Bab IV Pengembangan Model Pengukuran...
Transcript of Bab IV Pengembangan Model Pengukuran...
90
Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja
IV.1 Studi Lapangan
Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencakup semua indikator kinerja
yang diperlukan dalam sistem rantai pasok dan mencoba mencakup rantai pasok
keseluruhan dalam perangkat standar dari proses-proses. Oleh karena itu
penelitian dilakukan pada PT. Dirgantara Indonesia, karena SCOR sebaiknya
diterapkan pada perusahaan besar yang memiliki proses rantai pasok standar
tersebut. Untuk usaha kecil dan menengah, aplikasinya masih dipertanyakan
karena biaya ekstra untuk memelihara sistem yang sangat lengkap seperti itu.
Pendekatan studi lapangan dilakukan pada produk komponen karena produk
pesawat terbang sangat kompleks dan waktu pembuatannya sangat lama.
Pengerjaan detail part manufacturing dan subassembly komponen pesawat
terbang dilakukan oleh Direktorat Aerostructure yang merupakan Satuan Usaha
PT. Dirgantara Indonesia.
IV.1.1 Profil PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI)
Berikut ini dijelaskan keadaan umum PT.Dirgantara Indonesia serta struktur
organisasinya.
IV.1.1.1 Keadaan Umum
PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. Nurtanio) didirikan pada tahun 1976,
dengan dua hanggar kecil seluas 11.000 m2 pada tanah seluas 45.000 m2,
beberapa mesin tua, dan karyawan sebanyak 500 orang termasuk 17 insinyur.
Program awal PT. Nurtanio dimulai dengan pembuatan pesawat terbang C-212
dengan lisensi dari CASA dan helikopter BO-105 dengan lisensi dari MBB,
kemudian diikuti dengan pembuatan helikopter Puma/Super Puma-332 dengan
lisensi dari Aerospatiale dan Bell-412 dengan lisensi dari Bell Helicopter.
Pada tahun 1983 dalam program joint-venture antara PT. Nurtanio dengan CASA
(50:50) telah dibuat pesawat terbang CN-235. PT. Nurtanio yang berubah menjadi
91
PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN pada tahun 1986, yang
kemudian telah mampu mendesain dan memproduksi pesawat terbang sendiri
yaitu N-250 yang mulai terbang bulan Agustus 1995.
Tahun 1998 Pemerintah RI memberhentikan bantuan dana kepada IPTN. Hal ini
mengakibatkan timpang antara volume kerja dan SDM yang ada. Dalam situasi
sulit, perusahaan memfokuskan program pada produk-produk terkontrak. Pada
bulan Oktober 1998 dibentuk Tim Restrukturisasi IPTN, yang implementasinya
dimulai April 1999.
IPTN berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000. Kondisi
PT.DI di tahun 2000, termasuk dalam 10 BUMN paling merugi, namun di tahun
2001 dapat membukukan keuntungan 11 miliar dengan menjual pesawat dinas dan
memperbaiki gaji karyawan. Pergantian direksi dan tuntutan dari Serikat Pekerja
pada tahun 2002 tidak membuat situasi dan kondisi membaik, sehingga PT.DI
kembali merugi. Pada tahun 2003 kondisi keuangan semakin parah sehingga
Direksi melakukan suatu langkah penyelamatan perusahaan dengan merumahkan
seluruh karyawan. Tahap selanjutnya untuk penyembuhan, para karyawan yang
terlibat dalam pengerjaan program-program terkontrak secara bertahap dipanggil
untuk bekerja kembali.
Dalam situasi yang belum menggembirakan Direksi baru mengarahkan
perusahaan dengan tujuan: “Mampu menguasai dan mengembangkan teknik
kedirgantaraan yang memiliki “cost competitiveness” dalam bersaing di pasar
internasional/global, agar dapat memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan
shareholder value, serta menjadi perusahaan yang mendiri secara bisnis guna
mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri.”
Visi Perusahaan saat itu adalah menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri
dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tnggi dan mampu bersaing
dalam pasar global, dengan mengandalkan keunggulan biaya.
92
Misi Perusahaan adalah:
- Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil
dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.
- Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam
rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk
kepentingan komersial dan militer serta aplikasi di luar Industri Dirgantara.
- Menjadikan Perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang
mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara
kelas dunia lainnya.
PT. Dirgantara Indonesia memfokuskan bisnisnya pada 5 (lima) pilar:
• Aircraft, yang meliputi pembuatan pesawat terbang dan helikopter
• Aerostructure yang menangani pembuatan single part dan komponen-
komponen pesawat terbang
• Aircraft Service yang meliputi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan
pesawat
• Engineering Services yang memproduksi simulator untuk pesawat sayap
tetap dan helikopter, sistem visualisasi elektronik, dll
• Defence yang meliputi pembuatan launchers, roket FFAR 2,75” dan
Surface Underwater Target Torpedo.
Pada tahun 2004 bisnis PT.DI menunjukkan adanya kemajuan dan di tahun 2005
kontrak-kontrak kerjasama terus meningkat, yaitu dengan BAE Systems (Inggris),
EADS-CASA (Eropa). Order pembuatan komponen pesawat bertambah untuk
Boeing 777 (USA), Bombardier (Kanada), untuk Airbus A400M (Eropa), dan
lain-lain. Tahun 2006, kunjungan Presiden RI memperkuat komitmen pemerintah
terhadap kelangsungan industri-industri strategis, khususnya PT. Dirgantara
Indonesia. Selama 30 tahun pula PT.DI telah berhasil menyerahkan pesawat
sebanyak lebih dari 400 pesawat.
