untuk rekening dalam laporan keuangan yang material, dibandingkan dengan rekening yang tidak material. Oleh karena itu, dalam audit atas sebuah perusahaan manufaktur jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung tujuan audit atas persediaan akan lebih banyak. dibandingkan dengan jumlah bukti yang dibutuhkan untuk tujuan audit atas rekening biaya dibayar di muka.Selain itu, diperlukan bukti lebih banyak untuk rekening yang diduga dilaporkan salah saji, dibandingkan dengan rekening yang dilaporkan tidak salah saji. Sebagati contoh, pada umunmva penilalaian atas persediaan dipandang memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan penilaian atas tanah yang digunakan sebagai lokasi pabrik. Pembahasan lebih lanjut tentang pengaruh material dan risiko akan dibahas pada Bab 6.Faktor-faktor EkonomisAuditor bekerja dalam batasan biaya tertentu sehingga ia harus mengupayakan agar bisa memperoleh bukti kompeten yang cukup dalam jangka waktu pemerikasnaan yang wajar dan dengan biaya yang wajar pula. Oleh karena itu auditor tidak jarang dihadapkan pada situasi untuk menentukan apakah tambahan waktu dan biaya akan menghasilkan manfaat yang sepadan berupa diperolehnya bukti yang meyakinkan. Sebagai contoh, untuk memenjksa keberadaan dana kas kecil klien di 25 lokasi, auditor harus secara langsung melakukan perhitungan pada masing-masing dana tersebut. Alternatif lain yang lebih murah adalah melakukan perhitungan atas kas kecil di 5 lokasi saja untuk selanjutnva dibandingkan dengan catatan klien dan apabila cocok maka untuk dana di 20 lokasi lainnya, auditor mengahadapkan pada laporan auditor intern Faktor ekonomis memang merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam mendapatkab tambahan bukti tetapi biaya bukanlah satu-satunva alasan untuk tidak mendapat bukti yang cukup untuk mendukung pendapat auditor. Ukuran dan Karakteristik PopulasiUkuran Populasi jumlah unsur yang ada dalam populasu, seperti misalnya jumlah transaksi penjualan dalam jurnal penjualan, jumlah rekening pembantu piutang dalam buku besar pembantu atau jumlah rupiah dalam suatu saldo rekening. Mengingat besarnya populasi data akuntansi yang merupakan sumber penyusunan laporan keuangan, maka auditor biasanya menerapkan tehnik Sampling. Umumnya semakin besar populasi, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan untuk rnemperoleh dasar yang memadaj untuk mencapai kesimpulan. Akan tetapi hubungan yang pasti antara ukuran populasi dengan ukuran sampel tergantung pada tujuan dan sifat darii rencana sampel yang digunakan. Hal ini dibahas pada Bab 11.Karakteristik populasi dipengaruhi oleh homogenitas atau variabilitas dan unsur-unsur indvidual yang membentuk populasi. Dalam hal piutang dagang, salah satu faktor adalah rentang jumlah rupiah dari masing-masing saldo piutang yang membentuk jumlah keseluruhan. Dibandingkan dengan populasi yang seragam, populasi yang memiliki variabilitas tinggi biasanya membutuhkan sampel yang lebih besar dengan maksud agar dapat memberikan hasil informasi penguat yang lebih besar untuk mencapai kesimpulan. Pengaruh variabilitas atas ukuran sampel, seringkali dapat dikurangi dengan melakukan stratifikasi atas populasi menjadi beberapa strata atau kelompok yang lebih homogin sebelum ditarik sampel. Sebagai contoh, apabila rekening-rekening pembantu piutang dagang bersaldo besar yang hanya sedikit jumlahnya mencerminkan persentase yang besar dari saldo piutang keseluruhan, maka auditor mungkin akan memutuskan untuk mendapatkan bukti tentang semua rekening yang ada dalam buku besar pembantu yang jumlah saldonya melebihi jumlah rupiah tertentu, sedangkan untuk yang bersaldo di bawahnya hanya diambil dengan sampel. Strategi semacam ini akan menghasilkan bukti yang lebih banyak atas saldo total piutang, dibandingkan dengan jika auditor tidak melakukan stratifikasi lebih dulu terhadap populasi yang didasarkan atas ukuran sampel piutang statistik atau non-statistik akan dibahas pada Bab 11Kompetensi BuktiKompetensi (atau keandalan) bukti yang berupa data akuntansi maupun informasi penguat merupakan aspek penting dan standar pekerjaan lapangan ketiga. Keandalan data akuntansi berhubungan langsung dengan efektifitas pengendalian intern klien. Pengendalian intern yang kuat akan menciptakan ketelitian dan keandalan catatan-catatan keuangan, sebaliknya pengendalian intern yang lemah seringkali tidak mampu mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan dalam proses akuntansi.Kompetensi informasi penguat tergantung pada banyak faktor. Beberapa faktor yang berpengaruh atas kompetensi bukti adalah : Relevansi Sumber Ketepatan Waktu ObyektivitasRelevansiFaktor ini mengandung arti bahwa bukti haruslah berkaitan dengan tuiuan. Oleh karena itu, apabila tujuan audit adalah menentukan keberadaan, persediaan maka auditor dapat memperoleh bukti dengan mengobservasi perhitungan fisik persediaan. Namun demikian, bukti ini tidak relevan apabila digunakan untuk penentuan apakah persediaan tersebut benar-benar milik klien atau bukan (asersihak dan kewajiban) atau untuk penentuan kewajaran penilaian atas dasar harga perolehan (asersi penilaian dan pengalokasian).Auditor harus sungguh-sungguh menyadari mengenai pentingnya faktor ini. apabila auditor mendapat bukti yang tidak relevan, maka auditor akan mengalami kerugian biaya dan waktu. Selain itu, bukti semacam itu bisa mengakibatkan pengambilan kesimpulan yang keliru, dan pada akhirnya akan menyebabkan penentuan pendapat atas laporan keuangan yang keliru pula.SumberBerbagai hal yang berkaitan dengan sumber bukti bisa mempengaruhi kompetensi bukti. Pentingnya kriteria ini bisa digambarkan dengan beberapa contoh berikut ini. Sebagai contoh, misalkan auditor menghendaki buku yang berhubungan dengan piutang klien kepada pelanggan X. Pelanggan bisa ditanyai dan diminta untuk menyampaikan infonmasi langsung kepada auditor mengenai saldo kewajibannya kepada klien, atau auditor dapat juga melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan klien, seperti dokumen pengiriman dan duplikat faktur penujualan atas penjualan yang telah menimbulkan saldo. Dalam situasi di atas, bukti yang diperoleh melalui cara pertama lebih kompeten dibandingkan dengan cara kedua, karena bukti diperoleh dari pihak ketiga yang independen terhadap klien.Contoh lain, misalkan auditor sedang mereview rekonsiliasi bank yang dibuat oleh dua klien yang berbeda. Pada klien A, rekonsiliasi dibuat oleh auditor intern yang tidak terlibat dalam transaki kas. Pada klien B mekoniliasi dibuat oleh kasir yang juga melakukan pencatatan penerimaan kas, membukukannya ke dalam buku pembantu piutang serta melakukan setoran ke bank setiap hari. Dalam situasi seperti ini, rekonsiliasi yang dibuat oleh klien A lebih kompeten karena dibuat dalam lingkungan sistem yang lebih baik.Contoh ketiga, misalkan auditor menghendaki bukti mengenal jumlah kas yang ada di tangan. Auditor dapat melakukan perhitungan kas sendiri, atau ia menyuruh klien melakukan hal itu atas permintaanya. Apbila auditor melakukan sendiri perhitungan kas, maka ia akan mengetahui Jumlah kas secara langsung, sedangkan bila ia menyuruh klien, maka auditor mengetahui jumlah kas secara tidak langsung, karena hanya diketahuinya melalui laporan dari klien. Dalam situasi ini, jelaskah bahwa cara pertama menghasilkan bukti yang lebih kompeten.Sejalan dengan contoh-contoh di atas, SA 326.19 menyebutkan anggapan- anggapan berikut tentang pengaruh dari sumber informasi terhadap kompetensi keandalan :a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan audit independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih dari pada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.b. Semakin efektif struktur pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.Ketepatan WaktuKriteria ini berkaitan dengan tanggal suatu bukti bisa diterapkan. Ketepatan waktu dari bukti menjadi penting terutama di dalam pemeriksaan atas aktiva lancar, utang lancar, dan saldo-saldo pendapatan dan biaya. Untuk jenis-jenis rekening tersebut, auditor menghendaki bukti bahwa klien telah melakukan pisah-batas (cutoff) secara tepat atas transaksi-transaksi kas, penjualan, pembelian pada tanggal laporan. Tugas ini akan terpenuhi apabila diterapkan prosedur auditing yang tepat pada atau dekat dengan tanggal neraca. Demikian pula, bukti yang diperoleh dari perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal neraca akan menghasilkan bukti yang lebih baik tentang kuantitas yang ada di tangan dibandingkan dengan perrhitungan yang dilakukan padawaktu yang lain.ObyektivitasBukti yang bersifat obyektif biasanya dipandang lebih bisa diandalkan dari pada yang bersifat subyekti.f Sebagai contoh, bukti tentang keberadaan suatu aktiva berujud dapat ditentukan dengan tingkat keyakinan yang tingga melalui inspeksi fisik. Demikian pula, bukti yang diperoleh dari sumber luar perusahaan yang independen dipandang lebih obyektif dibandingkan dengan bukti yang hanya diperoleh dari klien.Sebaliknya bukti pendukung estimasi manajemen tentang keusangan persediaan sangat bersifat subyektif. Dalam situasi demikian, auditor harus : (1) mempertimbangkan kualifikasi dan integritas orang yang membuat estimasi, (2) memperhitungkan ketepatan proses pengambilan keputusan yang diikuti klien dalam melakukan pertimbangan.Gambar 4.2 melukiskan pengaruh-berbagai hal di atas terhadap kompetensi bukti audit.

