BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun,...
Transcript of BAB IV OK - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00357-MN Bab 4.pdf · Namun,...
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah PT. Konimex.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang farmasi, tetapi Konimex juga mulai memperluas
usaha ke beberapa bidang lain seperti kembang gula, produk alami, dan makanan
ringan. Semua produk yang di produksi PT. Konimex mengandung bahan-bahan alami
untuk kesehatan konsumen karena masih dekat dengan usaha inti yaitu bidang farmasi.
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari PT. Konimex adalah:
Membangun citra merek yang kuat.
Misi dari PT. Konimex adalah:
Ditetapkannya 3MU yaitu, mutu produk, mudah diperoleh, dan murah harganya.
• Mutu, maksudnya kami harus jualan produk yang kualitasnya baik.
• Mudah, artinya kami sengaja mendistribusikan secara luas supaya
orang gampang membelinya,
• Murah, karena harganya terjangkau. Murah, tapi tidak murahan.
4.1.2 Perkembangan Perusahaan
Empat puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT. Konimex
Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha pada waktu itu adalah perdagangan
obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi
dengan serta-merta. karena sesungguhnya usaha “jual obat” telah dirintis sejak tahun
1949.
59
PT. Konimex merupakan perusahaan di Jawa Tengah yang sukses berbisnis
dalam bidang farmasi. Kebanyakan pengusaha di daerah ini sukses bermain di bisnis
jamu. Mungkin karena tuntutan teknologi produksi, bisnis farmasi ini tidak bisa dibilang
mudah. Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya.
Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas rakyat memang fantastis,
karena adanya perpanduan antara jiwa kewirausahaan dan feeling bisnis yang tajam.
Sebagai anak pedagang, sejak kecil telah terbiasa dengan bisnis, membantu orang
tuanya berjualan. Akibat banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga
pendidikannya terbengkalai.
Setelah menikah dengan Juniati pada pertengahan 1950-an, Pria kelahiran 6 Juni
1933 ini –bersama sang istri– mendirikan perusahaan di bidang usaha pedagang besar
farmasi, bernama PT. Kondang Sewu, yang menjual obat-obatan serta alat-alat
kesehatan dan laboratorium seperti mikroskop. Djoenaedi juga mendirikan Apotik
Kondang Waras, yang hingga kini masih terbesar di Solo.
Setelah menjalankan bisnis distribusi obat-obatan dan alat kesehatan beberapa
tahun, akhirnya Djoenaedi terpikir membuat obat sendiri. Guna merealisasi impiannya,
tahun 1967 Djoenaedi mengubah nama perusahaannya dari PT. Kondang Sewu menjadi
PT. Kondang Impor-Expor (disingkat Konimex). Peningkatan skala bisnis juga
dimungkinkan karena sebelumnya Djoenaedi membeli saham PT. Djasuka (Jakarta) yang
lalu digabung dalam PT. Kondang Impor Expor (Konimex) Pharmaceutical Laboratories.
Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
Djoenaedi optimis dapat memproduksi sendiri obat-obatan. Alasan lain juga karena ia
mengenal para apoteker dan ahli farmasi serta sering bertanya dan belajar tentang obat.
Sejumlah apoteker dan orang yang berpengalaman eks karyawan perusahaan Balanda
banyak yang didekatinya. Dulu, apoteker hanya belajar teori, jika akan praktik membuat
obat, bahannya tidak tersedia. Sehingga, Djoenaedi memutuskan mencari bahan, dan
60
para apoteker ini menyelesaikannya dengan membuat obat. Dari situlah akhirnya
Konimex mulai memproduksi obat sendiri.
Memasuki usia kesepuluh, skala usaha semakin besar menuntut sistem
pengelolaan yang lebih professional. Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977
mulai dilakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program
pelatihan, serta merekrut tenaga professional.
Tahun 1979 dibangun pabrik baru di Sanggrahan, sekitar lima kilometer barat
daya Surakarta. Konimex mulai berekspansi ke bisnis nonfarmasi, tetapi hanya consumer
goods. Setahun kemudian, pada tahun 1980, mengikuti peraturan pemerintah yang
mengharuskan pemisahan antara produsen obat dengan distributornya, maka didirikan
PT. Sinar Intermark. Di kompleks baru ini berdirilah pabrik kembang gula Nimm’s. ini
merupakan awal diversifikasi Konimex ke industri makanan.
Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin
banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986 didirikan perusahaan distributor yang
kedua, PT. Marga Nusantara Jaya.
Satu dasawarsa kemudian, tahun 1993, berdirilah PT. Solonat yang
memproduksi berbagai makanan ringan khusus dari bahan kacang-kacangan. Tahun
berikutnya, 1994, pabrik biscuit dan coklat Sobisco mulai didirikan.
Sejak tahun 1996, Konimex sudah menggarap pasar ekspor, antara lain Nigeria,
Singapura, Malaysia, Hong Kong, Filipina, Taiwan, Myanmar, dan Bangladesh. Tidak
mudah untuk melakukan ekspor ini. Kendalanya, nama Indonesia tidak harum.dan
berkonotasi Indonesia itu jelek, apalagi tentang mutunya. Yang pasti, Konimex tidak
menangani ekspor sendirian, tetapi menunjuk distributor lokal yang dipercaya di masing-
masing negara.
Dan saat ini, untuk mengantisipasi kecenderungan masyarakat kembali ke alam,
mulai dikembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami. Semua
61
perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tidak lepas dari kerja keras,
berkemauan untuk terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilai-nilai ini akan terus
dijaga, dalam melanjutkan perjalanan panjang menuju “Hidup Bahagia”.
4.1.3 Sistem Berjalan
Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun
tujuh puluhan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya
kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi. Konimex
juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha
inti.
Farmasi
Divisi farmasi menjadi tulang punggung kelompok usaha Konimex, saat ini telah
memiliki 59 merek produk. Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran, yaitu membangun
citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat.
Pada mulanya hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), kini juga
mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (Ethical) serta produk vitamin. Semula
sediaan obat hanya berbentuk tablet, kini memiliki berbagai variasi sediaan, seperti,
sirup, salep, krim, kapsul, serta tablet effervescent.
Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover
isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat ini, Konimex merupakan
perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan
sekali pakai dengan teknologi sterile closed system.
Beberapa merek produk farmasi Konimex yang popular di masyarakat, antara
lain Konidin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Fit-Up, Feminax, dan Braito.
62
Kembang Gula
Kembang gula menjadi pilihan pertama Konimex melakukan diversifikasi usaha
ke industri makanan sehat pada tahun 1980. Selain karena faktor peluang pasar, pilihan
ini juga dengan mempertimbangkan bahwa manajemen produksi kembang gula tak jauh
berbeda dengan farmasi.
