BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Laporan Laba Rugi Perusahaan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00321-AK...
-
Upload
nguyendiep -
Category
Documents
-
view
246 -
download
1
Transcript of BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Laporan Laba Rugi Perusahaan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00321-AK...
40
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Laporan Laba Rugi Perusahaan Tahun 2009 , 2010 dan 2011
PT. TWD merupakan perusahaan yang bergerak dibidang machining
sparepart untuk peralatan industri dan rumah tangga. Dimana perusahaan ini
mengelola kuningan yang berupa batangan dan kemudian dibubut (diproses)
melalui beberapa proses, mulai dari divisi – divisi terkait di didalam perusahaan
untuk selanjutnya masuk dalam proses produksi, quality control(Qc), finishing,
packing dan kemudian kirim ke pelanggan.
Kegiatan usaha dari PT. TWD ini, barang akan diproduksi apabila adanya
pesanan terlebih dahulu sehingga perusahaan tidak memproduksi barang yang
dibuat untuk di stock. Oleh sebab itu perusahaan ini lebih banyak menggunakan
sistem purchase order (PO) yang dijalankan oleh marketing PT.TWD. Orderan
yang dilakukan oleh pelanggan PT.TWD sesuai dengan pesanan yang sesuai
keinginan pelanggan, seperti bentuk, ukuran, serta ketebalan yang di inginkan dari
batangan kuningan tersebut setelah itu baru diproses oleh PT.TWD.
PT.TWD telah melakukan perencanaan pajak dengan selalu
memenuhi peraturan perpajakan yaitu dengan cara menghitung, memotong dan
menyetor pajak tepat waktu agar tidak dikenakan sanksi dan agar tidak
dilakukannya pemeriksaan, tetapi penulis menyimpulkan perencanaan pajak yang
telah dilakukan oleh PT.TWD belum begitu maksimal karena dalam laporan
komersial laba rugi fiskal ditemukan banyak koreksi positif atas akun biaya
41
komersial yang menyebabkan laba perusahaan bertambah sehingga dengan
bertambahnya laba tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah Pajak
Penghasilan Badan yang harus dibayar oleh perusahaan.
Dari kegiatan usaha tersebut dapat dilihat laporan keuangan PT. TWD
selama tahun 2009 – 2011 yaitu:
Tabel IV.1 PT . TWD
Neraca Per Tanggal 31 Desember 2009, 2010, 2011 ( Rupiah)
2009 2010 2011 AKTIVA Aktiva Lancar Kas 10.188.130 20.238.290 15.853.360 Bank 470.974.538 215.485.241 744.293.046 Piutang Usaha 1.261.209.862 2.389.628.250 3.919.286.877 Persediaan 340.787.138 2.196.181.859 1.553.987.447 Uang Muka Pajak 25.293.391 156.568.763 36.373.924 JUMLAH AKTIVA LANCAR 2.108.453.059 4.978.102.403 6.269.794.654 AKTIVA TETAP (NILAI BUKU) 1.145.706.070 2.738.381.975 3.370.909.780 TOTAL AKTIVA 3.254.159.129 7.716.484.378 9.640.704.434 PASIVA Kewajiban Hutang Usaha 1.778.056.913 1.842.452.149 2.899.643.560 Hutang Lain - lain 850.000.000 5.037.104.000 5.525.000.000 Hutang Pajak 7.459.072 9.950.625 74.522.289 JUMLAH KEWAJIBAN 2.635.515.985 6.889.506.774 8.499.165.849 MODAL Modal disetor 600.000.000 600.000.000 600.000.000 Laba Ditahan 0 18.643.144 226.977.604 Laba Tahun Berjalan 18.643.144 208.334.460 314.560.980 JUMLAH MODAL 618.643.144 826.977.604 1.141.538.585 TOTAL PASIVA 3.254.159.129 7.716.484.378 9.640.704.434
(Sumber : PT.TWD)
42
Tabel IV.2 PT . TWD
Laporan Laba Rugi Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2009, 2010, 2011 ( Rupiah)
2009 2010 2011 PENGHASILAN Penjualan 4.760.305.950 8.430.060.580 15.021.446.977 Retur dan Koreksi 0 0 (Rp33.600.000) Penjualan Bersih 4.760.305.950 8.430.060.580 14.987.846.977 HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal 0 340.787.138 2.196.181.859 Pembelian 3.774.180.790 8.281.370.629 11.178.413.000 Tersedia Untuk di Produksi 3.774.180.790 8.622.157.767 13.374.594.859 Persediaan Akhir (340.787.138) (2.196.181.859) (Rp1.553.987.447) Pemakaian Bahan 3.433.393.652 6.425.975.908 11.820.607.412 Beban Produksi 661.363.049 608.225.524 893.955.214 Harga Pokok Penjualan 4.094.756.701 7.034.201.432 12.714.562.626 LABA KOTOR 665.549.249 1.395.859.148 2.273.284.351 Beban Usaha Gaji dan Komisi (216.461.044) (486.706.073) (585.376.527) Telepon (4.814.296) (9.445.837) (19.407.558) Listrik (52.983.660) (97.878.280) (175.742.717) Pengepakan 0 (5.608.080) ATK dan Peralatan Kantor (19.008.850) (12.675.700) (21.747.450) Air Minum (2.593.575) (6.640.900) 0 Perjamuan (16.296.429) (10.478.700) (12.412.800) Perizinan (17.750.000) 0 0 Perbaikan Kendaraan (4.987.000) (7.990.300) (14.495.000) BBM,Pelumas dan Parkir (10.366.200) (15.160.500) (25.022.800) Fotocopy (1.990.279) (3.275.530) (4.133.305) Asuransi (1.817.000) (9.815.000) (29.213.100) Sewa Gedung (25.000.000) (41.666.667) (20.833.333) Penyusutan Aktiva Tetap (257.585.519) (421.573.272) (968.553.014) Iklan (1.856.000) (78.000) 0 Sumbangan (6.492.000) (11.785.000) 0 Administrasi Bank (734.000) (1.574.011) (4.859.834) Lain - lain (541.216) (10.021) (1.040.807) TOTAL BEBAN (641.277.068) (1.142.361.871) (1.882.838.245) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 959.363 4.150.277 8.295.911 Laba Usaha Sebelum Pajak 25.231.544 257.647.554 398.742.017
(Sumber PT : TWD)
43
Untuk mendapatkan laba fiskal dalam menghitung Pajak penghasilan Badan,
maka diperlukan suatu analisis atas biaya komersial untuk menentukan apakah biaya –
biaya komersial tersebut termasuk dalam biaya fiskal atau biaya non fiskal, dimana
biaya non fiskal perlu dilakukan koreksi positif dan koreksi negatif.
Koreksi fiskal terdiri dari dua yaitu : koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif.
Koreksi fiskal positif adalah koreksi yang mengakibatkan peningkatan penghasilan yang
diakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan laba rugi komersial.
Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang mengakibatkan penurunan
penghasilan yang diakibatkan oleh penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan
laba rugi komersial.
Koreksi fiskal sebelum dilakukan, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu
terhadap objek pajak penghasilan dan biaya-biaya yang terjadi pada PT.TWD. berikut
ini adalah beban-beban yang telah dikeluarkan oleh PT.TWD secara umum dari tahun
2009 – 2011 adalah sebagai berikut:
a. Gaji dan komisi adalah semua gaji yang diberikan oleh perusahaan kepada semua
karyawan, termasuk bonus dan lembur. Gaji tersebut dibagikan kepada karyawannya
berdasarkan golongan dan jabatan masing-masing karyawan. PT.TWD tidak
menanggung PPh 21, PPh 21 ditanggung oleh karyawan sendiri.
b. Telepon adalah biaya yang digunakan untuk kepentingan selama di kantor.
c. Biaya telepon diberikan perusahaan kepada 2 orang karyawan dengan jabatan tertentu
berupa biaya telepon sebesar Rp. 150.000 per bulan. Sisanya digunakan untuk
operasional perusahaan.
