BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN€¦ · vokal grup, Quinta Chamber terbentuk. Vokal grup...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN€¦ · vokal grup, Quinta Chamber terbentuk. Vokal grup...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Paduan Suara Quinta Chamber
Quinta Chamber terbentuk pada tahun 2009 yang
diprakarsai oleh Teguh Prihantoro, S.Pd yang merupakan
guru baru di SMA N 3 Magelang. Diawali dari sebuah
vokal grup, Quinta Chamber terbentuk. Vokal grup
tersebut terbentuk karena adanya lomba vokal grup pada
tahun 2011 yang langsung mendapatkan juara pertama
di tingkat kota dan mendapat peringkat 11 di tingkat
Provinsi. Setelah vokal grup, muncul sebuah band
bernama Latulip Band yang pernah berhasil
mendapatkan juara 3 Jingle Dare pada tahun 2010 dan
kemudian menghasilkan siswa yang berbakat dalam
bidang musik.
Terhitung dari lomba tersebut, Teguh Prihantoro,
S.Pd selaku pembimbing dan beberapa siswa dari Latulip
dan kelompok vocal group, merencanakan untuk
mengadakan sebuah kegiatan ekstra seni musik yang
dapat menampung bakat seni yang dimiliki oleh siswa
SMA N 3 Magelang. Kegiatan ekstrakurikuler seni musik
akhirnya terbentuk dalam bentuk kelompok paduan
suara dengan nama Quinta Chamber. Quinta Chamber
sendiri berasal dari bahasa Georgia, Quinta berarti suara
yang indah, dan yang Chamber berarti gabungan.
Seiring berjalannya waktu, Quinta Chamber mulai
memantapkan dan memberanikan diri untuk mengikuti
berbagai macam perlombaan. Lomba pertama yang
diikuti atas nama Quinta Chamber adalah lomba vocal
group pada tahun 2009 yang diikuti oleh 6 siswa. Namun
pada lomba ini, SMA N 3 belum berhasil mendapatkan
juara. Quinta Chamber juga mulai lebih sering mengikuti
lomba – lomba yang ada di Magelang. Mulai dari
menyanyi tunggal putra maupun putri, vocal group
hingga paduan suara.
Mulai tahun 2011, nama Quinta Chamber mulai
terangkat dan diperhitungkan di Magelang. Nama Quinta
Chamber mulai terdengar di seluruh Magelang setelah
memenangkan Festifal Paduan Suara Pekan Raya
Magelang pada tahun 2011 yang menduduki peringkat ke
dua.
Kemenangan-kemenangan yang mulai diperoleh
Quinta Chamber ini seolah menjadi cambuk yang terus
memacu agar Quinta Chamber dapat menjadi tolok ukur
musik di Magelang. Hal ini dapat dilihat dari prestasi -
prestasi yang terus dihasilkan oleh Quinta Chamber
sebagai bukti dari eksistensinya di bidang musik yang
sudah memasuki tahun ke-7.
Quinta Chamber juga memiliki beberapa program
kerja yang telah dilaksanakan dan beberapa program
kerja yang dijadikan target bagi Quinta Chamber.
Program kerja yang telah dilaksanakan adalah The
Gooms dan Recording. Sedangkan Pogram kerja yang
akan dilaksanakanmeliputi Konser sewindu Quinta
Chamber, Festival Band, Roadshow, dan Outbond.
Visi dan Misi Kelompok Paduan Suara Quinta Chamber
adalah sebagai berikut:
VISI : Membentuk organisasi yang maju, berkembang,
berprestasi, dan mandiri
MISI
1. Mempererat persaudaraan siswa SMA Negeri 3 pada
umumnya dan peserta Quinta Chamber pada
khususnya
1. Mengangkat nama SMA N 3 pada umumnya dan
Quinta Chamber sama khususnya di luar lingkungan
sekolah SMA N 3 Magelang.
