BAB IV PEMBAHASAN - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/1781/5/12. BAB IV - Pembahasan.pdf ·...
Transcript of BAB IV PEMBAHASAN - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/1781/5/12. BAB IV - Pembahasan.pdf ·...
43
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Analisis Bahan
Material dan bahan yang digunakanpada penelitian ini antara lain :
a. Tanah pasir Lumajang dengan simbol SP (Poorly Graded Sand) menurut sistem
klasifikasi U.S.C.S.
b. Pondasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pondasi menerus.Pondasi
terbuat dari profil baja WF, hal ini dimaksudkan agar pondasi bersifat rigid (kaku).
Ada 3 macam lebar pondasi yang telah ditetapkan sebagai variabel, yaitu 6 cm, 8
cm, 10 cm.
c. Bahan yang digunakan sebagai perkuatan tanah pasir adalah geogrid. Dalam
penelitian ini dipilih geogrid jenis biaxial dengan tipe Miragrid GX 40/40 yang
mempunyaikuat tarik 40 kN/m2. Geogrid tersebut didapatkan dari PT Geoforce
Indonesia.
44
Tabel 4.1.Tipe-tipe Geogrid
Sumber: PT. Geoforce Indonesia
4.1.1. Analisis Gradasi Butiran Tanah
Analisis gradasi butiran merupakan salah satu pengujian dasar dalam penelitian
ini.Pengujian ini bertujuan untuk menentukan gradasi agregat halus dan agregat kasar
dari tanah pasir yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan alat berupa saringan dengan ukuran tertentu sesuai
standar ASTM C-136-46. Data yang diperoleh dari hasil pengujian adalah sebagai
berikut:
45
Tabel 4.2Data Analisa Ayakan
Sieve Indiv. WTRetained
Acc. WTRetained Retained
(%)Finer(%)Sieve
No.Diameter
(mm)(gram) (gram)
4 4.75 47.8 47.8 4.8 95
10 2 109.56 157.36 15.78 84.22
20 0.84 145.07 302.43 30.32 69.68
40 0.42 274.33 576.76 57.82 42.18
50 0.3 149.32 726.08 72.79 27.21
80 0.18 137.67 863.75 86.59 13.41
100 0.15 62.51 926.26 92.86 7.14
200 0.075 56.81 983.07 98.55 1.45
Pan 14.44 997.51 100 0.00
Gambar 4.1. Hasil Pembagian Ukuran Butiran Tanah
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium, diperoleh data yang
lolos saringan no. 200 sebesar 1,45%. Pada sistem Klasifikasi USCS, tanah tersebut
digolongkan sebagai tanah berbutir kasar dengan prosentase tanah yang lolos saringan no.
200 kurang dari 50%.
Untuk menentukan jenis pasir, maka digunakan Rumus (4.1) berikut ini.= ( ) < 6 = ( ) ≠ 1 < < 3 (4.1)
46
Diketahui:
D60 = 0,65
D30 = 0,33
D10 = 0,17
= ( , ), = 3,823< 6 = ( , ), , = 0,985Karena nilai Cu kurang dari 6 dan nilai Cc tidak diantara 1 dan 3 maka dapat
disimpulkan bahwa jenis pasir ini adalah SP (Poorly Graded Sand).
4.1.2 Analisis Spesific Gravity
Specific Gravity juga merupakan salah satu pengujian dasar yang dilakukan dalam
penelitian ini. Specific Gravity adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memanaskan pycnometer yang berisi air dan tanah hingga mendidih, kemudian diukur
suhu dan beratnya. Pengukuran suhu dilakukan berulang-ulang hingga mencapai suhu
ruangan. Data yang diperoleh dari hasil pengujian adalah sebagai berikut:
KALIBRASI LABU UKUR NO. 1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berat Labu Ukur+ Air (gr)
134.89 135.15 135.98 136.34 136.75 136.95 137.12 137.56 137.84 138.14
Temperatur °C 71 64 58 49 43 37 34 32 30 28
y = -0.0702x + 139.8033134.5
135
135.5
136
136.5
137
137.5
138
138.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
BE
RA
T L
AB
U U
KU
R +
AIR
(gr)
TEMPERATUR (°C)
KALIBRASI LABU UKUR No. 1
47
KALIBRASI LABU UKUR NO. 2
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berat Labu Ukur+ Air (gr)
167.15 167.76 168.11 168.73 168.98 169.45 169.92 170.22 170.62 170.93
Temperatur °C 78 73 70 68 40 40 35 34 32 30
KALIBRASI LABU UKUR NO. 3
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berat Labu Ukur+ Air (gr)
167.88 168.32 168.84 169.25 169.71 170.22 170.69 171.18 171.85 172.24
Temperatur °C 75 71 68 65 42 38 38 36 34 33
y = -0.060x + 172.2
166.5
167
167.5
168
168.5
169
169.5
170
170.5
171
171.5
20 30 40 50 60 70 80 90
BE
RA
T L
AB
U U
KU
R +
AIR
(gr)
TEMPERATUR (°C)
KALIBRASI LABU UKUR No. 2
y = -0.093x + 174.9167
168
169
170
171
172
173
174
20 30 40 50 60 70 80
BE
RA
T L
AB
U U
KU
R +
AIR
(gr)
TEMPERATUR (°C)
KALIBRASI LABU UKUR No. 3
48
LABU UKUR SATUAN 1
Berat Tanah Kering (Ws) gram 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Berat Labu Ukur + Air + Tanah Kering(W1)
gram 148.6 149.2 149.23 149.31 149.49 149.5 149.95 150.16 150.2 150.26