93
IV.1.1.2 Struktur Organisasi
Sturktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) dan struktur organisasi
Direktorat Aerostructure PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut
ini:
94
DIREKTUR UTAMA
Divisi Perencanaan & Pengembangan Perusahaan
Divisi Pengamanan
Direktorat Aircraft Services
Direktorat Teknologi dan Pengembangan
Direktorat Aircraft Integration
Direktorat Keuangan dan Administrasi
Direktorat Aerostructure
Divisi Integrasi Usaha
Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Integration
Asisten Direktur Bidang Produk Militer
Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Services
Divisi Perawatan & Modifikasi
Divisi Manajemen Logistik
Divisi Manajemen Sumber Daya Aircraft Services
Divisi Operasi Aerostructure
Divisi Rekayasa
Divisi Manajemen Sumber Daya Aerostructure
Divisi Operasi Aircraft Integration
Divisi Logistik & Dukungan Pelanggan
Divisi Pusat Bisnis Teknologi
Divisi Perbendaharaan
Divisi Keselamatan & Sertifikasi
Divisi Pusat Pengembangan Produk
Divisi Pusat Uji Terbang
Divisi Engineering Services
Divisi Sistem Senjata
Divisi Akuntansi
Divisi Sumber Daya Manusia
Divisi Jasa Material & Fasilitas
Satuan Pengawasan Intern
Sekretariat Perusahaan
Asisten Direktur Utama Sistem Manajemen Mutu Perusahaan
Gambar IV.1. Struktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia
95
DIREKTORATAEROSTRUCTURE
Dept. Quality Assurance
Divisi Engineering
Divisi Operation Aerostructure
Divisi Business Integration
Divisi Resource Management Aerostructure
Dept. Spirit Aerosystem Program
Dept. Sales & Marketing
Dept. Manufacturing Engineering
Dept. Configuration Management
Dept. Tooling Engineering
Dept. Engineering Liaison
Dept. Production Control
Dept. Human Resource Management & ADM. AE
Dept. Logistic Aerostructure
Dept. Aircraft Program
Dept. Subcontract Program
Dept. Accounting Aerostructure
Dept. C212-400 Program
Dept. Eurocopter Program
Dept. Production Planning
Dept. Machining
Dept. Metal Forming & Heat Treatment
Dept. Bocom & Surface Treatment
Dept. Sub & Major Assembly
Dept. Tool Manufacturing & Services
Dept. Facility Maintenance
Gambar IV.2. Struktur organisasi Direktorat Aerostructure – PT. Dirgantara Indonesia
96
IV.1.2 Proses Bisnis Direktorat Aerostucture PT.DI (Ae-PT.DI)
PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) memfokuskan kepada empat satuan usaha yang
menjadi tulang punggung bagi pendapatan perusahaan yaitu Satuan-satuan Usaha
(dalam bentuk Direktorat-Direktorat): Aircraft, Aerostructure, Aircraft
Maintenance dan Engineering Services.
Satuan Usaha Aerostructure merupakan unit pendukung dalam pembuatan
pesawat terbang produksi PT.DI, dan juga merupakan satuan usaha yang
melakukan hubungan kerja secara langsung dengan pihak luar PT.DI, dalam hal
pembuatan Parts/Components untuk industri pesawat terbang.
Ae-PT.DI mendefinisikan proses bisnis sebagai rangkaian proses atau aktifitas
dari fungsi pada suatu organisasi, yang mentransformasikan input menjadi output
yang mempunyai nilai tambah, yang menggambarkan hubungan satu aktifitas
dengan aktifitas lainnya melalui input yang dibutuhkan dan output yang
dihasilkan, serta aturan-aturan yang harus ditaati (kontrol) dan dukungan
(mekanisme) yang diperlukan.
Proses bisnis Ae-PT.DI digambarkan menggunakan metode IDEF0 (gambar
IV.3), yang merupakan metode pemodelan aktivitas (fungsi), salah satu metode
dari IDEF (ICAM DEFinition kemudian berubah nama menjadi Integrated
DEFinition). IDEF pada awalnya dikembangkan oleh program US Airforce
Integrated Computer Aided Manufacturing untuk perancangan sistem (Noran,
2004).
Function/ ActivityInput
Control
Output
Mechanism
Gambar IV.3 Diagram generik IDEF0
Proses bisnis Ae-PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada Gambar IV.4 berikut:
97
TITLE:NODE: NO.: 1A0 PROSES BISNIS AE-PT.DI
1
Perform Marketing &
Sales
2
Perform Project
Management
3
Perform Engineering
4
Perform Logistic
5
Perform Production &
Quality
6
Manage Resources
Project Assignment & PlanWork Order and Project Milestone
Cistomer Order
Project Status ReportManufacturing Bills of Material
Process Sheets
Engineering Status ReportIncoming Material from Supplier
Logistic Status Report
Production Order Status Report & Quality Status Report
Project Finance Report and Daily Facility Report Released Product
Ship Product to CustomerIssue Material
Management
Management
Management
Management dan fasilitas
Management
Management
Production Order Status Report
Gambar IV.4. Proses bisnis Direktorat Aerostructure - PT.DI
98
Satuan Usaha Ae-PT.DI melaksanakan pembuatan/manufaktur Aircraft
Parts/Components yang prosesnya meliputi semua kegiatan yang melibatkan
seluruh fungsi di dalam Satuan Usaha Aerostructure, mulai dari pelaksanaan
kegiatan Sales, Project Management, Manufacturing Engineering, Logistic,
Production/Manufacturing, Quality Control dan pengelolaan Resources yang
meliputi Financial Management, Facility Maintenance, Personnel dan General
Facility Services. Adapun definisi kegiatan dalam proses bisnis Satuan Usaha
Aerostructure PT.DI untuk “Manufacture Aircraft Parts/Components”
sebagaimana terlihat pada Gambar IV.3. di atas, adalah sebagai berikut.
