BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS -...
Transcript of BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS -...
40
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil
pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil
perancangan yang telah dibahas pada Bab III serta mengetahui tingkat keberhasilan dari
setiap spesifikasi yang telah diajukan. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian
keseluruhan sistem.
4.1 Pengujian Impedansi Masukan dan Impedansi Keluaran
4.1.1 Impedansi Masukan
Pengukuran impedansi masukan alat dilakukan dengan cara memberikan
resistor R1=1MΩ yang dipasang di antara keluaran dari function genetator dan
masukan alat. Kemudian dilakukan pengukuran besar amplitudo sinyal pada V1
dan V2 yang dilakukan menggunakan oscilloscope (Gambar 4.1).
Gambar 4.1. Pengukuran Impedansi Masukan Alat
Saat pengukuran besar amplitudo V2 yang ditunjukan oleh Gambar 4.1
perlu diperhitungkan besar hambatan masukan pada oscilloscope yaitu Ros=1MΩ.
Kondisi ini terjadi dikarenakan nilai dari impedansi masukan Zin bernilai relatif
sama besar jika dibandingkan dengan hambatan masukan pada oscilloscope
(Ros=1MΩ). Sesuai dengan hasil perancangan input buffer pada bab 3.2.4 nilai
dari impedansi masukan Zin adalah 1MΩ. Selanjutnya pengukuran impedansi
masukan alat beserta hambatan masukan pada oscilloscope Ros ditunjukan oleh
Gambar 4.2.
41
Gambar 4.2.Pengukuran Impedansi Masukan Alat
dengan Hambatan Masukan Oscilloscop
Function genetator membangkitkan sampel sinyal berupa sinyal sinus
sebesar ±240mVpp pada frekuensi 1kHz. Kemudian dilakukan pengukuran besar
amplitudo sinyal pada V1 dan V2 yang dilakukan menggunakan oscilloscope dan
diperoleh hasil pengukuran yang ditunjukan oleh Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Hasil Pengukuran Impedansi Masukan Alat
Dari hasil pengukuran impedansi masukan maka besar impedansi masukan
Zin dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
V1 = 240 mVpp
V2 = 80 mVpp
Vrms =
√ =
,
√ (1)
Dari persamaan (1) diperoleh V1 dan V2 dalam satuan Vrms.
V1 = 84,85 mVrms
V2 = 28,28 mVrms
42
I in =
=
, ,
= 56,57 x 10 A.
Ros//Zin = V2 / Iin = 28,28 x 10 / 56,57 x 10 = 499 KΩ.
// =
+
=
+
Zin = 996 KΩ
4.1.2 Impedansi Keluaran
Pengukuran impedansi keluaran alat dilakukan dengan cara mengukur
besar amplitudo sinyal keluaran alat. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali
pengukuran yaitu diukur pada saat tanpa beban (V1) dan pada saat diberi beban
R1=330 Ω (V2). Pengukuran impedansi keluaran ditunjukan oleh Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Pengukuran Impedansi Keluaran Alat
Karena nilai R1=330Ω bernilai relatif kecil jika dibandingkan dengan
hambatan masukan pada oscilloscope (Ros=1MΩ) maka dalam kondisi ini
hambatan masukan pada oscilloscope dapat diabaikan. Hasil pengukuran
impedansi masukan ditunjukkan oleh Gambar 4.5.
43
Gambar 4.5. Hasil Pengukuran Impedansi Keluaran Alat
Dari hasil pengukuran impedansi keluaran maka besar impedansi masukan
Zout dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
V1 = 400 mVpp
V2 = 140 mVpp
Vrms =
√ =
,
√ (1)
Dari persamaan (1) diperoleh V1 dan V2 dalam satuan Vrms.
V1 = 141,42 mVrms
V2 = 49,49 mVrms
Io =
=
,
= 0,15 mA.
V2 – V1 = I o Zout
Zout =
! =
, ,
, = 613 Ω.
