BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat...

24
36 BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang – undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan kegiatan yang dilakukan perusahaan. Mengacu pada teori yang telah diuraikan pada Bab II, penulis akan mencoba meninjau Pelaksanaan Pajak Penghasilan pada PT SNI. Agar mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini penulis akan menyajikan Laporan Keuangan PT SNI per 31 Desember 2003. IV.1. Evaluasi Perhitungan atas Pendapatan. Evaluasi pajak ini dimaksudkan agar transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dapat disesuaikan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Sehingga rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakukan sepenuhnya dan berkesinambungan. Pada PT SNI penghasilan terbagi menjadi Pendapatan Operasional dan Pendapatan lain – lain. Berdasarkan kategori ini Evaluasi Perhitungan atas Pendapatan diuraikan sebagai berikut : a. Penjualan Penjualan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh penghasilan, yang bergerak di bidang restoran. Penjualan ini dilakukan PT

Transcript of BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat...

Page 1: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

36

BAB IV

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI

Dalam rangka pemanfaatan Undang – undang Perpajakan secara optimal untuk

meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan kegiatan

yang dilakukan perusahaan. Mengacu pada teori yang telah diuraikan pada Bab II,

penulis akan mencoba meninjau Pelaksanaan Pajak Penghasilan pada PT SNI. Agar

mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini

penulis akan menyajikan Laporan Keuangan PT SNI per 31 Desember 2003.

IV.1. Evaluasi Perhitungan atas Pendapatan.

Evaluasi pajak ini dimaksudkan agar transaksi-transaksi keuangan yang

terjadi dapat disesuaikan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Sehingga

rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan antara akuntansi

komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakukan sepenuhnya dan

berkesinambungan.

Pada PT SNI penghasilan terbagi menjadi Pendapatan Operasional dan

Pendapatan lain – lain. Berdasarkan kategori ini Evaluasi Perhitungan atas

Pendapatan diuraikan sebagai berikut :

a. Penjualan

Penjualan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh

penghasilan, yang bergerak di bidang restoran. Penjualan ini dilakukan PT

Page 2: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

37

SNI di lokasi Jakarta. Penjualan Bersih yang diperoleh perusahaan selama

Tahun 2003 sebesar Rp 3.114.931.501.

Pendapatan dari penjualan diakui dengan menggunakan asas akrual.

Penerapan ini dimaksudkan agar ada kesamaan antara pelaporan akuntansi

komersial dan akuntansi fiskal sehingga koreksi fiskal dapat dihindari sedini

mungkin.

b. Pendapatan lain –lain

Total Pendapatan Lain – lain sebesar Rp 138.264.006. Pendapatan lain – lain

merupakan akun untuk menampung kegiatan yang bukan merupakan bagian

dari kegiatan usaha perusahaan, seperti keuntungan selisih kurs mata uang

asing, pendapatan bunga bank, laba penjualan aktiva tetap. Berdasarkan dalam

data Laporan Laba Rugi dan keterangan dari pejabat perusahaan yang

berwenang, perencanaan pajak penghasilan terhadap pendapatan lain – lain

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Keuntungan selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 187.826.282 terjadi

karena adanya transaksi penerimaan dari Valuta asing ke rupiah.

Keuntungan selisih kurs mata uang asing yang diperoleh perusahaan dari

deposito mata uang asing milik perusahaan atau pendapatan ini diakui dan

dicatat dengan menggunakan metode realisasi, artinya keuntungan dari

selisih kurs mata uang asing diakui pada saat jatuh tempo pembayaran

piutang tersebut. Penerapan ini dapat dilakukan mengingat kurs Valuta

asing sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Menurut peraturan

perpajakan, wajib pajak dapat memilih dua metode yang diberikan yaitu

Page 3: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

38

menggunakan Kurs Tetap atau Kurs Tengah Bank Indonesia. Dengan

menggunakan Kurs Tetap, keuntungan dan kerugian diakui pada saat

realisasi pembayaran atau jatuh tempo. Sedangkan dengan menggunakan

Kurs Tengah Bank Indonesia, wajib pajak dapat mengakui keuntungan

atau kerugian selisih kurs mata uang asing tersebut pada tiap akhir tahun

buku berdasarkan Kurs Tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca,

penghasilan dari selisih Kurs mata uang asing ini merupakan Objek Pajak

Penghasilan Pasal 25 ( Badan ).

Penggunaan kurs tetap sangatlah memakan waktu yang cukup lama

untuk mengakui keuntungan atas selisih kurs mata uang asing tersebut.

