BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129...

72
129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH A. Profil Pondok Pesantren Pelamunan 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Moderat At- Thohiriyah Pelamunan Pondok Pesantren Salafiyah Moderat At-Thohiriyah Pelamunan merupakan salah satu pusat kajian Islam tertua di Banten. Karena, secara geneologi-historis, pondok ini dirintis oleh Al-Mukarrom KH.Muhammad Thohir sekitar tahun 1929 M. Sejak masa penjajahan hingga kini, pondok lebih memfokuskan diri pada pengajian Kitab Kuning, yang dinilai telah berhasil mencetak banyak alim-ulama dan cendikiawan Muslim di wilayah Banten dan sekitarnya. Ribuan santri banten membeludak berdatangan untuk menimba ilmu di desa ini mulai dari awal sepanjang jalan raya Pelamunan hingga depan faletahan sekolah tinggi perawat. Sepanjang jalan ini dulunya adalah bangunan kobong pesantren berbentuk bilik memadati desa ini sebagai tempat tinggal santri. 1 1 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren moderat At-Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Transcript of BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129...

Page 1: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

129

BAB IV

PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM

MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

A. Profil Pondok Pesantren Pelamunan

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Moderat At-

Thohiriyah Pelamunan

Pondok Pesantren Salafiyah Moderat At-Thohiriyah

Pelamunan merupakan salah satu pusat kajian Islam tertua di

Banten. Karena, secara geneologi-historis, pondok ini dirintis oleh

Al-Mukarrom KH.Muhammad Thohir sekitar tahun 1929 M.

Sejak masa penjajahan hingga kini, pondok lebih memfokuskan

diri pada pengajian Kitab Kuning, yang dinilai telah berhasil

mencetak banyak alim-ulama dan cendikiawan Muslim di wilayah

Banten dan sekitarnya. Ribuan santri banten membeludak

berdatangan untuk menimba ilmu di desa ini mulai dari awal

sepanjang jalan raya Pelamunan hingga depan faletahan sekolah

tinggi perawat. Sepanjang jalan ini dulunya adalah bangunan

kobong pesantren berbentuk bilik memadati desa ini sebagai

tempat tinggal santri.1

1 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren moderat At-Thohiryah

Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 2: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

130

Setelah meninggalnya Abuya thohir para putra dan

putrinya melanjutkan pesantren dengan membuka pengajian

dimana rumah beliau-beliau dibangun di antara kobong pesantren

yang ada pada saat itu. Hingga akhirnya,saat ini para santri yang

mengambil ilmu di rumah para Kiai penerusnya mengabdikan diri

di Kiai-kiai yang mereka inginkan untuk menimba ilmu hingga

berjalannya waktu. Para kyai penerus lebih memfokuskan santri di

dekat rumahnya masing-masing.

Di desa pelamunan ini ada 13 pondok pesantren dengan

menggunakan nama sendiri atau tanpa menggunakan nama

pesantren. Namun, para santri setelahnya menyebut dirinya santri

dari abah yai yang mengajarkan mereka atau nama blok kamar

yang mereka tempat.

Setelah buya Thohir wafat, kemudian pesantren pelamunan

terbagi menjadi beberapa nama pesantren yang dipimpin masing-

masing oleh anaknya dan keturunannya. Pondok pesantren

moderat Atthohiriyah Pelamunan sebelumnya bernama Daar El-

Ma‟had yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Zaini Thohir

pada tahun 1989, dan kemudian setelah KH. KH. Ahmad Zaini

Thohir wafat pada tahun 2006 dikediamannya. Selajutnya atas

Page 3: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

131

kesepakatan dan musyawarah keluarga besar KH. Ahmad Zaini

Thohir nama Da‟ar Al-Ma‟had diubah menjadi pondok pesantren

Atthohiriyah moderat Pelamunan sampai sekarang.2

Motede pendidikan kepesantrenan dikelolah oleh anak-

anaknya dan keturunannya hingga saat sekarang, yang mana anak-

anak dan cucu-cucu Almagfurlah KH. Ahmad Zaini Thohir

memperdalam ilmu agama Islam, dari Pulau Jawa hingga ke

Hadramaut Yaman, sehingga corak kepesantrenan dipadukan dari

system yang bernuansa pada kemajuan zaman dan berpegang

terhadap nilai-nilai tradisional yang masih dilaksanakan. Sesuai

dengan nama pesantrennya moderat, para santri juga diajarkan

pemahaman ilmu agama Islam moderat dalam menyikapi berbagai

hal, seperti: konflik keluarga, fiqh, dan lain-lain.

Adapun tujuan dari berdirinya pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah ini pada prinsipnya adalah menjaga dakwah Islam

yang berhaluan Ahlusunnah wal jama‟ah, kemudian juga menjaga

tradisi ajaran ulama-ulama pendahulunya, seperti dalailan,

tahlilan, muludan, istighotsaan, karena ini semua adalah

peradaban ciri khas ajaran Islam yang ada dibumi Banten.

2 Wawancara dengan KH. Munifi Zaini Thohir, pengasuh pondok pesantren

moderat At-Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 4: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

132

Disamping itu juga tujuannya yakni menanamkan pengetahuan

dan kesadaran kepada santri untuk senantiasa bertawakal kepada

Allah, serta mewujudkan santri sebagai penerus ulama,

berdedikasi kepada agama dan bangsa Indonesia.3

2. Metode Pengajaran

Sepanjang sejarahnya pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan telah menerapkan beberapa metode

pengajaran kepada para santrinya. Hal ini dilakukan untuk

menyesuaikan kebutuhan sesuai dengan tuntutan zamannya. Pada

awal pendiriannya KH. Abuya Thohir menerapkan metode

sorogan dan wetonan (bandongan) dalam mengajarkan ilmu

agama kepada para santri.

Praktik metode sorogan adalah santri membaca sendiri

materi pelajaran yang berasal dari kitab kuning di depan guru, dan

gurunya itu mendengarkan serta memperbaiki bacaan sang murid

apabila terdapat kesalahan. Sementara praktik wetonan adalah

guru membaca kitab, sementara santrinya mendengarkan dan

3 Wawancara dengan KH. Muhammad Robi‟, pengasuh pondok pesantren

putra moderat At-Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 5: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

133

menuliskan makna-makna yang belum dipahami yang dibacakan

oleh gurunya.4

Seiring berjalannya waktu metode pengajaran tradisional

tersebut diterapkan dalam empat kategori metode pengajaran.

Empat metode tersebut adalah: (1) latihan muhadharah (ceramah),

(2) keterampilan, (3) praktik kemasyarakat, (4) menghapal.

Pendidikan pesantren klasikal merupakan system pengajaran yang

diterapkan di pesantren moderat At-Thohiriyah, yang mana kitab

kuning dan Alquran dijadikan sumber utama. Santri diberikan

berbagai macam judul kitab kuning yang memuat ulasan berbagai

disiplin ilmu keislaman.

Dan kategorinya diberikan oleh pengasuh pondok

pesantren agar setiap santri mempunyai modal dasar keilmuan

Islam sebelum dinyatakan mampu menerapkan ilmunya itu di

tengah-tengah masyarakat. Dalam kajian ilmu tafsir, kitab kuning

yang diajarkan kepada santri adalah kitab kitab Tafsir At-Thobari,

Tafsir Jalalyn, dan Tafsir Ibnu Katsir. Sedangkan pada kajian ilmu

hadis, digunakan kitab-kitab hadis yang lazim digunakan di

pesantren manapun, seperti kitab Riyadusholihin, Arba‟in

4 Wawancara dengan KH. Muhammad Najihun, pengasuh pondok

pesantren putra moderat At-Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 6: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

134

Nawawy, dan Shohih Bukhari Fathul Bari, Tanwirul Hawalik,

Sunan Tirmidzi. Dalam ilmu tata bahasa Arab digunakan kitab

seperti, Awwamil Mandaya, Mulhat, Khailani, Sa‟dudin

Tafthazani, Matan Bina, Maksud, Al-Jurumiyah, Imrity, Alfiyah

Ibnu Malik,. Pada bidang ilmu fiqh diantaranya digunakan kitab,

Safinatunnajah, Sulam At-Taufiq, Fathul Qorib, Nihayatuzein,

Bujairomi, Baijuri, Anwarul Masalik, Muqoddimah Hadrohmaut,

Iqna, Sarah Sittin, Minhajutholibin, Iananutholibin,

Kanzurrogibin, Nihayatul Muhtaj.5

Dalam rangka membangun dan meningkatkan kemampuan

keterampilan, serta menyalurkan minat dan bakat santrinya.

pondok pesantren moderat At-Thohiriyah Pelamunan juga

memberikan kesempatan kepada santri-santrinya untuk melakukan

kegiatan-kegiatan positif. Untuk menopang kapasitas santri dalam

hal-hal yang bersifat agamis, mereka diberi keterampilan dalam

membaca kisah-kisah Nabi Muhammad SAW, seperti Dibaiyyah,

Al-Barzanji. Kemudian manaqib ulama seperti Dalail, Jawahirul

Ma‟ani (Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jailany), menguasai

5 Wawancara dengan KH. Muhammad Najihun, pengasuh pondok

pesantren putra moderat At-Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 7: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

135

pembacaan zikir Tahlil, dan juga ilmu seni baca Alquran (Qira‟at

Sab‟ah).6

3. Budaya Santri Pelamunan

a. Tradisi Membaca Dalail Khoirot

Sejak zamannya KH. Thohir kitab Dalail Khairot

menjadi rutinan untuk dibaca setiap hari oleh para santri.

Hampir di kabupaten serang jika memang ada sanad keilmuan,

kemudian orang tersebut mendirikan pondok pesantren di

desanya kemudian dipraktikan membaca Dalail, itu bisa

dipastikan bahwa sanadnya dari abuya KH. Thohir, seperti di

At-Thohiriyah Kaloran. Dalail itu sebenarnya untuk

menjadikan santri mencintai Nabi Muhammad SAW,

bahwasannya salah satu faedah membaca dalail turunannya

menjadi orang-orang yang sholeh dan sholehah dan juga

desanya selalu mendapatkan keberkahan. Diceritakan oleh KH.

Muhammad Thohir, Lc. Bahwa dengan membaca Dalail

Khoirot bisa menangkal sihir sebab dulu ada orang yang

6 Wawancara dengan KH. Thohir pondok pesantren moderat At-Thohiryah

Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 8: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

136

melakukan debus selalu gagal jika dilakukan di Desa

Pelamunan.7

Kemudian juga tradisi yang ada dipelamunan jika

setiap bulan ramadhan para santri dan masyarakat adanya buka

bersama sambil membaca Dalail Khoirot sebagai wujud untuk

mensyiarkan Islam di tengah-tengah masyarakat untuk hidup

begotong royong. Santri yang menjalani riyadhoh Dalailul

Khairat meyakini akan keberkahannya, terlebih Dalailul

Khairat karya Syaikh Abu Abdillah bin Sulaiman Al-Jazuli Al-

Simlali Al-Syarif A-Hasani tak lain adalah sebuah wirid yang

berisi shalawat yang mengagungkan Baginda Nabi

Muhammad SAW.

b. Tradisi Kekeluargaan

Nilai kekeluargaan dalam kehidupan pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan sangat kuat. Kiai bertempat tinggal

dalam lingkungan yang sama dengan santri. Para santri

bertempat tinggal dikobong-kobong yang berisi dua hingga

lima orang tanpa dipungut uang sewa (kecuali iuran biaya

7 Wawancara dengan KH. Thohir pengasuh pondok pesantren moderat At-

Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 9: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

137

listrik perbulan bagi pondok pesantren yang telah memiliki

fasilitas listrik). Demikian pula bila dilihat hubungan Kiai

dengan santri sangat akrab dan penuh kekeluargaan tanpa

melanggar batas-batas kesopanan dan kewibawaan kiai sebagai

pemilik pesantren, guru, tokoh masyarakat, dan panutan para

santri. Wujud budaya kekeluargaan ini dapat dilihat juga pada

sikap Kiai terhadap santrinya. Ia tidak segan-segan menolong

santri yang kehabisan beras untuk memasak.8

Demikian pula pesantren moderat At-Thohiriyah

Pelamunan yang memiliki lahan sawah, maka santri ikut serta

bekerja disawah yang hasilnya untuk memenuhi kebutuhan

semua anggota pesantren. Nilai kekeluargaan ini juga dapat

dilihat pada saat pembangunan pondok atau kobong dengan

melibatkan partisipasi santri dan masyarakat sekitar serta

menggunakan bahan-bahan bangunan yang ada disekitar

lingkungan pondok misalnya bambu, pohon kelapa, dan

sebagainya.

