BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun,...

43
58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah PT. Konimex. Perusahaan ini bergerak dalam bidang farmasi, tetapi Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain seperti kembang gula, produk alami, dan makanan ringan. Semua produk yang di produksi PT. Konimex mengandung bahan-bahan alami untuk kesehatan konsumen karena masih dekat dengan usaha inti yaitu bidang farmasi. 4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan Visi dari PT. Konimex adalah: Membangun citra merek yang kuat. Misi dari PT. Konimex adalah: Ditetapkannya 3MU yaitu, mutu produk, mudah diperoleh, dan murah harganya. Mutu, maksudnya kami harus jualan produk yang kualitasnya baik. Mudah, artinya kami sengaja mendistribusikan secara luas supaya orang gampang membelinya, Murah, karena harganya terjangkau. Murah, tapi tidak murahan. 4.1.2 Perkembangan Perusahaan Empat puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha pada waktu itu adalah perdagangan obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi dengan serta-merta. karena sesungguhnya usaha “jual obat” telah dirintis sejak tahun 1949.

Transcript of BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun,...

Page 1: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah PT. Konimex.

Perusahaan ini bergerak dalam bidang farmasi, tetapi Konimex juga mulai memperluas

usaha ke beberapa bidang lain seperti kembang gula, produk alami, dan makanan

ringan. Semua produk yang di produksi PT. Konimex mengandung bahan-bahan alami

untuk kesehatan konsumen karena masih dekat dengan usaha inti yaitu bidang farmasi.

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT. Konimex adalah:

Membangun citra merek yang kuat.

Misi dari PT. Konimex adalah:

Ditetapkannya 3MU yaitu, mutu produk, mudah diperoleh, dan murah harganya.

• Mutu, maksudnya kami harus jualan produk yang kualitasnya baik.

• Mudah, artinya kami sengaja mendistribusikan secara luas supaya

orang gampang membelinya,

• Murah, karena harganya terjangkau. Murah, tapi tidak murahan.

4.1.2 Perkembangan Perusahaan

Empat puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT. Konimex

Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha pada waktu itu adalah perdagangan

obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi

dengan serta-merta. karena sesungguhnya usaha “jual obat” telah dirintis sejak tahun

1949.

Page 2: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

59

PT. Konimex merupakan perusahaan di Jawa Tengah yang sukses berbisnis

dalam bidang farmasi. Kebanyakan pengusaha di daerah ini sukses bermain di bisnis

jamu. Mungkin karena tuntutan teknologi produksi, bisnis farmasi ini tidak bisa dibilang

mudah. Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya.

Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas rakyat memang fantastis,

karena adanya perpanduan antara jiwa kewirausahaan dan feeling bisnis yang tajam.

Sebagai anak pedagang, sejak kecil telah terbiasa dengan bisnis, membantu orang

tuanya berjualan. Akibat banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga

pendidikannya terbengkalai.

Setelah menikah dengan Juniati pada pertengahan 1950-an, Pria kelahiran 6 Juni

1933 ini –bersama sang istri– mendirikan perusahaan di bidang usaha pedagang besar

farmasi, bernama PT. Kondang Sewu, yang menjual obat-obatan serta alat-alat

kesehatan dan laboratorium seperti mikroskop. Djoenaedi juga mendirikan Apotik

Kondang Waras, yang hingga kini masih terbesar di Solo.

Setelah menjalankan bisnis distribusi obat-obatan dan alat kesehatan beberapa

tahun, akhirnya Djoenaedi terpikir membuat obat sendiri. Guna merealisasi impiannya,

tahun 1967 Djoenaedi mengubah nama perusahaannya dari PT. Kondang Sewu menjadi

PT. Kondang Impor-Expor (disingkat Konimex). Peningkatan skala bisnis juga

dimungkinkan karena sebelumnya Djoenaedi membeli saham PT. Djasuka (Jakarta) yang

lalu digabung dalam PT. Kondang Impor Expor (Konimex) Pharmaceutical Laboratories.

Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),

Djoenaedi optimis dapat memproduksi sendiri obat-obatan. Alasan lain juga karena ia

mengenal para apoteker dan ahli farmasi serta sering bertanya dan belajar tentang obat.

Sejumlah apoteker dan orang yang berpengalaman eks karyawan perusahaan Balanda

banyak yang didekatinya. Dulu, apoteker hanya belajar teori, jika akan praktik membuat

obat, bahannya tidak tersedia. Sehingga, Djoenaedi memutuskan mencari bahan, dan

Page 3: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

60

para apoteker ini menyelesaikannya dengan membuat obat. Dari situlah akhirnya

Konimex mulai memproduksi obat sendiri.

Memasuki usia kesepuluh, skala usaha semakin besar menuntut sistem

pengelolaan yang lebih professional. Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977

mulai dilakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program

pelatihan, serta merekrut tenaga professional.

Tahun 1979 dibangun pabrik baru di Sanggrahan, sekitar lima kilometer barat

daya Surakarta. Konimex mulai berekspansi ke bisnis nonfarmasi, tetapi hanya consumer

goods. Setahun kemudian, pada tahun 1980, mengikuti peraturan pemerintah yang

mengharuskan pemisahan antara produsen obat dengan distributornya, maka didirikan

PT. Sinar Intermark. Di kompleks baru ini berdirilah pabrik kembang gula Nimm’s. ini

merupakan awal diversifikasi Konimex ke industri makanan.

Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin

banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986 didirikan perusahaan distributor yang

kedua, PT. Marga Nusantara Jaya.

Satu dasawarsa kemudian, tahun 1993, berdirilah PT. Solonat yang

memproduksi berbagai makanan ringan khusus dari bahan kacang-kacangan. Tahun

berikutnya, 1994, pabrik biscuit dan coklat Sobisco mulai didirikan.

Sejak tahun 1996, Konimex sudah menggarap pasar ekspor, antara lain Nigeria,

Singapura, Malaysia, Hong Kong, Filipina, Taiwan, Myanmar, dan Bangladesh. Tidak

mudah untuk melakukan ekspor ini. Kendalanya, nama Indonesia tidak harum.dan

berkonotasi Indonesia itu jelek, apalagi tentang mutunya. Yang pasti, Konimex tidak

menangani ekspor sendirian, tetapi menunjuk distributor lokal yang dipercaya di masing-

masing negara.

Dan saat ini, untuk mengantisipasi kecenderungan masyarakat kembali ke alam,

mulai dikembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami. Semua

Page 4: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

61

perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tidak lepas dari kerja keras,

berkemauan untuk terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilai-nilai ini akan terus

dijaga, dalam melanjutkan perjalanan panjang menuju “Hidup Bahagia”.

4.1.3 Sistem Berjalan

Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun

tujuh puluhan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya

kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan

tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi. Konimex

juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha

inti.

Farmasi

Divisi farmasi menjadi tulang punggung kelompok usaha Konimex, saat ini telah

memiliki 59 merek produk. Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran, yaitu membangun

citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat.

