BAB IV KOTA PEKALONGAN -...

22
61 BAB IV HUBUNGAN ANTARA TAREKAT DENGAN ETOS KERJA PENGIKUT TQN DI KELURAHAN TIRTO KECAMATAN PEKALONGAN BARAT KOTA PEKALONGAN Sebagaimana telah dipaparkan pada bab pertama, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimanakah TQN di Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat. 2. Untuk mengetahui etos kerja para pengikut TQN di Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat. 3. Untuk menjelaskan hubungan antara TQN dengan etos kerja di kalangan tarekat tersebut. Setelah dilakukan pengumpulan data selama kurang lebih 2 bulan, yang deskripsi metodologi, teknik dan beberapa temuannya telah disampaikan pada bab ketiga, maka pada bagian ini akan disampaikan pembahasan terhadap temuan- temuan yang telah diperoleh. A. Analisis TQN di Kelurahan Tirto dan Pengikutnya Berdasarkan dari penelitian dan wawancara penulis sebagaiman pada bab III menerangkan bahwa ada empat ajaran pokok TQN di Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan, yaitu ajaran tentang kesempurnaan suluk, adab para murid, z|ikir, muraqabah. 1. Suluk “Suluk” berasal dari kata ‘salaka’ yang berarti melalui, menempuh, jalan atau cara (H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, 1953: 51). Dalam ilmu tasawuf, suluk berarti transformasi sikap mental spiritual dari yang belum sempurna dengan cara menyucikan diri lahir batin untuk mencapai kehidupan rohani yang lebih sempurna (Zahri Mustafa, 1984: 44), yaitu dalam tempat yang sedekat-dekatnya dengan Tuhan, namun tidak sampai meninggalkan kehidupan duniawi.

Transcript of BAB IV KOTA PEKALONGAN -...

61

BAB IV

HUBUNGAN ANTARA TAREKAT DENGAN ETOS KERJA PENGIKUT

TQN DI KELURAHAN TIRTO KECAMATAN PEKALONGAN BARAT

KOTA PEKALONGAN

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab pertama, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah TQN di Kelurahan Tirto Kecamatan

Pekalongan Barat.

2. Untuk mengetahui etos kerja para pengikut TQN di Kelurahan Tirto

Kecamatan Pekalongan Barat.

3. Untuk menjelaskan hubungan antara TQN dengan etos kerja di kalangan

tarekat tersebut.

Setelah dilakukan pengumpulan data selama kurang lebih 2 bulan, yang

deskripsi metodologi, teknik dan beberapa temuannya telah disampaikan pada bab

ketiga, maka pada bagian ini akan disampaikan pembahasan terhadap temuan-

temuan yang telah diperoleh.

A. Analisis TQN di Kelurahan Tirto dan Pengikutnya

Berdasarkan dari penelitian dan wawancara penulis sebagaiman pada

bab III menerangkan bahwa ada empat ajaran pokok TQN di Kelurahan Tirto

Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan, yaitu ajaran tentang

kesempurnaan suluk, adab para murid, z|ikir, muraqabah.

1. Suluk

“Suluk” berasal dari kata ‘salaka’ yang berarti melalui, menempuh,

jalan atau cara (H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, 1953: 51). Dalam ilmu

tasawuf, suluk berarti transformasi sikap mental spiritual dari yang belum

sempurna dengan cara menyucikan diri lahir batin untuk mencapai

kehidupan rohani yang lebih sempurna (Zahri Mustafa, 1984: 44), yaitu

dalam tempat yang sedekat-dekatnya dengan Tuhan, namun tidak sampai

meninggalkan kehidupan duniawi.

62

Ajaran suluk pada TQN di kelurahan Tirto ini dilakukan dengan

mempertebal keimanan melalui pengajian-pengajian setiap ada kegiatan

tarekat mingguan dan bulanan. TQN di Kelurahan Tirto lebih menekankan

ajaran kesempurnaan suluk (iman, islam dan ihsan) kepada pengikutnya,

karena kesempurnaan suluk ini merupakan ajaran pokok dalam tarekat

dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Menurut M. Solihin

(2005: 322) kesempurnaan suluk dalam tiga dimensi agama Islam, yaitu:

iman, islam, dan ikhsan, dikemas dalam satu ajaran yang sangat popular,

yaitu syari’at, tarekat, dan haqiqat. Syari’at adalah dimensi perundang-

undangan dalam islam yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt melalui

rasul-Nya Muhammad Saw., baik yang berupa perintah maupun larangan.

Tarekat merupakan dimensi pengamalan syari’at tersebut yang didasarkan

atas keimanan akan kebenaran syari’at. Sedangkan haqiqat adalah dimensi

penghayatan dalam pengamalan syari’at yang ada. Dengan penghayatan

atas pengamalan syari’at itulah seseorang akan mendapatkan manisnya

iman yang disebut ma’rifat. Sebagai wujud penekanan ajaran ini TQN di

Kelurahan Tirto selalu mengadakan pertemuan mingguan dan bulanan

yang dihadiri sampai empatratusan peserta (lihat table 3).

2. Adab murid

Yang dimaksud dengan murid pada TQN di kelurahan Tirto yaitu

semua peserta TQN baik yang sudah dibai’at maupun yang belum

dibai’at. Murid di TQN ini harus mengikuti ajaran-ajaran TQN serta ta’at

pada gurunya. Hal ini sesuai dalam ajaran TQN pada umumnya yang

menyatakan bahwa pengikut tarekat itu juga dinamakan dengan murid,

yaitu seorang menghendaki pengetahuan dan petunjuk dalam segala amal

ibadahnya (Hanafi, 2010: 30).