Divisi kembang gula Nimm’s sejak berdiri telah dilengkapi dengan mesin-mesin
canggih dan mutakhir. Hal ini untuk mengantisipasi perkembangan permintaan pasar–
terutama pangsa remaja yang dinamis.
Hingga kini, Nimm’s telah mengembangkan bermacam bentuk kembang gula,
antara lain hard candy, chewy candy, deposit candy, dan compressed candy.
Inovasi dalam hal rasa juga telah menghasilkan berbagai variasi kembang gula
rasa unik. Saat ini Nimm’s memiliki 11 merek, antara lain Hexos, Nano-Nano,
Mr.Sarmento, Eski, dan Frozz.
Produk Alami
Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak
semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan
kecenderungan masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif
antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh
alam–going to nature.
Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong Konimex untuk melakukan
penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami.
Direncanakan, dalam waktu dekat produk-produk alami ini dapat beredar di masyarakat
untuk melengkapi sediaan produk Konimex. Dengan demikian, usaha “ikut
menyelamatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.
63
Makanan Ringan
Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan, memperbesar
keyakinan Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri makanan merupakan langkah
tepat. Sehingga, pada tahun 1993 didirikan PT. Solonat yang memproduksi makanan
ringan, khusus dari bahan kacang-kacangan yang sangat digemari kaum muda. Produk-
produk cemilan Solonat yang popular antara lain, Ono Nuts dan Lekker.
Langkah pengembangan Kelompok Usaha Konimex berlanjut dengan berdirinya
Sobisco pada tahun 1994. Sobisco adalah pabrik biskuit dan coklat yang dilengkapi
dengan fasilitas mesin-mesin canggih berkapasitas besar. Di antara produk-produk
Sobisco yang terkenal di masyarakat, antara lain Snips, Snaps, Wafero, Tini Wini Biti, dan
Kido. Secara keseluruhan, kedua pabrik makanan tersebut kini telah memiliki 11 merek
produk.
Dari Sanggrahan Ke Pelanggan
Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex telah melewati
mata rantai pemasaran yang panjang. Dari tahap produksi, distribusi hingga promosi,
semuanya direncanakan secara terpadu.
Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada falsafah usaha 3MU konimex,
yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu tinggi, mudah diperoleh, serta relatif
murah harganya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Mutu Produk
Prioritas pertama pada mutu produk, karena mutu yang tinggi merupakan
jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan
efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, diterapkan prosedur produksi
sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan.
64
Konimex merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang telah
mendapatkan sertifikat CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Selanjutnya, menghadapi era pasar bebas di masa yang akan datang, Konimex
mulai menetapkan manajemen mutu yang sesuai dengan tuntutan standar internasional
ISO. Dengan demikian, produk-produk konimex juga akan diterima baik di luar negeri.
Mutu yang baik tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian mutu yang
berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di Konimex dilakukan pada setiap tahap proses
produksi. Sejak kedatangan bahan baku, proses seleksi, pencampuran, pencetakan,
hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, juga selalu dipantau kestabilan
mutu produk konimex di pasar. Semua itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen
Konimex mengenai mutu.
Mudah Diperoleh
Komitmen berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat seluas-
luasnya untuk memperoleh produk-produk Konimex di mana pun mereka berada. Oleh
karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting dan harus dapat
diandalkan.
Untuk menjamin kelancaran distribusi dan memperluas wilayah jangkauan,
Konimex mendirikan dua perusahaan distributor khusus, yaitu PT. Sinar Intermark dan
PT. Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan 43 cabang di hampir
semua kota besar utama di Indonesia, serta didukung oleh ratusan armada distribusi,
sehingga semua produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga
tingkat pengecer.
Di masa mendatang, jumlah cabang akan ditambah, agar dapat menjangkau
daerah pemasaran yang lebih luas, terutama Indonesia bagian timur. Proyeksi pada
tahun ini produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh para
konsumen di berbagai pelosok Indonesia.
65
Sedangkan untuk keperluan ekspor, dirintis jalur Distribusi Asia Pasifik dengan
menunjuk distributor di masing-masing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong,
Filipina, dan Taiwan. Pasar luar negeri memang memperlihatkan peluang yang
menantang. Namun demikian, sesuai komitmen, Konimex tetap akan mengutamakan
pasar dalam negeri.
Murah Harganya
Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai falsafah
dasarnya, produk-produk konimex memang tidak dibuat sebagai barang eksklusif.
Semakin luas masyarakat pengguna produk Konimex, semakin berhasil misi “ikut
menyelamatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu produk Konimex
berstandar internasional, namun dalam kebijakan harga tetap mempertimbangkan
kemampuan lokal.
Kebijakan ini dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi
produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian, maka
produk-produk Konimex yang bermutu akan semakin mudah dijangkau oleh masyarakat
luas.
Teliti Sebelum Melangkah
Memahami customer value kini menjadi suatu keharusan untuk meraih sukses
suatu produk di pasar. Menyadari pentingnya hal itu, Konimex merasa perlu membentuk
bagian riset sendiri. Namun untuk melengkapi data, masih memanfaatkan data sekunder
dari biro riset luar, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kini, di tengah persaingan yang semakin ketat, selera dan nilai konsumen
cenderung berubah semakin cepat. Oleh karena itu, di dalam menciptakan produk baru,
penjajakan selera konsumen menjadi sangat penting. Riset konsumen, diharapkan dapat
66
mencegah pemborosan biaya pemasaran serta mengurangi risiko kegagalan produk di
pasar.
Saat ini, Konimex memiliki dua bagian riset yaitu, Product Research &
Development (R&D) serta Marketing Research (MR). Tugas-tugas pokok bagian R&D
adalah melakukan penelitian, eksperimen dan mencari berbagai kemungkinan baru untuk
mengembangkan produk-produk yang inovatif. Sedangkan bagaian Marketing Research
menyediakan informasi yang berguna bagi para eksekutif pemasaran untuk mengambil
keputusan yang tepat dalam penyusunan strategi pemasaran. Langkah riset pemasaran
ini dapat meliputi produk maupun pasar.
Manusia, Sumber Daya Utama
Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya manusia memiliki
peran sangat startegis. Mengantisipasi hal tersebut, Konimex berusaha memberdayakan
setiap karyawan agar terus mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai
program pengembangan.
Di masa persaingan mendatang, karyawan yang berkualitas, berdisiplin tinggi,
serta memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok, akan menjadi keunggulan
kompetitif perusahaan. Oleh karenanya, tanpa kecuali, mulai dari tingkat pelaksana di lini
terdepan, penyelia, pengatur, hingga tingkat pengarah, semua wajib mengikuti program
pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing.
Perhatian khusus pada program pengembangan itu mendorong Konimex untuk
memisahkan Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia dari Bagian Personalia dalam
struktur organisasi pada tahun 1995.