Suhu (°C) °C 60 52 50 48 45 42 36 35 29 26
Berat Labu Ukur + Air (W2) gram 135.591 136.153 136.293 136.434 136.644 136.855 137.276 137.346 137.768 137.978
Berat Jenis Tanah (Gs) gram/cm3 2.8607 2.8765 2.83154 2.80753 2.79552 2.71928 2.72997 2.78307 2.64288 2.59131
Rata-rata Berat Jenis gram/cm3 2.764
LABU UKUR SATUAN 2
Berat Tanah Kering (Ws) gram 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Berat Labu Ukur + Air + Tanah Kering (W1) gram 180.14 180.62 180.73 181.01 181.94 182.09 182.12 182.17 182.32 182.44
Suhu (°C) °C 73 72 69 45 44 42 40 39 35 30
Berat Labu Ukur + Air (W2) gram 167.82 167.88 168.06 169.5 169.56 169.68 169.8 169.86 170.1 170.4
Berat Jenis Tanah (Gs) gram/cm3 2.60417 2.75482 2.72851 2.35571 2.62467 2.63505 2.60417 2.60078 2.57069 2.51256
Rata-rata Berat Jenis gram/cm3 2.599
LABU UKUR SATUAN 3
Berat Tanah Kering (Ws) gram 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Berat Labu Ukur + Air + Tanah Kering(W1)
gram 180.56 180.82 181.27 182.34 182.51 182.53 182.59 182.63 182.8 182.98
Suhu (°C) °C 77 73 69 45 43 42 40 38 35 30
Berat Labu Ukur + Air (W2) gram 167.739 168.111 168.483 170.715 170.901 170.994 171.18 171.366 171.645 172.11
Berat Jenis Tanah (Gs)gram/cm
3 2.7859 2.74311 2.77277 2.38806 2.38351 2.36295 2.32829 2.28938 2.26116 2.19058
Rata-rata Berat Jenisgram/cm
3 2.451
RATA – RATA 2.605
49
4.1.3 Analisis Pemeriksaan Kepadatan Tanah (Compaction)
4.1.3.1. Kepadatan Tanah Standar di Laboratorium (proctor test)
Pengujian selanjutnya yaitu uji kepadatan tanah standar di laboratorium.Tujuan dari
uji pemadatan adalah untuk mendapatkan nilai berat isi kering (γd) maksimum dan nilai
kadar air optimum (OMC) dari tanah. Uji pemadatan ini mengacu pada ASTM D-698-70
metode B. Pengujian dilakukan dengan memadatkan tanah didalam sebuah cetakan
(mold) yang berdiameter 15,5 cm dan tinggi 11 cm. proktor standar yang digunakan
adalah dengan berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh untuk pemadatan standar adalah sebesar
30,48 cm (12 inch) dengan jumlah tumbukan adalah 56 tiap lapisan. Grafik hasil
pengujian tersebut disajikan berikut ini:
Gambar 4.2. Pemadatan Standar
1.500
1.550
1.600
1.650
1.700
1.750
1.800
0 5 10 15 20 25
Dry
den
sity
(gr/c
m3)
water content,w (%)
Compaction test
1.630
1.680
1.730
1.780
1.830
1.880
1.930
1.980
0 5 10 15 20 25
Dry
den
sity
(gr/c
m3)
water content,w (%)
Compaction test
50
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai berat isi kering (γlab) sebesar 1,745
gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 16,9 %. Nilai kepadatan maksimum inilah yang
akan dijadikan acuan dalam menentukan kepadatan rencana dari pemodelan tanah pasir.
4.1.3.2. Kepadatan Tanah Model
Dalam penelitian ini, istilah kepadatan tanah model (γlap) dipakai karena pada saat
percobaan dalam model sangat sulit didapatkan kepadatan maksimum (γlab) seperti
halnya pada percobaan di laboratorium.Untuk menentukan berat isi kering pada model,
digunakan density ring. Dari perbandingan antara berat isi kering melalui density ring
(γlap) dan berat isi kering maksimum hasil pemadatan laboratorium (γlab) maka akan
didapatkan kepadatan relatif. Sesuai dengan batasan masalah, kepadatan relative yang
digunakan adalah sebesar 70 %, maka didapatkan nilai kepadatan tanah model rencara
adalah sebesar 1,2215 gr/cm3.
Pemadatan tanah model dilakukan dengan cara menggilas tanah dengan
menggunakan beton silinder dengan berat 11,28 kg dengan tinggi beton 30 cm. Jumlah
gelindingan yang dilakukan untuk mendapatkan kepadatan yang diinginkan didapatkan
dengan cara trial dan error dalam memadatkan hingga ketinggian yang diinginkan, yaitu
10 cm dan kemudian dilakukan uji density ring untuk mengontrol nilai kepadatan pada
tiap lapisan.
51
Berikut merupakan hasil dari percobaan gilasan yang digunakan untuk memadatkan
tanah tiap layer:
Gambar 4.3. Hasil Jumlah Gilasan Dibandingkan dengan Berat Isi Basah pada RC 70%
Dari hasil pengujian gilasan, didapatkan gilasan untuk setiap layer pada RC 70%
dengan yaitu ɣw = 1,392 gr/cm3 yaitu sebanyak 1 kali.
4.1.4 Analisis Kuat Geser Langsung (Direct Shear)
Analisis pengujian geser langsung ini dimaksudkan untuk menetukan parameter
nilai kohesi tanah (c) serta nilai sudut geser dalam tanah (ϕ).Hasil dari pengujian ini
disajikan dalam grafik hubungan antara tengangan normal (σ) dan tegangan geser
maksimum (τ).