3. Z|ikir

Z|ikir yang diajarkan pada TQN di kelurahan Tirto ada dua yaitu:

Z|ikir nafi isbat, yaitu z|ikir kepada Allah dengan menyebut kalimat

“ lailahaillallah”. Dan Z|ikir ismu dzat yaitu z|ikir kepada Allah dengan

menyebut kalimat “Allah” secara sirr atau khafi (dalam hati).

63

Z|ikir-z|ikir yang dilakukan oleh para peserta TQN di Kelurahan

Tirto juga merupakan z|ikir yang biasa dilakukan oleh para tarekat

lainnya dan ini biasanya dilakukan secara bulanan dan tahunan

(Bruinessen, 1992: 97).

4. Muraqabah

Muraqabah (Keterjagaan) Praktik sufi yang sangat penting ialah

keterjagaan. Muraqabah ini dipraktikkan agar dapat menyaksikan dan

menghaluskan keadaan diri sendiri (Kholid Ahmad sahlan, 2011:5).

Muraqabah merupakan yaitu sikap siap dan siaga setiap saat untuk

meneliti keadaan diri sendiri. Pada TQN di kelurahan tirto Muraqabah

diartikan sebagai suatu karunia yang diberikan oleh Allah kepada

hamba-Nya yang selalu beribadah kepada-Nya, selalu mengekalkan z|ikir

di mana saja dia berada, dan terus menerus menjaga hatinya agar tidak

dikotori dengan sifat-sifat tercela (Ustadz Taufiq, wawancara 3-6-2013).

Berdasarkan dari keterangan di atas bahwa keempat ajaran TQN

yang telah dilakukan pada TQN di kelurahan Tirto merupakan ajaran

TQN yang ada pada umumnya dalam artian ajaran TQN di keluraha

Tirto tidak meleneceng pada ajaran TQN pada umumnya. Disamping

ajaran-ajaran tersebut, TQN di Kelurahan Tirto juga mempunyai

serangkaian kegiatan-kegiatan yaitu harian, mingguan dan bulanan.

Dalam kegiatan tarekat yang bersifat harian hanya diikuti oleh puluhan

pengikut saja, sedang yang bersifat mingguan dan bulanan akan kami

paparkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel. 4.1 Rata-rata Jumlah Peserta Pengikut Pengajian Tarekat Mingguan

No Hari Jenis

Kelamin Jumlah Peserta

Belum Dibai’at Sudah Dibai’at Jumlah

1. Selasa Malam Laki-laki 32 103 132

Perempuan 25 82 107

Jumlah 57 185 239

2. Kamis Malam Laki-laki 35 104 139

Perempuan 41 81 122 Jumlah 76 185 261

(Muhammad Taufiq (Pengurus TQN), wawancara 3-6-2013)

64

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh TQN di kelurahan Tirto

yang berupa harian, mingguan dan bulanan juga dilakukan pada tarekat-

tarekat lainya. Bruinessen (1992: 97) menyatakan bahwa kegiatan

tareakat tahunan dilakukan untuk mengenang wafatnya Syeikh Abdul

Qadir al-Jilany, pada tanggal 11 Rabiul Tsani, dan juga perayaan pada

setiap bulan yakni pada tanggal sebelasan. Peneitian yang dilakukan oleh

Zubaidi (1999: 73) tentang tarekat di daerah demak juga mempunyai

kegiatan yang sama yaitu harian, mingguan dan bulanan. Sedang jumlah

yang hadir dalam kegiatan bulanan sebagai berikut:

Tabel. 4.2 Jumlah Rata-rata peserta pengajian bulanan

No Jenis Kelamin Jumlah Peserta

Belum diba’iat Sudah dibai’at Jumlah

1 Laki-laki 20 100 120

2 Perempuan 60 85 145

Jumlah 80 185 265

(Muhammad Fatwa (Pengurus TQN), wawancara 3-6-2013)

Kalau dilihat dari jumlah peserta yang hadir pada kegiatan-

kegiatan TQN di Kelurahan Tirto pada table 4.1 dan 4.2, maka tampak

bahwa pengunjung paling banyak yaitu pada kegiatan bulanan.

Banyaknya pengunjung pada kegiatan bulanan tersebut belum tentu

intensistas tertinggi peserta TQN pada kegiatan bulanan, karena kalau

diprosentase, peserta TQN lebih sering mengikuti kegiatan mingguan

dari pada bulanan, sebagaimana pada tabel 4.3. dengan julaah peserta

yang cukup banyak intensitasnya pada kegiatan mingguan ini maka

peneliti menilai intensitas keaktifan peserta TQN di Kelurahan Tirto ini

cukup baik.

Tabel. 4.3 Data Keaktifan Kegiatan TQN

No Variat Kategori f f %

1 75,5 – 85,5 Sangat Baik 12 3,57

2 65.5 – 75,5 Baik 65 42,86

65

3 55,5 – 65,5 Cukup 53 36,69

4 45,5 – 55,5 Kurang 51 15,26

5 35,5-45,5 Sangat kurang 4 1,62

Jumlah 185 100,00

Kelemahan pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti tarekat,

majlis ta’lim, Pengajian dan lainnya, pada umumnya tidak mempunyai

administrasi yang baik, sehingga hal ini cukup menyulitkan bagi para

peneliti yang akan meneliti. Namun tidak adanya administrasi yang baik,

dalam kegiatan keagamaan seperti tarekat, majlis ta’lim, dianggap lazim

oleh masyarakat umum, kareana yang dibutuhkan dalam kegiatan

tersebut adalah keikhlasan tanpa adanya paksaan sehingga pasang

surutnya jama’ah hanya dapat diperkirakan saja, tidak dapat dihitung

jumlah pastinya.

Sedang motivasi peserta TQN dalam mengikuti TQN berbeda-

beda, berdasarkan dari wawancara peneliti kepada peserta TQN di

kelurahan Tirto tentang motivasi peserta TQN dikelurahan Tirto sebagai

berikut:

1. Mendekatkan diri kepada Allah

2. Agar hati menjadi tenang

3. Untuk membersihkan hati

4. Untuk mendapatkan ridha Allah

5. untuk keselamatan dunia akhirat

6. Agar ibadah menjadi khusyu’

7. untuk mengisi waktu luang atau ikut teman

Muhammad Taufiq mengikuti kegiatan TQN ini mempunyai

motivasi mendekatkan diri kepada Allah, ia mengatakan ”Dengan ikut

tarekat, saya dapat mendekatkan diri pada Allah, agar bisa mendapatkan

jalan lurus yang diridloi Allah” (Muhammad Taufiq, wawancara 28-12-

2013), motivasi Muhammad Taufiq ini telah diikuti oleh 10 peserta TQN

66

yang lain dan merupakan prosentase terbanyak yaitu 22% bila

dibandingkan dengan motivasi-motivasi yang lain pada TQN di

kelurahan Tirto. Motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah ini

sesuai dengan pengertian tarekat, yang dapat didefinisikan sebagai

perjalanan seorang menuju Allah dengan cara menyucikan diri atau

perjalanan khusus bagi para seseorang yang menempuh jalan menuju

kepada Allah Swt (Al-Faqir, 2012: 53).

Khoirul Anam mengatakan ”ya agar dunia dan akhiratnya dapat,

untuk mendapatkan kebahagian dunia akhirat to, tidak cuma kerja saja”

(Khoirul Anam, wawancara 28-12-2013). Motivasi khoirul anam ini

sejalan dengan 5 peserta TQN yang lain. Motivasi Khoirul Anam ini

mengandung dua unsur yaitu kebahagiaan dunia implikasinya termasuk

giat bekerja, dan kebahagiaan akhirat implikasinya juga giat beribadah.

Motivasi Khoirul Anam ini juga merupakan anjuran yang tercantum

dalm al-Qur’an, (QS. Al-Baqarah [2]: 201):

!$oΨ−/ u‘ $oΨÏ?#u ’ Îû $u‹ ÷Ρ ‘‰9 $# Zπ uΖ|¡ ym ’ Îûuρ Íο t� ÅzFψ $# Zπ uΖ|¡ ym $oΨÏ%uρ z>#x‹ tã

Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊄⊃⊇∪

Artinya: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". (Ash-Shiddiqi, dkk. 1990 : 49)

Motivasi untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat ini

bukan merupakan tujuan utama pada ajaran tarekat, tetapi merupakan

implikasi pada peserta yang mengikuti tarekat, dengan mengikuti tarekat

peserta tarekat dapat berhati-hati dalam menjalankan hidup di dunia ini

sehingga dunianya selamat serta bersungguh-sungguh dalam beribadah,

sehingga akhiratnya juga selamat.

H. Moh Ali mengatakan ”Untuk mendapatkan ridho Allah dan

hati agar menjadi bersih dan tenang”, motivasi H. Moh Ali ini telah

diikuti oleh 3 peserta TQN yang lainnya yaitu agar mendapatkan rid{a

67

Allah Swt. Konsep rid{a dalam ilmu tasawuf menurut Ibnu Dahlan el-

Madary (2010) yaitu manusia harus menerima dan rid{a atas semua

ketentuan Allah baik berupa perintah maupun larangan, halal dan haram,

kalau manusia dapat merasa rid{a atas semua ketentuan Allah tersebut,

insya Allah Allah akan rid{a padanya. Hal ini dilandaskan dengan firman

Allah surat At-taubah: 96:

tβθ à�Î= øts† öΝà6 s9 (#öθ |Ê÷� tIÏ9 öΝåκ÷] tã ( β Î* sù (#öθ |Êö�s? öΝåκ ÷]tã  χ Î*sù ©! $# Ÿω 4 yÌö�tƒ Çtã

ÏΘ öθ s)ø9$# šÉ) Å¡≈x� ø9$# ∩∉∪

Artinya: ”Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu rid{a kepada mereka. tetapi jika Sekiranya kamu rid{a kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak rid{a kepada orang-orang yang Fasik itu”. (Ash-Shiddiqi, dkk. 1990 : 296)

Dan surat Az-zumar: 7:

βÎ) (#ρã�à� õ3s?  χÎ* sù ©!$# ;Í_xî öΝä3Ζ tã ( Ÿωuρ 4 yÌö�tƒ Íν ÏŠ$t7 Ïè Ï9 t�ø�ä3 ø9 $# ( β Î)uρ (#ρã�ä3 ô± n@

çµ |Êö�tƒ öΝä3s9 3 Ÿω uρ â‘ Ì“s? ×ο u‘ Η#uρ u‘ ø— Íρ 3“t�÷z é& tβθè= yϑ÷è s? 4

Artinya: ”Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak merid{ai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia merid{ai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”. (Ash-Shiddiqi, dkk. 1990 : 746)

Untuk mendapatkan rid{a Allah seseorang harus merasa rid{a dulu

atas semua yang Allah takdirkan kepada orang tersebut, untuk dapat

menerima semua takdir Allah dengan rid{a dan iklhas, seseorang perlu

adanya latihan-latihan penyucian hati. Pensucian hati merupakan salah

satu ajaaran TQN yang dilakukan dengan cara bertaubat.

Untuk peserta TQN di kelurahan Tirto yang mempunyai motivasi

untuk membersihkan hati ada 4, salah satunya adalah M. Saiful dengan

mengatakan ”Untuk membersihkan hati dan pikiran sehingga dapat

68

menambah kedekatan kita kepada Allah”. Membersihkan hati

merupakan tujuan utama TQN. Salah satu kegiatan TQN yang dilakukan

dengan membai’at dimana dengan bai’at tersebut peserta TQN

diharapkan dapat membersihkan hati dan jiwanya (Kharisudin Aqib,

2008: 2).

Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan merupakan

motivasi yang dimiliki oleh Kartumi dan diikuti oleh 2 peserta TQN

lainnya dengan mengatakan ”Agar iman dan ketaqwaan saya semakin

meningkat”. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan ini merupakan

salah satu dari tujuan suluk yang mengandung 3 hal yaitu islam, iman

dan ihsan (M Solihin, 2005: 322). Suluk merupakan salah satu dari

ajaran TQN, termasuk TQN di kelurahan Tirto.

Motivasi ikut kegiatan TQN di kelurahan Tirto yaitu agar hatinya

menjadi tenang, motivasi ini sesuai dengan ungkapan M. Khoirul Anam

”Untuk hatinya supaya tenang”, motivasi M. Khoirul Anam ini diikuti

oleh 2 peserta TQN lainnya. Tenangnya hati seorang peserta TQN

merupakan labet atau dampak positif dari kegiatan pensucian jiwa dan

hati melalui bai’at dan kesempurnaan suluk pada peningkatan keimanan.

”Agar hidup saya tenang dan tambah dekat kepada Allah”

penyataan tersebut merupakan motivasi peserta TQN yang bernama

Casmudi. Motivasi agar hidunya menjadi tenang ini telah diikuti oleh 2

peserta lainnya. Hidup menjadi tenang ini juga merupakan dampak

positif dari pensucian jiwa dan harta melalui bai’at dan kesempurnaan

suluk.

Mensucikan jiwa merupakan motivasi peserta TQN yang

bernama Nur Rahmah, dan diikuti oleh 2 peserta TQN lainnya dengan

mengatakan ”Untuk mensucikan jiwa agar hati tenang”. Mensucikan

jiwa ini juga merupakan salah satu dari tujuan bai’at dengan dibai’at

murid atau peserta TQN akan menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan

tercela (Kharisudin Aqib, 2008: 2).

69

M. Nihazatuzaen yang berprofesi sebagai guru, menyatakan

motivasinya ikut kegiatan TQN yaitu ”kekhusukan dalam beribadah”.

Motivasi M. Nihayatuzzaen ini telah diikuti oleh 3 peserta lainnya.

Kekhusukan dalam beribadah ini merupakan bukan tujuan utama dari

TQN, melainkan labet atau dampak positif dari ajaran TQN yang berupa

kesempurnaan suluk, dengan pengajaran iman, islam dan ihsan

seseorang akan meningkat iman dan ketaqwaannya yang didalamnya

juga termasuk syariat (Kharisudin Aqib, 2008: 2), sehingga dalam

ibadah pun akan menjadi khusyuk, tentunya dalam pengajian kegiatan

mingguan atau bulanan pun para para mursyid juga menekankan agar

khusuk dalam beribadah.

Motivasi Lillahi ta’ala merupakan bukan tujuan utama dari

ajaran tatekat, melainkan anjuran agar peserta TQN dalam melakukan

sesuatu baik ibadah mahdloh maupun ibadah muamalah harus didasari

dengan Lillahi ta’ala, motivasi Lillahi ta’ala ini dapat dimiliki peserta

TQN dimungkinkan peserta TQN sering mengikuti pengajian dari

berbagai pengajian terlepas pengajian TQN atau tidak, sehingga

penyerapan peserta TQN tidak fokus pada ajaran TQN tetapi

pengetahuan agama secara umum. Hal ini tidak menjadi masalah pada

kegiatan TQN maupun peserta, karena konsep Lillahi ta’ala merupakan

ajaran yang baik dan tidak melanggar aturan-atuarn TQN, melainkan

TQN mendukung konsep tersebut, guna kesempurnaan suluk, dan sikap

qana’ah.

Kasturi yang bekerja sebagai buruh diperusahaan batik

menyatakan motivasinya ikut kegiatan TQN ”Agar hidup saya menjadi

berkah dan hati menjadi tenang”, motivasi hudup berkah ini telah diikuti

oleh 2 peserta TQN lainnya. Hidup menjadi berkah merupakan bukan

tujuan utama dari TQN tetapi merupakan labet atau dampak positif dari

kegiatan TQN.

Muhammad Salafudin yang bekerja sebagai wiraswasta,

menyatakan motivasinya ikut kegiatan TQN yaitu ”Untuk memperdalam

70

ilmu agama”, motivasi untuk memperdalam ilmu agama ini juga sama

dengan pendapatnya Ahyadi. Dalam tarekat memang ada kegiatan

pengajian yang berupa pembekalan ilmu pengetahuan agama kepada

para peserta TQN, namun tujuan utama TQN bukan memperdalam ilmu

agama tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beberapa

kegiatan-kegiatan TQN.

Disamping beberapa motivasi di atas, ada juga peserta TQN yang

mempunyai motivasi agar hidupnya terarah dan tidak berfoya-foya,

seperti yang diungkapkan oleh H. Ihsan ”Agar hidup kita menjadi

terarah dan tidak berfoya-foya”, dari ungkapan H, Ihsan ini bahwa ikut

kegiatan TQN ia berharap dapat mencegah dari sifat jeleknya yang

berupa foya-foya, motivasi ini dalam TQN bisa dikatan sebagai langkah

awal untuk mengikuti TQN tetapi tidak tujuan utama dari TQN.

Suryanto yang berprofesi sebagai buruh batik mengtakan,

motivasinya ikut kegiatan TQN yaitu ”Pada awalnya saya ikut-ikutan

teman, tapi lama-lama saya tertarik karena temannya banyak dan

kegiatanya positif”. Motivasi Suryanto ini tidak mempunyai dasar atau

keingin yang kuat dalam tujuan TQN, karena hanya ikut-ikut teman saja.