Nilai kekeluargaan ini tercermin pada sikap kiai. Ia

berfungsi sebagai guru dan juga orang tua asuh santri.

8 Wawancara dengan KH. Ahmad Ulfi Zaini Thohir, pengasuh pondok

pesantren moderat At-Thohiryah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 10: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

138

Pendidikan di pesantren pesantren moderat At-Thohiriyah

Pelamunan tidak mengenal batas waktu yang pasti. Setiap

santri dinyatakan selesai jika ia dinyatakan telah menguasai

seluruh ilmu sang Kiai. Dengan demikian, lama belajar santri

dapat berlangsung bertahun tahun, sehingga interaksi santri

dengan Kiai layaknya hubungan keluarga. Dalam budaya

kekeluargaan seperti ini, nilai kekeluargaan ini menjadi

perekat. dengan nilai kekeluargaan akan terbangun loyalitas

dan dedikasi tinggi terhadap organisasi. para santri taat dan

setia terhadap pesantren sehingga meminimalisir kemungkinan

santri keluar atau berpindah pesantren sebelum lulus.9

c. Peci dan Songkok Hitam

Islam mengajarakan kita untuk tampil rapi dan elegan.

Salah satu diantaranya adalah mengenakan tutup kepala agar

rambut tidak nampak berantakan serta bertujuan mengikuti

sunnah, dimana Rasulullah yang biasa menggunakan penutup

kepala. Di Indonesia, budaya menutup kepala ini selain biasa

menggunakan sorban, juga biasa menggunakan peci dan

9 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren moderat At-Thohiryah

Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 11: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

139

songkok. Khususnya di pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah wajib santrinya untuk memakai songkok hitam,

dimana dikalangan santri, penggunaan songkok hitam sudah

menjadi budaya dan salah satu ciri khas yang tidak bisa

dipisahkan, dan juga songkok hitam merupakan ciri khas

pejuang nasionalisme Indonesia.10

B. Profil Pondok Pesantren Roudhotul Ulum Cidahu

1. Sejarah Pondok Pesantren Roudhotul Ulum Cidahu

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Cidahu Pondok

Pesantren Cidahu terletak di Kampung Cidahu Lebak Rt.01 Rw.01

Desa Tanagara Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang

Provinsi Banten. Pada awal berdirinya Pesantren ini dipimpin oleh

KH. Muhammad Dimyathi Amin yang akrab dipanggil dengan

sebutan Abuya Dimyathi yang lahir di Pandeglang pada tahun

1930 M. Beliau merupakan putra pertama yang hidup sampai

dewasa dari pasangan KH. Amin dan Nyai Hj. Ruqoyyah.11

Abuya mulai merintis Pesantren di Kampung Cidahu pada

tahun 1975 M. Saat itu Santrinya masih sedikit dan masih

10

Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren moderat At-Thohiryah

Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 11

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 12: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

140

menumpang di rumah-rumah warga karena belum ada kobong

(Bangunan Pesantren dari kayu dan bambu), baru pada tahun 1977

M setelah Abuya bebas dari Penjara karena di dzalimi oleh oknum

penguasa orde baru saat itu, Beliau mulai membangun kobong.

Tapi lama kelamaan santri terus bertambah hingga mencapai

sekitar 500 Santriwan dan 200 Santriwati Muqimin dan Ribuan

Santri yang bukan Muqimin.

Mereka berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia.

Perkembangan jumlah Santri itu seiring dengan Kemasyhuran

Ilmu dan Nama Besar Abuya. Karena itu tak heran jika Abuya

tidak hanya dikenal di Pandeglang maupun Banten tapi di

Indonesia bahkan Dunia sekalipun. Berkat Abuyalah Kampung

Cidahu (Jalan Raya Pandeglang – Serang Km 5) menjadi pusat

pendidikan dan pengajaran Islam dan menjadi perhatian umat di

Dunia. Bahkan Kabupaten Pandeglang dikenal orang banyak,

salah satuya dari sosok Kharismatik Abuya.

Pendidikan dan pembinaan Ilmu Agama yang diterapkan

Abuya di Pesantren Cidahu menjadi barometer bagi Pesantren-

Pesantren lain di Pandeglang Khususnya dan beberapa Pesantren

lain di Banten dan sekitarnya. Sebab yang datang mengunjungi

Page 13: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

141

Abuya bukan hanya masyarakat yang ingin jadi Santri Muqim atau

Santri tidak Muqim, tapi banyak pula Ulama dan Kiai yang

mengaji atau meminta Petuah dan Nasihat kepada Beliau, hingga

sangatlah pantas kalau Beliau bergelar Syaikhul Masyayikh /

Kiainya para Kiai.

Abuya merupakan sosok Ulama Banten yang memiliki

kharismatik dan cukup sempurna dalam memadukan Syari‟at dan

Thariqat sehingga dapat meraih Haqiqat. Sejak kecil Abuya

Dimyathi sudah menampakkan keistimewaannya yang tidak

dimiliki oleh orang lain, beliau Siyahah, Tholabul Ilmi dan

Tabarruk dari satu pesantren ke pesantren lainnya, dari Ulama

Sepuh satu ke Ulama Sepuh lainnya di Pulau Jawa dan Pulau

seberang selama 38 tahun (1937 M – 1975 M), mulai dari yang

terdekat yaitu Pesantren di Kadupeusing Pandeglang dibawah

asuhan KH. Tb. Abdul Halim, Pesantren Sempur Plered

Purwakarta dibawah asuhan KH. Tb. A. Bakri, Pesantren Payaman

Secang Magelang yang diasuh oleh KH. Siroj, Pesantren Watu

Congol Muntilan Magelang yang diasuh oleh KH. M. Nahrowi

(Mbah Dalhar), Pesantren Kedung Paruk Purwokerto yang diasuh

oleh KH. Abdul Malik, Pesantren Bendo Pare Kediri yang diasuh

Page 14: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

142

oleh KH. Khozin Al-Muhajir, Pesantren Gontor pimpinan KH.

Zarkasyi, Pesantren Lasem Rembang dibawah asuhan KH.

Baidlowi dan KH. Ma‟shum, Pesantren Kaliwungu Kendal

dibawah asuhan KH. Ru‟yat dst hingga Pesantren yang terjauh di

Lombok NTB dibawah asuhan KH. M. Zainuddin Abdul Majid,

dan selama masa itu Abuya senantiasa bertirakat dengan menahan

lapar yang sangat.

Sepeninggal Abuya Dimyathi yang wafat pada malam

Jum‟at tanggal 03 Oktober 2003 M kepemimpinan Pesantren

Cidahu dipegang oleh Putra tertua Abuya Dimyathi yaitu KH.

Ahmad Muhtadi Dimyathi sampai sekarang dengan dibantu oleh

Putra dan Putri Abuya Dimyathi lainnya yaitu KH. Murtadlo

Dimyathi, KH. Abdul Aziz Dimyathi, KH. Muntaqo Dimyathi,

KH. Muqotil Dimyathi, KH. Mujtaba Dimyathi, Alm. Hj.

Musfiroh Dimyathi dan Hj. Qoyyimah Dimyathi. KH. Ahmad

Muhtadi Dimyathi yang akrab dengan sebutan Abuya Muhtadi

dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1953 M. 12

Beliau sejak kecil sudah berkeliling mengikuti

ayahandanya dengan gemblengan pendidikan dari ayahandanya

12

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 18 Juli 2019

Page 15: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

143

yang sangat luar biasa selama 38 tahun (1965 M – 2003 M),

sehingga Beliau sudah sangat siap ketika Beliau harus estafet

memegang tampuk kepemimpinan Pesantren Cidahu dan

melanjutkan perjuangan ayahandanya.

Pondok pesantren Cidahu merupakan pondok pesantren

yang saat sekarang tetap hidup dan diminati oleh berbagai

masyarakat dari berbagai kalangan dan daerah di seluruh

Indonesia. Pondok pesantren Cidahu telah banyak melahirkan

ulama-ulama besar seperti Habib Hasan Bin Ja‟far Assegaf yang

sekarang memimpin Nurul Mustofa di Jakarta, dan masih banyak

lagi alumninya yang telah mendirikan pondok pesantren.13

2. Metode Pengajaran

a. Bandungan

Adapun metode pengajarannya menggunakan metode

bandungan. Dalam sistem ini para santri berkumpul lesehan

disebuah aula yang telah disediakan dan menyiapkan Kitab yang

sama dengan Kitab yang akan diajarkan oleh Kiai untuk dimaknai

13

Koyah, Pemikiran Abuya Dimyati: Dalam Pengembangan Pendidikan

Islam Tradisional dan Islam Spiritualistik, (Serang: IAIN SMH Banten, 2016), hal.

11

Page 16: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

144

dengan arab pegon, lalu santri mendengarkan Kiai membaca

Kitab, memaknai dengan ala Pesantren, menjelaskan dan

mengulas dengan keterangan dan sumber-sumber dari Kitab lain.14

Dalam menjelaskan sebuah materi yang terdapat disebuah

Kitab sering kali Kiai memberikan penjelasan yang berkait dengan

tatanan dan perilaku di masyarakat. Sehingga apa yang

disampaikan dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga

bagi para santri sebagai bekal menjadi evaluator dan memberikan

kritik membangun tentang keadaan sosial, ekonomi, politik,

pemerintah sesuai dengan tema materi yang sedang dibaca oleh

Kiai.

Setiap santri memperhatikan Kitabnya masing-masing dan

membuat catatan-catatan baik arti perkata maupun keterangan Kiai

yang dianggap penting dan diberi catatan ditepi Kitab kanan atau

kiri, sedangkan terjemahannya ditulis dibawah teks Kitab dengan

huruf Arab dengan bahasa Arab yang searti dengan kata-kata

diatasnya atau dengan bahasa Jawa atau Sunda dan ditulis miring.

Canda Cinta, itulah istilah khusus yang sangat indah buat nuansa

14

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 17: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

145

pengajian di Majelis Abuya Muhtadi Dimyathi, karena Beliau

didalam pengajian selalu menghiasinya dengan humor humor sufi

yang membuat para santri jadi rileks.

