BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat...
-
Upload
vuongtuong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat...
36
BAB IV
EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI
Dalam rangka pemanfaatan Undang – undang Perpajakan secara optimal untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan kegiatan
yang dilakukan perusahaan. Mengacu pada teori yang telah diuraikan pada Bab II,
penulis akan mencoba meninjau Pelaksanaan Pajak Penghasilan pada PT SNI. Agar
mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini
penulis akan menyajikan Laporan Keuangan PT SNI per 31 Desember 2003.
IV.1. Evaluasi Perhitungan atas Pendapatan.
Evaluasi pajak ini dimaksudkan agar transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi dapat disesuaikan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Sehingga
rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan antara akuntansi
komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakukan sepenuhnya dan
berkesinambungan.
Pada PT SNI penghasilan terbagi menjadi Pendapatan Operasional dan
Pendapatan lain – lain. Berdasarkan kategori ini Evaluasi Perhitungan atas
Pendapatan diuraikan sebagai berikut :
a. Penjualan
Penjualan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh
penghasilan, yang bergerak di bidang restoran. Penjualan ini dilakukan PT
37
SNI di lokasi Jakarta. Penjualan Bersih yang diperoleh perusahaan selama
Tahun 2003 sebesar Rp 3.114.931.501.
Pendapatan dari penjualan diakui dengan menggunakan asas akrual.
Penerapan ini dimaksudkan agar ada kesamaan antara pelaporan akuntansi
komersial dan akuntansi fiskal sehingga koreksi fiskal dapat dihindari sedini
mungkin.
b. Pendapatan lain –lain
Total Pendapatan Lain – lain sebesar Rp 138.264.006. Pendapatan lain – lain
merupakan akun untuk menampung kegiatan yang bukan merupakan bagian
dari kegiatan usaha perusahaan, seperti keuntungan selisih kurs mata uang
asing, pendapatan bunga bank, laba penjualan aktiva tetap. Berdasarkan dalam
data Laporan Laba Rugi dan keterangan dari pejabat perusahaan yang
berwenang, perencanaan pajak penghasilan terhadap pendapatan lain – lain
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Keuntungan selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 187.826.282 terjadi
karena adanya transaksi penerimaan dari Valuta asing ke rupiah.
Keuntungan selisih kurs mata uang asing yang diperoleh perusahaan dari
deposito mata uang asing milik perusahaan atau pendapatan ini diakui dan
dicatat dengan menggunakan metode realisasi, artinya keuntungan dari
selisih kurs mata uang asing diakui pada saat jatuh tempo pembayaran
piutang tersebut. Penerapan ini dapat dilakukan mengingat kurs Valuta
asing sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Menurut peraturan
perpajakan, wajib pajak dapat memilih dua metode yang diberikan yaitu
38
menggunakan Kurs Tetap atau Kurs Tengah Bank Indonesia. Dengan
menggunakan Kurs Tetap, keuntungan dan kerugian diakui pada saat
realisasi pembayaran atau jatuh tempo. Sedangkan dengan menggunakan
Kurs Tengah Bank Indonesia, wajib pajak dapat mengakui keuntungan
atau kerugian selisih kurs mata uang asing tersebut pada tiap akhir tahun
buku berdasarkan Kurs Tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca,
penghasilan dari selisih Kurs mata uang asing ini merupakan Objek Pajak
Penghasilan Pasal 25 ( Badan ).
Penggunaan kurs tetap sangatlah memakan waktu yang cukup lama
untuk mengakui keuntungan atas selisih kurs mata uang asing tersebut.
Disamping itu, untuk perusahaan yang mempunyai arus kas kurang baik,
penggunaan kurs tetap sangatlah menghambat perusahaan dalam
mengelola kasnya, karena risiko yang ditanggung cukup tinggi dan
pengakuan keuntungannya yang terlalu lama. Namun, dari segi
perpajakan, penerapan metode kurs tetap dalam pengakuan keuntungan
selisih kurs valuta asing akan sangat membantu perusahaan dalam
perhitungan Penghasilan Kena Pajaknya karena keuntungan itu baru
diakui pada saat pembayaran dilakukan. Dengan demikian terjadi
penghematan pajak.