Pada mulanya hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), kini juga

mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (Ethical) serta produk vitamin. Semula

sediaan obat hanya berbentuk tablet, kini memiliki berbagai variasi sediaan, seperti,

sirup, salep, krim, kapsul, serta tablet effervescent.

Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover

isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat ini, Konimex merupakan

perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan

sekali pakai dengan teknologi sterile closed system.

Beberapa merek produk farmasi Konimex yang popular di masyarakat, antara

lain Konidin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Fit-Up, Feminax, dan Braito.

Page 5: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

62

Kembang Gula

Kembang gula menjadi pilihan pertama Konimex melakukan diversifikasi usaha

ke industri makanan sehat pada tahun 1980. Selain karena faktor peluang pasar, pilihan

ini juga dengan mempertimbangkan bahwa manajemen produksi kembang gula tak jauh

berbeda dengan farmasi.

Divisi kembang gula Nimm’s sejak berdiri telah dilengkapi dengan mesin-mesin

canggih dan mutakhir. Hal ini untuk mengantisipasi perkembangan permintaan pasar–

terutama pangsa remaja yang dinamis.

Hingga kini, Nimm’s telah mengembangkan bermacam bentuk kembang gula,

antara lain hard candy, chewy candy, deposit candy, dan compressed candy.

Inovasi dalam hal rasa juga telah menghasilkan berbagai variasi kembang gula

rasa unik. Saat ini Nimm’s memiliki 11 merek, antara lain Hexos, Nano-Nano,

Mr.Sarmento, Eski, dan Frozz.

Produk Alami

Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak

semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan

kecenderungan masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif

antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh

alam–going to nature.

Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong Konimex untuk melakukan

penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami.

Direncanakan, dalam waktu dekat produk-produk alami ini dapat beredar di masyarakat

untuk melengkapi sediaan produk Konimex. Dengan demikian, usaha “ikut

menyelamatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.

Page 6: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

63

Makanan Ringan

Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan, memperbesar

keyakinan Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri makanan merupakan langkah

tepat. Sehingga, pada tahun 1993 didirikan PT. Solonat yang memproduksi makanan

ringan, khusus dari bahan kacang-kacangan yang sangat digemari kaum muda. Produk-

produk cemilan Solonat yang popular antara lain, Ono Nuts dan Lekker.

Langkah pengembangan Kelompok Usaha Konimex berlanjut dengan berdirinya

Sobisco pada tahun 1994. Sobisco adalah pabrik biskuit dan coklat yang dilengkapi

dengan fasilitas mesin-mesin canggih berkapasitas besar. Di antara produk-produk

Sobisco yang terkenal di masyarakat, antara lain Snips, Snaps, Wafero, Tini Wini Biti, dan

Kido. Secara keseluruhan, kedua pabrik makanan tersebut kini telah memiliki 11 merek

produk.

Dari Sanggrahan Ke Pelanggan

Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex telah melewati

mata rantai pemasaran yang panjang. Dari tahap produksi, distribusi hingga promosi,

semuanya direncanakan secara terpadu.

Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada falsafah usaha 3MU konimex,

yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu tinggi, mudah diperoleh, serta relatif

murah harganya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Mutu Produk

Prioritas pertama pada mutu produk, karena mutu yang tinggi merupakan

jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan

efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, diterapkan prosedur produksi

sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan.

Page 7: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

64

Konimex merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang telah

mendapatkan sertifikat CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Selanjutnya, menghadapi era pasar bebas di masa yang akan datang, Konimex

mulai menetapkan manajemen mutu yang sesuai dengan tuntutan standar internasional

ISO. Dengan demikian, produk-produk konimex juga akan diterima baik di luar negeri.

Mutu yang baik tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian mutu yang

berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di Konimex dilakukan pada setiap tahap proses

produksi. Sejak kedatangan bahan baku, proses seleksi, pencampuran, pencetakan,

hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, juga selalu dipantau kestabilan

mutu produk konimex di pasar. Semua itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen

Konimex mengenai mutu.

Mudah Diperoleh

Komitmen berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat seluas-

luasnya untuk memperoleh produk-produk Konimex di mana pun mereka berada. Oleh

karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting dan harus dapat

diandalkan.

Untuk menjamin kelancaran distribusi dan memperluas wilayah jangkauan,

Konimex mendirikan dua perusahaan distributor khusus, yaitu PT. Sinar Intermark dan

PT. Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan 43 cabang di hampir

semua kota besar utama di Indonesia, serta didukung oleh ratusan armada distribusi,

sehingga semua produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga

tingkat pengecer.

Di masa mendatang, jumlah cabang akan ditambah, agar dapat menjangkau

daerah pemasaran yang lebih luas, terutama Indonesia bagian timur. Proyeksi pada

tahun ini produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh para

konsumen di berbagai pelosok Indonesia.

Page 8: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

65

Sedangkan untuk keperluan ekspor, dirintis jalur Distribusi Asia Pasifik dengan

menunjuk distributor di masing-masing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong,

Filipina, dan Taiwan. Pasar luar negeri memang memperlihatkan peluang yang

menantang. Namun demikian, sesuai komitmen, Konimex tetap akan mengutamakan

pasar dalam negeri.

Murah Harganya

Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai falsafah

dasarnya, produk-produk konimex memang tidak dibuat sebagai barang eksklusif.

Semakin luas masyarakat pengguna produk Konimex, semakin berhasil misi “ikut

menyelamatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu produk Konimex

berstandar internasional, namun dalam kebijakan harga tetap mempertimbangkan

kemampuan lokal.

Kebijakan ini dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi

produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian, maka

produk-produk Konimex yang bermutu akan semakin mudah dijangkau oleh masyarakat

luas.

Teliti Sebelum Melangkah

Memahami customer value kini menjadi suatu keharusan untuk meraih sukses

suatu produk di pasar. Menyadari pentingnya hal itu, Konimex merasa perlu membentuk

bagian riset sendiri. Namun untuk melengkapi data, masih memanfaatkan data sekunder

dari biro riset luar, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Kini, di tengah persaingan yang semakin ketat, selera dan nilai konsumen

cenderung berubah semakin cepat. Oleh karena itu, di dalam menciptakan produk baru,

penjajakan selera konsumen menjadi sangat penting. Riset konsumen, diharapkan dapat

Page 9: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

66

mencegah pemborosan biaya pemasaran serta mengurangi risiko kegagalan produk di

pasar.

Saat ini, Konimex memiliki dua bagian riset yaitu, Product Research &

Development (R&D) serta Marketing Research (MR). Tugas-tugas pokok bagian R&D

adalah melakukan penelitian, eksperimen dan mencari berbagai kemungkinan baru untuk

mengembangkan produk-produk yang inovatif. Sedangkan bagaian Marketing Research

menyediakan informasi yang berguna bagi para eksekutif pemasaran untuk mengambil

keputusan yang tepat dalam penyusunan strategi pemasaran. Langkah riset pemasaran

ini dapat meliputi produk maupun pasar.

Manusia, Sumber Daya Utama

Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya manusia memiliki

peran sangat startegis. Mengantisipasi hal tersebut, Konimex berusaha memberdayakan

setiap karyawan agar terus mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai

program pengembangan.