Proses Bisnis Marketing & Sales
Melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari
evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat
Aerostructure dan kegiatan mempromosikan dan menjual produk dan jasa
unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan
efisien.
Dalam proses bisnis ini juga terdapat kegiatan “Analyze Capacity”, yaitu
melaksanakan analisa kapasitas produksi Aerostructure terhadap beban yang
direncanakan, membuat jadual projek baru yang direncanakan dengan mengacu
pada beban yang tersedia, menganalisa beban aktual dibandingkan dengan
pembebanan yang direncanakan dan mengusulkan pemerataan beban (load
balancing) yang diperlukan.
Proses Bisnis Project Management
Melaksanakan pengelolaan proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati
untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan. Dalam
pelaksanaan pekerjaannya maka Project Manager akan:
1. Memberi masukan pada Contract Review jika diperlukan.
2. Membuat Program Planning/Project Milestone/Production Schedule dan
Project Budget Plan sebagai alat pengendali penyelesaian proyek.
99
3. Melaksanakan koordinasi rutin dengan fungsi terkait (Manufacturing
Engineering, Aero Production, Quality Assurance, Finance dan Logistic).
4. Melakukan Pengendalian dan Evaluasi terhadap jadual penyelesaian dan
budget proyek.
5. Make or Buy Analysis/Decision jika terjadi kerusakan fasilitas atau overload.
6. Melaksanakan business/program review setiap bulan.
7. Improvement Planning (Recovery Schedule).
8. Mengelola Budget Plan (Manufacturing cost, termasuk lembur, rejection,
material, dan lain-lain).
9. Membantu persiapan delivery jika diperlukan.
Proses Bisnis Engineering
Melaksanakan rekayasa rencana pembuatan produk mulai dari menentukan
metoda dan rangkaian manufaktur (manufacturing method and sequences),
rekayasa proses baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan
manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing
tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time
study, melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and
Distribution).
Proses Bisnis Logistic
Melaksanakan kegiatan:
1. Contract review bersama Sales and Business Administration.
2. Material Planning (net requirement, order policy, procurement lead time).
3. Procurement (outsourcing, quotation evaluation).
4. Receiving from Supplier.
5. Storage (inventory control and cycle counting), preservation.
6. Precutting.
7. Packaging & Shipping.
100
Proses Bisnis Production & Quality
Melaksanakan kegiatan:
1. Production Order Release & Scheduling (PORS), Production, Quality
Control.
2. Load Planning.
3. Production activity.
4. Production Planning and Control (Shop Package).
5. Internal Handling.
6. Production Data Collecting, Productivity Measurement.
7. House Keeping.
8. Facility Qualification.
9. Personnel Qualification.
Proses Bisnis Resources
Melaksanakan kegiatan:
Finance:
1. Budgeting (Planning, Control and Analysis).
2. Verifikasi (termasuk Negosiasi pembelian, Penagihan).
3. Treasury (Payment, Receipment & Cash Management).
4. Accounting (Cost & Financial).
Facilities:
1. Maintenance engineering.
2. Maintenance planning.
3. Spare-parts & consumable planning.
4. Maintenance control.
5. Work order of services and repairs.
6. Corrective maintenance.
7. Facility engineering.
8. Modifikasi.
9. Instalasi.
101
Personnel:
1. Human Resources Development.
2. Personnel Services.
3. Fasilitas Umum (Listrik, Lampu, Kamar Basah, dan lain-lain).
4. Compile and maintain system & procedure (non-quality).
5. Personnel Recruitment.
IV.1.3 Pengukuran Kinerja (Quality Objective)
Pengukuran kinerja di Direktorat Aerostructure PT.DI menggunakan indikator-
indikator kinerja yang ditetapkan dalam Quality Objective. Quality Objective
mulai berlaku sejak tahun 2006 dan masih digunakan hingga sekarang. Quality
Objective pada tingkat direktorat adalah sebagai berikut:
- Pengiriman yang tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total : 100% berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Production Efficiency : 85% (minimum)
- Rejection Rate of part/komponen manufaktur : 1,1% (maksimum)
Quality Objective pada setiap divisi dinyatakan dalam Quality Objective pada
tingkat departemen sebagai berikut:
Divisi Integrasi Bisnis
Divisi Integrasi Bisnis melaksanakan tugas-tugas bagi kepentingan Direktorat
Aerostructure secara menyeluruh, yaitu dalam hal Marketing & Sales, Production
Planning serta pengendalian program-program yang ada di Direktorat
Aerostructure (Ae-PT.DI), melalui departemen-departemen di bawah ini:
Departemen Pemasaran dan Penjualan
Departemen Pemasaran dan Penjualan melaksanakan kegiatan Pemasaran,
Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas
seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan
102
mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan
menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien.