44
d. Listrik merupakan biaya listrik yang digunakan untuk keperluan kantor selama 1
tahun.
e. ATK dan peralatan kantor digunakan untuk keperluan administrasi perusahaan,
seperti materai, stempel, bolpoin, meja dan sebagainya.
f. Air minum dikeluarkan untuk membiayai air minum yang digunakan kantor
selama 1 tahun.
g. Biaya perjamuan dikeluarkan oleh perusahaan berupa jamuan tamu dipakai
perusahaan untuk menjamu pelanggan, maupun kolega – kolega bisnis
perusahaan.
h. Perizinan dikeluarkan perusahaan untuk kepentingan izin yang berkaitan dengan
berjalannya perusahaan tersebut.
i. Perbaikan kendaraan digunakan untuk perbaikan kendaraan operasional
perusahaan. Untuk biaya perbaikan ini perusahaan menggunakan jasa teknisi
perusahaan.
j. BBM, Pelumas, dan Parkir , BBM dikeluarkan adalah untuk kendaraan
operasional perusahaan, pelumas dikeluarkan untuk mesin bubut, dan parkir
dikeluarkan atas kendaraan yang digunakan untuk mengirimkan barang.
k. Fotocopy merupakan biaya yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan
laporan perkembangan perusahaan.
l. Asuransi termasuk asuransi untuk direktur dan manager keuangan, asuransi
kendaraan operasional kantor, asuransi bagi karyawan dan lain sebagainya,
asuransi tersebut menjadi tanggungan bagi perusahaan tersebut.
m. Biaya sewa gedung merupakan biaya sewa yang berhubungan dengan produksi
perusahaan.
45
n. Penyusutan aktiva tetap PT. TWD menggunakan metode garis lurus dan
perusahaan telah mengklasifikasikan aktiva tersebut menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan masa manfaat dari aktiva tersebut.
o. Iklan dikeluarkan untuk lowongan pekerjaan,serta iklan untuk produk PT.TWD,
iklan tersebut melalui brosur,webside dan lain sebagainya.
p. Sumbangan yang dikeluarkan PT.TWD adalah untuk disekitar pabrik seperti
acara HUT kemerdekaan RI, sumbangan untuk karyawan nikah dan lahiran,
sumbangan keluarga karyawan yang meninggal dan lain sebagainya.
q. Administrasi bank merupakan biaya administrasi bank atas pinjaman yang
digunakan untuk kepentingan perusahaan.
r. Lain-lain merupakan akun yang mencatat pembelian kebutuhan rumah tangga
perusahaan seperti : beli kopi, teh, gula, so klin,pewangi ruangan, tissue, dan lain-
lain.
IV.2 Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan yang dilakukan PT.TWD
yaitu:
1. PT.TWD telah melakukan pembukuan sesuai dengan ketentuan perpajakan.
2. Perusahaan telah memenuhi kewajiban dalam menghitung pajak terutang sesuai
dengan ketentuan perpajakan, menggunakan metode yang diterapkan di
ketentuan perpajakan.
3. Tidak telat dalam penyampaian SPT Tahunan PPh, kepatuhan ini dilakukan
supaya perusahaan tidak dikenakan denda atas keterlambatan tersebut.
46
4. Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25 selalu dibayar tepat waktu yaitu
pembayaran dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya sedangkan
pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Ini dilakukan
supaya perusahaan dapat terhindar dari sanksi bunga 2% perbulan dan denda
sebesar Rp. 1.000.000,.
IV.3 Evaluasi Biaya- biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. TWD
Pada laporan keuangan terdapat perbedaan antara laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal. Dimana antara kedua laporan tersebut
menimbulkan perbedaan pada pengakuan penghasilan dan biaya antara komersial
dan fiskal yang menimbulkan adanya perbedaan dalam menghitung besarnya
penghasilan kena pajak perusahaan.
Terdapatnya perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara
akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yang
perbandingan antara pendapatan dengan biaya – biaya yang terkait, sedangkan
dari segi fiskal memiliki tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal, Wajib Pajak harus berdasarkan kepada
peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial dibuat berdasarkan
SAK harus disesuaikan atau perlu dibuat koreksi fiskalnya terlebih dahulu
sebelum menghitung penghasilan kena pajak. Koreksi fiskal dilakukan karena
47
tidak semua biaya yang diakui pada laporan keuangan komersial akan diakui
pada laporan keuangan fiskal.
Perbedaan yang terjadi antara laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal inilah yang menuntut perusahaan untuk melakukan
perencanaan pajak yang berguna bagi perusahaan untuk menghasilkan pajak
yang efektif dan efisien tanpa melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku saat
ini.
IV.3.1 Koreksi Fiskal Akibat Perbedaan Waktu ( Timing difference ) dan
Perbedaan Tetap ( Permanent Difference )oleh Perusahaan.
Adanya perbedaan dalam cara pengukuran, konsep, dan pengakuan
penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan
perpajakan menyebabkan perlunya dibuat koreksi fiskal. Yang dimaksudkan
dengan koreksi fiskal ini agar laba dari laporan komersial dengan laporan fiskal
dapat disesuaikan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan. Dan koreksi
fiskal akibat perbedaan waktu dan tetap terdiri atas koreksi positif dan koreksi
negatif.
Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya
ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan
perpajakan dengan SAK. Contoh : biaya penyusutan dan biaya amortisasi.
Sedangkan Perbedaan tetap / permanen adalah perbedaan yang terjadi karena
peraturan perpajakan menghitung laba fiska berbeda dengan perhitungan laba
menurut SAK tanpa ada koreksi di kemudian hari.
48
Tabel IV.3 PT. TWD
Rekonsiliasi Perhitungan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009 ( Dalam Rupiah)
Keterangan Komerisal Koreksi Fiskal Penulis PENGHASILAN Penjualan 4.760.305.950 4.760.305.950 4.760.305.950 Retur dan Koreksi 0 0 0 Penjualan Bersih 4.760.305.950 4.760.305.950 4.760.305.950 HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal 0 0 Pembelian 3.774.180.790 3.774.180.790 3.774.180.790 Tersedia Untuk di Produksi 3.774.180.790 3.774.180.790 3.774.180.790 Persediaan Akhir (340.787.138) (340.787.138) (340.787.138) Pemakaian Bahan 3.433.393.652 3.433.393.652 3.433.393.652 Beban Produksi 661.363.049 661.363.049 661.363.049 Harga Pokok Penjualan 4.094.756.701 4.094.756.701 4.094.756.701 LABA KOTOR 665.549.249 665.549.249 665.549.249 Beban Usaha Gaji dan Komisi (216.461.044) (216.461.044) (216.461.044) Telepon (4.814.296) 1.200.000 (4.814.296) (3.614.296) Listrik (52.983.660) (52.983.660) (52.983.660) Pengepakan 0 0 0 ATK dan Peralatan Kantor (19.008.850) (19.008.850) (19.008.850) Air Minum (2.593.575) (2.593.575) (2.593.575) Perjamuan (16.296.429) 16.296.429 0 0 Perizinan (17.750.000) (17.750.000) (17.750.000) Perbaikan Kendaraan (4.987.000) (4.987.000) (4.987.000) BBM,Pelumas dan Parkir (10.366.200) 1.255.000 (10.366.200) (9.111.200) Fotocopy (1.990.279) 275.550 (1.990.279) (1.714.729) Asuransi (1.817.000) (1.817.000) (1.817.000) Sewa Gedung (25.000.000) (25.000.000) (25.000.000) Penyusutan Aktiva Tetap (257.585.519) (257.585.519) (257.585.519) Iklan (1.856.000) (1.856.000) (1.856.000) Sumbangan (6.492.000) 6.492.000 0 0 Administrasi Bank (734.000) (734.000) (734.000) Lain - lain (541.216) (541.216) (541.216) TOTAL BEBAN (641.277.068) (618.488.639) (615.758.089) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 959.363 (959.363) 0 0 Laba Usaha Sebelum Pajak 25.231.544 47.060.610 49.791.160 PPh Tahun 2009* 3.532.416 6.588.485 6.970.762 PPh Badan terutang: PPh Pasal 25 yang telah Disetor 0 PPh Kurang Bayar(PPh 29) 6.588.485
(Sumber : Diolah dari Laporan Laba Rugi PT.TWD)
49
* PPh Badan Tahun 2009 yang terutang setelah dikoreksi fiskal menurut penulis didapat dari :
PPh Terutang : 28% X 50% X Rp. 49.791.160 = Rp. 6.970.762,-
Dikarenakan peredaran bruto PT.TWD di tahun 2009 tidak lebih dari Rp.4,8
Milyar maka perusahaan mendapatkan fasilitas pengurangan tarif 50%.