Di masa persaingan mendatang, karyawan yang berkualitas, berdisiplin tinggi,

serta memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok, akan menjadi keunggulan

kompetitif perusahaan. Oleh karenanya, tanpa kecuali, mulai dari tingkat pelaksana di lini

terdepan, penyelia, pengatur, hingga tingkat pengarah, semua wajib mengikuti program

pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing.

Perhatian khusus pada program pengembangan itu mendorong Konimex untuk

memisahkan Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia dari Bagian Personalia dalam

struktur organisasi pada tahun 1995.

Pada struktur baru ini, diperkenalkan system Management Center, yaitu pusat

pengembangan dan pelatihan untuk calon pemimpin, mulai dari lini pertama di seluruh

Kelompok Usaha Konimex.

Page 10: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

67

Untuk menjaring calon pimpinan yang berkualitas, digunakan berbagai alat

seleksi, yaitu, wawancara, tes psikologi, Leaderless group Discussion dan paket pelatihan

BASTRA (Basic Management Training).

Para manajer juga dididik untuk menjadi pelatih dan pembimbing yang baik.

Hasilnya, dalam waktu dua tahun terakhir, Konimex sudah memiliki instruktur sendiri,

antara lain untuk Paket Pelatihan Peningkatan Keterampilan Manajerial, Production

Management, Financial for Non Financial Management, Sales Force Management, The 7

Habits of Highly Effective People.

Untuk memperkuat orientasi pada perbaikan mutu, Konimex menyelenggarakan

Continuous Improvement Program yang mencakup Gugus kendali Mutu, Tim CI

(Continuous Improvement) dan Sistem Saran yang dijalankan sepanjang tahun bagi

tingkat supervisor dan tingkat di bawahnya.

Fasilitas dan jaminan keejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam

bentuk Asuaransi Kesehatan, Tunjangan Pengobatan, Asuransi Sosial Tenaga Kerja

(ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun. Bagi karyawan yang telah memenuhi

persyaratan, perusahaan juga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan

rumah. Fasilitas umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga disediakan.

Di bidang keorganisasian untuk mendukung inisiatif karyawan, dilakukan

pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh

Indonesia (SPSI), dan Koperasi Karyawan Mandiri “SEHAT”.

Pada tahun 1967 Konimex memiliki 70 karyawan, sedangkan tahun 1997, telah

berkembang manjadi 1600 karyawan. Hal ini merupakan indikasi yang menggembirakan

bagi perkembangan usaha. Namun sekaligus juga merupakan tantangan besar

perusahaan untuk mengelola secara baik.

Perusahaan menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang

unggul, tidak ada cara lain kecuali harus melakukan berbagai pelatihan secara konsisten.

Page 11: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

68

Di samping itu, juga akan terus mengembangkan berbagai konsep baru pembinaan SDM,

termasuk cara-cara pemeliharaan tingkat kualifikasi yang telah berhasil dicapai. Dengan

demikian, keunggulan Konimex di bidang SDM ini juga akan menjadi daya tarik yang

kuat dalam perekrutan calon-calon staf baru yang berkualitas.

Bersahabat Dengan Lingkungan

Menyadari bahwa keberadaan Konimex tidak terlepas dari lingkungan, baik

lingkungan alam, maupun lingkungan sosial, maka Konimex bukan saja peduli,

melainkan berusaha bersahabat dengan lingkungan.

Lingkungan alam, disamping memberikan daya dukungan kehidupan bagi

masyarakat luas, juga diperlukan untuk kelangsungan usaha. Kebutuhan masyarakat

terhadap air dan udara bersih misalnya, juga menjadi kebutuhan Konimex untuk industri.

Adalah wajar, bila Konimex berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan alam.

Untuk penanggulangan limbah cair, sejak awal pembangunan pabrik, Konimex

tidak segan menginvestasikan dana yang besar untuk membangun instalasi pengolahan

limbah cair sesuai standar pemerintah. Sistem pengolahan limbah cair Konimex berhasil

mendapat peringkat cukup baik dalam Proper Prokasih yang diselenggarakan oleh Badan

Pengendalian mengenai Dampak Lingkungan (Bapedal).

Demikian pula untuk limbah bentuk lain, Konimex memasang instalasi

penyaringan debu serta sistem perendam kebisingan suara mesin dan untuk memelihara

kesegaran udara, Konimex melakukan penghijauan lingkungan di kawasan pabrik.

Lingkungan sosial, ibarat kampung halaman bagi Konimex. Yaitu tempat dimana

Konimex hidup dan berkembang. Kepedulian Konimex lebih menyerupai persahabatan,

bahkan persaudaraan. Saling menenggang dan saling membantu.

Secara fisik, kepedulian tersebut diwujudkan antara lain dengan membangun

jalan beraspal berserta penerangannya di lingkungan sekitar pabrik. Kemudian,

Page 12: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

69

membantu berbagi kegiatan masyarakat dan instansi sekitar, mengajak masyarakat

berkunjung ke pabrik untuk mengenal dan memperoleh penyuluhan tentang kesehatan.

Harmoni, itulah yang dijadikan pengikat persahabatan. Termasuk pula dalam

kebijakan pembinaan tenaga kerja. Modernisasi yang Konimex lakukan tidak

menghalangi harmonisasi dan tenaganya, keseimbangan antara kebijakan padat modal

dengan padat karya.

4.1.4 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan

1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan suatu susunan mengenai hubungan-hubungan

diantara fungsi bagian-bagian maupun personil yang menunjukan kedudukan tanggung

jawab dan wewenang di dalam suatu organisasi. Struktur organisasi dipengaruhi oleh

besarnya organisasi, bagian-bagian yang ada dalam organisasi, dan tujuan yang ingin

dicapai oleh organisasi. Struktur organisasi dari PT. Konimex di Jakarta dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut:

Page 13: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

70

GAMBAR 4.1.4 STRUKTUR ORGANISASI PT. Konimex di Jakarta

Sumber: PT. Konimex di Jakarta

Field Service Manager (FSM) JABO

(JATE & JATI)

KPP

Medical Service Coordinators

Medical Service Representative

Senior Medical Representative

KPP Medan

Medical Service Coordinators

Medical Service Representative

Senior Medical Representative

Ka Sie Adm & Keu

Ethical Business Division Manager

Product Sales Manager Ethical

Product Sales Manager Occulary

Finance & Administrative Officer

Ka Sie RT & Transportasi

Penata Administrasi

Kasir

Driver

Petugas Kantor

Ka Sie Sekretariat & Keamanan

Petugas Keamanan

Sekretaris

Page 14: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

71

2. Uraian Jabatan

Berikut adalah uraian tugas, pertanggungan jawab, dan wewenang dari masing-

masing bagian:

• MED. REPS

Tugas:

1. Penanganan sales dan grows

2. Membuat rancangan kerja harian

3. Koordinator Medical Service Coordinators (MSC), Senior Medical

Representative (SMR).

Pertanggungan jawab:

1. Pencapaian sales dan grows

2. Memberi tanggapan atau komentar atas pertanyaan-pertanyaan

PDN tentang produk atau perusahaan.