44
4.2 Pengujian Untai Pemenggal (Clipper)
Pengujian untai pemenggal (clipper) dilakukan pada mode soft clipping dan hard
clipping. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan sinyal masukan pada alat
berupa sinyal sinus dari function generator sebesar ±300mVpp dalam 3 sampel
frekuensi yang berbeda yaitu pada 100Hz, 1kHz dan 3,2 kHz. Pada saat pengujian
diperlukan pengaturan pada masing-masing potensiometer dengan label potensiometer
yang dapat dilihat pada Gambar 3.18. Untuk ketiga potensiometer pada pengaturan
ekualiser yaitu potensiometer R18 (low), R19 (mid), dan R20 (high) diatur pada posisi
tengah (mid-scale wiper) sehingga tidak ada fungsi penguatan pada frekuensi tertentu,
sedangkan pada potensiometer R8 (drive) dan R23 (amplification) diatur sedemikian agar
hasil sinyal yang diamati pada osiloscope antara sinyal masukan dan sinyal keluaran
dapat terlihat dengan jelas menpunyai bentuk gelombang sinyal yang berbeda. Hasil
pengujian pemenggalan sinyal secara soft clipping ditunjukan oleh Gambar 4.6 dan
pemenggalan sinyal secara hard clipping ditunjukan oleh Gambar 4.7. Pada masing-
masing gambar sinyal dengan warna kuning sinyal adalah sinyal masukan V1 dan sinyal
dengan warna biru adalah sinyal keluaran V2.
• Mode Soft Clipping
Gambar 4.6.a. Sinyal Mode Soft Clipping f=80Hz
Gambar 4.6.b. Sinyal Mode Soft Clipping f=1kHz
45
Gambar 4.6.c. Sinyal Mode Soft Clipping f=3.2kHz
• Mode Hard Clipping
Gambar 4.7.a. Sinyal Mode Hard Clipping f=80Hz
Gambar 4.7.b. Sinyal Mode Hard Clipping f=1kHz
46
Gambar 4.7.c. Sinyal Mode Hard Clipping f=3.2kHz
Dari gambar hasil pengujian pemenggalan sinyal (clipping) diatas dapat dilihat
perbedaan bentuk sinyal antara pemenggalan soft clipping dan hard clipping. Pada
pemenggalan hard clipping sinyal hasil pemenggalan mempunyai bentuk sinyal dengan
bentuk pemenggalan yang relatif lebih tegas atau lebih dapat mendekati bentuk sinyal
kotak apabila dibandingkan dengan sinyal hasil pemenggalan soft clipping. Dalam segi
pengujian suara juga didapatkan jenis karakter suara yang berbeda antara pemenggalan
soft clipping dan hard clipping. Jenis karakter suara pada pemenggalan soft clipping
disebut dengan overdrive sedangakan pada hard clipping disebut dengan distortion.
4.3 Pengujian Untai Ekualiser (Equalizer)
Pengujian untai ekualiser (equalizer) dilakukan dengan cara melakukan pengujian
tanggapan frekuensi terhadap 3 band ekualiser grafik pada masing-masing frekuensi
resonansi yaitu 100Hz, 1,2kHz dan 3,2kHz. Pengukuran tanggapan frekuensi pada
masing-masing frekuensi resonansi dilakukan dengan cara mengatur masing
potensiometer pada Gambar 3.9 yaitu R8 untuk 100Hz, R19 untuk 1,2kHz dan R20 untuk
3,2kHz. Pada saat pengukuran salah satu frekuensi resonansi maka potensiometer
pengatur penguatan pada frekuensi resonansi tersebut yang akan diatur pada
pengguatan penuh sementara dua potensiometer yang lainya diatur pada posisi tengah
(mid-scale wiper). Dan untuk semua pengukuran frekuensi resonansi, potensiometer R8
sebagai fungsi drive dan R23 sebagai fungsi amplification akan diatur sedemikian
sehingga untai pada kedua fungsi tersebut hanya akan berfungsi sebagai buffer saja.
47
Selanjutnya penggukuran dilakukan secara manual yaitu dengan cara memberikan
masukan (Vin) berupa sinyal sinus dari function generator konstan sebesar ±100mVp
dan kemudian diukur besar amplitudo sinyal keluaran (Vout) menggunakan osiloscope
pada beberapa sampel frekuensi yang berbeda-beda disesuaikan dengan frekuensi
resonansi yang diukur. Maka setelah dilakuakan pengukuran Vout pada ketiga frekuensi
resonansi dihasilkan hasil pengukuran yang ditunjukan oleh Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tabel Pengukuran Tanggapan Frekuensi
f resonansi = 100 Hz
f resonansi = 1 kHz
f resonansi = 3.2 kHz
f Vout (Vp) f Vout (Vp) f Vout (Vp)
10 40 100 100 2100 200
20 90 200 110 2200 210
30 120 300 140 2300 230
40 150 400 150 2400 240
50 200 500 175 2500 250
60 240 600 210 2600 250
70 250 700 250 2700 260
80 280 800 250 2800 270
90 300 900 280 2900 290
100 300 1000 290 3000 300
120 300 1100 290 3100 300
140 290 1200 300 3200 310
160 270 1300 300 3300 320
180 250 1400 290 3400 320
200 220 1500 280 3500 310
220 200 1600 250 3600 310
240 180 1700 250 3700 300
260 170 1800 250 3800 300
280 160 1900 240 3900 300
300 150 2000 220 4000 300
350 140 2100 220 4100 290
400 130
2200 200 4200 290
450 130
2300 200 4300 280
500 120
2400 190 4400 270
550 110
2500 180 4500 270
600 110
2600 180 4600 260
650 110
2700 170 4700 260
700 110
2800 170 4800 250
750 110
2900 160 4900 240
800 110 3000 160 5000 240
48
Dari hasil pengukuran yang ditunjukan oleh Tabel 4.1 maka selanjutnya data hasil
pengukuran tersebut diolah menggunakan Matlab untuk dapat diubah menjadi grafik
tanggapan frekuensi. Grafik tanggapan frekuensi tersebut kemudian dibandingan
dengan grafik tanggapan frekuensi yang diperoleh dari hasil simulasi Circuit Maker.