Pajak terutang tahun 2009 menurut PT.TWD adalah sebesar Rp.6.588.485 diperoleh
dari koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan dengan penghasilan kena pajaknya
sebesar Rp. 47.060.610. Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan
oleh perusahaan untuk penghasilan kena pajak berakhir tanggal 31 Desember 2009.
Laba (Rugi) bersih sebelum pajak Rp.25.231.544
Koreksi Positif
Biaya penjamuan Rp.16.296.429
Biaya sumbangan Rp. 6.492.000
Koreksi Negatif
Pendapatan Lain-lain Rp. ( 959.363)
Laba Kena Pajak ( Pembulatan) Rp.47.060.000
Perhitungan PPh Terutang :
PPh Terutang : 28% X 50% X Rp. 47.060.000 = Rp. 6.588.485,-
50
Tabel IV.4 PT. TWD
Rekonsiliasi Perhitungan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 ( Dalam Rupiah)
Keterangan Komerisal Koreksi Fiskal Penulis PENGHASILAN Penjualan 8.430.060.580 8.430.060.580 8.430.060.580 Retur dan Koreksi 0 0 0 Penjualan Bersih 8.430.060.580 8.430.060.580 8.430.060.580 HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal 340.787.138 340.787.138 340.787.138 Pembelian 8.281.370.629 8.281.370.629 8.281.370.629 Tersedia Untuk di Produksi 8.622.157.767 8.622.157.767 8.622.157.767 Persediaan Akhir (2.196.181.859) (2.196.181.859) (2.196.181.859) Pemakaian Bahan 6.425.975.908 6.425.975.908 6.425.975.908 Beban Produksi 608.225.524 608.225.524 608.225.524 Harga Pokok Penjualan 7.034.201.432 7.034.201.432 7.034.201.432 LABA KOTOR 1.395.859.148 1.395.859.148 1.395.859.148 Beban Usaha Gaji dan Komisi (486.706.073) (486.706.073) (486.706.073) Telepon (9.445.837) 1.800.000 (9.445.837) (7.645.837) Listrik (97.878.280) (97.878.280) (97.878.280) Pengepakan (5.608.080) (5.608.080) (5.608.080) ATK dan Peralatan Kantor (12.675.700) (12.675.700) (12.675.700) Air Minum (6.640.900) (6.640.900) (6.640.900) Perjamuan (10.478.700) 10.478.700 0 0 Perizinan 0 0 0 Perbaikan Kendaraan (7.990.300) (7.990.300) (7.990.300) BBM,Pelumas dan Parkir (15.160.500) 3.725.500 (15.160.500) (11.435.000) Fotocopy (3.275.530) 895.750 (3.275.530) (2.379.780) Asuransi (9.815.000) (9.815.000) (9.815.000) Sewa Gedung (41.666.667) (41.666.667) (41.666.667) Penyusutan Aktiva Tetap (421.573.272) (421.573.272) (421.573.272) Iklan (78.000) (78.000) (78.000) Sumbangan (11.785.000) 11.785.000 0 0 Administrasi Bank (1.574.011) (1.574.011) (1.574.011) Lain - lain (10.021) (10.021) (10.021) TOTAL BEBAN (1.142.361.871) (1.120.098.171) (1.113.676.921) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 4.150.277 (4.150.277) 0 0 Laba Usaha Sebelum Pajak 257.647.554 275.760.977 282.182.227 PPh Tahun 2009* 46.074.116 49.313.095 50.461.556 PPh Badan Terutang: PPh Psl 22
(37.104.000)
PPh Psl 25 (4.941.297) PPh Kurang Bayar(PPh 29) 7.267.798
(Sumber : Diolah dari Laporan Laba Rugi PT.TWD)
51
* PPh Badan Tahun 2010 yang terutang setelah dikoreksi fiskal menurut penulis
didapat dari :
PKP
Fasilitas = Rp.4.800.000.000 / Rp. 8.430.060.580 X Rp.282.182.227
= Rp.160.672.000
Non Fasilitas = Rp. 282.182.227 – Rp.160.672.000
= Rp.121.510.227
PPh Terutang
25% X 50% X Rp.160.672.000 = Rp.20.084.000
25% X Rp.121.510.227 = Rp.30.377.556
Rp.50.461.556
Pada tahun 2010 PT.TWD memiliki peredaran bruto lebih dari Rp.4.8 Milyar
tetapi tidak melebihi Rp.50 Milyar, maka PKP yang mendapatkan fasilitas pengurangan
tarif sebesar 50% hanya untuk peredaran bruto sampai dengan Rp.4.8 Milyar.
Pajak terutang tahun 2010 menurut PT.TWD adalah sebesar Rp.49.313.095
diperoleh dari koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan dengan penghasilan kena
pajaknya sebesar Rp.275.760.977. Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang
dilakukan oleh perusahaan untuk penghasilan kena pajak berakhir tanggal 31 Desember
2010.