.

BUKTI KURANG KOMPETENFAKTOR-FAKTOR KOMPETENSIBUKTI LEBIH KOMPETEN

Relevan Secara Tidak LangsungRELEVANSIRelevan Secara Langsung

Dokumen Intern PerusahaanSumber Dari Luar Perusahaan dan Independen

Pengendalian Intern Tidak MemuaskanSUMBERPengendalian Intern Memuaskan

Pengetahuan Tidak LangsungPengetahuan Langsung

Bukti bisa diterapkan pada Data lain selain pada Data per Tanggal NeracaKETEPATAN WAKTUBukti bisa diterapkan pada Tanggal Neraca

SubyektifOBYEKTIVITASObyektif

Gambar 4.2 Kompetensi Bukti AuditDasar yang MemadaiAuditor tidak diharapkan atau diminta, oleh standar pekerjaan lapangan ketiga untuk memperoleh dasar penentuan pendapat yang bersifat mutlak, pasti, atau dijamin. Persyaratan dasar yang memadai berkaitan dengan tingkat keyakinan menyeluruh yang diperlukan auditor dalam menyimpulkan audit untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan keuangan.Dalam melaksanakan suatu program audit, auditor bisa mengkuantifikasi tingkat keyakinan secara statistic untuk beberapa unsur individual dalam laporan keuangan. Namun demikian, tidaklah mungkin juntuk menggabungkan secara kewajaran laporan keuangan sebagai keseluruhan. Hal ini membutuhkan pertimbangan professional dari auditor.Karena menyangkut pertimbangan profesional, maka auditor yang berbeda tidak selalu mencapai kesimpulan yang sama mengenai jumlah dan kualitas bukti yang diperlukan untuk merumuskan suatu pendapat atas seperangkat laporan keuangan. Namun demikian, berbagai faktor dapat membantu agar penerapan persyaratan dasar yang memadai mendekati seragam. Pertama, PSA berisi berbagai persyaratan spesifik mengenai bukti, dan juga memberi pedoman mengenai cara untuk memenuhi persyaratan tersebut. Auditor harus memberi alasan, setiap kali ia menyamping dari PSA.Kedua, dalam praktik kantor akuntan publik, terdapat dua kekuatan yang kedua-duanya harus diperhitungkan. Pada satu sisi, kompetisi antar kantor akuntan publik cenderung membuat kantorakuntan publik berkeinginan menekan biaya dan honorarium audit. Oleh karena itu, dalam suatu penugasan kantor akuntan tidak berminat untuk mendapatkan tingkat keyakinan yang tinggi, karena hal itu akan membuat klien lari ke kantor akuntan lain yang menerapkan persyaratan dasar yang memadai dengan biaya yang lebih rendah. Di sisi lain, kantor-kantor akuntan public sangat menyadari bahwa tidak diperolehnya dasar yang memadai untuk memberikan suatu pendapat bisa mengakibatkan diterimanya sangsi, baik dari team review sejawat akuntan publik dari peraturan pemerintah, atupun tuntutan hukum dari para pemakai laporan yang telah mengandalkan pengambilan keputusannya pada laporan audit yang tidak benar.JENIS-JENS INFORMASI PENGUATDi muka telah disebutkan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan informasi penguat. Pada uraian berikut ini akan dibahas tentang delapan jenis informasi penguat yang paling penting, yaitu: Bukti analitis Bukti dokumen Konfirmasi Pernyataan tertulis Bukti perhitungan Bukti lisan Bukti fisik Bukti elektronikDalam uraian berikut ini akan dibahas tiap-tiap jenis bukti, terutama mengenai sifat, keandalan, dari pada kategori asersi mana bukti tersebut paling relevan.Bukti AnlistisBukti analitis meliputi pembandingan antar data periode berjalan pada prusahaan klien, seperti total pendapatan atau persentase laba bersih terhadap aktiva, dengan nilai yang diharapkan atas data base mengenai: (1) jumlah historis atau jumlah dilanggarkan pada perusahaan kilen, atau (2) data industri. Perbandingan tersebut kemudian digunakan untuk inferensi mengenai kewajaran asersi-asersi laporan keuangan.Keandalan bukti analitis tergantung pada relevansi data yang bersangkutan. Sebagai contoh, apabila tidak terjadi perubahan yang signifikan baik dalam sifat maupun besarnya operasi klien, jumlah konsumen, dan faktor-faktor lain dari periode yang lalu atau beberapa tahun, maka perbandingan antara pola historis penjualan bulanan dengan data bulanan pada tahun berjalan akan memberi bukti analitis yang bisa diandalkan tentang kewajaran total pendapatan yang dilaporkan pada tahun berjalan. Selain itu perbandingan dapat juga dilakukan dengan data industri yang sesuai dengan operasi klien.Apabila sejumlah variabel keuangan yang berkaitan menunjukkan kesesuaian dengan perkiraan semula, maka keandalan bukti analitis bisa dijadikan dasar untuk menilai kelayakan. Sebagai contoh, apabila data penjualan dan harga pokok penjualan, laba kotor, dan piutang dagang serta ratio turnover persediaan semuanya sesuai dengan yang diperkirakan, maka bukti analitis bisa dipandang sebagai penguat atau pendukung tentang asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian untuk penjualan dan harga pokok penjualan

