BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf ·...

65
75 BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Batu Sejarah kota batu dimulai sejak abad ke-10, wilayah dan sekitarnya dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan. Wilayah kota Batu yang terletak di dataran tinggi di kaki Gunung Panderman dengan ketinggian 700 sampai 110 meter diatas permukaan laut, berdasarkan pemuka masyarakat setempat mengisahkan bahwa sebutan batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau yang disebut sebagai Kyai Gubuk Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Kebiasaan dari kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau batu sebagai sebutan yang digunakan untuk Kota Dingin di Jawa Timur. Sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babat alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu, Abu Ghonaim sendiri berasal dari Jawa Tengah sebagai pengikut Pngeran Diponegoro yang setia, sengaja meninggalkan

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf ·...

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

75

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Batu

Sejarah kota batu dimulai sejak abad ke-10, wilayah dan sekitarnya

dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena

wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga

didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah

pegunungan. Wilayah kota Batu yang terletak di dataran tinggi di kaki Gunung

Panderman dengan ketinggian 700 sampai 110 meter diatas permukaan laut,

berdasarkan pemuka masyarakat setempat mengisahkan bahwa sebutan batu

berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama

Abu Ghonaim atau yang disebut sebagai Kyai Gubuk Angin yang selanjutnya

masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu.

Kebiasaan dari kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat

mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, akhirnya lambat

laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau batu sebagai

sebutan yang digunakan untuk Kota Dingin di Jawa Timur.

Sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang

dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babat alas dan dipakai sebagai

inspirasi dari sebutan wilayah Batu, Abu Ghonaim sendiri berasal dari Jawa

Tengah sebagai pengikut Pngeran Diponegoro yang setia, sengaja meninggalkan

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

76

daerah asalnya Jawa Tengah dan hijrah dikaki Gunung Panderman untuk

menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdau Belanda. Abu Ghonaim

atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya bersama dengan masyarakat

yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa, pengetahuan dan ajaran yang

diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak

penduduk sekitar dan masyarakat lain berdatangan dan menetap untuk berguru,

menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu. Bermula mereka hidup

dalam kelompok di daerah Bumiaji, Sisir dan Temas akhirnya lambat laun

kelompoknya semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang

ramai.

Berkembangnya Kota Batu saat ini tidak berpisah dari adanya visi misi

untuk meningkatkan Kota Batu yang lebih baik lagi, visi dan misi tersebut antara

lain:

Visi : Kota Batu sentra pertanian organik berbasis kepariwisataan internasional

Misi : a. Peningkatan kualitas hidup antar umat beragama

b. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan

c. mengembangkan pertanian organik dan perdagangan hasil pertanian

organik

d. meningkatkan posisi peran dari kota sentar pariwisata menjadi kota

kepariwisataan internasional

e. optimalisasi pemerintahan daerah

f. peningkatan kualitas pendidik dan lembaga pendidikan

g. peningkatan kualitas kesehatan

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

77

h. pengembangan infrastruktur khususnya perkantoran pemerintah fasilitas

publik, prasaran dan sarana lalu lintas

i. meningkatan penyelenggaraan pemerintah desa, guna peningkatan

pelayanan kepada masyarakat

j. menciptakan stabilitas dan kehidupan politik di kota Batu yang harmonis

dan demokratis

k. pemberdayaan masyarakat melalui koperasi UKM

Selain adanya visi misi tersebut guna meningkatkan kualitas kota Batu juga

didukung oleh letak georafis yang sangat menguntungkan. Kota batu adalah salah

satu kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang terletak 90 km sebelah barat

daya Surabaya atau 15 km sebelah barat laut Malang. Kota Batu berada di jalur

yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu

berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah

utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat.

Wilayah kota ini berada di ketinggian 700-1.700 meter diatas permukaan laut

dengan suhu udaa mencapai 12-19 derajat celcius. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Batu, kota Batu berasal dari

kabupaten Malang yang terdiri atas kecamatan Batu, Bumiaji dan Junrejo.

2. Gambaran Umum Kecamatan Junrejo

Pelacakan sejarah junrejo yang dilakukan oleh Ulul Azmi, S. Ag wartawan

Batu Pos yang ditugaskan ke Museum Nasional menyebutkan bahwa Junrejo

berasal dari kata Dyon-retjo atau JUNWATU. Menurut bahasa kuno artinya

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

78

tempat air atau gentong jawa sehingga Dyon-retjo atau arca Dyon watu yang

sekarang ada di museum nasional bisa bermakna tempat air dari batu.

Kronologis perkembangan dari tahun ke tahun hingga akhir berdirinya

Kecamatan Junrejo sebagai berikut :

a. Tahun 1914 di desa Junwatu yang ketika itu kepala desa bernama pak Marsih,

ditemukan benda berupa Jun sedangkan de desa telogorejo ditemukan telogo

yang menurut masyarakat disebut dengan jeding dalam bahasa jawa.

b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan

Rejoso

c. Tahun 192 desa Junwatu, Jeding dan Rejoso digabung menjadi satu dengan

nama Junrejo dan yang dipercaya menjadi kepala desa pada saat itu adalah

kepala desa dari Junwatu yaitu Pak Marsih sampai beliau meninggal dunia.

d. Tahun 1937 yang menjadi kepala desa Junrejo adalah Pak Duriyat, ketika itu

diangkat melalui pemilihan dan beliau menjabat hingga tahun 1974.

e. Tahun 1993 merupakan hari yang bersejarah bagi kecamatan Junrejo karena

merupakan hari lahir kecamatan Junrejo yang bersamaan dengan lahirnya

kota Administratif Batu.

f. Kecamatan Junrejo dibagi menjadi 7 desa, antara lain desa Torongrejo, Beji,

Junrejo, Tlekung, Mojorejo, Pendem, dan Dadaprejo.

Pada tahun 2010, kecamatan junrejo mengalami perubahan status

pemerintahan pada salah satu desanya dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

dimana kecamatan junrejo pada saat ini terbagi menjadi 6 desa dan 1 kelurahan,

19 dusun, 59 RW, 240 RT. Banyaknya jumlah dusun yang dimiliki tidak secara

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

79

otomatis menjadikan daerah ini memiliki jumlah RW dan RT yang terbanyak

pula. Jumlah RW dan RT terbanyak di desa Pendem yaitu masing-masing 12 RW

dan 50 RT, Junrejo 10 RW dan 33 RT, Dadaprejo 9 RW dan 34 RT, Mojorejo 8

RW dan 24 RT, Tlekung 7 RW dan 39 RT, Torongrejo 7 RW dan 36 RT dan

sisanya berada di desa Beji. (Sumber: batukota.bps.go.id)

Demi meningkatkan pembangunan, pendidikan juga merupakan salah satu

cara yang efektif untuk meningkatkan pembangunan. Alasan itulah yang membuat

negara-negara berkembang saat ini mencurahkan perhatian yang cukup besar

terhadap perluasan pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha

sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan

kemampuannya. Saat ini masyarakat telah menganggap pendidikan sebagai suatu

kebutuhan dan pendidikan sudah timbul menjadi status sosial dan merupakan

sarana yang diharapkan mampu menyelesaikan banyak permasalahan. Sejalan

dengan hal tersebut, maka peningkatan partisipasi sekolah penduduk harus

diimbangi dengan peningkatan sarana fisik pendidikan dan tenaga guru yang

memadai. Salah contohnya yaitu implementasi Program Diklat Berjenjang untuk

anak usia dini.

Berikut ini daftar tabel PAUD di kecamatan Junrejo adalah sebagai berikut:

No. NPSN Nama Satuan PAUD Alamat Kelurahan Status

1. 69901666 SPS Ananda Ceria Jl. Makam 10

RT 3 RW 4

Beji Swasta

2. 69907772 SPS Anggrek Jl.

Panderman

no. 43 RT 6

RW 2

Pendem Swasta

3. 69900983 SPS Dahlia 2 RT 6 RW 6

desa tlekung

Tlengkung Swasta

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

80

4. 69901667 SPS Dahlia 3 Dsn.

Gangsiran

putuk RT 3

RW 51

Tlengkung Swasta

5. 69901668 SPS Harapan Bunda 1 Jl. Hasanudin

RT 3 RW 7

Junrejo Swasta

6. 69901674 SPS Harapan Bunda 2 Jl. Trunojoyo

RT 2 RW 10

Junrejo Swasta

7. 69902087 SPS Harapan Bunda 3 Jl. Hasanudin

RT 2 RW 6

Junrejo Swasta

8. 69900984 SPS Kasih Bunda Jl. Sawahan

atas RT 2

RW 5

Beji Swasta

9. 69901713 SPS Kasih Ibu 1 Jl.

Ir.soekarno

348

Mojorejo Swasta

10. 69900985 SPS Kasih Ibu 2 Jl.

Mojomulyo

no. 2 RT 2

RW 1

Mojorejo Swasta

11. 69901706 SPS Kemuning Pusdik

arhanud

Pendem Swasta

12. 69900986 SPS Kenanga Jl. Rambutan Junrejo Swasta

13. 69901715 SPS Kuncup Harapan Jl.

Diponegoro

no. 87

Junrejo Swasta

14 69900989 SPS Mawar Jl. Wijaya

kusuma no.

18 RT 36

RW 9

Pendem Swasta

15. 69901717 SPS Mawar Merah Torongrejo

RT 5 RW 7

Torongrejo Swasta

16. 69901718 SPS Melati Mojorejo

pendem

Mojorejo Swasta

17. 69900987 SPS Pelita Bunda Jl. Langsep

RT 28 RW 7

Pendem Swasta

18. 69900988 SPS Permata Hati Jl. Sarimun

RT 3 RW 1

Beji Swasta

Tabel 4.1 Daftar lembaga PAUD di Kecamatan Junrejo

Sumber : kemendikbud.go.id

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

81

3. Gambaran Umum PAUD Anggrek

3.1 Sejarah PAUD Anggrek

PAUD Anggrek merupakan bagian dari Posyandu yang berdiri pada 15

Mei 2005, yang bertempat di Jalan Panderman no. 43, Desa Pendem, Kecamatan

Junrejo, Kota Batu. Awal mulanya PAUD Anggrek ini karena adanya program

dari PKK kota Pokja 2 yaitu tentang pendidikan yang berisi bahwa setiap dusun

diwajibkan memiliki atau menyelenggarakan Kelompok Bermain/PAUD yang

terintegrasi oleh Posyandu. Satu desa terdiri dari 7 posyandu sehingga setiap

posyandu harus mendirikan Kelompok Bermain/PAUD, yang mana

pamong/gurunya direkrut dari kader posyandu dan bukan berlatar belakang

sebagai guru.