52
Laba (Rugi) bersih sebelum pajak Rp.257.647.555
Koreksi Positif
Biaya penjamuan Rp. 10.478.700
Biaya sumbangan Rp. 11.785.000
Koreksi Negatif
Pendapatan Lain-lain Rp. (4.150.277)
Laba Kena Pajak ( Pembulatan) Rp.275.760.000
Perhitungan PPh Terutang
PKP
Fasilitas = Rp.4.800.000.000 / Rp. 8.430.060.580 X Rp.275.760.000
= Rp.157.015.242
Non Fasilitas = Rp.275.760.000 – Rp. 157.015.242
= Rp.118.744.758
PPh Terutang
25% X 50% X Rp.157.015.242 = Rp.19.626.905
25% X Rp.118.744.758 = Rp.29.686.190
Rp.49.313.095
53
Tabel IV.5 PT. TWD
Rekonsiliasi Perhitungan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 ( Dalam Rupiah)
Keterangan Komerisal Koreksi Fiskal Penulis PENGHASILAN Penjualan 15.021.446.977 15.021.446.977 15.021.446.977 Retur dan Koreksi (Rp33.600.000) (Rp33.600.000) (Rp33.600.000) Penjualan Bersih 14.987.846.977 14.987.846.977 14.987.846.977 HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal 2.196.181.859 2.196.181.859 2.196.181.859 Pembelian 11.178.413.000 11.178.413.000 11.178.413.000 Tersedia Untuk di Produksi 13.374.594.859 13.374.594.859 13.374.594.859 Persediaan Akhir (1.553.987.447) (1.553.987.447) (1.553.987.447) Pemakaian Bahan 11.820.607.412 11.820.607.412 11.820.607.412 Beban Produksi 893.955.214 893.955.214 893.955.214 Harga Pokok Penjualan 12.714.562.626 12.714.562.626 12.714.562.626 LABA KOTOR 2.273.284.351 2.273.284.351 2.273.284.351 Beban Usaha Gaji dan Komisi (585.376.527) (585.376.527) (585.376.527) Telepon (19.407.558) 1.800.000 (19.407.558) (17.607.558) Listrik (175.742.717) (175.742.717) (175.742.717) ATK dan Peralatan Kantor (21.747.450) (21.747.450) (21.747.450) Perjamuan (12.412.800) 10.478.700 (1.934.100) (1.934.100) Perizinan 0 0 0 Perbaikan Kendaraan (14.495.000) (14.495.000) (14.495.000) BBM,Pelumas dan Parkir (25.022.800) 5.155.800 (25.022.800) (19.867.000) Fotocopy (4.133.305) 918.875 (4.133.305) (3.214.430) Asuransi (29.213.100) (29.213.100) (29.213.100) Sewa Gedung (20.833.333) (20.833.333) (20.833.333) Penyusutan Aktiva Tetap (968.553.014) (968.553.014) (968.553.014) Iklan 0 0 0 Sumbangan 0 0 0 Administrasi Bank (4.859.834) (4.859.834) (4.859.834) Lain - lain (1.040.807) (1.040.807) (1.040.807) TOTAL BEBAN (1.882.838.245) (1.872.359.545) (1.864.484.870) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 8.295.911 (8.295.911) 0 0 Laba Usaha Sebelum Pajak 398.742.017 400.924.806 408.799.481 PPh Tahun 2011* (83.722.891) (84.181.205) (86.084.633) PPh Badan Terutang: PPh Psl 22 (25.750.000) PPh Psl 25 (10.803.924) PPh Kurang Bayar(PPh 29) 47.807.112
(Sumber : Diolah dari Laporan Laba Rugi PT.TWD)
54
* PPh Badan Tahun 2011 yang terutang setelah dikoreksi fiskal menurut penulis
didapat dari :
PKP
Fasilitas = Rp.4.800.000.000 / Rp. 14.987.846.977 X Rp. 408.799.481
= Rp.130.921.907
Non Fasilitas = Rp. 409.799.481 – Rp. 130.921.907
= Rp.278.877.574
PPh Terutang
25% X 50% X Rp. 130.921.907 = Rp.16.365.239
25% X Rp. 278.877.574 = Rp.69.719.394
Rp.86.084.633
Pajak terutang PT.TWD untuk tahun 2011 sebesar Rp. 84.181.205 dan
dikarenakan dilakukannya koreksi fiskal dari penghasilan kena pajaknya sebesar Rp.
400.924.806. Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan
untuk penghasilan kena pajak yang berakhir tanggal 31 Desember 2011:
55
Laba (Rugi) bersih sebelum pajak Rp. 398.742.017
Koreksi Positif
Biaya penjamuan Rp. 10.478.700
Koreksi Negatif
Pendapatan Lain-lain Rp. (8.295.911)
Laba Kena Pajak ( Pembulatan) Rp.400.924.000
Perhitungan PPh Terutang
PKP
Fasilitas = Rp.4.800.000.000 / Rp.14.987.846.977 X Rp.400.924.000
= Rp.128.399.710
Non Fasilitas = Rp. 400.924.000 – Rp.128.399.710
= Rp.272.524.290
PPh Terutang
25% X 50% X Rp. 128.399.710 = Rp.16.049.964
25% X Rp. 272.524.290 = Rp.68.131.073
Rp.84.181.036
56
Keterangan mengenai koreksi fiskal atas Laporan Laba Rugi PT.TWD Tahun 2009-2011
a. Penghasilan
Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dari penjualan barang
dagangan perusahaan. Penghasilan usaha berupa penjualan sparepart yang
diproduksi sesuai permintaan pelanggan. Penghasilan usaha perusahaan memilih
menggunakan metode accrual basis sebagai metode pengakuan penghasilan karena
sebagian besar kegiatan pembayaran atas penjualan tersebut dilakukan secara kredit.
Menurut pajak, penghasilan yang diakui dengan metode accrual basis, sehingga
perusahaan telah melakukan penerapan metode pengakuan pendapatan sesuai
dengan ketentuan perpajakan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, PT. TWD telah
melaporkan pendapatan atas pemberian jasa didalam SPT Massa PPN dan hasilnya
sesuai dengan ketentuan perpajakan sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal
atas pendapatan tersebut. Penghasilan atas penjualan untuk tahun 2009 – 2011antara
lain sebagai berikut :
Tabel IV.6
Daftar penjualan PT.TWD Tahun 2009-2010
Bulan 2009 2010 2011
Pendapatan PPN Pendapatan PPN Pendapatan PPN Jan 0 0 344.306.800 34.430.680 803.412.150 80.341.215 Feb 0 0 404.942.000 40.494.200 960.559.150 96.055.915 Mar 0 0 562.327.500 56.232.750 1.101.307.500 110.130.750 Apr 0 0 1.129.012.565 112.901.257 811.696.500 81.169.650 Mei 1.191.680.000 119.168.000 648.832.815 64.883.282 1.283.780.150 128.378.015 Jun 797.920.000 79.792.000 1.167.976.400 116.797.640 1.296.179.325 129.617.933 Jul 1.023.550.000 102.355.000 565.061.500 56.506.150 1.445.293.190 144.529.319 Agust 591.660.595 59.166.060 544.772.500 54.477.250 1.250.567.920 125.056.792 Sep 259.937.500 25.993.750 203.204.000 20.320.400 1.320.204.160 132.020.416 Okt 176.855.000 17.685.500 1.070.779.000 107.077.900 2.197.193.980 219.719.398 Nop 116.391.000 11.639.100 1.225.098.000 122.509.800 1.593.055.230 159.305.523 Des 602.311.855 60.231.186 563.747.500 56.374.750 924.597.720 92.459.772
Total 4.760.305.950 476.030.595 8.430.060.580 843.006.058 14.987.846.975 1.498.784.698
57
b. Harga Pokok Penjualan (HPP).
Dalam Undang – undang PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1 huruf a(1) bahwa
biaya pembelian bahan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
merupakan objek pajak. Jadi HPP boleh menjadi pengurang penghasilan neto.
c. Gaji dan komisi.
Gaji di tahun 2009 sebesar Rp.216.461.044, gaji di tahun 2010 sebesar Rp.
486.706.073 dan gaji di tahun 2011 sebesar Rp.585.376.527 adalah jumlah yang
dibayar PT.TWD kepada seluruh karyawan sesuai dengan golongan atau jabatan
masing-masing karyawan. Atas gaji tersebut boleh menjadi pengurang karena dalam
pasal 6 ayat 1 huruf a(2) Undang – undang PPh No. 36 Tahun 2008 disebutkan
bahwa biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
boleh menjadi pengurang penghasilan bruto.
d. Telepon.
Pembayaran telepon yang dikeluarkan untuk kantor merupakan biaya yang boleh
menjadi pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang – undang Pajak
Penghasilan No.36 tahun 2008.
