BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Orientasi...

20
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan. Sekolah ini terletak di kaki gunung Merbabu. Walaupun sekolah ini berada di daerah pedesaan, akses untuk menuju sekolah ini sangat mudah, karena lokasi sekolah ini berada tepat di tepi jalan raya Kopeng. Suasana di sekolah ini seperti keadaan di daerah pegunungan pada umumnya yaitu memiliki suhu udara yang dingin. Sekolah ini terletak di antara dua dusun yaitu di sebelah utara sekolah ini adalah dusun Kenteng dan di sebelah selatan sekolah ini adalah dusun Bumiayu yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. SMU N 1 Getasan merupakan sekolah yang memiliki kualitas baik, karena sekolah ini sudah memiliki akreditasi A. Lingkungan sekolah ini cukup bersih, fasilitas di sekolah ini sendiri di antaranya adalah, lapangan basket, lapangan voli dan perpustakaan. Untuk lapangan basket itu sendiri memiliki multi fungsi, selain digunakan untuk bermain basket, lapangan ini juga bisa digunakan untuk bermain futsal karena disebelah ring basket tersedia juga dua gawang sepakbola kecil yang berukuran 1 X 0,5 meter, dan lapangan basket ini juga biasa digunakan untuk melaksanakan upacara Bendera setiap hari senin.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Orientasi...

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di

Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl.

Raya Kopeng KM. 08 Getasan. Sekolah ini terletak di kaki

gunung Merbabu. Walaupun sekolah ini berada di daerah

pedesaan, akses untuk menuju sekolah ini sangat mudah, karena

lokasi sekolah ini berada tepat di tepi jalan raya Kopeng.

Suasana di sekolah ini seperti keadaan di daerah pegunungan

pada umumnya yaitu memiliki suhu udara yang dingin. Sekolah

ini terletak di antara dua dusun yaitu di sebelah utara sekolah

ini adalah dusun Kenteng dan di sebelah selatan sekolah ini

adalah dusun Bumiayu yang mayoritas penduduknya berprofesi

sebagai petani.

SMU N 1 Getasan merupakan sekolah yang memiliki

kualitas baik, karena sekolah ini sudah memiliki akreditasi A.

Lingkungan sekolah ini cukup bersih, fasilitas di sekolah ini

sendiri di antaranya adalah, lapangan basket, lapangan voli dan

perpustakaan. Untuk lapangan basket itu sendiri memiliki multi

fungsi, selain digunakan untuk bermain basket, lapangan ini

juga bisa digunakan untuk bermain futsal karena disebelah ring

basket tersedia juga dua gawang sepakbola kecil yang

berukuran 1 X 0,5 meter, dan lapangan basket ini juga biasa

digunakan untuk melaksanakan upacara Bendera setiap hari

senin.

38

Kegiatan-kegiatan organisasi yang diadakan di SMU

Negeri 1 Getasan antara lain, Osis dan Bantara untuk kegiatan

ekstrakulikuler antara lain, futsal, voli, basket, dan karate.

Siswa-siswa yang bersekolah di SMU Negeri 1 Getasan

ini sebagian berasal dari sekitar daerah Kecamatan Getasan dan

sebagian berasal dari Kota Salatiga. Berdasarkan data yang

peneliti peroleh dari penulisan biodata di skala siswa-siswa

SMU Negeri 1 Getasan kelas X, subjek berusia 15 sampai 17

tahun atau bisa dikatakan dalam masa remaja tengah.

B. Persiapan Penelitian

1. Perijinan Penelitian

Persiapan penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a. Pengurusan surat permohonan izin pengambilan data

dari fakultas untuk melaksanakan penelitian di SMU

Negeri 1 Getasan.

b. Menghubungi Wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan

SMU Negeri 1 Getasan untuk menjajagi kemungkinan

pelaksanaan penelitian dengan membawa surat

pengantar dari fakultas dan contoh skala yang akan

digunakan dalam penelitian. Surat pengantar dari

fakultas itu kemudian peneliti berikan kepada Wakil

Kepala Sekolah bagian Kesiswaan untuk disampaikan

kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Getasan.

c. Mendiskusikan dengan Wakil Kepala Sekolah bidang

Kesiswaan mengenai waktu yang tepat dan tata cara

pelaksanaan penelitian.