Pada struktur baru ini, diperkenalkan system Management Center, yaitu pusat
pengembangan dan pelatihan untuk calon pemimpin, mulai dari lini pertama di seluruh
Kelompok Usaha Konimex.
67
Untuk menjaring calon pimpinan yang berkualitas, digunakan berbagai alat
seleksi, yaitu, wawancara, tes psikologi, Leaderless group Discussion dan paket pelatihan
BASTRA (Basic Management Training).
Para manajer juga dididik untuk menjadi pelatih dan pembimbing yang baik.
Hasilnya, dalam waktu dua tahun terakhir, Konimex sudah memiliki instruktur sendiri,
antara lain untuk Paket Pelatihan Peningkatan Keterampilan Manajerial, Production
Management, Financial for Non Financial Management, Sales Force Management, The 7
Habits of Highly Effective People.
Untuk memperkuat orientasi pada perbaikan mutu, Konimex menyelenggarakan
Continuous Improvement Program yang mencakup Gugus kendali Mutu, Tim CI
(Continuous Improvement) dan Sistem Saran yang dijalankan sepanjang tahun bagi
tingkat supervisor dan tingkat di bawahnya.
Fasilitas dan jaminan keejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam
bentuk Asuaransi Kesehatan, Tunjangan Pengobatan, Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun. Bagi karyawan yang telah memenuhi
persyaratan, perusahaan juga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan
rumah. Fasilitas umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga disediakan.
Di bidang keorganisasian untuk mendukung inisiatif karyawan, dilakukan
pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (SPSI), dan Koperasi Karyawan Mandiri “SEHAT”.
Pada tahun 1967 Konimex memiliki 70 karyawan, sedangkan tahun 1997, telah
berkembang manjadi 1600 karyawan. Hal ini merupakan indikasi yang menggembirakan
bagi perkembangan usaha. Namun sekaligus juga merupakan tantangan besar
perusahaan untuk mengelola secara baik.
Perusahaan menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang
unggul, tidak ada cara lain kecuali harus melakukan berbagai pelatihan secara konsisten.
68
Di samping itu, juga akan terus mengembangkan berbagai konsep baru pembinaan SDM,
termasuk cara-cara pemeliharaan tingkat kualifikasi yang telah berhasil dicapai. Dengan
demikian, keunggulan Konimex di bidang SDM ini juga akan menjadi daya tarik yang
kuat dalam perekrutan calon-calon staf baru yang berkualitas.
Bersahabat Dengan Lingkungan
Menyadari bahwa keberadaan Konimex tidak terlepas dari lingkungan, baik
lingkungan alam, maupun lingkungan sosial, maka Konimex bukan saja peduli,
melainkan berusaha bersahabat dengan lingkungan.
Lingkungan alam, disamping memberikan daya dukungan kehidupan bagi
masyarakat luas, juga diperlukan untuk kelangsungan usaha. Kebutuhan masyarakat
terhadap air dan udara bersih misalnya, juga menjadi kebutuhan Konimex untuk industri.
Adalah wajar, bila Konimex berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan alam.
Untuk penanggulangan limbah cair, sejak awal pembangunan pabrik, Konimex
tidak segan menginvestasikan dana yang besar untuk membangun instalasi pengolahan
limbah cair sesuai standar pemerintah. Sistem pengolahan limbah cair Konimex berhasil
mendapat peringkat cukup baik dalam Proper Prokasih yang diselenggarakan oleh Badan
Pengendalian mengenai Dampak Lingkungan (Bapedal).
Demikian pula untuk limbah bentuk lain, Konimex memasang instalasi
penyaringan debu serta sistem perendam kebisingan suara mesin dan untuk memelihara
kesegaran udara, Konimex melakukan penghijauan lingkungan di kawasan pabrik.
Lingkungan sosial, ibarat kampung halaman bagi Konimex. Yaitu tempat dimana
Konimex hidup dan berkembang. Kepedulian Konimex lebih menyerupai persahabatan,
bahkan persaudaraan. Saling menenggang dan saling membantu.
Secara fisik, kepedulian tersebut diwujudkan antara lain dengan membangun
jalan beraspal berserta penerangannya di lingkungan sekitar pabrik. Kemudian,
69
membantu berbagi kegiatan masyarakat dan instansi sekitar, mengajak masyarakat
berkunjung ke pabrik untuk mengenal dan memperoleh penyuluhan tentang kesehatan.
Harmoni, itulah yang dijadikan pengikat persahabatan. Termasuk pula dalam
kebijakan pembinaan tenaga kerja. Modernisasi yang Konimex lakukan tidak
menghalangi harmonisasi dan tenaganya, keseimbangan antara kebijakan padat modal
dengan padat karya.
4.1.4 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan
1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan suatu susunan mengenai hubungan-hubungan
diantara fungsi bagian-bagian maupun personil yang menunjukan kedudukan tanggung
jawab dan wewenang di dalam suatu organisasi. Struktur organisasi dipengaruhi oleh
besarnya organisasi, bagian-bagian yang ada dalam organisasi, dan tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi. Struktur organisasi dari PT. Konimex di Jakarta dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut:
70
GAMBAR 4.1.4 STRUKTUR ORGANISASI PT. Konimex di Jakarta
Sumber: PT. Konimex di Jakarta
Field Service Manager (FSM) JABO
(JATE & JATI)
KPP
Medical Service Coordinators
Medical Service Representative
Senior Medical Representative
KPP Medan
Medical Service Coordinators
Medical Service Representative
Senior Medical Representative
Ka Sie Adm & Keu
Ethical Business Division Manager
Product Sales Manager Ethical
Product Sales Manager Occulary
Finance & Administrative Officer
Ka Sie RT & Transportasi
Penata Administrasi
Kasir
Driver
Petugas Kantor
Ka Sie Sekretariat & Keamanan
Petugas Keamanan
Sekretaris
71
2. Uraian Jabatan
Berikut adalah uraian tugas, pertanggungan jawab, dan wewenang dari masing-
masing bagian:
• MED. REPS
Tugas:
1. Penanganan sales dan grows
2. Membuat rancangan kerja harian
3. Koordinator Medical Service Coordinators (MSC), Senior Medical
Representative (SMR).
Pertanggungan jawab:
1. Pencapaian sales dan grows
2. Memberi tanggapan atau komentar atas pertanyaan-pertanyaan
PDN tentang produk atau perusahaan.