- Kontrak yang ditargetkan : Rp. 272,51 Milyar
o Pesanan internal : Rp. 71,05 Milyar
o Pesanan eksternal : Rp. 201,45 Milyar
- Penjualan yang ditargetkan : Rp. 244,55 Milyar
o Pesanan internal : Rp. 71,05 Milyar
o Pesanan eksternal : Rp. 173,49 Milyar
Departemen Program Manajemen Spirit Aerosystems:
Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek Spirit Aerosystem sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan
delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 74,51 Milyar
Departemen Program Manajemen Aircraft Parts & Components
Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek CN-235 sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang
direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 61,99 Milyar
- Pesanan internal yang ditargetkan : Rp. 70,79 Milyar
103
Departemen Program Manajemen Subkontrak
Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek SMEA, CTRM A380, KAL
B777, dan Bombardier sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat
mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator
kinerja sebagai berikut:
- Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor
Schedule
- Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 25,52 Milyar
Departemen Perencanaan Produksi
Departemen ini membuat dan mengeluarkan rencana produksi yang terintegrasi
dan seimbang serta mengeluarkan order produksi yang siap dikerjakan serta
membuat dan mengeluarkan grafik rencana kapasitas dan beban produksi setiap
dua minggu sekali, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pengeluaran ‘Perencanaan Produksi’ yang terintegrasi dan seimbang: 2 hari
maksimum setelah pesanan pekerjaan diterima.
- Pengeluaran Pesanan Produksi: 3 hari maksimum sebelum tanggal mulai
produksi (berdasar pada rencana produksi yang terntegrasi dan seimbang)
Divisi Rekayasa
Melaksanakan rekayasa rencana pembuatan produk, melalui departemen-
departemen di bawah ini.
Departemen Rekayasa Manufaktur
Departemen ini menentukan metoda dan rangkaian manufaktur, rekayasa proses
baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan
waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy,
manufacturing assy development, method and time study, dengan target indikator
kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena Perencanaan Manufaktur dan Program NC: 0,2%
maksimum
104
- Program waktu proses menggunakan mesin NC : 95% dari standar waktu yang
sudah ada
- Perbaikan proses yang ditargetkan: minimum 1 untuk setiap proses manufaktur.
Departemen Manajemen Konfigurasi
Departemen ini melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control
and Distribution), dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Keakuratan konfigurasi data: 100%
- Penerbitan perencanaan pendahuluan maksimum 3 hari setelah menerima
gambar teknik
Departemen Engineering Liaison
Departemen ini merupakan wakil engineering dan menjadi penghubung antara
engineering dengan manufaktur dalam koordinasi untuk mengevaluasi perubahan-
perubahan spesifikasi apakah dapat disetujui, untuk mengganti spesifikasi awal
dengan spesifikasi lain yang dianggap memenuhi persyaratan, misalnya untuk
penggantian material dalam proses produksi. Target indikator kinerjanya adalah
sebagai berikut:
a. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya label penolakan: 2 hari
kerja maksimum
b. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya permintaan koordinasi
engineering: 1 hari kerja maksimum
c. Waktu untuk penggantian material: 1 hari kerja maksimum
Divisi Operasi
Melaksanakan perencanaan dan pengendalian produksi, melalui Departemen-
Departemen di bawah ini.
Departemen Production Control
Melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pesanan
produksi, kegiatan, kapasitas, pengukuran kinerja produksi, dan mempunyai target
indikator kinerja sebagai berikut:
105
- Siklus produksi: diatur minimal 75% atau 1 hari maksimum seperti yang tertera
pada rencana produksi (menggunakan sistem kanban dan kartu yang dapat
terlihat)
Departemen Machining
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses machining, dan
mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Metal Forming & Heat Treatment
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses metal forming
dan proses heat treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai
berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Bonding Composite & Surface Treatment
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses bonding untuk
material composite dan proses surface treatment, dan mempunyai target indikator
kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Sub & Major Assembly
Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sub-assembly dan major
assembly, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:
- Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum
- Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
106
Divisi Resource Management
Divisi ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam bidang keuangan, logistik,
fasilitas, personil, melalui departemen-departemennya di bawah ini.
Departemen Manajemen dan Administrasi Sumber Daya Manusia
Departemen ini melaksanakan pengelolaan dan administrasi personil, dengan
target indikator kinerja sebagai berikut:
- Pelaksanaan pelatihan: 100% seperti yang direncanakan
- Mengatur ketidakadaan perkembangan kenaikan jumlah pekerja: 95% dari
rencana
- Pencapaian Keamanan, Kesehatan dan standar lingkungan: setidaknya bernilai 3
(dasar)
Departemen Logistik
Departemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang logistik dengan target
indikator kinerja sebagai berikut:
- Keakuratan penyimpanan data inventory (rata-rata): 95% minimum
- Keberadaan material: 100% mengacu pada Master Production Schedule (Tier 3)
dibahas oleh Manajemen Program
- Waktu tunggu jasa material: maksimum 2 hari dari menerima permintaan
produksi
- Pengepakan dan pengiriman: 2 hari setelah menerima semua dokumen dari
program
Departemen Keuangan
Depatemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang keuangan dengan target
indikator kinerja sebagai berikut:
- Waktu tunggu Letter of Credit atau proses pembayaran dengan transfer: 3 hari
maksimum setelah menerima permintaan pembayaran dari Logistik
- Menerima pembayaran konsumen (account receivable): 1 bulan maksimum
setelah waktu yang ditetapkan.