Sistem pengajaran disamping memegang teguh prinsip (Al-

„Ilmu Shoidun Wal Kitabatu Qoyduhu) Ilmu itu bagaikan hewan

buruan dan catatan-catatan itu bagaikan talinya, juga menganut

prinsip dan pendirian bahwa Ilmu itu ada didalam dada bukan

didalam tulisan (Al-„Ilmu Fish-Shudur La Fis-Suthur), oleh sebab

itu pendidikan karakter sudah dilakukan Pesantren sejak dulu kala,

saat ini pemerintah sedang mempunyai masalah besar dengan

pembentukan karakter bangsa yang semestinya pemerintah belajar

dari Pesantren.

b. Hafalan (Tahfizh)

Adalah sebagai sebuah metodologi pengajaran, hafalan

pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat

nadhm (syair), bukan natsar (prosa), dan itupun pada umumnya

terbatas pada ilmu kaidah bahaga arab, seperti Nadham AL-

„Imrihti, Afiyyah ibn Malik Nadhm Al-Maqsud, Nadham Jawabir

Al-Makmun, dan lain sebagainya. Namun demikian, ada juga

Page 18: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

146

beberapa kitab prosa (Natsar) yang dijadikan sebagai hafalan

melalui sistem pengajaran hafalan. Dalam metodologi ini,

biasanya santri diberi tugas untuk menghafal beberapa bait atau

baris kalimat dari sebuah kitab, untuk kemudian membacakannya

di depan sang Kiai/ustadz.15

c. Sorogan

Merupakan metode pembelajaran dilaksanakan dengan

cara santri membaca didepan Kiai, dan kalau ada salahnya

kesalahan itu langsung dihadapi oleh kyai, metode sorongan ini

dilakukan oleh santri yang memiliki kemampuan lebih, di sinilah

seorang santri bisa dilihat kemahirannya dalam membaca kitab

kuning dan menafsirkannya atau sebaliknya.

d. Muhawarah

Adalah suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap dengan

bahasa arab yang dilakukan oleh santri selama mereka tinggal di

pondok. Latihan muhawarah atau muhadatshah satu kali atau dua

kali dalam seminggu yang digabungkan dengan muhadarah

kitabah, yang tujuannya adalah melatih santri berpidato.

15

Wawancara dengan pengurus Gus Hubab pondok pesantren Cidahu,

pada tanggal 18 Juli 2019

Page 19: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

147

e. Mudzakarah

Adalah suatu pertemuan ilmiah yang didalamnya dibahas

tentang masalah-masalah aktual keagamaan. Pada saat

mudzakarah inilah santri menguji keterampilannya dengan

mengutip sumber-sumber argumentasi adalah kitab klasik.16

f. Masjlis ta‟lim

Adalah suatu media penyampain ajaran agama Islam yang

bersifat umum dan terbuka. Para jamaah terdiri dari berbagai

macam lapisan yang memiliki latar belakang pengetahuan yang

bermacam-macam, dan tidak dibatasi oleh tingkat usia maupun

perbedaan kelamin.

3. Budaya Santri

a. Budaya kebersamaan dan Suka Menolong

Budaya kebersamaan dan suka menolong sangat kental di

lingkungan pesantren salafi. Kesan tersebut dapat dibuktikan

melalui kehidupan di kobong (pondok) di mana santri hidup

bersama, memasak secara bergiliran, dan bahan makanan

ditanggung bersama. Kehidupan seperti ini telah membangun

16

Wawancara dengan Gus Hubab pengurus pondok pesantren Cidahu,

pada tanggal 18 Juli 2019

Page 20: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

148

nilai-nilai kehidupan santri yang penuh kesederhanaan dan

keikhlasan sebagai bagian dari ibadah.17

Nilai kebersamaan dan suka menolong ini ditanamkan oleh

kiai melalui sikap dan perilaku nyata sehari-hari. Ia adalah panutan

bagi para santri, maka sikap dan perilakunya akan ditiru oleh para

santri. Kiai bertempat tinggal dilingkungan pesantren sebagai

perwujudan nilai kebersamaan itu dan juga perwujudan nilai suka

menolong, karenanya bukan hanya berperan sebagai guru baginya

tetapi juga sebagai pengganti orang tua santri sebagaimana

dijelaskan di atas. Nilai kebersamaan dan suka menolong ini

menjadi tali pengikat yang kuat diantara para santri.

b. Thoriqoh (tasawuf)

Thariqah dipesantren Cidahu sudah menjadi tradisi yang

mengakar karena Abuya KH. Dimyati sudah menggunakan tarekat

sebagai amalan dalam tradisi di pesantren Cidahu, yang diikutinya

dengan nama tarekat Syadziliyah, dan sampai hari ini dilanjutkan

oleh Abuya KH. Muhtadi masih tetap menjaga tradisi yang sudah

turun temurun. Abuya sendiri adalah seorang mursyid thoriqoh,

17

Wawancara dengan Gus Hubab pengurus pondok pesantren Cidahu,

pada tanggal 18 Juli 2019

Page 21: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

149

dan santri Cidahu dalam kesehariannya adalah perwujudan dari

thoriqoh syadziliyah. Kegiatan asma badar, istigotsaah, tahlilan,

puasa mutih hamper semua santri di Cidahu melaksanakannya.

Jadi tradisi thoriqoh di pesantren Cidahu, sudah menjadi ciri khas

sebagai kegiatan yang turun temurun, karena ajaran tasawuf adalah

ajaran untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai

pembersihan jiwa.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme dan Islam Moderat

a. Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme dan Islam Moderat di

Pondok Pesantren Moderat At-Thohiriyah Pelamunan.

Pondok Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu

agama kepada para santrinya, karena pondok pesantren juga

menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan dan

kebhinekaan yang nantinya akan menjaga keutuhan NKRI.

Penanaman nilai-nilai nasionalisme dan Islam moderat ini

perlu dicontoh tidak hanya oleh segala kalangan masyarakat

melainkan juga pemerintah. Yang dinyanyikan di samping

Indonesia Raya, juga yang khas dari pondok yang maknanya

sangat mendalam ketika kita bicara tentang kebangsaan,

Page 22: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

150

tentang nasionalisme. Penanaman nilai nasionalisme ini tidak

hanya ditunjukkan pada perilaku dan perbuatan, namun juga

pakaian yang dikenakan oleh para santri. Santri putri

berkerudung merah-putih, sedangkan santri putranya memakai

baju putih dan berdasi merah. Sikap nasionalisme yang ada di

pondok pesantren, tidak hanya spontanitas. Penanaman

nasionalisme melalui tradisi dan budaya sangatlah efektif,

karena nilai kebudayaan menjadi kharismatik bangsa Indonesia

untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsanya

sendiri dan itu merupakan rasa kecintaan terhadap

bangsanya.18

Mereka mengonsep karena sejarah mencatat para Kiai,

alim ulama, dan santri juga ikut membantu memperjuangkan

serta mempertahankan kemerdekaan. Saat ini pondok

pesantren moderat Ath-Thohiriyah pelamunan juga terus

berjuang untuk menjaga NKRI dengan menyebarkan ajaran

Islam moderat sebagai pengejanwantahan Islam ahlusunnah

wal jama‟ah, dan penanaman nasionalisme yang memiliki

toleransi tinggi terhadap seluruh umat beragama, kepada

18

M. Hussin, Hafidh Maksum, Jurnal Membangun Kembali Sikap

Nasionalisme Bangsa Indonesia Dalam Menangkan Budaya Asing di Era

Globalisasi, (Vol. 3 No. 4, Oktober, 2016), hal. 65

Page 23: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

151

santri. Sehingga akan mampu merawat kebhinekaan dan

menjauhkan diri dari radikalisme. KH. Thohir, Mengatakan

bahwa “kalau tidak didukung oleh para Kiai saya pikir juga

tidak cukup kuat kita untuk menjaga NKRI.”

Islam moderat dan nasionalisme sudah menjadi ruhnya

pondok pesantren moderat Ath-thohiriyah sebagai salah satu

akarnya Nahdlatul Ulama di Provinsi Banten, hal itulah yang

kemudian dijelaskan oleh KH. Muhammad Thohir, selaku

dewan pengurus pondok ia menjelaskan bahwasannya.

Terdapat 3 bentuk cara dalam menanamkan nasionalisme

kepada santri, melalui pembelajaran di kelas pengajian,

melalui kegiatan pondok pesantren, dan melalui tradisi.

Kaitanya dengan konteks sekarang penanaman nasionalisme

dan Islam moderat di pondok pesantren moderat Ath-

Thohiriyah Pelamunan.19

Salah satu kegiatan penanaman nasionalisme yang ada

di pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah Pelamunan

adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sya‟ir Ya Lal

Wathan yang diciptakan oleh KH. Wahab Hasbullah, ketika

19

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 24: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

152

upacara yang dilaksanakan 22 oktober. Sehingga santri dengan

lagu perjuangan nasionalisme dalam mengusir penjajah khas

Nahdlatul Ulama karangan mbah Wahab tersebut

membangunkan kembali jiwa patriotisme santri.20

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun yang

masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi sering

dibahasakan dengan adat istiadat. Ada hal yang berkaitan erat

dengan tradisi, pertama adalah karakter, kedua adalah kondisi

geografis. Tradisi santri putri memakai kerudung merah dan

putih, dan putra memakai songkok hitam di pondok pesantren

moderat At-Thohiriyah Pelamunan saat upacara bendera

merupakan karakter santri dalam mecintai tanah airnya.21

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara,

dengan santri yang bernama Ahdori, penanaman nilai-nilai

nasionalisme dan Islam moderat dalam lingkup kehidupan

sehari-hari di pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah

Pelamunan pada dasarnya berkaitan erat dengan bentuk

kegiatan yang ada di pondok. Menurut Ahdori menyanyikan

lagu Ya lal wathon ini sangat mempunyai makna yang sangat

20

Wawancara dengan KH. Ulfi Zaini Thohir, pengurus pondok pesantren

moderat At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 21

Ahmad Muhakamurrohman, Jurnal Pesantren: Santri, Kiai dan Tradisi,

(Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2014), hal. 114-115.

Page 25: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

153

dalam, karena lagu ini mengajarkan kepada santri untuk

mencintai tanah air.22

Hubungan antara keduanya saling

berkesinambungan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang

menggambarkan penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam

lingkup kehidupan sehari-hari di pondok pesantren moderat

Ath-Thohiriyah Pelamunan akan dijelaskan di bawah ini,

berdasarkan data-data yang diperoleh melalui wawancara

dengan pengurus pondok pesantren moderat At-Thohiriyah.23

1. Pengajian kitab kuning

Pengajian kitab adalah proses belajar mengajar yaitu

antara Kiai sebagai pengajar dan santri pondok pesantren

moderat At-Thohiriyah Pelamunan dengan menggunakan

Kitab Kuning.24

Dinamakan Kitab Kuning karena di masa lalu

pada umumnya ditulis atau dicetak menggunakan kertas

berwarna kuning. Pengajian ini dilakukan setiap hari, baik

putra maupun putri dalam batasan tertentu. Adapun kitab-kitab

22

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 23

Wawancara dengan Ustadz Roby, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 24

Surrurin, Jurnal Kitab Kuning Sebagai Kurikulum Pesantren, (No. 1,

Vol. VI, 1998), hal. 1

Page 26: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

154

yang yang dibacakan oleh pengasuh diantaranya kitab tafsir,

hadis, tauhid, akhlak dan fiqh.25

Berdasarkan uraian yang ada di atas, menurut hasil

wawancara dengan pengasuh pondok, dapat diketahui bahwa

menurut sudut pandang para santri pondok pesantren

beranggapan bahwa kegiatan Pengajian Bandongan ini

merupakan salah satu bentuk penanaman nilai-nilai

nasionalisme di pondok pesantren. Menurut dewan pengurus

KH. Munifi “Pengajian Bandongan itu merupakan suatu

bentuk pengajian bersama yang melibatkan seluruh santri, baik

putra maupun putri. Dalam pengajian tersebut, semua santri

berkumpul di aula (dalam batasan tertentu) untuk mengikuti

Dari kebersamaan inilah saya merasa bahwa kegiatan

pengajian tersebut merupakan salah satu bentuk penanaman

nilai-nilai nasionalisme di pondok ini.26

Menurut santri ketika

kita semua berkumpul saat pengajian, maka saat itu juga segala

25

Wawancara dengan KH. Ulfi Zaini Thohir pengasuh pondok pesantren

moderat At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 26

Wawancara dengan KH. Munifi pengasuh pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 27: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