Wewenang:
1. Membawahi anak buah
2. Merancang penjualan sesuai ketentuan perusahaan
3. Mencari peluang-peluang pasar
• Field Service Manager
Tugas:
1. Memimpin kegiatan KPP
2. Joint visit / terjamin terlaksananya peraturan perusahaan
Pertanggungan jawab:
1. Terjadinya pertumbuhan pada sales dan produk availability
2. Menjadi pemimpin
3. Melakukan promosi penjualan/operasional
72
4. Asset perusahaan
5. Membentuk perilaku anak buah yang dapat menunjang
kemajuan perusahaan
6. Melakukan perbaikan kinerja
Wewenang:
1. Memberikan teguran
2. Melakukan promosi penjualan
• Medical Service Coordinators (MSC)
Tugas:
1. Memimpin kegiatan KPP
2. Joint visit / terjamin terlaksananya peraturan perusahaan
Pertanggungan jawab:
1. Terjadinya pertumbuhan pada sales dan produk availability
2. Menjadi pemimpin
3. Melakukan promosi penjualan/operasional
4. Asset perusahaan
5. Membentuk perilaku anak buah yang dapat menunjang
kemajuan perusahaan
6. Melakukan perbaikan kinerja
Wewenang:
1. Memberikan teguran
2. Melakukan promosi penjualan
73
• Senior Medical Representative (SMR)
Tugas:
1. Pencapaian sales dan grows sesuai FAT
2. Memberikan tanggapan atau komentar atas produk
Pertanggungan jawab:
1. Perbaikan kinerja kontiyu
2. Perbaikan atas peraturan perusahaan
Wewenang:
1. Memberikan teguran
2. Melakukan promosi penjualan
• Product dan Sales Manager
Tugas:
1. Menciptakan ide atau usul mengenai pengembangan produk
baru, promosi baru, dan sebagainya (STP).
2. Melakukan design pemasaran
3. Membuat product knowledge dengan fokus pada features
Pertanggungan jawab:
1. Alokasi biaya promosi penjualan dan realisasinya
2. Melakukan eveluasi penjualan pada KPP
3. Design produk baru / existing yang dievaluasi secara kontiyu
4. Membuat perencanaan kebutuhan tenaga pemasaran
Wewenang:
1. Menentukan prioritas program pemasaran produk-produk fokus
(existing, naru, mendesign, dan sebagainya)
2. Mengalokasikan besaran biaya promosi penjualan
74
3. Menghentikan program promosi penjualan yang terjadi
penyimpangan
• Ka Sie Finance & Administrative
Tugas:
1. Membuat laporan up to date pada seluruh kegiatan
2. Mengalokasikan anggaran belanja operasional dan anggaran
investasi perusahaan
3. Melakukan dan melaksanakan tugas-tugas
4. Mengembangkan dan membuat rekomendasi program perbaikan
kinerja dan anggota teamnya
Pertanggungan jawab:
1. Arus keluar masuk kas, bank tersusun perencanaan tahunan,
bulanan, mingguan / harian
2. Arus keluar masuk kas karyawan termasuk biaya-biaya
3. Bertindak sebagai wakil perusahaan dan menjaga citra
perusahaan
4. Membina perilaku anak buah
Wewenang:
1. Menentukan prioritas pembayaran sesuai perencanaan
• Ka Sie Rumah Tangga & Transportasi Kantor Ethical
Tugas:
1. Memahami semua peraturan yang berlaku
2. Mengembangkan dan membuat rekomendasi program perbaikan
kinerja sesuai peraturan yang ada
3. Melakukan tugas-tugas yang diberikan atasan
75
4. Membudayakan dan mengembangkan skill anak buah termasuk
mutasi, penilaian prestasi
5. Menerima tamu-tamu perusahaan
6. Atur pemeliharaan kendaraan secara periodik
Pertanggungan jawab:
1. Membina perilaku yang terfokus pada kepuasan pelanggan
2. Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam event tertentu di luar
perusahaan sesuai tugasnya
3. Menjaga citra perusahaan dengan menjaga semua kerahasian
perusahaan
Wewenang:
1. Menentukan prioritas bagi kendaraan yang akan digunakan
2. Menentukan atau mengantar yang bertugas
4.1.5 Keunggulan Bersaing/Porter Analisis
Dalam menganalisis kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kondisi persaingan
bisnis perusahaan dapat digunakan pendekatan lima kekuatan persaingan yang
dikemukan oleh Michael Porter. Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan
daya tarik laba jangka panjang intrinsick dari suatu pasar atau segmen pasar. Analisis
Porter pada PT. Konimex dapat diuraikan sebagai berikut:
Ancaman Pendatang Baru:
Yang merupakan ancaman pendatang baru bagi Hexos adalah Wybert,
Fisherman’s friend, davos (PT. Slamet Langgeng), golia, Relaxa, Woods (PT. Kalbe
Farma), Tolak Angin (PT. Sido Muncul), dan masih banyak lagi. Awalnya merek-merek
tersebut bermain di pasarlain seperti jamu, obat-obatan, dan kembang gula (permen)
76
biasa, namun belakangan mereka juga bermain di pasar permen untuk kesehatan. Para
pendatang baru ini menjadi ancaman bagi Konimex, karena mereka juga bermain dalam
segmen pasar menengah ke bawah dan mereka menawarkan produk kembang gula
dengan harga, fungsi, mutu, segmen yang hampir sama dengan Konimex.
Konimex perlu berhati-hati dengan ancaman pendatang baru ini, mengingat
dewasa ini konsumen menjadi agak selektif dalam memilih produk kembang gula,
apalagi untuk konsumen menengah ke bawah yang sangat sensitive terhadap harga.
Harga yang relatif lebih murah, konsumen tentu akan berpindah kepada pendatang baru
ini.
Ancaman Produk Pengganti:
Produk kembang gula yang sudah beredar sebelumnya dapat menjadi ancaman
bagi Konimex. Dewasa ini, tuntutan kebutuhan hidup semakin berat, menyebabkan
konsumen akan menjadi semakin selektif dalam menentukan prioritas untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Jika konsumen tidak mendapatkan kepuasan dengan mengkonsumsi
suatu merek kembang gula (permen) tertentu maka konsumen akan kembali membeli
merek kembang gula lainnya, supaya apa yang mereka cari dapat tercapai sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok:
Yang merupakan pemasok bagi Hexos adalah produsen produk dalam bentuk
divisi kembang gula Nimm’s. Pemasok Hexos adalah berasal dari pemasok lokal. Yang
merupakan pemasok untuk Hexos adalah PT. Konimex yang berada di Solo.
Kekuatan tawar menawar pemasok untuk Hexos dapat dikatakan cukup rendah,
mengingat produk-produk dari pemasok tersebut merupakan produk kebutuhan
dasaryang tersedia di toko-toko, mini market, dan swalayan, dan Hexos bukanlah barang
langka, lagipula variasi rasa yang ditawarkan di pasar juga sangat beragam.
77
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli:
Pembeli disini adalah perorangan atau individu. Kekuatan posisi tawar menawar
pembeli berkembang jika mereka menjadi lebih terkonsentrasi atau terorganisir, produk
tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tersebut tidak
terdiferensiasi, biaya perpindahan ke pemasok atau produk lain rendah, pembeli peka
terhadap harga karena laba yang rendah. Jadi, kekuatan tawar menawar pembeli untuk
industri produk ini dapat dikatakan relatif kuat mengingat target permen Hexos adalah
kalangan menengah ke bawah yang peka terhadap harga.
Untuk melindungi diri, Hexos dapat memilih pembeli yang memiliki kekuatan
posisi tawar paling rendah atau pembeli yang loyal. Pertahanan yang lebih baik adalah
mengembangkan tawaran unggul yang tidak dapat di tolak oleh para pembeli yang kuat.
Persaingan Sesama Industri:
Persaingan antar perusahaan sesama di dalam industri ini dapat dikatakan cukup
berat. Pesaing Hexos antara lain Woods (PT. Kalbe Farma), Tolak Angin (PT. Sido
Muncul), Relaxa, dan lainnya.
Di kelas diversivikasi ini, Hexos dan nano-nano masih menjadi yang terbaik
dalam hal kembang gula. Berdasarkan data yang diperoleh dari SWA No. 19/XX/16-29
September 2004, Konimex memiliki sejumlah merek yang terbilang populer di semua
lapisan masyarakat seperti Konidin, Inza, Nano-Nano, Hexos, Frozz, Paramex, dan lain-
lain. Kinerja sejumlah merek tersebut sebenarnya relatif bisa terlihat dari aktivitas
pemasaran yang dilakukan dan kondisi produk tersebut di lapangan, termasuk bujet
iklan. Menurut Nielsen Media Research (NMR), Hexos mencatat total belanja iklannya
sepanjang tahun 2003 mencapai Rp 5,82 miliar, sedangkan periode Januari-Juli 2004
mencapai Rp 4,12 miliar sehingga ditaksir bujet iklan tahun ini lebih besar daripada
tahun sebelumnya.
78
Dalam hal ini yang menjadi pesaing utama bagi Hexos adalah produk permen
pelega tenggorokan yang melakukan diversifikasi ke permen penyegar pernafasan dan
dengan kemasan satuan, misalnya Golia dan Blaster. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Majalah Marketing tahun 2008, dimana Top Of Mind (TOM) dari permen Hexos
sebesar 3,4%, permen Golia sebasar 3,2%, sedangkan permen Blaster sebesar 3,5%.
Bentuk model lima kekuatan Porter adalah sebagai berikut:
GAMBAR 4.1.5 Lima Kekuatan yang Menentukan Daya tarik Struktural Segmen
Sumber: Philip Kotler (2005, p.266)
Kemungkinan masuknya pesaing/pendatang baru
Persaingan antar perusahaan/industri
sejenis Kekuatan tawar
menawar penjual/pemasok
Kekuatan tawar menawar
pembeli/konsumen
Potensi pengembangan produk pengganti/substitusi
79
4.2 Profile Responden
Berikut merupakan profile responden yang terkait dengan beberapa variabel
responden dari yang dilaksanakan tentang media lini atas, media lini bawah, dan minat
beli konsumen yang melibatkan 94 orang responden.
4.2.1 Responden Berdasarkan Umur
Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil
responden berdasarkan umur.
Keterangan: 1. ≤ 18 tahun
2. 19 tahun
3. 20 tahun
4. 21 tahun
5. ≥ 22 tahun
Tabel 4.2.1 Usia
No
Usia
Frequency
Percent
1 ≤ 18 tahun 10 Orang 10.63%
2 19 tahun 11 Orang 11.70%
3 20 tahun 21 Orang 22.34%
4 21 tahun 28 Orang 29.78%
5 ≥ 22 tahun 24 Orang 25.53%
Total 94 Orang 100% Sumber: Data Kuesioner
80
26%
29%
11%12%
22%
≤ 18 tahun19 tahun20 tahun21 tahun≥ 22 tahun
Gambar 4.2.1 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan Umur
Sumber: Data Kuesioner
Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah
mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.1 dan Gambar
4.2.1, yang berusia ≤ 18 tahun sebanyak 10 orang atau 11 %, berusia 19 tahun
sebanyak 11 orang atau 12 %, berusia 20 tahun sebanyak 21 orang atau 22 %, berusia
21 tahun sebanyak 28 orang atau 29 %, dan yang berusia diatas 22 tahun sebanyak 24
orang atau 26 %.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa permen
Hexos lebih diminati pada segmen usia 21 tahun yaitu sebanyak 28 orang. Walaupun
ternyata ada beberapa usia diatas atau dibawah dari dari segmen yang mengkonsumsi
permen Hexos, namun yang lebih cenderung adalah mereka yang berusia 21 tahun. Hal
ini dikarenakan sasaran segmen permen Hexos adalah memang anak muda yang
dinamis. Penelitian ini juga sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini.
81
4.2.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil
responden berdasarkan jenis kelamin
Keterangan: 1. Laki-laki
2. Perempuan
Tabel 4.2.2 Jenis Kelamin
Sumber: Data Kuesioner
52%
48%Laki-laki
Perempuan
Gambar 4.2.2 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan jenis kelamin
Sumber: Data Kuesioner
No
Jenis Kelamin
Frequency
Percent
1 Laki-laki 49 Orang 52.12%
2 Perempuan 45 Orang 47.87%
Total 94 Orang 100%
82
Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah
mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.2 dan Gambar
4.2.2, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang atau 52 % dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 45 orang atau 48 %.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa permen
Hexos lebih cenderung diminati laki-laki. Hal ini juga berkaitan dengan usia, dimana laki-
laki muda dan biasanya yang suka merokok lebih cenderung memilih Hexos karena
rasanya yang segar di tenggorokan sebagai pengganti untuk menghilangkan mulut asam
karena tidak merokok. Penelitian ini juga sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini.
4.2.3 Responden Berdasarkan Pengeluaran Rutin Per Bulan
Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil
responden berdasarkan pengeluaran rutin per bulan.
Keterangan: 1. ≤ Rp. 300.000,00
2. Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00
3. Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00
4. Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00
5. ≥ Rp. 1.500.000,00
Tabel 4.2.3 Pengeluaran per bulan
No
Pengeluaran
Frequency
Percent
1 ≤ Rp. 300.000,00 14 Orang 14.89%2 Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 21 Orang 22.34%3 Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00 20 Orang 21.27%4 Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00 17 Orang 18.08%
5 ≥ Rp. 1.500.000,00 22 Orang 23.40%Total 94 Orang 100%
Sumber: Data Kuesioner
83
15%
22%21%
18%
24%
≤ Rp. 300.000,00
Rp. 300.000,00 –Rp. 700.000,00Rp. 700.000,00 –Rp 1.100.000,00Rp. 1.100.000,00 –Rp. 1.500.000,00≥ Rp.1.500.000,00
Gambar 4.2.3 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran per bulan
Sumber: Data Kuesioner
Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah
mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.5 dan Gambar
4.2.5, pengeluaran rutin per bulan yang sebesar ≤ Rp. 300.000,00 sebanyak 14 orang
atau 15 %, Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 sebanyak 21 orang atau 22 %, Rp.