Perbandingan grafik tanggapan frekuensi hasil penggukuran dengan hasil simulasi
Circuit Maker pada masing-masing frekuensi resonansi ditunjukan oleh Gambar 4.8,
Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
Gambar 4.8.a. Grafik Tanggapan Frekuensi Matlab saat f=100Hz
Gambar 4.8.b. Grafik Tanggapan Frekuensi Circuit Maker saat f=100Hz
0 100 200 300 400 500 600 700 800-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
frek
Av(
db)
49
Gambar 4.9.a. Grafik Tanggapan Frekuensi Matlab saat f=1kHz
Gambar 4.9.b. Grafik Tanggapan Circuit Maker Frekuensi saat f=1kHz
Gambar 4.10.a. Grafik Tanggapan Frekuensi Matlab saat f=3.2kHz
0 500 1000 1500 2000 2500 30000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
frek
Av(db
)
2000 2500 3000 3500 4000 4500 50006
6.5
7
7.5
8
8.5
9
9.5
10
10.5
frek
Av(db
)
50
Gambar 4.10.b. Grafik Tanggapan Frekuensi Circuit Maker saat f=3.2kHz
Dari gambar grafik tersebut dapat dilihat hasil pengukuran tanggapan frekuensi
dari hasil pengukuran (Matlab) maupun hasil simulasi dengan Circuit Maker pada
masing-masing frekuensi resonansi yaitu 100Hz, 1kHz dan 3.2kHz. Diperoleh grafik
tanggapan frekuensi dengan frekuensi resonansi yang relatif sama, yaitu frekuensi
resonansi yang sudah sesusai dengan frekuensi resonansi yang diinginkan dalam
perancangan. Frekuensi resonansi yang diinginkan tersebut masing-masing adalah
100Hz, 1kHz dan 3.2kHz.
Sedangkan untuk besar penguatan ekualiser dalam dB pada masing-masing
frekuensi resonansi terjadi perbedaan antara hasil pengukuran (Matlab) dengan simulasi
Circuit Maker. Dari hasil pengukuran (Matlab) rata-rata besar penguatan frekuensi
resonansi adalah 10dB sementara dari simulasi Circuit Maker rata-rata besar penguatan
frekuensi resonansi adalah 9dB. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan hasil yang
diinginkan dalam perancangan yaitu 12 dB. Hal ini dapat terjadi dengan salah satu
faktor penyebabnya adalah op-amp (TL071) yang tidak ideal.
51
4.4 Pengujian Potensiometer Digital
Pengujian potensiometer digital dilakukan dengan cara memfungsikan
potensiometer digital sebagai resistor pembagi tegangan. Terminal A diberikan tegangan
sebesar 5 Volt (Vi) dan terminal B dihubungkan ke ground. Sementara terminal wipper
adalah keluaran (Vo) yaitu hasil dari pembagi tegangan oleh potensiometer digital.
Selanjutnya wipper akan menghasilkan rasio resistansi antara terminal A dan terminal B
sesuai dengan step digital yang digunakan. Rasio resistansi sesuai dengan step inilah
yang akan menghasilkan hasil tengangan bagi (Vo) yang bervariasi.
Gambar 4.11.Pengujian Potensiometer Digital
Nilai Vo didapat dengan menggunakan perhitungan pembagi tegangan sebagai berikut :
"# = %
&'% × "! (2)
Pada potensiometer digital nilai Vo diubah menjadi nilai step maka perhitungannya
menjadi :
"# = )*+,-
./0 )*+, × "! (3)
dengan :
STEPN = Step yang dijalankan
Max Step = 256
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran Vo
menggunakan multimeter dengan Vo hasil perhitungan menggunakan rumus persamaan
(2) pada beberapa sampel step. Hasil dari pengujian ini disajikan pada Tabel 4.2.