107
Departemen Quality Control
Departemen ini melaksanakan penjaminan dan pemeriksaan kualitas pada proses
produksi dan materialnya, serta melaksanakan kualifikasi/sertifikasi fasilitas dan
personil produksi, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:
- Ketidak-sesuaian persyaratan pelanggan: 0,5% maksimum untuk produk yang
akan dikirim
- Kesiapan melakukan pengukuran dan pengujian peralatan: maksimum 3 hari
sebelum waktunya
- Proses realisasi jadwal yang mendukung sertifikasi: minimum 95% sesuai yang
telah direncanakan.
IV.2 Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok
Berbasis SCOR
Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dilakukan dengan
mengacu pada indikator kinerja SCOR, dengan memodifikasinya menurut
indikator kinerja di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI)
dan dengan mempertimbangkan kemudahan segi implementasinya. Sistem
pengukuran kinerja yang dibangun adalah untuk Ae-PT.DI dengan tidak
memasukkan Quality Objective departemen sebagai unit fungsional tetapi Quality
Objective tingkat Direktorat karena Ae-PT.DI dianggap sebagai sebuah sistem
rantai pasok yang terdiri dari proses-proses SCOR.
Sistem rantai pasok Ae-PT.DI mencakup lima proses SCOR, yaitu Plan, Source,
Make, Deliver dan Return. Plan dilaksanakan oleh departemen program masing-
masing di Divisi Business Integration. Source, Delivery dan Return dilaksanakan
oleh departemen logistik di Divisi Resource Management. Sementara Make
dilaksanakan oleh departemen-departemen di Divisi Operation. Sistem rantai
pasok Ae-PT.DI selain dilaksanakan oleh departemen-departemen tersebut juga
didukung oleh departemen-departemen lainnya sebagai suatu kesatuan sistem
rantai pasok. Khusus untuk proses Source Return dan Deliver Return
pelaksanaannya tergantung dari efisiensi biaya. Untuk material cacat dengan nilai
relatif kecil, pemasok memilih untuk menggantinya dengan material yang baru
108
dan tidak meminta material cacat yang seharusnya dikirim kembali. Demikian
pula untuk produk Ae-PT.DI yang seharusnya dikembalikan karena cacat, untuk
efisiensi maka pelanggan yang memperbaiki sendiri produk cacat tersebut atas
biaya Ae-PT.DI, namun bisa juga atas permintaan pelanggan dikirim teknisi untuk
memperbaiki produk yang cacat tersebut.
Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR di
Ae-PT.DI dilakukan dengan melakukan penyederhanaan, penambahan dan
penyesuaian indikator-indikator kinerja agar model pengukuran kinerja sistem
rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI tersebut dapat lebih implementatif
dalam melakukan pengukuran kinerjanya. Usulan modifikasi pada indikator
kinerja tingkat 1 dan indikator kinerja tingkat 2 disampaikan pada Tabel IV.1. di
bawah ini.
109
Tabel IV.1. Penyesuaian Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Ae-PT.DI Berbasis SCOR No. SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan
Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2
1
Perfect Order Fulfillment
% of Orders Delivered in Full
Perfect Order Fulfillment
Total Delivery Indikator Kinerja % of Orders Delivered in Full di Ae-PT.DI dinamakan Total Delivery
Delivery Performance to Customer Commit Date
On Time Delivery Indikator Kinerja Delivery Performance to Costumer Commit Date di Ae-PT.DI dinamakan On Time Delivery
Documentation Accuracy Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On Time Delivery adalah yang mempunyai dokumen yang benar/akurat karena pada saat produk dikirim dokumentasi harus akurat. Jika dokumentasi tidak lengkap produk tidak akan dikirim.
Perfect Condition Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On Time Delivery adalah yang mempunyai kondisi produk yang sempurna, karena sebelum pengiriman kualitas sudah diperiksa dan disetujui sehingga produk yang dikirim adalah produk yang bagus.
2 Order Fulfillment Cycle Time
Source Cycle Time Order Fulfillment Cycle Time
Source Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR Make Cycle Time Make Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR Deliver Cycle Time Deliver Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR
3
Upside Supply Chain Flexibility
Upside Source Flexibility Available Capacity
Available Assembly Capacity
Agilitas (ketangkasan/kegesitan) rantai pasok adalah respon perusahaan dalam menanggapi perubahan pasar untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan kompetitif.
Indikator kinerja SCOR untuk Fleksibilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah jumlah hari yang diperlukan untuk mencapai peningkatan kuantitas sebesar persentase tertentu yang tidak terencana dalam kuantitas yang dikirim. Sedangkan untuk Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah maksimum peningkatan persentase dalam kuantitas yang dikirim yang dapat dicapai dalam jumlah hari tertentu.
Indikator Kinerja Fleksibilitas/Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas dimodifikasi dengan menggunakan Available Capacity. Apabila terjadi penambahan permintaaan pasar dilakukan perhitungan Available Capacity, jika masih mencukupi, maka sistem rantai pasok perusahaaan masih mempunyai agilitas yang baik terhadap penambahan permintaan pelanggan dan permintaan penambahan pesanan tersebut akan diterima.