Tetapi dalam beban telepon, perusahaan harus melakukan koreksi positif sebagian
atau 50% karena perusahaan menanggung pulsa dari 2 orang pemegang saham
sebesar Rp. 150.000 per bulan. Berdasarkan keputusan direktur Jenderal Pajak
KEP-220/PJ/2002 menyatakan bahwa biaya berlangganan atas pengisian ulang
pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan
58
atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Adapun besarnya koreksi setiap tahunnya atas telepon dari tahun 2009-2011
tersebut adalah sebesar Rp. 2.400.000 untuk tahun 2009 dan Rp.3.600.000 untuk
tahun 2010 dan 2011 yang diperoleh dari:
2009
Rp.150.000/bulan x 2 orang = Rp.300.000 / per bulan
Rp.300.000 x 8 bulan (mei – des) = Rp.2.400.000
2010 dan 2011
Rp.150.000/bulan x 2 orang = Rp.300.000 / per bulan
Rp.300.000 x 12 bulan = Rp.3.600.000
e. Listrik.
Biaya listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya listrik untuk
operasional perusahaan, oleh karena itu, boleh menjadi pengurang penghasilan bruto
seperti yang disebutkan dalam pasal 6 ayat 1 Undang – undang Pajak Penghasilan.
f. ATK dan Peralatan Kantor.
Alat tulis kantor dan peralatan kantor merupakan pendukung yang digunakan dalam
keperluan administrasi perusahaan sperti stempel, bolpoin, materai, dan lain-lain.
Atas biaya alat tulis kantor dan peralatan kantor tersebut boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
g. Air minum.
Biaya air minum untuk kantor yang dikeluarkan PT.TWD boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto karena merupakan biaya yang berhubungan dengan usaha yang
tercantum dalam pasal 6 ayat 1 Undang-undang Pajak Penghasilan.
59
h. Perjamuan.
Perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif atas biaya penjamuan karena
atas biaya yang dibebankan tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang memadai
terkait dengan biaya tersebut. Dalam hal ini perusahaan tidak membuat daftar
nominatif atas biaya penjamuan tersebut sehingga biaya-biaya tersebut dianggap
fiktif. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986 yang menyatakan bahwa biaya entertainment,
representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendaptkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan obyek PPh dan tidak terkena PPh Final
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatnya daftar
norminatif dan dilamirkan dalam SPT Tahunan PPh. Oleh karena itu, biaya
penjamuan atau entertainment harus dikoreksi adalah sebesar Rp.16.296.429 untuk
tahun 2009, Rp.10.478.700 untuk tahun 2010 dan Rp.10.478.700 untuk tahun 2011.
i. Perizinan.
Dikeluarkan oleh perusahaan untuk melancarkan kegiatan operasional perusahaan
sehingga biaya ini bisa menjadi pengurang penghasilan bruto sesuai dengan
Undang – undang Pajak Penghasilan No.36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1.
j. Perbaikan kendaraan.
Biaya untuk perbaikan kendaraan seperti mobil operasional perusahaan ini boleh
menjadi pengurang penghasilam bruto karena kendaraan tersebut digunakan untuk
kepentingan kegiatan perusahaan. Dalam Undang-undang PPh No.36 tahun 2008
pasal 6 ayat 1 berisi bahwa biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha boleh
menjadi pengurang penghasilan bruto.
60
k. BBM, Pelumas dan Parkir.
Biaya BBM yang dikeluarkan untuk mobil perusahaan untuk mengirim barang atau
membeli bahan, pelumas digunakan untuk menjalankan mesin bubut yang dimiliki
perusahaan dan parkir merupakan biaya yang dikenakan saat kendaraan operasional
kantor melakukan pengiriman barang sehingga biaya tersebut boleh menjadi
pengurang penghasilan bruto seperti yang diatur dalam pasal 6 ayat 1. Ternyata
pada biaya parkir dilakukan koreksi fiskal karena tidak memiliki bukti parkir. Pada
tahun 2009 sebesar Rp.1.255.000, tahun 2010 sebesar Rp.3.725.500 dan tahun 2011
sebesar Rp.5.155.800
l. Fotocopy.
Beban yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan laporan yang diperlukan
perusahaan sehingga beban tersebut boleh menjadi pengurang penghasilan bruto
sesuai dengan pasal 6 ayat 1 Undang- undang Pajak Penghasilan. Beban fotocopy
yang dikeluarkan perusahaan ternyata ada sebagian yang tidak memiliki bukti,
sehingga beban ini harus dikoreksi positif atas beban yang tidak memiliki bukti
terrsebut, karena dalam perpajakan beban yang dapat mengurangkan penghasilan
bruto adalah beban yang sesuai dengan 3M ( mendapatkan, menagih dan
memelihara), biaya tersebut digunakan untuk operasional perusahaan serta beban
tersebut memiliki bukti. Besarnya koreksi positif yang dilakukan adalah sebesar
Rp.275.550 untuk tahun 2009, Rp.895.750 untuk tahun 2010 dan Rp.918.875
untuk tahun 2011.
61
s. Asuransi ini terdiri dari asuransi untuk direktur dan manager keuangan, asuransi
kendaraan operasional kantor dan lain sebagainya, asuransi tersebut menjadi
tanggungan bagi perusahaan tersebut. Karena beban tersebut dikeluarkan untuk
kegiatan operasional perusahaan sehingga bisa menjadi pengurang penghasilan bruto.
m. Sewa gedung.
Biaya sewa gedung merupakan biaya sewa yang berhubungan dengan produksi
perusahaan. Dimana gedung tersebut seluruhnya digunakan untuk kegiatan usaha
sehingga biaya tersebut bisa menjadi pengurang penghasilan bruto seperti yang diatur
dalam pasal 6 ayat 1.
n. Penyusutan aktiva tetap.
Menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008, perusahaan tidak secara langsung
membebankan penyusutan yang memiiki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap biaya penyusutan yang
dihitung oleh perusahaan, penulis mendapatkan bahwa perusahaan telah sesuai
mengkelompokkan jenis harta dan mengelompokkan masa manfaat sesuai dengn
metode penyusutan yang digunakan yaitu metode garis lurus. Sehingga biaya
penyusutan tersebut boleh menjadi pengurang penghasilan kena pajak sesuai dengan
Undang-undang PPh No.36 Tahun 2008 dalam pasal 6 ayat 2.
o. Iklan.
Biaya iklan ini dikeluarkan perusahaan untuk menjalankan usahanya sehingga biaya
iklan tersebut dapat menjadi pengurang penghasilan bruto sesuai dengan UU PPh
No.36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 2.
62
p. Sumbangan.
Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh 1984 yang sebagaimana diubah menjadi
UU PPh No. 36 Tahun 2008, harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan tidak
dapat dijadikan biaya pengurang penghasilan bruto. Dalam hal ini perusahaan
memberikan sumbangan untuk kegiatan disekitar pabrik seperti acara HUT
kemerdekaan RI, sumbangan untuk karyawan nikah dan lahiran, serta sumbangan
untuk keluarga karyawan yang meninggal sehingga perusahaan harus mengkoreksi
positif biaya sumbangan, dan dalam prakteknya perusahaan telah benar melakukan
koreksi fiskal atas biaya sumbangan pada tahun 2009,2010, dan 2011 masing-
masing sebesar Rp.6.492.000, Rp.11,785.000, dan Rp.0.
q. Administrasi bank.
Administrasi bank boleh menjadi pengurang penghasilan bruto karena administrasi
tersebut merupakan administrasi dari pinjaman yang dilakukan perusahaan sehingga
dapat dijadikan pengurang sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 6
ayat 1 huruf (a).
r. Lain-lain.
Biaya lain-lain dikeluarkan perusahaan untuk keperluan rumah tangga kantor
seperti : beli kopi, teh, gula, so klin,pewangi ruangan, tissue, dan lain-lain yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
63
Selain melakukan koreksi positif, dari laporan keuangan rekonsiliasi laba rugi
diatas juga terdapat koreksi negatif, yaitu:
a. Pendapatan lain-lain.
pendapatan lain-lain perusahaan didapat dari jasa giro bank. Atas hal ini,
perusahaan harus melakukan koreksi fiskal negatif atas jasa giro yang diterimanya.