Disamping itu, untuk perusahaan yang mempunyai arus kas kurang baik,

penggunaan kurs tetap sangatlah menghambat perusahaan dalam

mengelola kasnya, karena risiko yang ditanggung cukup tinggi dan

pengakuan keuntungannya yang terlalu lama. Namun, dari segi

perpajakan, penerapan metode kurs tetap dalam pengakuan keuntungan

selisih kurs valuta asing akan sangat membantu perusahaan dalam

perhitungan Penghasilan Kena Pajaknya karena keuntungan itu baru

diakui pada saat pembayaran dilakukan. Dengan demikian terjadi

penghematan pajak.

2. Pendapatan Bunga Bank

Pendapatan bunga bank sebesar Rp 4.406.312 merupakan akun untuk

mencatat pendapatan bunga deposito milik perusahaan. Pendapatan ini

diakui dan dicatat dengan menggunakan metode akrual. Pendapatan ini

Page 4: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

39

dalam Laporan Keuangan Komersial dimasukkan seluruhnya secara bruto.

Sedangkan dalam Laporan Keuangan Fiskal, jumlah pendapatan ini tidak

dimasukkan kerena pendapatan bunga dari deposito telah dikenakan pajak

penghasilan yang bersifat final. Untuk pendapatan ini, PT SNI telah

melakukan Koreksi Fiskal di Laporan Keuangan sebesar 4.406.312

3. Laba (Rugi) atas penjualan aktiva.

Laba (Rugi) penjualan aktiva sebesar Rp 125.000 merupakan akun untuk

mencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan.

Pendapatan ini dicatat dengan menggunakan metode akrual pada tahun

2002 tidak terdapat kesalahan pencatatan pada akun laba Penjualan aktiva.

Oleh karena itu PT SNI tidak perlu melakukan Koreksi Fiskal atas akun

laba penjualan tersebut.

4. Beban Bunga

Beban bunga sebesar Rp 69.879.315

5. Pendapatan Lain – lain

Pendapatan lain – lain sebesar Rp 15.785.727

IV.2. Evaluasi Perhitungan atas Harga Pokok Penjualan

Penilaian persediaan yang dilakukan oleh PT SNI dengan menggunakan metode

FIFO (First In First Out). Penilaian persediaan ini sesuai dengan Ketentuan

Perpajakan yang berlaku dalam penentuan metode persediaan yaitu sesuai dengan

Undang –undang Pajak Penghasilan Pasal 10 ayat (6). Sehingga Harga Pokok

Penjualan tidak perlu dilakukan koreksi.

Page 5: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

40

Perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut :

Persediaan Barang Dagang 1.491.076.966

Pembeliaan 855.273.841

Barang tersedia untuk dijual 2.346.350.807

Persediaan Akhir 15.501.341

Harga Pokok Penjualan 2.330.849.493

IV.3. Evaluasi Perhitungan atas Biaya

PT SNI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang restoran, maka

dalam pembukuan transaksi beban terdapat Harga Pokok Penjualan, Beban

Operasi. Pengeluaran – pengeluaran tersebut merupakan pengurang bagi

Penghasilan Bruto sesuai dengan kelompoknya masing – masing.

Penerapan Pajak PT SNI atas semua transaksi bebannya adalah dengan

menggunakan metode accrual dan penandingan pendapatan terhadap beban.

Namun, karena perlakuan yang berbeda antar akuntansi komersial dengan

akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua transaski

bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.

Penerapan atas transaksi biaya didasarkan atas metode dan pengakuan

beban, peraturan perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung

transaksi pengeluaran beban tersebut.

Beban – beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat

dibagi dalam dua golongan, yaitu beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari

satu tahun dan beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun.

Page 6: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

41

Beban yang mempunyai masa manfaat yang lebih dari satu tahun pembebanannya

dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban yang mempunyai

masa manfaat tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang terjadi selama tahun

yang bersangkutan seperti biaya gaji, biaya administrasi bank dan bunga.

Selama tahun 2003 PT SNI melakukan beberapa koreksi fiskal terhadap

akun beban yang terdapat dalam Laporan Keuangan Komersialnya. Untuk lebih

jelasnya, maka berikut ini diuraikan mengenai Evaluasi atas masing – masing

akun beban yang terjadi selama tahun 2003.