Penggunaan pembelajaran masih sangat seadanya dan memakai menu

generik, menu generik merupakan program pendidikan anak usia dini (0-6 tahun)

secara holistik yang dapat dipergunakan dalam memberikan layanan kegiatan

pengembangan dan pendidikan pada semua jenis program yang ditujukan pada

anak usia dini. Kemudian hal tersebut ditindaklanjuti oleh PKK desa untuk

mendirikan PAUD di posyandu Anggrek. Tempat pembelajaran saat itu masih

berpindah-pindah dan memakai rumah warga yang suka rela selama satu minggu

2 kali. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai

sehingga pada tahun 2011 dipindah ke rumah pengelola PAUD Anggrek sampai

saat ini. Nama lembaga tersebut sudah sudah mengalami 3 kali perubahan yang

pada awalnya dinamakan Kelompok Bermain kemudian Pos PAUD dan yang

sekarang diubah menjadi Satuan PAUD Sejenis (SPS). PAUD Anggrek memiliki

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

82

20 murid, tetapi yang aktif sekitar 17 murid karena banyak alasan yang

menjadikan para murid tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran dan memiliki

3 tenaga pendidik atau guru. Beriku adalah tebel tentang jumlah murid PAUD

Anggrek mulai dari tahun 2005-sekarang :

Tahun Ajaran Jumlah Murid

2005-2006 49

2006-2007 34

2007-2008 23

2008-2009 25

2009-2010 29

2010-2011 34

2011-2012 34

2012-2013 31

2013-2014 37

2014-2015 38

2015-2016 29

2016-2017 34

Tabel 4.2 Data daftar jumlah murid PAUD Anggrek

Sumber : PAUD Anggrek

3.2 Landasan Filosofis

Filosofi yang melandasi berdirinya PAUD Anggrek adalah Pancasila

sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945 yang memberikan landasan filosofis dan prinsip dasar dalam

pengembangan bangsa, yang secara implisit juga merupakan pembangunan

pendidikan. Hakekat pembangunan bangsa adalah pembangunan manusia

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

83

seutuhnya, menempatkan manusia sebagai peserta didik pada pembangunan

pendidikan. Manusia juga diposisikan sebagai makhluk Allah Yang Maha Esa

dengan segala fitrahnya, sebagai pemimpin dalam kehidupan yang berharkat dan

bermartabat serta menjadi manusia Indonesia seutuhnya, maka pendidikan sebagai

usaha memanusiakan manusia.

3.3 Visi, Misi dan Tujuan

Adapun yang menjadi visi, misi, dan tujuan dari PUD Anggrek adalah

sebagai berikut :

a. Visi yang dikembangkan oleh PAUD Anggrek adalah “ terwujudnya generasi

emas penerus bangsa yang beriman, sehat, cerdas, ceria, kreatif dan mandiri “

b. Misi :

1. Menanamkan sikap beragama dan budi pekerti luhur sesuai perkembangan

usia anak dalam kehidupan sehari-hari

2. Membangun kerjasama dengan Dinas terkait, orang tua murid dan masyarakat

dalam rangka memperbainki dan meningkatkan tumbuh kembang anak

3. Menumbuh kembangkan daya pikir, kreatifitas dan kemandirian anak, guna

memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi

4. Menciptakan suasana bermain yang menyenangkan

5. Meningkatkan kompetensi guru dalam rangka mengantarkan anak usia dini

untuk menjadi generasi emas penerus bangsa yang berkualitas dengan

mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum yang berlaku

c. Tujuan

1. Melalui bermain, anak dapat belajar berbagai kemampuan dengan baik

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

84

2. Merangsang daya pikir, inisiatif anak sejak usia dini

3. Mengasah kemandirian dan rasa percaya diri anak sejak usia dini

4. Belajar terhadap dunia secara langsung, berkomunikasi, bekerjasama,

mendengar, melihat dan melakukan

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi penyelenggaraan Satuan

PAUD Sejenis (SPS) sesuai dengan kondisi dan standar yang berlaku.

3.4 Struktur Kepengurusan Lembaga

Sruktur kepengurusan lembaga sangatlah penting didalam suatu organisasi

untuk mengatur organisasi yang sedang dijalankan. Berikut adalah susunan

struktur kepengurusan lembaga PAUD Anggrek adalah :

Penyelenggara : Mujiyem Efendi

Sekretaris : Hermin Elawati

Bendahara : 1. Salis Fauziyah

2. Nur Mas’udah

Pengelola : Anik Sugiarti, A.Ma.Pd

Tenaga Administrasi : Anisa Mega Nursafitri

Guru : 1. Santika Prasandi

2. I’anatur Rofiah

Komite : Gatot Suharmoko, Msi

Anggota : 1. Yayuk Idayanti

2. Sukma Arisanti

3. Rini

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

85

4. Gambaran Umum PAUD Melati

4.1 sejarah PAUD Melati

PAUD Melati merupakan bagian dari Posyandu yang berdiri pada 25 April

2005, yang bertempat di Jalan Pandawa no. 9, Desa Pendem, Kecamatan Junrejo,

Kota Batu. Awal mulanya PAUD Anggrek ini karena adanya program dari PKK

kota Pokja 2 yaitu tentang pendidikan yang berisi bahwa setiap dusun diwajibkan

memiliki atau menyelenggarakan Kelompok Bermain/PAUD yang terintegrasi

oleh Posyandu. Satu desa terdiri dari 7 posyandu sehingga setiap posyandu harus

mendirikan Kelompok Bermain/PAUD, yang mana pamong/gurunya direkrut dari

kader posyandu dan bukan berlatar belakang sebagai guru.

Tahun 2005 saat kita mendirikan PAUD Melati dengan biaya pendaftaran

yang masih gratis dan SPP 3 ribu rupiah, pada waktu itu pertama pendaftaran

muridnya banyak sekali sekitar 54 siswa, karena terlalu banyak muridnya saya

sebagai kepala sekolah akhirnya membagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan

kelas B. Pada saat itu pembelajaran pertama kali dilakukan diteras rumah saya,

karena saya begitu prihatin dengan siswa saya akhirnya tahun 2006 akhir membeli

tanah untuk membangun gedung sekolah. Akhir tahun 2007, bangunan sekolah

kami tempati dengan peresmian pemotongan pita dan mengundang Dinas

Pendidikan, UPDT, Penilik serta guru-guru se-Desa Pendem. Setelah peresmian,

pertama kali bangunannya tidak sebagus saat ini hanya ada satu bangunan yang

digunakan, kemudian saya berfikir untukmenambah bangunan sekolah lagi di

tahun 2008 ada bantuan dari Dinas untuk melakukan pembangunan gedung

tersebut. Tahun 2009 peresmian gedung yang kedua dilaksanakan lagi sampai

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

86

sekarang gedungnya maih berdiri kokoh. Meskipun kita belum maksimal saya

bersyukur karena sudah lebih baik yang dahulu. Berikut ini adalah tabel jumlah

murid PAUD Melati dari tahun 2005-sekarang:

Tahun Ajaran Jumlah Murid

2005-2006 56

2006-2007 44

2007-2008 34

2008-2009 24

2009-2010 45

2010-2011 42

2011-2012 28

2012-2013 44

2013-2014 33

2014-2015 38

2015-2016 38

2016-2017 20

Tabel 4.3 Data daftar jumlah murid PAUD Melati

Sumber : PAUD Melati

4.2 Landasan Filosofis

Filosofi yang melandasi berdirinya PAUD Melati adalah Pancasila sebagai

filsafat hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

1945 yang memberikan landasan filosofis dan prinsip dasar dalam pengembangan

bangsa, yang secara implisit juga merupakan pembangunan pendidikan. Hakekat

pembangunan bangsa adalah pembangunan manusia seutuhnya, menempatkan

manusia sebagai peserta didik pada pembangunan pendidikan. Manusia juga

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

87

diposisikan sebagai makhluk Allah Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya,

sebagai pemimpin dalam kehidupan yang berharkat dan bermartabat serta menjadi

manusia Indonesia seutuhnya, maka pendidikan sebagai usaha memanusiakan

manusia.

4.3 Visi dan Misi

Adapun yang menjadi visi dan misi dari PAUD Melati dalam

meningkatkan kualitas yang mendukung pengajaran adalah sebagai berikut :

a. Visi dari PAUD Melati adalah “ terwujudnya anak didik yang agamis,

mandiri, kreatif, disiplin, cerdas dan ceria serta penuh tanggung jawab yang kelak

dapat membangun dirinya “

b. Misi :

1. Mewujudkan anak didik yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Mewujudkan anak didik yang memiliki pengetahuan

3. Menciptakan anak didik yang kreatif

4. Menciptakan anak didik yang disiplin

5. Mengembangkan seluruh potensi anak kelak agar dapat berfungsi sebagai

manusia yang utuh

4.4 Struktur Kepengurusan Lembaga

Sruktur kepengurusan lembaga sangatlah penting didalam suatu organisasi

untuk mengatur organisasi yang sedang dijalankan. Berikut adalah susunan

struktur kepengurusan lembaga PAUD Melati adalah :

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

88

Pembina : Mujiyem Efendi

Ketua Yayasan : Dewanti Rumpoko

Ketua Komite : Heni Martha

Kepala Sekolah : Tutik Jumainah

Tata Usaha : Nanik Mujiastutik

Perpustakaan : Arsa

Guru : 1. Nanik

2. Ngatini

3. Melda

4. Tri Aprilia

5. Korid

Penjaga : Isnaini

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

89

Gambar 4.4 Struktur Lembaga PAUD Melati

Sumber : PAUD Melati

B. Penyajian Data Fokus Penelitian

Penyajian data fokus penelitian merupakan langkah awal untuk

memaparkan data yang diperoleh peneliti selama kegiatan penelitian di lapangan.

Data-data tersebut didapatkan oleh peneliti melalui wawancara, observasi dan

didapat dari dokumentasi pendukung dari penelitian. Penyajian data yang

KETUA YAYASAN

Dewanti Rumpoko

PEMBINA

Mujiyem

KEPALA SEKOLAH

Tutik Jumainah

KETUA KOMITE

Heni Martha

TATA USAHA

Nanik Mujiastutik

JABATAN PERPUSTAKAAN

Arsa

GURU

1. Nanik

2. Ngatini

3. Melda

4. Tri Aprilia

5. Korid

PENJAGA

Isnaini

SISWA

MASYARAKAT

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

90

dilakukan oleh peneliti sesuai dengan fokus dari penelitian didukung oleh temuan

peneliti di lapangan. Berikut adalah penyajian data yang sesuai dengan fokus

dalam penelitian ini:

1. Implementasi Program Diklat Berjenjang dalam Mewujudkan

Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di desa Pendem,

Kecamatan Junrejo, kota Batu

Fokus pertama dalam penelitian ini adalah mengenai implementasi program

diklat berjenjang dalam Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia

Dini di desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu. Program Diklat berjenjang

disini terdiri dari 3 tahap, yaitu Diklat Dasar, Lanjutan dan Mahir. Ketiga tahap

tersebut diselenggarakan oleh HIMPAUDI Provinsi Jawa Timur sebagai training

provider bekerjasama dengan Direktorat PPTKPAUDNI Kementerian

Pendidikan. Pada dasarnya diklat berjenjang ini dikhususkan kepada para

pendidik yang mempunyai pendidikan terakhir tingkat SMA/SMK sederajat.

Namun tidak memungkiri juga bahwa guru yang memiliki pendidikan terakhir S1

untuk bisa mengikuti diklat ini, karena untuk melanjutkan ke diklat lanjut harus

mempunyai sertifikasi diklat dasar.