Wewenang:

1. Membawahi anak buah

2. Merancang penjualan sesuai ketentuan perusahaan

3. Mencari peluang-peluang pasar

• Field Service Manager

Tugas:

1. Memimpin kegiatan KPP

2. Joint visit / terjamin terlaksananya peraturan perusahaan

Pertanggungan jawab:

1. Terjadinya pertumbuhan pada sales dan produk availability

2. Menjadi pemimpin

3. Melakukan promosi penjualan/operasional

Page 15: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

72

4. Asset perusahaan

5. Membentuk perilaku anak buah yang dapat menunjang

kemajuan perusahaan

6. Melakukan perbaikan kinerja

Wewenang:

1. Memberikan teguran

2. Melakukan promosi penjualan

• Medical Service Coordinators (MSC)

Tugas:

1. Memimpin kegiatan KPP

2. Joint visit / terjamin terlaksananya peraturan perusahaan

Pertanggungan jawab:

1. Terjadinya pertumbuhan pada sales dan produk availability

2. Menjadi pemimpin

3. Melakukan promosi penjualan/operasional

4. Asset perusahaan

5. Membentuk perilaku anak buah yang dapat menunjang

kemajuan perusahaan

6. Melakukan perbaikan kinerja

Wewenang:

1. Memberikan teguran

2. Melakukan promosi penjualan

Page 16: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

73

• Senior Medical Representative (SMR)

Tugas:

1. Pencapaian sales dan grows sesuai FAT

2. Memberikan tanggapan atau komentar atas produk

Pertanggungan jawab:

1. Perbaikan kinerja kontiyu

2. Perbaikan atas peraturan perusahaan

Wewenang:

1. Memberikan teguran

2. Melakukan promosi penjualan

• Product dan Sales Manager

Tugas:

1. Menciptakan ide atau usul mengenai pengembangan produk

baru, promosi baru, dan sebagainya (STP).

2. Melakukan design pemasaran

3. Membuat product knowledge dengan fokus pada features

Pertanggungan jawab:

1. Alokasi biaya promosi penjualan dan realisasinya

2. Melakukan eveluasi penjualan pada KPP

3. Design produk baru / existing yang dievaluasi secara kontiyu

4. Membuat perencanaan kebutuhan tenaga pemasaran

Wewenang:

1. Menentukan prioritas program pemasaran produk-produk fokus

(existing, naru, mendesign, dan sebagainya)

2. Mengalokasikan besaran biaya promosi penjualan

Page 17: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

74

3. Menghentikan program promosi penjualan yang terjadi

penyimpangan

• Ka Sie Finance & Administrative

Tugas:

1. Membuat laporan up to date pada seluruh kegiatan

2. Mengalokasikan anggaran belanja operasional dan anggaran

investasi perusahaan

3. Melakukan dan melaksanakan tugas-tugas

4. Mengembangkan dan membuat rekomendasi program perbaikan

kinerja dan anggota teamnya

Pertanggungan jawab:

1. Arus keluar masuk kas, bank tersusun perencanaan tahunan,

bulanan, mingguan / harian

2. Arus keluar masuk kas karyawan termasuk biaya-biaya

3. Bertindak sebagai wakil perusahaan dan menjaga citra

perusahaan

4. Membina perilaku anak buah

Wewenang:

1. Menentukan prioritas pembayaran sesuai perencanaan

• Ka Sie Rumah Tangga & Transportasi Kantor Ethical

Tugas:

1. Memahami semua peraturan yang berlaku

2. Mengembangkan dan membuat rekomendasi program perbaikan

kinerja sesuai peraturan yang ada

3. Melakukan tugas-tugas yang diberikan atasan

Page 18: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

75

4. Membudayakan dan mengembangkan skill anak buah termasuk

mutasi, penilaian prestasi

5. Menerima tamu-tamu perusahaan

6. Atur pemeliharaan kendaraan secara periodik

Pertanggungan jawab:

1. Membina perilaku yang terfokus pada kepuasan pelanggan

2. Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam event tertentu di luar

perusahaan sesuai tugasnya

3. Menjaga citra perusahaan dengan menjaga semua kerahasian

perusahaan

Wewenang:

1. Menentukan prioritas bagi kendaraan yang akan digunakan

2. Menentukan atau mengantar yang bertugas

4.1.5 Keunggulan Bersaing/Porter Analisis

Dalam menganalisis kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kondisi persaingan

bisnis perusahaan dapat digunakan pendekatan lima kekuatan persaingan yang

dikemukan oleh Michael Porter. Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan

daya tarik laba jangka panjang intrinsick dari suatu pasar atau segmen pasar. Analisis

Porter pada PT. Konimex dapat diuraikan sebagai berikut:

Ancaman Pendatang Baru:

Yang merupakan ancaman pendatang baru bagi Hexos adalah Wybert,

Fisherman’s friend, davos (PT. Slamet Langgeng), golia, Relaxa, Woods (PT. Kalbe

Farma), Tolak Angin (PT. Sido Muncul), dan masih banyak lagi. Awalnya merek-merek

tersebut bermain di pasarlain seperti jamu, obat-obatan, dan kembang gula (permen)

Page 19: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

76

biasa, namun belakangan mereka juga bermain di pasar permen untuk kesehatan. Para

pendatang baru ini menjadi ancaman bagi Konimex, karena mereka juga bermain dalam

segmen pasar menengah ke bawah dan mereka menawarkan produk kembang gula

dengan harga, fungsi, mutu, segmen yang hampir sama dengan Konimex.

Konimex perlu berhati-hati dengan ancaman pendatang baru ini, mengingat

dewasa ini konsumen menjadi agak selektif dalam memilih produk kembang gula,

apalagi untuk konsumen menengah ke bawah yang sangat sensitive terhadap harga.

Harga yang relatif lebih murah, konsumen tentu akan berpindah kepada pendatang baru

ini.

Ancaman Produk Pengganti:

Produk kembang gula yang sudah beredar sebelumnya dapat menjadi ancaman

bagi Konimex. Dewasa ini, tuntutan kebutuhan hidup semakin berat, menyebabkan

konsumen akan menjadi semakin selektif dalam menentukan prioritas untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Jika konsumen tidak mendapatkan kepuasan dengan mengkonsumsi

suatu merek kembang gula (permen) tertentu maka konsumen akan kembali membeli

merek kembang gula lainnya, supaya apa yang mereka cari dapat tercapai sesuai dengan

kebutuhan mereka.

Kekuatan Tawar Menawar Pemasok:

Yang merupakan pemasok bagi Hexos adalah produsen produk dalam bentuk

divisi kembang gula Nimm’s. Pemasok Hexos adalah berasal dari pemasok lokal. Yang

merupakan pemasok untuk Hexos adalah PT. Konimex yang berada di Solo.

Kekuatan tawar menawar pemasok untuk Hexos dapat dikatakan cukup rendah,

mengingat produk-produk dari pemasok tersebut merupakan produk kebutuhan

dasaryang tersedia di toko-toko, mini market, dan swalayan, dan Hexos bukanlah barang

langka, lagipula variasi rasa yang ditawarkan di pasar juga sangat beragam.

