BAB IV PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00039 AK Bab 4.pdfLemahnya...
Transcript of BAB IV PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00039 AK Bab 4.pdfLemahnya...
36
BAB IV
PEMBAHASAN
IV. Tahap – Tahap Audit Kecurangan
IV.1. Perencanaan Audit
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan
terhadap fungsi penjualan kredit dan piutang pada PT. Planetama Holiday
Tourindo. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan dalam beberapa
tahap yang dimulai dengan persiapan dan perencanaan audit. Tahap ini
dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atas latar belakang dan
informasi umum mengenai objek pemeriksaan. Tahapan yang dilakukan
didalam perencanaan audit adalah :
Langkah Prosedur
1. Membentuk tim audit untuk memperoleh dan menelaah informasi terkini yang berkaitan dengan komponen audit
2. Melakukan survey pendahuluan
3. Membuat scope audit yang akan dilakukan pada proses audit
4. Melakukan proses penilaian risiko dan memvalidasi prosedur dengan tim
5. Menyerahkan hasil penilaian risiko pada manajemen perusahaan
6. Bertemu dengan Direksi perusahaan
37
IV.2 Tahap Pendahuluan
Adapun tahap pendahuluan ini memungkinkan pelaksanaan audit
memiliki arah yang jelas. Pada tahap pendahuluan ini penulis dapat
mengetahui keadaan perusahaan secara umum. Mengidentifikasi berbagai
peristiwa yang dianggap penting dalam kegiatan perusahaan dan juga
menentukan hal-hal yang memerlukan perbaikan dan penelaahan lebih
lanjut.
Informasi umum tentang perusahaan. Terutama kegiatan penjualan dapat
diperoleh melalui:
1. Pengamatan secara langsung
Pengamatan secara fisik pada PT Planetama Holiday Tourindo
bertujuan untuk meninjau seluruh kegiatan penjualan untuk mendapatkan
gambaran secara nyata mengenai kegiatan perusahaan khususnya
aktivitas penjualan. Sehingga dapat dipelajari indikasi masalah serta
menemukan hal-hal yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
Penulis melakukan pengamatan secara fisik yang terdapat di
perusahan dengan meninjau keadaan di sekitar lingkungan perusahaan
secara langsung serta mengamati bagian yang diaudit.
Adapun temuan dari pengamatan secara fisik pada PT.Planetama
Holiday Tourindo antara lain:
1. Retur penjualan tiket pesawat yang dibuat oleh bagian
penjualan yang dicatat secara manual dan tidak ada
pengawasan mengenai laporan refund yang terjadi.
38
2. Lemahnya pengawasan terhadap faktur penjualan yang terjadi
dalam proses penjualan didalam perusahaan serta tidak ada
keterangan/konfirmasi lebih lanjut jika customer mengalami
pembayaran lebih bayar.
3. Lemahnya pengawasan terhadap kegiatan kasir oleh bagian
keuangan menyebabkan lemahnya pengendalian terhadap
pencatatan penerimaan piutang. Seharusnya kasir membuat
laporan kas baik laporan kas harian maupun bulanan untuk
mempertanggungjawabkan uang kas yang ada padanya.
4. Faktur penjualan berserta dokumen pendukungnya yaitu
lampiran yang berwarna merah dan kuning tidak dicap “lunas”
oleh kasir setelah menerima pembayaran dari customer.
5. Mudahnya pengambilan kertas invoice / faktur penjualan oleh
bagian penjualan tanpa melakukan permohonan sebelumnya.
6. Melakukan penjualan secara tersembunyi oleh bagian
penjualan serta melakukan kerja sama dengan kasir dengan
menyimpan bukti faktur penjualan tanpa menyerahkan bukti
penjualan kepada bagian accounting.
39
Berikut ini adalah bentuk-bentuk fraud scenario yang mungkin terjadi
akibat adanya kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian internal
pada siklus pendapatan (revenue cycle) yang telah diidentifikasi di atas :
1. Kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi dari kegiatan
penjualan adalah penjualan secara tersembunyi disebabkan
oleh masih ada pencatatan penjualan yang dilakukan secara
manual dan tidak dapat dilacak secara pasti.
2. Kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi karena proses
retur penjualan / refund tiket tidak diawasi, sehingga jika uang
refund telah dikembalikan dari airlines digunakan secara
pribadi dan nantinya akan digunakan untuk kepentingan
pribadi, sehingga seolah-olah tidak terjadi refund / retur
penjualan.
3. Kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi faktur penjualan
serta dokumen pendukung lainnya dan jumlah nominal yang
tercatat tidak sesuai dengan penjualan hanya digunakan
sebagai proforma atau penjualan yang fiktif.
4. Kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi karena
kurangnya pengawasan terhadap kegiatan kasir adalah uang
dari hasil penjualan diambil sementara oleh kasir untuk
kepentingan pribadi yang nantinya akan diganti kembali, kasir
tidak tertib dalam melaksanakan peraturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
40
5. Kemungkian kecurangan yang dapat terjadi faktur penjualan
dan dokumen pendukungnya tidak dicap “lunas”, sehingga
kecurangan yang dapat terjadi adalah kasir dapat
menggunakan dokumen-dokumen tersebut sebagai piutang
perusahaan sehingga mengakibatkan timbulnya piutang tak
tertagih.
6. Kecurangan yang dilakukan dalam pengambilan kertas
invoice / faktur penjualan secara tersembunyi oleh bagian
penjualan karena kurangnya pengawasan terhadap kertas
invoice sehingga digunakan oleh kepentingan pribadi dalam
pengambilan keuntungan secara tersembunyi.
7. Kecurangan yang dilakukan dalam penjualan secara
tersembunyi serta melakukan kerja sama dengan kasir dapat
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian serta piutang
dalam perusahaan mengalami penurunan.
2. Menelusuri Data Pendukung
Tujuan dilakukannya mendapatkan data tertulis yaitu untuk
mendapatkan informasi apakah perusahaan telah menerapkan praktik
yang manajemen secara konsisten atau kebijakan perusahaan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Penulis mendapatkan data tertulis yang
berhubungan dengan kegiatan penjualan berupa dokumen-dokumen yaitu
data tertulis yang dijadikan bahan analisa. Dokumen tersebut akan
digunakan dalam pembahasan yang lebih mendalam dalam proses audit.
41
Adapun data tertulis yang akan digunakan sebagai pendukung penulis
antara lain :
1. Faktur penjualan.
2. Contoh dokumen yang digunakan dalam aktivitas penjualan.
3. Bukti pencatatan penjualan harian dan penjualan bulanan.
3. Wawancara dengan Manajemen
Pada tahap ini penulis melakukan wawancara dengan pihak
manajemen dan beberapa karyawan perusahaan Bagian Akuntansi dan
Keuangan, Bagian Kasir, dan Bagian Penjualan dengan tujuan untuk
lebih memahami kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan dan
memperoleh informasi mengenai pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini
penulis tidak menemukan temuan yang mengindikasikan adanya
penyimpangan prosedur dan kebijakan penjualan.
Wawancara ini sifatnya hanya memberikan gambaran sekilas
tentang keadaan perusahaan secara umum. Dengan adanya wawancara
dengan manajemen maka penulis akan memiliki cukup pengetahuan
untuk mengidentifikasi berbagai bidang dan peristiwa yang dianggap
penting dan juga untuk menentukan hal-hal apa dan dimana yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Informasi yang berhasil
dikumpulkan pada tahap ini akan dijadikan bahan untuk menyusun suatu
rencana atas audit mendalam.
42
IV.3 Program Audit
Penulis harus membuat program audit terlebih dahulu sebelum
melaksanakan tahap-tahap audit kecurangan dimana program audit harus
disusun secara sistematis dan terarah sehingga audit kecurangan dapat
berjalan secara efektif.