Bukti DokumenBukti dokumen meliputi berbagai macam dokumen sumber (source documents) dan dokumen-dokumen seperti notulen rapat dewan komisaris atau dewan direksi, kontrak-kontrak perjanjian, dan laporan bank. Pada umumnya dokumer-dokumen yang dibuat oleh pihakluar (dokumen ekstern) atau oleh klien sendiri (dokumen intern) bisa dijumpai dalam arsip klien dan tersdia untuk diperiksa oleh auditor sesuai dengan permintaan.Contoh dokumen yang dibuat oleh pihak ekstern adalah formulir order dari pembeli, faktur dari penjual, dan laporan bank. Dokumen ekstern biasanya dipandang lebih bisa diandalkan dari pada bukti yang dibuat oleh perusahaan klien sendiri (bukti intern). Keandalan bukti ekstern akan semakin bertambah, apabila bukti tersebut dikirimkan langsung oleh pihak luar kepada auditor sehingga meniadakan kesempatan bagi klien untuk memanipulasi dokumen sebelum dokumen tersebut diperiksa auditor. Oleh karena itu, apabila laporan bank bulanan biasanya dikirimkan oleh bank langsung kepada klien sepanjang tahun, auditor bisa meminta agar klien menyuruh banknya mengirimkan laporan bank langsung kepada auditor urituk digunakan dalam pemeriksaan saldo kas.Contoh dokumen intern antara lain formulir order penjualan, dokumen pengiriman barang, faktur penjualan, permintaan pembelian, order pembelian, laporan penerimaan barang, dan kartu pencatatan waktu kerja. Karena dokumen intern yang dibuat oleh karyawan perusahaan klien sendiri bisa direkayasa sebagai dasar untuik pembuatan jurnal; maka keandalan dokumen intern akan menjadi. bertambah jika dokumen semacam itu sudah pemah dikirimkan ke pihak luar sebelumnya akhirnya diarsipkan oleh klien. Sebagai contoh, dokumen pengirirnan barang yang dibuat oleh klien, tetapi ditandatangani dan di-cap oleh perusahaan pengangkutan sebagai tanda penerimaan barang unruk diangkut ke tempat pembeli, menjadikan dokumen ini lebih kuat sebagai bukti bahwa transaksi benar-benar terjadi. Sebaliknya dokumen intern yang tidak menunjukkan pengakuan pihak luar, seperti tembusan faktur penjualan, atau permintaan pembelian, kurang bisa diandalkan.Karakteristik fisik dokumen bisa juga berpengaruh terhadap keandalan. Sebagai contoh, pemakaian kertas dan tinta khusus, dan dokumen bernomor urut tercetak (prenumbered), kesemuanya dirancang untuk mempersulit dokumen dipalsukan atau diubah isinyaBukti dokumen sangat banyak dijumpai dalam auditing, dari pada umumnya menyangkut kelima kategori asersi manajemen. Dua jenis bukti dokumen yang sangat khusus. yaitu konfirmasi dari surat pernyataan, akan dibahas tersendiri di bawah ini. Pengaruh sirkulasi terhadap keandalan dokumen dapat dilihat pada gamb.ar 4.3.Konfirmasi Konfirmasi merupakan bukti dokumen yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga yang dipandang mengetahui atas permintaan tertentu untuk memberikan informasi yang sesungguhnya. Berikut ini adalah hal-hal yang seringkali dimintakan konfirmasi dari pihak ketiga.Hal yang dikonfirmasiResponden

Kas di BankBank

Piutang dagangMasing-masing debitur

Persediaan yang disimpan di Pemilik atau manajer gedung sewaan

gudang luar

Persediaan dalam rangka konsinyasiPihak yang ditutupi dalam rangka

konsinyasi

Utang dagang dan utang weselKreditur/pemberi pinjaman

Utang obligasiWali amanat obligasi

Termin sewa guna (lease terms)Pihak yang menyewakan (lessor)

Jumlah lembar modal sahamReglistrar saham

Jumlah pertanggungan asuransiPerusahaan asuransi

Standar auditing mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti konfirmasi untuk piutang dagang apabila hal itu dipandang praktis dan beralasan. Selain itu konfirmasi juga sudah merupakan praktik yang baku untuk mendapatkan informasi tentang saldo rekening di bank. Pemakaian konfirmasi pada hal-hal lain tergantung pada biaya dan bentuk bukti alternatif lain yang tersedia bagi auditor. Upaya untuk menyiapkan dan mengirimkan permintaan konfirmasi serta membuat analisis atas jawaban konfirmasi sangat memakan waktu, dan kadang-kadang sangat mahal biayanya.Apabila jawaban konfirmasi diterima langsung oleh auditor dari pihak ketiga, maka bukti konfirmasi seperti itu memililh tingkat keandalan yang tinggi. Meskipun konfirmasi dirancang sebagai bukti untuk mendukung kelima kategori asersi, namun pada umumnya digunakan untuk menguatkan asersi keberadaan dan keterjadian.

PALING BISA DIANDALKAN

ContohDokumen dibuat oleh pihak diluar klien dikirimkan langsung kepada auditorDokumen dibuat oleh pihak diluar klien disimpan dalam arsip klienDokumen dibuat oleh klien dikirimkan ke luar perusahaanDokumen dibuat oleh klien dokumen tidak ada yang dikirim ke luar perusahaan klien