39

Berdasarkan surat pengantar dari fakultas Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana dengan Nomor 49PU-

F.Psi/VII/2012 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah

SMU Negeri 1 Getasan, maka penulis bertemu dengan

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan agar diijinkan

untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Penelitian yang dilakukan di SMU Negeri 1 Getasan

ini memiliki siswa atau subjek penelitian kurang lebih

sebesar 364 orang. Subjek yang digunakan dalam penelitian

ini adalah siswa kelas 1 SMU berjumlah 40 orang dengan

usia 15 sampai 17 tahun.

2. Penyusunan Alat Ukur

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat

penelitian berupa skala. Skala tersebut terdiri dari

pernyataan tertulis yang berasal dari aspek-aspek yang

hendak diukur, yang akan diberikan kepada subjek untuk

dijawab. Dalam penelitian ini skala yang akan digunakan

adalah skala tertutup, dimana jawaban sudah ditentukan

sehingga subjek tidak dapat memberikan jawaban di luar

dari pilihan yang telah ditentukan oleh penulis. Alat ukur

tersebut di buat untuk mengukur Kematangan Emosi dan

kompetensi interpersonal pada remaja tengah.

Skala Kematangan Emosi terdiri dari 30 item

pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel

kematangan emosi yaitu, dapat menerima keadaan diri

sendiri maupun orang lain, tidak bersifat impulsif, memiliki

kontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, berpikir

obyektif, memiliki tanggung jawab.

40

Tabel 4.1

Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kematangan Emosi

Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable

Dapat menerima keadaan diri

sendiri maupun orang lain 1, 2, 3 16, 17, 18

Tidak bersifat impulsif 7, 8, 9 19, 20, 21

Memiliki kontrol emosi dan

ekspresi emosi secara baik 13, 14, 15 25, 26, 27

Berpikir obyektif 22, 23, 24 10, 11, 12

Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30 4, 5, 6

Dalam melakukan penskoringan untuk item-item

pernyataan dalam skala Kematangan Emosi, digunakan

empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item favorable,

skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2,

sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk penskoringan

pilihan jawaban pada item unfavorable, skor untuk pilihan

sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju

4.

Skala Kompetensi Interpersonal terdiri dari 30 item

pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel

kompetensi interpersonal yaitu, kemampuan berinisiatif,

kemampuan untuk bersikap terbuka (self disclosure),

kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan

memberikan dukungan emosional, kemampuan dalam

mengatasi konflik.

41

Tabel 4.2

Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kompetensi

Interpersonal

Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable

kemampuan berinisiatif 1, 2, 3 16, 17, 18

kemampuan untuk

bersikap terbuka (self

disclosure)

7, 8, 9 25, 26, 27

kemampuan untuk

bersikap asertif 10, 11, 12 28, 29, 30

Kemampuan memberikan

dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15

kemampuan dalam

mengatasi konflik 22, 23, 24 4, 5, 6

Dalam melakukan penskoringan untuk item-item

pernyataan dalam skala Kompetensi Interpersonal

digunakan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item

favorable, skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak

setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk

penskoringan pilihan jawaban pada item unfavorable, skor

untuk pilihan sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat

tidak setuju 4.

3. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur bertujuan untuk menguji validitas

dan reliabilitas skala sehingga hasil pengukurannya yang

diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Uji coba

42

dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012 dengan

menggunakan try out terpakai. Uji coba terpakai adalah

subjek yang digunakan untuk uji coba digunakan sekaligus

untuk penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga dan

biaya ( Hadi, 1992)

4. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 9

Agustus 2012 pukul 09.00 WIB pagi. Pada saat itu SMU

Negeri 1 Getasan untuk siswa-siswa kelas X sedang

diadakan pembuatan kartu pelajar sehingga siswa-siswa

kelas X waktu itu pelajarannya dikosongkan selama 2 jam

pelajaran (90 menit) oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kesiswaan dan waktu inilah yang digunakan peneliti untuk

melakukan pengambilan data.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh

peneliti adalah incidental sampling. Menurut Supramono

(1993) teknik sampling insidental yaitu pemilihan sampel

yang terjadi secara kebetulan pada saat diadakan

pengumpulan data. Cara pengambilan data yang peneliti

gunakan adalah dengan memberikan skala kepada siswa-

siswa yang peneliti jumpai secara kebetulan di kelas-kelas

yang sedang menunggu giliran untuk membuat kartu

pelajar.

Peneliti dalam menyebarkan skala dibantu oleh

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, peneliti saat itu

membagikan skala di kelas X.2 dan peneliti menunggu

siswa-siswa X.2 pada saat mengisi skala hingga pengisian

skala selesai, dan skala yang lain peneliti berikan kepada

43

wakil kepala sekolah yang juga ikut membantu peneliti

dalam menyebarkan skala di kelas lain.

Di dalam kelas yang peneliti tunggu jumlah

siswanya sekitar 15 siswa. Setelah para siswa kelas X.2

selesai mengisi skala, peneliti kemudian menyebarkan skala

di kelas X.1 dan pada saat itu Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kesiswaan kembali mendatangi peneliti untuk meminta

skala lagi, kemudian peneliti memberikan sejumlah skala

kepada bapak wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk

disebarkan kepada siswa-siswa kelas X di ruangan yang

lain, sementara peneliti tetap menunggui siswa-ssiwa kelas

X.1 mengisi skala hingga selesai.

Saat seluruh siswa-siswa kelas X.1 selesai mengisi

skala, bapak Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

datang beberapa saat kemudian dengan membawa skala-

skala yang telah terisi, kemudian peneliti ditanya oleh bapak

wakil kepala sekolah bidang kesiswaan apakah skala yang

terkumpul sudah cukup untuk data penelitiannya, dan

peneliti menjawab sudah cukup, waktu yang digunakan

peneliti untuk melakukan pengambilan data kurang lebih

selama 90 menit. Seluruh skala yang peneliti sebarkan

sekitar 60 skala dan yang dikembalikan kepada peneliti

berjumlah 42 skala dengan 2 skala yang tidak peneliti

gunakan hal ini dikarenakan ke dua skala tersebut tidak diisi

secara lengkap atau ada item-item yang terlewati. Dari

pengambilan data yang telah diperoleh peneliti, maka data

yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berjumlah

40 skala.

44

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan

program komputer SPSS 17.0 for Windows. Untuk uji

validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment,

sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan teknik alpha

Cronbach. Item pada skala pengukuran dapat dikatakan

memiliki validitas baik apabila mempunyai koefisien

korelasi item total r ≥ 0,25 (dalam Azwar, 1999)

a. Skala Kematangan Emosi

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item

total correlation dengan menggunakan metode korelasi

Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala

kematangan emosi yang terdiri dari 30 item, pada

penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan

terdapat 12 item soal yang gugur, sehingga 18 item soal

lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah

nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 12, 17, 19, 23, 24, dan 30.

Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang

kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di

pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang

gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 18

item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak

antara 0,266 hingga 0,564.

45

Tabel 4.3

Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada

Skala Kematangan Emosi

Aspek Kematangan

Emosi Favorable Unfavorable

Item

valid

Dapat menerima keadaan

diri sendiri maupun orang

lain

1*, 2*, 3* 16, 17*, 18 2

Tidak bersifat impulsif 7*, 8*, 9* 19*, 20, 21 2

Memiliki kontrol emosi

dan ekspresi emosi secara

baik

13, 14, 15 25, 26, 27 6

Berpikir obyektif 22, 23*, 24* 10, 11, 12* 3

Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30* 4, 5, 6 5

Total item valid 6 12 18

* : item yang gugur

Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari

perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas

pada Kematangan Emosi sebesar α = 0,815 yang berarti

bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya skala

Kematangan Emosi termasuk dalam kategori sangat

memuaskan (Azwar,1999). Item yang valid dan gugur

pada skala Kematangan Emosi dapat dilihat pada tabel

4.3 di atas dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat

dilihat di lampiran C.