Berikut merupakan hasil dari percobaan Direct Shear :
Gambar 4.4. Grafik hasil pengujian Direct Shear
y = 0.1513x + 1.2816
1.261.28
1.31.321.341.361.38
1.41.421.441.46
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Ber
at is
i Bas
ah
Jumlah Gilasan
y = 0.7271x + 0.0251R² = 0.9973
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70
Tega
ngan
Ges
er (k
g/cm
2)
Tegangan Normal kg/cm2)
UJI DIRECT SHEAR
52
Dari grafik tersebut dapat diperoleh nilai kohesi tanah serta nilai sudut geser tanah
dengan menghubungkan ketiga titik yang diperoleh dengan garis linear sehingga
membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal pada nilai kohesi (c) dan
memotong sumbu horizontal dengan membentuk sebuah sudut yang merupakan sudut
geser dalam tanah (ϕ). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai sudut
geser salam tanah (ϕ=36,017o) dan nilai kohesi (c=0.025 kg/cm2).
4.2.Analisa Hasil Pengujian Model Test
Dalam penelitian ini, tanah pasir yang diuji terbagi menjadi 2 mode, yaitu model tes
tanah pasir tanpa perkuatan dan model tes tanah pasir dengan perkuatan. Kemudian
dilakukan beberapa pengujian. Pengujian ini meliputi uji kepadatan, uji kadar air dan uji
pembebanan. Setelah dilakukan pengujian tersebut lalu didapatkan data yang kemudian
akan dianalisis.
4.2.1. Tanah Pasir Tanpa Perkuatan
Sebagai acuan pembanding pada pemodelan tanah pasir dengan perkuatan, maka
terlebih dahulu dilakukan pengujian tanah pasir tanpa perkuatan. Untuk pemodelan tanah
pasir tanpa perkuatan dilakukan pengujian terhadap tiga model sampel sesuai dengan
matriks pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3.Tabel Matriks dengan Kepadatan Relatif 70%
Lebar PondasiD/B = 1 6 cm 8 cm 10 cm
4.2.1.1. Hasil Pemeriksaan Kepadatan dan Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada pemodelan tanah pasir tanpa
perkuatan diperoleh nilai kadar air, berat isi basah, dan berat isi kering dengan
menggunakan density ring yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.
53
Tabel 4.4.Nilai Kadar Air Dan Berat Isi Kering Tanah Tanah Pasir Tanpa PerkuatanNo
.
B Berat Isi Basah Berat Isi Kering Kadar Air
(cm) (gr/cm3) (gr/cm3) (%)
1 6 1.389 1.218 14.10
2 8 1.427 1.292 10.47
3 10 1.399 1.246 12.28
Rata-rata 1,405 1,252 12,283
Dari hasil pengujian didapatkan berat isi basah rata-rata sebesar 1,405 gr/cm3 berat isi
kering rata-rata sebesar 1,252 gr/cm3 . Dan juga kadar air rata-rata didapatkan sebesar
12,283 %. Pada saat pemodelan di boks yang digunakan sebagai kontrol adalah berat isi
basah, berat isi basah yang harus dicapai adalah 1,405 gr/cm3.
4.2.1.2. Analisis Daya Dukung Tanah Pasir Secara Aktual dan Teoritis
Analisis daya dukung tanah pasir diperlukan dalam penelitian ini. Perhitungan daya
dukung secara analitik dari teori akan dibandingkan dengan daya dukung sebenarnya
yang terjadi pada model. Pada penelitian ini, digunakan Metode Meyerhof, Hansen, dan
Vesic sebagai pendekatan analitik.
Tabel 4.5.Nilai Daya Dukung Analitik Untuk Tanah pasir Tanpa Perkuatan
B qu (kN/m2)
(cm) Aktual Meyerhof Hansen Vesic
6 66.426 61.653 57.765 64.5738 94.793 81.682 76.495 85.573
10 119.259
101.711 95.226 106.573
54
Gambar 4.5. Perbandingan nilai daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan (RC 70%)
antara metode analitik dan eksperimen variasi B = 6 cm dan D/B = 1
Gambar 4.6. Perbandingan nilai daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan (RC 70%)
antara metode analitik dan eksperimen variasi B = 8 cm dan D/B = 1
52
54
56
58
60
62
64
66
68
Aktual
Meyerhoff
Hansen
Vesicqu(k
N/m
2)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Aktual
Meyerhoff
Hansen
Vesicqu(k
N/m
2)
55
Gambar 4.7. Perbandingan nilai daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan (RC 70%)
antara metode analitik dan eksperimen variasi B =10 cm dan D/B = 1
4.2.1.3. Analisis Penurunan dan Tegangan Tanah Pasir Tanpa Perkuatan pada
Variasi Lebar Pondasi
Pada uji pembebanan tanpa perkuatan digunakan D/B = 1 dan variasi lebar pondasi
yaitu 6 cm, 8 cm, dan 10 cm, kemudian didapatkan nilai penurunan dan beban
maksimum.Dari nilai beban maksimum tadi dapat dihitung daya dukung maksimum.