Cutoff laporan bank konfirmasi

Faktur dari penjual Laporan Bank Bulanan

Surat Pengantar Pengiriman Barang

Duplikat Faktur Penjualan Permintaan pembelian

Gambar 4-3 Keandalan Bukti DokumenPALING KURANG BISA DIANDALKAN

Pernyataan TertulisKelompok bukti khusus lain adalah pernyataan tertulis, yaitu pernyataan yang ditandangani oleh orang atau orang-orang yang bertanggung jawab mengenai satu atau beberapa asersi manajemen. Pernyataan tertulis berbeda dengan konfirmasi dalam dua hal, yaitu: (1) pernyataan tertulis bias dibuat oleh pihak intern perusahaan klien atau bisa juga dibuat oleh pihak luar (2) pernyataan tertulis bisa berisi informasi subyektif atau pendapat seseorang tentang suatu hal dan tidak selalu merupakan informasi faktual.Auditor diharuskan oleh standar auditing untuk mendapatkan pernyataan tertulis tertentu dari manajemen untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan ketiga. Bentuk pernyataan tertulis yang lazim digunakan adalah representation letter (disingkat rep letter), biasanya dirancang umuk mendokumentasikan jawaban atas pertanvaan tertulis yang dibuat auditor selama audit berlangsung. Surat pernyataan ini berisi informasi yang tidak nampak dalam catatan akuntansi, seperti misalnya keberadaan kontingensi yang rnembutuhkan penyelidikan lebih lanjut oleh auditor. Keandalan suatu surat pernvataan tergantung pada kemampuan auditor untuk menemukan penguat dan bukti yang lain. Contoh suatu surat pernyataan dapat dilihat pada Buku II di bawah topik Penyelesaian Pekerjaan Lapangan.Selama audit berlangsung, auditor bisa juga meminta surat pernyataan dari ahli (expert) tertentu. Auditor tidak dituntut untuk memiliki keahlian sebagai ahli hukum ketika ia harus menilai perkara pengadilan yang dihadapi klien juga tidak harus memiliki pengetahuan seperti seorang ahli tambang ketika ia harus membuat estimasi atas kandungan batubara di suatu pertambangan. Demikian pula auditor bukanlah seorang penilai (appraiser) ketika ia harus menentukan nilai koleksi barang-barang seni. Apabila dibutuhkan bukti semacam itu, PSA 39 (SA 336), Penggunaan Pekerjaan Spesialis. menyatakan bahwa auditor bisa menggunakan pekerjaan seorang spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten. Pernyataan tertulis dari spesialis bisa diperoleh dalam bentuk sura, lapangan atau bentuk komunikasi tertulis lainnya. Tingkat keandalan yang tinggi bisa diberikan pada jenis bukti ini, apabila auditor puas dengan dan reputasi professional dari spesialis. Pernyataan tertulis bisa menyangkut semua kategori asersi.Bukti PerhitunganBukti perhitungan berasal dari hasil perhitungan kembali yang dilakukan auditor untuk kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan klien. Jenis bukti semacam ini bisa berupa : (1) perhitungan ulang rutin seperti verifikasi atas penjumlahan dalam jurnal-jurnal, buku besar, dan daftar-daftar pendukung, atau (2) perhitungan ulang yang rumit seperti perhitungan nilai sekarang (present value) pembayaran sewa minimum, kewajiban dana pensiun, dan laba bersih per lembar saham. Bukti perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tingkat keandalan yang tinggi, biayanya relatif murah, dan merupakan dasar pengambilan kesimpulan auditor tentung asersi penilaian dan pengalokasian.Bukti LisanSelama audit berlangsung, auditor menerima berbagai jawaban lisan atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada pejabat dan karyawan perusahaan klien dan pihak-pihak lainnya. Bukti lisan ini tidak merupakan bukti yang bisa diandalkan dengan sendirinya. Artinya, bukti ini akan bermanfaat untuk mengarahkan auditor pada sumber bukti lainnya, mendukung bukti lain, dan mengungkapkan hal-hal yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan mendokumentasikannya. Bukti lisan bisa mencakup topik yang sangat luas. seperti penafsiran menurut dewan komisaris, pemecahan persoalan, penjelasan tentang perlakuan akuntansi untuk merger, penilaian mengenai kolektibilitas piutang dagang, dan asumsi yang mendasari berbagai estimasi akuntansi yang dibuat manajemen.Apabila bukti lisan memegang peranan penting dalam suatu kepuasan audit, maka sumber, sifat, dan tanggal bukti harus didokumentasikan dalam kertas kerja. Bila hal tersebut berasal dari manajemen, auditor hendaknya meminta agar bukti lisan penting tersebut dinyatakan secara tertulis oleh management dalarn surat pernyataan manajemen seperti telah diuraikan di atas. Bukti lisan bisa menyangkut semua kategoni asersi laporan keuangan.Bukti FisikBukti fisik diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva berujud. Sebagai contoh, auditor akan melakukan inspeksi langsung untuk memastikan keberadaan kas yang ada di perusahaan, persediaan, mesin dan peralatan, dan aktiva berujud lainnya. Bukti fisik juga sangat berguna dalam menentukan kualitas atau kondisi aktiva yang berkaitan dengan asersi penilaian atau pengalokasian dalam hal-hal tertentu auditor tidak bisa menentukan kualitas, kondisi, atau nilai aktiva berdasarkan pemeriksaan fisik sehingga diperlukan bantuan tenaga ahli dari luar untuk memeriksa bukti fisik Auditor kemudian akan mengandalkan pemeriksaannya pada pernyataan tertulis dari ahli tersebut beserta bukti fisik yang diperolehnya.Bukti ElektronikIstilah Bukti Elektronik menyangkut semua informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan suatu pendapat mengenai suatu asersi. Peralatan elektronik bisa berupa Komputer; scanner, sensor, magnetic media, dan peralatan. elektronik lain yang berhubungan dengan pembuatan, penerimaan data elektronik.Meskipun sistem pengolahan data elektronik telah digunakan secara luas di bidang akuntansi selama beberapa dekade, namun auditor dalam melaksanakan sebagian besar pekerjaannya masih terus melanjutkan untuk mengandalkan pada kemampuan sistem untuk menghasilkan bukti dengan cara tradisional, seperti printout dokumen, jurnal, buku besar, dan laporan lain yang dihaslkan komputer. Meskipun tidak secepat dan tidak seluas seperti diperkirakan, namun harapan terciptanya kantor tanpa kertas (paperless office) akan menjadi kenyataan Juga. Sebagai contoh, akan menjadi hal yang biasa apabila komputer klien (1) menentukan kapan sejenis barang perlu dipesan, (2) membuat dan mengirim seara elektronik ke komputer pemasok, (3) menerima informasi pengiriman dan penagihan langsung dari komputer pemasok, dan (4) melakukan transfer dana secara elektronik dari rekening bank klien ke rekening bank pemasok untuk membayar pesanan. Semua hal tersebut dilakukan tanpa menggunakan dokumen transaksi tradisional baik di pihak klien maupun di pihak pemasok.Dalam situasi demikian, auditor harus menggunakan bukti transaksi elektronik. Keandalan bukti semacam itu merupakan fiingsi dan pengendalian pemuatan, perubahan, dan kelengkapan data, dan pemahaman auditor tentang sistem dan pengendalian yang berlaku pada perusahaan klien, serta kompetensi dari peralatan (audit software) yang digunakan oleh auditor untuk mengakses bukti elektronik.Tantangan baru juga muncul sebagai akibat dari perkembangan tehnologi terhadap bentuk-bentuk bukti tradisional, seperti misalnya melakukan konfirmasi melalui faksimili. Dalam hal seperti ini, pengendalian yang berkaitan dengan pembuatan, pengiriman, dan penerimaan informasi melalui fax harus dipertimbangkan dalam menentukan keandalan bukti.

PROSEDUR-PROSEDUR AUDITProsedur audit adalah tindakan-tindakan yang dilakukan atau metoda dan tehnik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Prosedur audit bisa diterapkan pada data akuntansi ataupun pada proses untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi penguat.JENIS-JENIS PROSEDUR AUDITDi bawah ini akan diuraikan sepuluh macam prosedur Audit yang biasa dilakukan auditor, yakni: Prosedur analitis (analytical procedures) Menginspeksi (inspecting) Mengkonfirmasi (confirming) Mengajukan pertanyaan (inquiring) Menghitung (counting) Menelusur (tracing) Mencocokkan ke dokumen (voucbing) Mengamati (observing) Melakukan ulang (reperforming) Tehnik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk mengaudit rekening atau asersi dilakukan dalm tahap perencanaan audit. Dalam pemilihan prosedur yang akan digunakan, auditor harus mempertimbangkan baik keefektifan prosedur dalam memenuhi tujuan audit spesifik, maupun biaya untuk melaksanakan prosedur tersebut.Prosedur AnalitisProsedur Analitis terdiri dan kegiatan mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan. Prosedur ini mencakup perhitungan dan penggunaan ratio-ratio sederhana, analisis vertikal atau laporan perbandingan, perbandingan, antara jumlah sesungguhnya dengan data historis atau anggaran, dan penggunaan model-model matematika dan statistika seperti analisa regresi. Dalarn prosedur ini selain digunakan data finansial, bias juga digunakan data non-finansial. Prosedur analitis menghasilkan bukti analitis.MenginspeksiMenginspeksi meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara mendalam atas dokumen, catatan, dan pemeriksaan fisik atas sumber-sumber berujud. Prosedur ini diunakan sangat luas dalam auditing.Menginspeksi dukemen adalah untuk mengevaluasi dokumen. Dengan cara ini auditor akan dapat menentukan keaslian suatu dokumen, atau mungkin juga mendeteksi adanya pengubahan atau adanya hal-hal yang mengundang pertanyaan. Menginpeksi dokumen juga memungkinkan dilakukannya penentuan ketepatan termin faktun, kontrak, dan sebagainya. Istilah lain seperti mereview, membaca, atau memeniksa dokumen adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan.Menginspeksi sumber-sumber berujud dapat memberi pengetahuan langsung kepada auditor mengenai keberadaan dan koidisi fisik. Dengan demikian, inspeksi juga merupakan untuk mengevaluasi bukti fisik.