Dalam menentukan pesanan tersebut diterima atau tidak, ada 2 jenis Available Capacity yang dihitung yaitu untuk Assembly yang kemudian dilanjutkan perhitungan Available Fabrication Capacity.
Upside Make Flexibility Upside Deliver Flexibility Upside Source Return Flexibility Upside Deliver Return Flexibility
Upside Supply Chain Adaptability
Upside Source Adaptability Available Fabrication Capacity
Upside Make Adaptability Upside Deliver Adaptability Upside Source Return Adaptability Upside Deliver Return Adaptability
110
Tabel IV.1. (Lanjutan)
No. SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan
Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2
Downside Supply Chain Adaptability
Downside Source Adaptability
Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Bawah (Hilir) adalah pengurangan dalam kuantitas pesanan pada jumlah hari tertentu sebelum pengiriman dengan tanpa kerugian persediaan atau biaya. Di Ae-PT.DI pesanan tidak pernah dikurangi karena rate pesanan relatif konstan sesuai kontrak, dan pengurangan kuantitas pesanan ini diatur dalam persyaratan kontrak sehingga bila hal di atas terjadi tidak merugikan masing-masing pihak. Oleh karena itu indikator ini dihilangkan karena di Ae-PT.DI tidak pernah terjadi kasus pengurangan pesanan.
Downside Make Adaptability Downside Deliver Adaptability
4
Supply Chain Management Cost
Management Cost to Plan
Operating Expenses
Marketing and Sales Expensess
Biaya Manajemen Rantai Pasok di Ae-PT.DI sulit dipisahkan untuk Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses, yang merupakan biaya pelayanan yang terdiri dari biaya pemasaran dan penjualan serta biaya umum dan administrasi.
Management Cost to Source Management Cost to Make
General and Administration Expenses
Management Cost to Deliver Management Cost to Return
Cost of Goods Sold
Cost to Make
Cost of Goods Sold
Rejection Rate of Part/Component Manufacturing
Rejection Rate dimasukkan sebagai indikator kinerja tingkat 2 karena hubungannya dengan biaya adalah banyak part/komponen yang harus dilakukan perbaikan (rework) atau tidak dipakai (scrap) sehingga terjadi pemborosan material, tenaga kerja, mesin dan waktu, serta keterlambatan pengiriman untuk penggantian yang terjadi mengakibatkan Ae-PT.DI dikenai denda oleh pelanggan. Production Efficiency ditambahkan juga karena jika produksi efisien terjadi penghematan biaya.
Production Efficiency
111
Tabel IV.1. (Lanjutan)
No.
SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan Indikator Tingkat 1
Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1
Indikator Tingkat 2
5
Cash-to-Cash Cycle Time
Days Sales Outstanding
Cash-to-Cash Cycle Time
Days Sales Outstanding
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Inventory Days of Supply
Inventory Days of Supply
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Days Payable Outstanding
Days Payable Outstanding
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Return on Supply Chain Fixed Assets
Supply Chain Revenue Return on Supply Chain Fixed Assets
Supply Chain Revenue
Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales
Cost of Goods Sold Cost of Goods Sold Ae-PT.DI sama dengan SCOR Supply Chain Fixed Assets
Supply Chain Fixed Assets
Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Ae-PT.DI Fixed Assets
Supply Chain Management Costs
Operating Expenses
Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses
Return on Working Capital
Accounts Receivable (Sales Outstanding)
Return on Working Capital
Accounts Receivable (Sales Outstanding)
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Accounts Payable (Payables Outstanding)
Accounts Payable (Payables Outstanding)
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Inventory Inventory Ae-PT.DI sama dengan SCOR Supply Chain Managementt Costs
Operating Expenses
Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses
Supply Chain Revenue Supply Chain Revenue
Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales
Cost of Goods Sold Cost of Goods Sold Ae-PT.DI sama dengan SCOR
112
Usulan framework pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok
berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI digambarkan dalam gambar IV.4 di bawah ini.
Atribut atau indikator kinerja yang dilakukan pembobotan
Supply Chain Performance
Return on Supply Chain Fixed Assets
Net Income
Net Income
Supply Chain Fixed Assets
Working Capital
Supply Chain Revenue
Cost of Goods Sold
Operating Expense
Supply Chain Revenue
Cost of Goods Sold
Operating Expense
Account Receivable (Sales Outstanding)
Inventory
Account Payable (Payable Outstanding)
Reliability
Total Delivery
On Time Delivery
ResponsivenessOrder Fulfillment Cycle Time
Source Cycle Time
Operating Expense
Cash-to-Cash Cycle Time
Rejection Rate of Part/ Component
General and Administration
Expenses
Marketing and Sales Expenses
Inventory Days of Supply
Days Sales Outstanding
Days Payable Outstanding
Production Efficiency
Available Fabrication Capacity
Available Assembly Capacity
Make Cycle Time
Deliver Cycle Time
Perfect Order Fulfillment
Available Capacity Agility
Supply Chain Costs
Supply Chain Asset Management
Cost of Goods Sold
Keterangan:
Return on Working Capital
Gambar IV.5. Framework model pengukuran kinerja sistem rantai pasok
Ae-PT.DI berbasis SCOR
113
IV.2.1 Model Matematis
Pada sub-bab ini akan dibangun model matematis yang dilakukan melalui tahapan
yang dimulai dari penentuan asumsi, notasi yang terdiri dari parameter dan
variabel dan dilanjutkan dengan langkah – langkah pembentukan model
matematis.