2. Pendapatan Bunga Bank
Pendapatan bunga bank sebesar Rp 4.406.312 merupakan akun untuk
mencatat pendapatan bunga deposito milik perusahaan. Pendapatan ini
diakui dan dicatat dengan menggunakan metode akrual. Pendapatan ini
39
dalam Laporan Keuangan Komersial dimasukkan seluruhnya secara bruto.
Sedangkan dalam Laporan Keuangan Fiskal, jumlah pendapatan ini tidak
dimasukkan kerena pendapatan bunga dari deposito telah dikenakan pajak
penghasilan yang bersifat final. Untuk pendapatan ini, PT SNI telah
melakukan Koreksi Fiskal di Laporan Keuangan sebesar 4.406.312
3. Laba (Rugi) atas penjualan aktiva.
Laba (Rugi) penjualan aktiva sebesar Rp 125.000 merupakan akun untuk
mencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan.
Pendapatan ini dicatat dengan menggunakan metode akrual pada tahun
2002 tidak terdapat kesalahan pencatatan pada akun laba Penjualan aktiva.
Oleh karena itu PT SNI tidak perlu melakukan Koreksi Fiskal atas akun
laba penjualan tersebut.
4. Beban Bunga
Beban bunga sebesar Rp 69.879.315
5. Pendapatan Lain – lain
Pendapatan lain – lain sebesar Rp 15.785.727
IV.2. Evaluasi Perhitungan atas Harga Pokok Penjualan
Penilaian persediaan yang dilakukan oleh PT SNI dengan menggunakan metode
FIFO (First In First Out). Penilaian persediaan ini sesuai dengan Ketentuan
Perpajakan yang berlaku dalam penentuan metode persediaan yaitu sesuai dengan
Undang –undang Pajak Penghasilan Pasal 10 ayat (6). Sehingga Harga Pokok
Penjualan tidak perlu dilakukan koreksi.
40
Perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut :
Persediaan Barang Dagang 1.491.076.966
Pembeliaan 855.273.841
Barang tersedia untuk dijual 2.346.350.807
Persediaan Akhir 15.501.341
Harga Pokok Penjualan 2.330.849.493
IV.3. Evaluasi Perhitungan atas Biaya
PT SNI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang restoran, maka
dalam pembukuan transaksi beban terdapat Harga Pokok Penjualan, Beban
Operasi. Pengeluaran – pengeluaran tersebut merupakan pengurang bagi
Penghasilan Bruto sesuai dengan kelompoknya masing – masing.
Penerapan Pajak PT SNI atas semua transaksi bebannya adalah dengan
menggunakan metode accrual dan penandingan pendapatan terhadap beban.
Namun, karena perlakuan yang berbeda antar akuntansi komersial dengan
akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua transaski
bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Penerapan atas transaksi biaya didasarkan atas metode dan pengakuan
beban, peraturan perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung
transaksi pengeluaran beban tersebut.
Beban – beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat
dibagi dalam dua golongan, yaitu beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun dan beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun.
41
Beban yang mempunyai masa manfaat yang lebih dari satu tahun pembebanannya
dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban yang mempunyai
masa manfaat tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang terjadi selama tahun
yang bersangkutan seperti biaya gaji, biaya administrasi bank dan bunga.
Selama tahun 2003 PT SNI melakukan beberapa koreksi fiskal terhadap
akun beban yang terdapat dalam Laporan Keuangan Komersialnya. Untuk lebih
jelasnya, maka berikut ini diuraikan mengenai Evaluasi atas masing – masing
akun beban yang terjadi selama tahun 2003.
Beban Usaha
Beban Usaha merupakan kelompok untuk mencatat pengeluaran – pengeluaran
PT SNI yang terjadi selama satu periode pembukuan dan terkait langsung dengan
kegiatan operasi perusahaan. Metode yang digunakan dalam pengakuan beban
adalah metode akrual. Kelompok beban usaha yang terdapat dalam PT SNI,
diklasifikasikan ke dalam beberapa akun, yaitu :
1. Biaya Karyawan
Biaya karyawan sebesar Rp 449.430.338 merupakan akun untuk mencatat
Pembayaran Gaji Rp 309.638.788
Unsur biaya gaji tersebut telah sesuai dengan Ketentuan
perpajakan dan telah sesuai dengan SPT 1721.