Program audit adalah salah satu bagian penting dalam proses audit,
karena didalamnya terdapat berbagai petunjuk mengenai langkah atau
tindakan yang harus diambil selama melakukan audit. Program audit
merupakan suatu rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit
untuk mencapai tujuan audit.
Program Audit Kecurangan PT. Planetama Holiday Tourindo berisi
hal-hal sebagai berikut antara lain :
1. Objek Audit
Pada prosedur penjualan yang menjadi objek audit adalah bagian-
bagian yang terlibat langsung dengan penjualan yaitu:
a. Bagian Penjualan
b. Bagian Akuntansi dan Keuangan
c. Bagian Kasir
2. Tujuan audit kecurangan pada kegiatan penjualan yaitu :
a. Untuk mengidentifikasi jenis kecurangan apa yang terjadi
terhadap kegiatan penjualan dan pencatatan piutang didalam
perusahaan.
43
b. Untuk mengetahui kapan dan dimana terjadinya kecurangan yang
dilakukan terhadap kegiatan penjualan dan pencatatan piutang di
perusahaan.
c. Untuk mendeteksi bagaimana kecurangan yang dilakukan
terhadap kegiatan penjualan dan piutang perusahaan serta siapa
yang harus bertanggung jawab terhadap kecurangan tersebut.
3. Ruang lingkup audit kecurangan
Ruang lingkup audit kecurangan pada PT. Planetama Holiday
Tourindo difokuskan pada aktivitas bagian penjualan meliputi
prosedur-prosedur, kebijakan penjualan dan kelengkapan dokumen
pendukung.
4. Prosedur Audit
Prosedur Audit terhadap Penjualan antara lain :
a. Periksa terhadap sistem penjualan yang digunakan
b. Periksa terhadap laporan penjualan yang terjadi selama 1 hari
c. Tes terhadap customer secara acak dengan apakah faktur penjualan
telah sesuai dengan nominal yang terdapat difaktur penjualan.
d. Periksa bukti pendukung penjualan yang telah diotorisasi.
Prosedur Audit terhadap Piutang antara lain :
a. Periksa secara fisik dan bandingkan dengan faktur penjualan
dengan laporan penjualan secara harian.
b. Minta aging schedule dari pencatatan piutang.
c. Periksa terhadap piutang yang sudah ditagih dengan bukti
pendukung yang telah dilampirkan.
44
d. Mengevaluasi ulang pemeriksaan agar tidak terjadi salah
pencatatan
IV.4 Pelaksanaan Audit
Prosedur audit yang disetujui dalam perencanaan audit
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan I
PT. Planetama Holiday Tourindo menggunakan sistem TAS
( Travel Accounting System) yang merupakan suatu program
yang digunakan dalam mencatat seluruh transaksi yang terjadi
serta pencatatan akuntansi. Faktur yang digunakan memiliki
rangkap tiga yaitu warna putih,merah, dan kuning. Warna
putih diberikan kepada customer, warna merah untuk bagian
penagihan dan warna kuning untuk bagian akuntansi. TASS
sendiri memiliki 3 menu penjualan yaitu:
1. Invoice
Pada menu Invocie digunakan untuk
menerbitkan faktur penjualan tiket domestik
atau internasional kepada customer.
2. Hotel
Pada menu Hotel digunakan untuk menerbitkan
penjualan voucher hotel domestik atau
internasional kepada customer.
45
3. Tour
Pada menu Tour digunakan untuk merancang
serta menerbitkan paket tour domestik atau
internasional.
2. Pelaksanaan II
Pada pelaksanaan audit yang utama penulis mengamati dari
awal proses transaksi yang terjadi, dengan cara melihat
kegiatan dari awal proses penjualan sampai dengan penerbitan
faktur penjualan. Setelah faktur penjualan diterbitkan terdapat
tiga rangkap yang dibagi sesuai masing-masing fungsi nya.
3. Pelaksanaan III
Melakukan tes terhadap customer yang ada didalam
perusahaan dan bandingkan dengan faktur penjualan yang
telah dibuat oleh ticketing, mengamati jumlah nominal yaang
terdapat didalam faktur penjualan.