155

macam perbedaan yang ada terasa hilang. Kami semua

melebur menjadi satu dengan rasa kebersamaan”.27

Lebih lanjut berdasarkan hasil wawancara dengan Azis

salah satu santri, bahwa pencerminan nilai hormat‐

menghormati sangat tampak dalam pengajian yang rutin

dilaksanakan dipondok. Seluruh santri dikumpulkan diajak

untuk belajar bersama, tidak ada perbedaan yang mencolok

dalam pengajian baik yang tua ataupun yang muda sama-sama

saling menghargai.28

Kemudian Ustadz Riyan juga

menambahkan “baik para pengajar maupun para santri sudah

memiliki kesadaran untuk saling menghargai, saling

menghormati, dan saling bekerja sama tidak pandang bulu dari

mana ia berasal dan keturunannya siapa”. Itulah nilai

nasionalisme yang ada ada di pondok pesantren moderat Ath-

Thohiriyah dalam bentuk pengajian.29

27

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 28

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 29

Wawancara dengan Ustadz Riyan, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 28: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

156

2. Upacara Bendera

Berdasarkan wawancara, dengan dewan pengurus

pondok pesantren moderat At-Thohiriyah, upacara bendera

rutin di adakan pada kegiatan hari santri nasional 22 oktober

sebagai pengingat fatwa resolusi jihad NU yang dikeluarkan

oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy‟ari dalam melawan

penjajahan.30

Upacara bendera menurut KH. Nazihun

dimaknai sebagai Penanaman nilai nasionalisme melalui

kegiatan upacara ini kaitannya dengan keinginan untuk

menjadi warga negara yang baik sudah dilaksanakan dengan

baik. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam berbagai langkah

kegiatan dan menunjukkan sikap persatuan mereka sesuai

dengan kapasitasnya sebagai santri.31

Disamping itu juga upacara bendera di dalamnya ada

penghormatan terhadap para pahlawan yang telah gugur dapat

melalui kegiatan upacara bendera. Penghormatan tersebut

ditanamkan melalui langkah-langkah upacara. Langkah-

langkah upacara yang ada itu seperti: mendengarkan petugas

30

Wawancara dengan KH. Thohir pengurus pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 31

Wawancara dengan KH. Nazihun pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 29: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

157

membacakan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

dasar Negara Indonesia yang telah didirikan oleh Ulama

berdasarkan musyawarah antara elemen bangsa, baik dari

kalangan agamin maupun nasionalis, menyanyikan lagu

Indonesia Raya, dan syair syubbanul wathon sebagai khas

pesantren NU, hening cipta, membaca Pancasila, dan hormat

ketika sang merah putih dikibarkan.32

Berbicara perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih

kemerdekaan, menurut Ustadz Roby kaum santri merupakan

elemen terpenting dalam sejarah panjang perjuangan bangsa

Indonesia hingga pada puncaknya muncul statemen dari

kalangan pesantren untuk melakukan resolusi jihad 22 oktober

1945. Dari kesandaran perjuangan itu kemudian muncul rasa

nasionalisme dengan menerima Pancasila dan UUD 1945

sebagai dasar negara serta memperjuangkan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan kesadaran akan

kenyataan keberagaman yang terkonsep dalam Bhineka

Tungga Ika.33

Maka dari hal itulah kemudian dilakukan

32

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 33

Wawancara dengan Ustadz Roby, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 30: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

158

upacara bendera dilakukan sebagai bentuk penanaman

nasionalisme kepada santri.

3. Ro‟an (kerja bakti)

Salah satu contoh kegiatan lain yang merupakan bentuk

penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam lingkup kehidupan

sehari-hari di pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah

Pelamunan adalah kerja bakti bersama.34

Pelaksanaan kerja

bakti ini pada umumnya tidak terikat waktu. Kapanpun itu,

jika dikehendaki, maka kegiatan akan berjalan. pelaksanaan

kerja bakti bersama di pondok pesantren moderat Ath-

Thohiriyah Pelamunan merupakan wujud nasionalisme kerja

sama antar santri untuk merawat lingkungannya.35

Gotong royong merupakan bentuk nilai nasionalisme

karena didalamnya merupakan bentuk solidaritas sosial untuk

kepentingan bersama, sehingga didalamnya terdapat sikap

loyal dari setia santri sebagai satu kesatuan.36

Berdasarkan wawancara dengan Ahdori menurutnya

santri saling bekerja sama dan tolong menolong agar pekerjaan

34

Wawancara dengan KH. Thohir pengurus pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 35

Wawancara KH. Ulfi Zaini Thohir, pengasuh pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 36

Nadlirotul Muniroh, Implementasi Nilai Nasionalisme dan Gotong

Royong Dalam Mata Pelajaran PKN di MI Pabelan dan MI Miftahun Najihin

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2018), hal. 43.

Page 31: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

159

yang dilakukan cepat selesai. Hal ini sudah diterapkan di

pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah Pelamunan sejak

dahulu. Pada intinya, kehidupan di pondok pesantren

memerlukan adanya kerja sama dan sikap tolong menolong

yang baik antarsantri sehingga kebersamaan bisa terwujud.37

4. Kegiatan Perkoperasian

Keberadaan koperasi yang ada dipondok pesantren

moderat Ath-Thahiriyah Pelamunan bisa dikategorikan dalam

wujud penanaman nilai-nilai nasionalisme.38

Dalam kegiatan

perkoperasian, para santri diajarkan untuk mencintai produk

dalam negeri sekaligus diajarkan untuk kerja sama dan gotong

royong dalam mengelola koperasi. Segala bentuk barang yang

dijual di koperasi ini umumnya atas inisiatif para santri sendiri.

Bahkan terkadang barang yang dijual di koperasi adalah hasil

dari kreativitas para santri sendiri. Hal ini merupakan wujud

dari pemaknaan penanaman nilai-nilai nasionalisme, yaitu nilai

kerja sama dan juga cinta tanah air.39

Berdasarkan wawancara

dengan Azis selaku santri menurutnya kegiatan koperasi

37

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 38

Wawancara dengan Ustadz Riyan pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 39

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 32: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

160

menjadikan santri untuk bisa mengelolah, kerjasama antar

santri dan juga bisa menjual produk dari hasil santri sendiri

secara tidak langsung santri diajarkan untuk membeli produk

dari dalam pondok dan itu juga adalah bentuk kecintaan ke

pondok.40

Islam adalah agama yang mempunyai semangat toleransi

yang tinggi. Toleransi merupakan karakter yang termasuk dalam

nilai Islam moderat. Berdasarkan hasil wawancara, penanaman

karakter moderat kepada santri melalui pembelajaran dan tauladan

(sikap) Kiai. Proses penanaman moderat melalui metode

pembelajaran, nasihat kepada santri dan sikap Kiai yang harus di

contoh oleh santri.41

1. Diskusi

Kegiatan diskusi dipondok pesantren moderat Ath-

Thohiriyah Pelamunan, selain untuk melatih karakter toleransi,

dalam hal perbedaan pendapat juga untuk melatih karakter

demokratis pada santri. Karakter demokratis juga termasuk

dalam nilai Islam moderat.42

40

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 41

Wawancara dengan KH. Muhtadi, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 42

Wawancara dengan KH. Thohir pengurus pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 33: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

161

Toleransi berasal dari kata “tolerantia” yang berarti

kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran.

Toleransi juga mempunyai arti sikap membiarkan, mengakui

dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan

persetujuan.43

Menurut KH. Ulfi Zaini Thohir “Dengan adanya

diskusi maka akan melahirkan perbedaan pendapat, dengan

adanya perbedaan pendapat, maka seorang santri di tuntut

untuk menghormati keyakinan pendapat orang lain dalam arti

bertoleransi dengan pendapat orang lain tanpa harus

meyakininya”.44

Alquran menjelaskan di dalam surat Al-

Baqoroh 139.

Artinya: "Bagi Kami amalan kami, dan bagi kamu

amalan kamu” (Qs. Al-Baqarah: 139).

Berdasarkan hasil wawancara dengan santri, kegiatan

diskusi ini sebetulnya untuk melatih kemampuan santri, agar

tidak kagetan ketika sudah lulus dipondok menghadapi

perbedaan pendapat. Karena dengan adanya diskusi dipondok

43

Nur Lu‟luil Makmunah, Konsep Toleransi Beragama Menurut Alquran,

(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), hal. 8. 44

Wawancara dengan KH. Ulfi Zaini Thohir pengasuh pondok pesantren

moderat At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019

Page 34: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

162

kita santri diajarkan untuk menghargai perbedaan pendapat

dengan yang lain, bertoleransi dengan perbedaan pendapat dan

itu juga cara yang efektif dalam menanamkan pemahaman

yang moderat dengan cara langsung dipraktikan dengan yang

lain.45

2. Materi Aswaja

sikap moderat yang ada di pondok pesantren At-

Thohiriyah pada dasarnya tidak terlepas dari akidah

Ahlusunnah waljama'ah (Aswaja) yang dapat digolongkan

paham moderat.46

Islam menurut paham Ahlussunah

waljamaah dengan mengakui mazhab empat, yaitu Hanafi,

Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Penjabaran secara terperinci,

bahwa dalam bidang akidah, NU mengikuti paham Ahlussunah

waljamaah yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan Al- Asy'ari,

dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi. Dalam bidang fiqih,

mengikuti jalan pendekatan (al-mazhab) dari Mazhab Abu

Hanifah Al-Nu'man, Imam Malik ibn Anas, Imam Muhammad

ibn Idris Al-Syafi'i, dan Ahmad ibn Hambali. Dalam bidang

tasawuf mengikuti antara lain Imam al-Junaid al- Bagdadi dan

45

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 46

Wawancara dengan KH. Ulfi Zaini Thohir, pengasuh pondok pesantren

moderat At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 35: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

163

Imam al-Ghazali, serta imam-imam yang lain. Dari materi

aswaja ini akan menjadikan seorang santri menjadi moderat.47

Menurut santri, ketika pengajian berlangsung para

santri diceritakan oleh Kiai bagaimana seorang Imam

berperilaku moderat dalam pengambilan hukum, baik hukum

fiqh, theologi, dan tasawuf. Dari materi yang dipaparkan oleh

Kiai seorang santri juga kemudian mengetahui bagaimana

prinsip moderat dalam berfatwa tidak langsung berbica

haram.48

3. Nasihat Kiai

Seorang Kiai dalam budaya pesantren memiliki

berbagai macam peran, termasuk sebagai ulama, pendidik dan

pengasuh, penghubung masyarakat, pemimpin, pengelola

pesantren dan selalu memberikan nasihat kepada santri. Peran

yang begitu kompleks tersebut menuntut Kiai untuk bisa

memposisikan diri dalam berbagai situasi yang dijalani.49

Penanaman moderat selanjutnya adalah melalui nasihat

dari Kiai kepada santri, nasihat Kiai sangat penting dalam

47

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 48

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 49

Kasful Anwar, Jurnal Kepemimpinan Kiai Pesantren: Studi terhadap

Pondok Pesantren di Kota Jambi,… hal. 227

Page 36: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

164

menjadikan santri pribadi moderat, sebab kepribadian santri

menjadi seorang muslim moderat atau tidak bagaimana

seorang Kiai dalam menanamkannya.50

Berdasarkan

wawancara dengan santri KH. Ulfi Zaini Thohir, sering

menasihati santrinya dengan cara “jika kamu keluar pondok

nanti jangan menjadi muslim yang gampang mengkafirkan

orang lain” nasihat ini menjadi pegangan oleh santri untuk

berprilaku moderat baik dalam pemikiran ataupun tingkah laku

sehari-hari.51

4. Peduli sosial (lingkungan)

Menurut menteri Agama KH. Lukman Hakim Saifudin,

ada tiga ciri santri yaitu: 1). Moderat 2). Menghargai

keragaman (lingkungan) 3). Cinta tanah air. Santri adalah

orang yang menghargai keragaman bukan berarti mengabaikan

keyakinan dan keimanan. Bentuk penghargaan kepada orang

lain sama sekali tidak mengikis keimanan seseorang.52

50

Wawancara dengan Ustadz Roby, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 51