Biaya Makan Rp 36.000.000
Biaya makan yang diberikan yakni dalam bentuk uang, sehingga
tidak dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 36.000.000
42
THR Rp 24.684.700
Pada akhir tahun, perusahaan memberikan dalam bentuk tunjangan
berupa uang, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal.
Bonus Rp 16.953.300
Bonus yang diberikan sesuai dengan peraturan perpajakan,
sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal.
Transport Rp 25.920.000
Transport diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus
antar jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan
tidak dalam bentuk uang tunai, maka dilakukan koreksi fiskal..
Pengobatan Rp 36.233.600
Biaya pengobatan kesehatan pegawai mengalami koreksi fiskal
secara keseluruhan sebesar Rp 36.233.600. Hal ini terjadi karena
perusahaan menyediakan klinik gratis.
2. Biaya Training
Biaya pelatihan sebesar Rp 4.609.100 merupakan akun untuk mencatat
pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan karyawan dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas
kerja karyawan dengan bekerja sama dengan pihak lain. Biaya pelatihan ini
juga ditujukan untuk juru masak agar menciptakan suatu cipta rasa yang baru
dan terobosan baru suatu masakan.
43
Selama tahun 2003 PT SNI telah membiayakan seluruh pengeluaran
biaya pelatihan sebagai pengurang penghasilan bruto, sehingga tidak ada
koreksi fiskal atas biaya pelatihan
3. Beban Penyusutan
Biaya penyusutan sebesar Rp 43.208.582 yang merupakan biaya
penyusutan atas aktiva tetap perusahaan terdiri dari penyusutan kendaraan
sebesar Rp 19.601.923 dan penyusutan aktiva tetap sebesar Rp 23.606.659.
Dalam pencatatan atau pengakuan Biaya Penyusutan Bagian Operasi PT SNI
menggunakan asas akrual.
Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam menghitung penyusutan
menurut Undang – undang Perpajakan, yakni metode garis lurus, dan metode
saldo menurun. Pemilihan metode penyusutan untuk satu perusahaan berbeda
dengan perusahaan lainnya, tergantung pada kondisi keuangan perusahaan PT
SNI menerapkan metode garis lurus untuk menghitung besarnya penyusutan
baik untuk gedung, kendaraan, maupun peralatan. Penggunaan metode
tersebut dilakukan secara taat asas dan konsisten dengan memperhatikan
perhitungan laba rugi pada masa yang akan dating. Setiap perubahan
penggunaaan metode penyusutan harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Direktorat Jenderal Pajak.
4. Biaya Reparasi dan Maintenance
Biaya reparasi dan maintenance sebesar 10.711.248 merupakan akun
untuk mencatat pengeluaran perbaikan dan pemeliharaan mesin, kendaraan
dan peralatan kantor yang rusak. Bagian ini terdiri dari biaya perbaikan
44
kendaraan sebesar Rp 5.869.751, dan perbaikan inventoris kantor sebesar Rp
4.841.497
5. Biaya Asuransi
Biaya asuransi sebesar Rp 34.095.876 merupakan akun untuk mencatat
pengeluaran perusahaan dalam rangka membayar asuransi karyawan yang
ditanggungnya meliputi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan. Selama
tahun 2003 perusahaan telah membebankan seluruh pengeluaran biaya
asuransi dengan benar, sehingga dapat dikurangkan sebagai penghasilan
brutonya.
6. Biaya Konsultan, Notaris, dan Profesional
Biaya Konsultan, Notaris, dan Professional sebesar Rp 10.237.500 merupakan
akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan untuk jasa – jasa yang diberikan
oleh pihak konsultan, notaris, dan professional. Jasa – jasa mereka diperlukan
untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan kewajiban akuntansi dan
perpajakan berupa bantuan dan nasehat hukum. PT SNI, selama tahun 2003
telah membebankan seluruh biaya konsultan, notaris, dan profesional sebagai
pengurang dalam Penghasilan Bruto perusahaan, sehingga tidak ada koreksi
fiskal atas beban ini.
7. Biaya Perjalanan Kantor
Biaya Perjalanan Kantor sebesar Rp 17.788.850 merupakan pengurang
perusahaan berupa uang perjalanan dinas kepada pegawai apabila mendapat
penugasan dari perusahaan untuk melakukan pekerjaan di luar kantor, uang
perjalanan di pergunakan untuk membeli tiket bus, kereta api, pesawat
45
akomodasi, uang saku selama dinas, serta asuransi perjalanan. Bagi perjalanan
ke luar negeri PT SNI membayarkan uang fiskal sesuai tarif yang ditentukan.