4. Pelaksanaan IV
Mengamati kegiatan harian kasir dalam melakukan pencatatan
penerimaan piutang dari customer dan mencocokan dengan
bukti fisik dari penjualan yang terjadi, serta melihat laporan
yang dibuat kasir dengan sistem penjualan.
46
5. Pelaksanaan V
Melihat penomoran yang ada dalam faktur penjualan apakah
terdapat penggandaan nomor yang digunakan, serta melihat
pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi.
6. Pelaksanaan VI
Mengamati laporan piutang secara satu periode, melihat
apakah terdapat piutang yang tak tertagih didalam perusahaan
serta membandingkan dengan laporan yang dicatat oleh
bagian kasir.
7. Pelaksanaan VII
Melihat bukti pendukung yang terdapat didalam faktur
penjualan serta melakukan footing dan crossfooting terhadap
jumlah yang terdapat didalam faktur penjualan serta yang
terdapat didalam sistem penjualan (Laporan Penjualan).
8. Pelaksanaan VIII
Mengamati kinerja penjualan secara menyeluruh dan melihat
secara seksama perbandingan pendapatan yang terjadi didalam
perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya.
47
Prosedur audit untuk menemukan skenario kecurangan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel : Fraud Scenario dan Prosedur Audit
Fraud Scenario No. Prosedur Audit Scenario 1 Penjualan yang dilakukan secara manual.
1 Periksa apakah bagian penjualan memiliki catatan manual, dan apakah setiap penjualan dicatat pada buku harian tersebut.
Retur penjualan / refund penjualan tiket yang tidak diawasi secara rutin.
2. Periksa apakah jika terjadi refund telah dibuatkan dokumen retur yang tepat dan dicatat dengan baik. Jika ya, cocokan dokumen tersebut dengan laporan penjualan.
Penjualan yang dilakukan secara fiktif oleh bagian penjualan.
3. Periksa laporan penjualan secara sampling untuk customer yang paling sering membeli tiket, lalu lakukan :
a) Periksa dokumen-dokumen pendukung penjualan untuk menentukan apakah telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang.
b) Periksa apakah jumlah yang dipesan dengan faktur penjualan sesuai. Bila sesuai, apakah nominal yang tercatat sesuai dengan laporan penjualan.
c) Jika ada kelebihan pembayaran dari faktur penjualan, identifikasi kelebihan yang diterima dari kelebihan pembayaran tersebut.
Scenario 2 Laporan kasir yang tidak diperiksa secara rutin.
1.
Periksa terhadap laporan harian kas yang dibuat oleh kasir serta melakukan perbandingan antara uang kas yang dicatatan dengan kas secara fisik.
48
Tabel : Fraud Scenario dan Prosedur Audit
IV.5 Temuan Audit
Berdasarkan audit program yang telah disusun dalam tahap
review planning, dilakukan pengumpulan bukti‐bukti dokumentasi
yang dapat menunjang prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Bukti‐bukti dokumentasi yang dikumpulkan adalah hasil dari
pengamatan, wawancara, dan pengolahan sampel dokumen sesuai
dengan prosedur audit dalam audit program dituangkan dalam
kertas kerja.
Fraud Scenario No. Prosedur Audit Perbedaan antara perhitungan fisik dengan pencatatan.
2. Periksa apakah bagian keuangan melakukan pemeriksaan kas dan piutang secara fisik dengan rutin.
Scenario 3 Dokumen pendukung yang digunakan tidak di cap “lunas”. Dan ketidak akuratan perhitungan
1. Periksa secara sampling faktur yang telah lunas, dan lakukan :
a) Periksa keakuratan perhitungannya
b) Cocokan jumlah yang dibayar pada faktur penjualan dengan jumlah rupiah secara fisik.
Penggelapan piutang yang dicatat oleh bagian keuangan.