IV.2.1.1 Asumsi Model
Asumsi yang digunakan adalah:
1. Pengaruh indikator kinerja (variabel) bersifat satu arah, yaitu dari tingkat yang
di bawah ke tingkat di atasnya dan tidak ada pengaruh di antara indikator
kinerja dalam satu tingkat (independen).
2. Tidak ada pengaruh inflasi pada nilai dari data keuangan sehingga jika terjadi
peningkatan biaya disebabkan oleh peningkatan biaya dari Ae-PT.DI sendiri.
IV.2.1.2 Notasi (Parameter, Variabel)
Notasi parameter yang digunakan untuk mengembangkan model:
Tabel IV.2 Parameter yang Digunakan dalam Model
No. Deskripsi Notasi 1 Bobot Reliability terhadap Supply Chain Performance a1
2 Bobot Responsiveness terhadap Supply Chain Performance a2
3 Bobot Agility terhadap Supply Chain Performance a3
4 Bobot Supply Chain Costs terhadap Supply Chain Performance a4 5 Bobot Supply Chain Asset Management terhadap Supply Chain
Performance a5
6 Bobot Cash-to-Cash Cycle Time terhadap Supply Chain Asset Management
b1
7 Bobot Return on Supply Chain Fixed Assets terhadap Supply Chain Asset Management
b2
8 Bobot Return on Working Capital terhadap Supply Chain Asset Management
b3
9 Bobot Total Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment c1 10 Bobot On Time Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment c2 11 Bobot Available Assembly Capacity terhadap Available Capacity d1 12 Bobot Available Fabrication Capacity terhadap Available Capacity d2 13 Bobot Rejection Rate of Part/Component Manufacturing terhadap Cost
of Goods Sold e1
14 Bobot Production Efficiency terhadap Cost of Goods Sold e2
114
Notasi yang digunakan untuk menjelaskan variabel dalam model matematis:
Tabel IV.3 Variabel yang Digunakan dalam Model
No. Deskripsi Notasi 1 Supply Chain Performance F 2 Reliability RL 3 Responsiveness RS 4 Agility AG 5 Supply Chain Costs CO 6 Supply Chain Asset Management AM 7 Perfect Order Fulfillment RL1 8 Order Fulfillment Cycle Time RS1 9 Available Capacity AG1 10 Operating Expenses CO11 11 Cost of Goods Sold CO12 12 Cash-to-Cash Cycle Time AM11 13 Return on Supply Chain Fixed Assets AM12 14 Return on Working Capital AM13 15 Total Delivery RL21 16 On Time Delivery RL22 17 Source Cycle Time RS21 18 Make Cycle Time RS22 19 Deliver Cycle Time RS23 20 Available Assembly Capacity AG21 21 Available Fabrication Capacity AG22 22 Marketing and Sales Expenses CO21 23 General and Administration Expenses CO22 24 Rejection Rate of Part/Component Manufacturing CO23 25 Production Efficiency CO24 26 Days Sales Outstanding AM21 27 Inventory Days of Supply AM22 28 Days Payable Outstanding AM23 29 Supply Chain Revenue AM24 30 Supply Chain Fixed Assets AM25 31 Accounts Receivable AM26 32 Accounts Payable AM27 33 Inventory AM28
IV.2.1.3 Langkah-langkah Pembentukan Model Matematis
Dari framework pengembangan pengukuran kinerja sistem rantai pasok pada
gambar IV.4 dibuat model matematisnya dengan langkah – langkah sebagai
berikut:
115
1. Menentukan performansi rantai pasok.
Supply Chain Performance (F) merupakan fungsi dari atributnya yaitu
Reliability (RL), Responsiveness (RS), Agility (AG), Supply Chain Costs (CO)
dan Supply Chain Asset Management (AM) yang ditentukan dengan
menggunakan bobot (a) untuk menentukan derajat kepentingannya.
F = f(RL, RS, AG, CO, AM) .... (IV.1)
F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM) .... (IV.2)