Uang ini diberikan kepada karyawan dalam bentuk uang muka dan harus
dibuat laporan pertanggungjawabannya setelah mereka menyelesaikan
perjalanannya.
Dalam uang perjalanan yang diberikan termasuk diantaranya pemberian
uang saku selama perjalanan dan atas pemberian ini telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21 oleh PT SNI . Selama tahun 2003 bukti pendukung atas
biaya perjalanan sudah lengkap seperti bukti pembayaran tiket, bukti
pengisisan bahan bakar transportasi dan sudah dibiayakan sebagai pengurang
Penghasilan Bruto.
8. Biaya Telepon
Biaya telepon sebesar Rp 7.960.683 merupakan akun untuk mencatat
pengeluaran perusahaan untuk kebutuhan komunikasi antara Bagian Operasi
dengan pihak kantor atau sebaliknya serta komunikasi untuk kepentingan
bisnis perusahaan lainnya seperti komunikasi dengan klien dan pihak yang ada
kaitannya dengan perusahaan. Biaya telepon ini meliputi pembayaran uang
telephone , faksimile, dan internet.
Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh biaya telepon
sebagai pengurang Penghasilan Bruto perusahaan, sehingga tidak perlu
dilakukan koreksi fiskal.
46
9. Biaya Perlengkapan
Biaya perlengkapan digunakan perusahaan untuk menunjang kegiatan operasi
perusahaan, sehingga biaya perlengkapan sebesar Rp 52.808.148 mengurangi
penghasilan bruto perusahaan.
10. Biaya Listrik dan Air
Biaya Listrik dan Air sebesar Rp 4.563.619 merupakan akun mencatat
pembayaran rutin listrik dan air perusahaan selama satu periode. Selama tahun
2003, PT SNI telah membebankan seluruh Biaya Listrik dan Air sebagai
pengurang Penghasilan Bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.
Menurut penulis, perusahaan dapat membiayakan seluruh pengeluran ini
apabila disertai dengan bukti pendukungnya.
11. Biaya Alat Tulis dan Cetak
Pengeluaran – pengeluaran atas pembelian alat –alat tulis dan cetak
sebesar Rp 28.261.337 untuk mendukung kegiatan administrasi perusahaan
tercatat dalam akun ini. Perusahaan menggunakan asas akrual dalam
pencatatan biaya alat –alat tulis dan cetak. Seluruh pengeluaran ini telah
dibebankan sebagai pengurang Penghasilan Bruto tahun 2003 dan tidak perlu
dilakukan koreksi fiskal.
Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan semua biaya yang digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan harus didukung dengan
bukti yang kuat.
Menurut penulis pembebanan atas biaya alat – alat tulis dan cetak pada
tahun 2003 sudah didukung oleh bukti yang lengkap dan wajar, juga sudah
47
dikurangkan dari penghasilan bruto PT SNI sehingga koreksi fiskal tidak perlu
dilakukan.
12. Biaya Iuran dan Majalah
Pencatatan akun untuk biaya – biaya seperti iuran RT, iuran keamanan,
iuran kebersihan, langganan koran, majalah merupakan bagian dari Biaya
Iuran dan Majalah.
Menurut penulis, Biaya Iuran dan Majalah pada PT SNI selama tahun
2003 belum disertai dengan lengkap bukti pendukung sehingga ada koreksi
fiskal atas akun ini sebesar Rp 10.160.320
13. Biaya Perjamuan
Dalam akun ini tercatat biaya – biaya yang berhubungan dengan
pemberian kenikmatan pada pihak ketiga berupa entertainment atau jamuan.
Menurut pejabat perusahaan yang berwenang, pengeluaran berupa
entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan penjualan
perusahaan. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ 22/1986
tanggal 14 Juli 1986 setiap pengeluaran dalam bentuk entertainment / jamuan
tamu dapat dibiayakan sepanjang masih terkait dengan kegiatan operasi
perusahaan dan dibuatkan daftar nominatifnya. Daftar nominative tersebut
harus dilaporkan pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Badan. Bila tidak
memungkinkan untuk membuat daftar nominative, maka PT SNI harus
melakukan koreksi fiskal.