Disamping itu ada juga yang bermotivasi mengisi waktu luang dengan

ibadah sebagaimana diuangkapkan oleh Ahmad Taufiq ”beribadah untuk

mengisi waktu luang saya”. Motivasi Ahmad Taufiq ini juga kurang

kuat, karena hanya mengisi waktu luang saja dengan kegiatan positif,

penytaan Ahmad Taufiq ini dapat diartikan jikalau Ahmad Taufiq sibuk,

maka ia tidak akan mengikutinya.

Dari berbagai macam motivasi peserta TQN untuk mengikuti

kegiatan TQN di kelurahan Tirto ada yang sesuai dengan tujuan TQN

dan ada yang hanya mendapatkan atsar, labet atau damapak positif dari

kegiatan TQN dan ada yang sekedar ikut dan tidak mempunyai dasar

atau keinginan yang kuat. Namun, berdasarkan dari semua motivasi yang

ada di atas, tidak ada satupun yang bermotivasi buruk atau melanggar

ajaran agama Islam, tetapi sesuai dengan ajaran Islam, dengan kata lain

71

semua motivasi peserta TQN sangat baik, walaupun belum atau tidak

sesuai dengan tujuan TQN yang semestinya.

B. Analisis Etos Kerja Peserta TQN di Kelurahan Tirto

Di samping peneliti menganalisis tentang gambaran umum TQN di

kelurahan Tirto, peneliti juga akan menganalisis etos kerja peserta TQN di

kelurahan Tirto, apakah etos kerja di kelurahan Tirto tinggi atau tidak, dan

apakah etos kerja yang tinggi tersebut merupakan dampak positif dari kegiatan

TQN atau tidak.

Sebelum peneliti membahas etos kerja peserta TQN di kelurahan Tirto,

kiranya peneliti perlu memaparkan profesi para peserta TQN di kelurahan

Tirto terlebih dahulu. Berdasarkan dari hasil wawancara dan penyebaran

angket ke 37 peserta TQN di kelurahan Tirto menunjukkan bahwa profesi para

peserta TQN berdeda-beda atau bervariatif, yaitu sebagai berikut:

Tabel. 4.5 Data Profesi Peserta TQN

No Pekerjaan Jumlah %

1. Pengrajin Batik / Buruh Batik 18 50

2. Pedagang 9 25,97

3. Karyawan Pabrik 4 12,34

4. Petani 3 6,82

5. Guru 2 3,08

6. Penjahit 1 1,70

Jumlah 37 100

Berdasarkan dari data tabel 4.5 menunjukkan bahwa para peserta TQN

di Kelurahan Tirto mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda. Profesi yang

paling banyak ditekuni oleh peserta TQN di Kelurahan Tirto yaitu

berhubungan dengan batik, hal ini sesuai dengan ciri khas Kota Pekalongan

yang terkenal sebagai Kota Batik, dari sampel 37 peserta ada 18 (50%)

pengrajin dan buruh batik ditambah 9 (25,97%) pedagang yakni ada 25,97%

atau 27 peserta yang berhubungan dengan batik. Tingkat lebih rendah

72

berikutnya adalah karyawan yang mencapai 4 (12, 34%) dari 37 sampel.

Untuk guru 3 (3,08), petani 2 (12,34) dan penjahit 1 peserta atau 1,70% saja.

Untuk mengetahui etos kerja peserta TQN di kelurahan Tirto, penulis

menggunakan penjelasan dari Akhmad Kusnan (2004). Beliau menyimpulkan

pemahaman bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka ia

menggunakan lima indikator untuk mengukur etos kerja, kelima indikator

tersebut sebagaimana penulis sebutkan pada bab III. Hasil dari penyebaran

angket tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.6. Etos Kerja Penganut Tarekat (N = 37)

No Variat Kategori f f %

1 81,5 – 91,5 Sangat Baik 4 7,79

2 71,5 – 81,5 Baik 10 28,57

3 61,5 – 71,5 Cukup 15 46,75

4 51,5 – 61,5 Kurang 6 14,61

5 41,5 – 51,5 Sangat Kurang 2 2,27

Jumlah 37 100,00

Tabel 4.6 merupakan gambaran Etos kerja para peserta TQN dalam

bentuk data. Dari gambaran data di atas menunjukkan bahwa kebanyakan

peserta TQN di kelurahan Tirto mempunyai etos kerja yang sangat tinggi yaitu

mencapai 4 peserta atau 7,79%, dan jumlah peserta yang mempunyai etos

kerja tinggi yaitu 10 peserta atau 28,57%. Sedangkan peserta yang mempunyai

etos kerja cukup ada 15 peserta atau 46,75% dan yang mempunyai etos kerja

kurang/rendah ada 6 peserta atau 14,61%, terakhir yang mempunyai etos kerja

sangat kurang ada 2 peserta atau 2,27%.

Berdasarkan dari tabel 4.6 tentang etos kerja TQN menunjukkan

bahwa rata-rata etos kerja peserta TQN di kelurahan sangat tinggi dengan di

dominasi indikator 1-5 yaitu 4 peserta atau 7,79%, ditambah lagi indikator

etos kerja tinggi (1-4) urutan kedua yaitu 10 peserta atau 28,57%. Jadi etos

73

kerja peserta TQN yang di atas rata-rata ada 14 peserta atau 36,36% dari 37

sampel yang peneliti ambil.

C. Analisis Hubungan Antara Etos Kerja Peserta TQN Dengan TQN di

Kelurahan Tirto

Dari angket yang telah didistribusikan kepada semua responden diperoleh

data tentang intensitas responden dalam mengikuti kegiatan organisasi tarekat

sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.7. angket untuk sub-scale ini terdiri

dari 7 item. Rata-rata skor responden adalah 19,85 dari maksimal skor 28 yang

bisa dicapai. Skor terendah mereka adalah 12 dan skor tertinggi adalah 28.