2. Mengembangkan bakat dan minat siswa melalui
program – program kerja yang bermutu dan menarik
3. Mengembangkan dan melanjutkan program kerja
sebelumnya yang telah dilaksanakan
4. Membuat inovasi untuk perkembangan seni musik di
SMA Negeri 3 Magelang.
4.2 Hasil Penelitian
Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan
triangulasi. Ada empat komponen analisis yang dilakukan
dengan model ini yaitu: a) Pengumpulan data; b) Reduksi data;
c) Sajian data; dan d) Penarikan kesimpulan (Maleong,
2006:22).
Berdasarkan hasil reduksi data dan fokus penelitian yang
telah diuraikan, maka paparan data dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu : a) Perencanaan pembelajaran; b)
Pengorganisasian pembelajaran; c) Penggerakan pembelajaran;
dan d) Pengawasan pembelajaran.
4.2.1 Perencanaan Pembelajaran pada kelompok paduan
suara Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang.
Hasil wawancara dengan Guru Seni Musik kelas X SMA
Negeri 3 Magelang mengenai perencanaan pembelajaran seni
musik sebagai berikut:
“ Dalam merencanakan pembelajaran kami memperhatikan kedalaman dan keluasan materi serta alokasi waktu yang tersedia. Selain itu kami juga mempertimbangkan media pembelajaran yang tersedia serta sumber belajar yang ada. Stratregi yang kami gunakan adalah strategi yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik materi pelajaran”.
Hasil wawancara tersebut sejalan dengan penjelasan Guru
Seni Musik yang mengajar kelas XI yang menyampaikan
penjelasan sebagai berikut:
“ Kami membuat analisis jam, hari, dan minggu efektif kemudian menelaah SK dan KD dan memperhitungkan alokasi waktu yang tersedia. Untuk scenario pembelajaran kami sesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran”.
Penjelasan Kepala SMA Negeri 3 Magelang berikut ini
menambah informasi tentang perencanaan pembelajaran yang
disusun oleh guru-guru SMA Negeri 3 Magelang:
“ SMA Negeri 3 Magelang pada tahun ini masih
memberlakukan Kurikulum tahun 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Dalam KTSP guru wajib
mengembangkan silabus dan RPP. Guru-guru kami aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran atau MGMP. Dalam kegiatan MGMP inilah silabus dan RPP dikembangkan bersama oleh guru-guru sesuai dengan kelompok mata
pelajarannya masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di masing-masing sekolahnya. Hal ini juga berlaku bagi guru seni
musik. Pada prinsipnya pengembangan silabus dan RPP harus memperhatikan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran, alokasi waktu yang tersedia serta sarana dan prasarana pendukung yang ada di sekolah. Mengenai strategi
pembelajaran yang dipilih kami memberikan kebebasan kepada guru sesuai dengan mata pelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan.
Perangkat pembelajaran yang harus disiapkan adalah prota, promes, silabus, dan RPP”.
Ketiga hasil wawancara di atas memberikan informasi
bahwa perancangan pembelajaran seni musik pada paduan
suara Quinta Chamber SMA Magelang mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana
pengembangannya diserahkan kepada pihak sekolah dalam hal
ini oleh guru, dengan harapan pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan sekolah dan kebutuhan siswa pada
umumnya. Adapunn perangkat pembelajaran yang harus
disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran adalah: prota, promes, silabus, dan RPP. Pada
pembelajaran seni pada kelompok paduan suara Quinta
Chamber SMA Negeri 3 Magelang guru menggunakan strategi
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3
Magelang menyesuaikan dengan Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses dimana perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencanan
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sekurang-kurangnya
memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Setiap guru pada
satuan pendidikan wajib menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran yang berlangsung interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup
bagi prakrasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Dalam menyusun perencanaan pembalajaran seni musik
dengan strategi pembelajaran kontekstual, guru seni musik
pada kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3
Magelang harus mampu menciptakan suasana kelas yang
dinamis, difokuskan pada kebutuhan siswa. Selain itu kegiatan
yang dirancang harus dapat menghancurkan kebiasaan-
kebiasaan buruk dalam belajar dan menggantikannya dengan
kebiasaan-kebiasaan baik.