Pemerintah dalam hal ini melalui Direktorat PPTKPAUDNI Ditjen

PAUDNI telah menunjuk training provider sebagai penyelenggara Diklat

Berjenjang bagi pendidik PAUD di seluruh Indonesia salah satunya di Jawa

Timur. Pelatihan ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

91

a. Tujuan Umum

Dalam rangka pembinaan karir dengan meningkatkan kompetensi

pendidik PAUD Tingkat Lanjutan dalam rangka menciptakan pendidik

PAUD yang profesional.

b. Tujuan Khusus

1. Memahami kebijakan Direktorat Pembinaan Tenaga Pendidik dan

Tenaga Kependidikan PAUD Non Formal dan Informal, Ditjen

PAUDNI

2. Memahami kebijakan Direktorat Pendidikan dan Ppengembangan

Anak Usia Dini, Ditjen PAUDNI

3. Memahami penggunaan dan pendekatan kurikulum baru 2013

4. Mengetahui dan dapat mengimplementasikan 6 aspek perkembangan

anak

5. Melaksanakan dan mengembangkan strategi pembelajaran bagi

PAUD

6. Memahami dan dapat mengenali sekaligus memberikan terapi pada

ABK (anak berkebutuhan khusus)

7. Menyusun perencanaan pembelajaran dan evaluasinya sesuai K1-13

PAUD

8. Melaksanakan program pemberdayaan orang tua melalui kegiatan

parenting

9. Membuat perencanaan dalam kegiatan Deteksi Dini Tumbuh

Kembang pada PAUD

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

92

Dasar hukum yang digunakan dalam pelatihan ini, adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang

Standar Pendidikan PAUD

Hal diatas tersebut telah menunjukkan bahwa begitu pentingnya peranan

seorang pendidik bagi peserta didiknya, pentingnya PAUD sehingga dilakukan

program Diklat Berjenjang untuk pendidik PAUD agar diimplementasikan kepada

lembaga PAUD yang telah dikelola, sehingga anak usia dini menerima informasi,

bimbingan, pembelajaran yang sesuai dengan usianya. Pemaparan peneliti terkait

fokus penelitian yang telah diperoleh peneliti selama proses penelitian di lapangan

berlangsung adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Sasaran Implementasi Program Diklat Berjenjang

Menurut Tachjan (2006:35) dalam Nugroho mendefinisikan “kelompok

sasaran adalah sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat yang akan

menerima barang dan jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan”.

Kelompok sasaran merupakan pihak yang penting dalam pelaksanaan atau

implementasi sebuah sebuah program kebijakan yang dijalankan. Adanya

kelompok sasaran ini menjadikan implementasi sebuah program dapat berjalan

dengan baik jika kelompok sasaran yang dipilih atau yang ditentukan tepat untuk

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

93

menerima program kebijakan yang ada. Sehingga pada nantinya akan

meningkatkan pelayanan publik yang akan diberikan kepada kelompok sasaran

tersebut.

Implementasi program Diklat Berjenjang ini menentukan kelompok

sasarannya untuk mengimplementasikan ilmu yang telah didapat pada saat

mengikuti kegiatan dikat berjenjang tersebut adalah muri-murid PAUD, dimana

program ini memang ditujukan untuk para pendidik PAUD. Sehingga adanya

peningkatan kualitas PAUD dengan sistem pembelajaran yang baru, yang didapat

dari kegiatan Diklat Berjenjang tersebut. Layanan yang diberikan lembaga PAUD

bertujuan untuk mempersiapkan anak untuk memasuki pendidikan lanjut.

Sehingga lembaga PAUD memberikan sarana kepada masayarakat untuk

membantu meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan anak usia dini merupakan

sebuah lembaga yang membantu masyarakat dalam mendidik anak usia dini

terutama untuk bisa membentuk karakter anak.

Oleh karena itu, implementasi program diklat berjenjang diutamakan untuk

anak usia dini yang merupakan pertumbuhan emas bagi anak. Hal itu sesuai

dengan apa yang disampaikan oleh ibu Anik Sugiarti, A. Ma,Pd selaku Kepala

Sekolah PAUD Anggrek:

” Yang menjadi sasaran diklat tersebut adalah tenaga pendidik atau

guru, karena memang diklat ini diperuntukkan para pendidik PAUD

sehingga nantinya dapat diaplikasikan kepada murid.” (Wawancara

pada tanggal 10 Februari 2017)

Kemudian pernyataan diatas juga didukung oleh hasil wawancara dengan

ibu Santika Prasandi selaku Guru yang mengajar di PAUD Anggrek:

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

94

“Ya tentunya pendidik, khususnya pendidik PAUD yang belum

memenuhi kualitas sebagai pendidik PAUD. Disini masih banyak

guru atau pendidik PAUD yang lulusan terakhir SMA atau sederajat.”

(Wawancara pada tanggal 10 Februari 2017)

Pentingnya PAUD untuk anak usia dini ini telah menunjukkan bahwa dapat

membentuk karakter seorang anak dari kecil dan memberi pengajaran untuk guru

atau pendidik dalam mendidik anak usia dini. Pendapat ini sesuai dengan

wawancara yang di lakukan dengan Ibu Tutik Jumainah selaku Kepala Sekolah

PAUD Melati:

“Yang menjadi sasaran diklat yaitu pendidik atau guru, sebenarnya

pertama kali bukan saya yang mendirikan PAUD, karena saya

ditunjuk oleh ketua PKK pada saat itu…dulunya saya sebagai kader

posyandu. Akhirnya saya jalani dan ada rasa takut untuk mengajar

anak orang lain dengan minim ilmu pendidikan terutama PAUD.

Seiring berjalannya waktu…saya mengerti caranya mendidik anak itu

seperti apa, ditambah lagi dengan adanya pelatihan tersebut.

Jadi…saya juga menerapkan ilmu dari pelatihan tersebut.”

(Wawancara pada tanggal 17 Maret 2017)

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

95

Gambar 4.5 Kelompok sasaran implementasi program Diklat

Berjenjang

Sumber : PAUD Anggrek

Berbagai pendapat diatas menunjukkan bahwa PAUD sangat penting

perannya dalam membentuk karakter seorang anak, mempersiapkan anak untuk

memasuki pendidikan lanjut sehingga dapat meningkatkan mutu kualitas

pendidikan.

b. Stakeholders yang terlibat dalam Implementasi Program Diklat

Berjenjang

Stakeholders merupakan individu , sekelompok manusia, komunitas atau

masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial yang memiliki hubungan

serta kepentingan terhadap organisasi. Indivisu, kelompok maupun komunitas dan

masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholders jika memiliki karakteristik

seperti yang diungkapkan oleh Budimanta dkk, 2008 yaitu mempunyai:

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

96

1. Kekuasaan

2. Legitimasi

3. Kepentingan terhadap perusahaan

Pendapat lain mengenai pengertian stakeholders dikemukakan oleh R.

Edward Freeman yan menjelaskan stakeholders sebagai berikut:

“stakeholders sebagai individu-individu dan kelompok-kelompok yang

dipengaruhi oleh tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan pada gilirannya

dapat mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan tersebut.”

Stakeholders dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok yaitu

stakeholders primer, sekunder dan kunci. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Stakeholders utama (primer)

Stakeholders utama merupakan stakeholders yang memiliki kaitan

kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program dan proyek.

Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses

pengambilan keputusan. Beberapa bagian yang terkait didalamnya adalah

sebagai berikut:

a. Masyarakat, masyarakat yang terkait dengan proyek atau kebijakan

yakni masyarakat yang diidentifikasikan akan memperoleh manfaat

dan akan terkena dampak dari proyek atau kebijakan tersebut.

b. Tokoh masyarakat, anggota masyarakat yang ditokohkan di

masyarakat sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat.

c. Pihak manajer publik, lembaga atau badan publik yang bertanggung

jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

97

2. Stakeholders pendukung (sekunder)

Stakeholders pendukung adalah stakeholders yang tidak memiliki

kaitan kepentingan terkait kepentingan secara langsung terhadap suatu

kebijakan, tetapi memiliki kepedulian dan keprihatinan sehingga mereka

turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan

legal pemerintah. Beberapa bagian yang terkait didalamya adalah sebagai

berikut:

a. Lembaga pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki

tanggung jawab langsung.

b. Lembaga pemerintah yang terkait dengan isu tetapi tidak memiliki

kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan.

c. LSM setempat yang bergerak di bidang yang sesuai dengan rencana,

manfaat, dampak yang muncul dari suatu kebijakan yang memiliki

kepedulian.

d. Perguruan tinggi merupakan kelompok akademisi yang memiliki

pengaruh penting dalam pengambilan keputusan pemerintah.

e. Pengusaha yang terkait

3. Stakeholders kunci

Stakeholders kunci merupakan stakeholders yang memiliki

kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholders

yang dimaksud ialah unsur eksekutif, legislatif, yudikatif dan instansinya.

Misalnya, stakeholders kunci untuk suatu keputusan atau suatu kebijakan

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

98

daerah kabupaten. Beberapa bagian yang terkait didalamnya adalah sebgai

berikut:

a. Pemerintah kabupaten

b. DPR kabupaten

c. Dinas yang membawahi langsung kebijakan yang bersangkutan

Selain stakeholders dibagi kedalam beberapa kelompok, stakeholders juga

mempunyai peranan penting terhadap suatu kebijakan yang dibuat dan

diimplementsikan, yaitu sebagai berikut:

a. Dapat menggunakan opini dari stakeholders untuk memuluskan kebijakan

yang akan dibuat, tidak hanya mendapatkan dukungan, tetapi input mereka

dapat memperbaiki kualitas kebijakan.

b. Mendapatkan dukungan dari stakeholders yang kuat dapat membantu

mendapatkan sumber daya untuk keberhasilan kebijakan.

c. Dengan komunikasi yang lebih dini dan intensif, pembuat kebijakan dapat

memahamkan orang tentang pentingnya kebijakan tersebut dan

keuntungan yang akan diperoleh.

d. Dapat mengantisipasi reaksi orang lain dan membangunnya kedalam

rencana kebijakan yang akan disusun sehingga mereka dapat mendukung

penuh.

Hal diatas menunjukkan bahwa peran stakeholders pada suatu keputusan

atau suatu kebijakan publik yang dilaksanakan. Jika tanpa adanya peran

stakeholders maka suatu kebijakan maupun implementsinya tidak akan berjalan

dengan baik. Pada tahap implementasi program, stakeholders yang ikut terlibat

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

99

dan berperan aktif dalam kegiatan implementasi Program Diklat Berjenjang dalam

Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di desa Pendem,

Kecamatan Junrejo, kota Batu yaitu yang pertama adalah guru atau pendidik di

lembaga PAUD. Sesuai hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Anik

Sugiarti, A. Ma, Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek sebagai berikut:

“stakeholder yang terlibat dalam implementasi program diklat

berjenjang ini adalah pelaksana program, pendidik PAUD dan wali

murid. Pelaksana programnya yaitu HIMPAUDI Provinsi Jawa Timur.

Kemudian dilimpahkan kepada Himpaudi Kabupaten atau Kota.