Tabel 4.7. Intensitas mengikuti kegiatan organisasi tarekat (N=37)

No Variat Kategori f f %

1 27,5 – 31,5 Sangat Baik 1 0,32

2 23,5 – 27,5 Baik 14 33,77

3 19,5 – 23,5 Cukup 12 20,45

4 15,5 – 19,5 Kurang 8 15,91

5 11,5 – 15,5 Sangat Kurang 2 29,55

Jumlah 37 100,00

Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa rata-rata responden mempunyai

intensitas yang cukup, sedang yang tergolong baik dan baik sekali ada

34,09%. Sementara yang masuk kategori kurang dan kurang sekali mencapai

45,46%. Keadaan ini relatif baik mengingat kegiatan-kegiatan itu

diselenggarakan secara sukarela, tanpa daftar hadir, dan tidak diwajibkan.

1. Deskripsi Penelitian

Deskripsi data berguna untuk memudahkan pemahaman terhadap hasil

penelitian. Deskripsi data penelitian ini secara berturut-turut dimulai dari data

variabel keaktifan bertarekat (X) dan etos kerja pengikut tarekat (Y). Dari

perhitungan analisis deskriptif diperoleh skor tertinggi, skor terendah, modus,

74

median, rata-rata dan simpangan baku sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6

berikut:

Tabel 4.6 Deskripsi Data Hasil Analisis Statistik Dasar

No Kriteria variabel

X Y

1

2

3

4

5

6

Nilai Maksimum

Nilai Minimum

Modus

Median

Nilai Rata-rata

Simpangan Baku

77

54

71

70

68,76

5,6

91

66

77

77

77,35

5,516

Sumber: Data Primer, diolah (2014).

Keterangan:

X : Penjumlahan skor angket variabel keaktifan mengikuti tarekat

Y : Penjumlahan skor angket variabel etos kerja

b) Klasifikasi Skor Data Tiap Variabel

Klasifikasi data dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga

kelompok yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Adapun penentuan jarak

(range) data variabel digunakan formula:

Kategori tinggi : Mean/rata-rata + 1 simpang baku/Standar Deviasai ke atas

Kategori sedang : Mean – 1 SD sampai dengan Mean +1 SD

Kategori rendah : Mean -1 ke bawah

1. Klasifikasi Data Skor Variabel Keaktifan Mengikuti Tarekat

Untuk mengetahui klasifikasi data skor variabel keaktifan

mengikuti tarekat digunakan nilai rata-rata 68,76 dan simpangan baku

5,6. Hasil klasifikasi data skor variabel keaktifan mengikuti tarekat dapat

dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

75

Tabel. 4.7 Hasil klasifikasi data skor variabel keaktifan mengikuti tarekat

No Jenis Kategori Interval Frekuensi Prosentase

1 Kategori Tinggi > 74,36 5 14

2 Kategori Sedang 63,16 – 74,36 28 76

3 Kategori Rendah < 63,16 4 10

Jumlah 37 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Tabel 4.7 menunjukkan klasifikasi skor keaktifan mengikuti tarekat

dengan kategori tinggi sejumlah 5 orang (14%), kategori sedang sebanyak

28 orang (76%) dan kategori rendah sebanyak 4 orang (11%). Dari data

ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam segi keaktifan

mengikuti tarekat dalam kategori sedang.

2. Klasifikasi Data Skor Variabel Etos Kerja

Untuk mengetahui klasifikasi data skor variabel etos kerja

digunakan nilai rata-rata 77.35 dan simpangan baku 5.519. Hasil

klasifikasi data skor variabel etos kerja dapat dilihat pada tabel 4.8

sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil klasifikasi data skor variabel etos kerja

No Jenis Kategori Interval Frekuensi Prosentase

1 Kategori Tinggi > 82.86 6 16

2 Kategori Sedang 71.83 – 82.86 23 62

3 Kategori Rendah < 71.83 8 22

Jumlah 37 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Tabel 4.8 menunjukkan klasifikasi skor etos kerja dengan kategori

tinggi sejumlah 6 orang (16%), kategori sedang sebanyak 23 orang (62%)

dan kategori rendah sebanyak 8 orang (22%). Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki etos kerja sedang dan

baru sebagian kecil yang beretos kerja tinggi.

76

c) Pengujian Hipotesis

1. Pengaruh Keaktifan Mengikuti Tarekat Terhadap Etos Kerja

a. Persamaan regresi

Persamaan regresi pengaruh keaktifan mengikuti tarekat terhadap etos

kerja dapat dilihat dari tabel hasil olah data menggunakan SPSS berikut:

Tabel 4.16 Tabel koefisien Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Fraction

Missing

Info. B Std. Error Beta

1 (Constant) 28,397 8,515 3,335 ,002

Keaktifan

tarekat 0,710 ,123 ,698 5,767 ,000

a. Dependent Variable: etos kerja

Berdasarkan tabel 4.16 hasil analisis regresi ganda dengan

satu prediktor diperoleh persamaan garis regresi Y = 28,397+ 0,710X.

Koefisien korelasi parsial sebesar 0,710 pada konstanta 28,397

menunjukkan kuatnya tingkat pengaruh antara variabel keaktifan

tarekat terhadap etos kerja. tanda positif pada koefisien korelasi

menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif atau searah.

b. Signifikansi

Untuk mengetahui taraf signifikansi pengaruh keaktifan

mengikuti tarekat terhadap etos kerja dapat dilihat dengan tabel berikut:

Tabel 4.17 Tabel Anova ANOVA a

Model Sum of quares df Mean Square F Sig.

1 Regression 534,198 1 534,198 33,255 ,000b

Residual 562,235 35 16,064

Total 1096,432 36

a. Dependent Variable: Etos kerja

b. Predictors: (Constant), Keaktifan tarekat

77

Berdasarkan tabel 4.17 diperoleh nilai Sig. = 0,000 yang

berarti < kriteria signifikan (0,05), dengan demikian model persamaan

regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan artinya, model

regresi linier memenuhi kriteria linieritas. Sehingga dapat diartikan

bahwa keaktifan mengikuti tarekat mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap etos kerja pengikut tarekat.

c. Sumbangan

Nilai sumbangan persentase dapat diketahui dengan melihat

hasil olah data menggunakan SPSS berikut:

Tabel 4.18 ouput model summay

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,698a ,487 ,473 4,00797 a. Predictors: (Constant), keaktifan tarekat b. Dependent Variable: etos kerja

Nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi

sebesar 0,698. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh

keaktifan bertarekat terhadap etos kerja pengikut tarekat ada di

kategori kuat. Melalui tabel ini juga diperoleh nilai R Square atau

koefisien determinasi (KD) yang menunjukkan seberapa bagus model

regresi yang dibentuk oleh interaksi pengaruh keaktifan bertarekat

terhadap etos kerja. Nilai KD yang diperoleh adalah 48,7% yang dapat

ditafsirkan bahwa keaktifan bertarekat memiliki pengaruh kontribusi

sebesar 48,7% terhadap etos kerja dan 51.3% lainnya dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain keaktifan bertarekat. Jadi uji signifikansi koefisien

korelasi parsial dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan

keaktifan bertarekat (X) terhadap etos kerja (Y) sehingga hipotesis

diatas bisa diterima.

78

d) Pembahasan Hasil Penelitian

Dari analisis uji hipotesis yang telah dilakukan peneliti maka hasilnya

dapat diuraikan sebagai berikut: Dari hasil uji hipotesis diperoleh pengaruh

yang signifikan dari keaktifan bertarekat terhadap etos kerja, terbukti

sumbangan efektif sebesar 48,7% dengan taraf signifikansi 0,05 artinya

pengaruh keaktifan bertarekat terhadap etos kerja cukup kuat, semakin aktif

bertarekat berarti semakin tinggi etos kerjanya.

Tingginya etos kerja peserta TQN pada tabel 4.6 yang tercermin pada

indikator 1-5 (22 peserta/44%) ditambah indikator 1-4 (13 peserta/26%),

dengan total ada 35 peserta atau 70%, tidak semua dipengaruhi oleh TQN, hal

ini berdasarkan dari pernyataan peserta TQN yang bernama Hj. Shofiyah

salah satu peserta yang mempunyai etos kerja sangat tinggi (indikator 1-5)

menyatakan “Kalau saya memang sudah dari kecil membantu orang tua

dalam proses pembatikan mas, semangat kerja sudah dari dulu sebelum ikut

tarekat, jadi bukan karena tarekat saya kerjanya semangat seperti ini mas”

(Hj. Shofiyah, wawancara 28-12-2013). Peserta yang mempunyai etos kerja

tinggi tetapi bukan karena TQN tetapi dipengaruhi oleh faktor lain ada 6

peserta atau 12%.

Penyataan Hj. Shofiyah ini dan ke 5 peserta lainnya merupkan hal

yang wajar jikalau kegiatan TQNnya tidak berpengaruh pada etos kerjanya,

karena menurut Ferry Noveliadi (2009: 14-17) bahwa yang mempengaruhi

etos kerja seseorang itu ada enam faktor yaitu agama, budaya, soaial politik,

kondisi lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi

intrinsik individu.

Berdasarkan dari wawancara kepada para pengikut TQN yang

mempunyai etos kerja yang tinggi, ada 9 peserta TQN yang menjawab tidak

jelas atau ragu-ragu ketika ditanya apakah ada peningkatan etos kerja

semenjak mengikuti kegiatan TQN di kelurahan Tirto?. Bentuk jawaban

keragu-raguan ini dapat dilihat dari jawaban M. Zaed dengan menjawab

“tidak tentu, kadang-kadang”, dan H. Ihsan dengan jawaban “kalau saya

tergantung situasi pasar mas”. Jawaban tersebut mengisyaratkan keragu-

79

raguan mengenai hubungan TQN dengan etos kerja. Apalagi H. Ihsan lebih

jelas dengan mengatakan “tergantung situasi pasar”, jawaban ini

menunjukkan bahwa yang mempengaruhi etos kerjanya bukan TQN

melainkan keadaan situasi pasar atau keadaan perekonomiannya. Hal ini

wajar karena struktur perekonomian seseorang juga dapat mempengaruhi etos

kerja seseorang (Ferry Noveliadi, 2009: 16).

Para peserta TQN yang mempunyai etos kerja tinggi di atas rata-rata

dan menjawab “ya” atau “tentu” atau “pasti mas” dengan tegas ketika ditanya

apakah dengan mengikuti tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda

meningkat ?, ada 20 peserta atau 40% dari 50 sampel. Dari 20 peserta tersebut

yang mempunyai intensitas mengikuti kegiatan TQN kurang, atau hanya 1

kegiatan saja yang diikutinya dari tiga kegiatan yaitu harian, mingguan dan

bulanan ada 7 peserta. Ke-7 peserta tesebut ketika dikonfirmasi

bagaimanakah TQN mempengaruhi tingginya etos kerja anda ?, mereka

hanya menjawab “ya” atau “tentu” saja tanpa menunjukkan alasannya. Dari

20 peserta tersebut yang mempunyai intensitas kegiatan TQN 2 macam dari 3

macam kegiatan yaitu harian, mingguan dan bulanan ada 5 peserta, dan ke-5

peserta tersebut juga tidak dapat menunjukkan alasan dengan tepat hanya

“ya” saja yang dapat mereka jawab. Dari 20 peserta yang mempunyai etos

kerja tinggi tersebut ada 8 peserta TQN yang mempunyai intensitas kegiatan

TQN juga tinggi yaitu kegiatan harian, mingguan dan bulanan mengikuti

semua, tetapi ada 5 peserta TQN yang motivasinya kurang sesuai dengan

tujuan TQN, motivasi ke-5 peserta TQN tersebut yaitu untuk memperdalam

ilmu agama (2 peserta), untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat (1