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 52

KH. Lukman Hakim Saifudin, https://m.republika.co.id/berita/dunia-

islam/islam-nusantara/17/10/23/oya7oc396-ciri-santri-itu-moderat-hargai-

keragaman-dan-cinta-negara, di akses pada tanggal 09 Agustus 2019

Page 37: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

165

Berdasarkan hasil wawancara dengan KH.Thohir,

kepedulian terhadap lingkungan sosial merupakan cara

penanaman karakter moderat di pondok pesantren moderat

Ath-Thohiriyah karena dengan peduli sosial itu sama saja

dengan menghargai keragaman, menjaga tanah air sesuai

dengan kapasitasnya masing-masing dan mencintai tanah air,

serta peduli terhadap sesame tidak pandang dulu dari masa ia

berasal, dari suku mana ia dilahirkan. Menghargai keragaman

dan mencitai tanah air merupakan ciri Islam moderat.53

Dan juga menurut Azis, santri diajarkan oleh Kiai

untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, membantu dan

bekerja sama dengan masyarakat ketika ada kerja bakti

ataupun ketika ada acara ke Islaman, ini artinya dengan santri

diajarkan peduli terhadap lingkungan santri secara tidak

langsung ditanamkan rasa saling menghargai keragaman serta

peduli terhadap lingkungan yang tidak pandang bulu.54

5. Pendidikan Wawasan Kebangsaan

53

Wawancara dengan KH. Thohir pengurus pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 54

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 38: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

166

Pendidikan wawasan kebangsaan merupakan salah satu

pilar terbentuknya karakter Islam moderat. Wawasan

kebangsaan merupakan pandangan seseorang mengenai bangsa

dan negaranya.55

Pendidikan wawasan kebangsaan merupakan

salah satu pilar terbentuknya karakter Islam moderat.

Wawasan kebangsaan merupakan upaya menanamkan dan

meningkatkan cara pandang bangsa Indonesia, baik dari sisi

pemahaman, rasa, ataupun semangat tentang diri dan

lingkunganya agar mengutamakan kesatuan bangsa serta

kesatuan wilayah yang dilandasi pancasila dan UUD 1945.

Dalam pelaksanaanya bisa dilakukan dengan berbagai

pendekatan dan metode diantaranya melalui pengajian,

seminar kebangsaan, tradisi atau budaya.56

Menurut Ustadz Roby Wawasan kebangsaan

mempunyai arti arti pandangan, tinjauan, penglihatan,

tangggapan inderawi. Dalam istilah lain wawasan mengandung

arti paham atau keyakinan tentang suatu hal, cara pandang,

55

Wawancara dengan KH. Muhtadi, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 56

Fathur Rohman, Jurnal Pendidikan Wawasan Kebangsaan Dengan

Pendekatan Bayani di Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri Jepara, (Vol. 13, No.

Februari 2018), hal. 65.

Page 39: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

167

cara tinjauan dan cara Indonesia merupakan negara yang

terdiri dari berbagai macam perbedaan baik suku, ras, bangsa,

budaya, agama dan bahasa.57

Mengingat hal itu, untuk mencegah munculnya paham

ekstrim dan menguatkan karakter Islam yang moderat perlu

adanya penanaman wawasan kebangsaan. Tujuanya adalah

agar para santri memiliki cakrawala pengetahuan mengenai

fakta berbagai perbedaan yang ada di Indonesia dan

menguatkan rasa nasionalisme.58

Menurut santri, dalam pengajian para Kiai pasti

bercerita dengan perjuangan kaum sarungan dalam

memerdekakan bangsa Indonesia, tentang tokoh-tokoh Islamis

yang nasionalis seperti KH. Hasyim, dan juga dipondok kami

pernah diadakan seminar kebangsaan.59

Dan bukan hanya itu

saja kemudian para santri ditanamkan wawasan kebangsaan di

pondok pesantren moderat Ath-Thahiriyah Pelamunan, melalui

57

Wawancara dengan Ustadz Roby, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019 58

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 08 Juli 2019 59

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 40: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

168

pembelajaran kitab Addifa „Anil Wathon. kitab ini menjelaskan

bahwasannya harus mencintai tanah air dan menjelaskan

antara hubunganya dengan agama.60

b. Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme dan Islam Moderat di

Pondok Pesantren Cidahu

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua

yang merupakan produk budaya Indonesia. Dalam perspektif

historis, pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman,

tetapi juga mengandung makna keaslihan Indonesia, dimana

pondok pesantren tetap mempertahankan tentang nilai-nilai

keaslian Indonesia yang dapat menumbuhkan sikap nasionalisme,

dan pemahaman yang moderat.

Pondok pesantren cidahu merupakan salah satu pendidikan

tradisional tertua yang ada di provinsi Banten, menurut Susanto

dalam bukunya, pendidikan merupakan upaya penanaman

nasionalisme. “education is a process of internalization of values

which including the value of nationalism” (pendidikan adalah

proses penanaman nilai-nilai nasionalisme).

60

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 41: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

169

Pondok pesantren cidahu yang dalam sejarah berdirinya

disebutkan bahwa mempunyai ciri khas Islam Ahlu Sunnah Wal

Jama‟ah dalam mengintegrasikan nilai Islam moderat dan

nasionalismenya menggunakan perpaduan metode pesantren. Hal

ini dikarenakan pondok pesantre ini didirikan oleh Kiai

kharismatik Banten seorang mursyid thoriqoh yakni Abuya KH.

Dimyati, yang kemudian sekarang diteruskan oleh Abuya KH.

Muhtadi Dimyati.

Pada dasarnya penanaman nilai-nilai nasionalisme dan

Islam moderat yang ada di pondok pesantren Cidahu dan pondok

pesantren moderat Ath-Thahiriyah tidak jauh berbeda dalam

proses penanamannya. Penanaman nilai-nilai nasionalisme dan

Islam moderat di pondok pesnatren Cidahu dalam lingkup

kehidupan sehari-hari di pondok pesantren Cidahu Abuya KH.

Muhtadi pada dasarnya berkaitan erat dengan bentuk kegiatan

yang ada di pondok. Hubungan antara keduanya saling

berkesinambungan. Berdasarkan hasil penelitian melalui

wawancara, dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di

pondok pesantren Cidahu, Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang

menggambarkan penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam

Page 42: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

170

lingkup kehidupan sehari-hari di pondok pesantren Cidahu akan

dijelaskan di bawah ini, berdasarkan data-data yang diperoleh

melalui wawancara.61

a. Keteladanan (ahklak)

Keteladanan merupakan poin yang yang terpenting,

sebab cara melakukan dakwah yang optimal adalah dengan

dakwah bil hal dengan keteladanan disamping dengan dakwah

bil lisan. Kiai pesantren dapat memengaruhi pola pikir santri

melalui berbagai hal, Kiai tak pernah sungkan untuk

memberikan contoh secara langsung kepada santri-santri.

Sebaliknya santri akan selalu mengamati segala gerak-gerik

kiai yang terlihat oleh santri. Mulai dari cara berpakain, cara

bergaul, bersikap, bertutur sapa, dan cara bermasyarakat.62

Abuya Kiai Muhtadi dimata santri selalu aktif dalam

kegiatan nasionalisme seperti memberikan seminar atau

pengajian tentang cinta tanah air kepada santri dan masyarakat,

Abuya Muhtadi juga setiap keliling dakwah ke pelosok-

pelosok Banten setiap penutupannya selalu berdoa untuk

61

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019 62

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 18 Juli 2019

Page 43: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

171

persatuan Indonesia dan meneriakan NKRI Harga Mati

sebagai jargonnya Kiai.63

Dan yang lebih dahsyat lagi Abuya

Muhtadi dalam membentengi masyarakat dan santri dari

paham yang memecah bela Indonesia yang berasaskan

pancasila dan UUD 1945, beliau mengeluarkan fatwa tentang

pancasila dan organisasi yang menentang nasionalisme.64

Hal itu kemudian menurut santri tentu akan direkam

oleh para santri, sehingga memicu santri-santri untuk ikut

melakukannya setelah lulus dari pesantren kelak. Keseharian

Abuya Muhtadi di masyarakat sekitar pesantren merupakan

contoh cinta tanah air dimulai dari hal yang kecil, sedini

mungkin, dan sesuai kemampuan masing-masing warga

Indonesia.

b. Thoriqoh

Pondok pesantren Cidahu Abuya Muhtadi dalam

menanamkan nasionalisme dengan pendekatan thoriqoh, sebab

thoriqoh adalah pembersihan hati dan jiwa.65

Menurut putra

63

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019 64

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019 65

Wawancara dengan Gus Hubab Nafi Nu‟man, pengurus pondok

pesantren Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 44: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

172

beliau Abuya Muhtadi sendiri dalam berthoriqoh

menggunakan thoriqoh syadziliyah, Di dalam Thoriqoh wujud

syukur kepada tanah air adalah bakti kita kepada tanah air

Indonesia.66

Bahwa perintah untuk bersyukur telah banyak

diterangkan di dalam Alquran, mulai dari perintah syukur

terhadap nikmat, keutamaan atau kemuliaan bagi orang-orang

yang bersyukur, hingga ancaman bagi orang-orang yang tidak

mau bersyukur.

Menurut santri Abuya Muhtadi mengajarkan kepada

santrinya thoriqoh untuk sebanyak-banyaknya berzdikir

kepada Allah juga memberikan pengajaran beberapa doa

khusus. Doa khusus tersebut salah satunya adalah doa untuk

kemakmuran tanah air. Doa untuk kemakmuran tanah air ini

Indonesia.67

“Robbij‟al haadzaa baladan aaminaa, wazuq ahlahu minas

tsamarooti, man aamana minhum billahi wal yaumil aakhiri”.

Do‟a ini sering diamalkan oleh Abuya Muhtadi dan santrinya

untuk mendoakan negeri Indonesia dari marabahaya yang

66

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 18 Juli 2019 67

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019

Page 45: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

173

mengancam dan menjaga persatuan Indonesia serta

berlingdung kepada Allah SWT.

c. Organisasi

Organisasi adalah wadah untuk seorang santri

menyalurkan bakat dan keterampilannya serta mendiskusian

persoalan-persoalan yang ada dan melalui organisasi akan

muncul jiwa kepemimimpinan yang dimiliki oleh santri. Di

pondok pesantren Cidahu Abuya Kiai Muhtadi Menggembleng

santrinya untuk berorganisasi disamping belajar ilmu agama.

salah satunya dengan mengikuti Majlis Mudzakaroh Abuya

Muhtadi Cidahu Banten atau yang disingkat dengan (M3CB),

melalui M3CB inilah santri dituntut untuk berbathsul masail

dengan santri dan Kiai lain. 68

Tujuannya untuk melatih sejauh mana ilmu yang telah

dimiliki oleh santri, dan juga selain untuk melatih karakter

toleransi, dalam hal perbedaan pendapat dengan santri dan

Kiai lain juga untuk melatih karakter demokratis pada peserta

santri. Karakter demokratis juga termasuk dalam nasionalisme.