Grafik hasil pembacaan dari uji pembebanan tanpa perkuatan dengan variasi lebar
pondasi (B) dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
0
20
40
60
80
100
120
140
Aktual
Meyerhoff
Hansen
Vesicqu(k
N/m
2)
56
Gambar 4.8. Hubungan q dan Penurunan Pondasi Tanpa Perkuatan Lebar 6 cm
dengan D/B = 1
Gambar 4.9. Hubungan q dan Penurunan Pondasi Tanpa Perkuatan Lebar 8 cm
dengan D/B = 1
57
Gambar 4.10. Hubungan q dan Penurunan Pondasi Tanpa Perkuatan Lebar 10 cm
dengan D/B = 1
Pada tanah pasir tanpa perkuatan geogrid, untuk lebar pondasi (B) = 6 cm penurunan
tanah yang terjadi adalah 6 mm dengan daya dukung sebesar 66,426 kN/m2, untuk lebar
pondasi (B) = 8 cm penurunan tanah yang terjadi 8 mm dengan daya dukung sebesar
94,794 kN/m2, untuk lebar pondasi (B) = 10 cm penurunan tanah yang terjadi 10 mm
dengan daya dukung sebesar 119,26 kN/m2.
58
4.2.2. Tanah Pasir dengan Perkuatan Geogrid
Pada pengujian tanah pasir dengan perkuatan ini dilakukan sebanyak 9 kali pengujian
pembebanan sesuai dengan matriks yang ada, seperti pada Tabel 4.6. Pemodelan tanah
pasir dibuat sesuai dengan variasi jarak lapis pertama geogrid ke pondasi yang digunakan
(u/B) yaitu 0,25 ; 0,5 ; 0,75 dengan variabel lebar pondasi sebesar B = 6 cm, B = 8 cm
dan B = 10 cm. Variabel terikat yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu rasio faktor
kedalaman dibanding dengan lebar pondasi sebesar (d/B)= 1 dan jumlah lapisan geogrid 1
lapis.
Tabel 4.6.Tabel matriks tanah pasir dengan perkuatan
Kepadatan relatif
70%
Jarak Geogrid Lapis Pertama ke
Pondasi (u)d/B = 1, n = 1 0,25B 0,5B 0,75B
B = 6 cm √ √ √B = 8 cm √ √ √B = 10 cm √ √ √
4.2.2.1.Hasil Pemeriksaan Kepadatan dan Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada pemodelan tanah pasir dengan
perkuatan diperoleh nilai kadar air dan berat isi kering dengan menggunakan density ring
yang ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7.Nilai kadar air dan berat isi kering tanah tanah pasir dengan perkuatanNo. B U Berat Isi Basah Berat Isi Kering Kadar Air
(cm) (gr/cm3) (gr/cm3) (%)
1 6 0,25B 1.413 1.250 13.05
2 0,5B 1.395 1.232 13.22
3 0,75B 1.429 1.266 12.85
4 8 0,25B 1.387 1.242 11.65
5 0,5B 1.409 1.257 12.09
6 0,75B 1.410 1.255 12.33
7 10 0,25B 1.387 1.258 13.02
8 0,5B 1.421 1.260 12.86
9 0,75B 1.401 1.237 13.25
Rata-rata 1.405 1.250 12.702
59
Dari hasil pengujian didapatkan berat isi kering rata-rata sebesar 1,250 gr/cm3.Dan
juga kadar air rata-rata didapatkan sebesar 12,702%. Pada saat pemodelan di boks yang
digunakan sebagai kontrol adalah berat isi basah, berat isi basah yang harus dicapai
adalah 1.403 gr/cm3.
4.2.2.2. Analisis Daya Dukung Tanah Pasir
Pada pengujian yang dilakukan pada tanah pasir dengan perkuatan geogrid dengan
variasi lebar pondasi dan jarak lapis pertama geogrid ke pondasi didapatkan nilai daya
dukung yang disajikan pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.
Tabel 4.8.Hasil uji pembebanan dengan perkuatan dengan variasi lebar pondasiu/B B Beban Penurunan s/B Qu Qu
(cm) (Kg) (mm) (%) (Kg/cm2) (kN/m2)
0.25 6 594.106 6 10 0.818 81.8548 895.255 8 10 1.243 124.34110 1671.448 10 10 1.912 191.272
0.5 6 545.117 6 10 0.983 98.3978 1076.977 8 10 1.496 149.58010 2011.054 10 10 2.234 223.450
0.75 6 378.902 6 10 0.701 70.1678 798.404 8 10 1.108 110.88910 1407.514 10 10 1.563 156.390
Tabel 4.9.Hasil uji pembebanan dengan perkuatan dengan variasi jarak lapis pertama geogrid kepondasi
B u/B Beban Penurunan s/B Qu Qu(cm) (Kg) (mm) (%) (Kg/cm2) (kN/m2)
6 0,25 594.106 6 10 0.818 81.8540,5 545.117 6 10 0.983 98.3970,75 378.902 6 10 0.701 70.167
8 0,25 895.255 8 10 1.243 124.3410,5 1076.977 8 10 1.496 149.5800,75 798.404 8 10 1.108 110.889
10 0,25 1671.448 10 10 1.912 191.2720,5 2011.054 10 10 2.234 223.4500,75 1407.514 10 10 1.563 156.390
60
4.2.2.3. Analisis Penurunan dan Tegangan Tanah Pasir Pada Variasi Jarak Lapis
Pertama Geogrid ke Pondasi Terhadap Lebar Pondasi
a. Lebar Pondasi (B) 6cm
Pada uji pembebanan dengan perkuatan digunakan lebar pondasi (B) 6 cm dan variasi
jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) 0,25 ; 0,5 ; 0,75 kemudian didapatkan nilai
penurunan dan beban maksimum.Dari nilai beban maksimum tadi dapat dihitung daya
dukung maksimum. Hasil pembacaan dari uji pembebanan dengan perkuatan geogrid
dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Hubungan q dan penurunan pondasi dengan perkuatan lebar pondasi 6
cm dengan variasi jarak teratas geogrid (u)
Dari Gambar 4.11, terlihat bahwa daya dukung paling tinggi pada variasi lebar
pondasi 6 cm terdapat pada jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) = 0,5B sebesar
98.397 kN/m2 , diikuti oleh jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) = sebesar 0,25
Bsebesar 81.854 kN/m2 dan yang paling rendah terdapat pada jarak lapis pertama geogrid
ke pondasi (u/B) = 0,75B sebesar 70.167 kN/m2.