2. Periksa laporan piutang secara sampling, jika terdapat ketidakcocokan, serta periksa aging schedule laporan piutang perusahaan.
49
Dari hasil temuan audit diatas, dapat disimpulkan bahwa elemen-
elemen dari suatu kecurangan benar-benar ada dalam perusahaan, yaitu :
1. Act, yaitu adanya dominasi bagian penjualan melakukan
penjualan secara manual.
Bagian penjualan melakukan pencatatan penjualan secara
tersembunyi dan dilakukan secara manual, serta melakukan
penggandaan faktur penjualan secara fiktif.
Selain itu terdapat dominasi kasir terhadap pengelolaan uang kas,
karena catatan kasir dan pertanggungjawaban kasir terhadap
keberadaan fisik uang kas yang disimpannya, tidak pernah di
periksa oleh bagian keuangan. Akibatnya kegiatan kasir tidak
terkendali, yaitu dalam hal pelanggaran penerimaan dan
pencatatan piutang perusahaan dan pelaporan pencatatan piutang
harian dan bulanan.
2. Concealment, yaitu adanya penggelapan dalam penjualan dan
pencatatan piutang.
Penggelapan tersebut ditandai dengan :
1. Kehilangan faktur penjualan secara acak
2. Terdapat beberapa faktur yang memiliki penomoran
secara sama
3. Terdapat piutang tak tertagih yang cukup besar.
50
Berikut merupakan kelemahan-kelemahan yang didapat penulis
berdasarkan hasil temuan dari pelaksanaan audit kecurangan terhadap
fungsi penjualan dan piutang antara lain sebagai berikut :
1. Perusahaan tidak melakukan pengecekan terhadap status
pelanggan yang baru pertama kali transaksi penjualan
kredit dengan perusahaan.
Perusahaan tidak pernah melakukan pengecekan secara
rinci dan detail terhadap status pelanggan baru. Konsumen
yang baru pertama kali melakukan transaksi penjualan kredit
dengan perusahaan hanya ditanya jawab oleh bagian keuangan
secara lisan dan tidak secara formal. Bagian keuangan hanya
menanyakan apakah pelanggan memiliki kriteria yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Jika sesuai dengan kriteria perusahaan maka, mendapatkan
persetujuan kredit dan membuat dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam transaksi penjualan kredit.
Hal ini disebabkan oleh perusahaan tidak ada bagian
marketing dalam proses penerimaan pelanggan baru yang
akan menjadi customer perusahaan. Perusahaan hanya
berfokus pada peningkatan order penjualan dan ingin memiliki
customer sebanyak – banyaknya tanpa memikirkan
konsekuensi yang timbul.
Akibatnya terhadap perusahaan adalah bagian keuangan
dapat memiliki kesempatan untuk melakukan kerja sama
51
dengan pelanggan untuk mendapatkan keuntungan sendiri,
juga dapat menimbulkan resiko terjadinya piutang tak tertagih
serta banyaknya pelanggan yang tidak jelas.
Sebaiknya perusahaan memiliki bagian marketing dalam
melakukan pemasaran perusahaan serta dalam menerima
pelanggan baru yang akan menjadi customer bagi perusahaan,
juga dapat memperkecil resiko perusahaan mengenai
wewenang dan tanggung jawab diperusahaan.
2. Perusahaan tidak melakukan sangsi kepada pelanggan
yang terlambat membayar piutang yang telah jatuh
tempo.
Perusahaan tidak memiliki kebijakan mengenai pemberian
sangsi atas keterlambatan pembayaran piutang yang telah
jatuh tempo. Dalam beberapa bulan sekali, biasanya
perusahaan mengalami pembayaran macet dari pelanggan
yang terlambat membayar piutangnya.
Seharusnya perusahaan memberikan sangsi kepada
pelanggan yang tidak melunasi hutangnya pada saat jatuh
tempo, yaitu berupa denda atau bunga atas piutang yang
terlambat dibayar. Jadi semakin menunggak pembayaran
piutang maka semakin besar pula bunga yang harus dibayar.
Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang tidak memiliki
kebijakan dalam pemberian sangsi terhadap pelanggan yang
menunggak dalam melakukan pembayaran. Perusahaan tidak
52
memberikan sangsi terhadap pelanggan dikarenakan
perusahaan takut akan kehilangan order penjualan.
Akibatnya terhadap perusahaan adalah banyak pelanggan
melakukan pembayaran yang melebihi batas waktu yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, para pelanggan menjadi tidak
takut terhadap kebijakan perusahaan.
Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan untuk
memberikan sangsi kepada para pelanggan yang terlambat
melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo, yaitu berupa
sangsi denda yang harus dibayar oleh pelanggan yang tidak
melunasi hutangnya.
3. Perusahaan tidak mengirimkan surat pernyataan piutang
secara periodik kepada pelanggan.
Bagian piutang tidak mengirimkan surat pernyatan piutang
secara periodik atau secara rutin kepada setiap debiturnya.
Sebenarnya, untuk dapat mengecek ketelitian catatan atas
piutang perusahaan, secara periodik perusahaan harus
membuat dan mengirimkan surat pernyataan piutang kepada
setiap pelanggan.
Hal ini disebabkan oleh perusahaan tidak mengirimkan
surat pernyataan piutang secara periodik kepada pelanggan
karena perusahaan beranggapan bahwa data yang dimiliki
perusahaan telah mencerminkan saldo piutang yang
sebenarnya.
53
Hal ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan
pembayaran piutang perusahaan, serta pembayaran menjadi
menumpuk bahkan tidak dibayarkan piutangnya dan akan
mengakibatkan catatan piutang perusahaan dan catatan
customer mengalami perbedaan.
Sebaiknya perusahaan mengirimkan surat pernyataan
mengenai piutang secara rinci kepada setiap customer yang
memiliki tagihan piutang yang besar, untuk memperkecil
resiko dalam penagihan serta kesalahan jumlah nominal yang
ditagih oleh perusahaan.
4. Perusahaan tidak memilki internal auditor.
Dalam pelaksanaan kegiatan operasinya, perusahaan tidak
memilki departemen internal audit. Seluruh hasil pekerjaan
yang dilakukan oleh para staff perusahaan hanya diawasi dan
diperiksa oleh bagian akuntansi dan bagian keuangan.
Perusahaan lebih baik membentuk departemen internal
audit yang merupakan departemen independen yang bertugas
untuk memeriksa dan memberi penilaian terhadap seluruh
kegiatan dalam perusahaan.
Hal ini disebabkan oleh perusahaan tidak membentuk
departemen internal audit karena perusahaan telah
mempertimbangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan
apabila perusahaan membentuk depatemen tersebut, dan
54
perusahaan telah mempercayakan seluruh kegiatan pekerjaan
kepada karyawan yang terlibat dalam bagiannya masing-
masing.
Dengan tidak adanya internal auditor yang independen,
maka akan berakibat karyawan akan lebih mudah dapat
melakukan kecurangan di dalam perusahaan. Terutama bagian
penjualan dan kasir, karena tidak adanya internal auditor yang
memeriksa atas kebenaran atas laporan penjualan dan laporan
piutang yang dibuat, ada kemungkinan bagian tersebut
melakukan kecurangan-kecurangan yang akan menyebabkan
kerugian yang akan dialami oleh perusahaan.
Sebaiknya perusahaan memiliki internal auditor didalam
perusahaan untuk membantu pihak manajemen dalam
pembuatan keputusan mengenai kebijakan perusahaan, serta
mengawasi jalannya kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen. Auditor internal berfungsi untuk mengawasi
kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh bagian
akuntansi kepada pihak manajemen.
5. Bagian penagihan tidak mengembalikan faktur yang
belum dapat ditagih pada hari yang bersangkutan.
Bagian penagihan tidak mengembalikan faktur yang
belum tertagih ke bagian piutang pada hari yang sama. Bagian
penagihan selalu memegang faktur yang digunakan untuk
55
menagih piutang kepada pelanggan, sampai piutang tersebut
dilunasi oleh pelanggan yang bersangkutan.