Berdasarkan PP 131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan No.
51/KMK.04/2000 menyatakan bahwa atas jasa giro dan bunga deposito merupakan
penghasilan yang dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2. Dengan demikian,
perusahaan harus mengkoreksi pendapatan ini karena sudah dikenakan pajak final.
Besarnya koreksi negatif yang dilakuan adalah Rp. 959.363 untuk tahun 2009,
Rp.4.150.277 untuk tahun 2010, dan Rp.8.295.911 untuk tahun 2011.
IV.4 Rekonsiliasi Fiskal yang dapat diterapkan Pada PT.TWD
Seiring dengan seringnya terjadi perubahan pada peraturan perpajakan yang
diakibatkan karena semakin berkembangnya perekonomian negara yang juga selalu
berubah-ubah. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak selalu berusaha
mempersempit celah bagi wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak, baik secara
legal maupun tidak legal dengan cara melakukan perubahan pada undang-undang dan
peraturan perpajakan yang ada. Oleh sebab itu, penghindaran pajak yang secara legal
dapat dilakukan dengan cara wajib pajak harus paham dan mengerti benar-benar
peraturan perpajakan yang berlaku sebelum melakukan perencanaan pajak agar terhindar
dari sanksi-sanksi perpajakan.
Setelah dilakukan koreksi positif terdapat perbedaan laba sebelum pajak,
dimana jumlah yang dihasilkan semakin meningkat. Untuk dapat mengatasi kenaikan
64
laba maka biaya – biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan harus dapat dijadikan
sebagai biaya pengurang bruto (biaya fiskal). Perencanaan pajak yang akan dilakukan
tentu saja menggunakan cara-cara yang legal dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari sanksi-sanksi perpajakan maupun
dengan melihat setiap celah-selah yang ada didalam peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan. Perencanaan –perencanaan yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan
adalah sebagai berikut :
1. Pada PT.TWD belum memiliki karyawan yang benar-benar menguasai dan
memahami perpajakan, karena perpajakan pada PT.TWD ditangani oleh staf bagian
keuangan yang tidak memiliki keahlian khusus dalam bidang perpajakan. Oleh sebab
itu agar perencanaan pajak efektif dan efisien sebaiknya PT.TWD harus memiliki
karyawan yang ahli dalam bidang perpajakan atau menggunakan jasa konsultan
pajak.
2. Adanya perbedaan antara perlakuan akuntansi secara komersial menurut Standar
Akuntansi Keuangan dengan perlakuan akuntansi pajak secara fiskal menurut
Undang-undang Pajak Penghasilan dan peraturan perpajakan. Oleh sebab itu
sebaiknya perusahaan menentukan besarnya pajak penghasilan terutang tidak
hanya mengandalkan laporan keuangan komersial saja. Dalam keadaan tersebut
sebaiknya perusahaan juga membuat laporan keuangan fiskal yang sudah dilakukan
koreksi fiskal untuk mempermudah perusahaan untuk membuat SPT Badan. Koreksi
fiskal tersebut harus didasarkan pada Undang-undang perpajakan yang berlaku agar
perencanaan pajak dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
65
3. Biaya telepon pada dasarnya merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang
penghasilan bruto jika biaya tersebut dikeluarkan perusahaan dalam rangka kegiatan
operasional perusahaan. Biaya telepon ini dikoreksi positif dikarenakan biaya telepon
yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya voucher/pulsa para pemegang saham. Jadi
biaya ini hanya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dari
jumlah biaya perolehan sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 tentang pelakuan Pajak Penghasilan atas
biaya pemakaian telepon seluler.
Atas masalah tersebut, seharusnya dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
mengganti biaya voucher/pulsa handphone para pemegang saham menjai tunjangan
komunikasi dalam bentuk uang tunai kepada para pemegang saham tersebut. Hal ini
sesuai dengan UU PPh No.36 Tahun 2008 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi
pengurang penghasilan bruto, salah satunya adalah tunjangan dalam bentuk uang
tunai. Hal ini akan menjadi penambah penghasilan bagi pemegang saham tetapi
menjadi pengurang penghasilan bagi perusahaan sehingga dapat menghemat beban
pajak penghasilan serta tunjangan tersebut dapat dijadikan pengurang biaya dalam
menghitung Penghasilan Kena pajak.
4. Pengeluaran atas biaya perjamuan berupa jamuan tamu perusahaan, maka
perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan adalah membuat daftar nominaif
untuk biaya penjamuan agar biaya tersebut bisa dijadikan pengurang penghasilan
bruto atau tidak dianggap fiktif. Daftar norminatif haris dibuat secara lengkap dan
jelas atas transaksi yang terjadi dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh. Isi dari
dari daftar norminatif sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor
SE-27/PJ.22/1986 sebagai berikut:
66
Tabel IV.7
Daftar Norminatif Biaya Perjamuan dan Sejenisnya
Tahun Pajak:
No.
Pemberian perjamuan dan sejenisnya Relasi usaha yang diberikan
perjamuan dan sejenisnya Keterangan
Tanggal Tempat Alamat Jenis Jumlah
(Rp)
NPWP Nama Posisi Nama
Perusahaan
Jenis
Usaha
5. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk beban BBM, Pelumas dan Parkir dapat
menjadi pengurang penghasilan bruto apabila digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Pada biaya BBM dan Pelumas digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan dan didukung dengan bukti-bikti yang menyatakan beban tersebut benar-
benar terjadi sedangkan untuk beban parkir dikoreksi positif karena perusahaan
tidak memiliki bukti – bukti pembayaran secara rinci atas pengeluaran biaya parkir
tersebut sehingga tidak termasuk dalam pasal 6 ayat (1) UU PPh. Atas kejadian
tersebut, perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminta bukti
pembayaran atas parkir. Sehingga dapat dibuktikan benar-benar ada dan jelas
6. Biaya fotocopy merupakan biaya yang digunakan untuk kegiatan usaha, tetapi pada
perusahaan ternyata terdapat biaya fotocopy yang tidak mempunyai bukti bahwa
adanya dilakukan fotocopy sehinggan pada biaya fotocopy tersebut tidak dapat
dijadikan pengurang pada penghasilan bruto. Agar dapat menjadi pengurang
penghasilan bruto biaya fotocopy ini harus memiliki bukti, sehingga perlu diminta
67
bukti tersebut pada tempat dimana fotocopy tersebut dilakukan agar dapat menjadi
biaya yang dapat dikurangkan.
7. Untuk biaya sumbangan yang dikeluarkan perusahaan tidak boleh menjadi pengurang
bruto, karena sumbangan yang dilakukan tidah berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha perusahaan. Perencanaan yang dapat dilakukan perusahaan atas biaya
sumbangan tersebut agar dapat dibiayakan adalah dengan memberikan sumbangan
kepada pihak-pihak yang diatur dalam SE-33/PJ.421/1996 yaitu sumbangan untuk
beasiswa dalam rangka GNOTA dan Peraturan Menteri Keuangan
No.609/KMK.03/2004 yaitu sumbangan untuk korban bencana alam yang
dikategorikan sebagai bencana nasional oleh pemerintah seperti bencana tsunami di
Aceh.