Sehubungan dengan hal tersebut muncul adanya kontribusi guru

setelah ikut melaksanakan diklat untuk lembaga, yaitu langsung

mengaplikasikan sesuai dengan hasil pelatihan diklat…meskipun

belum sempurna dengan sedikit demi sedikit mempelajari hasil

pelatihan diklat tersebut dan diaplikasikan kepada lembaga untuk

membenahi diri dari yang sebelumnya tidak bisa melaksanakan sesuai

dengan…apa ya peraturan yang ditetapkan…intinya kontribusi guru

setelah melaksanakan diklat itu…mengaplikasikan kepada lembaga

sehingga ada pembenahan diri dari lembaga itu…yang tadinya belum

bisa membuat RPPM, RPPH, PROTA, PROSEM sekarang sudah

mulai dibuat sendiri dan melaksanakan apa yang telah didapat dari

pelatihan itu seperti…setiap hari kita melaksanakan model

pembelajaran sentra yang mana setiap harinya harus menyiapkan 3

densitas…sebelumnya pembelajran kami secara kovensional atau

secara umum dijadikan satu.” (Wawancara pada tanggal 10 Februari

2017)

Berikut ini adalah daftar stakeholders yang terlibat dam implementasi

program Diklat Berjenjang :

NO NAMA TTL PENDIDIKAN JABATAN STATUS TMT

MENGAJAR ALAMAT

01 Anik

Sugiarti

Malang,

16-04-1974

D2 PGTK Kepala

Sekolah

GTY 15 Mei 2005

(12 Tahun)

Pendem

RT.06/RW

.02

02 Santika

Prasandi

Malang,

19-09-1983

D1 Guru GTY 18 Juli 2008

( 9 Tahun )

Pendem

RT.10/RW

.02

03 Anisa Batu, SMK TU GTY 15 Mei 2015 Pendem

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

100

Mega

Nur Safitri

08-02-1996 ( 2 Tahun ) RT.03/RW

.01

04 Zahrotur

Rosidah

Batu,

05-08-1995

SMA Guru GTY 18 Juli 2016

( 1 Tahun )

Pendem

RT.15/RW

.04

Tabel 4.6 Data daftar stakeholders yang terlibat dam implementasi

program Diklat Berjenjang

Sumber : PAUD Anggrek

Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa guru sebagai pendidik

telah mengimplementasikan diklat berjenjang yang telah diikuti ke dalam

pembelajaran anak maupun kedalam administrasi lembaga. Stakeholders kedua

yang ikut terlibat dan berperan aktif juga dalam kegiatan implementasi Program

Diklat Berjenjang dalam Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak

Usia Dini di desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu adalah wali murid. Wali

murid merupakan pendamping anak di sekolah maupun di rumah, yang lebih

utamanya di rumah. Wali murid juga sebagai pengamat dalam implementasi

program Diklat Berjenjang sesuai dengan hal yang disampaikan oleh salah satu

wali murid dari PAUD Anggrek sebagai berikut:

“kalau menurut pengalaman saya disini selama 2 tahun itu lebih bagus

yang sekarang, daripada tahun-tahun yang kemarin. Jadi lebih

meningkat sistem pengajarannya setelah adanya Implementasi Diklat

Berjenjang itu.”

Kedua stakeholders diatas yang terlibat dalam implementasi diklat

Berjenjang sangat memberikan pengaruh yang sangat banyak dengan adanya

kerjasama yang mereka lakukan dapat menciptakan atau meningkatkan kualitas

pendidikan PAUD khususnya. Stakeholders tersebut memberikan timbal balik

yang baik antara satu dengan yang lain demi kelancaran kegiatan yang dilakukan.

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

101

c. Koordinasi Lembaga dalam Implementasi Program Diklat

Berjenjang

Menurut Handoko (2003:196) dalam Turiman (2013), kebutuhan akan

koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan

tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan

pelaksanaannya. Hal ini juga dijelaskan oleh Handayaningrat (1985:88) dalam

Turiman (2013), bahwa koordinasi dan komunikasi adalah suatu yang tidak dapat

dipisahkan, karena saling mempengaruhi satu dengan yang lain.koordinasi adalah

uasaha penyesuaian bagian-bagian yang berbeda, agar kegiatan daripada bagian-

bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan

sumbangan usahanya secara maksimal, agar memperoleh hasil secara

keseluruhan.

Menurut Hasibuan (2011:86) dalam Turiman (2013) mengartikan koordinasi

sebagai suatu usaha kerjasama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan

tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan

saling melengkapi. Koordinasi tidak lepas dari hubungan kerja, karena koordinasi

dapat tercapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif.

Hubungan kerja adalah bentuk administrasi yang membantu tercapainya

koordinasi. Koordinasi yang dimaksudkan sebagai usaha menyatukan kegiatan-

kegiatan dari satuan-satuan kerja organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai

kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai

tujuannya.

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

102

Selain definisi yang menjelaskan tentang pengertian koordinasi diatas,

koodinasi dibagi dalam beberapa bentuk. Seperti yang dikemukakan oleh Inu

Kencana (2011:35) dalam Turiman (2013), bentuk-bentuk koordinasi adalah

sebgai berikut:

a. Koordinasi horizontal, penyelarasan kerjasama secara harmonis dan

sinkron antar lembaga-lembaga yang sederajat.

b. Koordinasi vertikal, penyelarasan kerjasama secara harmonis dan sinkron

antar lembaga-lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada lembaga-

lembaga lain yang derajatnya lebih rendah..

c. Koordinasi fungsional, penyelarasan kerjasama secara harmonis dan

sinkron antar lembaga-lembaga yang smemiliki kesamaan dalam fungsi

pekerjaan.

Adapun yang menjadi ciri-ciri koordinasi menurut Handayaningrat

(1989:118) dalam Turiman (2013) adalah sebagai berikut:

a. Tanggungjawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu,

koordinasi menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan. Dikatakan

pimpinan berjasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik.

b. Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama. Hal ini disebabkan karena

kerjasama merupakan syarat yang mutlak terselenggaranya koordinasi

dengan sebaik-baiknya.

c. Koordinasi adalah proses yang terus menerus, artinya suatu proses yang

berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

103

d. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan

karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan didalam kelompok,

bukan terhadap usaha individutetpai sejumlah individu yang bekerjasama

didalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

e. Konsep kesatuan tindakan adalah inti dari koordinasi. hal ini berarti bahwa

pimpinan harus mengatur usaha atau tindakan daripada setiap kegiatan

individu sehingga diperoleh adanya keserasian didalam kelompok.

f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan usaha atau tindakan

meminta kesadaran atau pengertian kepada semua individu agar ikut serta

melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa fungsi koordinasi adalah usaha

untuk menyelaraskan setiap tindakan, langkah dan dikap yang terpadu dari para

pejabat pemngambil keputusan dan para pelaksana, penataan spesialisasi dalam

berbagai keanekaragaman tugas, melahirkan jaringan hubungan kerja atau

komunikasi, atau dapat dikatakan sebagai salah satu fungsi manajemen,

disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja,

motivasi dan pengawasan untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja

dari berbagai komponen dalam organisasi. Hal tersebut juag menjelaskan betapa

pentingnya koordinasi antar lembaga atau koordinasi yang dijalankan dalam

mencapai tujuan bersama.

Sehubungan dengan itu, lembaga PAUD telah lama melakukan kerjasama

dengan lembaga PAUD lain, karena semula pendirian PAUD berkaitan dengan

posyandu yang ada di desa Pendem. Setiap posyandu harus mendirikan PAUD

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

104

dan menunjuk seorang untuk menjadi kepala sekolahnya. Lembaga PAUD dengan

lembaga PAUD lain sudah menjalin kerjasama, hal tersebut sesuai dengan

pendapat dalam wawancara yang dilakukan dengan Ibu SantikaPrasandi selaku

guru PAUD Anggrek sebagai berikut:

“Tentunya ada, terkait dengan implementasi diklat tersebut karena

teman-teman juga ingin menerapkan hasil pelatihan dari kami karena

sudah banyak disosialisaikan kepada teman-teman belum mempunyai

kesempatan untuk mengikuti diklat tersebut.”

Kerjasama tersebut memberikan dampak yang positif terhadap lembaga

PAUD masing-masing, seperti yang disampaikan oleh Ibu Anik Sugiarti, A. Ma,

Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek pada saat melakukan wawancara

sebgai berikut:

“koordinasi tentunya ada, karena dengan adanya koordinasi tersebut

kami yang telah mengikuti pelaksanaan program diklat berjenjang

dapat mensosialisasian kedalam forum organisasi yang disebut dengan

gugus. Selain itu hasil dari pelaksanaan program diklat berjenjang

saya jadikan buku, kemudian saya jual kepada teman-teman di forum,

untuk pembelian saya tidak memaksa teman-teman membeli. Jadi jika

lembaga mereka ingin mengetahui bagiamana perubahan yang

dihasilkan setelah mengikuti diklat maka boleh membelinya. Pengaruh

koordinasi tersebut sangat baik sekali…karena teman-teman bisa

memperoleh ilmu juga dengan adanya sosialisasi atau membagiilmu

dengan lembaga lain untuk diimplementasikan di lembaganya masing-

masing. Kebetulan yang diklat lanjutnya itu terkait kurikulum 13 yang

sama sekali teman-teman belum mengetahunya. Jadi ya…kita belajar

bersama-sama tentang kurikulum 13 dengan lembaga lain.”

Kemudian pendapat lain dari kepala sekolah yang mengajar di lembaga

PAUD lain terkait dengan pengaruh yang diberikan pada saat implementasi

Program Diklat Berjenjang dalam Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Anak Usia Dini di desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu yaitu dengan Ibu

Tutik Jumainah selaku Kepala Sekolah PAUD Melati adalah sebagai berikut:

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

105

“Pengaruhnya ya bermbahnya ilmu, tambah pengalaman, jadi mana

yang baik ya dipakai dan ditambahi sesuai yang baik dari lembaga

lain. Intinya disini…adanya saling keterbukaan ilmu dengan lembaga

lain.”

Gambar 4.7 Koordinasi lembaga antar PAUD melalui rapat Guus

Sumber : PAUD Anggrek

Berdasarkan pemaparan diatas mengenai koordinasi lembaga menunjukkan

bahwa adanya koordinasi atau kerjasama antara lembaga PAUD yang satu dengan

lembaga PAUD yang lainnya. Lembaga PAUD yang memiliki kesempatan untuk

mengikuti diklat berjenjang melakukan sosialisasi kepada lembaga PAUD lain

yang belum memiliki kesempatan untuk mengikuti diklat berjenjang tersebut.

d. Hasil yang diinginkan dari Implementasi Program Diklat

Berjenjang

Hasil disini merupakan sebagai langkah terakhir dalam implementasi suatu

program jika berjalan dengan baik. Hasil juga merupakan bagian yang paling di

tunggu oleh organisasi atau lembaga yang melaksanak implementasi suatu

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

106

program, karena dengan adanya hasil tersebut dapat menjadi tolak ukur

implementasi suatu program dapat berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya

belum sesuai dengan apa yang diharapkan maka akan terus menerus dilakukan

perbaikan untuk mencapai hasil dengan tujuan yang diiingkan. Sesuai dengan hal

ini hasil yang diinginkan lembaga PAUD dalam mengimplementasikan program

Diklat Berjenjang adalah keinginan lembaga ini menjadi lebih baik dari yang

sebelumnya. Dimana yang sebelumnya belum mengimplementasikan program

tersebut dan hanya pengandalkan pengalaman pelatihan-pelatihan yang lainnya.

Program yang sudah dilaksanakan oleh pihak yang terlibat, tentunya

mengharapkan hasil yang sesuai atau yang baik terhadap lembaga maupun anak

didiknya. Hasil yang diperoleh dalam hal ini disampaikan oleh Ibu Anik Sugiarti,

A. Ma, Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek. Ibu Anik mengatakan bahwa:

“Alhamduillah hasil dari implementasi tersebut selain anak-anak

peserta didik kami senang, enjoy, saat pembelajaran wali murid pun

apa ya…sangat senang sekali dengan perubahan yang terjadi

dilembaga kami. Kemudian gurunya disini lebih kreatif dan inovatif

dalam memberikan materi pembelajaran”

Gambar 4.8 Kegiatan implementasi program Diklat Berjenjang

Sumber : PAUD Anggrek

Page 33: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

107

Pendapat lain juga disampaikan oleh Ibu Santika Prasandi selaku guru di

PAUD Anggrek. Ibu Tika pada saat wawancara mengatakan bahwa:

“Banyak perubahan dan itupun bertahap ya, dulu misalkan saya

kurang kreatif, inovasi setelah mengikuti diklat itu banyak ilmu yang

saya dapat dan bisa lebih berinovasi, bahkan profesional dalam

mendidik anak, banyak ilmu tentang…lagu anak-anak, dan lain

sebagainya.”

Ibu Anik dan Ibu Tika telah merasakan hasil dari implementasi program

Diklat Berjenjang untuk lembaganya maupun anak didiknya. Hal tersebut juga

dirasakan oleh Ibu Tutik Jumainah selaku Kepala Sekolah PAUD Melati. Pada

saat melakukan wawancara, Ibu Tutik mengatakan bahwa:

” guru setelah diklat itu pasti dipraktekkan di lapangan atau lembaga.