52
Tabel 4.2. Pengujian Potensiometer Digital secara Matematis dan Pengukuran
Step Hitungan
Matematis
Pengukuran
dengan Multimeter
255 4,98 V 4,95 V
254 4,96 V 4,92 V
253 4,94 V 4,90 V
252 4,92 V 4,88 V
250 4,88 V 4,84 V
245 4,78 V 4,74 V
128 2,5 V 2,43 V
100 1,95 V 1,91 V
80 1,56 V 1,53 V
05 0,097 V 0,10 V
03 0,058 V 0,062 V
02 0,039 V 0,043 V
01 0,019 V 0,020 V
Dari hasil pengujian potensiometer digital pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
hasil dari perhitungan matematis maupun pengukuran menggunakan multimeter
diperoleh hasil tengan Vo yang relatif sama besar. Jadi dari hasil pengujian modul
potensiometer digital sudah sesuai dengan yang diinginkan.
53
4.5 Pengujian Alat Secara Keseluruhan
Efek gitar yang dirancang mengolah sinyal keluaran dari pickup gitar dan
kemudian diteruskan ke penguat gitar. Alat ini bekerja dengan catu daya 9 volt DC.
Terdapat 10 buah pre-set yang masing-masing berisi 6 buah parameter yang dapat
diatur. Parameter tersebut adalah level, jenis drive, drive, low, mid dan high. Besaran
nilai pada parameter level, drive, low, mid dan high diwakili oleh angka 1 sampai 10
sementara untuk jenis drive terdapat 3 pilihan yaitu soft clipping, hard clipping, dan
clean (buffer/tidak ada pemenggalan). Dalam pemilihan pre-set digunakan 3 buah limit
footswitch semetara dalam pengaturan parameter-parameter dalam preset digunakan 4
buah limit switch dan sebuah rotary encoder. Terdapat sebuah 3PDT footswitch sebagai
true/by pass efek gitar dan sebuah LED indikator yang akan menyala jika efek gitar
dalam keadaan true pass.
Gambar 4.12. Interface Alat
Gambar 4.6 adalah gambar dari efek gitar yang dirancang beserta dengan
keterangan interface. Keterangan dan fungsi dari interface tersebut sudah dijelaskan
secara terperinci pada saat perancangan alat bab 3.1. Setelah dilakukan pengujian
terhadap keseluruh interface tersebut, masing-masing interface dapat bekerja dengan
baik sesuai dengan yang diharapkan penulis. Dengan fungsi dari interface secara umum
sebagai berikut:
54
1 LED indicator true/by pass
Sebagai LED indikator yang mengindikasikan alat dalam kondisi true pass atau
by pass. (LED menyala = true pass)
2 Rotary encoder
Sebagai interface pemberi nilai parameter pada saat proses pengaturan pre-set.
3 Limit switch
Sebagai interface saat proses pengaturan pre-set.
4 3PDT footswitch true/by pass effect
Sebagai saklar true/by pass.
5 Limit footswitch
Sebagai interface dalam pemilihan pre-set.
Berikut ini adalah tampilan dari interface LCD character saat pre-set sedang digunakan,
proses pemilihan pre-set, dan pengaturan pre-set.
Gambar 4.13. Tampilan LCD saat pre-set sedang digunakan
Gambar 4.14. Tampilan LCD saat Proses Pemilihan Pre-set
Gambar 4.15. Tampilan LCD saat Pengaturan Pre-set
55
4.6 Pengujian Alat Secara Subjektif oleh Expert
Pengujian efek gitar drive dengan sistem pengontrol digital secara subjektif
dilakukan oleh beberapa expert yaitu seorang gitaris atau seniman musik. Dalam
pengujian alat oleh expert, expert telah dijelaskan mengenai cara kerja alat secara umum
oleh penulis kemudian expert menggunakan alat sesuai dengan fungsinya didampingi
oleh penulis. Hasil pengujian yang dilakukan akan berupa kuesioner yang disusun oleh
penulis. Kuesioner ini bersifat relatif terhadap narasumber yang mengisi. Dengan ini
maka diharapakan efek gitar drive analog dengan sistem pengontrol digital yang
dirancang dapat benar-benar dapat diujikan dengan baik dari segi pemakaian alat di
lapangan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang telah dipaparkan pada bagian
latar belakang. Hasil pengujian alat secara subjektif oleh beberapa expert terdapat pada
bagian lampiran.