Berdasarkan observasi pada dokumen perangkat
pembelajaran yang disiapkan oleh guru seni musik SMA Negeri
3 Magelang, semua guru sudah menyusun program tahunan
dan program semester. Guru mengembangkan silabus bersama
dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
tingkat Kota Magelang. Semua guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk satu RPP setiap satu
atau dua kali pertemuan . Dalam hal pembelajaran seni musik
bagi kelompok paduan suara Quinta Chamber berlaku hal yang
sama satu kali pertemuan selama 2 jam pelajaran atau 2 X 45
menit. RPP yang disusun oleh guru memuat identitas, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode atau pendekatan, alokasi waktu, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, penilaian, dan alat atau media
pembelajaran.
Menurut informasi yang peneliti peroleh melalui
wawancara dan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa dalam
menyusun perencanaan pembelajaran guru seni musik pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3
Magelang menyesuaikan dengan Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses. Perencanaan proses
pembelajaran yang disusun meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sekurang-kurangnya memuat
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran guru seni
musik pada kelompok paduan suara Quinta Chammber SMA
Negeri 3 Magelang menerapkan pendekatan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning. RPP disusun mengacu pada
silabus yang telah dikembangkan bersama dalam kegiatan
MGMP. Penerapan pendekatan pembelajaran CTL diharapkan
mampu membuat siswa termotivasi, dan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
4.2.2 Pengorganisasian Pembelajaran pada kelompok
paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang.
Yang dimaksud dengan pengorganisasian ialah proses
pengelompokan orang-orang berdasarkan tugas, wewenang,
dan tanggungjawabnya. Dengan demikian akan tercipta suatu
organisasi yang siap menjalankan rencana yang telah
ditetapkan. Dalam proses pengorganisasian, semua sumber
daya organisasi digerakkan sesuai fungsi dan kewenangan
masing-masing. Dalam manajemen lembaga pendidikan
terdapat unsur-unsur yang membentuk budaya lembaga
tersebut, diantaranya adalah lingkungan sekolah. Lingkungan
sekolah terbagi dalam dua katagori yaitu lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal sekolah
misalnya tempat belajar mengajar, pendidik, peserta didik,
karyawan, alat-alat, fasilitas sekolah, perpustakaan sekolah,
dan aktivitas pembelajaran. Semua secara keseluruhan terlibat
lalngsung dalam suasana interaktif yang membentuk budaya
sekolah.
Lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat eksternal
adalah lingkungan yang keberadaannya di luar lembaga,
misalnya lingkungan masyarakat, hubungan strukural sekolah
dengan pemerintah, dan interaksi pihak lembaga dengan
keluarga seluruh anak didik.
Berkenaan dengan pengorganisasian pembelajaran seni
pada kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3
Magelang, baik lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal saling berkait dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Masing-masing berperan sesuai dengan fungsinya. Hal tersebut
sesuai dengan penjelasan Rimbawati sebagai berikut:
“ Dalam pengorganisasian pembelajaran seni untuk
kelompok paduan suara Quinta Chamber, semua unsur yang membentuk organisasi bertanggungjawab sesuai perannya. Dalam hal ini
baik lingkungan internal maupun eksternal semua berperan dalam rangka mempertahankan
keberadaan kelompok paduan suara. Guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran harus berani keluar dari zona kenyamanan. Gutu harus mampu
melaksanakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga mudah diserap oleh siswa.
Setiap permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran harus disikapi sebagai embrio
tumbuhnya kreativitas baru untuk memperbaiki keadaan ke depan. Guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis”.