Selama Tahun 2003 PT SNI tidak membuat daftar nominative atas
pengeluaran jamuan dikarenakan bukti yang kurang lengkap. Seperti tidak
48
tecantum daftar nama klien yang bersangkutan dengan alasan tidak etis. Oleh
karena itu, sesuai dengan Ketentuan perpajakan dengan tidak dibuatnya daftar
nominative atas pengeluaran biaya perjamuan, maka PT SNI harus melakukan
koreksi fiskal sebesar Rp 13.515.280
14. Biaya Dokumentasi
PT SNI selama Tahun 2003 telah membukukan semua biaya dokumentasi
sebesar Rp 1.742.218 dengan bukti pendukung yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan secara wajar, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal
atas biaya dokumentasi.
15. Biaya Lisensi & Pajak
Biaya Lisensi & Pajak sebesar Rp 21.553.219 untuk mencatat pengeluaran
rutin surat – surat kendaraan perusahaan seperti perpanjangan STNK (Surat
Tanda Nomor Kendaraan), perpanjangan keur mobil, perpanjangan SIM supir.
Selama tahun 2003 .sudah dilengkapi dengan dokumen pendukung, sehingga
tidak dilakukan koreksi fiskal.
16. Biaya Administrasi Bank
Biaya Administrasi Bank sebesar Rp 5.164.995 merupakan akun untuk
mencatat semua pengeluaran perusahaan sehubungan dengan kegiatan
perusahaan yang terdapat di Bank, seperti biaya transfer, biaya administrasi
bulanan, biaya buku giro, biaya denda atas keterlambatan pembayaran
perusahaan menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan pencatatan biaya
administrasi bank.
49
Selama tahun 2003, PT SNI tidak perlu melakukan koreksi fiskal karena
perusahaan telah membebankan seluruh pengeluaran Biaya Administrasi Bank
sebagai pengurang Penghasilan Bruto. Menurut penulis, PT SNI telah benar
membiayakan seluruh pengeluaran Biaya Administrasi Bank sebagai
pengurang Penghasilan Bruto perusahaan, kecuali biaya yang berhubungan
dengan Objek Pajak Penghasilan Final atas pendapatan bunga bank yang
diberikan kepada perusahaan.
17. Biaya Promosi
Biaya promosi sebesar Rp 41.983.463 merupakan akun untuk mencatat
pengeluaran perusahaan dalam rangka memperkenalkan dan mempromosikan
produk baru melalui percetakan selebaran, iklan surat kabar, majalah, dan
pembelian voucher. PT SNI menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan
pencatatan biaya promosi dan seluruh biaya tersebut telah dibebankan sebagai
pengurang penghasilan bruto perusahaan selama tahun 2003. perusahaan tidak
perlu melakukan koreksi fiskal.
18. Hadiah & Sumbangan
Biaya hadiah dan sumbangan sebesar Rp 15.297.239 adalah akun untuk
mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka ikut berpartisipasi dalam
kegiatan yang dilakukan di lokasi dimana perusahaan berada, seperti
sumbangan uang keamanan untuk penjaga keamanan pada saat hari raya,
sumbangan bencana alam, sumbangan untuk yayasan amal pendidikan. Untuk
tahun 2003, PT SNI melakukan koreksi fiskal atas akun Biaya Hadiah dan
Sumbangan karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan pengurang
50
Penghasilan Bruto. Ketentuan Perpajakan menghendaki agar pemberian
hadiah dan sumbangan mempunyai tempat yang setara dengan pemakaian
penghasilan. Oleh karena itu, berbeda dengan perlakuan komersial,
pengeluaran itu bukan merupakan pengurang penghasilan pemberi. Namun,
ketentuan itu hanya berlaku terhadap bantuan dan sumbangan yang
pemberiannya tidak diwarnai oleh hubungan kerja, usaha, pemilikan atau
penguasaan antara pemberi dan penerima. Selain itu, untuk hibah
ditambahkan pemberian dilakukan kepada badan keagamaan, sosial,
pendidikan, dan pengusaha kecil.