Page 20: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

77

Kekuatan Tawar Menawar Pembeli:

Pembeli disini adalah perorangan atau individu. Kekuatan posisi tawar menawar

pembeli berkembang jika mereka menjadi lebih terkonsentrasi atau terorganisir, produk

tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tersebut tidak

terdiferensiasi, biaya perpindahan ke pemasok atau produk lain rendah, pembeli peka

terhadap harga karena laba yang rendah. Jadi, kekuatan tawar menawar pembeli untuk

industri produk ini dapat dikatakan relatif kuat mengingat target permen Hexos adalah

kalangan menengah ke bawah yang peka terhadap harga.

Untuk melindungi diri, Hexos dapat memilih pembeli yang memiliki kekuatan

posisi tawar paling rendah atau pembeli yang loyal. Pertahanan yang lebih baik adalah

mengembangkan tawaran unggul yang tidak dapat di tolak oleh para pembeli yang kuat.

Persaingan Sesama Industri:

Persaingan antar perusahaan sesama di dalam industri ini dapat dikatakan cukup

berat. Pesaing Hexos antara lain Woods (PT. Kalbe Farma), Tolak Angin (PT. Sido

Muncul), Relaxa, dan lainnya.

Di kelas diversivikasi ini, Hexos dan nano-nano masih menjadi yang terbaik

dalam hal kembang gula. Berdasarkan data yang diperoleh dari SWA No. 19/XX/16-29

September 2004, Konimex memiliki sejumlah merek yang terbilang populer di semua

lapisan masyarakat seperti Konidin, Inza, Nano-Nano, Hexos, Frozz, Paramex, dan lain-

lain. Kinerja sejumlah merek tersebut sebenarnya relatif bisa terlihat dari aktivitas

pemasaran yang dilakukan dan kondisi produk tersebut di lapangan, termasuk bujet

iklan. Menurut Nielsen Media Research (NMR), Hexos mencatat total belanja iklannya

sepanjang tahun 2003 mencapai Rp 5,82 miliar, sedangkan periode Januari-Juli 2004

mencapai Rp 4,12 miliar sehingga ditaksir bujet iklan tahun ini lebih besar daripada

tahun sebelumnya.

Page 21: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

78

Dalam hal ini yang menjadi pesaing utama bagi Hexos adalah produk permen

pelega tenggorokan yang melakukan diversifikasi ke permen penyegar pernafasan dan

dengan kemasan satuan, misalnya Golia dan Blaster. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Majalah Marketing tahun 2008, dimana Top Of Mind (TOM) dari permen Hexos

sebesar 3,4%, permen Golia sebasar 3,2%, sedangkan permen Blaster sebesar 3,5%.

Bentuk model lima kekuatan Porter adalah sebagai berikut:

GAMBAR 4.1.5 Lima Kekuatan yang Menentukan Daya tarik Struktural Segmen

Sumber: Philip Kotler (2005, p.266)

Kemungkinan masuknya pesaing/pendatang baru

Persaingan antar perusahaan/industri

sejenis Kekuatan tawar

menawar penjual/pemasok

Kekuatan tawar menawar

pembeli/konsumen

Potensi pengembangan produk pengganti/substitusi

Page 22: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

79

4.2 Profile Responden

Berikut merupakan profile responden yang terkait dengan beberapa variabel

responden dari yang dilaksanakan tentang media lini atas, media lini bawah, dan minat

beli konsumen yang melibatkan 94 orang responden.

4.2.1 Responden Berdasarkan Umur

Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil

responden berdasarkan umur.

Keterangan: 1. ≤ 18 tahun

2. 19 tahun

3. 20 tahun

4. 21 tahun

5. ≥ 22 tahun

Tabel 4.2.1 Usia

No

Usia

Frequency

Percent

1 ≤ 18 tahun 10 Orang 10.63%

2 19 tahun 11 Orang 11.70%

3 20 tahun 21 Orang 22.34%

4 21 tahun 28 Orang 29.78%

5 ≥ 22 tahun 24 Orang 25.53%

Total 94 Orang 100% Sumber: Data Kuesioner

Page 23: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

80

26%

29%

11%12%

22%

≤ 18 tahun19 tahun20 tahun21 tahun≥ 22 tahun

Gambar 4.2.1 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan Umur

Sumber: Data Kuesioner

Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah

mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.1 dan Gambar

4.2.1, yang berusia ≤ 18 tahun sebanyak 10 orang atau 11 %, berusia 19 tahun

sebanyak 11 orang atau 12 %, berusia 20 tahun sebanyak 21 orang atau 22 %, berusia

21 tahun sebanyak 28 orang atau 29 %, dan yang berusia diatas 22 tahun sebanyak 24

orang atau 26 %.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa permen

Hexos lebih diminati pada segmen usia 21 tahun yaitu sebanyak 28 orang. Walaupun

ternyata ada beberapa usia diatas atau dibawah dari dari segmen yang mengkonsumsi

permen Hexos, namun yang lebih cenderung adalah mereka yang berusia 21 tahun. Hal

ini dikarenakan sasaran segmen permen Hexos adalah memang anak muda yang

dinamis. Penelitian ini juga sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini.

Page 24: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

81

4.2.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil

responden berdasarkan jenis kelamin

Keterangan: 1. Laki-laki

2. Perempuan

Tabel 4.2.2 Jenis Kelamin

Sumber: Data Kuesioner

52%

48%Laki-laki

Perempuan

Gambar 4.2.2 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan jenis kelamin

Sumber: Data Kuesioner

No

Jenis Kelamin

Frequency

Percent

1 Laki-laki 49 Orang 52.12%

2 Perempuan 45 Orang 47.87%

Total 94 Orang 100%

Page 25: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

82

Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah

mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.2 dan Gambar

4.2.2, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang atau 52 % dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 45 orang atau 48 %.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa permen

Hexos lebih cenderung diminati laki-laki. Hal ini juga berkaitan dengan usia, dimana laki-

laki muda dan biasanya yang suka merokok lebih cenderung memilih Hexos karena

rasanya yang segar di tenggorokan sebagai pengganti untuk menghilangkan mulut asam

karena tidak merokok. Penelitian ini juga sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini.

4.2.3 Responden Berdasarkan Pengeluaran Rutin Per Bulan

Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil

responden berdasarkan pengeluaran rutin per bulan.

Keterangan: 1. ≤ Rp. 300.000,00

2. Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00

3. Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00

4. Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00

5. ≥ Rp. 1.500.000,00

Tabel 4.2.3 Pengeluaran per bulan

No

Pengeluaran

Frequency

Percent

1 ≤ Rp. 300.000,00 14 Orang 14.89%2 Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 21 Orang 22.34%3 Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00 20 Orang 21.27%4 Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00 17 Orang 18.08%

5 ≥ Rp. 1.500.000,00 22 Orang 23.40%Total 94 Orang 100%

Sumber: Data Kuesioner

Page 26: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

83

15%

22%21%

18%

24%

≤ Rp. 300.000,00

Rp. 300.000,00 –Rp. 700.000,00Rp. 700.000,00 –Rp 1.100.000,00Rp. 1.100.000,00 –Rp. 1.500.000,00≥ Rp.1.500.000,00

Gambar 4.2.3 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran per bulan

Sumber: Data Kuesioner

Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah

mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.5 dan Gambar

4.2.5, pengeluaran rutin per bulan yang sebesar ≤ Rp. 300.000,00 sebanyak 14 orang

atau 15 %, Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 sebanyak 21 orang atau 22 %, Rp.