Seharusnya faktur yang digunakan untuk menagih
pelanggan, harus dikembalikan oleh bagian penagihan ke
bagian piutang pada hari yang bersangkutan, entah faktur itu
sudah dapat tertagih atau tidak. Bagian penagihan juga harus
menyetorkan seluruh pelunasan piutang pelanggan ke bagian
akuntansi pada hari yang sama.
Hal ini disebabkan oleh perusahaan ingin memberikan
kemudahan kepada bagian penagihan dalam melakukan proses
penagihan piutang, sehingga bagian penagihan memiliki
otoritas untuk memegang seluruh faktur yang nelum dapat
ditagih.
Akibatnya bagian penagihan memegang banyak faktur
yang belum dapat ditagih. Hal ini menyebabkan bagian
penagihan dapat melakukan penyelewengan terhadap uang
pelunasan piutang dari pelanggan. Bagian penagihan dapat
beralasan bahwa piutangnya belum dapat ditagih atau tidak
dapat tertagih dan menggunakan hasil penagihan piutang
tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Sebaiknya bagian akuntansi hanya memberikan sebagian
faktur penjualan yang akan ditagih oleh bagian penagihan
pada hari bersangkutan. Bagian akuntansi juga mengawasi
faktur penjualan yang belum dikembalikan pada sore hari dan
56
meminta kembali serta didata mengenai jumlah tagihan yang
diperoleh setiap harinya.
Dari hasil analisis terhadap prosedur dan kertas kerja pada siklus
pendapatan, serta berdasarkan analisis terhadap bukti-bukti dokumen,
pengamatan dan wawancara dengan pihak-pihak terlibat dalam siklus
pendapatan dan piutang, maka dapat diambil suatu kesimpulan secara
umum sebagai berikut :
1. Pemisahan Fungsi dan Tanggung Jawab
Struktur organisasi pada perusahaan tidak memiliki pemisahan
fungsi yang memadai. Penyebab dari penggabungan fungsi
yang dilakukan adalah karena terbatasnya staf yang ada.
Terbatasnya staf ini berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja.
Sebenarnya penggabungan fungsi untuk efisiensi tenaga kerja
ini memang dapat dilakukan, asalkan penggabungan fungsi ini
secara horizontal, bukan vertikal. Tetapi ternyata
penggabungan fungsi yang dilakukan oleh perusahaan adalah
penggabungan fungsi secara vertikal, bahkan meliputi tiga
fungsi yang berbeda sekaligus, yaitu fungsi operasional,
pengawasan dan penyimpanan, dimana kondisi ini
menimbulkan banyaknya peluang untuk melakukan
kecurangan. Penggabungan fungsi operasional, fungsi
pengawasan dan fungsi penyimpanan di bagian penjualan
57
menyebabkan keamanan penjualan tidak terjamin, karena
setiap hari banyak customer yang datang.
2. Fungsi Pengawasan
Pengawasan dari bagian keuangan terhadap aktivitas kasir
yang sangat lemah dapat terlihat dari catatan kasir yang tidak
pernah diperiksa, dan tidak pernah dilakukan pemeriksaan
fisik terhadap jumlah uang kas secara rutin. Hal ini membuat
kasir merasa bebas, sehingga tidak tertib dalam melaksanakan
peraturan yaitu dengan seringnya melakukan pencatatan yang
salah terhadap jumlah nominal yang terdapat di faktur
penjualan.
3. Dokumentasi
Dalam hal penggunaan dokumen, masih terdapat kelemahan
yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk melakukan kecurangan, yaitu dalam perusahaan
faktur penjualan dan rangkapnya tidak di cap “lunas” atau
dicatat terlebih dahulu oleh bagian keuangan sebelum diarsip.
Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut dapat
dimunculkan kembali untuk sekali lagi dijadikan dasar
pembuatan piutang dan bukti penerimaan kas masuk, sehingga
terjadi pembayaran ganda.