68

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 46: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

174

Selain mengikuti M3CB santri Cidahu yang sudah matang

ilmunya oleh abuya untuk berkhidmat di Jam‟iyah Nahdlatul

Ulama Provinsi Banten, di antaranya mengikuti PKPNU

(Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama) tujuannya

untuk berkhidmat kepada NU, serta melatih kepemimpinan.69

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang harus

dikuasai oleh santri saat ini, sebab para santri saat ini

merupakan calon-calon pemimpin bangsa dan negara di masa

yang akan datang. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa

pembaruan dan tidak kenal menyerah, dimana hal tersebut

merupakan salah satu indikator dari sifat nasionalisme, karena

kemajuan suatu bangsa di tentukan oleh mental sumber daya

manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa yang senantiasa dapat

memanfaat waktu, hidup sederhana, disiplin, suka bekerja

keras dan jujur, untuk mencapai semua itu dibutuhkan para

pemuda yang memiliki jiwa inovatif dan tidak pantang

menyerah demi memajukan dan mengembangkan bangsa dan

negaranya, sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain

di dunia. Oleh sebab itu pengasuh dan pengurus pondok

69

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019

Page 47: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

175

pesantren merasa perlu untuk menanamkan jiwa

kepemimpinan kepada para santrinya.70

d. Gotong Royong

Gotong royong merupakan suatu kegiatan sosial yang

menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak jaman dulu hingga

saat ini. Kegiatan gotong royong dapat menumbuhkan rasa

kebersamaan, yang mempererat rasa persatuan dan

kesatuan.71

budaya gotong royong ialah salah satu bentuk

budaya asli bangsa Indonesia yang dapat mempererat

persatuan dari Sabang sampai Merauke. Hanya di Indonesia

kita dapat menjumpai kegiatan gotong royong seperti ini,

sebab di negara-negara lain masyarakatnya cenderung acuh tak

acuh terhadap lingkungan sekitar.

Hingga saat ini, menurut santri pondok pesantren

Cidahu masih tetap melestarikan budaya gotong royong,

seperti membersihkan lingkungan pondok, membuat majlis

dari bambu, dan membuat beraneka ragam ketika melakukan

70

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 15 Oktober 2019 71

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 18 Juli 2019

Page 48: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

176

perayaan hari besar Islam (PHBI), semuanya dilakukan

bergotong royong sesame santri.72

Gotong royong dimaknai oleh santri merupakan salah

satu bentuk nilai nasionalisme karena didalamnya merupakan

bentuk solidaritas sosial untuk kepentingan bersama, sehingga

didalamnya terdapat sikap loyal dari setia santri sebagai satu

kesatuan.73

Nurkholis Madjid mengungkapkan dalam

perspektif historis, bahwasannya pesantren tidak hanya identik

dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna

keaslihan Indonesia (Indigenous), oleh sebab itu pesantren

dapat dijadikan sebagai salah satu wadah dalam memberikan

penanaman sikap nasionalisme.

e. Menjaga Tradisi/budaya

Tradisi-tradisi ataupun budaya merupakan bentuk

aktualisasi dari ajaran aswaja yang telah ada sejak zaman

Walisongo dan tetap dilestarikan. Tradisi yang berkembang

72

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019 73

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019

Page 49: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

177

ditengah- tengah masyarakat itu kemudian mendapatkan

legitimasi dari kalangan pesantren tradisional.

Diantara tradisi-tradisi keagamaan yang dilakukan di

pesantren Cidahu adalah Ziarah Kubur pembacaan Tahlil,

Istigosah dan Asma Badar. Tradisi kesehariannya dalam

berpakaian seperti sarungan, baju batik dan peci hitam, sebagai

ciri khas Indonesia.74

Tradisi yang berkembang di kalangan pesantren pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya merupakan sebagai

sumber kearifan lokal untuk mewujudkan harmonisasi

kehidupan yang baik. Pendekatan tradisi ini terbukti berhasil

dalam menanamkan Islam dengan damai dan puncaknya

menanamkan rasa kecintaan terhadap budaya, menjaga budaya

sama dengan menjaga tanah air, dan menjaga tanah air adalah

rasa nasionalisme yang tinggi yang wajib dimiliki oleh seluruh

rakyat Indonesia.

Para ulama pesantren melanjutkan pendekatan yang

dirintis Walisongo, yakni datang masuknya Islam ke Indonesia

74

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 15 Oktober 2019

Page 50: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

178

secara damai dan berlahan-lahan tapi pasti. Bagi kalangan

pesantren NU tidak asing lagi dengan kaidah ushul fiqh yang

satu ini.

و خ بل الص ن ي د لق ى ا ل ع ت ظ بف ح و ل ا خل ص ل ا د ي د ج ل بب ر خ ل ا

“Menjaga tradisi yang lama yang baik dan mengambil tradisi

yang baru yang lebih baik”.75

Dengan demikian menurut santri melalui beberapa

tradisi, baik yang bernuansa keagamaan seperti tahlilan,

shalawatan, yasinan, istighasahan, manaqiban, sampai ke

tradisi yang bernuasa kebudayaan, seperti ziarah kubur,

khitanan massal, peringatan hari-hari besar Islam, halalbihalal,

memakai sarungan, memakai baju batik, baju kebaya, baju

adat istiadat dan pakaian yang khas Indonesia. 76

Dari tradisi-tradisi itu terlihat jelas bahwa pesantren

Cidahu hendak mempersiapkan para santrinya yang kelak akan

terjun ke masyarakat agar memiliki pandangan yang terbuka

tentang tradisi-tradisi yang berkembang dimasyarakat. 77

Berdasarkan wawancara dengan pengurus menjaga kearifan

75

Fathor Rosi, Jurnal Konsep Pembaharuan Kurikulum Pendidikan

Pondok Pesantren, (Islamic Akademika, No. 1 Tahun 2018), hal. 49. 76

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019 77

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019

Page 51: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

179

khas tradisi nusantara sama jaga dengan mencintai Indonesia

dan yang paling efektif untuk menanamkan rasa nasionalisme

dan pemahaman Islam moderat dengan menjaga tradisi yang

ada.78

Islam adalah agama yang mempunyai semangat

toleransi yang tinggi. Toleransi merupakan karakter yang

termasuk dalam nilai Islam moderat. Berdasarkan hasil

wawancara, penanaman karakter moderat kepada santri

melalui pembelajaran dan tauladan (sikap) Kiai.79

a. Melalui Keteladanan (Akhlak)

Keteladanan (akhlak) adalah contoh yang ideal

yang selayaknya atau seharusnya diikuti. Keteladanan

seorang kiai adalah merupakan cerminan prilaku yang

diikuti dan dicontoh oleh para santrinya. Di dalam sebuah

pondok pesantren, peran Kiai sangat penting dan sangat

berpengaruh di dalamnya.80

Kiai merupakan pemimpin

tunggal yang memegang peran hampir mutlak. Kharisma

78

Wawancara dengan Gus Hubab, penguruspondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 15 Oktober 2019 79

Wawancara dengan Gus Hubab, pengurus pondok pesantren Cidahu,

pada tanggal 15 Oktober 2019 80

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 15 Oktober 2019

Page 52: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

180

seorang Kiai di dalam pesantren menjadikan Kiai sangat

disegani dan dihormati oleh para ustadz maupun santrinya.

Seorang Kiai harus bisa menjadi suri tauladan bagi

para santri di dalam pesantren. Untuk itu Kiai sangat

berpengaruh dalam hal pendidikan maupun tingkah laku,

terutama dalam pembentukan sikap dan karakter santri.

Terbentuknya karakter santri di dalam lingkungan

pesantren tergantung bagaimana peran kepemimpinan Kiai

di dalamnya. Keberhasilan dari kepemimpinan Kiai dalam

membentuk karakter santri juga dipengaruhi oleh kharisma

Kiai yang kemudian diikuti oleh para santri.

Di mata santri kharisma Kiai Abuya Muhtadi

sangat dihormati dan diteladani oleh para santri.

Keteladanan dalam menunjukan sikap moderat Kiai

tercermin dalam ajaran-ajaran dan tingkah laku

keseharianya, terutama dalam mengadapi atau merespon

persoalan kehidupan sehari-hari, baik politik, budaya

maupun dalam memperlakukan santri di pesantrennya.

Page 53: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

181

Sikap dan pandangan itu kemudian diteladani dan ditiru

oleh para santri sebagai pijakan dalam bersikap.81

b. Melalui Pembelajaran

sikap moderat yang ada di pondok pesantren

Cidahu pada dasarnya tidak terlepas dari akidah

Ahlusunnah waljama'ah (Aswaja) yang dapat digolongkan

paham moderat. Syariat Islam akan dapat dipahami dengan

baik manakala sumber-sumber ajarannya (Al-Qur`an dan

hadis) dipahami secara komperhensif, tidak parsial

(sepotong-sepotong). Ayat-ayat Alquran, begitu pula hadis-

hadis Nabi, harus dipahami secara utuh, sebab antara satu

dengan lainnya saling menafsirkan.82

Berdasarkan wawancara dengan santri, di pondok

Cidahu mengajarkan kepada santri untuk memadukan dan

mengawinkan antara akal dan teks, di satu sisi mereka

menghormati teks sebagai firman Allah SWT, tapi disisi

lain mereka juga menghargai kemampuan akal sebagai

anugerah dari Allah.83

Artinya santri diajarkan untuk

81

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019 82

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 18 Juli 2019 83

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

15 Oktober 2019

Page 54: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

182

moderat dalam mamadukan teks dan akal, nalar dan

wahyu. Sehingga santri tidak terjerumus kedalam

kelomdok kanan (radikal) ataupun kelom kiri (liberal).

c. Melalui Pendidikan Kebangsaan

Pendidikan wawasan kebangsaan merupakan salah

satu pilar terbentuknya karakter Islam moderat. Wawasan

kebangsaan merupakan pandangan seseorang mengenai

bangsa dan negaranya. Wawasan kebangsaan terdiri dari

kata wawasan dan kebangsaan. Wawasan berasal dari kata

“wawas” yang dalam bahasa mengandung arti pandangan,

tinjauan, penglihatan, tangggapan inderawi. Dalam istilah

lain wawasan mengandung arti paham atau keyakinan

tentang suatu hal, cara pandang, cara tinjauan dan cara

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai

macam perbedaan baik suku, ras, bangsa, budaya, agama

dan bahasa.

Mengingat hal itu, untuk mencegah munculnya

paham ekstrim dan menguatkan karakter Islam yang

moderat perlu adanya penanaman wawasan kebangsaan.