0.05.010.015.020.025.030.035.040.045.050.055.060.065.0-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
u=0,5
u= 0,25
u=0,75
s/B
(%)
61
a. Lebar Pondasi (B) 8cm
Pada uji pembebanan dengan perkuatan digunakan lebar pondasi (B) 8 cm dan variasi
jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) 0,25 ; 0,5 ; 0,75 kemudian didapatkan nilai
penurunan dan beban maksimum. Dari nilai beban maksimum tadi dapat dihitung daya
dukung maksimum. Hasil pembacaan dari uji pembebanan dengan perkuatan geogrid
dapat dilihat pada Gambar 4.12
Gambar 4.12. Hubungan q dan penurunan pondasi dengan perkuatan lebar pondasi 8
cm dengan variasi jarak teratas geogrid (u)
Dari Gambar 4.12, terlihat bahwa daya dukung paling tinggi pada variasi lebar
pondasi 8 cm terdapat pada jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) = 0,5B sebesar
149.580 kN/m2 , diikuti oleh jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) = sebesar 0,
25B sebesar 124.341 kN/m2 dan yang paling rendah terdapat pada jarak lapis pertama
geogrid ke pondasi (u/B) = 0,75B sebesar 110.889 kN/m2.
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
u=0,5
u=0,25
u=0,75s/B
(%)
62
a. Lebar Pondasi (B)10 cm
Pada uji pembebanan dengan perkuatan digunakan lebar pondasi (B) 10 cm dan
variasi jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) 0,25 ; 0,5 ; 0,75 kemudian
didapatkan nilai penurunan dan beban maksimum. Dari nilai beban maksimum tadi dapat
dihitung daya dukung maksimum. Hasil pembacaan dari uji pembebanan dapat dilihat
pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Hubungan q dan penurunan pondasi dengan perkuatan lebar pondasi
10 cm dengan variasi jarak teratas geogrid (u)
Dari gambar 4.13, terlihat bahwa daya dukung paling tinggi pada variasi lebar
pondasi 10 cm terdapat pada jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) = 0,5B sebesar
223.450 kN/m2 , diikuti oleh jarak lapis pertama geogrid ke pondasi (u/B) = sebesar 0,
25B sebesar 191.272 kN/m2 dan yang paling rendah terdapat pada jarak lapis pertama
geogrid ke pondasi (u/B) = 0,75B sebesar 156.390 kN/m2.
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
u=0,5
u=0,25
u=0,75s/B
(%)
63
4.2.2.4. Analisis Penurunan Tanah Pasir pada Variasi Lebar Pondasi Tanah
terhadap Jarak Geogrid Lapis Pertama ke Pondasi
a. Jarak Lapis Pertama Geogrid ke Pondasi (u) 0,25B
Pada uji pembebanan dengan perkuatan, digunakan variasi jarak lapis pertama
geogrid ke pondasi (u) 0,25B dan lebar pondasi (B) 6cm, 8cm, 10cm, kemudian
didapatkan nilai penurunan dan beban maksimum.Dari nilai beban maksimum tadi dapat
dihitung daya dukung maksimum. Hasil pembacaan dari uji pembebanan dapat dilihat
pada Gambar dibawah ini :
Gambar 4.14. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,25B
dengan lebar pondasi 6 cm dan D/B=1
Gambar 4.14, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 6 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,25B sebesar 81,854 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 6 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 6 mm.
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
64
Gambar 4.15. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,25B
dengan lebar pondasi 8 cm dan D/B=1
Gambar 4.15, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 8 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,25B sebesar 124,341 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 8 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 8 mm
Gambar 4.16. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,25B
dengan lebar pondasi 10 cm dan D/B=1
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
65
Gambar 4.16, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 10 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,25B sebesar 191,272 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 10 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 10 mm.
b. Jarak Lapis Pertama Geogrid ke Pondasi (u) 0,5B
Pada uji pembebanan dengan perkuatan, digunakan variasi jarak lapis pertama
geogrid ke pondasi (u) 0,5B dan lebar pondasi (B) 6 cm, 8 cm, 10 cm, kemudian
didapatkan nilai penurunan dan beban maksimum. Dari nilai beban maksimum tadi dapat
dihitung daya dukung maksimum. Hasil pembacaan dari uji pembebanan dapat dilihat
pada Gambar dibawah ini :
Gambar 4.17. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,5B
dengan lebar pondasi 6 cm dan D/B=1
Gambar 4.17, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 6 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,5B sebesar 98,397 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 6 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 6 mm.
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
66
Gambar 4.18. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,5B
dengan lebar pondasi 8 cm dan D/B=1
Gambar 4.18, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 8 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,5B sebesar 149,580 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 8 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 8 mm.
