BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL...

13
82 BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA Bab keempat yang merupakan hasil kajian penulis terhadap fakta-fakta historis sekitar peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 pada bab-bab sebelumnya ini, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengupas permasalahan penelitian tentang nilai historis naskah proklamasi yang otentik dan keterkaitannya dengan nilai-nilai pendidikan nasionalisme bangsa Indonesia. Dalam kaitan tersebut pembahasannya dituangkan ke dalam dua sub-bab yang menjelaskan tentang nilai-nilai historis yang terkandung di dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia serta nilai-nilai pendidikan nasionalisme bangsa Indonesia dan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia, sebagai berikut : A. Nilai-nilai Historis yang Terkandung di dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Fakta-fakta historis di dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, antara lain dapat ditelaah melalui visualisasi sebagai berikut : 1. Visualisasi “Teks Proklamasi yang klad” (lampiran – gambar 1). Pada visualisasi teks proklamasi yang “klad” (tulisan tangan Ir. Soekarno) tersebut, terlihat adanya dua kata yang dalam penulisannnya dicoret atau dikoreksi, yaitu kata “pemindahan” dan kata PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL...

Page 1: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

82

BAB IV

NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN

KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

NASIONALISME BANGSA INDONESIA

Bab keempat yang merupakan hasil kajian penulis terhadap fakta-fakta

historis sekitar peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus

1945 pada bab-bab sebelumnya ini, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengupas

permasalahan penelitian tentang nilai historis naskah proklamasi yang otentik dan

keterkaitannya dengan nilai-nilai pendidikan nasionalisme bangsa Indonesia.

Dalam kaitan tersebut pembahasannya dituangkan ke dalam dua sub-bab yang

menjelaskan tentang nilai-nilai historis yang terkandung di dalam peristiwa

proklamasi kemerdekaan Indonesia serta nilai-nilai pendidikan nasionalisme

bangsa Indonesia dan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia, sebagai

berikut :

A. Nilai-nilai Historis yang Terkandung di dalam Peristiwa Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia

Fakta-fakta historis di dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta,

antara lain dapat ditelaah melalui visualisasi sebagai berikut :

1. Visualisasi “Teks Proklamasi yang klad” (lampiran – gambar 1).

Pada visualisasi teks proklamasi yang “klad” (tulisan tangan Ir.

Soekarno) tersebut, terlihat adanya dua kata yang dalam penulisannnya

dicoret atau dikoreksi, yaitu kata “pemindahan” dan kata

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

83

“diselenggarakan”, serta diakhiri dengan kalimat “Wakil-2 bangsa

Indonesia” (tanpa tanda tangan).

Naskah proklamasi tulisan tangan ini dirumuskan oleh tiga orang

pimpinan golongan tua, yakni Soekarno, Hatta, dan Akhmad Subardjo

dengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

M. Diah dan “Mbah” Diro serta beberapa orang Jepang. Para tokoh

golongan tua tersebut duduk menyendiri di kamar makan rumah

Laksamana Maeda, yang terletak di Jalan Imam Bonjol no. 1 Jakarta

(kini menjadi tempat kediaman Duta Besar Inggris), sedangkan tokoh-

tokoh pemuda lainnya menunggu di serambi muka. Yang menuliskan

“klad”-nya adalah Soekarno, sedangkan Hatta dan Akhmad Subardjo

menyumbangkan pemikirannya secara lisan. Sebagai hasil perbincangan

mereka bertiga itulah diperoleh rumusan teks proklamasi tulisan tangan

Soekarno (Nugroho Notosusanto, 1978: 15).

Nilai historis yang dapat disimpulkan dari visualisasi naskah

Proklamasi yang berupa tulisan tangan Soekarno tersebut,

menggambarkan bahwa naskah proklamasi yang “klad” bukan

dirumuskan oleh Bung Karno seorang diri, melainkan merupakan hasil

pemikiran para tokoh golongan tua (Soekarno, Hatta, dan Akhmad

Subardjo). Hal ini juga menggambarkan adanya nilai permusyawaratan

dalam bentuk tukar-pendapat di antara para tokoh golongan tua dalam

mengambil keputusan guna merumuskan redaksional naskah proklamasi.