19. Biaya Penelitian
Biaya penelitian sebesar Rp 47.587.708 merupakan akun untuk mencatat
pengeluaran perusahaan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas
produk yang dihasilkan. Menurut Pejabat Perusahaan, biaya penelitian ini
penting untuk menunjang kesinambungan penemuan produk baru yang unggul
di pasaran. Pengakuan dan pencatatan biaya ini berdasarkan metode akrual.
Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh biaya penelitian
sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi
fiskal.
20. Biaya Rupa – rupa
Biaya rupa – rupa akun sebesar Rp 6.723.447 untuk mencatat pengeluaran
yang terkait dengan usaha operasional perusahaan, seperti pembelian air
minum, kopi, gula, dan minuman serta makanan lainnya. Perhitungan laba
rugi perusahaan dalam akun biaya rupa – rupa. Menurut penulis, dapat
51
membiayakan seluruh pengeluaran operasional perusahaan sepanjang
didukung bukti – bukti pendukung yang sah dan wajar.
Koreksi Fiskal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Koreksi Fiskal Positif
Koreksi Fiskal Positif yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak
bertambah sebagai akibat beban menurut akuntasi tidak diakui sebagai beban
menurut pajak.
Koreksi Fiskal Positif yang dilakukan PT SNI adalah sebagai berikut :
a. Transport
Transport diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus antar
jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan tidak dalam
bentuk uang tunai, maka dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 25.920.000
b. Pengobatan
Biaya pengobatan kesehatan pegawai mengalami koreksi fiskal secara
keseluruhan sebesar Rp 36.233.600. Hal ini terjadi karena pengobatan
yang diberikan perusahaan dalam bentuk natura, yakni menyediakan
klinik gratis.
c. Penyusutan kendaraan
Terhadap biaya penyusutan kendaraan, harus dilakukan koreksi fiskal
sebesar 50 % sesuai Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-220/PJ/2002. Unsur
biaya penyusutan kendaraan PT SNI sebesar Rp 19.601.923 terdapat
52
koreksi fiskal sebesar Rp 9.800.962 sehingga biaya penyusutan kendaraan
dalam laporan keuangan fiskal adalah Rp 9.800.962.
d. Perbaikan Kendaraan
Dalam unsur biaya perbaikan dan perawatan, terdapat biaya perbaikan
kendaraan sebesar Rp 5.869.751 dan terhadap biaya perbaikan kendaraan
dikoreksi fiskal positif sebesar 50 %, yaitu Rp 2.934.876 yang sesuai
dengan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-220/PJ/2002. Sehingga biaya
perbaikan kendaraan dalam laporan keuangan fiskal adalah sebesar Rp
2.934.876.
e. Iuran dan Majalah
Biaya Iuran dan Majalah pada PT SNI selama tahun 2003 belum disertai
dengan lengkap bukti pendukung sehingga ada koreksi fiskal atas akun ini
sebesar Rp 10.160.320
f. Biaya Perjamuan
Selama Tahun 2003 PT SNI tidak membuat daftar nominative atas
pengeluaran jamuan dikarenakan bukti yang kurang lengkap. Seperti tidak
tecantum daftar nama klien yang bersangkutan dengan alasan tidak etis.
Oleh karena itu, sesuai dengan Ketentuan perpajakan dengan tidak
dibuatnya daftar nominative atas pengeluaran biaya perjamuan, maka PT
SNI harus melakukan koreksi fiskal sebesar Rp 13.515.280
g. Hadiah dan Sumbangan
PT SNI melakukan koreksi fiskal atas akun Biaya Hadiah dan Sumbangan
sebesar 15.297.239 karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan
53
pengurang Penghasilan Bruto. Ketentuan Perpajakan menghendaki agar
pemberian hadiah dan sumbangan mempunyai tempat yang setara dengan
pemakaian penghasilan.
Jumlah Koreksi Fiskal Positif :
• Transport Rp 25.920.000
• Pengobatan Rp 36.233.600
• Penyusutan Kendaraan Rp 9.800.962
• Perbaikan Kendaraaan Rp 2.934.876
• Iuran dan Majalah Rp 10.160.320
• Biaya Perjamuan Rp 13.515.280
• Hadiah dan sumbangan Rp 15.297.239
Total Koreksi Fiskal Rp 113.862.277
2) Beda Tetap dan Waktu
Koreksi yang terjadi pada Laporan Keuangan PT SNI dapat diklasifikasikan
kedalam dua perbedaan yaitu :
o Perbedaaan Tetap
Terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda
dengan perhitungan menurut SAK.