58
IV.6 Implikasi
Dari hasil analisis diatas, dapat diidentifikasi adanya temuan-
temuan audit yang merugikan perusahaan, yang disebabkan kelemahan
pada pengendalian internal dalam siklus pendapatan dan pencatatan
piutang perusahaan, sehingga mengakibatkan pihak-pihak tertentu dalam
perusahaan itu dapat melakukan kecurangan.
Dampak yang lebih lanjut jika perusahaan tidak memperbaiki
kondisinya adalah terus menerus terulangnya praktik-praktik yang tidak
sehat dalam siklus pendapatan dan pencatatan piutang, yang dalam
jangka panjang akan sangat merugikan perusahaan itu.
Usaha untuk mengefisienkan perusahaan dapat dilakukan asalkan
tetap dalam sistem pengendalian internal yang baik, sehingga menutup
kemungkinan terjadinya kecurangan. Dalam hal efisiensi tenaga kerja
dengan menggabungkan fungsi operasional, penyimpanan dan
pengawasan ke dalam satu bagian saja, yaitu bagian penjualan, justru
merupakan kelemahan dalam pengendalian internal karena akan
memudahkan untuk melakukan kecurangan, dimana ditemui bahwa
memang terjadi kecurangan dalam bentuk kehilangan faktur penjualan
yang disimpan dalam gudang yang dilakukan oleh bagian penjualan
sebagai akibat penggabungan fungsi operasional dan fungsi penyimpanan
dan telah dideteksi dalam kerta kerja bahwa terjadinya kecurangan
penjualan yang menyebabkan kerugian sebesar Rp 8.550.000 dan
berdampak pada sering terjadinya kredit macet.
59
Selain itu pada bagian keuangan juga didapati bahwa kasir
seringkali tidak mematuhi peraturan mengenai laporan penerimaan kas,
karena kurangnya pengawasan bagian keuangan terhadap aktivitas kasir,
sehingga didapati adanya jumlah pelanggaran yaitu uang kas pada
laporan harian mengalami selisih yaitu sebesar Rp 1.507.300. Melihat hal
ini seharusnya bagian keuangan meningkatkan pengawasanya terhadap
keberadaan uang kas yang dikelola oleh kasir, baik dengan mengadakan
cash opname secara rutin, meningkatkan ketelitian dalam memeriksa
bukti penerimaan kas masuk dan buku catatan kasir, atau meminta kasir
untuk membuat laporan keadaan kas harian maupun bulanan.
Dari hasil temuan audit lainnya diidentifikasi adanya kerugian
yang besar dalam siklus pendapatan yang disebabkan oleh adanya
penyalahgunaan dokumen, karena dokumen-dokumen yang sudah selesai
pelunasannya tidak dimatikan terlebih dahulu tetapi langsung diarsipkan
sehingga dapat dimunculkan kembali faktur penjualan fiktif dan
dokumen-dokumen penerimaan yang sudah diarsip tersebut oleh kasir
yang bekerja bagian penjualan untuk membuat penggelapan faktur
penjualan. Total kerugian akibat penggelapan faktur penjualan tersebut
berjumlah Rp 6.590.000, dimana seharusnya dalam hal ini bagian
keuangan perlu melaksanakan pengawasan yang lebih ketat pada kasir
dan bagian penjualan dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap buku
bank dan laporan rekonsiliasi secara lebih teliti agar praktik yang tidak
sehat dalam penggunaan dokumen dapat dideteksi sedini mungkin.
60
Oleh karena masih banyaknya kecurangan yang terjadi dalam
siklus pendapatan dan pencatatan piutang, sehingga perusahaan harus
menanggung sejumlah kerugian yang materil, maka sangat dianjurkan
kepada perusahaan untuk meninjau kembali pelaksanaan operasi selama
ini yang dilakukan, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada
dalam perusahaan, yang dapat menimbulkan peluang terjadinya
kecurangan.