Jadi…seandainya ada ilmu dari diklat seperti nyanyian, kurikulum

atau yang lain di share dalam bentuk file sebagai arsip kita. Kalau kita

sudah mengikuti diklatkan otomatis ilmunya bertambah jangan sampai

itu-itu saja, harus ada peningkatan…kalau tidak ada peningkatan ya

buat apa mengikuti diklat, seperti itu.”

Keberhasilan tersebut tidak hanya dirasakan oleh kepala sekolah dan guru

yang mengajar di PAUD tetapi juga dirasakan oleh wali murid yang

menyekolahkan anaknya di lembaga PAUD tersebut. hal ini sesuai dengan apa

yang dikatakan oleh Ibu Sundari selaku wali murid. Terkait tentang keberhasilan

implementasi program Diklat berjenjang Ibu Sundari mengatakan bahwa:

“Kalau menurut pengalaman saya disini selama 2 tahun itu ada

perubahan, yang dulu gurunya minim ilmu pengetahuan sekarang

sudah lebih baik lagi dalam mendidik muridnya.”

Berdasarkan berbagai pendapat dari kepala sekolah, guru dan wali murid

lembaga PAUD dapat dikatakan bahwa implementasi program Diklat Berjenjang

Page 34: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

108

memberikan hasil yang baik dalam peningkatan kualitas pendidikan untuk

lembaganya dan murid-muridnya.

2. Faktor pendukung dan penghambat Implementasi Program Diklat

Berjenjang dalam Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Anak Usia Dini di desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu

Fokus kedua dalam penelitian ini adalah mengenai faktor pendukung dan

penghambat implementasi program diklat berjenjang dalam Mewujudkan

Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di desa Pendem, Kecamatan

Junrejo, kota Batu. Pemaparan peneliti terkait fokus penelitian yang telah

diperoleh peneliti selama proses penelitian di lapangan berlangsung adalah

sebagai berikut:

a. Faktor pendukung Implementasi Program Diklat Berjenjang dalam

Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di desa

Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu

Lembaga PAUD Anggrek dan Melati Desa Pendem, Kota Batu memiliki

faktor pendukung yang mempengaruhi dalam proses implementasi Program

Diklat Berjenjang. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam faktor internal dan

eksternal organisasi sebagai berikut:

1. Internal Organisasi

a. Adanya Motivasi

Faktor pendukung dari dalam organisasi terletak pada semangat atau

motivasi akan memberikan pelayanan pembelajaran yang baik kepada murid.

Page 35: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

109

Pelayanan yang baik disini adalah pelayanan yang sesuai dengan peraturan yang

telah ditetapkan tujuan utamanya memang seorang murid anak usia dini dan

adanya peningkatan lembaga yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Ibu Anik Sugiarti, A. Ma, Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek:

“Yang menjadi pendorong dalam implementasi diklat tersebut adalah

kepinginnya lembaga ini menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.”

Selain itu, motivasi untuk memberikan pelayanan pembelajaran kepada

murid juga diungkapkan oleh Ibu Santika Prasandi selaku guru di PAUD Anggrek

pada saat wanwancara sebagai berikut:

“Tujuan utamanya adalah anak-anak atau murid…mau tidak mau itu

menjadi motivasi saya sendiri dan keprofesionalisme sebagai guru.”

Sedangkan lembaga PAUD Melati faktor pendukung juga mempunyai

faktor pendukung dalam implementasi Program Diklat Berjenjang pada

lembaganya. Faktor pendukung yang dimaksud ialah adanya keinginan untuk

membentuk karakter anak yang baik dengan dimulai sejak usia dini. Hal tersebut

sesuai dengan perntaan yang disampaikan oleh Ibu Tutik Jumainah selaku Kepala

Sekolah PAUD Melati sebagai berikut:

“faktor pendukungnya yaitu keinginan saya atau lembaga kami untuk

membentuk karakter anak yang baik…pembentukan karakter yang

baik itu ya harus dimulai dari PAUD, jadi nanti kalau sudah masuk

pendidikan yang lebih lanjut tinggal mengarahkan saja.”

Berbagai hal yang telah disampaikan diatas bahwa keinginanan untuk

peningkatan kualitas di PAUD menjadi motivasi semua guru atau pendidik untuk

Page 36: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

110

meningkatkannya. Peningkatan kualitas tersebut salah satunya dengan adanya

implementasi program Diklat Berjenjang.

b. Budaya Kerja Organisasi

Berdasarkan motivasi yang dimiliki oleh para guru atau pendidik lembaga

PAUD Anggrek dan Melati Desa Pendem, Kota Batu dalam meningkatkan

kualitas PAUD dalam implementasi program Diklat Berjenjang, mempengaruhi

budaya pembelajaran organisasi. Budaya pembelajaran yang dimaksudkan adalah

adanya sikap yang baik dalam melaksanakan pembelajaran bagi murid atau

peserta didiknya. Sehigga pembelajaran yang diberikan sesuai dengan materi yang

diperoleh setelah mengikuti kegiatan Program Diklat Berjenjang. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Santika Prasandi selaku guru di

PAUD Anggrek pada saat melakukan wawancara, pernyataan tersebut sebgai

berikut:

“setelah mengikuti diklat itu banyak ilmu yang saya dapat dan bisa

lebih berinovasi, bahkan profesional dalam mendidik anak, banyak

ilmu tentang…lagu anak-anak, dan lain sebagainya. Pada saat

pembelajaran juaga harus berkreasi dan tidak hanya mengandalkan

bahan-bahan yang sudah tersedia di sekolah, seperti itu.”

Sehingga setiap guru pada lembaga PAUD masing-masing memberikan

pembelajaran yang baik dan dapat diterima dengan mudah oleh murid atau peserta

didik. Selain memberikan pembelajaran yang baik terhadap lembaga PAUD

masing-masing, guru juga memberikan informasi tentang admistrasi sekolah yang

baik maupun terbaru kepada lembaga PAUD lain. Sehingga setiap lembaga

PAUD dapat mengetahui informasi tentang admistrasi sekolah yang baik maupun

terbaru.

Page 37: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

111

2. Ekseternal Organisasi

a. Adanya dukungan dari organisasi lain

Faktor pendukung eksternal organisasi berasal dari lingkungan luar

organisasi yang ikut mempengaruhi proses implementasi Program Diklat

Berjenjang dalam Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini

di desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu. Adanya dukungan dari organisasi

diluar lembaga PAUD menjadikan kegiatan yang dilaksanakan diterima dan dapat

dijalankan dengan baik serta berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

koordinasi yang baik dari lembaga lain yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan

yang dinyatakan oleh Ibu Santika Prasandi selaku guru di PAUD Anggrek sebagai

berikut:

“Ada, jadi setiap jadi setiap guru yang mengikuti diklat tersebut

disosialisasikan ketika di forum, bisa saling berbagi, di share,

mengetahui semuanya yang terbentuk dalam suatu organisasi yang

namanya gugus sehingga kita sama-sama belajar.”

Adanya koordinasi dengan lembaga PAUD lain yang terkait dengan

implementasi program Diklat Berjenjang menjadikan program ini memperoleh

dukungan agar dapat berjalan hingga saat ini.

b. Faktor penghambat Implementasi Program Diklat Berjenjang dalam

Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di

desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu

Dalam sebuah organisasi atau lembaga tidak menutup kemungkinan muncul

kendala yang dihadapi. Hal ini seperti yang terjadi pada lembaga PAUD Anggrek

Page 38: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

112

dan Melati Desa Pendem, Kota Batu dalam melaksanakan implementasi program

Diklat Berjenjang.

1. Internal Organisasi

a. Keterbatasan Kualitas Sumber Daya Manusia

Faktor penghambat internal organisasi dalam lembaga PAUD Anggrek dan

Melati terletak pada keterbatasan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya

manusia merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam sebuah

organisasi. Kurangnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) menjadi faktor

penghambat majunya suatu organisasi atau lembaga. Lembaga PAUD Anggrek

merasa kurang dengan kualitas sumber daya manusia, karena guru yang mengajar

lulusan terakhir sekolah menengah atas (SMA) dan masih jarang yang sudah

sarjana (S1). Kondisi SDM yang belum mumpuni ini menjadikan pelaksanaan

atau implementasi program Diklat Berjenjang mengalami hambatan. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan pada saat wawancara yang dilakukan dengan Ibu Anik

Sugiarti, A. Ma, Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek yaitu sebagai berikut:

“…Yang menjadi penghambat dalam implementasi diklat tersebut

karena masih ada guru yang belum bisa mengikuti sehingga masih

belum bisa menerima materi yang sesungguhnya dan pendidikan

terkhir SMA…sehingga dalam mengaplikasikan hasil diklat tersebut

belum maksimal.”

Selain itu, hambatan dalam implementasi Program Diklat Berjenjang terkait

kurangnya SDM didapatkan respon dari wali murid yang merasa kurangnya SDM

yang dimiliki oleh lembaga PAUD Anggrek. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan pada saat wawancara dengan salah satu wali murid yaitu Ibu Sundari

selaku Wali murid di PAUD, pernyataan yang diungkapkan sebagai berikut:

Page 39: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

113

“Kalau menurut saya masih ada guru yang kurang sabar dalam

menghadapi anak-anak, anak kecil kan biasanya dalam mengerjakan

hal-hal itu kan tergantung keinginannya, kalau ada anak yang nangis

guru tersebut kurang tanggap.”

Banyaknya tugas dan tanggungjawab dalam lembaga tidak berbanding

dengan kualitas SDM dalam lembaga atau organisasi. Sehingga ilmu yang

diperoleh dari pelaksanaan Diklat dasar yang telah diikuti dan diterapkan atau

diimplementasikan terhadap lembaga PAUD masing-masing belum berjalan

dengan maksimal.

b. Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Selain kurangnya kualitas sumber daya manusia permasalahan yang lain

terletak pada saran dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan fasilitas

penunjang keberlangsungan kegiatan belajar mengajar maupun implementasi

program Diklat Berjenjang yang dijalankan. Kurang tersedianya sarana dan

prasarana menjadi faktor penghambat majunya organisasi atau lembaga.

Pernyataan inisesuai dengan yang dikatakan pada saat wawancara berlangsung

oleh Ibu Anik Sugiarti, A. Ma, Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek sebagai

berikut:

“Kemudian…dari segi fasilitas maupun sarana prasarananya juga ada

hambatan, yaitu…kondisi ruangan atau gedung yang minim otomatis

anak-anak ruang geraknya terbatas. Gedungnya juga kecil jadi ya

untuk menampung murid yang banyak belum bisa.”

Page 40: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

114

Gambar 4.8 Ruang kelas

Sumber : PAUD Anggrek

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa ketersediaan sarana

dan prasaran begitu sangat penting demi keberlangsungan proses belajar mengajar

pada lembaga PAUD. Adanya harapan para guru yang diinginkan yaitu

pemerintah lembih memperhatikan lagi kondisi gedung atau bangunan saat ini.

Sehingga lembaga PAUD dapat menampung banyak murid dan murid memiliki

ruang gerak yang bebas dan luas.