Perbedaaan tetap negatif yang terdapat pada PT SNI adalah :
1. Koreksi Biaya Transport sebesar Rp 25.920.000
2. Koreksi Biaya Pengobatan sebesar Rp 36.233.600
3. Koreksi Biaya Perbaikan Kendaraan sebesar Rp 2.934.876
4. Koreksi Iuran dan Majalah sebesar Rp 10.160.320
54
5. Koreksi Biaya Perjamuan sebesar Rp 13.515.280
6. Koreksi Hadiah dan Sumbangan sebesar Rp 15.297.239
Perbedaan Tetap negatif disebabkan karena adanya pengeluaran –
pengeluaran yang dicatat di Laporan Keuangan Komersial sebagai beban
laba akuntansi tetapi tidak diakui oleh Ketentuan Fiskal.
o Perbedaan Waktu
Terdapat perbedaan waktu negatif dalam pengakuan biaya penyusutan
karena pengakuan beban menurut Ketentuan Perpajakan lebih lambat dari
pengakuan beban akuntansi komersial.
Koreksi biaya penyusutan kendaraan sebesar Rp 9.800.962.
Setelah dilakukan koreksi, terdapat selisih perhitungan antara Laporan
Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal. Dalam Laporan
Keuangan Komersial mengakui penghasilan sebesar Rp 94.942.839
sedangkan menurut Laporan Keuangan Fiskal penghasilan sebesar Rp
204.398.804.
Besarnya Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif umum :
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30 % x Rp 104.398.804 = Rp 31.319.641
Jumlah PPh yang terutang = Rp 43.819.641
Pembulatan = Rp 641
Jumlah PPh yang terutang = Rp 43.819.000
55
IV.4. Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pajak atas penghasilan dalam tahun
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masa pajak
yang besarnya ditentukan oleh jumlah pajak yang terutang pada tahun sebelumnya
dikurangi dengan PPh Pasal 22, 23,24 dari tahun pajak yang bersangkutan dibagi
dengan 12.
PPh Pasal 25 :
PPh terutang menurut SPT Tahun lalu – (PPh Pasal 22, 23, 24 tahun lalu)
12
PPh Pasal 22 : PT SNI selama beroperasi tahun 2003, tidak melakukan kegiatan
import barang dan oleh sebab itu tidak dikenakan PPh Pasal 22.
PPh Pasal 23
Transaksi PT SNI yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 adalah:
• Pendapatan Jasa Giro Bank (Bersifat Final)
• Penggunaan Jasa Akuntansi & Pembukuan
• Bunga sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang
Selama tahun 2003 PPh yang telah dibayar oleh perusahaan adalah sebagai
berikut :
Keterangan Penghasilan ( biaya) PPh Pasal 23
Pendapatan Jasa Bunga Rp 4.406.312 -
Penggunaan Jasa Akuntan Rp (10.237.500) Rp 767.813
Total Rp 5.831.188 Rp 767.813
56
PPh Pasal 23 penggunaan jasa akuntan = 50 % x 15 % x 10.237.500 = Rp 767.813
PPh Pasal 24 : PT SNI tidak memiliki penghasilan yang berasal dari luar negeri,
sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 24.
Perhitungan atas angsuran pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan anggaran Rp 94.942.839
2. Kompensasi Kerugian Rp x
3. Penghasilan Kena Pajak Rp 94.942.839
4. PPh yang terutang Rp 11.741.000
PPh Pasal 29 yang terutang :
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 44.942.839 = Rp 6.741.426
PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 11.741.426
Pembulatan = Rp 426
PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 11.741.000
5. Kredit Pajak tahun lalu atas penghasilan yang
termasuk dalam angka 1 Rp 767.813
6. PPh yang harus dibayar sendiri
(Rp 11.741.000 – Rp 767.813) Rp 10.973.187
7. PPh Pasal 25 ( Rp 10.973.187 / 12) Rp 914.432
Dan untuk perhitungan anggaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang mengacu pada
ketentuan perpajakan yang berlaku adalah :
1) Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan anggaran Rp 204.398.804
57
2) Kompensasi Kerugian Rp x
3) Penghasilan Kena Pajak Rp 204.398.804
4) PPh yang terutang Rp 43.819.000
PPh Pasal 29 yang terutang :
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30 % x Rp 104.398.804 = Rp 31.319.641
PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 43.819.641
Pembulatan = Rp 641
PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 43.819.000
5) Kredit pajak tahun pajak lalu atas penghasilan
yang termasuk dalam angka 1 Rp 767.813
6) PPh yang harus dibayar sendiri
(Rp 43.819.000 – Rp 767.813) Rp 43.051.187
7) PPh Pasal 25 ( Rp 43.051.187 / 12 ) Rp 3.587.598
Dalam perhitungan PPh Pasal 25 antara perusahaan dengan fiskus terdapat
perbedaan perhitungan.