MengkonfirmasiMengkonfirmasi adalah bentuk pengajuan pertanyaan yang informasi langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. Pada umumnya klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis, tetapi auditor harus mengawasi pengirimannya. Permintaan tersebut berisi pula instruksi agar jawaban atas pertanyaan yang diajukan dikirimkan langsung kepada auditor. Prosedur auditing ini menghasilkan bukti konfirmasi yang digunakan secara luas dalam auditing.Mengajukan PertanyaanMengajukan pertanyaan bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Pengajuan pertanyaan bisa dilakukan kepada sumber-sumber intern dalam perusahaan klien, seperti manajemen atau karyawan, misalnya dalam hal mencari informasi tentang keusangan persediaan atau kolektibilitas piutang, ataupun diajukan kepada pihak lain, misalnya untuk mencari informasi dari penasehat hukum klien tentang kemungkinan adanya tuntutan terhadap klien. Pengajuan pertanyaan menghasilkan bukti lisan maupun bukti yang berbentuk pernyataan tertulis.MenghitungPenerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan adalah (1) melakukan perhitungan fisik atas barang-barang berujud seperti melakukan perhitungan kas atau persediaan yang ada di perusahaan, dan (2) menghitung dokumen-dokumen bernomor tercetak. Tindakan pertama dimaksudkan sebagai cara untuk mengevaluasi bukti fisik dari jumlah yang ada di tangan, sedangkan tindakan kedua merupakan cara untuk mengevaluasi bukti dokumen khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan catatan akuntansi.MenelusurDalam tindakan menelusur (kadang-kadang disebut pula menelusur kembali) auditor (1) memilih dokumen-dokumen yang dibuat pada saat transaksi terjadi, dan (2) menentukan bahwa informasi dalam dokumen tersebut telah dicatat dengan tepat dalam catatan akuntansi(jurnal dan buku besar). Arah pengujian dari dokumen ke catatan akuntansi, atau dengan lain perkataan mengikuti arah aliran data dalam sistem akuntansi. Karena prosedur ini bisa membenikan keyakinan bahwa data-data dokumen pada akhirnya telah dimasukkan ke dalam rekening, mengingat berguna untuk mendeteksi terjadinya pencatatan di bawah semestinya (understatment) pada catatan akuntans. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti tentang asersi kelengkapan Prosedur ini akan lebih efektif apabila klien menggunakan dokumen dengan nomor urut tercetak. Penelusuran terutama berhubungan dengan bukti dokmurnenMencocokkan ke DokumenTindakan Mencocokkan ke dokumen (Vouching) meliputi kegiatan (1) memilih ayat-ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan dan menginspeksi dokumen yang menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian transaksi yang dicatat. Dalam prosedur ini, arah pengujian berlawanan dengan penelusuran yang diterangkan di atas. Pencocokan ke dokumen banyak dilakukan untuk menditeksi terjadinya pencatatan di atas semestinya (overstatement) dalam catatan akuntansi. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti yang berhubungan dengan asersi keberadaan atau keterjadian. Pencocokkan ke dokumen berhubungan erat dengan bukti dokumen. Gambar 4.4 melukiskan perbedaan pokok antara pencocokan ke dokumen (vouching) dengan penelusuran.

ASERSIARAH PENGUJIAN

PENCOCOKAN KE DOKUMEN (VOUHING)(Untuk menguji penyajian terlalu tinggi)

]BUKUBESARJURNAL]DOKUMEN SUMBERKEBERADAAN ATAU KETERJADIAN

PENELUSURAN (TRACING)(Untuk menguji penyajian terlalu rendah)

KELENGKAPAN

Gambar 4-4 Arah pengujian-Pencocokan ke Dokumen dan penelusuranMengamati Mengamati atau mengobservasi meliputi tindakan melihat atau menyaksikan pelaksanaan sejumlah kegiatan atau proses. Aktivitasnya bisa merupakan proses rutin dari suatu tipe transaksi seperti misalnya penerimaan kas, untuk melihat bahwa karyawan telah melakukan kegiatan tersebut sesuai dengan kebijakan prosedur yang ditetapkan perusahaan Bisa juga auditor mengamati kecermatan yang dilakukan oleh karyawan perusaham klien dalam melakukan perhitungan fisik persediaan tahunan. Dalam tindakan terakhir ini nampak perbedaan antara mengamati dengan menginspeksi. Di satu sisi auditor mengatnati proses karyawan klien dalam melakukan perhitungan fisik persediaan, di lain sisi auditor Juga menginspeksi atau memeriksa persediaan tertentu untuk dapat mengetahui kondisi persediaan. Jadi, subyek pengamatan adalah orang, prosedur, atau proses. Dari observasi ini, auditor mendapatkan pengetahuan langsung mengenai aktivitas dalam bentuk bukti fisik.Melakukan UlangBagian terbesar dari prosedur ini adalah melakukan ulang atau mengerjakan ulang perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien. Sebagai contoh misalnya menghitung ulang total rupiah dalam jumal, biaya depresiasi, utang bunga, dan jumlah unit dikalikan harga per unit dalam ikhtisar persediaan, dan jumlah-jumlah rupiah dalam daftar-daftar pendukung, serta rekonsiliasi. Prosedur ini menghasilkan bukti perhitungan. Auditor juga bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam memproses transaksi tertentu, untuk memastikan bahwa poses yang telah dilakukan klien sesuai dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, auditor melakukan ulang prosedur pengecekan untuk pemberian persetujuan penjualan kredit kepada calon pembeli tertentu (untuk memastikan bahwa pembeli tersebut layak dilayani permohonan pembelian kreditnya) pada saat transaksi diprosesTehnik Audit Berbantuan KomputerApabila catatan akuntansi klien diselenggarakan pada media elektronik, maka auditor harus menggunakan tehnik audit berbantuan komputer untuk membantu dalam melakukan prosedur-prosedur yang telah diterangkan di atas. Sebagai contoh, auditor bisa menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan perhitungan dan membandingkan dalam prosedur analitis melakukan pemilihan sampel piutang dagang Untuk konfirmasi, membandingkan elemen-elemen data dalam file yang berbeda untuk memeriksa kecocokan (misalnya harga yang tercantum dalam faktur penjualan dengan harga dalam daftar harga yang telah dlisetujui), dan melakukan ulang berbagai perhitungan seperti menjumlah saldo-saldo rekening dalam buku besar pembantu piutang dagang atau arsip persediaan. Tehnik audit berbantuan komputer akan diterangkan lebih mendalam pada bab 12.

HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR AUDIT,JENIS BUKTI, DAN ASERSIUntuk memenuhi berbagai tujuan khusus audit yang bersumber pada asensi-aseri manajemen dalam laporan keuangan, selama audit berlangsung auditor akan menggunakan banyak (atau bahkan semua) prosedur audit dari berbagai jenis seperti telah diterangkan di atas. Gambaran tentang hubungan antara prosedur audit, jenis bukti, dan asersi dapat dilihat pada Gambar 4-5..

PROSEDUR AUDITCONTOH PENERAPANBUKTI AUDIT

ASERSI

ANALISTIS(1a)ANALISTIS

(1b)

PENELUSURAN

PENCOCOKANKE DOKUMEN(3a)DOKUMEN

(3b)(4a)

INSPEKSI

PERHITUNGAN(6a)FISIK

(6b)

PENGAMATAN (OBSERVASI)PERNYATAAN TERTULIS

PENGAJUAN PERTANYAAN(8b)(9a)LISAN

(9a)

KONFIRMASI(10a)KONFIRMASI

(10b)

PENGELUARAN ULANG(11a)MATEMATIS

(11b)

TEKNIK AUDIT(12a)ELEKTRONIK

(12b)

Keterangan gambar

PROSEDUR ASERSI-ASERSI

(1a) membandingkan penjualan sesungguhnya dengan budget penjualan(1b) Keberadaan, kelengkapan dan penilaian penjualan

(2a) Menelusur faktur penjualan ke buku pembantu piutang dagang(2b) Kelengkapan dan penilaian piutang dagang

(3a) Mencocokan data dalam buku pembantu piutang dengan faktur penjualan(3b) Keberadaan dan penilaian piutang dagang

(4a) Menginspeksi laporan bank(4b) Keberadaan, hak dan penilaian kas

(5a) Menginspeksi gudang baru(5b) keberadaan gudang

(6a) Menghitung kas yang ada dalam tempat penyimpangan kas(6b) Penilaian kas

(7a) Mengamati/observasi perhitungan persediaan yang dilakukan klien(7b) Keberadaan, kelengkapan, dan penilaian persediaan

(8a) Mengajukan pertanyaan kepada penasehat hukum klien tentang perkara pengadilan yang menyangkut klien(8b) Semua asersi yang bersangkutan dengan utang bersyarat (contingent liabilities)

(9a) Mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang persediaan yang usang aau rusak(9b) Penilaian persediaan

(10a) Mengkonfirmasi saldo rekening kas di Bank ke Bank yang bersangkutan(10b) Keberadaan, hak dan penilaian kas

(11a) Melakukan perhitungan ulang bunga piutang(11b) Penilaian utang bunga

(12a)membandingkan harga dalam asrsip faktur dengan daftar harga(12b) Penilaian Penjualan