Gambar 4.19. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,5B
dengan lebar pondasi 10 cm dan D/B=1
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
67
Gambar 4.19, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 10 cm dengan variasi
jarak lapisan teratas (u/B) = 0,5B sebesar 223,450 kN/m2. Sedangkan dalam hal
penurunan, untuk lebar pondasi (B) sebesar 10 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat
beban runtuh adalah 10 mm.
c. Jarak Lapis Pertama Geogrid ke Pondasi (u) 0,75B
Pada uji pembebanan dengan perkuatan, digunakan variasi jarak lapis pertama
geogrid ke pondasi (u) 0,75B dan lebar pondasi (B) 6 cm, 8 cm, 10 cm, kemudian
didapatkan nilai penurunan dan beban maksimum. Dari nilai beban maksimum tadi dapat
dihitung daya dukung maksimum. Hasil pembacaan dari uji pembebanan dapat dilihat
pada Gambar dibawah ini :
Gambar 4.20. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,75B
dengan lebar pondasi 6 cm dan D/B=1
Gambar 4.20, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 6 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,75B sebesar 70,167 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 6 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 6 mm.
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
68
Gambar 4.21. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,75B
dengan lebar pondasi 8 cm dan D/B=1
Gambar 4.21, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 8 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,75B sebesar 110,889 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 8 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 8 mm.
Gambar 4.22. Hubungan q dan Penurunan Pondasi pada jarak terata geogrid (u) 0,75B
dengan lebar pondasi 10 cm dan D/B=1
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
69
Gambar 4.22, terlihat bahwa nilai daya dukung pondasi 10 cm dengan variasi jarak
lapisan teratas (u/B) = 0,75B sebesar 156,390 kN/m2. Sedangkan dalam hal penurunan,
untuk lebar pondasi (B) sebesar 10 cm penurunan tanah yang terjadi pada saat beban
runtuh adalah 10 mm.
4.3.Perbandingan Daya Dukung Tanah Pasir dengan Perkuatan dan TanpaPerkuatan.
4.3.1. Pondasi dengan Lebar Pondasi (B) = 6 cm dengan Variasi Jarak LapisPertama Geogrid ke Pondasi
Berdasarkan hasil uji pembebanan yang telah dilakukan, didapatkan nilai penurunan
dan tegangan tanah.Hasil pembacaan dari uji pembebanan tanpa perkuatan dengan lebar
pondasi (B) sebesar 6 cm dibandingkan tanah dengan perkuatan menggunakan variasi
jarak lapis pertama geogrid ke pondasi dapat dilihat pada Gambar 4.23.
Gambar 4.23. Perbandingan daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan dan dengan
perkuatan dengan lebar pondasi 6 cm dan jarak teratas geogrid (u)
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0
55.0
60.0
65.0-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
u=0,5
TanpaPerkuatanu= 0,25
u=0,75
s/B
(%)
70
Dari Gambar 4.23, terlihat bahwa penurunan yang terjadi pada tanah pasir dengan
perkuatan geogrid menggunakan variasi u/B cenderung lebih kecil dibandingkan tanah
pasir tanpa perkuatan jika ditinjau dari beban yang sama.
Ditinjau pada beban runtuhnya, daya dukung untuk tanah pasir dengan perkuatan
geogrid lebih besar daripada tanah pasir tanpa perkuatan. Hal ini dikarenakan beban yang
mampu ditahan oleh tanah pasir dengan perkuatan jauh lebih besar daripada tanah pasir
tanpa perkuatan, sehingga nilai daya dukung yang dihasilkan oleh tanah pasir dengan
perkuatan pun lebih besar daripada tanah pasir tanpa perkuatan.
4.3.2. Pondasi dengan Lebar Pondasi (B) = 8cm dengan Variasi Jarak Lapis
Pertama Geogrid ke Pondasi
Berdasarkan hasil uji pembebanan yang telah dilakukan, didapatkan nilai penurunan
dan tegangan tanah. Hasil pembacaan dari uji pembebanan tanpa perkuatan dengan lebar
pondasi (B) sebesar 8 cm dibandingkan tanah dengan perkuatan menggunakan variasi
jarak lapis pertama geogrid ke pondasi dapat dilihat pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24. Perbandingan daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan dan dengan
perkuatan dengan lebar pondasi 8 cm dan jarak teratas geogrid (u)
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
u=0,5
TanpaPerkuatanu=0,25
u=0,75
s/B
(%)
71
Dari Gambar 4.24, terlihat penurunan yang terjadi pada tanah pasir dengan perkuatan
geogrid pada variasi u/B saat 0,25 dan 0,5 cenderung lebih besar dibandingkan tanah
pasir tanpa perkuatan. Sedangkan penurunan pada variasi u/B 0,75 cenderung lebih kecil
dibandingkan tanah pasir tanpa perkuatan. Ini ditinjau dari beban yang sama.
Ditinjau pada beban runtuhnya, daya dukung untuk tanah pasir dengan
perkuatan geogrid lebih besar daripada tanah pasir tanpa perkuatan.Hal ini dikarenakan
beban yang mampu ditahan oleh tanah pasir dengan perkuatan jauh lebih besar daripada
tanah pasir tanpa perkuatan, sehingga nilai daya dukung yang dihasilkan oleh tanah pasir
dengan perkuatan pun lebih besar daripada tanah pasir tanpa perkuatan.
4.3.3. Pondasi dengan Lebar Pondasi (B) = 10 cm dengan Variasi Jarak Lapis
Pertama Geogrid ke Pondasi
Berdasarkan hasil uji pembebanan yang telah dilakukan, didapatkan nilai penurunan
dan tegangan tanah.Hasil pembacaan dari uji pembebanan tanpa perkuatan dengan lebar
pondasi (B) sebesar 10 cm dibandingkan tanah dengan perkuatan menggunakan variasi
jarak lapis pertama geogrid ke pondasi dapat dilihat pada Gambar 4.25.