peserta), untuk kekhusyukan beribadah (1 peserta) dan untuk meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan (1 peserta). Disamping itu ke-5 peserta yang

mempunyai etos kerja tinggi dan intensitas kegiatan TQNnya pun tinggi

tetapi motivasinya kurang sesuai dengan tujuan TQN, ketika ditanya apakah

dengan mengikuti tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda meningkat,

mereka hanya bisa menjawab “ya” dan tidak dapat menunjukkan alasan

apapun. Sedangkan, dari 20 peserta TQN yang etos kerjanya dan intensitas

80

kegiatan tarekatnya tinggi disertai dengan ketepatan motivasi mengikuti TQN

ada 3, tetapi dari ke-3 peserta tersebut ketika ditanya apakah dengan

mengikuti tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda meningkat ? yang

menjawab “ya” dan tidak dapat menunjukkan alasanya hanya ada 1 peserta.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hanya ada 2 peserta

atau 4% dari 50 sampel yang mempunyai etos kerja tinggi, intensitas kegiatan

TQNnya pun tinggi, motivasinya tepat dan dapat menunjukkan alasan yang

tepat atau sesuai dengan ajaran TQN ketika ditanya apakah dengan mengikuti

tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda meningkat, mareaka

menjawab ya dengan alasan “Ya dengan mengikuti tarekat kan kita semakin

dekat dengan Allah, sementara kerja kan juga kewajiban yang diperintahkan

oleh Allah, jadi kalau saya tidak kerja berarti tidak bertanggung jawab dan

merasa berdosa kepada Allah juga” (Tholib Waryono, wawancara 28-12-

2013) dan alasan yang satunya lagi “jelas semakin meningkat, karena jika kita

resapi, tarekat akan membawa semangat baik dalam bekerja, ibadah dan

kehidupan sehari-hari” (Muhammad Yaenafi, wawancara 28-12-2013),

Muhammad Yaenafi juga menyebutkan dampak positif dari ikut tarekat yaitu

“Dampak posifnya banyak sekali diantaranya semakin tekun beribadah yang

merupakan hablum minallah, dan hablum minannas semakin terjalin erat,

dimana semakin banyak z|ikir dikumandangkan, maka semakin tersebar hawa

kondusif disekitar kita” (Muhammad Yaenafi, wawancara 28-12-2013).

Muhammad Yaenafi (wawancara 28-12-2013) juga dapat mendefinisikan

tarekat dengan baik ketika peneliti menanyakan motivasinya yaitu ”Tarekat

adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berz|ikir,

dengan berz|ikir akan selalu mengingat Allah.

Dengan adanya 2 peserta atau 4% dari 50% peserta TQN di kelurahan

Tirto yang dinyatakan valid, maka dapat dikatakan bahwa adanya hubungan

antara etos kerja dan TQN di kelurahan Tirto, namun prosentasenya sangat

kecil sekali.

81

Kecilnya prosentase tersebut disebabkan oleh beberapa hal:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja

Berdasarkan dari keterangan Ferry Noveliadi (2009: 14-17)

yang menyatakan bahwa yang mempengaruhi etos kerja seseorang itu

ada enam faktor yaitu agama, budaya, soaial politik, kondisi

lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi

intrinsik individu. Faktor agama merupakan salah satu faktor dari 6

faktor etos kerja, maka kedudukan agama dapat dikatan hanya seper

enam dari faktor-faktor lain, apalagi TQN meruapakan bagian dari

faktor agama tersebut.

2. TQN itu sendiri

Tujuan utama TQN bukanlah untuk menjadikan seseorang

mempunyai etos kerja yang tinggi, melainkan dapat mendekatkan diri

pada Allah Swt dengan kegiatan-kegiatan tertentu seperti z|ikir, wirid,

muraqabah dan lain sebagainya (Bruinessen, 1992: 15). Sedangkan

etos kerja hanya merupakan labet atau atsar atau efek positif dari

tujuan TQN tersebut. Sehingga kalau prosentasi hubungannya sedikit

merupakan suatu hal yang wajar.

3. Tingkat pemahaman peserta TQN

Zubaidi (1999: 75), dalam penelitiannya tentang tarekat di

daerah Demak, mengatakan konsep-konsep seperti zuhud, tawakal,

atau qanaah, dan wira’i masih dipahami secara sempit; sehingga

mendekatkan diri kepada Allah harus merupakan sikap diameteral

dengan menjauhi dunia, padahal sesuatau yang bernuansa duniawi

dapat bernilai ukhrawi, jika diniati dan dilaksanakan untuk mencari

rid{a Allah. Ungkapan Zubaidi tersebut merupakan respon dari hasil

penelitian yang ia lakukan dengan hasil tidak ada pengaruhnya antara

etos kerja dan kegiatan tarekat di kecamatan Mranggen kabupaten

Demak. Hal tersebut sangat wajar karena bentuk kegiatan tarekat

tidak seperti pada kegiatan-kegiatan lembaga formal, yang

mempunyai manajemen bagus. Dalam tarekat tidak ada evaluasi

82

seperti tes ujian bersama, penilaian pencapaian peserta, dan tidak ada

sanksi yang tegas pada mereka yang melanggar, semua tegantung

pada manajemen diri atau manajemen individu masing-masing.

Disamping itu, kebanyakan para peserta TQN bukanlah peserta yang

usia produktif melainkan usia yang sudah tua, jadi tingkat pemikiran

dan pemahamannya pun kurang.