46

b. Skala Kompetensi Interpersonal

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item

total correlation dengan menggunakan metode korelasi

Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala

kompetensi interpersonal yang terdiri dari 30 item, pada

penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan

terdapat 15 item soal yang gugur, sehingga 15 item soal

lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah

nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 16, 22, 23, 25, 26, 28, 29 dan

30. Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang

kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di

pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang

gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 15

item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak

antara 0,258 hingga 0,635.

Tabel 4.4

Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada

Skala Kompetensi Interpersonal

Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable Item

valid

kemampuan berinisiatif 1*, 2*, 3* 16*, 17, 18 2

kemampuan untuk bersikap

terbuka (self disclosure) 7*, 8*, 9 25*, 26*, 27 2

kemampuan untuk bersikap

asertif 10*, 11, 12 28*, 29*, 30* 2

Kemampuan memberikan

dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15 6

kemampuan dalam 22*, 23*,24 4*, 5, 6 3

47

mengatasi konflik

Total item valid 7 8 15

* : item yang gugur

Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari

perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas

pada Kompetensi Interpersonal sebesar α = 0,826 yang

berarti bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya

skala Kompetensi Interpersonal termasuk dalam

kategori sangat memuaskan (Azwar,1999). Item yang

valid dan gugur pada skala Kompetensi Interpersonal

dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas dan untuk melihat

hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran C.

D. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai

Kolmogorov Smirnov untuk variabel Kematangan Emosi

sebesar 0,640 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

data berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov

Smirnov untuk variabel Kompetensi Interpersonal sebesar

0,780 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas variabel dan

grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.

2. Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai

deviation from linierity F sebesar 0,963 dengan signifikansi

sebesar 0,533 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa

48

kematangan emosi memiliki korelasi linier dengan

kompetensi interpersonal. Hasil uji linieritas selengkapnya

dapat dilihat di lampiran E.

E. Analisis Deskriptif

Untuk mengukur tinggi rendahnya masing-masing variabel

penelitian digunakan interval sebagai berikut :

Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

Jumlah jenjang

1. Variable Kematangan Emosi

Variabel Kematangan Emosi memiliki item valid

sebanyak 18 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1

hingga 4 menurut jenis item favorabel dan unfavorabel.

Skor tertinggi: 4 x 18 = 72

Skor terendah: 1 x 18 = 18

Berdasarkan analisis deskriptif kematangan emosi dapat

ditentukan kategori subyek menjadi 5 kategori yaitu sangat

tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun

rumus untuk mencari interval adalah:

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

Jumlah Jenjang

= 72 – 18

5

=10,8

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai

interval yang akan digunakan adalah sebesar 10,8 maka

dapat ditentukan kategori sebagai berikut:

49

18 ≤ x < 28,8 = Sangat Rendah

28,8 ≤ x < 39,6 = Rendah

39,6 ≤ x < 50,4 = Sedang

50,4 ≤ x < 61,2 = Tinggi

61,2 ≤ x < 72 = Sangat Tinggi

Hasil analisis deskriptif dukungan Kematangan Emosi

diperoleh jumlah nilai minimum adalah 34.00 dan jumlah

nilai maximum 63.00, dengan mean 51,52 dan standart

deviasi 6,09.

Tabel 4.5

Hasil pengukuran variable Kematangan Emosi

Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max

Sangat rendah 18 ≤ x < 28,8 0 0%

51,52

6,09

34

63

Rendah 28,8 ≤ x < 39,6 1 2,5%

Sedang 39,6 ≤ x < 50,4 14 35%

Tinggi 50,4 ≤ x < 61,2 23 57,5%

Sangat tinggi 61,2 ≤ x ≤ 72 2 5%

Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat prosentase

kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar

57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase

terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal

ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1

Getasan memiliki kematangan emosi yang tinggi.