Kualitas SDM serta sarana dan prasarana yang masih kurang menjadikan

kendala dalam pelaksanaan program Diklat Berjenjang. SDM yang kurang

Page 41: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

115

menjadikan pelaksana program belum maksimal dala mengimplementasikan ilmu

yang diperoleh pada saat mengikuti kegiatan Diklat Berjenjang. Kemudian sarana

dan prasaran penunjang yang kurang menjadikan belum optimalnya implementasi

Program Diklat Berjenjang serta membatasi ruang gerak anak. Berikut ini adalah

tabel tentang inventaris dari PAUD Anggrek dan Melati:

NO JENIS JML

KONDISI

KETERANGAN Baik Rusak Belum ada

01 Gedung 1 V Kurang Luas

02 Ruang Kantor 0 v Perlu dibuatkan

03 Ruang Kepala Sekolah 1 V Cukup

04 Ruang Guru 1 V Kurang Luas

05 Ruang Kelas 2 V Kurang

06 Kamar Mandi / WC 1 V Cukup

07 Dapur 1 V Cukup

08 Kursi Guru 5 V Perlu di perbaiki

09 Meja Guru 2 V Cukup

10 Kursi Siswa 15 V Kurang

11 Meja Siswa 4 V Kurang

12 Lemari 3 V Cukup

13 Rak Buku 1 V Kurang

14 Rak Mainan 1 V Kurang

15 Rak Sepatu 1 V Cukup

16 Rak Piring 1 V Cukup

17 APE Dalam 5 V Perlu di ganti

18 APE Luar 5 V V Kurang

19 Papan Data 5 V Cukup

20 Buku Pedoman Guru 25 V Kurang

21 Buku Cerita Untuk Anak 25 V Kurang

Page 42: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

116

Tabel 4.9 Data inventaris PAUD Anggrek

Sumber : PAUD Anggrek

3. Analisis dan Pembahasan

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah analisis data. Analisis data

merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian, karena dalam tahap ini

peneliti dituntut mampu menerjemahkan data yang diperoleh selama penelitian

yang kemudian dikaji dengan teori yang berkaitan. Data yang diperoleh atau

diolah tersebut akan sangat berguna untuk memberikan arti, makna dan niali

22 Karpet 3 V Kurang

23 TV 1 V Perlu di ganti

24 VCD 1 V Cukup

25 Radio/Tape 1 V Perlu di ganti

26 Microfon 3 V Perlu di ganti

27 Keset 4 V Cukup

28 Sketsel 1 V Cukup

29 Timbangan Badan 1 V Cukup

30 Alat Ukur Tunggi Badan V Cukup

31 Box File 7 V Kurang

32 Rak Tas V Perlu di sediakan

33 Halaman 150 M2 V Perlu di Paving

34 Tempat Bermain Pasir 1 V Perlu di ganti

35 Gunting 24 V Banyak yang hilang

36 Kursi Plastik 10 V Kurang

37 Tempat Sampah 4 V Cukup

38 Listrik / PLN 900 W V Cukup

39 Air / PDAM V Cukup

40 Washtafel cuci tangan V Perlu di sediakan

Page 43: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

117

tersendiri. Creswell (2012: 274-275) mengatakan bahwa analisis data merupakan

proes yang berkelanjutan dan membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatn singkat sepanjang

penelitian. Pengertian mengenai analisis data yang diungkapkan oleh Creswell

tersebut, dijadikan peneliti untuk memulai proses dalam penyajian data dengan

lebih jelas dan rinci dari data yang dihasilkan oleh pertanyaan yang telah disusun

oleh peneliti.

Penelitian yang menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif ini akan dianalisis dengan menggunakan model analisis data oleh

Creswell. Model analisis data yang peneliti gunakan ini bertujuan untuk

mendiskripsikan fenomena yang ada di lapangan, mengklarifikasi dan

menafsirkan fenomena tersebut agar dapat dipahami oleh banyak pihak.

Fenomena yang peneliti maksud dalam penelitian ini, tentu saja fenomena yang

berkaitan dengan implementasi program Diklat Berjenjang di kota Batu. Berikut

adalah analisis data dari fokus penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti:

1. Implementasi Program Diklat Berjenjang dalam Mewujudkan

Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di desa Pendem,

Kecamatan Junrejo, kota Batu

a. Kelompok Sasaran Implementasi Program Diklat Berjenjang

Menurut David C. Korten terdapat 3 faktor yang perlu dilihat. Faktor-faktor

tersebut adalah adanya kesesuaian organisasi, kesesuaian penerima bantuan dan

kesesuaian program. Korten dalam Tarigan (2000:19) mengatakan bahwa

keberhasilan suatu program akan sangat ditentukan oleh kesesuaian kebutuhan-

Page 44: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

118

kebutuhan pihak penerima bantuan dengan hasil program, antara persyaratan

program dengan kemampuan nyata dari organisasi pemberi bantuan, antara

kemampuan pengungkapan kebutuhan dari pihak penerima dengan proses

pengambilan keputusan dari pihak pemberi bantuan.

Berdasarkan pendapat Korten, akan menganalisis kesesuaian antara tugas

yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Jika

organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas

yang disyaratkan oleh program maka organisasi tidak dapat menyampaikan

output dengan tepat. Selain itu juga adanya kelompok sasaran sebagai penerima

bantuan program. Menurut Abdullah dalam Puspitasari (2014:127) menyebutkan

salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam implementasi suatu program ialah

kelompok sasaran. Kelompok sasaran yang dimaksud adalah kelompok

masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari

implementasi program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan. Jika

kelompok sasaran yang dimaksud Abdullah membentuk perubahan dan

peningkatan, maka kelompok sasaran tersebut harus mendapatkan program yang

sesuai dengan kebutuhan mereka.

Program diklat Berjenjang merupakan bentuk kepedulian pemerintah

mengenai kualitas pendidik PAUD yang masih rendah, bentuk kepedulian ini

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya PAUD. Suatu

implementasi program pasti memiliki target yang menjadi sasaran utama. Target

atau sasaran dalam implementasi program Diklat Berjenjang ini adalah murid atau

peserta didik usia dini. Maka dari hasil penelitian sendiri menunujukkan bahwa

Page 45: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

119

yang menjadi target atau sasaran dalam implementasi program Diklat Berjenjang

adalah murid atau peserta didik Desa Pendem, Kota Batu. Berdasarkan Pasal 1

(14) UU Sisdiknas No. 20/2003, PAUD adalah pemberian upaya untuk

menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran

yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak (kompetensi).

Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Adapun yang

menjadi tujuan dari PAUD adalah sebagai berikut :

(1) Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut

(2) Mengurangi Angka mengulang kelas (repeater)

(3) Mengurangi Angka putus Sekolah (DO)

(4) Mempercepat Pencapaian Wajib belajar

(5) Meningkatkan Mutu Pendidikan

(6) Mengurangi Angka Buta Huruf muda

(7) Memperbaiki derajat kesehatan & gizi anak usia dini

(8) Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Adapun kebijakan PAUD secara nasional telah ditetapkan dalam beberapa

ketetapan, diantaranya adalah :

Page 46: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

120

a. Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat kutipan “... Kemudian dari pada

itu, untuk membentuk suatu persatuan Negara Indonesia yang

berkedaulatan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial ...”. Pendidikan anak usia dini

memiliki panangan bahwa sesungguhnya dengan mencerdaskan anak

secara tidak langsung akan membantu meningkatkan kualitas sumber

daya manusia Negara yang pada akhirnya akan menyebabkan Negara

untuk lebih maju.

b. Amandemen UUD 1945, tertulis pada pasal 28 C ayat 2 bahwa, setiap

anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Membuka

peluang bagi anakanak kurang mampu untuk dapat memperoleh

pendidikan yang layak seperti anak-anak lain, karena pendidikan yang

layak adalah hak asasi setiap manusia.

c. Undang-undang perlindungan anak RI Nomor 23 tahun 2002 tertulis

bahwa “ setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, brkembang dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat secara

kemanusiaan, serta mendapatkan [erlindungan dari kekerasa dan

diskriminasi (pasal 4), setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan

pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadinya dan tingkat

Page 47: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

121

keceedasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9 ayat 1), dan

selain hak anak sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1, khususnya

bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan

luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga mendapatkan

pendidikan khusus (pasal 9 ayat 2).

d. Sampai pada akhirnya komitmen yang tinggi dari pemerintah Indonesia

terhadap anak usia dini dibuktikan dengan dikeluarkannya keputusan

menteri pendidikan nasional, Nomor 051/0/2001 tentang didirikannya

direktorat PAUD (pendidikan anak usia dini) di lingkungan Departemen

Pendidikan Nasional.

Pernyataan diatas merupakan standarisasi untuk anak usia dini yang harus di

didik sedari kecil. Apabila teori diatas dikaitkan dengan program Diklat

Berjenjang, maka standar tersebut cukup relevan sebagai acuan pemilihan targer

atau sasaran dalam implementasi program Diklat Berjenjang. Hal-hal diatas inilah

yang harus diperhatikan dalam pemilihan target atau sasaran dalam implementasi

program Diklat Berjenjang apabila ingin benar-benar mencapai keberhasilan

dalam pelaksanaanya. Hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Anik

Sugiarti, A. Ma, Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Anggrek bahwa yang menjadi

sasaran dalam implementasi program Diklat Berjenjang adalah murid,

pembelajaran atau pemberian pelajaran kepada peserta didik, karena kami disini

adalah sebagai pendidik. Program Diklat Berjenjang itu ditujukan untuk pendidik

anak usia dini.

Page 48: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

122

Menurut teori Korten tersebut, melihat analisis tentag kelompok sasaran

yaitu anak usia dini, terdapat kesesuaian program dan kebutuhan kelompok

sasaran. Pada pelaksanaannya, kelompok sasaran implementasi program Diklat

Berjenjang menunjukkan antusiasme yang tinggi, dimana para orang tua

bersemangat menyekolahkan anaknya di PAUD karena mereka sadar bahwa

peranan PAUD disini sangatlah penting.

b. Stakeholders yang terlibat dalam Implementasi Program Diklat

Berjenjang

Program Diklat Berjenjang sendiri memiliki tujuan yang jelas dalam

implementasinya dengan meningkatkan kompetensi pendidik PAUD dalam

rangka menciptakan pendidik PAUD yang profesional. Sehingga akan membawa

perubahan perilaku masyarakat terhadap pentingnya PAUD tersebut. Hal tersebut

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grindle, menurut Grindle (1980)

dalam Nugroho (2015:224) suatu implementasi kebijakan publik ditentukan oleh

tingkat Implementability yang terdiri dari konten kebijakan dan konteks kebijakan.

Isi dari konten kebijakan mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kepentingan yang mempengaruhi

2. Tipe manfaat

3. Derajat perubahan yang diinginkan

4. Letak pengambilan keputusan

5. Pelaksana program

6. Sumber-sumber daya yang digunakan

Page 49: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

123

Sementara itu, konteks kebijakannya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kekuasaan, kepentingandan strategi aktor yang terlibat

2. Karakteristik lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Jika teori Grindle diatas dikaitkan dengan hasil temuan di lapangan,

pelaksanaan implementasi program Diklat Berjenjang dalam meningkatkan

kualitas pendidik termasuk dalam konten kebijakan (Content of Policy) dalam

poin yang pertama dan kelima yaitu tentang kepentingan yang berpengaruh serta

pelaksana program. Implementasi program Diklat Berjenjang ini tidak mungkin

apabila tanpa melibatkan kepentingan yang terpengaruh atau aktor-aktor sebagai

pendukung pelaksana program selama pelaksanaan program berlangsung.

Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, maksudnya dalam implementasi

ini terdapat berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi

kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam implementasi

pasti melibatkan banyak kepentingan dan sejauhmana kepentingan tersebut

membawa pengaruh terhadap implementasinya. Maka sesuai dengan temuan di

lapangan aktor-aktor yang terlibat dan mempengaruhi implementasi program

Diklat Berjenjang adalah sebagai berikut:

1. Pihak Kepala Sekolah, yang mendukung tentang pelaksanaan

implementasi di lembaganya, mengelola pendidik untuk diikut sertakan

dalam program Diklat Berjenjang dan mengelola administrasi lembaganya.