2. Menentukan performansi atribut dan indikator kinerja tingkat 1.
a. Menentukan Reliability
Reliability (RL) = Perfect Order Fulfillment (RL1)
RL = RL1 .... (IV.3)
• Perfect Order Fulfillment (RL1) = (bobot (c1) x Total Delivery (RL21))
+ (bobot (c2) x On Time Delivery (RL22)) RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22) .... (IV.4)
b. Menentukan Responsiveness
Responsiveness (RS) = Order Fulfillment Cycle Time (RS1)
RS = RS1 .... (IV.5)
• Order Fulfillment Cycle Time (RS1) = Source Cycle Time (RS21) +
Make Cycle Time (RS22) + Deliver Cycle Time (RS23)
RS1 = RS21 + RS22 + RS23 …. (IV.6)
c. Menentukan Agility
Agility (AG) = Available Capacity (AG1)
AG = AG1 .... (IV.7)
• Available Capacity (AG1) = (bobot (d1) x Available Assembly Capacity
(AG21)) + (bobot (d2) x Available Fabrication Capacity (AG22))
AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22) .... (IV.8)
116
d. Menentukan Supply Chain Costs
Costs (CO) = Operating Expenses (CO11) + Cost of Goods Sold (CO12)
CO = CO11 + CO12 .... (IV.9)
• Operating Expenses (CO11) = Marketing and Sales Expenses (CO21) +
General and Adiministration Expenses (CO22)
CO11 = CO21 + CO22 ....( IV.10)
• Cost of Goods Sold (CO12) = (bobot (e1) x Rejection Rate of
Part/Component Manufacturing (CO23)) + (bobot (e2) x Production
Efficiency (CO24))
CO12 = (e1 x CO23) + (e2 x CO24) ....( IV.11)
e. Menentukan Supply Chain Asset Management
Asset (AM) = (bobot (b1) x Cash-to-Cash Cycle Time (AM11)) + (bobot
(b2) x Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12)) + (bobot (b3) x Return
on Working Capital (AM13))
AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13) .... (IV.12)
• Cash-to-Cash Cycle Time (AM11) = Days Sales Outstanding (AM21) +
Inventory Days of Supply (AM22) - Days Payable Outstanding (AM23)
AM11 = AM21 + AM22 - AM23 .... (IV.13)
• Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12) = (Supply Chain Revenue
(AM24) - Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) :
Supply Chain Fixed Assets (AM25)
AM12 = (AM24 - CO12 – CO11) : AM25 .... (IV.14)
• Return on Working Capital (AM13) = (Supply Chain Revenue (AM24))
- Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) : (Accounts
Receivable (AM26) + Inventory (AM28) - Accounts Payable (AM27))
AM13 = (AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27) .... (IV.15)
3. Indikator kinerja tingkat 2 memiliki satuan yang berbeda-beda, oleh karena
itu, diperlukan penyetaraan satuan dengan mengubah indikator kinerja tingkat
1 menjadi rasio (%) agar terdapat persamaan dimensi pada model matematis
dimana atribut akan mengikuti menjadi rasio dan supply chain performance
117
juga dinyatakan dalam %. Indikator kinerja tingkat 2 tetap pada satuan semula
karena merupakan variabel yang dicari nilainya melalui pengumpulan data.
Selain itu perlu dilakukan normalisasi agar terdapat interpretasi yang sama
untuk keseluruhan indikator kinerja maupun atribut agar nilai yang diperoleh
semakin besar maka supply chain performance akan semakin baik yaitu
dengan menggunakan rumus 1/x dimana x adalah indikator kinerja tingkat 1
yang dinormalisasi.
Tabel IV.4 Normalisasi Indikator Kinerja Tingkat 1
No. Atribut Indikator Tingkat 1
Indikator Tingkat 2
Normalisasi Satuan Indikator Tingkat 1
1. Reliability Perfect Order Fulfillment
Total Delivery - % On Time Delivery
- %
2.
Responsiveness
Order Fulfillment Cycle Time
Source Cycle Time
Order Fulfillment Cycle Time = 1 x 100 % {(Source Cycle Time + Make Cycle Time + Deliver Cycle Time) : Standard Order Fulfillment Cycle Time}
% Make Cycle Time
Deliver Cycle Time
3.
Agility
Available Capacity
Available Assembly Capacity
- %
Available Fabrication Capacity
- %
4.
Supply Chain Costs
Operating Expenses
Marketing and Sales Expenses
Operating Expenses = 1 x 100 %, {(Marketing and Sales Expenses + General and Administration Expenses) : Sales} dimana Operating Expenses : Sales merupakan rumus Operating Expenses Ratio (Willis, 2003).
%
General and Administration Expenses
Cost of Goods Sold
Rejection Rate of Part/ Component
1 Rejection Rate of Part/Component
%
Production Efficiency
- %
118
Tabel IV.4 (Lanjutan) No. Atribut Indikator
Tingkat 1 Indikator Tingkat 2
Normalisasi Satuan Indikator Tingkat 1
5.
Supply Chain Asset Management
Cash-to-Cash Cycle Time
Days Sales Outstanding
Cash-to-Cash Cycle Time = 1 x 100 % {(Days Sales Outstanding + Inventory Days of Supply - Days Payable Outstanding) : Standard Cash-to-Cash Cycle Time}
% Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding
Return on Supply Chain Fixed Assets
Supply Chain Revenue
-
% Cost of Goods Sold Supply Chain Fixed Assets Operating Expenses
Return on Working Capital
Accounts Receivable (Sales Outstanding)
-
% Accounts Payable (Payables Outstanding) Inventory Operating Expenses Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold
4.2.1.4 Formulasi Model Matematis
Dari persamaan (V.1) sampai (V.15) serta tabel IV.4, maka model matematisnya
adalah sebagai berikut:
a. Indikator Kinerja Tingkat 1
RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22) RS1 = 1 x 100 %
(RS21 + RS22 + RS23) : Waktu Standar Siklus Pemenuhan Pesanan AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22)
CO11 = 1 x 100%
{(CO21 + CO22) : Sales} CO12 = (e1 x 1/CO23) + (e2 x CO24)
119
AM11 = 1 x 100 %
{(AM21 + AM22 - AM23) : Waktu Standar Siklus Kas-ke-Kas}
AM12 = {(AM24 - CO12 – CO11) : AM25} x 100 %
AM13 = {(AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27)} x 100 %
b. Atribut
RL = RL1
RS = RS1
AG = AG1
CO = CO11 + CO12
AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13)
c. Supply Chain Performance
F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM)
IV.2.2 Menghitung Bobot dengan AHP
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dihitung nilai bobot yang ada dengan
menggunakan pairwise comparison pada metode AHP seperti yang telah
dijelaskan pada sub-bab II.6 dan diselesaikan dengan menggunakan software
expert choice.