2. Variabel Kompetensi Interpersonal

Variabel Kompetensi Interpersonal memiliki item valid

sebanyak 15 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1

hingga 4 menurut jenis item favorable dan unfavorabel.

50

Skor tertinggi: 4 x 15 = 60

Skor terendah: 1 x 15 = 15

Berdasarkan analisis deskriptif Kompetensi

Interpersonal dapat ditentukan kategori subyek menjadi 5

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan

sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari interval

adalah:

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

Jumlah Jenjang

= 60 – 15

5

= 9

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai

interval yang akan digunakan adalah sebesar 9 maka dapat

ditentukan kategori sebagai berikut:

15 ≤ x < 24 = Sangat Rendah

24 ≤ x < 33 = Rendah

33 ≤ x < 42 = Sedang

42 ≤ x < 51 = Tinggi

51 ≤ x < 60 = Sangat Tinggi

Hasil analisis deskriptif dukungan Kompetensi

Interpersonal diperoleh jumlah nilai minimum adalah 25.00

dan jumlah nilai maximum 56.00, dengan mean 43,02 dan

standart deviasi 5,74.

Tabel 4.6

Hasil pengukuran variabel Kompetensi Interpersonal

Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max

Sangat rendah 15 ≤ x < 24 0 0%

51

Rendah 24 ≤ x < 33 1 2,5%

43,02

5,74

25

56 Sedang 33 ≤ x < 42 12 30%

Tinggi 42 ≤ x < 51 24 60%

Sangat tinggi 51 ≤ x < 60 3 7,5%

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat prosentase

Kompetensi Interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi

sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan

prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat

rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU

Negeri 1 Getasan memiliki kompetensi interpersonal yang

tinggi.

F. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji asumsi menunjukkan bahwa ke 2

variabel berdistribusi normal dan memiliki korelasi linear, maka

dapat dilanjutkan dengan pengujian korelasi Product moment

dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for

Windows.

Berdasarkan hasil penghitungan korelasi diperoleh r =

0,596 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan positif yang

signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi

interpersonal.

Dari hasil penghitungan korelasi antara kematangan

emosi dengan kompetensi interpersonal, sumbangan efektif atau

peranan kematangan emosi terhadap kompetensi interpersonal

pada masa remaja tengah ditunjukkan oleh koefisien

determinan (r²) sebesar (0,596)² yaitu 35,52%, artinya variasi

52

kematangan emosi memberikan sumbangan efektif atau peranan

terhadap munculnya Kompetensi Interpersonal sebesar 35,52%

sedangkan 64,48% dijelaskan oleh faktor lain.

G. Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan

positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan

kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah

diperolehnya nilai r = 0,596 dan p < 0, 05. Dengan demikian

maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyebutkan adanya

hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi

dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah,

dinyatakan diterima. Semakin tinggi kematangan emosi maka

semakin tinggi kompetensi interpersonal pada masa remaja

tengah, begitu pula sebaliknya semakin rendah kematangan

emosi maka semakin rendah kompetensi interpersonal remaja

tengah. Dengan kata lain kematangan emosi memberi peran

terhadap tingginya kompetensi interpersonal.

Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi

dengan kompetensi interpersonal disebabkan karena remaja

tengah yang memiliki kematangan emosi, berarti memiliki

kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam

kematangan emosi itu sendiri yang mana menurut Walgito

(2002) menyatakan bahwa aspek-aspek kematangan emosi

adalah 1) dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang

lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya, 2)

tidak bersifat impulsif yaitu merespon stimulus dengan cara

berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan

53

tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, 3) dapat

mengontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, 4) dapat

berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya

akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup

mempunyai toleransi yang baik, 5) mempunyai tanggung jawab

yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami

frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh

pengertian.

Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi berarti

memiliki sifat atau kemampuan-kemampuan yang menjadi

bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri di antaranya

adalah dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain

seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya

(Walgito, 2002), sehingga remaja tengah mampu untuk

menerima keadaan lingkungan dan kondisi orang-orang

disekitar sebagaimana adanya atas segala kelebihan dan

kekurangannya, yang mana hal tersebut akan membuat remaja

tengah merasa senang dan nyaman dengan lingkungan di

sekitarnya dan akan membantu remaja tengah dalam

menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi dapat

berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya

akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup

mempunyai toleransi yang baik (Walgito, 2002). Sifat-sifat

tersebut akan membuat remaja tengah mudah diterima dan

mudah disukai oleh orang-orang di sekitar sehingga dari hal

tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan

nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

54

Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi

dengan kompetensi interpersonal juga dapat dilihat dari definisi

Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) yang menyatakan bahwa

kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan menghadapi

berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu.

Dari pengertian kematangan emosi menurut Green

(dalam Safaria dan Farni, 2006) tersebut menyatakan bahwa

salah satu kemampuan yang ada dalam kematangan emosi di

antaranya adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan

diri. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

kematangan emosi memiliki pengaruh terhadap perkembangan

kompetensi interpersonal, hal ini dikarenakan kemampuan

untuk menyesuaikan diri merupakan salah satu dari faktor-

faktor yang memengaruhi perkembangan kompetensi

interpersonal,

Sebagaimana menurut Willis (1981) menyatakan bahwa

ada dua faktor yang memengaruhi kompetensi interpersonal

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu

sendiri meliputi usia, jenis kelamin, konsep diri, kemampuan

menyesuaikan diri, kemampuan berempati, kemampuan

menghargai orang lain, dan kemampuan berkomunikasi. Faktor

eksternal terdiri dari lingkungan, pola asuh orang tua, latar

belakang sosial pendidikan dan ekonomi, dan dominasi

kelompok.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kematangan

emosi memiliki pengaruh yang baik untuk perkembangan

kompetensi interpersonal seorang remaja tengah. Hal ini juga

55

didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoudi (2012)

yang menyatakan bahwa ketika kematangan emosional tinggi

tingkat umum penyesuaian diri juga cukup baik.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa variasi skor

variabel kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh variasi skor

variabel kematangan emosi sebesar 35,52%, sehingga masih

ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi

interpersonal sebesar 64,48%. Faktor-faktor lain yang

memengaruhi kompetensi interpersonal menurut Lunandi

(1987) yaitu, faktor psikologis, faktor fisik, faktor sosial, faktor

budaya, dan faktor waktu

Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil analisis

deskriptif sebagai berikut prosentase kematangan emosi yang

dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori

tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada

kategori sangat rendah. Sedangkan prosentase kompetensi

interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu

pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar

0% yaitu pada kategori sangat rendah.

Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa siswa-

siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki

kematangan emosi dan kompetensi interpersonal yang tinggi.

Hal ini dimungkinkan karena SMU Negeri 1 Getasan

mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang mana

dari kegiatan tersebut seorang remaja tengah memiliki lebih

banyak kesempatan untuk bergaul atau berinteraksi dengan

orang lain sehingga dapat membuat kemampuan kompetensi

interpersonalnya berkembang.

56

Selain itu saat berinteraksi dengan orang lain, para siswa

tentu saja akan bertemu dengan orang yang memiliki

pemikiran, kepribadian dan karakter yang berbeda sehingga dari

perbedaan-perbedaan tersebut, memungkinkan terjadinya

perbedaan pendapat, perselisihan dan konflik baik itu secara

pribadi maupun organisasi, sehingga dari hal tersebut dapat

membuat siswa untuk melatih kontrol emosi dan ekspresi emosi

sehingga dari hal tersebut kemampuan kematangan emosinya

pun juga bisa berkembang dengan baik.