Beban Usaha

Beban Usaha merupakan kelompok untuk mencatat pengeluaran – pengeluaran

PT SNI yang terjadi selama satu periode pembukuan dan terkait langsung dengan

kegiatan operasi perusahaan. Metode yang digunakan dalam pengakuan beban

adalah metode akrual. Kelompok beban usaha yang terdapat dalam PT SNI,

diklasifikasikan ke dalam beberapa akun, yaitu :

1. Biaya Karyawan

Biaya karyawan sebesar Rp 449.430.338 merupakan akun untuk mencatat

Pembayaran Gaji Rp 309.638.788

Unsur biaya gaji tersebut telah sesuai dengan Ketentuan

perpajakan dan telah sesuai dengan SPT 1721.

Biaya Makan Rp 36.000.000

Biaya makan yang diberikan yakni dalam bentuk uang, sehingga

tidak dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 36.000.000

Page 7: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

42

THR Rp 24.684.700

Pada akhir tahun, perusahaan memberikan dalam bentuk tunjangan

berupa uang, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal.

Bonus Rp 16.953.300

Bonus yang diberikan sesuai dengan peraturan perpajakan,

sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal.

Transport Rp 25.920.000

Transport diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus

antar jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan

tidak dalam bentuk uang tunai, maka dilakukan koreksi fiskal..

Pengobatan Rp 36.233.600

Biaya pengobatan kesehatan pegawai mengalami koreksi fiskal

secara keseluruhan sebesar Rp 36.233.600. Hal ini terjadi karena

perusahaan menyediakan klinik gratis.

2. Biaya Training

Biaya pelatihan sebesar Rp 4.609.100 merupakan akun untuk mencatat

pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan karyawan dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas

kerja karyawan dengan bekerja sama dengan pihak lain. Biaya pelatihan ini

juga ditujukan untuk juru masak agar menciptakan suatu cipta rasa yang baru

dan terobosan baru suatu masakan.

Page 8: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

43

Selama tahun 2003 PT SNI telah membiayakan seluruh pengeluaran

biaya pelatihan sebagai pengurang penghasilan bruto, sehingga tidak ada

koreksi fiskal atas biaya pelatihan

3. Beban Penyusutan

Biaya penyusutan sebesar Rp 43.208.582 yang merupakan biaya

penyusutan atas aktiva tetap perusahaan terdiri dari penyusutan kendaraan

sebesar Rp 19.601.923 dan penyusutan aktiva tetap sebesar Rp 23.606.659.

Dalam pencatatan atau pengakuan Biaya Penyusutan Bagian Operasi PT SNI

menggunakan asas akrual.

Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam menghitung penyusutan

menurut Undang – undang Perpajakan, yakni metode garis lurus, dan metode

saldo menurun. Pemilihan metode penyusutan untuk satu perusahaan berbeda

dengan perusahaan lainnya, tergantung pada kondisi keuangan perusahaan PT

SNI menerapkan metode garis lurus untuk menghitung besarnya penyusutan

baik untuk gedung, kendaraan, maupun peralatan. Penggunaan metode

tersebut dilakukan secara taat asas dan konsisten dengan memperhatikan

perhitungan laba rugi pada masa yang akan dating. Setiap perubahan

penggunaaan metode penyusutan harus mendapatkan persetujuan terlebih

dahulu dari Direktorat Jenderal Pajak.

4. Biaya Reparasi dan Maintenance

Biaya reparasi dan maintenance sebesar 10.711.248 merupakan akun

untuk mencatat pengeluaran perbaikan dan pemeliharaan mesin, kendaraan

dan peralatan kantor yang rusak. Bagian ini terdiri dari biaya perbaikan

Page 9: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

44

kendaraan sebesar Rp 5.869.751, dan perbaikan inventoris kantor sebesar Rp

4.841.497

5. Biaya Asuransi

Biaya asuransi sebesar Rp 34.095.876 merupakan akun untuk mencatat

pengeluaran perusahaan dalam rangka membayar asuransi karyawan yang

ditanggungnya meliputi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan. Selama

tahun 2003 perusahaan telah membebankan seluruh pengeluaran biaya

asuransi dengan benar, sehingga dapat dikurangkan sebagai penghasilan

brutonya.

6. Biaya Konsultan, Notaris, dan Profesional

Biaya Konsultan, Notaris, dan Professional sebesar Rp 10.237.500 merupakan

akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan untuk jasa – jasa yang diberikan

oleh pihak konsultan, notaris, dan professional. Jasa – jasa mereka diperlukan

untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan kewajiban akuntansi dan

perpajakan berupa bantuan dan nasehat hukum. PT SNI, selama tahun 2003

telah membebankan seluruh biaya konsultan, notaris, dan profesional sebagai

pengurang dalam Penghasilan Bruto perusahaan, sehingga tidak ada koreksi

fiskal atas beban ini.