Page 50: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

124

2. Pihak Guru atau Penddidik, aktor tersebut sebagai pihak yang

mengimplementasikan program Dikat Berjenjang yang telah diikutinya

kepada peserta didik atau murid.

3. Wali Murid, disini wali murid sebagai pemberi respon atau masukan,

pengamat atas implementasi yang dilakukan oleh pendidik terhadap

peserta didiknya.

Jadi kepentingan yang terpengaruh atau aktor-aktor yang terlibat diatas

sangat memberikan pengaruh terhadap berjalannya progam saat

diimplementasikan. tidak hanya kepentingan yang mempengaruhi atau aktor-aktor

yang terlibat saja yang dapat mensukseskan dan mencapai tujuan program tetapi

ada pulafaktor yang sangat berpengaruh terhadap kelacaran implementasi program

yaitu pelaksana program. Maka pelaksana program yang sesuai dengan poin

kelima yaitu pelaksana program Diklat Berjenjang dibawah garis komando

Direktorat PPTKPAUDNI Ditjen PAUDNI telah menunjuk training provider

sebagai penyelenggara Diklat Berjenjang bagi pendidik PAUD di seluruh

Indonesia salah satunya di Jawa Timur, dengan dasar hukun yang digunakan

sebgai berikut:

1. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan

Page 51: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

125

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang

Standar Pendidikan PAUD

c. Koordinasi lembaga dalam Implementasi Program Diklat

Berjenjang

Lembaga PAUD telah lama melakukan kerjasama dengan lembaga PAUD

lain, karena semula pendirian PAUD berkaitan dengan posyandu yang ada di desa

Pendem. Setiap posyandu harus mendirikan PAUD dan menunjuk seorang untuk

menjadi kepala sekolahnya. Kerjasama tersebut memberikan dampak yang positif

terhadap lembaga PAUD masing-masing, dimana hal itu dilakukan untuk

meningkatkan kualitas tenaga pendidik yang lebih lagi. Salah satu cara yang

digunakan dalam kerjasama atau koordinasi tersebut yaitu dengan sharing atau

sosialisasi terhadap lembaga PAUD lain yang belum memiliki kesempatan untuk

mengikuti kegiatan Diklat Berjenjang yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A.

Gunn (1978) mencatat bahwa keberhasilan implementasi kebijakan paling tidak

memerlukan sepuluh prasyarat, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya jaminan bahwa kondisi implementasi eksternal tidak akan

memberikan dampak kepada badan tersebut

b. Ada cukup sumberdaya untuk implementasi

c. Sumberdaya yang terintegrasi benar-benar ada

d. Menyangkut pertanyaan apakah kebijakan-kebijakan yang

diimplementasikan didasarkan pada alasan kausalitas yang kuat, seperti

jika X diimplementasikan kemudian Y akan menjadi hasil

Page 52: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

126

e. Seberapa banyak alasan terjadinya kausalitas

f. Seberapa lemah antar hubungan diantara variabel

g. Kedalaman pemahaman terhadap tujuan-tujuan kebijakan

h. Mempertanyakan apakah pekerjaan telah diperinci dan ditempatkan dalam

susunan yang benar

i. Diperlukan komunikasi dan koordinasi yang sempurna

j. Badan pengimplementasi dapat meminta kepatuhan total.

Jika teori Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (1978) diatas dikaitkan

dengan hasil temuan di lapangan, pelaksanaan implementasi program Diklat

Berjenjang dalam meningkatkan kualitas pendidik termasuk dalam syarat

keberhasilan implementasi program nomor sembilan yaitu tentang diperlukan

komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Lembaga PAUD dapat melakukan

koordinasi dengan lembaga PAUD lainnya dengan tujuan yang sama yaitu

menigkatkan kualitas tenaga pendidik dan tentunya kemajuan dalam mengelola

lembaga PAUD tersebut.

d. Hasil yang diinginkan dari Implementasi Program Diklat

Berjenjang

Lembaga Paud Anggrek dan Melati mengimplementasikan program Diklat

Berjenjang sejak tahun 2011, program ini merupakan program pendidikan yang

dikhususkan untuk meningkatkan kualitas pendidik atau guru anak usia dini.

Kualitas pendidik atau guru sangat penting perannya dalam memberikan

pendidikan bagi murid atau peserta didiknya, karena dengan adanya seorang guru

dengan kualitas SDM yang mumpuni selain dapat memberikan dampak yang baik

Page 53: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

127

terhadap murid juga dapat meningkatkan kepercayaan lembaga PAUD tersebut

dimata masyarakat. Lembaga tersebut sangat mengharapkan hasil yang baik

dalam pelaksanaan implementasi program Diklat Berjenjang tersebut.

Hasil disini merupakan sebagai langkah terakhir dalam implementasi suatu

program jika berjalan dengan baik. Hasil juga merupakan bagian yang paling di

tunggu oleh organisasi atau lembaga yang melaksanak implementasi suatu

program, karena dengan adanya hasil tersebut dapat menjadi tolak ukur

implementasi suatu program dapat berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya

belum sesuai dengan apa yang diharapkan maka akan terus menerus dilakukan

perbaikan untuk mencapai hasil dengan tujuan yang diiingkan. Sesuai dengan hal

ini hasil yang diinginkan lembaga PAUD dalam mengimplementasikan program

Diklat Berjenjang adalah keinginan lembaga ini menjadi lebih baik dari yang

sebelumnya. Dimana yang sebelumnya belum mengimplementasikan program

tersebut dan hanya pengandalkan pengalaman pelatihan-pelatihan yang lainnya.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Grindle, menurut Grindle (1980) dalam

Nugroho (2015:224) suatu implementasi kebijakan publik ditentukan oleh tingkat

Implementability yang terdiri dari konten kebijakan dan konteks kebijakan. Isi

dari konten kebijakan mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kepentingan yang mempengaruhi

2. Tipe manfaat

3. Derajat perubahan yang diinginkan

4. Letak pengambilan keputusan

5. Pelaksana program

Page 54: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

128

6. Sumber-sumber daya yang digunakan

Sementara itu, konteks kebijakannya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kekuasaan, kepentingandan strategi aktor yang terlibat

2. Karakteristik lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Faktor yang sesuai dengan hasil penelitian dari teori diatas adalah faktor

yang kegita, yaitu derajat perubahan yang ingin dicapai. Ada 2 tujuan utama atau

derajat perubahan yang hendak atau ingin dicapai dalam implementasi program

ini. Derajat yang ingin dicapai oleh adanya kegiatan implementasi program Diklat

Berjenjang dalam meningkatkan pelayanan pendidikan di Desa Pendem, Kota

Batu ini adalah:

1. Pembenahan diri terhadap lembaga yang sebelumnya tidak bisa

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

2. Meningkatkan kualitas SDM pendidik yang saat ini masih di

didominasi pendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA).

Berdasarkan penjelasan diatas tentang derajat perubahan yang ingin dicapai

terhadap implementasi program Diklat Berjenjang ini mempunyai tujuan akhir

yang jelas. Maka program ini sangat membantu masyarakat dalam membimbing

putra putrinya yang masih usia dini, untuk mensejahterakan guru serta kehidupan

anak didiknya, kepastian kualitas pendidikan pada saat memperoleh pendidikan

yang lebih tinggi.

Page 55: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

129

Menurut teori Korten tersebut, melihat analisis tentag kelompok sasaran

yaitu anak usia dini, terdapat kesesuaian program dan kebutuhan kelompok

sasaran. Pada pelaksanaannya, kelompok sasaran implementasi program Diklat

Berjenjang menunjukkan antusiasme yang tinggi, dimana para orang tua

bersemangat menyekolahkan anaknya di PAUD karena mereka sadar bahwa

peranan PAUD disini sangatlah penting.

Kemudian pada sub-fokus yang kedua terkait dengan stakeholders atau

aktor yang terlibat dalam implementasi program Diklat Berjenjang menggunakan

faktor yang pertama dan kelima yaitu tentang kepentingan yang berpengaruh serta

pelaksana program. Implementasi program Diklat Berjenjang ini tidak mungkin

apabila tanpa melibatkan kepentingan yang terpengaruh atau aktor-aktor sebagai

pendukung pelaksana program selama pelaksanaan program berlangsung.

Sehingga adanya kesesuaian antara teori yang dikemukakan Grindle dengan

temuan yang diperolah di lapangan pada implementasi Program Diklat Berjengan

yang sedang berjalan saat ini.

Sub-fokus ketiga yang berkaitan dengan koordinasi antar lembaga telah

sesuai dengan teori Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (1978) dengan

pemenuhan syarat keberhasilan implementasi program yaitu pada nomor sembilan

terkait tentang diperlukannya komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Hal ini

dilakukan oleh SDM yang dimiliki oleh lembaga PAUD masing-masing dengan

lembaga PAUD lain yang terbentuk dalam sebuah forum yang dinamakan Gugus

untuk menyampaikan sosialisasinya terkait ilmu yang telah dipelajari pada saat

mengikuti program Diklat Berjenjang yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Page 56: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

130

Sehingga kegiatan atau forum tersebut sangat membantu bagi kelangsungan atau

kemajuan lembaga PAUD yang dikelola oleh kepala sekolah masing-masing.

Sub-fokus yang terakhir yaitu tentang hasil yang diinginkan dari kegiatan

implementasi Diklat Berjenjang untuk lembaga PAUD yaitu telah sesuai dengan

teori Grindle dengan menggunakan konten kebijakan (Content of Policy) dalam

poin yang ketiga yaitu tentang derajat perubahan yang diinginkan. Sesuai dengan

hal ini hasil yang diinginkan lembaga PAUD dalam mengimplementasikan

program Diklat Berjenjang adalah keinginan lembaga ini menjadi lebih baik dari

yang sebelumnya, murid-muridnya bisa mandiri dalam memperoleh ilmu

ditingkat yang lebih tinggi, kemudian yang terpenting yaitu meningkatnya

kreativitas dan inovasi guru dalam memberikan materi pembelajaran setelah

mengikuti pelaksanaan diklat berjenjang. Dimana yang sebelumnya belum

mengimplementasikan program tersebut dan hanya pengandalkan pengalaman

pelatihan-pelatihan yang lainnya.

Berdasarkan kesesuaian yang telah dijelaskan diatas, bahwa dengan adanya

kegiatan implementasi program Diklat Berjenjang tersebut kelompok sasaran

mendapatkan hasil yang diharapkan dari program. Hasil tersebut adalah anak-anak

usia dini lebih mandiri dalam pembentukan karakternya, lebih mempersiapkan diri

dalam menerima pembelajaran yang lebih lanjut. Hal ini ditentukan oleh sikap

mereka yang sudah berani, mandiri dan bertanggung jawab saat berada disekolah

maupun dirumah. Misalnya seperti berani berbicara didepan teman-temannya atau

didepan umum seperti pada waktu perpisahan, adanya kemandirian dirumah

dengan membantu pekerjaan ibu dirumah, bertanggung jawab untu memberesi

Page 57: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

131

mainan yang telah digunakan pada saat berada di sekolah. Namun agar

mendapatkan hasil yang optimal, maka perlu adanya perbaikan pada kekurangan-

kekurangan yang ada dalam implementasi program.