700.000,00 – Rp 1.100.000,00 sebanyak 20 orang atau 21 %, Rp. 1.100.000,00 – Rp.

1.500.000,00 sebanyak 17 orang atau 18 %, dan lebih besar dari Rp. 1.500.000,00

sebanyak 22 orang atau 24 %.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

responden permen Hexos cenderung memiliki pengeluaran rutin per bulan ≥ Rp.

1.500.000,00 hal ini juga berkaitan erat dengan hasil penelitian diatas, dimana

sebelumnya dikatakan bahwa yang mengkonsumsi permen Hexos lebih cenderung anak

muda yang berusia 21 tahun. Dimana penghasilan yang mereka peroleh mungkin diatas

Page 27: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

84

rata-rata yang akhirnya mempengaruhi pengeluaran rutin mereka atau alasan lain seperti

mereka mulai mencoba-coba bekerja part time, menjadi asisten pengajar lab.

menejemen, sehingga mereka mendapatkan penghasilan lebih selain dari orang tua

mereka.

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Umar (2005, p.190), uji validitas dan reliabilitas sangat disarankan agar

jumlah responden untuk diuji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini,

distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Dalam penelitian ini menggunakan

94 orang sebagai responden.

Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

Ho = Nilai butir berkorelasi positif dengan nilai faktor

H1 = Nilai butir tidak berkorelasi positif dengan nilai faktor

2. Menentukan nilai r tabel

Untuk Df : jumlah kasus –2, dalam hal ini Df = 94 – 2 =92. Tingkat signifikansi

10%. Diperoleh nilai r tabel = 0,133

3. Mencari r nilai

Masukkan data jawaban responden untuk diolah dengan Software SPSS. Disini r hasil

untuk tiap item bisa dilihat pada kolom CORRECTED ITEM _ TOTAL CORELATION

dari tampilan Software SPSS.

4. Menentukan keputusan

Dasar pengambilan keputusan:

• Jika r hasil positif, dan r hasil > r tabel, maka butir tersebut valid

• Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir tersebut tidak valid

Page 28: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

85

Sedangkan untuk menguji reliabilitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menentukan Hipotesis

Ho = Nilai butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya

H1 = Nilai butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya

2. Menentukan nilai r tabel

Untuk Df : jumlah kasus –2, dalam hal ini Df = 94 – 2 =92. Tingkat signifikansi

10%. Diperoleh nilai r tabel = 0,133

3. Mencari r nilai

Disini r hasil adalah angka ALPHA (terletak diakhir output) di tampilkan Software

SPSS.

4. Menentukan keputusan

Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika r Alpha positif, dan r Alpha > r tabel, maka butir tersebut Reliabel

b. Jika r Alpha tidak positif, dan r Alpha < r tabel, maka butir tersebut tidak

Reliabel

4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Media Lini Atas

Tabel 4.3.1 (Tabel 1) Uji Validitas Media Lini Atas

NO. ITEM aValid

KOEFISIEN KORELASI (t tabel)

Corrected Item-Total Correlation MEDIA LINI ATAS

(r hitung)

MEDIA LINI ATAS (r tabel)

KEPUTUSAN

1 1.291 0,631 0.133 Valid 2 1.291 0,531 0.133 Valid 3 1.291 0,592 0.133 Valid 4 1.291 0,657 0.133 Valid 5 1.291 0,580 0.133 Valid 6 1.291 0,593 0.133 Valid 7 1.291 0,593 0.133 Valid 8 1.291 0,556 0.133 Valid

Page 29: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

86

9 1.291 0,520 0.133 Valid 10 1.291 0,704 0.133 Valid 11 1.291 0,559 0.133 Valid 12 1.291 0,600 0.133 Valid 13 1.291 0,684 0.133 Valid 14 1.291 0,650 0.133 Valid

Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Media Lini Atas di peroleh

kesimpulan bahwa dari 14 item yang dinyatakan valid, ada 14 item yaitu: item No. 1,

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan

derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r tabel = 0,133

Tabel 4.3.1 (Tabel 2) Reliabilitas Media Lini Atas

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya

adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh

kesimpulan bahwa 14 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,905

lebih besar dari nilai rtabel 0,133

Jadi untuk variable X1, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses

analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, dan 14.

Page 30: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

87

4.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Media Lini Bawah

Tabel 4.3.2 (Tabel 1) Uji Validitas Media Lini Bawah

NO. ITEM aValid

KOEFISIEN KORELASI (t tabel)

Corrected Item-Total Correlation

MEDIA LINI BAWAH (r hitung)

MEDIA LINI BAWAH (r tabel)

KEPUTUSAN

15 1.291 0,584 0.133 Valid 16 1.291 0,462 0.133 Valid 17 1.291 0,583 0.133 Valid 18 1.291 0,529 0.133 Valid 19 1.291 0,539 0.133 Valid 20 1.291 0,629 0.133 Valid 21 1.291 0,406 0.133 Valid 22 1.291 0,558 0.133 Valid 23 1.291 0,536 0.133 Valid 24 1.291 0,528 0.133 Valid 25 1.291 0,601 0.133 Valid

Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Media Lini Bawah di

peroleh kesimpulan bahwa dari 11 item yang dinyatakan valid, ada 11 item yaitu:

item No. 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25, dengan taraf signifikan ∂ =

0,10 dan derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r tabel = 0,133

Tabel 4.3.2 (Tabel 2) Reliabilitas Media Lini Bawah

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya

adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh

kesimpulan bahwa 11 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,853

lebih besar dari nilai rtabel 0,133

Page 31: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

88

Jadi untuk variable X2, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses

analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, dan 25.

4.3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Minat Beli Konsumen

Tabel 4.3.3 (Tabel 1) Uji Validitas Minat Beli Konsumen

NO. ITEM aValid

KOEFISIEN KORELASI (t tabel)

Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN

(r hitung)

MINAT BELI KONSUMEN

(r tabel)

KEPUTUSAN

26 1.291 0,299 0.133 Valid 27 1.291 0,350 0.133 Valid 28 1.291 0,036 0.133 Non Valid 29 1.291 0,197 0.133 Valid 30 1.291 0,231 0.133 Valid 31 1.291 0,539 0.133 Valid 32 1.291 0,468 0.133 Valid 33 1.291 0,464 0.133 Valid 34 1.291 0,315 0.133 Valid 35 1.291 0,207 0.133 Valid 36 1.291 0,196 0.133 Valid

Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di

peroleh kesimpulan bahwa dari 11 item ternyata ada 1 item yang dinyatakan tidak,

yaitu No. 28, sehingga item yang tidak valid tersebut perlu dihilangkan. Selanjutnya

diuji lagi ke-10 item pertanyaan valid, yaitu: item No. 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

35, dan 36.