7. Biaya Perjalanan Kantor

Biaya Perjalanan Kantor sebesar Rp 17.788.850 merupakan pengurang

perusahaan berupa uang perjalanan dinas kepada pegawai apabila mendapat

penugasan dari perusahaan untuk melakukan pekerjaan di luar kantor, uang

perjalanan di pergunakan untuk membeli tiket bus, kereta api, pesawat

Page 10: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

45

akomodasi, uang saku selama dinas, serta asuransi perjalanan. Bagi perjalanan

ke luar negeri PT SNI membayarkan uang fiskal sesuai tarif yang ditentukan.

Uang ini diberikan kepada karyawan dalam bentuk uang muka dan harus

dibuat laporan pertanggungjawabannya setelah mereka menyelesaikan

perjalanannya.

Dalam uang perjalanan yang diberikan termasuk diantaranya pemberian

uang saku selama perjalanan dan atas pemberian ini telah dipotong Pajak

Penghasilan Pasal 21 oleh PT SNI . Selama tahun 2003 bukti pendukung atas

biaya perjalanan sudah lengkap seperti bukti pembayaran tiket, bukti

pengisisan bahan bakar transportasi dan sudah dibiayakan sebagai pengurang

Penghasilan Bruto.

8. Biaya Telepon

Biaya telepon sebesar Rp 7.960.683 merupakan akun untuk mencatat

pengeluaran perusahaan untuk kebutuhan komunikasi antara Bagian Operasi

dengan pihak kantor atau sebaliknya serta komunikasi untuk kepentingan

bisnis perusahaan lainnya seperti komunikasi dengan klien dan pihak yang ada

kaitannya dengan perusahaan. Biaya telepon ini meliputi pembayaran uang

telephone , faksimile, dan internet.

Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh biaya telepon

sebagai pengurang Penghasilan Bruto perusahaan, sehingga tidak perlu

dilakukan koreksi fiskal.

Page 11: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

46

9. Biaya Perlengkapan

Biaya perlengkapan digunakan perusahaan untuk menunjang kegiatan operasi

perusahaan, sehingga biaya perlengkapan sebesar Rp 52.808.148 mengurangi

penghasilan bruto perusahaan.

10. Biaya Listrik dan Air

Biaya Listrik dan Air sebesar Rp 4.563.619 merupakan akun mencatat

pembayaran rutin listrik dan air perusahaan selama satu periode. Selama tahun

2003, PT SNI telah membebankan seluruh Biaya Listrik dan Air sebagai

pengurang Penghasilan Bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.

Menurut penulis, perusahaan dapat membiayakan seluruh pengeluran ini

apabila disertai dengan bukti pendukungnya.

11. Biaya Alat Tulis dan Cetak

Pengeluaran – pengeluaran atas pembelian alat –alat tulis dan cetak

sebesar Rp 28.261.337 untuk mendukung kegiatan administrasi perusahaan

tercatat dalam akun ini. Perusahaan menggunakan asas akrual dalam

pencatatan biaya alat –alat tulis dan cetak. Seluruh pengeluaran ini telah

dibebankan sebagai pengurang Penghasilan Bruto tahun 2003 dan tidak perlu

dilakukan koreksi fiskal.

Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan semua biaya yang digunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan harus didukung dengan

bukti yang kuat.

Menurut penulis pembebanan atas biaya alat – alat tulis dan cetak pada

tahun 2003 sudah didukung oleh bukti yang lengkap dan wajar, juga sudah

Page 12: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

47

dikurangkan dari penghasilan bruto PT SNI sehingga koreksi fiskal tidak perlu

dilakukan.

12. Biaya Iuran dan Majalah

Pencatatan akun untuk biaya – biaya seperti iuran RT, iuran keamanan,

iuran kebersihan, langganan koran, majalah merupakan bagian dari Biaya

Iuran dan Majalah.

Menurut penulis, Biaya Iuran dan Majalah pada PT SNI selama tahun

2003 belum disertai dengan lengkap bukti pendukung sehingga ada koreksi

fiskal atas akun ini sebesar Rp 10.160.320

13. Biaya Perjamuan

Dalam akun ini tercatat biaya – biaya yang berhubungan dengan

pemberian kenikmatan pada pihak ketiga berupa entertainment atau jamuan.