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

84

2. Visualisasi “Teks Proklamasi yang Otentik” (lampiran –

gambar 2).

Pada visualisasi teks proklamasi yang otentik (tik-tikan) tersebut,

terlihat adanya tiga perubahan penulisan kata dan kalimat, yaitu kata

“tempoh” diganti menjadi “tempo”, pada bagian akhir kalimat “wakil-

wakil bangsa Indonesia” diganti dengan “Atas nama bangsa Indonesia”,

sedangkan cara penulisan tanggal dirubah sedikit menjadi “Djakarta, hari

17 boelan 8 tahoen 05”.

Perubahan penulisan beberapa kata dan kalimat dari teks

proklamasi “klad” ke dalam naskah proklamasi yang tik-tikan (otentik)

oleh Sayuti Melik tersebut, sebelumnya sudah disetujui oleh para tokoh

pendiri bangsa saat itu. Terjadinya perubahan pengetikan tersebut

berawal dari pembacaan draft rumusan teks proklamasi oleh Soekarno

dan menyrankan agar segenap tokoh-tpkoh yang hadir di serambi muka

rumah kediaman Laksamana Maeda itu secara bersama-sama

menandatangani naskah proklamasi tersebut selaku “Wakil-2 bangsa

Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan dari pihak pemuda yang

menyatakan tidak rela bahwa “budak-budak Jepang” ikut

menandatangani naskah proklamasi. Yang dimaksud dengan “budak-

budak Jepang” adalah tokoh-tokoh golongan tua yang dinilinya bukan

orang Pergerakan nasional, melainkan hanya oportunis-oportunis belaka

dan memperoleh “kursi” karena pengabdiannya kepada pemerintah

Balatentara Dai Nippon. Karena pernyataan itu, timbulah heboh,

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

85

terutama dari pihak yang merasa dirinya disebut sebagai “budak-budak

Jepang”. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pemimpin pemuda

mengusulkan, agar supaya yang menandatangani naskah proklamasi itu

hanyalah Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Bukankah mereka

berdua yang pada masa itu dikenal sebagai pemimpin utama bangsa

Indonesia ? Usul tersebut diterima baik oleh segenap hadirin dan

selanjutnya Soekarno meminta Sayuti melik untuk mengetik nskah bersih

berdasarkan “draft” dengan perubahan-perubahan yang telah disetujui

bersama (Nugroho Notosusanto, 1978: 16).

Nilai historis yang dapat disimpulkan dari visualisasi naskah

Proklamasi yang tik-tikan (otentik) tersebut, menggambarkan bahwa

dalam perumusan naskah Proklamasi yang otentik ini tidak sekedar

menyalin secara redaksional dari draft tulisan tangan menjadi naskah tik-

tikan. Melainkan sempat terjadi perdebatan yang heboh antara para tokoh

pendiri bangsa dari golongan pemuda dengan golongan tua saat itu. Hal

ini juga menggambarkan terjadinya “persatuan nasional” di antara para

tokoh bangsa yang hadir pada saat penandatanganan teks Proklamasi itu

(31 orang hadirin – terlampir). Dengan demikian penandatanganan

naskah proklamasi yang otentik oleh “Soekarno-Hatta” benar-benar

mewakili seluruh rakyat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

3. Visualisasi “Pembacaan Teks Proklamasi” yang otentik

(lampiran – gambar 3).

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

86

Pada visualisasi peristiwa pembacaan teks Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia yang otentik (naskah tik-tikan) tersebut, pukul

10. 00 pagi WIB di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, terlihat suasana

hidmat saat Bung Karno berpidato membacakan naskah Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia.

Upacara yang sangat penting dalam Sejarah Nasional Indonesia

itu hendak segera digelar, sehingga semua hadirin berdiri hidmat. Di

mana Shudanco Latief Hendraningrat menjadi Komandan Upacara,

Soekarno dan Hatta sudah berdiri di tempat yang sudah ditentukan, di

belakang Soekarno berdiri tegak Shudanco Sanusi, sedangkan di

belakang Hatta berdiri Shudanco Moh. Saleh. Kemudian Bung Karno

mulai berpidato, yang di dalamnya tercantum “Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia” (Syafiudin Sastrawijaya, 1980: 48). Sementara itu, Ibu

Fatmawati (1978: 61) menuturkan bahwa pidato Bapak (Bung Karno)

saat itu lebih berapi-api daripada pidata hari-hari sebelumnya atau hari-

hari sesudahnya. Setelah selesai berpidato di hadapan massa sekitar 300

orang lebih itu, mulailah Bung karno membacakan teks Proklamasi

Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Nampak Pak Suwirjo terisak-isak

menangis, begitupun dengan Ibu Fatmawati sendiri, bahkan saat itu

banyak kaum laki-laki yang mengucurkan air matanya. Dan akhirnya

terlihat pula Bung Karno dan Bung Hatta saling bersalaman.

Nilai historis yang dapat disimpulkan dari visualisasi peristiwa

pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang otentik

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

87

tersebut, menggambarkan bahwa Bung Karno dalam pidato

menghantarkan pembacaan teks proklamasi dilakukannya secara lebih

berapi-api dibandingkan dengan pidato-pidatonya yang lain. Hal ini

sebagai gambaran tercapainya “titik puncak” dari perjuangan bangsa

Indonesia dalam melawan kolonialisme di bumi Nusantara selama

berabad-abad lamanya. Namun demikian, para hadirin juga merasakan

“rasa haru” yang mendalam dan bahkan sempat menangis mencucurkan

air matanya, baik kaum laki-laki maupun perempuan. Suasana haru dan

hidmat saat itu menggambarkan “rasa syukur” bangsa Indonesia terhadap

Tuhan Yang Mahaesa, karena tercapainya kemerdekaan bangsa

Indonesia didasarkan atas rakhmat Allah Yang Maha Kuasa.

4. Visualisasi “Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih”

(lampiran – gambar 4).

Pada visualisasi pelaksanaan upacara pengibaran bendera Sang

Saka Merah Putih setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia, terlihat suasana tertib dan hidmat dari segenap hadirin yang

menyaksikannya. Di mana bendera pusaka Sang Saka Merah Putih ini

dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno, dan kemudian dikibarkan kembali

setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati detik-detik

yang paling penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Namun sejak tahun

1968 yang dikibarkan adalah duplikatnya untuk menjaga agar Bendera

Pusaka tidak cepat rusak.

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

88

Berkaitan dengan upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih ini,

Ibu Fatmawati (1978: 61) menuturkan bahwa setelah Bung Karno selesai

membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan bersalaman

dengan Bung Hatta, selanjutnya Pak Latief Hendraningrat

mempersiapkan upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Ibu

Fatmawati bersama-sama dengan ibu S. K. Trimurti menuju ke dekat

tiang bendera, selanjutnya upacara bendera dipimpin oleh Pak Latief

Hendraningrat, dengan diiringi lagu Indonesia Raya tanpa musik,

nampak semua hadirin terlihat tertib dan khusyuk mengikutinya.

Nilai historis yang dapat disimpulkan dari visualisasi pengibaran

bendera Sang Saka Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1945 tersebut,

menggambarkan bahwa bendera Merah Putih yang dikibarkan secara

resmi kenegaraan yang pertama kalinya dilakukan pada saat pembacaan

teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang otentik. Hal ini

mengandung makna historis bahwa Bendera Pusaka Sang Saka Merah

Putih merupakan “lambang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia”.

Oleh karenanya, eksistensinya wajib dipertahankan oleh setiap warga

negara Indonesia, sehingga Bendera Pusaka ini selalu dikibarkan kembali

secara resmi kenegaraan setiap tanggal 17 Agustus guna memperingati

detik-detik proklamasi yang bersejarah itu.

5. Visualisasi “Suasana Hidmat Pengikut Upacara Bendera

Pusaka” (lampiran – gambar 5).

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

89

Pada visualisasi suasana upacara Bendera Pusaka dan Poklamasi

Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, terlihat para hadirin

dengan hidmat mengikuti jalannya upacara resmi kenegaraan tersebut.

Terlihat tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia, di barisan depan seperti

Mr. Latuharhary, Soewirjo, Ibu Fatmawati, Dr. Samsi, dan Ibu S. K.

Trimurti, sementara di barisan belakang tampak Mr. A. G. Pringgodigdo

dan Mr. Soedjono.

Nilai historis yang dapat disimpulkan dari visualisasi suasana

hidmat pengikut upacara pembacaan teks Proklamasi dan pengibaran

Bendera Pusaka tersebut, menggambarkan bahwa para tokoh pendiri

bangsa Indonesia dari “kaum intektual” juga turut hadir dengan

hidmatnya mengikuti jalannya upacara. Hal ini juga menggambarkan

adanya persatuan dan kesatuan berbagai golongan masyarakat yang turut

menjadi saksi diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945.

Berdasarkan nilai-nilai historis yang dapat disimpulkan di dalam

peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di atas, dapat

diketahui bahwa pembacaan teks Proklamasi yang otentik merupakan

peristiwa yang sangat penting dalam Sejrah Nasional Bangsa Indonesia.

Di balik peristiwa tersebut pada hakekatnya dapat dipetik beberapa nilai

historis, seperti perlunya permusyawaratan dalam mewujudkan persatuan

dan kesatuan bangsa, terbebasnya bangsa Indonesia dari belenggu

kolonialisme bangsa asing selama berabad-abad lamanya, keberadaan

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

90

bendera Sang Saka Merah Putih sebagai lambang pemersatu bangsa

Indonesia, maupun rasa syukur bangsa Indonesia terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Kuasa hingga dapat memasuki gerbang

kemerdekaannya.

B. Nilai-nilai Pendidikan Nasionalisme Bangsa Indonesia dan Peristiwa

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Nilai-nilai pendidikan nasionalisme bangsa Indonesia di balik

peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus

1945, pada dasarnya merupakan nilai-nilai kebangsaan atau nasionalisme

yang diharapkan mampu menjiwai setiap warga negara terutama generasi

penerus bangsa. Jiwa dan semangat nasionalisme dalam diri setiap warga

negara Indonesia besar peranannya dalam upaya mewujudkan persatuan dan

kesatuan bangsa secara utuh, sehingga eksistensi kehidupan berbangsa dan

bernegara dapat terpupuk secara konsisten hingga tercapainya Tujuan

Nasional di kemudian hari. Oleh karenanya diperlukan upaya penanaman

nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan nasionalisme bagi setiap warga

negara Indonesia secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Pendidikan nasionalisme itu sendiri merupakan proses pembelajaran

di bidang budaya politik bangsa dalam bentuk penanaman nilai-nilai

kebangsaan dalam diri setiap warga negara, sehingga secara aktif mampu

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki rasa cinta tanah air, bangsa,

dan negara Indonesia secara konsisten. Melalui rasa memiliki (“sense of

belonging”) setiap warga negara terhadap tanah air, bangsa, dan negaranya

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

91

ini, diharapkan mampu memelihara terciptanya persatuan dan kesatuan

bangsa secara harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehari-

hari. Oleh karenanya, pendidikan nasionalisme bagi generasi penerus bangsa

memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menciptakan suasana

yang kondusif bagi kehidupan budaya politik bangsa.

Mencermati nilai-nilai historis yang terkandung di dalam peristiwa

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, pada

dasarnya terdapat beberapa aspek historis yang perlu disosialisasikan dan

dibudayakan melalui penerapan pendidikan nasionalisme terutama bagi

generasi muda penerus bangsa. Aspek-aspek historis yang dapat dipetik dari

peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia guna menanamkan nilai-nilai

kebangsaan antara lain sebagai berikut :

1. Aspek permusyawaratan dan kesatuan bangsa.

Aspek permusyawaratan sebagai nilai historis yang dapat dipetik

dari peristiwa perumusan naskah Proklamasi yang otentik berupa adanya

permusyawaratan antara tokoh-tokoh pendiri bangsa dari golongan tua

maupun pemuda, sehingga dihasilkan naskah tulisan tangan Soekarno

maupun naskah tik-tikan (otentik) yang dibacakan saat

diproklamasikannya Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Permusyawaratan sebagai nilai historis ini sudah tentu perlu

senantiasa disosialisasikan dan ditanamkan dalam diri setiap generasi

penerus bangsa melalui pendidikan nasionalisme, sehingga dapat

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

92

memupuk jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam

kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.