Dari gambar tersebut nampak bahwa tiga prosedur, yaitu menelusur, mencocokan ke dokumen, dan menginspeksi, semuanya menggunakan bukti dokumen. Selain itu prosedur menginspeksi bisa juga menggunakan bukti fisik, seperti yang dilakukan oleh prosedur menghitung dan mengamati. Hal yang sama terjadi pada prosedur mengajukan pertanyaan yang bisa menghasilkan bukti pernytaan tertulis tertulis atau bukti lisan, tergantung pada sifat pengajuan pertanyaan dan jawabannya.Dalam gambar tersebut keterangan yang tercantum di atas garis menunjukan hubungan antara kotak prosedur dengan kotak jenis bukti, sedangkan keterangan di bawah garis menunukkan asersi-asersi yang berhubungan dengan berbagai prosedur dan jenis bukti. Gambar tersebut hanyalah sekedar suatu contoh. Dalam situasi yang sesungguhnya, cara bagaimana prosedur-prosedur dilakukan bisa mempengaruhi sejumlah asersi, tergantung pada bukti yang diperolehnya. Sebagai contoh, inspeksi sepintas atas suatu aktiva berujud bisa dilakukan hanya untuk mendapatkan bukti tentang keberadaan aktiva tersebut. Akan tetapi auditor bisa juga melakukan inspeksi yang lebih mendalam yang bisa, menunjukan adanya kerusakan atau barang usang, dan hal ini bisa menjadi bukti untuk asersi penilaian.PENGGOLONGAN PROSEDUR AUDlTProsedur-prosedur audit biasanya diklasikasikan berdasarkan tujuannya menjadi beberapa kategori berikut: (1) prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern, (2) pengujian pengendalian, ,dan (3) pengujian substantif..Prosedur-prosedut untuk mendapatkan pemahamanNilai dari pekerjaan lapangan kedua menghruskan auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern pada perusahaan klien yang memadai untuk merencanakan audit. Untuk memenuhi standar ini, auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang kebijakan dan prosedur pengendalian intern dan menginspeksi pedoman akuntansi serta bagan alur (flowchart) sistem akuntansi. Selain itu, auditor juga bisa memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern dengan cara mengamati aktivitas dan operasi perusahaan. Dalam melaksanakan prosedur-prosedur tersebut, auditor terutama memusatkan perhatian pada rancangan (design) struktur pengendailan intern klien, yakni bagaimana sistem tersebut diharapkan akan bekerja. Prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern diperlukan dalam setiap audit atas laporan keuanganPengujian PengendalianPengujian pengendalian dilakukan untuk mendapatkan bukti tentang keefektifan rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern. Sebagai contoh, misalkan prosedu pengendalian menetapkan dilakukannya penyetoran kas ke bank setiap hari. Auditor bisa menguji keefektifan pengendalian ini dengan cara melakukan pengamatan atas penyetoran-penyetoran yang sesungguhnya dilakukan atau dengan memeriksa arsip slip setoran. Pengujian pengendalian juga mencakup pengajuan pertanyaan kepada para karyawan tentang prosedur pengendalian yang mereka kerjakan dan auditor melakukan ulang prosedur-prosedur tersebut. Pengujian pengendalian ini bukan merupakan keharusan dalam suatu audit atas laporan keuangan, namun demikian hal ini sangat sering dilakukan para auditor dalam kebanyakan audit.Pengujian SubstantifPengujian substantif terdiri dari (1) prosedur analitis, (2) pengujian detil transaksi, dan (3) pengujian detil saldo-saldo. Penggolongan prosedur auditing ini dimaksudkan untuk mendapatkan bukti tentang kewajaran asersi-asersi manajernen dalam laporan keuangan. Seperti telah dijelaskan di atas, prosedur analitis menyangkut penggunaan perbandingan-perbandingan untuk menilai kewajaran, misalnya dengan cara menbandingkan saldo pada tahun berjalan dengan saldo tahun yang lalu atau saldo menurut anggaran. Pengujian detil atas transaksi menyangkut pemeriksaan atas pendukung untuk setiap pendebetan dan pengkreditan yang diposting ke dalam suatu rekening. Sebagai contoh, auditor melakukan pencocokan atas setiap pendebetan pada piutang dagang ke jurnal penjualan dan ke faktur penjualan yang bersangkutan. Auditor juga melaukan penulusuran dari dokumen pendukung ke jurnal dan ke rekening-rekening buku besar yang terkait. Pengujian detil atas saldo-saldo menyangkut pemerikasaan atas pendukung saldo akhir suatu rekening secara langsung, sebagai contoh misalnya dengan melakukan konfirmasi saldo akhir piutang dagang ke debitur. Ketiga jenis pengujian substantif di atas bersifat saling melengkapi. Jenis pengujian mana yang akan banyak digunakan untuk suatu rekening tertentu, tergantung pada berbagai suatu rekening dan biayanya.Pada umumnya auditor melakukan pengujian detil transaksi untuk memastikan dua hal berikut : (1) semua kebijakan dan prosedur pengendalin yang bisa diterapkan telah diikuti dalam memproses transaksi (pengujian pengendalian) dan (2) transaksi-transaksi telah dijurnal dan diposting ke buku besar dengan benar. Apabila kedua tujuan itu dilakukan dengan test yang sama atau bersamaan maka ha itu disebut pengujian bertujuan ganda (Dual-purpose test).

EVALUASI ATAS BUKTI YANG DIPEROLEHKetiga kelompok prosedur audit seperti telah diterangkan di atas apabila digabungkan akan memungkinkan auditor untuk mendapatkan bukti yang diperlukan untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Untuk menjamin hal tersebut, evaluasi atas bukti harus dilakukan sepanjang perjalanan audit, sejalan dengan verifikasi atas setiap asersi laporan keuangan, dan pada akhir audit ketika auditor harus memutuskan jenis pendapat yang harus dinyatakan dalam laporan audit.Untuk mendapatkan dasar yang memadai untuk memberi pendapat atas laporan keuangan, auditor memerlukan sejumlah besar bukti yang meyakinkan untuk setiap asersi manajemen yang material. Seperti telah diuraikan pada Bab 2, apabila auditor tidak berhasil mendapatkan dasar yang layak untuk memberi pendapat, maka ia harus memberi pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberi pendapat. Apabila dasar yang layak untuk memberi pendapat bisa diperoleh, maka auditor bisa memberi pendapat wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung tingkat keseuaian antara asersi dalam laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berlaku umum sebagaimana ditunjukkan oleh bukti yang diperoleh.Proses untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit dan penentuan pengaruhnya atas laporan audit diringkas pada Gambar 4-6 .

Evaluasi kecukupandan KompetensiGambar 4-6 Mendapatkan dan Mengevaluasi Bukti AuditYaTidakMendapatkan Bukti Melalui Prosedur AuditMenolak atau wajar dengan pengcualian sesuai dengan keadaannyaDiperoleh dasar yang layak untuk memberi pendapatMemberi pendapat wajar, atau wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar sesuai dengan keadaannyaPengujian PengendalianProsedur untuk mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian internPengujian substanstifProsedur analitisDetil transaksiDetil saldo-saldo

KERTAS KERJAPendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. PSA No. 15, Kertas Kerja (SA 339.03) menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja terutama berfungsi untuk: Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.Kertas kerja harus dirancang sesuai dengan kebutuhan pada setiap penugasan.