Penjelasan mengenai pengorganisasian pembelajaran
pada kelompok paduan suara Quinta Chamber juga
disampaikan oleh Joko Tri Haryanto selaku Kepala Sekolah
SMA Negeri 3 Magelang sebagai berikut:
“ Siswa-siswi anggota kelompok paduan suara Quinta Chamber pada dasarnya adalah anak-anak
yang pandai. Akan tetapi tidak semua anak yang pandai dapat berhasil dalam belajar. Oleh karena itu dalam merekrut anggota sekolah membuat
aturan yang ketat. Sebelum masuk menjadi anggota anak-anak melalui tahapan seleksi. Tidak semua
yang berkeinginan menjadi anggota dapat terpenuhi. Paduan Suara Quinta Chamber benar-benar berangggotakan siswa pilihan. Biasanya
mereka sudah memiliki kebiasaan belajar yang bagus. Orang tua siswa-siswi anggota paduan suara mendukung sekali seluruh kegiatan paduan suara
baik berupa dukungan yang bersifat moril maupun yang bersifat materiil. Anak-anak Quinta terbiasa
mandiri. Sekolah tinggal memberikan fasilitas yang mereka perlukan untuk dapat berhasil dalam efent-efent lomba yang diikuti”
Selanjutnya Aberawa Listyarini menjelaskan tentang
manajemen pembelajaran seni pada kelompok paduan suara
Quinta Chamber sebagai berikut:
“ Dalam melaksanakan pembelajaran seni pada
kelompok ini kami menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Penggunaan pendekatan ini lebih mengutamakan
pemanfaatan lingkungan belajar siswa, guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
dunia nyata. Hal ini mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota
masyarakat. Sarana dan prasarana cukup memadai. Dalam melaksanakan pembelajaran kami memperhitungkan alokasi waktu baik dalam proses
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun kegiatan setelah pembelajaran. Semua tahap harus direncanakan dengan baik sehingga guru mudah
dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan”.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa guru seni
musik pada kelompok paduan suara Quinta Chamber
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
CTL. Masing-masing guru mengorganisasikan kegiatan
pembelajaran dengan target waktu yang sudah ditentukan.
Kegiatan meliputi penyusunan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta kegiatan setelah
pembelajaran sudah diorganisir dengan baik. Tahap
perencanaan meliputi penyusunan RPP yang harus memenuhi
prinsip menguasai bahan ajar, memahami prinsip-prinsip
pembelajaran, serta memahami model pembelajaran yang
digunakan. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran guru harus
memperhatikan pengelolaan dan pengendalian kelas.
Sedangkan tahapan setelah mengajar meliputi kegiatan menilai
hasil belajar siswa, melaksanakan analisis hasil belajar,
melaksanakan kegiatan tindak lanjut serta menyusun
perencanaan pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran yang
akan datang. Ketiga kegiatan tersebut harus mampu
menggambarkan hasil belajar dari tiga ranah yaitu kognitif,
afektif, dan
psikomotor,
4.2.3 Pengelolaan Penggerakan Pembelajaran pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri
3 Magelang.
Penggerakan adalah proses manajemen yang
berhubungan dengan orang-orang. Penggerakan juga
mengandung arti tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok mau berusaha mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan agar sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat.
Dalam hal pelaksanaan perencanaan pembelajaran harus
berorientasi kepada upaya penyiapan individu siswa agar
mampu melaksanakan perangkat kompetensi yang telah
direncanakan pada tahap awal pengembangan perencanaan
pembelajaran. Kompetensi yang akan dicapai dalam
pembelajaran diupayakan untuk dapat dicapai secara optimal.
Agar kegiatan pembelajaran dapat memberdayakan seluruh
potensi yang ada pada siswa kegiatan pembelajaran
hendaknya: a) Berpusat pada peserta didik; b) mengembengkan
kreatifitas peserta didik; c) menciptakan kondisi yang
menantang dan menyenangkan; d) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika; dan e) menyediakan pusat pengalaman belajar
yang beragam.
Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran seni pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3
Magelang menunjukkan bahwa siswa mempunyai pengetahuan
prasyarat yang kemudian lebih jauh dikembangkan dalam
kegiatan pembelajaran. Guru berusaha menjadikan lingkungan
sebagai sumber belajar. Siswa terlibat secara langsung untuk
menemukan materi pelajaran. Siswa berusaha menghubungkan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata.
4.2.4 Pengelolaan Pengawasan Pembelajaran pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri
3 Magelang
Pengawasan adalah tindakan manajerial yang
mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Karena itu proses ini
harus dilakukan sepanjang pekerjaan berlangsung agar dapat
segera diketahui apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan
atau kesalahan-kesalahan sehingga dapat segera dilakukan
perbaikan.
Pada umumnya dikenal 5 langkah pengawasan yaitu: a)
Menentukan standar; b) Melakukan pengukuran; c)
Memonitoring dan mengevaluasi; d) Membandingkan prestasi
yang dicapai dengan standar; dan e) Melakukan perbaikan yang
dilakukan.
Dalam hal standar kepengawasan SMA Negeri 3 Magelang
menentukan standar pengawasan program sekolah, standar
pengawasan supervisi guru, serta standar kelulusan siswa.
Untuk mengukur prestasi siwa dilakukan pengukuran awal
semester dan pengukuran prestasi setiap akhir tahun
pembelajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan
dengan cara supervisi proses belajar mengajar oleh kepala
sekolah, dan evaluasi proses belajar mengajar. Selanjutnya
sekolah membandingkan apakah prestasi yang dicapai siswa
lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil anlisis
tersebut sekolah melaksanakan perbaikan terhadap program
serta menindaklanjuti saran dan kritik.
Dari semua kegiatan pengawasan evaluasi merupakan
kegiatan yang dapat langsung memberikan gambaran efektif
tidaknya suatu program. Hasil belajar merupakan tujuan akhir
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil
belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan
secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif
yang kemudian disebut sebagai proses belajar. Akhir dari
proses belajar adalah perolehan hasil belajar. Hasil tersebut
merupakan hasil dari proses interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil
belajar merupakan penanda berakhirnya proses pengajaran
dan puncak dari proses belajar.
Hasil penelitian tentang pelaksanaan evaluasi
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning pada kelompok paduan
suara Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang tergambarkan
gari hasil wawancara dengan guru seni musik sebagai berikut:
“Evaluasi pembelajaran kami laksanakan pada setiap akhir pertemuan dengan meminta siswa mengerjakan soal-soal yang kami sediakan secara
mandiri. Dengan demikian kami akan memperoleh gambaran tentang kemajuan belajar siswa serta
dapat kami upayakan agar dalam setiap pertemuan kami memperoleh hasil yang lebih baik dengan penerapan pembelajaran kontekstual.”
Hasil wawancara tersebut menggambarkan bahwa dalam
setiap akhir pembelajaran guru meminta siswa mengerjakan
soal evaluasi untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan
belajar siswa. Dari jawaban yang diberikan guru memperoleh
gambaran tentang peningkatan prestasi belajar anggota
kelompok paduan suara Quinta Chamber dengan penerapan
Contextual Teaching and Learning.
Hasil wawancara dengan guru seni music pada kelas yang
berbeda menambahkan informasi tentang pelaksanaan evaluasi
pembelajaran yang berbeda sebagai berikut :
“Dalam setiap akhir keggiatan pembelajaran, kami menyediakan waktu lima belas menit untuk siswa
mengerjakan soal evaluasi. Soal yang kami berikan kadang-kadang berbentuk pilihan ganda, kadang-kadang berbentuk isian atau uraian. Soal essay lebih
banyak kami berikan agar kami benar-benar dapat mengukur pemahaman siswa akan materi pelajaran
yang disampaikan .”