700.000,00 – Rp 1.100.000,00 sebanyak 20 orang atau 21 %, Rp. 1.100.000,00 – Rp.
1.500.000,00 sebanyak 17 orang atau 18 %, dan lebih besar dari Rp. 1.500.000,00
sebanyak 22 orang atau 24 %.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
responden permen Hexos cenderung memiliki pengeluaran rutin per bulan ≥ Rp.
1.500.000,00 hal ini juga berkaitan erat dengan hasil penelitian diatas, dimana
sebelumnya dikatakan bahwa yang mengkonsumsi permen Hexos lebih cenderung anak
muda yang berusia 21 tahun. Dimana penghasilan yang mereka peroleh mungkin diatas
84
rata-rata yang akhirnya mempengaruhi pengeluaran rutin mereka atau alasan lain seperti
mereka mulai mencoba-coba bekerja part time, menjadi asisten pengajar lab.
menejemen, sehingga mereka mendapatkan penghasilan lebih selain dari orang tua
mereka.
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Umar (2005, p.190), uji validitas dan reliabilitas sangat disarankan agar
jumlah responden untuk diuji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini,
distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Dalam penelitian ini menggunakan
94 orang sebagai responden.
Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho = Nilai butir berkorelasi positif dengan nilai faktor
H1 = Nilai butir tidak berkorelasi positif dengan nilai faktor
2. Menentukan nilai r tabel
Untuk Df : jumlah kasus –2, dalam hal ini Df = 94 – 2 =92. Tingkat signifikansi
10%. Diperoleh nilai r tabel = 0,133
3. Mencari r nilai
Masukkan data jawaban responden untuk diolah dengan Software SPSS. Disini r hasil
untuk tiap item bisa dilihat pada kolom CORRECTED ITEM _ TOTAL CORELATION
dari tampilan Software SPSS.
4. Menentukan keputusan
Dasar pengambilan keputusan:
• Jika r hasil positif, dan r hasil > r tabel, maka butir tersebut valid
• Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir tersebut tidak valid
85
Sedangkan untuk menguji reliabilitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho = Nilai butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya
H1 = Nilai butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya
2. Menentukan nilai r tabel
Untuk Df : jumlah kasus –2, dalam hal ini Df = 94 – 2 =92. Tingkat signifikansi
10%. Diperoleh nilai r tabel = 0,133
3. Mencari r nilai
Disini r hasil adalah angka ALPHA (terletak diakhir output) di tampilkan Software
SPSS.
4. Menentukan keputusan
Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika r Alpha positif, dan r Alpha > r tabel, maka butir tersebut Reliabel
b. Jika r Alpha tidak positif, dan r Alpha < r tabel, maka butir tersebut tidak
Reliabel
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Media Lini Atas
Tabel 4.3.1 (Tabel 1) Uji Validitas Media Lini Atas
NO. ITEM aValid
KOEFISIEN KORELASI (t tabel)
Corrected Item-Total Correlation MEDIA LINI ATAS
(r hitung)
MEDIA LINI ATAS (r tabel)
KEPUTUSAN
1 1.291 0,631 0.133 Valid 2 1.291 0,531 0.133 Valid 3 1.291 0,592 0.133 Valid 4 1.291 0,657 0.133 Valid 5 1.291 0,580 0.133 Valid 6 1.291 0,593 0.133 Valid 7 1.291 0,593 0.133 Valid 8 1.291 0,556 0.133 Valid
86
9 1.291 0,520 0.133 Valid 10 1.291 0,704 0.133 Valid 11 1.291 0,559 0.133 Valid 12 1.291 0,600 0.133 Valid 13 1.291 0,684 0.133 Valid 14 1.291 0,650 0.133 Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Media Lini Atas di peroleh
kesimpulan bahwa dari 14 item yang dinyatakan valid, ada 14 item yaitu: item No. 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan
derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r tabel = 0,133
Tabel 4.3.1 (Tabel 2) Reliabilitas Media Lini Atas
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya
adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh
kesimpulan bahwa 14 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,905
lebih besar dari nilai rtabel 0,133
Jadi untuk variable X1, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, dan 14.
87
4.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Media Lini Bawah
Tabel 4.3.2 (Tabel 1) Uji Validitas Media Lini Bawah
NO. ITEM aValid
KOEFISIEN KORELASI (t tabel)
Corrected Item-Total Correlation
MEDIA LINI BAWAH (r hitung)
MEDIA LINI BAWAH (r tabel)
KEPUTUSAN
15 1.291 0,584 0.133 Valid 16 1.291 0,462 0.133 Valid 17 1.291 0,583 0.133 Valid 18 1.291 0,529 0.133 Valid 19 1.291 0,539 0.133 Valid 20 1.291 0,629 0.133 Valid 21 1.291 0,406 0.133 Valid 22 1.291 0,558 0.133 Valid 23 1.291 0,536 0.133 Valid 24 1.291 0,528 0.133 Valid 25 1.291 0,601 0.133 Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Media Lini Bawah di
peroleh kesimpulan bahwa dari 11 item yang dinyatakan valid, ada 11 item yaitu:
item No. 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25, dengan taraf signifikan ∂ =
0,10 dan derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r tabel = 0,133
Tabel 4.3.2 (Tabel 2) Reliabilitas Media Lini Bawah
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya
adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh
kesimpulan bahwa 11 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,853
lebih besar dari nilai rtabel 0,133
88
Jadi untuk variable X2, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, dan 25.
4.3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Minat Beli Konsumen
Tabel 4.3.3 (Tabel 1) Uji Validitas Minat Beli Konsumen
NO. ITEM aValid
KOEFISIEN KORELASI (t tabel)
Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN
(r hitung)
MINAT BELI KONSUMEN
(r tabel)
KEPUTUSAN
26 1.291 0,299 0.133 Valid 27 1.291 0,350 0.133 Valid 28 1.291 0,036 0.133 Non Valid 29 1.291 0,197 0.133 Valid 30 1.291 0,231 0.133 Valid 31 1.291 0,539 0.133 Valid 32 1.291 0,468 0.133 Valid 33 1.291 0,464 0.133 Valid 34 1.291 0,315 0.133 Valid 35 1.291 0,207 0.133 Valid 36 1.291 0,196 0.133 Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di
peroleh kesimpulan bahwa dari 11 item ternyata ada 1 item yang dinyatakan tidak,
yaitu No. 28, sehingga item yang tidak valid tersebut perlu dihilangkan. Selanjutnya
diuji lagi ke-10 item pertanyaan valid, yaitu: item No. 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
35, dan 36.