Menurut pejabat perusahaan yang berwenang, pengeluaran berupa

entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan penjualan

perusahaan. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ 22/1986

tanggal 14 Juli 1986 setiap pengeluaran dalam bentuk entertainment / jamuan

tamu dapat dibiayakan sepanjang masih terkait dengan kegiatan operasi

perusahaan dan dibuatkan daftar nominatifnya. Daftar nominative tersebut

harus dilaporkan pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Badan. Bila tidak

memungkinkan untuk membuat daftar nominative, maka PT SNI harus

melakukan koreksi fiskal.

Selama Tahun 2003 PT SNI tidak membuat daftar nominative atas

pengeluaran jamuan dikarenakan bukti yang kurang lengkap. Seperti tidak

Page 13: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

48

tecantum daftar nama klien yang bersangkutan dengan alasan tidak etis. Oleh

karena itu, sesuai dengan Ketentuan perpajakan dengan tidak dibuatnya daftar

nominative atas pengeluaran biaya perjamuan, maka PT SNI harus melakukan

koreksi fiskal sebesar Rp 13.515.280

14. Biaya Dokumentasi

PT SNI selama Tahun 2003 telah membukukan semua biaya dokumentasi

sebesar Rp 1.742.218 dengan bukti pendukung yang lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan secara wajar, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal

atas biaya dokumentasi.

15. Biaya Lisensi & Pajak

Biaya Lisensi & Pajak sebesar Rp 21.553.219 untuk mencatat pengeluaran

rutin surat – surat kendaraan perusahaan seperti perpanjangan STNK (Surat

Tanda Nomor Kendaraan), perpanjangan keur mobil, perpanjangan SIM supir.

Selama tahun 2003 .sudah dilengkapi dengan dokumen pendukung, sehingga

tidak dilakukan koreksi fiskal.

16. Biaya Administrasi Bank

Biaya Administrasi Bank sebesar Rp 5.164.995 merupakan akun untuk

mencatat semua pengeluaran perusahaan sehubungan dengan kegiatan

perusahaan yang terdapat di Bank, seperti biaya transfer, biaya administrasi

bulanan, biaya buku giro, biaya denda atas keterlambatan pembayaran

perusahaan menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan pencatatan biaya

administrasi bank.

Page 14: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

49

Selama tahun 2003, PT SNI tidak perlu melakukan koreksi fiskal karena

perusahaan telah membebankan seluruh pengeluaran Biaya Administrasi Bank

sebagai pengurang Penghasilan Bruto. Menurut penulis, PT SNI telah benar

membiayakan seluruh pengeluaran Biaya Administrasi Bank sebagai

pengurang Penghasilan Bruto perusahaan, kecuali biaya yang berhubungan

dengan Objek Pajak Penghasilan Final atas pendapatan bunga bank yang

diberikan kepada perusahaan.

17. Biaya Promosi

Biaya promosi sebesar Rp 41.983.463 merupakan akun untuk mencatat

pengeluaran perusahaan dalam rangka memperkenalkan dan mempromosikan

produk baru melalui percetakan selebaran, iklan surat kabar, majalah, dan

pembelian voucher. PT SNI menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan

pencatatan biaya promosi dan seluruh biaya tersebut telah dibebankan sebagai

pengurang penghasilan bruto perusahaan selama tahun 2003. perusahaan tidak

perlu melakukan koreksi fiskal.

18. Hadiah & Sumbangan

Biaya hadiah dan sumbangan sebesar Rp 15.297.239 adalah akun untuk

mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka ikut berpartisipasi dalam

kegiatan yang dilakukan di lokasi dimana perusahaan berada, seperti

sumbangan uang keamanan untuk penjaga keamanan pada saat hari raya,

sumbangan bencana alam, sumbangan untuk yayasan amal pendidikan. Untuk

tahun 2003, PT SNI melakukan koreksi fiskal atas akun Biaya Hadiah dan

Sumbangan karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan pengurang

Page 15: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

50

Penghasilan Bruto. Ketentuan Perpajakan menghendaki agar pemberian

hadiah dan sumbangan mempunyai tempat yang setara dengan pemakaian

penghasilan. Oleh karena itu, berbeda dengan perlakuan komersial,

pengeluaran itu bukan merupakan pengurang penghasilan pemberi. Namun,

ketentuan itu hanya berlaku terhadap bantuan dan sumbangan yang

pemberiannya tidak diwarnai oleh hubungan kerja, usaha, pemilikan atau

penguasaan antara pemberi dan penerima. Selain itu, untuk hibah

ditambahkan pemberian dilakukan kepada badan keagamaan, sosial,

pendidikan, dan pengusaha kecil.