Gambar 4.25. Perbandingan daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan dan dengan
perkuatan dengan lebar pondasi 10 cm dan jarak teratas geogrid (u)
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
00.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0
Se (m
m)
q (kN/m2)
u=0,5
TanpaPerkuatanu=0,25
u=0,75
s/B
(%)
72
Dari Gambar 4.25, terlihat penurunan yang terjadi pada tanah pasir dengan perkuatan
geogrid pada variasi u/B saat 0,25 dan 0,5 cenderung lebih besar dibandingkan tanah
pasir tanpa perkuatan. Sedangkan penurunan pada variasi u/B 0,75 cenderung lebih kecil
dibandingkan tanah pasir tanpa perkuatan. Ini ditinjau dari beban yang sama.
Ditinjau pada beban runtuhnya, daya dukung untuk tanah pasir dengan perkuatan
geogrid lebih besar daripada tanah pasir tanpa perkuatan.Hal ini dikarenakan beban yang
mampu ditahan oleh tanah pasir dengan perkuatan jauh lebih besar daripada tanah pasir
tanpa perkuatan, sehingga nilai daya dukung yang dihasilkan oleh tanah pasir dengan
perkuatan pun lebih besar daripada tanah pasir tanpa perkuatan.
4.4. Analisis Bearing Capacity Improvement (BCI) Berdasarkan Daya DukungUltimit
4.4.1. Nilai BCI pada Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid ke Pondasi
Untuk melihat pengaruh dari jarak lapis pertama geogrid ke pondasi pada BCR, maka
dapat dilihat dari Gambar 4.15. Berdasarkan analisis beban maksimum yang dilakukan
untuk setiap masing-masing variasi jarak lapis pertama geogrid ke pondasi, maka
didapatkan nilai Bearing Capacity Improvement (BCI) seperti pada Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10.Nilai BCI Untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid ke Pondasi
u/B B qu (kN/m2) BCI Peningkatan(cm) Tanpa Perkuatan Perkuatan (%)
0.25 6 66.426 81.854 1.232 23.228 94.793 124.341 1.312 31.1710 119.259 191.272 1.604 60.38
0.5 6 66.426 98.397 1.481 48.138 94.793 149.580 1.578 57.7910 119.259 223.450 1.874 87.36
0.75 6 66.426 70.167 1.056 5.638 94.793 110.889 1.170 16.9810 119.259 156.390 1.311 31.13
73
Gambar 4.26. Perbandingan Peningkatan BCI Untuk Variasi Jarak Lapis Pertama
Geogrid ke Pondasi
Berdasarkan Gambar 4.23, nilai BCI paling maksimum dalam penelitian ini diperoleh
pada B= 10 cm dengan u/B = 0,5 yaitu sebesar 1,874 atau meningkat 87.36%
dibandingkan tanpa perkuatan.
4.4.2. Nilai BCI pada Variasi Lebar Pondasi
Untuk melihat pengaruh dari lebar pondasi pada BCI, maka dapat dilihat dari
Gambar 4.27. Berdasarkan analisis beban maksimum yang dilakukan untuk setiap
masing-masing variasi lebar pondasi, maka didapatkan nilai Bearing Capacity
Improvement (BCI) seperti pada Tabel 4.11.berikut ini.
Tabel 4.11.Nilai BCI untuk Variasi Lebar Pondasi
B u/B qu (kN/m2) BCI Peningkatan(cm) Tanpa Perkuatan Perkuatan (%)
6 0.25 66.426 81.855 1.232 23.220.5 66.426 98.397 1.481 48.130,75 66.426 70.167 1.056 5.63
8 0.25 94.794 124.341 1.312 31.170.5 94.794 149.580 1.578 57.790,75 94.794 110.889 1.170 16.98
10 0.25 119.259 191.272 1.604 60.380.5 119.259 223.450 1.874 87.360,75 119.259 156.390 1.311 31.13
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
0 2 4 6 8 10 12 14Lebar Pondasi (cm)
u=0,25B
U=0,5B
U=0,75B
GRAFIK BCI
BC
I
74
Gambar 4.27. Perbandingan Peningkatan BCI Untuk Variasi Lebar Pondasi
Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.27 di atas, didapatkan nilai BCI paling tinggi
diperoleh saat B = 10 cm dengan u/B = 0,5 yaitu sebesar 1,874 atau meningkat sebesar
87.36% dibandingkan tanah pasir tanpa perkuatan.
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
0 0.25 0.5 0.75 1(u)
B=6 cm
B=8 cm
B=10 cm
BC
R
75
4.5. Analisis Peningkatan Nilai Daya Dukung pada Tanah Pasir Menggunakan
Perkuatan Geogrid
Dari hasil analisis BCI yang telah dilakukan, maka dapat dilihat peningkatan
nilai daya dukung tanpa perkuatan dengan lereng yang menggunakan perkuatan
geogrid. Presentase peningkatan daya dukung antara variabel pada lereng dengan
perkuatan dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12.Perbandingan Daya Dukung antara Variasi Lebar Pondasi(B)u/B B qu dengan Perbandingan Rata-rata
perkuatan antar variabel Perbandingan(cm) (kN/m2) (%) (%)0,25 6 81.854 52.865
8 124.341 51.90510 191.272 53.828
0,5 6 98.397 50.78 149.580 52.01610 223.450 49.384
0,75 6 70.167 49.5338 110.889 58.03510 156.390 41.032
Rata-Rata Total Peningkatan 51.032
Tabel 4.13.Perbandingan Daya Dukung antara Variasi Jarak Lapis pertama (u/B)
u/B B qu dengan Perbandingan Rata-rata
perkuatan antar variabel Perbandingan(cm) (kN/m2) (%) (%)
6 0.25 81.855 22.750.5 98.397 16.8110,75 70.167 28.689
8 0.25 124.341 23.0820.5 149.580 20.2980,75 110.889 25.866
10 0.25 191.272 23.4170.5 223.450 16.8230,75 156.390 30.011
Rata-Rata Total Peningkatan 23.083
76
Dari Tabel 4.12, dapat dilihat bahwa persentase rata-rata terhadap kontribusi
peningkatan daya dukung untuk variabel lebar pondasi B adalah sebesar 51.032% .