IV.5 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Di Evaluasi
Rekonsiliasi terjadi karena adanya perbedaan pengakuan antara penghasilan
dan biaya secara akuntansi komersial dan fiskal karena laporan komersial mengacu pada
PSAK dimana semua biaya dapat menjadi pengurang penghasilan bruto perusahaan
sedangkan laporan fiskal mengacu pada peraturan perpajakan dimana tidak semua biaya
komersial dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. Atas biaya yang tidak dapat
dikurangkan ini harus dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal pada dasarnya terbagi
menjadi dua yaitu koreksi positif dan koreksi negatif dimana koreksi positif atas biaya
komersial akan mengakibatkan laba kena pajak perusahaan semakin besar dan pada
akhirnya jumlah Pajak Penghasilan Badan yang harus dibayarkan juga akan bertambah
besar, sedangkan koreksi fiskal negatif atas biaya komersial akan menyebabkan
68
berkurangnya laba kena pajak dan Pajak Penghasilan Badan yang harus dibayarkan
akan semakin kecil.
Perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan yang maksimal adalah dengan
meminimalkan koreksi fiskal positif atas biaya-biaya komersial dan memaksimalkan
koreksi negatif. Dalam rekonsiliasi fiskal sebelum dan sesudah perencanaan pajak akan
terdapat perbedaan antara laba komersial dan laba fiskal.
69
Tabel IV.8
PT. TWD
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 (Rupiah)
Komersial
Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi
Koreksi Fiskal Tax
Fiskal Fiskal Planing
PENGHASILAN
Penjualan 4.760.305.950 4.760.305.950 4.760.305.950
Retur dan Koreksi 0 0 0 Penjualan Bersih 4.760.305.950 4.760.305.950 4.760.305.950 HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan Awal 0 0 0
Pembelian 3.774.180.790 3.774.180.790 3.774.180.790
Tersedia Untuk di Produksi 3.774.180.790 3.774.180.790 3.774.180.790
Persediaan Akhir (340.787.138) (340.787.138) (340.787.138)
Pemakaian Bahan 3.433.393.652 3.433.393.652 3.433.393.652
Beban Produksi 661.363.049 661.363.049 661.363.049
Harga Pokok Penjualan 4.094.756.701 4.094.756.701 4.094.756.701
LABA KOTOR 665.549.249 665.549.249 665.549.249
Beban Usaha Gaji dan Komisi (216.461.044) (216.461.044) (216.461.044) Telepon (4.814.296) 1.200.000 (3.614.296) (3.614.296)
Listrik (52.983.660) (52.983.660) (52.983.660) Pengepakan 0 0 0 ATK dan Peralatan Kantor (19.008.850) (19.008.850) (19.008.850) Air Minum (2.593.575) (2.593.575) (2.593.575) Perjamuan (16.296.429) 16.296.429 0 16.296.429 (16.296.429) Perizinan (17.750.000) (17.750.000) (17.750.000) Perbaikan Kendaraan (4.987.000) (4.987.000) (4.987.000) BBM,Pelumas dan Parkir (10.366.200) 1.255.000 (9.111.200) 10.366.200 (10.366.200) Fotocopy (1.990.279) 275.550 (1.714.729) 1.990.279 (1.990.279) Asuransi (1.817.000) (1.817.000) (1.817.000) Sewa Gedung (25.000.000) (25.000.000) (25.000.000) Penyusutan Aktiva Tetap (257.585.519) (257.585.519) (257.585.519) Iklan (1.856.000) (1.856.000) (1.856.000) Sumbangan (6.492.000) 6.492.000 0 6.492.000 (6.492.000) Administrasi Bank (734.000) (734.000) (734.000) Lain - lain (541.216) 541.216 (541.216) 541.216 (541.216) TOTAL BEBAN (641.277.068) (615.758.089) (640.077.068) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 959.363 (959.363) 0 0 Laba Usaha Sebelum Pajak 25.231.544 49.791.160 25.472.181
70
Tabel IV.9
PT. TWD
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 (Rupiah)
Komersial Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi
Koreksi Fiskal
Tax Fiskal
Fiskal Planing PENGHASILAN Penjualan 8.430.060.580 8.430.060.580 8.430.060.580 Retur dan Koreksi 0 0 0 Penjualan Bersih 8.430.060.580 8.430.060.580 8.430.060.580 HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal 340.787.138 340.787.138 340.787.138 Pembelian 8.281.370.629 8.281.370.629 8.281.370.629 Tersedia Untuk di Produksi 8.622.157.767 8.622.157.767 8.622.157.767 Persediaan Akhir (2.196.181.859) (2.196.181.859) (2.196.181.859) Pemakaian Bahan 6.425.975.908 6.425.975.908 6.425.975.908 Beban Produksi 608.225.524 608.225.524 608.225.524 Harga Pokok Penjualan 7.034.201.432 7.034.201.432 7.034.201.432 LABA KOTOR 1.395.859.148 1.395.859.148 1.395.859.148 Beban Usaha Gaji dan Komisi (486.706.073) (486.706.073) (486.706.073) Telepon (9.445.837) 1.800.000 (7.645.837) (7.645.837) Listrik (97.878.280) (97.878.280) (97.878.280) Pengepakan (5.608.080) (5.608.080) (5.608.080) ATK dan Peralatan Kantor (12.675.700) (12.675.700) (12.675.700) Air Minum (6.640.900) (6.640.900) (6.640.900) Perjamuan (10.478.700) 10.478.700 0 10.478.700 (10.478.700) Perizinan 0 0 0 0 Perbaikan Kendaraan (7.990.300) (7.990.300) (7.990.300) BBM,Pelumas dan Parkir (15.160.500) 3.725.500 (11.435.000) 15.160.500 (15.160.500) Fotocopy (3.275.530) 895.750 (2.379.780) 3.275.530 (3.275.530) Asuransi (9.815.000) (9.815.000) (9.815.000) Sewa Gedung (41.666.667) (41.666.667) (41.666.667) Penyusutan Aktiva Tetap (421.573.272) (421.573.272) (421.573.272) Iklan (78.000) (78.000) (78.000) Sumbangan (11.785.000) 11.785.000 0 11.785.000 (11.785.000) Administrasi Bank (1.574.011) (1.574.011) (1.574.011) Lain – lain (10.021) 10.021 0 10.021 (10.021) TOTAL BEBAN (1.142.361.871) (1.113.666.900) (1.140.561.871) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 4.150.277 (4.150.277) 0 0 0 Laba Usaha Sebelum Pajak 257.647.554 282.182.227 255.297.277
71
Tabel IV.10
PT. TWD
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 (Rupiah)
Komersial Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi
Koreksi Fiskal
Tax Fiskal
Fiskal Planing PENGHASILAN Penjualan 15.021.446.977 15.021.446.977 15.021.446.977 Retur dan Koreksi (Rp33.600.000) (Rp33.600.000) (Rp33.600.000) Penjualan Bersih 14.987.846.977 14.987.846.977 14.987.846.977 HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal 2.196.181.859 2.196.181.859 2.196.181.859 Pembelian 11.178.413.000 11.178.413.000 11.178.413.000 Tersedia Untuk di Produksi 13.374.594.859 13.374.594.859 13.374.594.859 Persediaan Akhir (1.553.987.447) (1.553.987.447) (1.553.987.447)