Page 32: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

89

Tabel 4.3.3 (Tabel 2) Uji Validitas Minat Beli Konsumen yang kedua

NO. ITEM aValid

KOEFISIEN KORELASI (t tabel)

Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN

(r hitung)

MINAT BELI KONSUMEN

(r tabel)

KEPUTUSAN

26 1.291 0,269 0.133 Valid 27 1.291 0,316 0.133 Valid 29 1.291 0,120 0.133 Non Valid 30 1.291 0,245 0.133 Valid 31 1.291 0,538 0.133 Valid 32 1.291 0,456 0.133 Valid 33 1.291 0,479 0.133 Valid 34 1.291 0,292 0.133 Valid 35 1.291 0,243 0.133 Valid 36 1.291 0,228 0.133 Valid

Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di

peroleh kesimpulan bahwa dari 10 item ternyata ada 1 item yang dinyatakan tidak,

yaitu No. 29, sehingga item yang tidak valid tersebut perlu dihilangkan. Selanjutnya

diuji lagi ke-9 item pertanyaan valid, yaitu: item No. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35,

dan 36.

Tabel 4.3.3 (Tabel 3) Uji Validitas Minat Beli Konsumen yang ketiga

NO. ITEM aValid

KOEFISIEN KORELASI (t tabel)

Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN

(r hitung)

MINAT BELI KONSUMEN

(r tabel)

KEPUTUSAN

26 1.291 0,269 0.133 Valid 27 1.291 0,316 0.133 Valid 30 1.291 0,245 0.133 Valid 31 1.291 0,538 0.133 Valid 32 1.291 0,456 0.133 Valid 33 1.291 0,479 0.133 Valid 34 1.291 0,292 0.133 Valid 35 1.291 0,243 0.133 Valid 36 1.291 0,228 0.133 Valid

Page 33: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

90

Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di

peroleh kesimpulan bahwa dari 9 item yang dinyatakan valid, ada 9 item yaitu: item

No. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan

derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r tabel = 0,133

Tabel 4.3.3 (Tabel 4) Reliabilitas Minat Beli konsumen

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya

adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh

kesimpulan bahwa 9 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,666

lebih besar dari nilai rtabel 0,133

Jadi untuk variable Y, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses

analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34,

35, dan 36.

4.4 Teknik Analisis

4.4.1 Regresi Berganda

Dalam uji regresi berganda ini variabel independent, yaitu Media Lini Atas

dan Media Lini Bawah terhadap variabel dependen, yaitu Minat Beli Konsumen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS relase 15.0 sehingga

diketahui besarnya pengaruh variabel-variabel dependen terhadap variabel

independent.

Page 34: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

91

Tabel 4.4.1 (Tabel 1) Variables Entered/Removedb

Analisis:

Tabel Variables Entered/Removed menunjukan bahwa tidak ada variabel

yang dikeluarkan atau dengan kata lain kedua variabel independent dimasukan

dalam perhitungan regresi.

Tabel 4.4.1 (Tabel 2) Model Summary

Analisis:

1. Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel Model Summary, maka

nilai koefisien korelasinya adalah R= 0,840 (84%) yang menunjukkan bahwa

faktor Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli konsumen

memiliki hubungan yang sangat kuat karena angka R>0,5.

2. Angka R Square (koefisien determinasi) adalah 0,705 (70,5%). Hal ini berarti

70,5% Minat Beli Konsumen dipengaruhi oleh Media Lini Atas dan Media Lini

Bawah. Sedangkan sisanya 29,5% (100%-70,5% = 29,5%) dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain.

3. Standard Error of the Estimate adalah sebesar 0,23579580 (satuan yang dipakai

adalah variabel terikat/dependent yang dalam hal ini adalah Minat Beli

Page 35: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

92

konsumen). Oleh karena semakin kecil standar deviasi Minat Beli konsumen,

maka model regresi semakin baik (tepat) bertindak sebagai predicator

(memprediksi variabel dependent) Minat Beli Konsumen daripada rata-rata

keputusan (Minat Beli konsumen) itu sendiri.

Tabel 4.4.1 (Tabel 3) Anovab

Analisis:

Dari uji Anova atau F test, di dapat F hitung adalah 108,939 dengan tingkat

signifikan 0,000 karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model

regresi dapat dipakai untuk memprediksi Minat Beli Konsumen atau bisa dikatakan

Media Lini Atas dan Media Lini Bawah secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Minat Beli Konsumen.

Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa

Uji Koefisien Regresi berdasarkan probabilitas tingkat signifikan:

H0 : Koefisien regresi tidak signifikan

Page 36: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

93

H1 : Koefisien regresi signifikan

• Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.

• Jika probabilitas < 0,05, maka H1 ditolak.

Keputusan:

Terlihat bahwa pada kolom signifikansi Tabel 4.4.1 (Tabel 4), variabel X1 dan X2

mempunyai signifikan 0,000 atau probabilitas jauh dibawah 0,05, maka H0 ditolak

atau koefisien regresi signifikan, yang artinya faktor X1 dan X2 benar-benar

berpengaruh secara signifikan terhadap Minat beli Konsumen (Y).

Analisis Tabel 4.4.1 (Tabel 4):

1. Tabel selanjutnya (Coefficients) menggambarkan persamaan regresi:

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = 1,421 + 0,311 X1 + 0,300 X2

Dimana: Y = Minat Beli Konsumen

X1 = Media lini Atas

X2 = Media Lini bawah

2. Pada Persamaan regresi di atas, dapat diketahui konstanta sebesar 1,421

menyatakan bahwa tidak ada Media Lini Atas dan Media Lini Bawah, maka Minat

Beli Konsumen sebesar 1,421.

3. Koefisien regesi X1 sebesar 0,311 menyatakan bahwa setiap penambahan

(karena tanda positif) 1 Media lini Atas akan meningkatkan Minat Beli Konsumen

sebesar 0,311.

4. Koefisien regesi X2 sebesar 0,300 menyatakan bahwa setiap penambahan

(karena tanda positif) 1 Media lini Bawah akan meningkatkan Minat Beli

Konsumen sebesar 0,300.

Page 37: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

94

Tabel 4.4.1 (Tabel 5) Tests of Normality X1

Tabel 4.4.1 (Tabel 6) Tests of Normality X2

Tabel 4.4.1 (Tabel 7) Tests of Normality Y

Analisis:

Pada Tabel Tests pf Normality X1, X2, dan Y yang terdapat kolom Kolmogorov-

Smirnova bahwa baik variabel X1, X2, dan Y memiliki Signifikansi yang normal sebesar

0,200. Hasil ini lebih besar dari >0,05.

Page 38: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

95

4.4.2 Korelasi Product Moment (Korelasi Pearson)

Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations

Dimana: Y = Minat Beli Konsumen

X1 = Media Lini Atas

X2 = Media Lini Bawah

Tabel 4.4.2 (Tabel 2) Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Analisis:

1. Besar hubungan antara variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas

yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,751. Ini menandakan bahwa

Page 39: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

96

Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas memiliki hubungan yang kuat dan

berbanding lurus (angkanya positif), karena angka 0,751 berada pada kisaran

koefisien korelasi 0,60-0,799.