2. Faktor pendukung dan penghambat Implementasi Program Diklat

Berjenjang dalam Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak

Usia Dini di desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu

a. Faktor pendukung Implementasi Program Diklat Berjenjang dalam

Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di

desa Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu

1. Internal Organisasi

a. Adanya Motivasi

Pada faktor pendukung internal organisasi, yang menjadi pendukung dalam

pelaksanaan program Diklat Brejenjang yaitu motivasi yang dimiliki anggota

organisasi atau lembaga. Motivasi tersebut juga tidak lepas dari adanya peran

pemimpin dalam meningkatkan motivasi anggotanya.

Menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996:87) teori motivasi yang

menggabungkan teori internal dan eksternal yang dikembangkan oleh Mc.Gregor.

ia telah merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku manusia. Kedua

teori tersebut teori X dan Y. Teori tradisional mengenai kehidupan organisasi

banyak diarahkan dan dikendalikan atas dasar teori X. adapun anggapan yang

mendasari teori X adalah sebagai berikut :

Page 58: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

132

1. Rata-rata pekerja itu malas, tidak suka bekerja dan kalau bisa aku

menghindarinya.

2. Karena pada dasarnya tidak suka bekrja maka harus dipaksa dan

dikendalikan, diperlakukan dengan hukuman dan diarahkan untuk

mencapai tujuan organisasi.

3. Rata-rata pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari tanggung

jawab, mempunyai ambisi kecil, kemauan dirinya diatas segalanya.

Teori ini masih banyak digunakan oleh organisasi karena para pemimpin

menganggap bahwa anggapan-anggpan itu benar dann banyak sifat-sifat yang

diamati perilaku manusia, sesuia dengan anggapan tersebut teori ini tidak dapat

menjawab seluruh pertanyaan yang terjadi pada organisasi atau lembaga. Oleh

karena itu, Mc. Gregor menjawab dengan teori yang berdasarkan pada

kenyataanya yaitu teori Y. Anggapan dasar teori Y adalah sebgai berikut:

1. Usaha fisik dan mental yang dilakukan oleh manusia sama halnya bermain

atau istirahat.

2. Rata-rata manusia bersedia belajar dalam kondisi yang layak, tidak hanya

menerima tetapi juga mencari tanggung jawab.

3. Ada kemampuan yang besar dalam kecerdikan, kualitas dan daya imajinasi

untuk memecahkan masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar

pada seluruh pegawai.

4. Pengendalian dari luar hukuman bukan satu-satunya cara untuk

mengarahkan tercapainya tujuan organisasi.

Page 59: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

133

Lembaga PAUD Anggrek dan Melati Desa Pendem memiliki integritas

yang baik. Komitmen sesorang atau kemauan untuk melaksanakan kewajiban

dengan alasan yang sebenarnya, tidak peduli dngan keadaan yang sedang terjadi

merupakan definisi dari integritas. Orang yang mempunyai integritas tidak

mampu untuk melanggar kepercayaan yang telah diamnahkan dan sulit untuk

melakukan korupsi. Mampu memilih dan menjalani yang benar terlepas adri

konsekuensi yang diterima adalah ciri dari seorang yang berintegritas tinggi.

Sikap ini ditunjukkan dengan cara memberikan ide tentang menyetarakan

pelayanan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal pengetahuan

tentang apa yang diperoleh pada saat mengikuti kegiatan progarm Diklat

Berjenjang untuk anak usia dini. Hal itu didukung dengan adanya sikap

komunikatif dari pemimpin terhadap bawahannya. Bagi seorang pemimpin harus

memiliki kemampuan komunikasi yang baik kepada bawahannya agar apa yang

menjdi tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Kemampuan tersebut mampu

memotivasi bawahannya agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi

peserta didik atau murid. Sehingga kegiatan program Diklat Berjenjang dapat

dilaksanankan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan SDM yang dimiliki

lembaga PAUD Anggrek maupun PAUD Melati.

Berdasarkan teori X dan Y maka motivasi guru di lembaga PAUD Anggrek

dan Melati masuk pada teori Y dimana pemimpin memiliki peran sedikit untuk

memberikan motivasi. Motivasi banyak didapatkan dari rasa tanggungjawab yang

terdapa pada diri pendidik atau guru di lembaga PAUD Anggrek dan Melati Desa

Pendem Kota Batu. Rasa tanggungjawab tersebut yang membangun motivasi

Page 60: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

134

dalam diri guru atau pendidik untuk mengajar dan berkratifitas dengan lebih baik

lagi.

b. Budaya Kerja Organisasi

Menurut Triguno (2001) dalam Lufni (2013:4) budaya kerja adalah suatu

falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi

sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu

kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi

perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai

kerja atau bekerja. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat

mendalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk

mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa

depan.

Sedangkan menurut Beach (1993) dalam Koesmono (2005) (dalam Lufni,

2013:4) kebudayaan merupakan inti dari apa yang ada dalam organisasi atau

lembaga. Jadi budaya mengandung apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh

dilakukan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu pedoman.

Berdasarkan pengertian diatas, maka budaya kerja dalam lembaga PAUD

Anggrek maupun Melati Desa Pendem menjadi patokan bagaimana organisasi

bertindak dan berperilaku dalam meberikan layanan kepada murid atau peserta

didik. Implementasi program Diklat Berjenjang menjadi tanda bahwa lembaga

PAUD Anggrek maupun Melati Desa Pendem berusaha memberikan pelayanan

yang baik terhadap murid atau peserta didik dalam menimba ilmu di sekolah.

Page 61: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

135

Adapun yang menjadi cakupan makna setiap nilai budaya kerja adalah

sebagai berikut:

a. Disiplin. Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma

yang berlaku didalam maupun diluar organisasi atau lembaga. Disiplin

meliputi ketaatan terhadap peraturan perundangan,prosedur, berlalu

lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

b. Keterbukaan. Kesiapan untuk menerima dan memberi informasi yang

benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan organisasi

atau lembaga.

c. Saling menghargai. Perilaku yang menunjukkna penghargaan terhadap

individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

d. Kerjasama. Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari

dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target

organisasi atau lembaga. (Nirman,2004 dalam Lufni 2013:5)

Berdasarkan cakupan diatas yang sudah dipaparkan bahwa adanya

hubungan antara disiplin, keterbukaan, saling menghargai dan kerjasama yang

dilakukan secara seimbang maka dapat mencapai tujuan yang telah diinginkan

pada implementasi program Diklat Berjenjang.

2. Ekseternal Organisasi

a. Adanya dukungan dari organisasi lain

Faktor pendukung eksternal dalam pelaksanaan implementasi program

Diklat Berjenjang ialah adanya dukungan dari organisasi lain. Dukungan lain

Page 62: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

136

disini adalah peran dari pihak lembaga PAUD lain selaku sebagai wadah anak-

anak menerima program Diklat Berjenjang. Sasaran dari program ini adalah anak-

anak usia dini. Anak-anak tersebut merupakan anak-anak yang memiliki usia

dibawah 5 tahun dan untuk membentuk karakter seorang anak. Sehingga

implementasi program Diklat Berjenjang ini akan menjadi tepat sasaran jika

dilakukan di lembaga PAUD. Dukungan tersebut dapat dilihat dari keterbukaan

antar pendidik PAUD dari berbagai lembaga PAUD yang ada di desa Pendem

dalam mengimplementasikan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan atau

program Diklat Berjenjang. Keterbukaan tersebut mendorong kelompok sasaran

yaitu anak-anak usia dini memperoleh pendidikan dasar untuk menumbuhkan rasa

berani, bertanggung jawab dan lain sebagainya.

b. Faktor penghambat Implementasi Program Diklat Berjenjang dalam

Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini di desa

Pendem, Kecamatan Junrejo, kota Batu

Tidak semua implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik, tanpa

adanya penghambat dalam pelaksanaanya karena setiap implementasi kebijakan

pasti mengandung faktor penghambat yang akan mempengaruhi implementasi

program Diklat Berjenjang ini. Faktor penghambat merupakan hal yang harus

segera dapat ditemukan solusinya agar tidak menjadi hambatan yang

berkesinambungan dalam implementasi program. Sehingga tujuan dari program

ini tidak tercapai dengan baik.

Page 63: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

137

1. Internal Organisasi

a. Keterbatasan Kualitas Sumber Daya Manusia

Menurut Zauhar (1990) program yang baik harusnya juga memiliki upaya

manajemen dalam penyediaan tenaga, pembiayaan, dan lain-lain untuk melakukan

program tersebut. terkait dengan adanya penyediaan tenagaatau sumber daya

manusia (SDM), haruslah yang mampu menunjang keberhasilan dari suatu

program. apabila ketersediaan SDM mencukupi, maka hasil yang diinginkan akan

cepat terwujud.

Progam Diklat Berjenjang ini membutuhkan kualitas pendidik yang bagus,

karen ini menyangkut masa depan anak didiknya. Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Pendidikan nasional pada

pasal 29 ayat 1 dikatakan bahwa syarat untuk menjadi seorang pendidik pada

pendidikan anak usia dini adalah :

1. Berkualifikasi akademik minimal Diploma IV (D IV) atau Sarjana S1

2. Latar belakang pendidikan adalah PAUD, kependidikan lain atau

psikologi

3. Bersertifikat profesi guru untuk PAUD

Saat ini di lembaga PAUD Anggrek maupun Melati sebagian besar

pendidiknya masih lulusan terakhir sekolah menengah atas (SMA). Hal itu dirasa

belum maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidik PAUD sehingga

dilaksanakan implementasi program Diklat Berjenjang yang telah diikuti oleh

beberapa pendidik lembaga PAUD di desa Pendem. Peraturan diatas telah

Page 64: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

138

menjelas bahwa pendidik PAUD harus mempunyai pendidikan yang sesuai

dengan profesi yaitu sebagai pendidik PAUD.

Kurangnya kualitas sumber daya tersebut, menjadikan implementasi

program Diklat Berjenjang sedikit terhambat. Hal ini juga mempengaruhi

efektifitas dari implementasi program Diklat Berjenjang, sehingga hasil yang

diharapkan tidak cepat dapat dirasakan oleh kelompok sasaran. Solusi yang bisa

dilakukan yaitu dengan menambah kuota kegiatan program Diklat Berjenjang

untuk desa Pendem yang khusus untuk anak usia dini.

b. Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Selain kurangnya kualitas sumber daya manusia permasalahan yang lain

terletak pada sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan fasilitas

penunjang keberlangsungan kegiatan belajar mengajar maupun implementasi

program Diklat Berjenjang yang dijalankan. Kurang tersedianya sarana dan

prasarana menjadi faktor penghambat majunya organisasi atau lembaga.

Salah satu sarana dan prasana yang kurang memadai yaitu kondisi bangunan

atau gedung yang digunakan untuk melakukan pembelajaran anak usia dini.

Ketersediaan gedung di lembaga PAUD Anggrek maupun Melati masih dianggap

kurang memadai, karena kecilnya bangunan yang digunakan sehingga ruang gerak

bermain dan belajar untuk anak usia dini terbatas. Bangunan atau gedung tersebut

mempunyai peran yang sangat penting untuk keberlangsungan implementasi

program Diklat Berjenjang. Jika tidak ada gedung maka pembelajaran PAUD

tidak akan bisa berjalan dengan baik. Solusi yang bisa dilakukan yaitu pemerintah

Page 65: BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1 ...repository.ub.ac.id/3275/4/BAB IV.pdf · b. Tahun 1922 desa Telogorejo diubah menjadi desa Jeding dengan pendukuhan Rejoso

139

lebih memperhatikan lagi terkait gedung atau bangunan yang digunakan sebagai

sekolah anak usia dini. Bisa juga dengan menambah anggaran untuk PAUD,

sehingga PAUD lebih diperhatikan dan dapat meyakinkan masyarakat bahwa

pendidikan untuk anak usia dini sangatlah penting.