JENIS-JENIS KERTAS KERJABerbagai jenis kertas kerja dibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja tersebut terdiri dari: (1) Daftar saldo pemeriksaan (working trial balance), (2) Daftar dan analisis (schedules and analysis), (3) memorandum dan inforrnasi pendukung, dan (4) jurnal penyesualan dan reklasifikasi.Kertas kera bisa dibuat secara manual (ditulis tangan) atau bisa juga dengan menggunakan komputer.Daftar Saldo Pemeriksaan (Working Trial Balance)Contoh suatu daftar saldo pemeriksaan (hanya ditunjukkan sebagian) daftar dilihat pada Gambar 4-7 Dalam mempelajari gamba tersebut perhatikanlah kolom-kolom penting berikut : saldo auditan tahun lalu, saldo buku besar-besar tahun berjalan (sebelum diaudit, artinya sebelum dikoreksi atau diklasifikasi berdasarkan hasil audit) penyesuaian, saldo setelah disesuaikan, reklasifikasi, dan saldo akhir auditan. Dicantumkannya saldo hasil audit tahun yang lalu diperlukan untuk Pembuatan prosedur analitis.Kertas kerja daftar saldo pemeriksaan sangat penting dalam suatu audit karena Merupakan penghubung antara rekening-rekening besar kilen dengan pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan Merupakan pengontrol atas kertas-kertas kerja yang lain. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap pos laporan keuanganSebagai contoh Gambar 4-7 menunjukan jumlah yang dilaporakan dalam laporan keuangan untuk surat berharga didasarkan pada rekening buku besar nomor 150 dan bahwa bukti yang digunakan auditor untuk mengevaluasi asersi manajemen tentang surat berharga dapat dilihat pada bagian dari kertas kerja dengan kode referensi B. Tidak dicantumkannya nomor rekening untuk Kas pada Gambar 4-7.berarti bahwa pos laporan keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa rekening kas di buku besar. Dalam hal demikian, maka initial di kertas kerja pada kolom referensi (dalam hal ini A) harus berisi daftar kelompok rekening ini. Kaitan antara baris kas dalam kertas kerja daftar saldo pemeriksaan (kertas kerja AA-1) dan kas yang disajikan dalam neraca. Dapat dilihat pada Gambar 4-8.Daftar dan AnalisisIstilah kertas kerja daftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling menggantikan untuk menunjukkan kertas kerja individual yang berisi bukti-bukti yang mendukung pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo pemeriksaan. Seperti telah disinggung di atas, apabila beberapa rekening buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka perlu dibuat suatu daftar kelompok (atau biasa disebut juga daftar utama). Selain menunjukkan rekening-rekening buku besar yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, daftar utama menunjukkan pula kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi bukti audit yang diperoleh untuk masing masing rekening yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan. Bagian tengah Gambar 4-8 memberi gambaran mengenai pemakaian daftar utama kas pada perusahaan ABC (kertas kerja A) dan bagaimana kertas kerja tersebut menghubungkan daftar saldo pemeriksaan (kertas kerja AA-1) dengan kertas kerja pendukung untuk dua rekening buku besar kas sebagaimana tercantum dalam kertas kerja utama kas (yaitu kertas kerja A-1 untuk Rek. No.100 Kas Kecil dan kertas kerja A-2 untuk Rek. No.101 - Kas di Bank).

Gambat 4-7 kertas Kerja Daftar Saldo Pemeriksaan (sebagian)Ref. K/K :AA-1

PT ABC

Daftar Saldo Pemeriksaan - NeracaDibuat oleh:tanggal:

31 Desember 1999Diperiksa oleh:tanggal:

RefK/KNo.JRKeteranganSaldoSaldoPenyesuaianSaldoReklasifikasiSaldo

Bk. BesarBk. BesarNo.DebetDisesuaikanNo.DebetAkhir

31/12/9831/12/99JP(Kredit)31/12/99JR(Kredit)31/12/99

Aktiva lancer

AKas392.000427.000(1)50.000477.000477.000

B150Surat Berharga52.20062.20062.20062.200

CPiutang (Neto)1.601.4001.715.000(1)(50.000)1.665.000(A)10.0001.675.000

D170Persediaan2.542.5002.810.200(2)133.0002.943.2002.943.200

EBiaya Dibayar Di Muka24.90019.50019.50019.500

Jumlah Aktiva Lancar4.613.0005.033.900133.0005.166.90010.0005.176.900

F240Investasi Jangka Panjang190.000190.000190.000

GAktiva Tetap(Neto)3.146.5003.310.9003.310.9003.310.900

Jumlah Aktiva7.759.5008.534.800133.0008.667.80010.0008.677.800

Kewajiban dan Modal

Kewajiban Lancar

M400Utang Wesel750.000825.000825.000825.000

N210Utang Dagang2.150.4002.340.300(2)(133.000)2.473.300(A)(10.000)2.483.300

O420Utang Biaya210.600189.000189.000189.000

P430Utang Pajak150000170.000170.000170.000

Jumlah Kewajiban Lanar3.261.0003.524.300(133.000)3.657.300(10.000)3.687.300

R500Utang Obligasi1.000.0001.200.0001.200.0001.200.000

S600Modal Saham2.400.0002.400.0002.400.0002.400.000

T700Laba Ditahan1.098.5001.410.5001.410.5001.410.500

Jumlah Kewajiban dan Modal7.759.5008.534.800(133.000)8.667.800(10.000)8.677.800

Daftar atau analisis individual seringkali menunjukkan komposisi dari suatu saldo rekening pada suatu tauggal tertentu seperti nampak pada kertas kerja A-1 dalam Gambar 4.8. Contoh lain, apabila auditor melakukan audit atas piutang dagang, maka ia akan membuat daftar utama untuk piutang dagang yang berisi daftar saldo piutang pada setiap debitor. Atau dalam hal auditor melakukan audit atas surat berharga, maka ia akan membuat daftar semua investasi beserta jumlah rupiah investasi masing-masing yang totalnya sama dengan saldo rekening surat surat berharga dibuku besar. Kertas kerja daftar saldo bisa juga menunjukkan perubahan yang terjadi pada satu atau lebih saldo yang berhubungan selama periode yang iliput lapaoran keuangan seperti terlihat Gambar 4 -9. Dalam keadaan tertentu, auditor menyusun daftar dari suatu rekening tertentu yang diberi index DOK yang berarti Diusun oleh Klien. Auditor selanjutnya melakukan pemeriksaan atas daftar tersebut dengan mencantumkan tickmark (tanda prosesdur yang dikerjakan) beserta penjelasan dalam kertas kerja seperti nampak juga dalam Gambar 4-9.

AE-1PT ABCUSULAN JURNAL PENYESUAIANNoNoRekeningDebetKreditKKJPA-21Kas di Bank50.000Piutang Wesel50.000(Penerimaan Weselmelalui Bank)AE-2PT ABCRekomendasi Bank N/R 101-Kas di BankSaldo per buku, 31/12/99426.000Tambah penerimaan wesel dari Bank (JP#1)50.000Ka AE-1Saldo setelah diselesaikan, 31/12/99476.000Ke AAE-1PT ABCPerhitungan Kas N/R Kas Kecil Uang logam125Uang kertas875Jumlah1.000Ke AAPT ABCDAFTAR UTAMA KASK/KNoSo. AkhirBk. BesarPenye-So. AkhirNoRekRekening31/12/9831/12/99suaian31/12/99A-1100Kas Kecil1.0001.0001.000A-2101Kas di Bank391.000426.00050.000476.000Jumlah392.000427.00050.000477.000Ke AA-1AA-1PT ABCDAFTAR SALDO PMERIKSAAN NERACAK/KNoSo. AkhirBk. BesarPenye-So. AkhirNoRekRekening31/12/9831/12/99suaian31/12/99AKas 392.000427.00050.000477.000AA-1PT ABCNERACA 31 DESEMBER19981999392.000477.000Gambar 4-8 Kertas Kerja Terpadu untuk Kas

Gambar 4-9 Kertas Kerja Piutang Wesel dan BungaNo. K/K:

Dibuat oleh:Tanggal:

PT ABCDiperiksa oleh:Tanggal:

Piutang Wesel dan Bunga

3 1 Desember 1999

Rekening 160, 161, 450

Piutang WeselBunga

NilaiSaldoSaldoPiutangPenghasilanDiterimaPiutang

PenarikDibuatJatuhBungaNominal31-12-98DebetKredit31-12-9931-12-981999199931-12-99