2. Hubungan variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah adalah

sebesar 0,751. Ini menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini

Bawah memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif).

Secara teoritis, karena korelasi antara Minat Beli Konsumen dan Media Lini

Bawah berkisar antara 0,60-0,799, maka variabel Media Lini Atas lebih

berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen.

3. Hubungan antara variabel Media Lini Atas dan Media Lini Bawah adalah sebesar

0,598. Ini menandakan bahwa hubungannya kuat dan berbanding lurus

(angkanya positif), karena 0,598 < 0,5.

4. Tingkat signifikansi koefisien satu sisi dari output menghasilkan angka 0,000.

Oleh karena angka tersebut < 0,05, maka korelasi diantara variabel Minat Beli

Konsumen dengan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sangat signifikan.

4.5 Uji Hipotesis

Tabel 4.5 Coefficientsa

Pengujian Hipotesis dilakukan untuk masing-masing variabel independent, yaitu

Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Proses pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan

perbandingan t hitung dengan t tabel.

Page 40: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

97

• Jika statistik t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

• Jika statistik t hitung < t tabel maka H0 diterima.

Nilai t hitung dapat dilihat pada Tabel 4.5 kolom t.

Statistik t tabel : Tingkat signifikansi (a) = 10%

: Derajat kebebasan (df) = jumlah data – 2 atau 94-2 = 92

: Uji dilakukan dua sisi, nilai t tabel didapat angka 1,29062

Uji Hipotesis yang dilakukan untuk masing-masing variabel independent adalah

sebagai berikut:

Hipotesis Pertama:

H0 = Tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas dengan Minat Beli Konsumen

Hexos.

H1 = Ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas dengan Minat Beli Konsumen

Hexos.

Nilai t hitung untuk Media lini Atas 6,620, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t tabel.

Karena t hitung > t tabel (6,620 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain, Ada

hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen.

Hipotesis Kedua:

H0 = Tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah dengan Minat Beli

Konsumen Hexos.

H1 = Ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah dengan Minat Beli Konsumen

Hexos.

Nilai t hitung untuk Media lini Bawah 6,622, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t tabel.

Karena t hitung > t tabel (6,622 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain, Ada

Page 41: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

98

hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah berpengaruh terhadap Minat Beli

Konsumen.

Hipotesis Ketiga:

H0 = Tidak ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah

Terhadap Minat Beli Konsumen Hexos.

H1 = Ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah Terhadap

Minat Beli Konsumen Hexos.

Nilai t hitung untuk Minat Beli Konsumen 10,598, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t

tabel. Karena t hitung > t tabel (10,598 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain,

ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli

Konsumen.

4.6 Hasil Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan Pemanfaatan Media Lini Atas

dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli Konsumen. Penelitian ini dilakukan terhadap

konsumen Hexos. Terdapat satu variabel dependen yakni, Minat Beli Konsumen dan dua

variabel independent yakni, Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Variabel-variabel tersebut

diuji dengan menggunakan metode regresi berganda dan korelasi berganda.

Dari hasil kuesioner yang terkumpul menggunakan Software SPSS versi 15.0,

dilakukan uji validitas dan reliabilitas, untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner valid atau tidak valid, serta reliable atau tidak. Selanjutnya data yang terkumpul

diuji dengan menggunakan metode regresi berganda dan korelasi berganda, maka dapat

diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

Page 42: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

99

1. Pada profile responden, dapat di simpulkan bahwa dari 94 responden yang berusia ≤ 18

tahun sebanyak 10 orang (11%), berusia 19 tahun sebanyak 11 orang (12%), berusia 20

tahun sebanyak 21 orang (22%), berusia 21 tahun sebanyak 28 orang (29%), dan yang

berusia ≥ 22 orang sebanyak 24 orang (26%). Dari 94 responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 49 orang (52%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 45

orang (48%). Dari 94 responden berdasarkan pengeluaran rutin per bulannya

didapatkan pengeluaran ≤ Rp. 300.000,00 sebanyak 14 orang (15%), pengeluaran Rp

300.000,00 – Rp. 700.000,00 sebanyak 21 orang (22%), pengeluaran Rp. 700.000,00 –

Rp. 1.100.000,00 sebanyak 20 orang (21%), pengeluaran Rp. 1.100.000,00 – Rp.

1.500.000,00 sebanyak 17 orang (18%), dan pengeluaran ≥ Rp. 1.500.000,00 sebanyak

22 orang (24%).

2. Dari Tabel 4.4.1 (Tabel 2) Model Summary, maka nilai koefisien korelasinya adalah R=

0,840 (84%) yang menunjukkan bahwa faktor Media Lini Atas dan Media Lini Bawah

terhadap Minat Beli konsumen memiliki hubungan yang sangat kuat karena angka

R>0,5.

3. Angka R Square (koefisien determinasi) adalah 0,705 (70,5%). Hal ini berarti 70,5%

Minat Beli Konsumen dipengaruhi oleh Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Sedangkan

sisanya 29,5% (100%-70,5% = 29,5%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4. Dari Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa, dapat digambarkan pada persamaan Y = 1,421

+ 0,311 X1 + 0,300 X2. Nilai yang paling besar adalah Media Lini Atas (X1) sebesar 0,311

selanjutnya adalah Media Lini Bawah (X2) sebesar 0,300.

5. Pada Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa, Koefisien regesi X1 sebesar 0,311 menyatakan

bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1% Media lini Atas akan meningkatkan

Minat Beli Konsumen sebesar 31,1%. Dan Koefisien regesi X2 sebesar 0,300 menyatakan

bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1% Media lini Bawah akan

meningkatkan Minat Beli Konsumen sebesar 30%.

Page 43: BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas

100

6. Terlihat bahwa pada kolom signifikansi Tabel 4.4.1 (Tabel 4) tepatnya dalam kolom

significance, variabel X1 dan X2 mempunyai signifikan 0,000 atau probabilitas jauh

dibawah 0,05, maka H0 ditolak atau koefisien regresi signifikan, yang artinya faktor X1

dan X2 benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap Minat beli Konsumen (Y).

7. Dari Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations, hubungan antara variabel Minat beli Konsumen

dengan Media Lini Atas koefisien korelasi adalah 0,751 (kisaran 0,60-0,799), ini

menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas memiliki hubungan

yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), sedangkan untuk variabel Minat Beli

Konsumen dengan Media Lini Bawah adalah sebesar 0,751 (kisaran 0,60-0,799), ini

menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah memiliki hubungan

yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), maka variabel Media Lini Atas dan

Media Lini Bawah sama-sama berpengaruh sebesar 0,751 terhadap Minat Beli

Konsumen.

8. Pada Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations, tingkat signifikansi koefisien satu sisi dari output

menghasilkan angka 0,000. Oleh karena angka tersebut < 0,05, maka korelasi diantara

variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sangat

signifikan.