2. Aspek kebebasan dan kemerdekaan sebagai hasil perjuangan

bangsa.

Aspek kebebasan dan kemerdekaan sebagai nilai historis yang

dapat dipetik dari peristiwa proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia

berupa adanya kesadaran di dalam jiwa setiap warga negara bahwa

tercapainya kemerdekaan merupakan hasil perjuangan para pendahulu

bangsa, dan bukan merupakan hadiah ataupun pemberian bangsa lain.

Kebebasan dan kemerdekaan yang perlu diperjuangkan dalam

meraihnya sebagai suatu nilai historis ini, sudah tentu perlu ditanamkan

dalam diri setiap generasi penerus bangsa. Hal ini merupakan penanaman

nilai-nilai nasionalisme dalam bentuk kesadaran untuk “kerja keras” guna

memperoleh tujuan, termasuk di dalamnya penanaman semangat kerja

keras guna meraih Tujuan Nasional yang dirumuskan di dalam Alinea

Keempat Pembukaan UUD 1945.

3. Aspek Sang Saka Merah Putih sebagai lambang pemersatu

bangsa.

Aspek bendera Merah Putih lambang pemersatu bangsa sebagai

nilai historis yang dapat dipetik dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan

17 Agustus 1945, berupa sikap hormat dan hidmat dari senegap peserta

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

93

upacara pengibaran bendera dengan alunan lagu kebangsaan Indonesia

Raya. Kesatuan sikap dari segenap peserta upacara tersebut, pada

dasarnya merupakan gambaran jiwa nasionalisme para hadirin saat itu,

sehingga perlu senantiasa ditanamkan melalui pendidikan nasionalisme

di kemudian hari.

Bentuk penanaman sikap hormat terhadap Sang Saka Merah Putih

ini, sudah tentu tidak hanya terbatas pada peristiwa upacara-upacara

resmi kenegaraan, melainkan melalui sikap keseharian setiap warga

negara guna memupuk jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan

bangsa.

4. Aspek rasa syukur terhadap Tuhan Yang Mahaesa.

Aspek ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Mahaesa

sebagai nilai historis dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia, pada dasarnya tercermin dalam suasana hidmat segenap

peserta upacara pengibaran bendera Merah Putih saat itu. Di samping itu,

ungkapan rasa syukur tersebut secara yuridis juga tertuang di dalam

pernyataan Alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai bagian tak

terpisahkan dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Ungkapan rasa syukur sebagai nilai historis perlu senantiasa

ditanamkan melalui pendidikan nasionalisme bagi setiap generasi

penerus bangsa. Hal ini menggambarkan suasana kejiwaan bangsa

Indonesia yang senantiasa meyakini akan kebesaran kekuasaan Tuhan

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG …repository.ump.ac.id/1911/6/JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, BAB IV.pdfdengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda, yaitu Sukarni, B.

94

Yang Maha Kuasa, termasuk terjadinya peristiwa Proklamasi

Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Berdasarkan pembahasan nilai-nilai pendidikan nasionalisme

bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan peristiwa Proklamasi

Kemerdekaan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai historis yang

terkandung di dalam naskah proklamasi yang otentik terutama nilai-nilai

permusyawaratan dan kesatuan bangsa, kemerdekaan yang perlu

perjuangan dan kerja keras, sikap menghormati bendera Merah Putih

sebagai lambang persatuan bangsa, serta ungkapan rasa syukur kepada

Tuhan Yang Mahaesa atas tercapainya Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH…, JEIHAN M, IQBAL PAHLEVIE, FKIP UMP, 2014