89
Tabel 4.3.3 (Tabel 2) Uji Validitas Minat Beli Konsumen yang kedua
NO. ITEM aValid
KOEFISIEN KORELASI (t tabel)
Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN
(r hitung)
MINAT BELI KONSUMEN
(r tabel)
KEPUTUSAN
26 1.291 0,269 0.133 Valid 27 1.291 0,316 0.133 Valid 29 1.291 0,120 0.133 Non Valid 30 1.291 0,245 0.133 Valid 31 1.291 0,538 0.133 Valid 32 1.291 0,456 0.133 Valid 33 1.291 0,479 0.133 Valid 34 1.291 0,292 0.133 Valid 35 1.291 0,243 0.133 Valid 36 1.291 0,228 0.133 Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di
peroleh kesimpulan bahwa dari 10 item ternyata ada 1 item yang dinyatakan tidak,
yaitu No. 29, sehingga item yang tidak valid tersebut perlu dihilangkan. Selanjutnya
diuji lagi ke-9 item pertanyaan valid, yaitu: item No. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
dan 36.
Tabel 4.3.3 (Tabel 3) Uji Validitas Minat Beli Konsumen yang ketiga
NO. ITEM aValid
KOEFISIEN KORELASI (t tabel)
Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN
(r hitung)
MINAT BELI KONSUMEN
(r tabel)
KEPUTUSAN
26 1.291 0,269 0.133 Valid 27 1.291 0,316 0.133 Valid 30 1.291 0,245 0.133 Valid 31 1.291 0,538 0.133 Valid 32 1.291 0,456 0.133 Valid 33 1.291 0,479 0.133 Valid 34 1.291 0,292 0.133 Valid 35 1.291 0,243 0.133 Valid 36 1.291 0,228 0.133 Valid
90
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di
peroleh kesimpulan bahwa dari 9 item yang dinyatakan valid, ada 9 item yaitu: item
No. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan
derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r tabel = 0,133
Tabel 4.3.3 (Tabel 4) Reliabilitas Minat Beli konsumen
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya
adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh
kesimpulan bahwa 9 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,666
lebih besar dari nilai rtabel 0,133
Jadi untuk variable Y, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34,
35, dan 36.
4.4 Teknik Analisis
4.4.1 Regresi Berganda
Dalam uji regresi berganda ini variabel independent, yaitu Media Lini Atas
dan Media Lini Bawah terhadap variabel dependen, yaitu Minat Beli Konsumen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS relase 15.0 sehingga
diketahui besarnya pengaruh variabel-variabel dependen terhadap variabel
independent.
91
Tabel 4.4.1 (Tabel 1) Variables Entered/Removedb
Analisis:
Tabel Variables Entered/Removed menunjukan bahwa tidak ada variabel
yang dikeluarkan atau dengan kata lain kedua variabel independent dimasukan
dalam perhitungan regresi.
Tabel 4.4.1 (Tabel 2) Model Summary
Analisis:
1. Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel Model Summary, maka
nilai koefisien korelasinya adalah R= 0,840 (84%) yang menunjukkan bahwa
faktor Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli konsumen
memiliki hubungan yang sangat kuat karena angka R>0,5.
2. Angka R Square (koefisien determinasi) adalah 0,705 (70,5%). Hal ini berarti
70,5% Minat Beli Konsumen dipengaruhi oleh Media Lini Atas dan Media Lini
Bawah. Sedangkan sisanya 29,5% (100%-70,5% = 29,5%) dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
3. Standard Error of the Estimate adalah sebesar 0,23579580 (satuan yang dipakai
adalah variabel terikat/dependent yang dalam hal ini adalah Minat Beli
92
konsumen). Oleh karena semakin kecil standar deviasi Minat Beli konsumen,
maka model regresi semakin baik (tepat) bertindak sebagai predicator
(memprediksi variabel dependent) Minat Beli Konsumen daripada rata-rata
keputusan (Minat Beli konsumen) itu sendiri.
Tabel 4.4.1 (Tabel 3) Anovab
Analisis:
Dari uji Anova atau F test, di dapat F hitung adalah 108,939 dengan tingkat
signifikan 0,000 karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi dapat dipakai untuk memprediksi Minat Beli Konsumen atau bisa dikatakan
Media Lini Atas dan Media Lini Bawah secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Minat Beli Konsumen.
Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa
Uji Koefisien Regresi berdasarkan probabilitas tingkat signifikan:
H0 : Koefisien regresi tidak signifikan
93
H1 : Koefisien regresi signifikan
• Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
• Jika probabilitas < 0,05, maka H1 ditolak.
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom signifikansi Tabel 4.4.1 (Tabel 4), variabel X1 dan X2
mempunyai signifikan 0,000 atau probabilitas jauh dibawah 0,05, maka H0 ditolak
atau koefisien regresi signifikan, yang artinya faktor X1 dan X2 benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap Minat beli Konsumen (Y).
Analisis Tabel 4.4.1 (Tabel 4):
1. Tabel selanjutnya (Coefficients) menggambarkan persamaan regresi:
Y = a + b1X1 + b2X2
Y = 1,421 + 0,311 X1 + 0,300 X2
Dimana: Y = Minat Beli Konsumen
X1 = Media lini Atas
X2 = Media Lini bawah
2. Pada Persamaan regresi di atas, dapat diketahui konstanta sebesar 1,421
menyatakan bahwa tidak ada Media Lini Atas dan Media Lini Bawah, maka Minat
Beli Konsumen sebesar 1,421.
3. Koefisien regesi X1 sebesar 0,311 menyatakan bahwa setiap penambahan
(karena tanda positif) 1 Media lini Atas akan meningkatkan Minat Beli Konsumen
sebesar 0,311.
4. Koefisien regesi X2 sebesar 0,300 menyatakan bahwa setiap penambahan
(karena tanda positif) 1 Media lini Bawah akan meningkatkan Minat Beli
Konsumen sebesar 0,300.
94
Tabel 4.4.1 (Tabel 5) Tests of Normality X1
Tabel 4.4.1 (Tabel 6) Tests of Normality X2
Tabel 4.4.1 (Tabel 7) Tests of Normality Y
Analisis:
Pada Tabel Tests pf Normality X1, X2, dan Y yang terdapat kolom Kolmogorov-
Smirnova bahwa baik variabel X1, X2, dan Y memiliki Signifikansi yang normal sebesar
0,200. Hasil ini lebih besar dari >0,05.
95
4.4.2 Korelasi Product Moment (Korelasi Pearson)
Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations
Dimana: Y = Minat Beli Konsumen
X1 = Media Lini Atas
X2 = Media Lini Bawah
Tabel 4.4.2 (Tabel 2) Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Analisis:
1. Besar hubungan antara variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas
yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,751. Ini menandakan bahwa
96
Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas memiliki hubungan yang kuat dan
berbanding lurus (angkanya positif), karena angka 0,751 berada pada kisaran
koefisien korelasi 0,60-0,799.