Pemakaian Bahan 11.820.607.412 11.820.607.412 11.820.607.412 Beban Produksi 893.955.214 893.955.214 893.955.214 Harga Pokok Penjualan 12.714.562.626 12.714.562.626 12.714.562.626 LABA KOTOR 2.273.284.351 2.273.284.351 2.273.284.351 Beban Usaha Gaji dan Komisi (585.376.527) (585.376.527) (585.376.527) Telepon (19.407.558) 1.800.000 (17.607.558) (17.607.558) Listrik (175.742.717) (175.742.717) (175.742.717) ATK dan Peralatan Kantor (21.747.450) (21.747.450) (21.747.450) Perjamuan (12.412.800) 10.478.700 (1.934.100) 12.412.800 (12.412.800) Perizinan 0 0 0 Perbaikan Kendaraan (14.495.000) (14.495.000) (14.495.000) BBM,Pelumas dan Parkir (25.022.800) 5.155.800 (19.867.000) 25.022.800 (25.022.800) Fotocopy (4.133.305) 918.875 (3.214.430) 4.133.305 (4.133.305) Asuransi (29.213.100) (29.213.100) (29.213.100) Sewa Gedung (20.833.333) (20.833.333) (20.833.333) Penyusutan Aktiva Tetap (968.553.014) (968.553.014) (968.553.014) Iklan 0 0 0 Sumbangan 0 0 0 Administrasi Bank (4.859.834) (4.859.834) Lain - lain (1.040.807) 1.040.807 0 1.040.807 (1.040.807) TOTAL BEBAN (1.882.838.245) (1.863.444.063) (1.876.178.411) PENDAPATAN LAIN-LAIN Jasa Giro 8.295.911 (8.295.911) 0 0 Laba Usaha Sebelum Pajak 398.742.017 408.799.481 397.105.940
72
Tabel IV.11 Perhitungan PPh Badan Tahun 2009-2011
Keterangan Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi
2009 2010 2011 2009 2010 2011 Penghasilan Kena Pajak 49.791.160 282.182.227 408.799.481 25.472.181 255.297.277 397.105.940 PPh Badan: PKP Fasilitas (28% x 50 %) x 49.791.160 (50% x 28%) x 25.472.181 (4.8M / 8.430.060.580) x 282.182.227 (4.8M / 8.430.060.580) x 255.297.277 (4.8M / 14.987.846.977) x408.799.481 (4.8M / 14.987.846.977) x 397.105.940
6.970.762
160.672.000
130.921.907
3.566.105
145.363.953
127.176.940 PKP Non Fasilitas (282.182.227 – 160.672.000) (255.297.277 – 145.363.953) (409.799.481 – 131.921.907) (397.105.940 – 127.176.940)
121.510.227
278.877.574
109.933.324
269.929.000
PPh Terutang dengan Fasilitas 50% x 25% x 160.672.000 50% x 25% x 145.363.953 50% x 25% x 130.921.907 50% x 25% x 127.176.940
20.084.000
16.356.239
18.170.494
15.897.118 PPh Terutang Non Fasilitas 25% x 121.510.227 25% x 109.933.324 25% x 278.877.574 25% x 269.929.000
30.377.556
69.719.394
27.483.331
67.482.250 Total PPh Terutang 6.970.762 50.461.556 86.046.633 3.566.105 45.653.825 83.379.368
Persentase Penghematan 48.84% 9.53% 3.1%
73
IV.6 Penghematan Pajak Setelah Dilakukan Evaluasi Rekonsiliasi Fiskal
Dari evaluasi yang dilakukan atas rekonsiliasi perhitungan laba rugi
komersial dan fiskal diatas, maka dapat di simpulkan bahwa dengan
dilakukannya perencanaan pajak atas biaya-biaya komersial, maka perusahaan
dapat memperoleh penghematan pajak tanpa melanggar ketentuan peraturan
perpajakan .
Penghematan pajak yang dilakukan dengan meminimalkan biaya yang
dapat dikurangin penghasilan bruto serta biaya tersebut sesuai dengan peraturan
perpajakan. Penghematan pajak mengakibatkan jumlah penghasilan sebelum
pajak penghasilan menurun sehingga pajak yang dibayarkan akan lebih kecil dan
perusahaan bisa menghemat pajak yang harus dibayarkan. Penghasilan sebelum
pajak penghasilan menurun yaitu:
• Tahun 2009 menurun dari Rp. 49.791.160 menjadi Rp. 25.472.181 dan
memperoleh penghematan PPh Badan senilai 48.84%.
• Tahun 2010 menurun dari Rp. 282.182.227 menjadi Rp. 255.297.277 dan
memperoleh penghematan PPh Badan senilai 9.53%.
• Tahun 2011 menurun dari Rp. 408.799.481 menjadi Rp. 397.105.940 dan
memperoleh penghematan PPh Badan senilai 3.1%
Beberapa penjelasan atas beberapa usulan perencanaan pajak adalah sebagai berikut:
a. Biaya telepon sebenarnya tidak perlu dikoreksi atau dapat menjadi pengurang
penghasilan bruto asalkan biaya ini digunakan untuk keperluan operasional
perusahaan, tetapi kenyataannya, biaya telepon yang dilaporkan dalam laporan
74
laba rugi komersial ternyata juga digunakan untuk pembelian pulsa karyawan
dengan jabatan tertentu sehingga perlu dilakukan koreksi fiskal sebesar 50%
sesuai dengan ketentuan Direktur Jenderal Pajak KEP-220/PJ/2002 . Maka dari
permasalahan tersebut perencanaan pajak yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan biaya pulsa tersebut dengan tunjangan komunikasi dimana
tunjangan ini dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan.
Besarnya koreksi untuk tunjangan komunikasi adalah sebesar Rp.2.400.000
untuk tahun 2009 dan untuk 2010 dan 2011 sebesar Rp.3.600.000.
b. Biaya perjamuan dikoreksi untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 masing –masing
senilai Rp.16.296.429, Rp.10.478.700, dan Rp.12.412.800. biaya perjamuan ini
dikoreksi karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif. Agar biaya ini
dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, maka sebaiknya perusahaan
membuat daftar nominatif untuk biaya perjamuan, karena dalam perpajakan
mengakui biaya tersebut sebagai pengurang penghasilan bruto apabila
perusahaan tersebut memiliki bukti yang mendukung serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh perusahaan itu sendiri.
c. Biaya BBM, Pelumas dan Parkir sebenarnya biaya ini dapat diakui seluruhnya
sebagai pengurang penghasilan bruto, tetapi biaya tersebut terutama biaya parkir
tidak memiliki bukti saat transaksi tersebut benar-benar terjadi. Besarnya biaya
parkir yang dikoreksi yaitu untuk tahun 2009 sebesar Rp.1.255.000, untuk tahun
2010 sebesar Rp.3.725.500 dan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 5.155.800. Untuk
permasalahan ini perencanaan pajak yang dapat dilakukan yaitu perusahaan haus
memiliki bukti atas transaksi tersebut agar bisa menjadi pengurang penghasilan
bruto.
75
d. Biaya fotocopy dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto apabila ada bukti
yang pendukung atas pengeluaran biaya tersebut, tetapi biaya fotocopy yang
dikeluarkan perusahaan tenyata ada sebagian yang buktinya tidak ada sehingga
biaya tersebut dilakukan koreksi fiskal atas biaya yang tidak meniliki bukti
pendukung tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut
perusahaan memiliki bukti agar pengeluaran tersebut tidak dianggap fiktif.
e. Biaya sumbangan yang dikeluarkan untuk HUT Kemerdekaan RI, sumbangan
untuk karyawan nikah dan lahiran serta sumbangan untuk keluarga karyawan yang
meninggal sehingga biaya sumbangan ini tidak dapat dijadikan pengurang
penghasilan bruto dan harus dilakukan koreksi positif. Atas permasalahan tersebut
perusahaan dapat mengalihkan biaya untuk HUT Kemerdekaan RI menjadi
sumbangan yang diberikan Wajib Pajak dalam rangka bantuan kemanusiaan untuk
bencana alam Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 609/PMK.03/2004 dan bencana gempa bumi di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Provinsi Jawa sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 94/PMK.03/2006 atau sumbangan atas
bencana nasional yang terjadi itu dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.