Perusahaan harus membayar PPh yang terutang sebesar Rp 11.741.000,
sedangkan menurut fiskus sebesar Rp 43.819.000. Kredit pajak tahun lalu sebesar
Rp 767.813, maka PPh yang harus dibayar sendiri oleh perusahaan setelah
dikurangi kredit pajak sebesar Rp 10.973.187, dan menurut fiskus sebesar Rp
43.051.187.
TABEL 4.1
Keterangan Komersial FiskalBeda Tetap Beda Waktu
Penjualan 3,114,931,501 3,114,931,501 Harga Pokok Penjualan 2,330,849,493 2,330,849,493
Laba Kotor 784,082,008 784,082,008 Beban Usaha :Biaya Gaji 309,638,738 309,638,738 Biaya Makan 36,000,000 36,000,000 THR 24,684,700 24,684,700 Bonus 16,953,300 16,953,300 Transport 25,920,000 25,920,000 - Pengobatan 36,233,600 36,233,600 - Biaya Training 4,609,100 4,609,100 Penyusutan Kendaraan 19,601,923 9,800,962 9,800,961 Penyusutan Aktiva Tetap 23,606,659 23,606,659 Perbaikan Kendaraan 5,869,751 2,934,876 2,934,875 Perbaikan Inventoris Kantor 4,841,497 4,841,497 Asuransi 34,095,876 34,095,876 Biaya Konsultan, Notaris, dan Profesional 10,237,500 10,237,500 Biaya Perjalanan Kantor 17,788,850 17,788,850 Biaya Telepon 7,960,688 7,960,688 Biaya Perlengkapan 52,808,148 52,808,148 Listrik & Air 4,563,619 4,563,619 Alat Tulis & Cetak 28,261,337 28,261,337 Iuran & Majalah 10,160,320 10,160,320 - Biaya Perjamuan 13,515,280 13,515,280 - Biaya Dokumentasi 1,742,218 1,742,218 Biaya Lisensi & Pajak 21,553,219 21,553,219 Biaya Administrasi Bank 5,164,995 5,164,995 Promosi 41,983,463 41,983,463 Hadiah & Sumbangan 15,297,239 15,297,239 - Biaya Penelitian 47,587,708 47,587,708 Biaya Rupa - rupa 6,723,447 6,723,447 Sub Total Beban Usaha 827,403,175 713,540,898 Laba Usaha (43,321,167) 70,541,110 Pendapatan (Beban) Lain - lainPendapatan lain -lain 15,785,727 15,785,727
Koreksi Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan FiskalPT SNI
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2003 (dalam rupiah)
Pendapatan Bunga 4,406,312 (4,406,312) - Beban Bunga (69,879,315) (69,879,315) Laba Jual Aktiva 125,000 125,000 Laba (Rugi) Selisih Kurs 187,826,282 187,826,282 Total Pendapatan (Beban) 138,264,006 133,857,694 lain-lainLaba (Rugi) Berjalan Sebelum 94,942,839 204,398,804 Pajak Penghasilan10 % x Rp 50.000.000 5,000,000 5,000,000 15% x Rp 44.942.839 6,741,426 7,500,000 PPh yang terutang (11,741,426) 31,319,641 Pembulatan 426 (43,819,641) PPh yang terutang (11,741,000) 641
(43,819,000) Laba (Rugi) Setelah Pajak 83,201,839 160,579,804
Pajak Penghasilan
PembulatanPPh yang terutang
PPh yang terutang
10 % x Rp 50.000.00015 % x Rp 50.000.000
30 % x Rp 104.398.804