2. Hubungan variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah adalah
sebesar 0,751. Ini menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini
Bawah memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif).
Secara teoritis, karena korelasi antara Minat Beli Konsumen dan Media Lini
Bawah berkisar antara 0,60-0,799, maka variabel Media Lini Atas lebih
berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen.
3. Hubungan antara variabel Media Lini Atas dan Media Lini Bawah adalah sebesar
0,598. Ini menandakan bahwa hubungannya kuat dan berbanding lurus
(angkanya positif), karena 0,598 < 0,5.
4. Tingkat signifikansi koefisien satu sisi dari output menghasilkan angka 0,000.
Oleh karena angka tersebut < 0,05, maka korelasi diantara variabel Minat Beli
Konsumen dengan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sangat signifikan.
4.5 Uji Hipotesis
Tabel 4.5 Coefficientsa
Pengujian Hipotesis dilakukan untuk masing-masing variabel independent, yaitu
Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Proses pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel.
97
• Jika statistik t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.
• Jika statistik t hitung < t tabel maka H0 diterima.
Nilai t hitung dapat dilihat pada Tabel 4.5 kolom t.
Statistik t tabel : Tingkat signifikansi (a) = 10%
: Derajat kebebasan (df) = jumlah data – 2 atau 94-2 = 92
: Uji dilakukan dua sisi, nilai t tabel didapat angka 1,29062
Uji Hipotesis yang dilakukan untuk masing-masing variabel independent adalah
sebagai berikut:
Hipotesis Pertama:
H0 = Tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas dengan Minat Beli Konsumen
Hexos.
H1 = Ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas dengan Minat Beli Konsumen
Hexos.
Nilai t hitung untuk Media lini Atas 6,620, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t tabel.
Karena t hitung > t tabel (6,620 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain, Ada
hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen.
Hipotesis Kedua:
H0 = Tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah dengan Minat Beli
Konsumen Hexos.
H1 = Ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah dengan Minat Beli Konsumen
Hexos.
Nilai t hitung untuk Media lini Bawah 6,622, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t tabel.
Karena t hitung > t tabel (6,622 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain, Ada
98
hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah berpengaruh terhadap Minat Beli
Konsumen.
Hipotesis Ketiga:
H0 = Tidak ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah
Terhadap Minat Beli Konsumen Hexos.
H1 = Ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah Terhadap
Minat Beli Konsumen Hexos.
Nilai t hitung untuk Minat Beli Konsumen 10,598, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t
tabel. Karena t hitung > t tabel (10,598 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain,
ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli
Konsumen.
4.6 Hasil Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan Pemanfaatan Media Lini Atas
dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli Konsumen. Penelitian ini dilakukan terhadap
konsumen Hexos. Terdapat satu variabel dependen yakni, Minat Beli Konsumen dan dua
variabel independent yakni, Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Variabel-variabel tersebut
diuji dengan menggunakan metode regresi berganda dan korelasi berganda.
Dari hasil kuesioner yang terkumpul menggunakan Software SPSS versi 15.0,
dilakukan uji validitas dan reliabilitas, untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner valid atau tidak valid, serta reliable atau tidak. Selanjutnya data yang terkumpul
diuji dengan menggunakan metode regresi berganda dan korelasi berganda, maka dapat
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
99
1. Pada profile responden, dapat di simpulkan bahwa dari 94 responden yang berusia ≤ 18
tahun sebanyak 10 orang (11%), berusia 19 tahun sebanyak 11 orang (12%), berusia 20
tahun sebanyak 21 orang (22%), berusia 21 tahun sebanyak 28 orang (29%), dan yang
berusia ≥ 22 orang sebanyak 24 orang (26%). Dari 94 responden yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 49 orang (52%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 45
orang (48%). Dari 94 responden berdasarkan pengeluaran rutin per bulannya
didapatkan pengeluaran ≤ Rp. 300.000,00 sebanyak 14 orang (15%), pengeluaran Rp
300.000,00 – Rp. 700.000,00 sebanyak 21 orang (22%), pengeluaran Rp. 700.000,00 –
Rp. 1.100.000,00 sebanyak 20 orang (21%), pengeluaran Rp. 1.100.000,00 – Rp.
1.500.000,00 sebanyak 17 orang (18%), dan pengeluaran ≥ Rp. 1.500.000,00 sebanyak
22 orang (24%).
2. Dari Tabel 4.4.1 (Tabel 2) Model Summary, maka nilai koefisien korelasinya adalah R=
0,840 (84%) yang menunjukkan bahwa faktor Media Lini Atas dan Media Lini Bawah
terhadap Minat Beli konsumen memiliki hubungan yang sangat kuat karena angka
R>0,5.
3. Angka R Square (koefisien determinasi) adalah 0,705 (70,5%). Hal ini berarti 70,5%
Minat Beli Konsumen dipengaruhi oleh Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Sedangkan
sisanya 29,5% (100%-70,5% = 29,5%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4. Dari Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa, dapat digambarkan pada persamaan Y = 1,421
+ 0,311 X1 + 0,300 X2. Nilai yang paling besar adalah Media Lini Atas (X1) sebesar 0,311
selanjutnya adalah Media Lini Bawah (X2) sebesar 0,300.
5. Pada Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa, Koefisien regesi X1 sebesar 0,311 menyatakan
bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1% Media lini Atas akan meningkatkan
Minat Beli Konsumen sebesar 31,1%. Dan Koefisien regesi X2 sebesar 0,300 menyatakan
bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1% Media lini Bawah akan
meningkatkan Minat Beli Konsumen sebesar 30%.
100
6. Terlihat bahwa pada kolom signifikansi Tabel 4.4.1 (Tabel 4) tepatnya dalam kolom
significance, variabel X1 dan X2 mempunyai signifikan 0,000 atau probabilitas jauh
dibawah 0,05, maka H0 ditolak atau koefisien regresi signifikan, yang artinya faktor X1
dan X2 benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap Minat beli Konsumen (Y).
7. Dari Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations, hubungan antara variabel Minat beli Konsumen
dengan Media Lini Atas koefisien korelasi adalah 0,751 (kisaran 0,60-0,799), ini
menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas memiliki hubungan
yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), sedangkan untuk variabel Minat Beli
Konsumen dengan Media Lini Bawah adalah sebesar 0,751 (kisaran 0,60-0,799), ini
menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah memiliki hubungan
yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), maka variabel Media Lini Atas dan
Media Lini Bawah sama-sama berpengaruh sebesar 0,751 terhadap Minat Beli
Konsumen.
8. Pada Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations, tingkat signifikansi koefisien satu sisi dari output
menghasilkan angka 0,000. Oleh karena angka tersebut < 0,05, maka korelasi diantara
variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sangat
signifikan.