Tujuanya adalah agar para santri memiliki cakrawala

pengetahuan mengenai fakta berbagai perbedaan yang ada

Page 55: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

183

di Indonesia dan menguatkan rasa nasionalisme. Dari sini

para santri bisa berperan aktif di dalam menanamkan

wawasan kebangsaan di pondok pesantren Cidahu.84

Kemudian juga menurut santri dalam pengajian

Abuya Muhtadi pasti bercerita dengan perjuangan kaum

sarungan dalam memerdekakan bangsa Indonesia, tentang

tokoh-tokoh Islamis yang nasionalis seperti KH. Hasyim,

dan beliau juga selalu dawuh “boleh sekolah keluar negeri

namun pulangnya jangan anti pancasila”, hal ini menjadi

tertanam dalam diri santri.85

d. Bathsul Masail

Pada dasarnya kegiatan Bahtsul Masa‟il ini hampir

serupa dengan diskusi bersama. Hanya saja kegiatan ini

tingkatannya lebih tinggi. Orang yang terlibat dalam

kegiatan ini juga tidak hanya terbatas pada warga pondok

pesantren Cidahu, akan tetapi diikuti oleh warga dari

pondok pesantren lain bahkan masyarakat umum pun

sering mengikuti dalam ruang lingkup M3CB atau melalui

LBM NU Banten. Tujuan diadakannya Bathsul Masa‟il ini

84

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019 85

Wawancara dengan Faruq dan hendi, santri pondok pesantren Cidahu,

pada tanggal 18 Juli 2019

Page 56: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

184

sebenarnya secara tidak langsung adalah untuk menjaga

hubungan kekeluargaan antar santri dan juga antar

pondok.86

Sikap ini didasari pada kenyataan bahwa perbedaan

di kalangan umat manusia adalah sebuah keniscayaan,

termasuk pilihan untuk beriman atau tidak. Dimata santri

Abuya Muhtadi sendiri sering mengajarkan kepada

santrinya untuk bersikap toleran dan menghargai pendapat

yang berbeda dari kita. Keterbukaan dengan sesama

mendorong seorang Muslim moderat untuk melakukan

kerjasama dalam mengatasi persoalan-persoalan bersama

dalam kehidupan.87

Lebih Lanjut Hendi menambahkan Prinsipnya

adalah, bekerjasama dalam hal-hal yang menjadi

kesepakatan untuk diselesaikan secara bersama, dan

bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada.88

Bila

dengan yang berbeda agama sikap moderasi Islam

menuntut, kerjasama dan toleransi, terhadap perbedaan

86

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019 87

Wawancara dengan Faruq , santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

16 Oktober 2019 88

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

16 Oktober 2019

Page 57: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

185

pendapat maka tentu dengan sesama Muslim yang berbeda

pandangan lebih patut ditegakkan sifat-sifat tersebut. Dan

hal itu dilakukan dengan cara Bathsul Masail sesame santri

dan Kiai baik dalam forum LBM NU Banten maupun

forum M3CB, Melalui kegiatan ini diharapkan santri bisa

memupuk jiwa nasionalisme dalam diri para santri melalui

kebersamaan dan gotong royong. demikian antara lain

sikap wastahiyyah di Cidahu.89

2. Peran Kiai NU Dalam Menanamkan Nasionalisme dan Islam

Moderat

a. Peran Kiai NU Dalam Menanamkan Nasionalisme dan

Islam Moderat di Pondok Pesantren Moderat At-

Thohiriyah Pelamunan

Sejarah mencatat bahwa Kiai dan pesantren adalah benteng

terakhir bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

maupun umat Islam di negeri ini. Berdirinya Negara ini tidak bisa

dilepaskan dari jasa Kiai NU dan pesantren. Dari mulai

melawawan penjajah, mengatasi pemberontakan komunis dan

kaum sparatis republik Indonesia.

89

Wawancara dengan Aa Mufa, pengurus pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 18 Juli 2019

Page 58: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

186

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, peran Kiai NU dalam menanamkan nilai-

nilai nasionalisme dan Islam moderat dalam lingkup kehidupan

sehari-hari di pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah

Pelamunan yakni Kiai Ulfi Zaini Thohir dalam menanamkan

nasionalisme dan Islam moderat kepada santrinya peranannya

sebagai pengajar.90

Menurut santri Keberadaan para pengajar di pondok

pesantren khususnya Kiai Ulfi Zaini Thohir merupakan salah satu

faktor terpenting dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme.

Peranan Kiai bukan hanya sebagai guru saja tapi sebagai motivator

dan juga sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan yang ada di

pondok, membuat para santri memiliki peluang terbuka untuk

mengembangkan dirinya. Kepedulian dan sikap ramah dari para

pengajar dalam membagikan ilmu yang dimilikinya untuk para

santri membuat para santri beranggapan bahwa pengajar itu bukan

sekadar pengajar, akan tetapi sudah seperti orangtua atau bagi para

santri.91

90

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 16 Oktober 2019 91

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 59: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

187

Hasill wawancara dengan putra beliau KH. Thohir

mengtakan“Kalau secara pribadi, menurut saya peranan Kiai itu

sangat penting sekali. Keteladanan Abah dan Umi yang

seharusnya menjadi motivasi bagi para santri. Meskipun kadang

kami mengeluhkan tentang fasilitas yang terbatas, tapi itu bukan

masalah bagi kami. Kami masih bisa belajar langsung dari Abah

dan Umi serta pengajar yang lainnya. Keterbatas ilmu

pengetahuan juga tidak menjadi masalah bagi kami, yang penting

masih ada yang mengarahkan kami untuk mengetahui mana yang

benar dan mana yang salah”.92

Menjalani peran ganda sebagai motivator sekaligus sebagai

fasilitator bukanlah suatu perkara yang mudah bagi para pengajar

di pondok pesantren. Oleh para santri, para pengajar dianggap

sebagai motivator bagi mereka. Ilmu yang mereka miliki

merupakan motivasi bagi para santri untuk belajar. Sama halnya

dengan peran pengajar sebagai motivator, peran pengajar sebagai

fasilitator pun sangat penting. Tanpa adanya fasilitas yang

diberikan oleh pengajar, maka para santri pun tidak akan bisa

92

Wawancara dengan KH. Thohir pengurus pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 60: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

188

memperoleh ilmu. Oleh karena itu, dalam penanaman nilai-nilai

nasionalisme dan Islam moderat di pondok pesantren ini, peranan

para pengajar sangat diharapkan agar mempermudah pertumbuhan

dan terwujudnya nilai-nilai nasionalisme dalam lingkup kehidupan

sehari-hari di pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah

Pelamunan.93

Kiai Ulfi Zaini Thohir punya pandangan sendiri dalam

nasionalisme, menurut beliau nasionalisme merupakan “cinta

negara”. Setiap orang seharusnya mencintai Negara sebagai

tempat tinggalnya. Seseorang yang lahir dan hidup disebuah

Negara, ketika ia memiliki kecintaan terhadapnya sekaligus akan

dibuktikan dengan perbuatan nyata maka ia telah memiliki rasa

nasionalisme terhadap negaranya. Dalam hal ini sudah dibuktikan

oleh Kiai Ulfi Zaini Thohir, bahwa beliau sangat nasionalis ia

buktikan dengan cara mendidik dan menanamkan rasa

nasionalisme terhadap santrinya dengan cara (1) pengajian kitab

kuning, (2) upacara bendera, (3) ro‟an. Kemudian Kiai Ulfi Zaini

Thohir mempunyai metode dalam penanaman islam moderat

93

Wawancara dengan Azis, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 61: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

189

dengan cara (1) diskusi, (2) materi aswaja (3) nasihat (4) peduli

sosial.

b. Peran Kiai NU Dalam Menanamkan Nasionalisme dan

Islam Moderat di Pondok Pesantren Cidahu

Dalam catatan sejarah tidak pernah kita jumpai bahwa Kiai

NU pernah mengajarkan kepada santrinya untuk bughot, melawan

Negara. Justru Kiai NU mempunyai peran yang sangat sental

dalam mendakwakan pemahaman yang moderat sebagai

pengejawantahan dari ajaran Islam ahlussunah wal jama‟ah, dan

selalu menanamkan rasa cinta tanah air, sebagai bentuk rasa

syukur kepada Allah SWT.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, peran Kiai NU dalam menanamkan nilai-

nilai nasionalisme dan Islam moderat dalam lingkup kehidupan

sehari-hari di pondok pesantren Cidahu Kiai Abuya Muhtadi,

dalam menanamkan nasionalisme dan Islam moderat kepada

santrinya peranannya sebagai pengajar dan tauladan.94

94

Wawancara dengan Gus Hubab Nu‟man, pengurus pondok pesantren

Cidahu, pada tanggal 18 Juli 2019

Page 62: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

190

Beberapa hal menjelaskan bahwa akhlak Kiai yang terlihat

oleh para santri di kehidupan sehari-hari dapat mendorong tumbuh

kembangnya rasa nasionalisme atau cinta tanah air dan Islam

moderat pada santri-santrinya. Kiai akan menjadi pemimpin dan

pengendali para santri, sehingga santri dapat menempatkan diri

dalam menjaga tanah air. Dimata santri Kiai Abuya Muhtadi

memberikan contoh yang baik pada santri, melalui nasehat pada

santri.95

Kemudiian juga faruq menambahkan, sebagai contoh

nasehat tentang isu yang berkaitan dengan radikal, dan tentang

kejujuran dalam memilih pemimpin saat pemilu. Kiai juga

menginspirasi santri dalam menjaga akhlak di tengah-tengah

masyarakat. Contohnya mengajarakan saling tegur sapa saat

bertemu di jalan, lebih hormat kepada yang lebih tua, dan tidak

mudah terpengaruh dengan berbagai ajaran-ajaran baru yang

belum jelas asalnya.96

Dan keberadaan Kiai Abuya Muhtadi ataupun pengajar

lainnya merupakan sangat penting dipondok pesantren cidahu,

dalam hal menanamkan nasionalisme dan Islam moderat, sebab

95

Wawancara dengan Hendi, santri pondok pesantren Cidahu, pada

tanggal 16 Oktober 2019 96

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal

16 Oktober 2019

Page 63: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

191

Kiai merupakan orang yang sangat dihargai oleh santri dan dapat

dijadikan sebagai tauladan, artinya sikap dan pandangan santri

bagaimana seorang Kiai. Bahkan Abuya Muhtadi dalam

mencotohkan kecintaan terhadap tanah air, beliau selalu memakai

ikat bendera merah putih sebagai bentuk nasionalisme. Kemudian

juga Abuya Muhtadi dalam beberapa kesempatan selalu berdialog

dengan agama lain dalam hal menjaga kesatuan dan kerukunan

umat beragama.

Kemudian yang menunjukan Abuya Muhtadi seorang Kiai

yang sangat nasionalis, peranannya ini terlihat ketika beliau

mengeluarkan fatwa tentang pancasila, HTI, dan ormas-ormas

lainnya penulis kutip dalam fatwannya. Dengan ini saya Abuya

Muhtadi Dimyathi (Ketua/Imam M3CB) berfatwa bahwa

pancasila adalah :

قبعدة كليت أقبههب هي قبلب لإصلاح هي بيي سببج وهيروكىArtinya : “Dasar Negara yang bersifat global

mencakup keseluruhan komponen bangsa yang dirumuskan

dan disahkan oleh tokoh-tokoh sebelum kita untuk

kemashlahatan seluruh rakyat NKRI dari Sabang sampai

Merauke yang terdiri dari beragam Agama, ras dan suku”.

Dan saya juga berfatwa:

Page 64: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

192

ألحبتيئي وهي حب حىهن ليس إلا أهن قىم هسلوىى

أقبهىا في بلدتب التي قبعدتهب فجبسيلا ويريدوى إزالتهب

هحقريي وههييي ببيهب وهدعيي بأهن طبغىث, وذلك

ىع هي البغي, والبغي كبيرة. فلوب كبى كرلك فحرام في

الجولت Artinya : “HTI Hizbut Tahrir Indonesia dan ormas-

ormas Islam lainnya yang sejalan dengan HTI tiada lain

kecuali kaum muslimin yang menetap di negara kita Indonesia

yang punya dasar Pancasila dan misi kaum muslimin tersebut

adalah menghilangkan Pancasila, mereka juga menghina dan

meremehkan tokoh-tokoh perumus dan pengesah Pancasila

dan menganggap bahwa tokoh-tokoh perumus Pancasila

adalah taghut. Perbuatan seperti itu adalah salah-satu macam

pemberontakan terhadap Negara, padahal memberontak

negara itu dosa besar, maka HTI dan ormas-ormas Islam yang

sejalan dengan HTI itu hukumnya harom dalam beberapa

masalah/situasi dan kondisi.”