19. Biaya Penelitian

Biaya penelitian sebesar Rp 47.587.708 merupakan akun untuk mencatat

pengeluaran perusahaan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas

produk yang dihasilkan. Menurut Pejabat Perusahaan, biaya penelitian ini

penting untuk menunjang kesinambungan penemuan produk baru yang unggul

di pasaran. Pengakuan dan pencatatan biaya ini berdasarkan metode akrual.

Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh biaya penelitian

sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi

fiskal.

20. Biaya Rupa – rupa

Biaya rupa – rupa akun sebesar Rp 6.723.447 untuk mencatat pengeluaran

yang terkait dengan usaha operasional perusahaan, seperti pembelian air

minum, kopi, gula, dan minuman serta makanan lainnya. Perhitungan laba

rugi perusahaan dalam akun biaya rupa – rupa. Menurut penulis, dapat

Page 16: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

51

membiayakan seluruh pengeluaran operasional perusahaan sepanjang

didukung bukti – bukti pendukung yang sah dan wajar.

Koreksi Fiskal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Koreksi Fiskal Positif

Koreksi Fiskal Positif yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak

bertambah sebagai akibat beban menurut akuntasi tidak diakui sebagai beban

menurut pajak.

Koreksi Fiskal Positif yang dilakukan PT SNI adalah sebagai berikut :

a. Transport

Transport diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus antar

jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan tidak dalam

bentuk uang tunai, maka dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 25.920.000

b. Pengobatan

Biaya pengobatan kesehatan pegawai mengalami koreksi fiskal secara

keseluruhan sebesar Rp 36.233.600. Hal ini terjadi karena pengobatan

yang diberikan perusahaan dalam bentuk natura, yakni menyediakan

klinik gratis.

c. Penyusutan kendaraan

Terhadap biaya penyusutan kendaraan, harus dilakukan koreksi fiskal

sebesar 50 % sesuai Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-220/PJ/2002. Unsur

biaya penyusutan kendaraan PT SNI sebesar Rp 19.601.923 terdapat

Page 17: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

52

koreksi fiskal sebesar Rp 9.800.962 sehingga biaya penyusutan kendaraan

dalam laporan keuangan fiskal adalah Rp 9.800.962.

d. Perbaikan Kendaraan

Dalam unsur biaya perbaikan dan perawatan, terdapat biaya perbaikan

kendaraan sebesar Rp 5.869.751 dan terhadap biaya perbaikan kendaraan

dikoreksi fiskal positif sebesar 50 %, yaitu Rp 2.934.876 yang sesuai

dengan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-220/PJ/2002. Sehingga biaya

perbaikan kendaraan dalam laporan keuangan fiskal adalah sebesar Rp

2.934.876.

e. Iuran dan Majalah

Biaya Iuran dan Majalah pada PT SNI selama tahun 2003 belum disertai

dengan lengkap bukti pendukung sehingga ada koreksi fiskal atas akun ini

sebesar Rp 10.160.320

f. Biaya Perjamuan

Selama Tahun 2003 PT SNI tidak membuat daftar nominative atas

pengeluaran jamuan dikarenakan bukti yang kurang lengkap. Seperti tidak

tecantum daftar nama klien yang bersangkutan dengan alasan tidak etis.

Oleh karena itu, sesuai dengan Ketentuan perpajakan dengan tidak

dibuatnya daftar nominative atas pengeluaran biaya perjamuan, maka PT

SNI harus melakukan koreksi fiskal sebesar Rp 13.515.280

g. Hadiah dan Sumbangan

PT SNI melakukan koreksi fiskal atas akun Biaya Hadiah dan Sumbangan

sebesar 15.297.239 karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan

Page 18: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

53

pengurang Penghasilan Bruto. Ketentuan Perpajakan menghendaki agar

pemberian hadiah dan sumbangan mempunyai tempat yang setara dengan

pemakaian penghasilan.

Jumlah Koreksi Fiskal Positif :

• Transport Rp 25.920.000

• Pengobatan Rp 36.233.600

• Penyusutan Kendaraan Rp 9.800.962

• Perbaikan Kendaraaan Rp 2.934.876

• Iuran dan Majalah Rp 10.160.320

• Biaya Perjamuan Rp 13.515.280

• Hadiah dan sumbangan Rp 15.297.239

Total Koreksi Fiskal Rp 113.862.277

2) Beda Tetap dan Waktu

Koreksi yang terjadi pada Laporan Keuangan PT SNI dapat diklasifikasikan

kedalam dua perbedaan yaitu :

o Perbedaaan Tetap

Terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda

dengan perhitungan menurut SAK.