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini, variabel lebar pondasi
memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan nilai daya dukung pondasi
menerus pada tanah pasir.
4.6. Pengaruh Jarak Lapis Pertama Geogrid ke Pondasi dan Lebar Pondasi
Terhadap Nilai Daya Dukung
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada pemodelan fisik tanah pasir
pasir dengan kepadatan relatif (RC) 70% dan variabel tetap yaitu jumlah perkuatan
(n) 1 lapis dan faktor kedalaman (D/B) sebesar 1, variabel bebas yaitu jarak lapis
pertama geogrid ke pondasi dan lebar pondasi, didapatkan hasil bahwa yaitu jarak
lapis pertama geogrid ke pondasi dan lebar pondasi berpengaruh terhadap beban
maksimal yang mampu ditahan oleh tanah pasir.
Bila ditinjau melalui beban maksimal yang mampu ditahan, dari segi variasi
lebar pondasi, semakin besar lebar pondasi semakin besar pula beban yang dapat
ditahannya, dan juga semakin besar pula daya dukungnya. Pada hasil pengujian ini,
beban maksimal dan daya dukung maksimal terbesar didapat pada pondasi dengan
lebar 10 cm dengan jarak lapis pertama geogrid ke pondasi 0,5B.
Secara keseluruhan terjadi peningkatan nilai daya dukung dengan perkuatan
geogrid dibandingkan tanpa menggunakan geogrid. Peningkatan terbesar terjadi
pada pondasi dengan lebar 10 cm dan jarak lapis pertama geogrid ke pondasi 0,5B
dengan peningkatan 87.36% dibandingkan dengan tanpa perkuatan.
Dengan menganalisis beban maksimal pada model dengan perkuatan dan
tanpa perkuatan geogrid, maka dapat dicari pola dari BCI. Berdasarkan data yang
diperoleh dari segi variasi lebar pondasi, terlihat bahwa dengan semakin besar lebar
pondasi maka semakin besar nilai BCI nya.
Pada pengujian ini, didapatkan nilai rasio BCI maksimum terdapat pada
pondasi dengan lebar 10 cm dan jarak lapis pertama geogrid ke pondasi 0,5B
dengan BCI sebesar 1,874. Nilai BCI terkecil terjadi pada pondasi dengan lebar 6
cm dan jarak lapis pertama geogrid ke pondasi 0,75 dengan nilai BCI sebesar 1,056.
Sedangkan untuk presentase peningkatan yang signifikan terletak pada lebar 10 cm
dengan jarak lapis pertama geogrid ke pondasi sebesar 0,5B.
77
Hasil didapatkan bahwa dengan bertambahnya lebar pondasi maka daya
dukung semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori dan rumus yang dinyatakan oleh
mayerhof (tahun 1995), Hansen (tahun 1970) dan Vesic (tahun 1975). Dan Hasil
dari jarak lapis pertama geogrid ke pondasi daya dukung paling besar yaitu 0,5B.
karena hasil yang didapatkan menurut teori keruntuhan terzaghi (tahun 1943) dan
Chen (tahun 2007) bahwa dengan jarak 0,5B geogrid mengalami keruntuhan wide
slab dimana dalam fase ini terjadi keruntuhan tarik lalu diteruskan ke keruntuhan
geser, hal ini sesuai yang diharapkan. Sedangkan pada jarak 0,25B geogrid
mengalami keruntuhan pull out dimana dalam fase ini terjadi keruntuhan tarik
akibat deformasi awal yang besar sehingga geogrid bekerja tidak optimal.
Selanjutnya pada jarak 0,75B keruntuhan pada tanah pasir terjadi terlebih dahulu
sebelum geogrid bekerja karena jarak terlalu jauh.
Sebagaimana diterangkan pada gambar serta perhitungan salah satu sampel
menggunakan teori terzaghi dengan lebar 6 cm dan variasi jarak lapis teratas
geogrid 0,25B; 0,5B dan 0,75B dibawah ini,
a. Jarak lapis teratas geogrid 0,25B = 1,5 cm
Tinggi keruntuhan (h) = tan Ø x ½ B
= tan 36,017 x 3
= 2,181 cm
b. Jarak lapis teratas geogrid 0,5B = 3 cm
Tinggi keruntuhan (h) = tan Ø x ½ B
= tan 36,017 x 3
= 2,181 cm
Pondasi
6 cm1,5 cm
6 cmPondasi
6 cm3 cm
78
c. Jarak lapis teratas geogrid 0,75B = 4,5 cm
Tinggi keruntuhan (h) = tan Ø x ½ B
= tan 36,017 x 3
= 2,181 cm
Pondasi6 cm
6 cm
4,5 cm