Dari fatwa ini kemudian dapat diambil oleh kesimpulan

bahwasannya “Semangat kiai juga semangat santri, perjuangan

kiai juga perjuangan santri”, Perkataan Kiai, Kepribadian Kiai,

menjadi spirit dan semangat untuk santri dalam mencintai tanah

airnya Indonesia.97

Bukan hanya itu saja Abuya Muhtadi secara

tersirat mempunyai strategi dalam menanamkan rasa nasionalisme

atau kecintaan terhadap tanah air kepada santri dengan cara: (1)

keteladanan (akhlak), (2) thoriqoh, (3) organisasi, (4) gotong

royong, (5) menjaga tradisi, (6) bathsul masail. Kemudian dalam

97

Wawancara dengan santri pondok pesantren Cidahu, pada tanggal 18 Juli

2019

Page 65: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

193

penanaman Islam moderat kepada santri dengan cara: (1)

keteladanan (akhlak), (2) melalui pembelajaran, (3) melalui

pendidikan kebangsaan, (4) Bathsul Masail.

3. Kendala Yang di Hadapi Dalam Menanamkan Nilai-nilai

Nasionalisme dan Islam Moderat

a. Kendala Yang di Hadapi Dalam Menanamkan Nilai-nilai

Nasionalisme dan Islam Moderat di Pondok Pesantren

Moderat Ath-Thohiriyah Pelamunan.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, kendala-kendala yang dihadapi dalam

penanaman nilai-nilai nasionalisme dan Islam moderat dalam

lingkup kehidupan sehari-hari di pondok pesantren moderat Ath-

Thohiriyah adalah sebagai berikut. Menurut KH. Thohir

adakalanya seorang santri dalam belajar juga ada rasa malasnya,98

kadang hal tersebut menjadi kendala dalam proses bpembelajaran.

Munculnya sikap malas untuk mempelajari nasionalisme dan

Islam moderat secara lebih mendalam perasaan malas, jenuh,

bosan tidak bisa dipungkiri lagi kedatangannya. Pada beberapa

98

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 16 oktober 2019

Page 66: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

194

santri, hal ini mungkin saja terjadi. Adanya perasaan malas dan

rasa tidak ingin tahu lebih banyak tentang nasionalisme dan Islam

moderat juga muncul di kalangan para santri.99

b. Kendala Yang di Hadapi Dalam Menanamkan Nilai-nilai

Nasionalisme dan Islam Moderat di Pondok Pesantren

Roudhotul Ulum Cidahu

Adapun kendala yang dihadapi tidak jauh berbeda dengan

pondok pesantren moderat Ath-Thohiriyah Pelamunan,

diantaranya sebagai berikut:

Berdasarkan wawancara dengan Gus Hubab rasa malas dan rasa

tidak ingin tahu juga terkadang muncul, akan tetapi hal itu tidak

menjadi masalah yang serius, karena ketika abah memberikan

nasihat, kemudia langsung santri juga giat kembali dalam

belajar.100

Munculnya Sikap Malas untuk Mempelajari

Nasionalisme dan Islam Moderat secara Lebih Mendalam

Perasaan malas, jenuh, bosan tidak bisa dipungkiri lagi

kedatangannya. Pada beberapa santri, hal ini mungkin saja terjadi.

Adanya perasaan malas dan rasa tidak ingin tahu lebih banyak

99

Wawancara dengan Ahdori santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 16 oktober 2019 100

Wawancara dengan Gus Hubab, pengurus pondok Roudhotul Ulum

Cidahu, pada tanggal 16 Oktober 2019

Page 67: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

195

tentang nasionalisme dan Islam moderat juga muncul di kalangan

para santri.101

4. Cara Mengatasi Kendala Yang di Hadapi Dalam

Menanamkan Nilai-nilai Nasionalisme dan Islam Moderat di

Pondok Pesantren Moderat At-Thohiriyah Pelamunan dan

Pondok Pesantren Roudhotul Ulum Cidahu

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

cara mengatasi masalah yang dihadapi dalam penanaman nilai-

nilai nasionalisme dan Islam moderat dalam lingkup kehidupan

sehari-hari di pondok pesantren moderat At-Thohiriyah dan

Pondok pesantren Rouhotul Ulum Cidahu adalah sebagai berikut.

Motivasi belajar Sungguh -sungguh motivasi diri sendiri

adalah hal yang penting bagi seorang santri, setiap orang perlu

mendapatkan suntikan motivasi dalam aktifitasnya sehari -hari.

Menurut pengurus pondok pesantren moderat At-Thohiriyah perlu

kita pahami bahwasannya motivasi terbesar seseorang adalah

dirinya sendiri. Semakin tau tujuannya dan manfaatnya belajar

maka semakin tinggi motivasi dirinya dalam kesuksesan belajar,

101

Wawancara dengan Faruq, santri pondok pesantren Roudhotul Ulum

Cidahu, pada tanggal 16 Oktober 2019

Page 68: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

196

hal ini tergantung kemauan dan kedisiplinan diri anda masing -

masing.102

Senada dengan itu Gus Hubab juga menambahkan bahwa

salah satu cara mengatasinya dengan berthoriqoh (berdzikir) sebab

ketika seorang santri sedang mempelajari ilmu agama maka, ia

harus dibersihkan hatinya terlebih dahulu untuk membuang rasa

malas, membersihkan hati sehingga kemudia ilmu itu akan cepat

masuk.103

Kemudian menurut santri pelamunan dengan diberikannya

motivasi belajar oleh pengurus ataupun Kiai semangat

belajarnyapun kembali meningkat, sebab santri disadarkan

kembali tujuan awalnya mondok, dan diberikan motivasi belajar

oleh Kiai, tidak jarang pula kemudian diberikan Izajah oleh Kiai

untuk rajin belajar, dan agar cepat memahami ilmu agama.104

D. Analisa Peran Kiai Nahdlatul Ulama dalam Menanamkan

Nilai-nilai Nasionalisme dan Islam Moderat

102

Wawancara dengan KH. Thohir, pengurus pondok pesantren moderat

At-Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 16 Oktober 2019 103

Wawancara dengan Gus Hubab, pengurus pondok pesantren Roudhotul

Ulum Cidahu, pada tanggal 16 Oktober 2019 104

Wawancara dengan Ahdori, santri pondok pesantren moderat At-

Thohiriyah Pelamunan, pada tanggal 16 Oktober 2019

Page 69: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

197

Karena peran dari Kiai, nilai-nilai kebangsaan dan paham

moderat kita selalu terjaga sampai hari ini. pesantren sebagai lembaga

pendidikan tradisional Islam di Indonesia, memiliki peran yang sangat

penting dalam membangun gerakan yang bersifat keagamaan

(religius). Namun, di pesantren tidak hanya sekedar menjadi tempat

pendidikan, namun juga menjadi tempat pembinaan pemimpin agama.

Pesantren kala itu sebagai tempat penguatan keilmuan dan

basis kekuatan untuk melawan penjajah. Maka, dapat dikatakan bahwa

nasionalisme Kiai dan santri di lingkungan pesantren tumbuh, yang

kemudian menanamkan semangat juang masyarakat melawan

penjajah. Hingga kala itu, santri dan Kiai Nadhlatul Ulama (NU)

memeiliki lagu perjuangan yakni “Mars Hubbul-Wathan” yang

diciptakan oleh KH A. Wahab Chasbulllah (salah seorang Kiai

pendiri Nahdlatul „Ulama) pada tahun 1934. Hal tersebut merupakan

wujud dari semangat nasionalisme para ulama dan santri.

Sampai saat ini para Kiai NU terus berjuang dalam membela

agama dan bangsa, pondok pesantren salafiyah moderat At-Thohiriyah

Pelamunan merupakan salah satu pusat kajian Islam tertua di Banten.

Karena, secara geneologi-historis, pondok ini dirintis oleh Al-

Mukarrom KH.Muhammad Thohir sekitar tahun 1929 M, dan saat ini

Page 70: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

198

diteruskan oleh KH. Ulfi Zaini Thohir. Pondok Pesantren Roudhotul

Ulum Cidahu, pada awal berdirinya Pesantren ini dipimpin oleh KH.

Muhammad Dimyathi Amin yang akrab dipanggil dengan sebutan

Abuya Dimyathi yang lahir di Pandeglang pada tahun 1930 M. dan

saat ini diteruskan oleh putranya Abuya KH. Muhtadi Dimyathi.

Kedua ulama kharismatik Banten ini, mempunyai peran yang

sangat luar biasa, terlebih dalam memberikan keteladanan kepada

santri-santrinya untuk berjiwa nasionalis dan berpaham moderat.

Pondok pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama kepada para

santrinya, karena pondok pesantren juga menanamkan nilai-nilai

nasionalisme, kebangsaan dan kebhinekaan yang nantinya akan

menjaga keutuhan NKRI. Abuya Muhtadi dalam membentengi

santrinya dari paham yang menolak Pancasila sebagai ideologi

bangsa, beliau juga langsung memberikan contoh kepada santrinya

bahwa beliau seorang ulama yang nasionalis, kemudian beliau

membuat fatwa tentang pancasila, kemudia Abuya juga sering dawuh

“boleh sekolah keluar negeri namun pulangnya jangan anti pancasila”.

Hal ini kemudian menjadi contoh bagi santri untuk berjiwa

nasionalis dan berpaham moderat. menurut Susanto dalam bukunya,

pendidikan merupakan upaya penanaman nasionalisme. “education is

Page 71: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

199

a process of internalization of values which including the value of

nationalism” (pendidikan adalah proses penanaman nilai-nilai

nasionalisme).

Pada dasarnya penanaman nilai-nilai nasionalisme dan Islam

moderat yang ada di pondok pesantren Roudhotul Ulum Cidahu dan

pondok pesantren moderat At-Thohiriyah dalam penanamannya,

secara tersirat berkaitan dengan lingkup kegiatan kehidupan sehari-

hari di pondok pesantren. Di kedua pondok tersebut para Kiai

mengajarkan kepada santri untuk bergotong royong. Karena gotong

royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas

bangsa Indonesia sejak jaman dulu hingga saat ini. Kegiatan gotong

royong dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, yang mempererat

rasa persatuan dan kesatuan. Gotong royong dimaknai oleh santri

merupakan salah satu bentuk nilai nasionalisme karena didalamnya

merupakan bentuk solidaritas sosial untuk kepentingan bersama,

sehingga didalamnya terdapat sikap loyal dari setiap santri sebagai

satu kesatuan dan menjalin kerjasama.

Untuk menanamkan karakter moderat juga Abuya KH.

Muhtadi dan KH. Ulfi Zaini Thohir melatih seorang santri untuk

berdiskusi dengan bahasa lain bathsul masail. Dimata santrinya

Page 72: BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ...repository.uinbanten.ac.id/4820/6/BAB IV.pdf129 BAB IV PENANAMAN` NILAI-NILAI NASIONALISME DAN ISLAM MODERAT DI PESANTREN SALAFIYAH

200

Abuya KH. Muhtadi dan KH. Ulfi Zaini Thohir sering mengajarkan

kepada santrinya untuk bersikap toleran dan menghargai pendapat

yang berbeda dari kita. Keterbukaan dengan sesama mendorong

seorang Muslim moderat untuk melakukan kerjasama dalam

mengatasi persoalan-persoalan bersama dalam kehidupan. Bila dengan

yang berbeda agama sikap moderasi Islam menuntut, kerjasama dan

toleransi, terhadap perbedaan pendapat maka tentu dengan sesama

Muslim yang berbeda pandangan lebih patut ditegakkan sifat-sifat

tersebut, dan itu akan melatih karakter moderat dengan adanya

perbedaan pendapat dalam forum bathsul masail.