Penjelasan di atas memberikan gambaran entang waktu
pelaksanaan kegiatan evaluasi dalam setiap akhir kegiatan
pembelajaran. Soal yang diberikan oleh guru lebih banyak
bernetuk essay dikandung maksud agar mampu memberikan
gambaran tentang pemahaman siswa akan materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri
individu yang melakukan kegiatan belajar. Perubahan yang
terjadi bukan hanya perubahan dalam hal pengetahuan akan
tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam
bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa
setelah melalui proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu dan diukur menggunakan alat evaluasi tertentu. Hasil
belajar kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3
Magelang setelah melalui kegiatan pembelajaran dengan
penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning
dijelaskan oleh Sisca Maharani anggota kelompok paduan suara
Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang sebagai berikut :
“Setelah mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning hasil belajar saya mengalami peningkatan dibandingkan
ketika guru menggunakan pembelajaran konvensional. Saya lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru karena pembelajaran
yang dilaksanakan lebih menarik dan menantang .”
Penjelasan siswa anggota kelompok paduan suara
tersebut memberikan gambaran bahwa siswa lebih merasa
senang belajar dengan penggunaan pendekatan Contextual
Teaching and Learning. Mereka lebih mudah memahami materi
pelajaran karena penyajian materi yang diberikan oleh guru
lebih menarik.
Penjelasan tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh Angga Saputra anggota kelompok paduan suara Quinta
Chamber yang berasal dari kelas X sebagai berikut :
“ Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang
membuat pelajaran yang saya terima lebih menarik. Dengan demikian saya senang mengikuti kegiatan pembelajaran karena saya lebih mudah memahami
materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.”
Penjelasan siswa diatas memberikan informasi bahwa
penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning
pada kelompok paduan Suara Quinta Chamber membuat
pelajaran yang mereka terima lebih menarik. Mereka lebih
mudah memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru.
Dari hasil tes yang diberikan oleh guru terlihat bahwa
penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning pada kelompok paduan suara Quinta Chamber SMA
Negeri 3 Magelang efektif untuk diterrapka. Penjelasan tersebut
disampaikan oleh Rimbawati sebagai berikut:
“Terdapat kenaikan hasil ulangan dari ulangan sebelum penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan setelah penerapan pendekatan Contextual Teaching and learning untuk masing-
masing angkatan sebagai berikut: untuk angkatan ke-8 sebesar 10% , angkatan ke-7 sebesar 8%, serta
untuk angkatan ke-6 sebesar 5% . Rerata kenaikan dari ketiga angkatan sebesar 7,66 %
Dari hasil wawancara di atas dapat diperoleh gambaran
bahwa dari hasil ulangan yang dilakukan sebelum penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning bila
dibandingkan dengan setelah penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning terdapat kenaikan hasil
belajar yang cukup signifikan yaitu sebesar 10 % untuk
angkatan ke-8, 8% untuk angkatan ke-7 dan sebesar 5% untuk
angkatan ke-6. Daari ketiga nagkatan tersebut rerata kenaikan
adalah sebesar 7,66%.
Secara keseluruhan hasil belajar dengan penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning berdampak
terhadap peningkatan hasil belajar anggota kelompok paduan
suara Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang. Hal tersebut
memberikan sumbangan yang besar terhadap semangat
anggota kelompok paduan suara untuk tetap mempertahankan
keberadaannya dan berkontribusi terhadap peningkatan
prestasi yang diperoleh oleh kelompok paduan suara tersebut.
4.3 Pembahasan
Manajemen pembelajaran seni pada kelompok paduan
suara Quinta Chamber SMA Negeri 3 Magelang dengan
menggunakan model pembelajaran CTL ternyata memiliki
banyak keunggulan.
4.3.1 Pengelolaan Perencanaan Pembelajaran CTL pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber.
Perencanaan pembelajaran seni pada kelompok
paduan suara Quinta Chamber mangacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana
pengembangannnya diserahkan kepada pihak sekolah
dengan harapan agar sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Model pembelajaran CTL diterapkan pada pembelajaran
semi agar mampu memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik.
Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran CTL menyesuaikan dengan
Permendikans Nomor 41 Tahun 2007 dimana
perencanaan pembelajaran meliputi silabus, dan rencana
pembelajaran yang sekurang-kurangnya memuat tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar dan penilaian hasil belajar. Setiap guru pada
satuan pendidikan berkewajiban menyususn RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik peserta didik.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran
dengan strategi CTL, mengacu pada silabus, kamudian
disusun dan dikembangkan sesuaui dengan tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode mengajar, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar. Perencanaan
pembelajaran dibuat sedapat mungkin mampu membuat
siswa termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Jazuli (2001:35) yang mengatakan bahwa perencanaan
adalah serangkaian tindakan yang di lakukan sebelum
usaha dimulai hingga proses usaha masih berlangsung.
Perencanaan juga dapat diartikan sebagai penetapan
tujuan kebijakan prosedur, program, pembiayaan,
standar mutu dari suatu organisasi. Perencanaan
program di sini mengandung makna sebagai sebuah
tujuan atau harapan dari pekerjaan untuk mencapai
sesuatu yang di harapkannya. Perencanaan perlu
mendasarkan pada beberapa alternative, antara lain 1)
kemampuan, 2) kondisi lingkungan, 3)kompetensi, 4)
kerja sama, 5) program (Jazuli,1995:91)
4.3.2 Pengelolaan Pengorganisasian Pembelajaran CTL pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber.
Pengorganisasian pembelajaran meliputi tahap
persiapan, pelaksanaan dan pasca pembelajaran.
Tahapan-tahapan tersebut harus terencana dan
terprogram dengan baik agar guru mudah dalam
melaksanakan pembelajaran.
Dalam rangka pengorganisasian pembelajaran,
sebelum mengajar guru harus menyususn RPP. Dalam
menyususn RPP perlu memperhatikan prisip-prinsip
penyusunan RPP yang meliputi: menguasai bahan ajar,
memahami prinsip-prinsip mengajar, memahami model
pembelajaran yang digunakan. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah
pengelolaan dan pengendalian kelas dengan
memperthatikan langkah-langkah pembelajaran yang
digunakan. Pada tahap pasca pembelajaran guru perlu
melaksanakan: penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa,
membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya,
serta melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang sudah dilakukan. Ketiga tahap
tersebut harus mampu mencerminkan hasil belajar siswa
yang berkaitan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kualitas serta kuantitas pengajaran yang
dilaksanakan. Oleh sebab itu guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan pembelajaran secara
seksama serta meningkatkan kesempatan bagi siswa agar
kualitas pembelajaran lebih baik. Pengorganisasian
pembelajaran merupakan aspek pendidikan yang
menjadi perhatian utama para guru yang berkeinginan
agar pembelajaran yang dilaksanakan optimal.
Dalam hal perencanaan pembelajaran guru SMA
Negeri 3 Magelang wajib menyusun silabus dan RPP yang
dikembangkan bersama melalui kegiatan MGMP.
Penyusunan perencanaan ini dimaksudkan untuk
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran dengan
langkah-langkah yang terprogram. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Mukitat (1984:20) yang mengatakan
bahwa mengorganisasi adalah menggolongkan kegiatan –
kegiatan yang penting untuk melaksanakan rencana –
rencana dalam kesatuan – kesatuan administratif dan
menentukan hubungan – hubungan antara pimpinan –
pimpinan dangan karyawan – karyawan dalam bentuk
kesatuan.
4.3.3 Pengelolaan Penggerakan Pembelajaran CTL pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber.
Pada pembelajaran CTL pembelajaran didahului
dengan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.
Selain itu guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
aktivitas yang dipilih. Pada langkah selanjutnya guru
membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
Pada pelaksanaan pembelajaran CTL guru harus
mampu mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah. Untuk selanjutnya guru
membantu peserta didik dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Pada
tahapan akhir guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Pembelajaran CTL mampu melibatkan komponen-
komponen utama seperti kemampuan bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, refleksi serta penilaian
autentik.