Perbedaaan tetap negatif yang terdapat pada PT SNI adalah :

1. Koreksi Biaya Transport sebesar Rp 25.920.000

2. Koreksi Biaya Pengobatan sebesar Rp 36.233.600

3. Koreksi Biaya Perbaikan Kendaraan sebesar Rp 2.934.876

4. Koreksi Iuran dan Majalah sebesar Rp 10.160.320

Page 19: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

54

5. Koreksi Biaya Perjamuan sebesar Rp 13.515.280

6. Koreksi Hadiah dan Sumbangan sebesar Rp 15.297.239

Perbedaan Tetap negatif disebabkan karena adanya pengeluaran –

pengeluaran yang dicatat di Laporan Keuangan Komersial sebagai beban

laba akuntansi tetapi tidak diakui oleh Ketentuan Fiskal.

o Perbedaan Waktu

Terdapat perbedaan waktu negatif dalam pengakuan biaya penyusutan

karena pengakuan beban menurut Ketentuan Perpajakan lebih lambat dari

pengakuan beban akuntansi komersial.

Koreksi biaya penyusutan kendaraan sebesar Rp 9.800.962.

Setelah dilakukan koreksi, terdapat selisih perhitungan antara Laporan

Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal. Dalam Laporan

Keuangan Komersial mengakui penghasilan sebesar Rp 94.942.839

sedangkan menurut Laporan Keuangan Fiskal penghasilan sebesar Rp

204.398.804.

Besarnya Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif umum :

10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

30 % x Rp 104.398.804 = Rp 31.319.641

Jumlah PPh yang terutang = Rp 43.819.641

Pembulatan = Rp 641

Jumlah PPh yang terutang = Rp 43.819.000

Page 20: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

55

IV.4. Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pajak atas penghasilan dalam tahun

berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masa pajak

yang besarnya ditentukan oleh jumlah pajak yang terutang pada tahun sebelumnya

dikurangi dengan PPh Pasal 22, 23,24 dari tahun pajak yang bersangkutan dibagi

dengan 12.

PPh Pasal 25 :

PPh terutang menurut SPT Tahun lalu – (PPh Pasal 22, 23, 24 tahun lalu)

12

PPh Pasal 22 : PT SNI selama beroperasi tahun 2003, tidak melakukan kegiatan

import barang dan oleh sebab itu tidak dikenakan PPh Pasal 22.

PPh Pasal 23

Transaksi PT SNI yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 adalah:

• Pendapatan Jasa Giro Bank (Bersifat Final)

• Penggunaan Jasa Akuntansi & Pembukuan

• Bunga sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang

Selama tahun 2003 PPh yang telah dibayar oleh perusahaan adalah sebagai

berikut :

Keterangan Penghasilan ( biaya) PPh Pasal 23

Pendapatan Jasa Bunga Rp 4.406.312 -

Penggunaan Jasa Akuntan Rp (10.237.500) Rp 767.813

Total Rp 5.831.188 Rp 767.813

Page 21: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

56

PPh Pasal 23 penggunaan jasa akuntan = 50 % x 15 % x 10.237.500 = Rp 767.813

PPh Pasal 24 : PT SNI tidak memiliki penghasilan yang berasal dari luar negeri,

sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 24.

Perhitungan atas angsuran pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan anggaran Rp 94.942.839

2. Kompensasi Kerugian Rp x

3. Penghasilan Kena Pajak Rp 94.942.839

4. PPh yang terutang Rp 11.741.000

PPh Pasal 29 yang terutang :

10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15 % x Rp 44.942.839 = Rp 6.741.426

PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 11.741.426

Pembulatan = Rp 426

PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 11.741.000

5. Kredit Pajak tahun lalu atas penghasilan yang

termasuk dalam angka 1 Rp 767.813

6. PPh yang harus dibayar sendiri

(Rp 11.741.000 – Rp 767.813) Rp 10.973.187

7. PPh Pasal 25 ( Rp 10.973.187 / 12) Rp 914.432

Dan untuk perhitungan anggaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang mengacu pada

ketentuan perpajakan yang berlaku adalah :

1) Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan anggaran Rp 204.398.804

Page 22: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

57

2) Kompensasi Kerugian Rp x

3) Penghasilan Kena Pajak Rp 204.398.804

4) PPh yang terutang Rp 43.819.000

PPh Pasal 29 yang terutang :

10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

30 % x Rp 104.398.804 = Rp 31.319.641

PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 43.819.641

Pembulatan = Rp 641

PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 43.819.000

5) Kredit pajak tahun pajak lalu atas penghasilan

yang termasuk dalam angka 1 Rp 767.813

6) PPh yang harus dibayar sendiri

(Rp 43.819.000 – Rp 767.813) Rp 43.051.187

7) PPh Pasal 25 ( Rp 43.051.187 / 12 ) Rp 3.587.598

Dalam perhitungan PPh Pasal 25 antara perusahaan dengan fiskus terdapat

perbedaan perhitungan.

Perusahaan harus membayar PPh yang terutang sebesar Rp 11.741.000,

sedangkan menurut fiskus sebesar Rp 43.819.000. Kredit pajak tahun lalu sebesar

Rp 767.813, maka PPh yang harus dibayar sendiri oleh perusahaan setelah

dikurangi kredit pajak sebesar Rp 10.973.187, dan menurut fiskus sebesar Rp

43.051.187.

Page 23: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

TABEL 4.1

Keterangan Komersial FiskalBeda Tetap Beda Waktu

Penjualan 3,114,931,501 3,114,931,501 Harga Pokok Penjualan 2,330,849,493 2,330,849,493

Laba Kotor 784,082,008 784,082,008 Beban Usaha :Biaya Gaji 309,638,738 309,638,738 Biaya Makan 36,000,000 36,000,000 THR 24,684,700 24,684,700 Bonus 16,953,300 16,953,300 Transport 25,920,000 25,920,000 - Pengobatan 36,233,600 36,233,600 - Biaya Training 4,609,100 4,609,100 Penyusutan Kendaraan 19,601,923 9,800,962 9,800,961 Penyusutan Aktiva Tetap 23,606,659 23,606,659 Perbaikan Kendaraan 5,869,751 2,934,876 2,934,875 Perbaikan Inventoris Kantor 4,841,497 4,841,497 Asuransi 34,095,876 34,095,876 Biaya Konsultan, Notaris, dan Profesional 10,237,500 10,237,500 Biaya Perjalanan Kantor 17,788,850 17,788,850 Biaya Telepon 7,960,688 7,960,688 Biaya Perlengkapan 52,808,148 52,808,148 Listrik & Air 4,563,619 4,563,619 Alat Tulis & Cetak 28,261,337 28,261,337 Iuran & Majalah 10,160,320 10,160,320 - Biaya Perjamuan 13,515,280 13,515,280 - Biaya Dokumentasi 1,742,218 1,742,218 Biaya Lisensi & Pajak 21,553,219 21,553,219 Biaya Administrasi Bank 5,164,995 5,164,995 Promosi 41,983,463 41,983,463 Hadiah & Sumbangan 15,297,239 15,297,239 - Biaya Penelitian 47,587,708 47,587,708 Biaya Rupa - rupa 6,723,447 6,723,447 Sub Total Beban Usaha 827,403,175 713,540,898 Laba Usaha (43,321,167) 70,541,110 Pendapatan (Beban) Lain - lainPendapatan lain -lain 15,785,727 15,785,727

Koreksi Fiskal

Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan FiskalPT SNI

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2003 (dalam rupiah)

Page 24: BAB IV serly - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-1-00017-AK-Bab 4.pdfmencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan

Pendapatan Bunga 4,406,312 (4,406,312) - Beban Bunga (69,879,315) (69,879,315) Laba Jual Aktiva 125,000 125,000 Laba (Rugi) Selisih Kurs 187,826,282 187,826,282 Total Pendapatan (Beban) 138,264,006 133,857,694 lain-lainLaba (Rugi) Berjalan Sebelum 94,942,839 204,398,804 Pajak Penghasilan10 % x Rp 50.000.000 5,000,000 5,000,000 15% x Rp 44.942.839 6,741,426 7,500,000 PPh yang terutang (11,741,426) 31,319,641 Pembulatan 426 (43,819,641) PPh yang terutang (11,741,000) 641

(43,819,000) Laba (Rugi) Setelah Pajak 83,201,839 160,579,804

Pajak Penghasilan

PembulatanPPh yang terutang

PPh yang terutang

10 % x Rp 50.000.00015 % x Rp 50.000.000

30 % x Rp 104.398.804