PT Abadi1/7/9730/6/9610%25.00025.000-25.000-1.2501.2502.500 PK-

CV Mutiara1/11/9731/10/9810%30.00030.000-30.000-5002.5003.000 PK-

UD Pratama1/4/9931/3/0012%40.000-40.000-40.000-3.600-3.600

PT Merapi1/10/9930/9/0012%20.000-20.000-20.000-600-600

55.00060.00055.00060.0001.7507.9505.5004.200

TTTTDTTTT

Ke CKe C

Memo Audit dan Informasi PenguatMemo Audit adalah data tetulis yang dibuat auditor dalam bentuk uraian. Memo bisa berupa komentar atas pelaksanaan prosedur audit dan kesimpulan yang dicaipai. Dokumentasi informasi penguat terdiri dari: (1) ringkasan atau intisari notulen rapat dewan komisaris, (2) jawaban konfirmasi, (3) representasi tertulis dari manajemen dan ahli dari luar, dan (4) salinan kontrak-kontrak penting.Jurnal Penyesuaian dan Jurnal ReklasifikasiPerlu dibedakan antara jurnal penyesuaian dengan jurnal reklasifikasi. Jurnal penyesuaian audit adalah koreksi atau kekeliruan, penghilangan, atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien. Jurnal penyesuaian ini dilakukan atas sesuatu yang berdampak material, baik secara individual atau secara keseluruhan, yang seharusnya telah dilakukan oleh kilen. Jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian saldo-saldo yang benar dalam laporan keuangan secara baik. Sebagai contoh, misalkan klien melaporkan saldo piutang dagang yang di nilainya termasuk piutang dagang bersaldo kredit sebagai akibat adanya pembayaran di muka dari seorang pelanggan. Meskipun klien tidak perlu membuat jurnal reklasifikasi atas hal tersebut dalam pembukuannya, namun untuk tujuan pelaporan perlu dibuat jurnal dalam daftar saldo pemeriksaan dengan cara mendebet piutang dagang dan mengkredit rekening pendapatan diterima di muka (sebuah rekening kewajiban). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4-7 dan hasil reklasifikasi nampak pada laporan keuangan. Seperti halnya jurnal penyesuaian, jurnal reklasifikasi juga hanya dilakukan untuk hal-hal yang mempunyai dampak material.Dalam kertas kerja, setiap usulan jurnal akan nampak dalam (1) kertas kerja daftar atau analisis dari setiap rekening yang terpengaruh, (2) setiap kertas kerja daftar utama yang terpengaruh, (3) ikhtisar terpisah yang berisi usulan jurnal penyesuaian dari jurnal reklasifikasi dan (4) daftar saldo pemeriksaan. Hal ini nampak dalam Gambar 4 -8 yaitu pada kertas kerja A-2, A, AE-1, dan AA-1 .lkhtisar jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi pada awalnya disebut sebagai jurnal usulan karena keputusan akhir auditor untuk melakukan penyeuaian atau reklasifikasi belum bisa dipastikan sampai berakhirnya audit, karena hal itu baru bisa dilakukan setelah klien memberi persetujuan. Keptusan tentang disetujui tidaknya usulan jurnal peayesuaian atau reklasifikasi harus nampak dalam kertas kerja. Apabila klien menolak untuk melaksanakan usulan jumal penyesuaian dan reklasifikasi yang dipandang perlu oleh auditor, maka hal itu akan berpengaruh terhadap pendapat yang akan diberikan oleh auditor dalam laporannya.PEMBUATAN KERTAS KERJADalarn pembuatan kertas kerja, terdapat sejumlah tehnik dan mekanisme yang lazim digunakan oleh para auditor berikut ini adalah beberapa tehnik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja: Judul. Setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukkan isi kertas kerja yang bersangkutan, misalnya Rekonsiliasi Bank-Bank BNI, dan tanggal neraca atau periode yang dicakup oleh audit. Nomor Index. Setiap kertas kerja harus diberi index atau nomor referensi, misalnya A-I, B-2, dan sebagainya, untuk keperluan pemberi identifikasi dan pengarsipan Referensi-silang. Data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau dipindahkan atau dibawa ke kertas kerja lain, harus diberi referensi silang dengan nomor index dari kertas-kertas kerja tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4-8. Tanda Pengerjaan (tick marks). Tanda pengerjaan atau tick mark adalah simbol, seperti tanda silang, centang, atau simbol lainnya, yang digunakan pada kertas kerjaa untuk menunjukan bahwa auditor telah melakukan prosedur audit tertentu pada bagian yang diberi tanda pengerjaan, atau bahwa tambahan informai tentang satu hal terdapat pada kertas kerja lain yang ditunukan oleh tanda pengerjaan yang bersangkutan Tanda tangan dan Tanggal. Segera setelah menyelesaikan tugasnya, baik pembuat maupun orang yang mereview kertas kerja harus menandatangani dan mencantumkan pada kertas kerja yang bersangkutan. Hal ini diperlukan agar jelas siapa penanggungjawab dalam permbuatan kertas kerja maupun mereview kertas kerja.Perlu diperhatikan bahwa contoh kertas kerja seperti nampak pada Gambar 4-8 tidak menggambarkan semua hal penting di atas. Hal ini disebabkan karena dalam contoh inii tidak semua hal perlu dilakukan dan hanya menekankan pada pemberian index pada kertas kerja dan index silang antar kertas kerja. Namun dalam Gambar4 -9 semua hal penting sebagaimana diuraikan di atas tergambarkan dengan jelas.REVIEW ATAS KERTAS KERJAReview atas kerta kerja dalam suatu kantor akuntan publik dilakuknaan pada berbagai tingkatan. Pada tahap pertama review dilakukam oleh pengawas langsung (supevisor) dan si pembuat kertas kerja, misalnya auditor senior atau manager. Review ini dilakukan apabila pekerjaan atas suatu bagian audit tertentu telah selesai dikerjakan. Review terutama ditekankan pada pekerjaan apa yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dari kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas kerja.Review berikutnya dilakukan atas kertas kerja apabila seluruh pekerjaan lapangan telah selesai dikerjakan. Review tahap ini akan dijelaskan pada Buku II di bawah judul Evaluasi atas Temuan.PENGARSIPAN KERTAS KERJAKertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori berikut; (1) arsip permanen dan (2) arsip tahun berjalan. Arsip permanen berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa datang untuk klien yang bersangkutan. Arsip tahun berjalan berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan.Hal-hal yang biasanya dimasukkan ke dalam arsip permanen adalah: Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan. Kode rekening dan buku pedoman prosedur. Bagan organisasi. Tata letak pabrik, proses produksi dan produk-produk utama. Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi Salinan kontrak-kontrak jangka panjang, seperti sewa-guna. program pensiun, kesepakaran bagi-hasil dan pemberian bonus. Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang. Ringkasan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien.

PEMILIK DAN PENYIMPAN KERTAS KERJAKertas kerja adalah milik auditor. Namun demikian hak pemilikan auditor atas kertas kerja ini membuat kendala dari organisasi profesi auditor sendiri. Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dinyatakan bahwa akuntan publik tidak boleh mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya selamajj ia melakukan tugas profesionalnya, tanpa persetujuan dari klienya, kecuali untuk hal-hal tertentu yang dinyatakan dalam aturan tersebut.Kertas kerja disimpan oleh auditor, ia bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiaannya. Kertas kerja yang termasuk dalam ketegori kertas kerja permanen, disimpan untuk waktu tak terbatas, sedangkan kertas kerja tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang.RINGKASANTujuan umum auditor untuk memberikan suatu pendapat mengenai. laporan keuangan dicapai dengan cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan berbagai tujuan khusus audit. Tujuan-tujuan tersebut diambil dari asersi-asersi manajemen yang tertuang dalam komponen-komponen laporan keuangan. Asersi-asersi manajemen tersebut dikelornpokkan menjadi lima kategori, yaitu: keberadaan atau keterjadian. kelengkapan. hak dan kewajiban, penilaian atau pengalokasian, dan penyajian dan pengungkapan.Dalam melaksanakan audit, auditor harus mempertimbangkan secara profesional pemilihan prosedur yang akan digunakan dan jenis bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi berbagai tujuan khusus. Pertimbangan profesional juga dilakukan pada pengambilan kesimpulan dalam mengevaluasi apakah bukti kompeten yang cukup telah diperoleh sebagai dasar untuk menentukan pendapat tentang laporan keuangan secara keseluruhan. Prosedur yang dilakukan, bukti yang telah diperoleh, dan kesimpulan auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja yang akan menjadi pendukung laporan auditor dan bukti tentang kesesuaian auditor dengan standar auditing.