Pembelajaran yang dilaksanakan mampu
menggerakkan semua unsur yang ada di SMA Negeri 3
Magelang untuk berperan aktif dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Jazuli (2001:39) yang mengatakan bahwa
penggerakan menyangkut tindakan – tindakan yang
menyebabkan suatu organisasi bisa berjalan, sehingga
semua yang terlibat didalam organisasi harus berupaya
kearah sasaran agar sesuai dengan perencanaan
manajerial.
Dalam hal fungsi penggerakan ini Kepala SMA
Negeri 3 Magelang berperan sentral. Kepala sekolah
memberikan ruang yang cukup kepada guru dan siswa
untuk berinovasi dalam berkesenian. Ruang yang cukup
inilah yang membuat kelompok paduan suara Quinta
Chamber mampu bersaing dengan kelompok lainnya dan
mampu mempertahankan kreatifitas dan eksistensinya
di tengah persaingan yang semakin ketat antar kelompok
paduan suara di kota Magelang.
Sejalan dengan pendapat tersebut Sudianto
(1989:169) menjelaskan secara umum actuating atau
penggerakan mempunyai arti suatu kegiatan yang
menggerakakan para bawahan kearah tujuan yang telah
ditetapkan. Karena menggerakkan para bawahan, maka
dengan demikian seorang pemimpin berada ditengah -
tengah para bawahan yang dengan sendirinya akan
diterima oleh para bawahan sebagai pendorong
(motivator). Tipe-tipe penggerakkan dapat berupa : 1)
motiovasi, semangat, inspirasi yang dapat memacu
tindakan kesadaran para pekerja, 2) bimbingan melalui
tindakan keteladanan, seperti dalam mengambil
keputusan, kesatuan bahasa, komunikasi, memperbaiki
pengetahuan dan ketrampilan bawahan, 3) pengarahan
yang jelas dan konstruktif terhadap bawahan agar bisa
melakukan pekerjaan dengan baik dan koordinasi bisa
lebih teratur.
4.3.4 Pengelolaan Pengawasan Pembelajaran CTL pada
kelompok paduan suara Quinta Chamber.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan
agar berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan
tujuan kegiatan tercapai. Kegiatan ini dapat mendeteksi
ada tidaknya penyimpangan, dan bila terjadi
penyimpangan maka diperlukan tindakan untuk
mengatasinya.
Pada tahap pengawasan pembelajaran maksud dan
tujuan yang akan dicapai adalah untuk melihat hasil
akhir dari pelaksanaan pembelajaran. Guru akan melihat
apa saja yang telah dicapai dan pengaruhnya bagi siswa.
Selain itu guru juga harus melihat apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai. Guru harus mampu
memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Setelah itu guru harus membuat laporan
untuk diserahkan kepada pihak-pihak penerima laporan
yaitu kepala sekolah dan wali murid sebagai bahan
utama laporan hasil pendidikan.
Evaluasi merupakan kagitan utama yang harus
dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam tahapan ini guru harus mampu mengetahui
perkembangan hasil belajar siswa. Kepala sekolah
melalui kegiatan supervisi dan pemantauan melakukan
pengawasan terhadap kegiatan kelompok paduan suara.
Kegiatan pembelajaran CTL pada kelompok paduan
suara Quinta Chamber ini terbukti mampu
meningkatkan hasil belajar siswa sehingga kelompok
paduan suara ini tetap mampu mempertahankan
kreativitas dan eksistensinya sebagai salah satu
kelompok paduan suara di kota Magelang yang
senantiasa diperhitungkan keberadaannya. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sudianto (1989:169) yang
mengatakan bahwa pengawasan merupakan fungsi
seorang manajer dalam melaksanakan penilaian dan
mengendalikan jalannya operasi atau suatu kegiatan
badan usaha yang mengarah demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan.